Anda di halaman 1dari 296

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Kondisi Pasar Tradisional Ngentrong

Pasar Tradisional Ngentrong merupakan pasar yang telah ada sejak

lama. Namun secara resmi Pasar Tradisional Ngentrong didirikan atau mulai

dikelola oleh pemerintah pada tahun 1993. Luas lahan Pasar Tradisional

Ngentrong adalah 21.285 M2. Pasar Tradisional Ngentrong telah mengalami

banyak kemajuan, dahulu ketika masyarakat masih menggunakan budaya

tradisional Pasar Tradisional Ngentrong merupakan tempat yang disepakati

oleh para penjual dan pembeli untuk mengadakan jual beli atau pertukaran

barang. Pedagang di Pasar Tradisional Ngentrong dahulu kebanyakan

adalah petani yang menjual hasil ladangnya. Saat ini pasar bukan lagi hanya

sebagai tempat untuk menjual hasil ladang tetapi masyarakat mulai

menyadari bahwa pasar merupakan tempat atau sumber untuk mendapatkan

penghasilan dan berbisnis. Jumlah pedagang terus mengalami penambahan.

Mereka tidak hanya menyediakan barang untuk diperdagangkan namun ada

pula yang memanfaatkan pasar sebagai ladang untuk menawarkan jasa,

misalkan menawarkan jasa servis jam, jasa jahit sepatu, serta servis payung.

Selain itu juga menawarkan produk seperti HP, Kartu perdana, Kursi, Meja,

kipas angin atau mebel dari beberapa toko di luar Pasar Tradisional

Ngentrong.

64
65

Pasar Tradisional Ngentrong beroperasi setiap hari, namun dihari

tertentu seperti hari pasaran pon, hari pasaran wage, dan hari pasaran legi

pasar tradisional ini sangat ramai. Hal tersebut dikarenakan bahwa hari

pasarannya dari Pasar Tradisional Ngentrong jatuh pada ketiga hari

tersebut.

2. Struktur Kepengurusan

Pasar Tradisional Ngentrong salah satu Asset milik Pemerintah

Kabupaten Tulungagung. Menejemen atau pengelolaan Pasar Tradisional

Ngentrong berada dibawah tanggung jawab Dinas Perdagangan dan

Perindustrian Kabupaten. Struktur kepengurusan merupakan silsilah

manajemen dari Pasar Tradisional Ngentrong. Pasar Ngentrong merupakan

pasar gelombang kedua atau berada dibawah kepengurusan Pasar

Campurdarat. Jadi kantor Pasar Tradisional Ngentrong jadi satu dengan

Pasar Campurdarat. Dan kantor pasar tersebut akan mempertanggung

jawabkan wewenangnya kepada kantor Dinas Perdagangan Dan

Perindustrian Kabupaten Tulungagung.


66

Struktur Kepengurusan Pasar Tradisional Ngentrong

DINAS PERDAGANGAN DAN


PERINDUSTRIAN KAB.
TULUNGAGUNG

KOORDINATOR
PASAR

PETUGAS PETUGAS PETUGAS PETUGAS


KEAMANAN KEBERSIHAN PUNGUT ADMINISTRASI

Gambar 1.2: Sumber Pasar Tradisional Ngentrong

3. Letak geografis Pasar Tradisional Ngentrong

Pasar Tradisional Ngentrong Berada di Kawasan Jalan Popoh Indah,

tepatnya di Desa Ngentrong, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten

Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pasar Tradisional Ngentrong

yang berada di wilayah selatan dari Kecamatan Campurdarat mempunyai

posisi yang strategis. Karena menjadi penghubung antara Kecamatan

Tanggunggunung dan Besuki, maupun Kecamatan Campurdarat dan Besuki.

Selain itu Pasar Ngentrong juga berada di kawasan Industri Marmer. Lokasi
67

Pasar Tradisional Ngentrong juga mudah untuk dijangkau, karena berada di

dekat Jalan Raya dan berada di Desa yang padat penduduknya.

Selain itu letak Pasar Tradisional Ngentrong juga tidak jauh dengan

Kantor Desa Ngentrong yang hanya berjarak beberapa puluh kilometer.

Pasar Ngentrong juga dekat dengan Lapangan Ngentrong. Lapangan

Ngentrong juga selalu dijadikan sebagai tempat perayaan hari kemerdekaan

Indonesia. Selain itu Pasar Ngentrong juga dekat dengan Masjid Jami’

Syuhada’ yang selalu dijadikan tempat beribadah bagi pedagang Pasar

Ngentrong.

Luas wilayah Desa Ngentrong yaitu 611,8 Ha. Dengan batas wilayah

meliputi:1

1. Sebelah Utara: Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat.

2. Sebelah Timur: Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung

3. Sebelah Selatan: Desa Besole, Kecamatan Besuki

4. Sebelah Barat: Parit Agung

Desa Ngentrong memiliki tujuh Dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun

Tegir, Dusun Ngentrong Wetan, Dusun Klampis, Dusun Jati, Dusun

Krobyokan dan Dusun Centong. Jumlah penduduk di Desa Ngentrong tahun

2017, yaitu sejumlah 7.044 jiwa yang terdiri dari laki-laki sejumlah 3.473

jiwa, perempuan sejumlah 3.571 jiwa. Dengan jumlah KK sebanyak 2.158

KK.2

Peta Desa Ngentrong

1
Lihat Monografi Desa Ngentrong (Tulungagung).
2
Profil Desa Ngentrong (Tulungagung).
68

Gambar 1.3: Sumber Profil Desa Ngentrong


69

4. Jumlah Pedagang Pasar Tradisional Ngentrong

Tercatat dalam pendataan Pasar Tradisional Ngentrong, pedagang

yang ada di Pasar Tradisional Ngentrong adalah sejumlah 173 pedagang.

Pedagang yang memiliki kios di Pasar Tradisional Ngentrong tidak hanya

berasal dari kecamatan Campurdarat tetapi juga beberapa kecamatan di

wilayah Kabupaten Tulungagung.

Denah Pasar Tradisional Ngentrong

Gambar 1.4: Sumber dari Pasar Tradisional Ngentrong


70

Jenis tempat berdagang Jumlah pedagang


Los 152 pedagang
Kios 21 pedagang
Total 173 pedagang
Tabel 2.1 : Sumber dari data Pasar Tradisional Ngentrong

Dari total keseluruhan 173 pedagang terdiri menjadi beberapa

pedagang yang diantaranya adalah sebagai berikut:

No Jenis Pedagang Jumlah


1 Pedagang bunga 2 Orang
2 Pedagang sepatu dan sandal 5 Orang

3 Pedagang Ikan 10 Orang

4 Pedagang Emas 5 Orang


5 Pedagang Sembako 20 Orang

6 Pedagang Buah 6 Orang

7 Pedagang Ikan 10 Orang


8 Pedagang Jam 1 Orang

9 Pedagang Kaset 1 Orang

10 Pedagang Nasi 10 Orang


11 Pedagang Jajan 10 Orang

12 Pedagang Mainan 2 Orang


13 Pedagang Tahu 5 Orang

14 Pedagang Pakaian 10 Orang

15 Pedagang Sayur 15 Orang


16 Pedagang Ayam 10 Orang

17 Pedagang Daging 2 Orang

18 Pedagang Krupuk 3 Orang


19 Pedagang Es 5 Orang

20 Pedagang Tempe 1 Orang


71

21 Pedagang Roti 10 Orang

22 Pedagang Getuk 10 Orang


23 Pedagang Kelapa 7 Orang

24 Pedagang Rempah-Rempah 13 Orang

Tabel 2.2: Sumber dari Pasar Tradisional Ngentrong

5. Jalur distribusi barang kepada konsumen di Pasar Tradisional

Ngentrong.

Produsen / pabrik

Grosir / Pedagang
Agen / Supplier
Besar

Pedagang Pasar

Pedagang Konsumen

Konsumen Akhir Langganan Konsumen Baru


72

Gambar 1.5: Sumber Pasar Tradisional Ngentrong

a. Jalur Pembelian Barang Dagangan

Pasar Tradisional Ngentrong tergolong sebagai pasar yang lengkap. Di

Pasar Tradisional Ngentrong menyediakan segala jenis kebutuhan mulai

dari bahan makanan, makanan, sembako, pakaian, tas, sepatu, asesoris,

peralatan dapur, gerabah, mainan anak-anak, buah-buahan, obat-obatan dan

lain-lain. Namun untuk penelitian ini terfokus pada pedagang sembako.

Pedagang sembako di Pasar Tradisional Ngentrong mendapatkan

barang dagangan tersebut dari pabrik (produsen), pedagang besar (grosir),

dari agen. Dalam keputusan pengambilan barang dagangan ini tentunya

akan mempengaruhi harga pokok pembelian barang dagangan. Dagangan

yang dibeli langsung dari produsen (pabrik) tentunya akan lebih murah jika

dibandingkan dengan dagangan yang dibeli dari grosir maupun agen atau

sales.

Di Pasar Tradisional Ngentrong banyak pedagang grosir yang memilih

berkeliling menawarkan dagangannya kepada pedagang yang ada di Pasar

Tradisional Ngentrong. Akan tetapi harganya tentu lebih mahal jika

dibandingkan dengan pedagang mengambil sendiri dagangannya kepada

pedagang besar.

b. Jalur Penjualan Barang Dagangan


Dagangan yang telah diperoleh pedagang di Pasar Ngentrong akan

dijual kepada pedagang dan kepada konsumen akhir. Dagangan yang dijual
73

kepada pedagang untuk dijual kembali bersifat grosir. Pembeli (yang

dimaksud pedagang yang akan menjual kembali) ada yang datang dari

sesama pedagang yang ada di Pasar Tradisional Ngentrong ada pula yang

dari luar Pasar Pasar Tradisional Ngentrong. Barang dari pedagang tersebut

akan dijual kembali kepada konsumen akhir baik melalui perdagangan

menggunakan kios untuk menjajakan dagangannya atau menggunakan

sistem keliling kampung. Pembeli ini mayoritas adalah ibu-ibu yang

membeli di Pasar Tradisional Ngentrong untuk kemudian dijual kembali di

wilayah tempat tinggalnya secara kredit, sistem ini biasanya berlaku untuk

pakaian. Selain penjualan sistem kredit pedagang keliling juga menjual

barang dagangannya secara tunai, sebagai contohnya pedagang sayur

keliling. Selain pembelian dalam bentuk grosir ada pula pembelian dalam

bentuk satuan.

Para pedagang di Pasar Tradisional Ngentrong juga menjual kembali

barang dagangannya pada konsumen akhir. Penjualan ini biasanya dengan

sistem ecer. Dan dari sinilah terjadi sistem tawar menawar diantara penjual

dan pembeli. Untuk harga yang ditawarkan pada pembeli akhir biasanya

lebih mahal dibanding dengan sesama pedagang.

6. Sarana Dan Prasarana

Pasar merupakan salah satu tempat masyarakat dalam mengupayakan

pemenuhan kebutuhan. Pedagang memanfaatkan pasar untuk memasarkan

barang dagangannya yang berupa pangan, non pangan juga jasa-jasa

lainnya. Pembeli memanfaatkan pasar untuk mendapatkan apa yang mereka


74

perlukan. Dalam aktifitasnya yang berjalan untuk waktu yang lama tentunya

diperlukan adanya sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran

proses pertukaran tersebut. Berikut sarana dan prasarana yang ada di Pasar

Tradisional Ngentrong:

Bangunan di dalam Pasar Tradisional Ngentrong bersifat permanen,

namun ada beberapa tempat yang oleh pedagang dibangun kembali untuk

kenyamanan dalam berdagang dan keamanan. Berikut tempat berdagang

yang disediakan oleh Pasar Tradisional Ngentrong:

Jenis tempat berdagang Jumlah pedagang


Los 152 pedagang
Kios 21 pedagang
Total 173 pedagang

Tabel 2.3: Sumber Pasar Tradisional Ngentrong

selain tempat berdagang Pasar Tradisional Ngentrong juga didukung

dengan adanya tempat parkir. Ada tiga tempat parkir yang berada di sekitar

pasar. Namun, tempat parkir ini tidak dikelola oleh petugas pasar,

melainkan dikelola oleh warga yang berada di sekitar pasar. Dari ketiga

tempat parkir tersebut letaknya berbeda-beda. Di sebelah utara gerbang

sebelah barat terdapat satu tempat parkir, sementara di sebelah timur

gerbang sebelah selatan terdapat dua tempat parkir. Akan tetapi tempat

parkir yang disediakan disebelah timur tidak terlalu luas. Dimana masing–

masing hanya dapat menampung ± 30 kendaraan. Sementara tempat parkir

di sebelah utara cukup luas yang mampu menampung ± 60 kendaraan. Jadi

dengan adanya tempat parkir tersebut bisa membuat para pengunjung pasar
75

menjadi nyaman. Akan tetapi beberapa pengunjung pasar juga ada yang

memarkir kendaraannya di pinggir jalan sepanjang Pasar Tradisional

Ngentrong. Untuk hari-hari tertentu dimana kondisi pasar sedang ramai

terkadang hal ini menghambat kegiatan lalu lintas yang ada di kawasan

tersebut.

MCK yang berada di satu tempatyang terdiri dari dua toilet. Dan juga

sebuah TPS di pojok timur sebelah utara. Selain itu juga terdapat satu

tempat gudang yang berada di sebelah timur. Pasar ini tidak menyediakan

tempat ibadah karena di selatan pasar sudah terdapat masjid yang cukup

besar yaitu Masjid Jami’ Syuhada.

7. Permasalahan Pasar Tradisional Ngentrong

Permasalahan yang sering dihadapkan pada pasar tradisional

ngentrong antara lain:

a. Permasalahan Sosial Ekonomi Pasar Tradisional Ngentrong ialah

mengalami persaingan ketat dengan sejumlah pusat perbelanjaan

modern yang semakin menjamur seiring dengan pertumbuhan

kecamatan Campurdarat. Di wilayah Campurdarat dan sekitarnya,

setidaknya telah berdiri sejumlah pusat perbelanjaan modern seperti

Indomaret, ruko dan swalayan disekitar. Keberadaan pusat

perbelanjaan modern ini cenderung menyebabkan menurunnya omset

penjualan pedagang pasar tradisional Ngentrong. Pergeseran pola

hidup masyarakat ke arah selera dan tuntutan yang lebih modern yang

umumnya disediakan oleh pusat perbelanjaan modern. Terdapat


76

tuntutan konsumen terhadap kebutuhan keamanan dan ketertiban.

Pemahaman masyarakat ,konsumen, pada pedagang pasar terhadap

tata tertib pasar dan aturan-aturan lainnya (parkir, sampah, wilayah

belanja dan dagang) relatif masih rendah.

b. Permasalahan Kondisi Sarana dan Prasarana yang ditemui ialah

drainase dalam pasar sebagian rusak dan sebagian pasar belum

terpasang drainase sehingga pada waktu hujan banjir. Di bagian dalam

belum terdapat lampu listrik, sehingga pada saat pedagang berangkat

atau buka dasaran di waktu subuh masih gelap.

Dalam penelitian ini, penelti terfokus pada pedagang sembako. Dari 20

Pedagang Sembako peneliti mengambil 5 informan yang mewakili 20 pedagang

sembako di Pasar Tradisional Ngentrong. Yang diantaranya ialah sebagai berikut:

No. Nama Pedagang Jenis Dagangan Jenis Kelamin


1 Pak Mani Sembako Laki-Laki
2 Ibu Rukayah Sembako Perempuan
3 Pak Harto Sembako Laki-Laki
4 Ibu Suprih Sembako Perempuan
5 Ibu Karti Sembako Perempuan

Tabel 2.4: Daftar Informan Pedagang


77

B. Paparan Data

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Pasar Tradisional Ngentrong

ada beberapa perilaku yang sering dilakukan oleh para pedagang yang pertama

ialah dalam hal takaran atau timbangan, dalam menimbang suatu barang dagangan

setiap pedagang memiliki sikap yang berbeda beda, seperti dari hasil wawancara

pada lima informan pedagang di Pasar Tradisional Ngentrong berikut ini.

Pak Mani Mengatakan:


“Kalau itu ya saya selalu trip mas pada saat menimbang barang seperti
beras, gula, minyak goreng, dan telur. Soalnya ya kasihan pembelinya
mas jika saya menimbangnya tidak trip. Lagian nanti juga akan
mempengaruhi para pembeli mas jika mengetahui bahwa takaran yang
saya berikan tidak trip”.3

Begitu juga dengan Ibu Rukayah dan Ibu Suprih, mereka juga telah

memberikan takaran yang sempurna seperti yang telah dilakukan oleh Pak Mani.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rukayah dan Ibu Suprih berikut ini:

Ibu Rukayah Mengatakan:


“Gak berani mas saya kalau mengurangi takaran beras dan telur,
karena itu dapat merugikan pelanggan saya mas, dan saya juga takut
dosa bila melakukan hal seperti itu”.4
Ibu Suprih Mengatakan:
“Ya lek gula putih gak begitu trip mas yang sudah dibungkus plastik
itu. Tapi kalau telur ya terkadang saya ngasihnya trip kalau untuk
pedagang lain yang akan dijual lagi. Tapi kalau untuk diecerkan ya
terkadang kurang dikit mas”.5

Terkait yang dilakukan Pak Mani, Ibu Rukayah dan Ibu Suprih, para

pedagang tersebut sudah berusaha menimbang dengan bagus. Namun terkait

standarisasi timbangan belum ada. Seperti yang dikatakan Pak Mani berikut ini:

3
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
4
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
5
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
78

Pak Mani Mengatakan:


“Alat timbangan ini saya beli sendiri mas. Kalau untuk standarisasi
belum ada mas. Tapi ya saya juga gak berani mempermainkan
timbangan mas”.6

Apa yang dilakukan oleh Pak Mani sama dengan Ibu Rukayah dan Ibu

Suprih yakni mereka sudah berusaha memberikan takaran yang bagus pada

pembeli, namun terkait standarisasi timbangan masih belum ada.

Ibu Rukayah Mengatakan:


“Kalau untuk timbangan belum ada standarisasi mas. Tapi ya
walaupun tidak ada standarisasi saya tetep takut mas kalau mau
berbuat curang pada timbangan. Soalnya kasian juga pembelinya”.7
Ibu Suprih Mengtakan:
“Kalau untuk timbangan belum ada standarisasi mas. Lhawong ini
juga saya nyarinya sendiri kok. Tapi ya untuk timbangan ini
kualitasnya bagus mas”.8
Tetapi yang dilakukan oleh Pak Harto dan Ibu Karti berbeda dengan apa

yang dilakukan oleh Pak Mani, Ibu Rukayah, dan Ibu Suprih. Pak Harto dan Ibu

Karti dalam memberikan takaran pada pembeli tidak sempurna, seperti yang telah

diungkapkan mereka berikut ini:

Pak Harto Mengatakan:


“Yah kalau menimbang telur kadang saya menimbangnya tidak trip
mas kalau untuk diecer, cuman sedikit dibawah takaran yang pas sih
sebenarnya. Tapi kalau untuk pedagang lain yang akan dijual lagi ya
saya hangatkan timbangannya”.9
Pak Harto Mengatakan:
“Kalau untuk gula putih ya gak terlalu trip mas. Ya hitung-hitung
untuk ganti plastiknya mas”.10
Ibu Karti Mengatakan:
“Yah kadang juga saya kasih trip mas kalau untuk telur, tapi kalau
untuk diecer misalkan belinya ¼ ya kadang saya ngasihnya ya kurang

6
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
7
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
8
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
9
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
10
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
79

dikit. Kalau untuk pedagang lain yang akan dijual lagi ya saya
hangatkan timbangannya”.11

Selain dari segi takaran, ada juga perilaku pedagang dalam memberikan

kualitas barang dagangannya. Para pedagang telah berusaha memberikan kualitas

produk yang terbaik pada pelanggannya. seperti yang dikatakan oleh Pak Mani

dan Ibu Suprih berikut ini:

Pak Mani Mengatakan:


“Barang yang saya jual kualitasnya bagus semua mas. Kalau ada yang
kualitasnya rusak ya saya suruh mengembalikan lagi pada saya, nanti
akan saya kembalikan ke salesnya lagi mas untuk ditukar”.12
Pak Mani Mengatakan:
“Kalau untuk gula putih saya gak berani mas mengoplosnya dengan
yang lama, karena juga kasihan pembelinya nanti”.13
Ibu Suprih Mengatakan:
“Kalau untuk barang yang saya jual halal semua mas. Jika ada barang
yang rusak ya saya tidak berani menjualnya mas, langsung saya
tukarkan kesalesnya mas”.14

Terkait apa yang telah dilakukan oleh Pak Mani dan Ibu Suprih berbeda

dengan apa yang dilakukan oleh Ibu Rukayah, Pak Harto dan Ibu Karti. Mereka

sudah memiliki niat untuk mencampur antara kualitas barang yang bagus dengan

barang yang jelek. Seperti yang telah mereka ungkapkan berikut ini:

Ibu Rukayah Mengatakan:


“Kalau barang yang saya jual ya halal mas semuanya. Kualitasnya
juga bagus kok. Jika nanti ada barang yang kualitasnya sudah rusak ya
saya tukarkan lagi pada salesnya”.15
Ibu Rukayah Mengatakan:
“Kalau untuk gula putih kadang saya mencampurnya antara gula yang
lama dengan yang baru mas. Karena biar bisa terjual mas”.16
Pak Harto Mengatakan:

11
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
12
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
13
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
14
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
15
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
16
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
80

“Kalau kualitas barang yang saya jual ya bagus-bagus lah mas. Kalau
untuk gula putih kadang saya mencampurnya dengan yang baru
mas”.17
Ibu Karti Mengatakan:
“Barang yang saya jual kualitasnya bagus-bagus mas. klaupun ada
yang rusak ya saya tukarkan pada salesnya mas. untuk gula putih
kadang saya mengoplosnya dengan yang baru mas, supaya yang lama
itu bisa terjual”.18

Dalam melakukan perdagangan para pedagang sembako di Pasar

Tradisional Ngentrong berbeda-beda dalam melayani para pembeli seperti dalam

hal keramahan bisa diketahui dari hasil wawancara dengan beberapa informan

berikut ini:

Pak Mani Mengatakan:


“Ya kalau ada pelanggan ya saya sapa mas dengan senyuman. Kadang
ya saya mengatakan monggo mbak/mas mau beli apa? Dan kayak gitu
saya lakukan pada semua pembeli”.19

Sikap yang ditunjukkan oleh Pak Mani sangat ramah untuk seorang

pembeli. Begitujuga dengan Ibu Suprih, Pak Harto, dan Ibu Rukayah beliau juga

ramah pada setiap pelanggannya.

Ibu Suprih Mengatakan:


“Yo lek ada pelanggan datang ya saya sapa dengan senyuman mas”.20
Ibu Rukayah Mengatakan:
“saya ya selalu menyapa mas jika ada pembeli yang datang”.21
Pak Harto Mengatakan:
“ya lek ada pembeli datang ya selalu saya sambut dengan senyuman
mas. Karena kan pembeli juga senang juga kita terseyum gitu”.22

Namun sedikit berbeda dengan Ibu Karti. Pada saat ada pembeli, tidak

semuanya yang dilayani dengan ramah. Terkadang beliau menunjukkan raut muka

17
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
18
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
19
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
20
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
21
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
22
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
81

yang cemberut pada pembeli. Namun hal tersebut juga memiliki alasan yakni pada

saat beliau capek beliau selalu melakukan hal ini pada para pelanggannya.

Ibu Karti Mengatakan:


“Ya lek pas capek kadang ya tiak saya senyumin mas”.23

Selain itu ada juga perilaku dalam penepatan janji. Dalam hal ini para

pedagang memiliki sikap yang berbeda-beda, seperti yang dilakukan oleh

beberapa informan pedagang. Dalam menjalankan bisnisnya mereka selalu

menepati janji. seperti berikut ini:

Pak Mani Mengatakan:


“Ya jika ada pemesan yang sudah membayar saya tidak berani
menjual barangnya pada pembeli lain mas, meskipun nantinya saya
ganti lagi dengan barang yang baru”.24
Ibu Rukayah Mengatakan:
“yo gak berani mas lek ada pembeli yang sudah membayar barangnya
dan akan diambil besuknya terus barangnya saya jual ke pedagang lain
walaupun harganya lebuh mahal”.25
Pak Harto Mengatakan:
“ya gak berani mas, kasihan pembelinya nanti jika mengambil
sewaktu-wwaktu 26
Ibu Suprih Mengatakan:
“yo enggak mas, walaupun harganya lebih tinggi”.27
Baik pak Harto, Pak Mani, Ibu Suprih dan Ibu Rukayah sudah
berusaha menepati janji dalam menjalankan bisnisnya, namun berbeda
dengan Ibu Karti, beliau ini terkadang masih melanggar janji yang
diberikannnya.
Ibu Karti Mengatakan:
“ya kadang jika ada yang mau membeli dngan harganya agak tinggi
saya kasihkan mas”.28

Selain itu ada juga perilaku pedagang dalam hal pelayanan, seperti yang

dilakukan oleh beberapa informan dari hasil wawancara berikut ini.

23
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
24
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
25
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
26
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
27
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
28
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
82

Pak Mani Mengatakan:


“Kalau dengan pembeli ya harus ramah dong mas”.29
Pak Mani ini selalu bersikap ramah pada setiap pembeli. Seperti juga

dengan Ibu Suprih. Keramahan yang diberikan pada pembeli tidak jenuh jenuh

beliau berikan.

Ibu Suprih Mengatakan:


“Kalau untuk pembeli ya saya layani dengan baik mas, supaya
pembeli bisa nyaman saat membeli dagangan saya”.30
Ibu Rukayah Mengatakan:
“Kalau ada pelanggan datang ya biasanya saya hadapi dengan ramah
mas, supaya pembeli akan senang jika datang ke toko saya”.31

Namun terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan Pak Harto dan Ibu

Karti. Mereka sedikit kurang dalam memberikan sikap ramah pada pembeli.

Pak Harto Mengatakan.


“Kalau ada pembeli datang ya saya layani dengan sebaik mungkin to
mas, jika ada pembeli datang ya kadang saya sapa mas kalau itu,
soalnya jika kondisi badan agak capek ya biasanya saya jarang
melakukan dengan ramah”.32
Ibu Karti Mengatakan:
“Lek pas gak capek ya tak layani dengan baik mas, tapi lek capek yo
kadang gak tak layani dengan baik mas”.33

Dalam menghadapi pelanggan sikap empati pada pelanggan atau perhatian

terhadap pelanggan merupakan sikap yang melekat pada pedagang, namun para

pedagang dalam memberikan sikap perhatian individual pada pelanggan juga

berbeda-beda, yang diantaranya ialah sebagai berikut:

Pak Mani Mengatakan:


“Ya jika ada pembeli datang langsung sanya tanya mas, mau beli apa
mbak/mas? selain itu ada juga mas pelanggan yang menawar barang
dagangan saya mas. tapi ya saya sikapi dengan ramah, jika ada

29
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
30
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
31
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
32
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
33
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
83

pembeli yang ngomel terhadap barang dagangan saya ya saya


dengarkan mas”.34

Sama dengan yang dilakukan oleh Pak Mani, baik Pak Harto, dan Ibu

Suprih mereka selalu memnerikan sikap empati ini pada setiap pembelinya.

Pak Harto Mengatakan:


“Jika ada pembeli datang ya langsung saya sapa.
Ohh. Untuk pembeli yang menawar dagangan saya juga ada mas. ya
wajar namanya juga pembeli mas. tapi kalau ada yang ngomel dengan
barang dagangan saya ya saya dengarkan aja mas, takutnya nanti
malah menyinggung pembeli”.35
Ibu Suprih Mengatakan:36
“Saya sapa mas, saya tanyai mau beli apa gitu. Tapi kalau ada pembeli
yang menawar atau ada yang menilai dagangan saya, saya dengarkan
aja”.
Namun disisi lain terdapat pedagang yang kurang dalam memberikan sikap

empatinya pada para pelanggan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rukayah dan Ibu

Karti berikut ini.

Ibu Rukayah Mengatakan:


“Lek ada pembeli datang ya saya sapa langsung mas, saya tanya mau
beli apa? Atau terkadang saya ajak bercanda biar pembelinya gak
tegang. Kalau untuk pembeli yang menawar dagangan saya ya ada
mas. tapi itu lo mas yang kadang bikin saya pegel itu kalau ada
pembeli yang ngomel terhadap barang dagangan saya. Tapi ya saya
potong biasanya pembicaraannya jika ada pembeli yang gremeng
dengan barang dagangan saya, soalnya ya itu tadi bikin pegel ae mas,
lhawong udah ditawar masih aja dicaci maki”.37
Ibu Karti Mengatakan:
“Jika ada yang datang ya saya sapa kadang-kadang. Kalau untuk
pembeli yang menilai barang saya ya saya tegur kadang mas”.38

34
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
35
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
36
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
37
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
38
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
84

Pada aktivitas perdagangan ada juga persaingan antar sesama pedagang.

Seperti yang ada di Pasar Tradisional Ngentrong ini. Pak mani salah satu

pedagang sembalo di Pasar Tradisional Ngrntong mengatakan.

Pak Mani Mengatakan:


“Persaingan ya wajar mas, tapi untuk banting harga itu saya gak
pernah melakukannya mas, paling selisihnya dengan toko lain ya
sedikit. Biasanya saya menjual sedikit lebih murah mas. tetapi tidak
untuk semua barang. Selain itu rizqi juga udah ada yang ngatur
mas”.39
Sudah bisa disimpulkan bahwasannya Pak Mani menurunkan harga demi

meraih hati para pembeli supaya berminat membeli barang dagangannya. Namun

apa yang dilakukan oleh Pak Mani berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Ibu

Suprih, Pak Harto, Ibu Rukayah, dan Ibu Karti. Untuk menjual barang

dagangannya, kisaran harga yang diberikan pada pelanggan sama, namun sedikit

ada perbedaan pada Ibu Karti, beliau jauh lebih mahal.

Ibu Rukayah Mengatakan:


“Gak tau mas lek membanting harga, solanya rata-rata kulakan barang
dagangan kita sama tempatnya”.40
Pak Harto Mengatakan:
“Opo to mas lek kayak gitu ya gak pernah mas, lhawong batine ae
nipis to mas”.41
Ibu Suprih Mengatakan:
“Gak pernah mas lek membanting harga ngono kuwi”.42
Ibu Karti Mengatakan:
“Marai lek kayak gitu yo batine nipis mas, jadi ya gak pernah saya
melakukan banting harga seperti itu”.43
Selain dengan adanya persaingan pedagang ada juga perilaku pedagang

dalam hal pencatatan atau pembukuan setiap transaksinya, dalam pencatatan

setiap transaksi ini tidak semua pedagang melakukannya.

39
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
40
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
41
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
42
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
43
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
85

Pak Harto Mengatakan:


“Kalau ada orang yang berhutang atau uangnya kurang ya saya catat
mas”.44
Dapat disimpulkan bahwasannya Pak Harto ini sangat teliti sebagai

pedagang karena beliau selalu mencatat setiap hasil transaksinya. Berbeda dengan

yang dilakukan oleh Pak Mani, Ibu Rukayah, Ibu Suprih dan Ibu Karti. Mereka

jarang mencatat setiap transaksi yang dilakukannya.

Pak Mani Mengatakan:


“Kalau untuk setiap transaksi jarang saya catat mas untuk dibukukan
paling ya cuman nulis nama barang yang diinginkan pembeli
kemudian saya carikan habis itu ya saya kasihkan pada pembeli.
Kalau untuk pembeli yang uangnya kurang ya terkadang saya catat
kadang juga tidak saya catat”.45
Ibu Rukayah Mengatakan:
“Jarang mas saya nyatatnya kalau ada orang yang uangnya kurang,
tapi ya terkadang saya catat juga”.46
Ibu Suprih Mengatakan:
“Jaranag mas saya mencatatnya paling yo cuman tak tekokne ae pas
dia beli lagi”.47
Ibu Karti Mengatakan:
“Saya jarang nyatat ngono kuwi mas, kalau ada yang hutang ya
kadang saya catat”.48
Walaupun mereka jarang mencatat setiap transaksinya, namun setidaknya

mereka sudah mencatat satu atau beberapa transaksi yang telah dilakukannya

walaupun Cuma sedikit.

44
Wawancara dengan Pak Harto (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
45
Wawancara dengan Pak Mani (Pedagang Sembako), Tanggal 13 Juni 2017.
46
Wawancara dengan Ibu Rukayah (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
47
Wawancara dengan Ibu Suprih (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
48
Wawancara dengan Ibu Karti (Pedagang Sembako), Tanggal 12 Juni 2017.
86

C. Analisis Data

Berdasarkan paparan data di atas, terdapat perilaku pedagang yang berbeda-

beda pada setiap pedagang sembako. Terkait perilaku dalam menjalankan bisnis

ada beberapa aspek yang diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Takaran Timbangan

Seperti halnya sikap pedagang dalam memberikan takaran pada para

konsumennya. Berdasarkan hasil wawancaran di atas, sikap yang

dilakukan oleh Pak Mani dalam suatu takaran, beliau memberikan

takaran yang pas atau sempurna pada setiap pembeli. Seperti pada saat

menimbang gula, beras dan minyak goreng, takaran yang diberikan

beliau tidak kurang dari takaran aslinya. Begitu juga dengan Ibu

Rukayah, beliau hampir sama dengan Pak Mani dalam memberikan

takaran pada setiap pembeli. Pada saaat menimbang gula, beras, telur

maupun minyak goreng, beliau selalu memberikan takaran yang

sempurna dengan alasan tidak mau merugikan setiap pembeli yang

membeli barang dagangannya. Namun dari lima informan di atas tidak

semua yang melakukan sikap seperti Ibu Rukayah dan Pak Mani. Untuk

Pak Harto yakni salah satu pedagang sembako di Pasar Tradisional

Ngentrong, pada saat memberikan takaran pada pembeli tidak selalu

sempurna. Hal ini bisa dilihat bahwa pada saat menimbang telur yang

dijual dalam eceran. Pada saat menimbang telur seberat ¼ kg, namun

takaran yang diberikan kadang masih kurang sempurna yakni kurang


87

dari ¼ kg. Selain itu hasil takaran beliau pada gula putih juga masih

belum sempurna.

Untuk sikap yang dilakukan Ibu Suprih pada saat memberikan takaran

pada pembeli ialah Ibu Suprih selalu memberikan hasil takaran yang

sempurna. Seperti pada saat menimbang beras, gula maupun telur beliau

tidak pernah memberikan takaran yang kurang. Berbda dengan Ibu

Suprih, jika dengan Ibu Karti pada saat memberikan takaran untuk

barang yang dijualnya pada pembeli masih belum bisa dikatakan

sempurna. Hal ini bisa dilihat pada saat beliau menjual gula putih.

Namun beliau juga beralasan bahwa hasil pengurangannya itu bisa untuk

mengganti dari harga plastik sebagai pembungkus gula putih.

b. Kualitas Produk/Produk

Dalam sikap memberikan suatu produk juga berbeda-beda pada setiap

pedagang sembako. Jika dilihat dari kelima informan di atas seperti yang

dilakukan oleh Pak Mani. Beliau selalu memberikan produk yang

kualitasnya bagus. Apabila ada salah satu produknya yang rusak beliau

selalu menukarkannya pada sales yang sudah jadi langganannya. Selain

itu pada saat menjual gula putih beliau juga tidak mencampurnya antara

gula putih yang lama dengan gula putih yang baru. namun tidak dmikian

dengan Ibu Rukayah. beliau terkadang mencampur antara gula putih

yang kualitasnya tidak bagus dengan gula putih yang baru dengan

kualitas bagus. Hal semacam ini dilakukan beliau dengan alasan supaya

gulanya yang lama bisa terjual atau rusak.


88

Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Rukayah. Pak Harto juga

memberikan produk yang kurang bagus pada pembeli. Kasusnya sama

dengan Ibu Rukayah, beliau mencampur antara gula yang kualitasnya

bagus dengan gula putih yang sudah lama dan kualitasnya buruk.

Alasannya pun sama yakni supaya gula putihnya yang lama bisa laku

terjual. Namun berbeda dengan sikap yang dilakukan oleh Ibu Suprih.

Beliau memberikan produk yang kualitasnya bagus pada setiap pembeli.

Selain itu gula, beras maupun minyak gorengnya juga berkualitas bagus.

Namun sedikit berbeda dengan Ibu Karti, beliau memberikan kualitas

produk yang kurang bagus. Yakni seperti yang dilakukan oleh Pak Harto

dan Ibu Rukayah, beliau mencampur antara gulaputih yang lama atau

rusak dengan gula putih yang baru. alasannya pun sama yakni supaya

barang dagangannya bisa laku terjual.

c. Keramahan

Untuk sikap keramahan juga berbeda-beda dari beberapa informan

diatas. Untuk Pak Mani sangat ramah pada saat berhadapan pada setiap

orang ataupun pembeli yang mampir ke tokonya, beliau selalu

memberikan senyuman manis pada setiap pembeli barang dagangannya.

Hal ini juga dilakukan oleh Ibu Rukayah dan Ibu Suprih beliau selalu

menyapa setiap pembelinya dengan ramah. Selain itu senyuman manis

juga selalu diberikan pada setiap pembeli. Namun sikap yang dilakukan

oleh Pak Harto dan Ibu Karti berbeda dengan Pak Mani, Ibu Rukayah

dan Ibu Suprih. Dalam menghadapi pelanggan atau setiap pembeli


89

beliau terkadang masih kurang ramah. Jika kondisi badannya mulai

terasa lelah beliau terkadang tidak menyapa para pembeli dengan

senyuman.

d. Penepatan Janji

Seperti yang dilakukan oleh Pak Mani. Jika ada pembeli yang sudah

membeli barang dagangnnya namun barang dagangan yang sudah dibeli

tadi akan diambil dikeesokan harinya, beliau tidak berani menjualnya

kembali pada pedagang lain walaupun ada pembeli baru yang bisa

membayarnya lebih mahal. Sikap demikian juga sama seperti yang

dilakukan oleh Ibu Suprih dan Ibu Rukayah. dalam melakukan

perdagangan mereka selalu menepati janji. Namun berbeda dengan apa

yang dilakukan oleh Pak Harto dan Ibu Karti, mereka melakukan sikap

yang kuarang menepati janji. Pada saat ada pembeli yang sudah

memesan barang dagangannya dan sudah diberi uang oleh pembeli,

terkadang barang dagangan tersebut dijual kembali pada pembeli baru

yang memberikan nilai harga lebih tinggi dari pada pembeli

sebelumnya.

e. Pelayanan

Dalam memberikan sebuah pelayanan terhadap pembeli, ada beberapa

pedagang yang sudah memberikan pelayanan bagus pada setiap pembeli.

Seperti yang telah dilakukan oleh Pak Mani, Ibu Rukayah, dan Ibu

Suprih. Mereka sangat menghargai para pembeli sehingga pelayanan

yang bagus selalu mereka berikan pada setiap pembeli. Namun di sisi
90

lain ada perbedaan sikap pelayanan pada pembeli. Ibu Karti dan Pak

Harto merupakan pedagang yang terkadang masih kurang dalam

memberikan sebuah pelayanan. Mereka terkadang mengabaikan para

pembelinya dengan jarang menyapanya pada saat mampir ke toko

mereka.

f. Empati Pada Pelanggan

Dalam sikap empati untuk setiap pelanggan juga berbeda-beda yang

dilakukan oleh kelima informan tersebut. Seperti halnya yang dilakukan

oleh Pak Mani dan Ibu Suprih. Mereka selalu menghargai perasaan

pembeli. Hal semacam ini bisa dilihat pada saat ada pembeli yang

menawar barang dagangannya. Kadang-kadang ada juga pembeli yang

ngomel atau menilai barang dagangannya. Jika menghadapi kejadian

seperti itu Pak Mani dan Ibu Suprih selalu menanggapinya dengan

tenang. Mereka selalu mendengarkan apa perkataan pembeli dan tidak

pernah memotong perkataan pembeli jika ada perkataan yang mengarah

pada hal yang kurang baik terhadap barang dagangannya. Namun yang

dilakukan oleh Pak Harto, Ibu Rukayah dan Ibu Karti berbeda. Pada saat

ada pembeli yang menawar barang dagangannya dan ada pembeli yang

ngomel dengan barang dagangannya mereka terkadang tersinggung jika

tawarannya tidak cocok dan juga terhadap sikap pembeli yang menilai

barang dagangannya. Mereka sering memotong pembicaraan pembeli

dengan menginterupsinya pada saat pembeli mengomentari barang

dagangannya.
91

g. Persaingan Sesama Pedagang

Di dalam menghadapi persaingan bisnis ini para pedagang sembako

menghadapinya dengan bersaing secara sehat. yakni tidak pernah

membanting harga. Seperti yang dilakukan oleh kelima informan

tersebut. Namun perbedaan harga yang ditetapkan oleh setiap pedagang

hanya sedikit selisihnya. Hal ini bisa dilihat pada sikap Pak Mani pada

saat memberikan harga pada para pembelinya. Ada beberapa barang

dagangan yang harganya sedikit lebih murah dari pada pedagang yang

lainnya namun hal ini juga dengan alasan supaya dapat menarik para

pembeli. Namun yang untuk harga yang diberikan oleh Ibu karti sedikit

lebih mahal dibanding dengan Ibu Suprih, Ibu Rukayah dan Pak Harto.

h. Pencatatan/Pembukuan Transaksi

Di dalam melakukan transaksi jual beli ada juga sikap dalam pencatatan

setiap transaksi. Namun hal semacam ini juga disikapi oleh para

pedagang dengan berbeda-beda sikap. Seperti yang dilakukan oleh Ibu

Rukayah, Pak Mani, Ibu Suprih dan Ibu Karti mereka jarang mencatat

setiap hasil dari transaksinya. Dan mereka juga jarang mencatat jika ada

pembeli yang kurang dalam pembayarannya. Namun hal ini berbeda

dengan yang dilakukan oleh Pak Harto. Pak harto selalu mencatat setiap

transaksinya. Selain itu jika ada yang berhutang ataupun kurang dalam

pembayaran selalu dicatat.


ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:
HANNI KHAIRANI
NIM 1111046100114

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M. / 1436 H.
iv
ABSTRAK

Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG


MANAJEMEN LABA. Skripsi, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam),
Konsentrasi Perbankan Syariah. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1436H/2015M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik manajemen laba
ditinjau dari sudut pandang etika bisnis Islam dengan tujuan untuk memaparkan
pandangan etika Islam mengenai manajemen laba. Jenis penelitian pada skripsi ini
ialah penelitian kepustakaan (Library research) dengan teknik pengumpulan data
studi dokumentasi literatur terkait manajemen laba dan etika bisnis Islam. Sedangkan
teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan metode dekriptif kualitatif dan
analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bentuk manajemen laba yang
dibolehkan menurut syariat. Dan praktik manajemen laba belum sesuai dengan
ajaran agama Islam maupun prinsip-prinsip dasar Etika Bisnis Islam karena masih
mengandung unsur penipuan, kecurangan dan gharar. Serta tidak mencerminkan
perilaku-perilaku pebisnis Islami yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Manajemen Laba

Pembimbing : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA


Daftar Pustaka : Tahun 1993 s.d Tahun 2013

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat

manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi

Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan

terang benderang.

Penulisan skripsi ini berjudul “ Etika Bisnis Islam tentang Manajemen Laba”,

ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis,

sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis

sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi

ini.

Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai

pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan

terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

vi
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku ketua program studi

Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu selama perkuliahan

sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A selaku dosen pembimbing

yang tiada hentinya membimbing, meluangkan waktu dan memberi saran di

dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Muhammad Zen, M.A dan Ibu Nurul Handayani, S.Pd., M.Pd,

selaku dosen penguji sidang munaqasyah yang telah memberikan banyak

koreksi, saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu, pelajaran

dan pengalamannya selama perkuliahan. Kepada Bapak Drs. Noryamin Aini,

M.A, selaku dosen penguji proposal yang telah memberikan banyak

kontribusi pemikiran di dalam penulisan skripsi ini.

6. Ayah Ibu tercinta Hanri Wirata dan Agatsih Purwiyani yang tidak henti-

hentinya memberikan dukungan moril dan materil. Terima kasih untuk

kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada

penulis. Doa yang dipanjatkan, menjadikan motivasi tersendiri yang

vii
memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

meskipun begitu banyak halangan dan rintangan. Farid Mahendra yang

menjadi adik sekaligus teman penulis saat dirumah. Andung yang selalu

memberikan kekuatan dan doa. Reihan, sebagai sepupu sekaligus teman satu

kostan yang selalu membantu penulis dalam berbagi pengalaman dan bertukar

pikiran dari mulai proposal skripsi sampai dengan penyelesaian skripsi ini

sehingga kita bisa lulus bersama-sama. Dan juga seluruh keluarga besar yang

turut mendoakan.

7. Sahabat-sahabat kesayangan, untuk Yella Novela, Assy Shella, Meiga

Gemala, Astri Wulandari, Novita Zuhrowiya dan Siti Haura Ibtisamah yang

selalu bersama selama dari awal hingga akhir masa kuliah, terima kasih atas

kesetiaannya, waktunya, tawanya, candanya, kehadirannya yang selalu

mengisi hari-hari penulis selama 4 tahun belakangan ini. Semoga

persahabatan kita terus berlanjut sampai tua nanti.

8. Brahmantyo Akhmedika Fauzie, yang selalu memberikan doa, support dan

dukungan tiada henti dikala penulis jenuh dan tidak bersemangat dalam

mengerjakan skripsi ini. Terimakasih atas kata-katanya yang selalu

memotivasi.

9. Anak-anak Kostan ibu Jahit : Niswah, Landu, Mira, Afida, Aul, Fajrin,

Eftrida, Nissa, yang sudah dianggap sebagai keluarga dan adik-adik sendiri,

Terimakasih atas seluruh canda tawa dan keceriaannya sehingga dapat

viii
menjadi energi dan semangat baru bagi penulis saat berada di rumah keduanya

di Ciputat.

10. Teman-teman KKN CERIA 2014 terimakasih untuk Chea, Vita, Wulan,

Babeh, Aziz, Bonte, Salman, Haikal, Riduan, Fauzan, Mahe, Amal, Yuan dan

Anif. 1 Bulan di desa Harkatjaya telah memberikan pengalaman dan cerita

tersendiri yang membekas di hati penulis, banyak sekali momen-momen seru

yang berkesan selama tinggal disana. Terimakasih pula untuk warga desa

yang masih tetap menjaga silaturahmi dan selalu mendoakan kelancaran

perkuliahan penulis.

11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah C angkatan 2011, terimakasih

untuk segala kekompakan, kebersamaannya. Semoga jalinan ukhuwah tetap

terjaga sekalipun kita telah berada pada aktivitas masing-masing.

Ciputat, 7 Juli 2015

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. i

ABSTRAK ……………………………………………………………………..... ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1


B. Pembatasan Masalah ……………………………………………... 8
C. Perumusan Masalah …………………………………………….… 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………….………... 9
E. Metode Penelitian ………………………………………………… 10
F. Literatur Review ………………………………………………….. 15
G. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 18

BAB II KONSEP DASAR ETIKA BISNIS ISLAM ……………….……….. 20

A. Etika …………………………………….................................... 20
B. Etika Bisnis ………………………………………………….… 22
C. Etika Bisnis Islam ………………………………………….….. 25
D. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam ………………..…….. 31
E. Tujuan Bisnis Islam …………………………………….……... 40
F. Pedoman Bisnis dalam Islam ………………………….………. 42
G. Aktivitas Bisnis yang terlarang dalam Syariah ………….…….. 44
H. Etika Bisnis Islam kaitannya dengan Manajemen Laba ………. 46

BAB III KONSEP DASAR MANAJEMEN LABA ……………….………… 47

A. Laporan Keuangan …………………………….…………………... 47


B. Agency Theory ………………………….………………………….. 47
C. Asimetri Informasi ………………………….……………………… 50

x
D. Manajemen Laba ……………………………………………….….. 50
E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual …………………………….….. 52
F. Motivasi Manajemen Laba ………………………………………… 53
G. Bentuk-Bentuk Manajemen Laba …………………………………. 57
H. Manajemen Laba, Apakah Legal dan Etis ………………………… 58

BAB IV TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP MANAJEMEN


LABA ……………………………………………………………………………. 64

A. Bentuk Manajemen Laba menurut Syariah ………………………. 61


B. Manajemen Laba ditinjau dari Etika Bisnis Islam ……………….. 68

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 79


Kesimpulan ……………………………………………………………. 79
Saran …………………………………………………………………… 80

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 81


LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 85

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, konsep-konsep materialistik menjangkau lebih besar dunia

ekonomi dan bisnis dibandingkan dengan konsep nilai-nilai spiritual. Konsep-konsep

materialistik pun lebih mendominasi kebanyakan orang, khususnya para pelaku

bisnis. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan, kedudukan dan kekuasaan menjadi

kriteria umum dalam penilaian berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbisnis.

Akan tetapi kebanyakan mereka melupakan nilai-nilai moral dan perilaku yang sehat

dalam berbisnis. Materi adalah makanan bagi tubuh, sementara etika adalah nutrisi

bagi jiwa. Karena itulah, setiap saat masalah bisnis seringkali bertambah, sedangkan

keberkahan dalam berusaha menjadi berkurang. 1

Yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah

memisahkan ekonomi dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu

dengan akhlak, politik dengan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah daging

dengan kehidupan Islam. Islam berbeda dengan konsep kapitalisme yang

memisahkan akhlak dengan ekonomi. Manusia muslim, individu maupun kelompok,

dalam lapangan ekonomi atau bisnis, disatu sisi diberi kebebasan untuk mencari

1
Husain Syahatah dan Siddiq Muh. Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Penerjemah
Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), h. 22.
1
2

keuntungan sebesar-besarnya. Namun, di sisi lain, ia terikat dengan iman dan etika

sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau

membelanjakan hartanya, namun tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam.2

Di dalam melakukan bisnis, Islam telah memperlihatkan adanya suatu struktur

yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya. Hal ini disebabkan bahwa

dalam ilmu akhlak (moral), struktur etika dalam Islam lebih banyak menjelaskan

nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada niat hingga perilaku atau perangainya.

Nilai moral tersebut tercakup dalam empat sifat yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan

fathonah. Keempat sifat ini diharapkan dapat menjaga keberlangsungan institusi

ekonomi dan keuangan secara professional dan menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan

sosial berjalan sesuai dengan aturan permainan yang berlaku.

Salah satu problematika yang serius dalam dunia bisnis ialah rendahnya nilai

dan moral, sehingga dapat membahayakan setiap transaksi-transaksi bisnis yang

dilakukan oleh pebisnis. Rendahnya nilai moral ini dapat mempengaruhi hilangnya

sistem kepercayaan, serta menimbulkan ketidakjujuran dan persekongkolan yang

tidak baik.3

Teori yang dapat menjelaskan mengenai hal ini adalah Agency Theory. Agency

Theory adalah hubungan antara Principal dan Agent. Principal dalam dunia bisnis

2
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta: Gema insani Press, 1997), h. 51.
3
Husain Syahatah dan Siddiq Muh. Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Penerjemah
Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), h. 15.
3

disini ialah para investor maupun calon investor. Sedangkan Agent ialah para manajer

perusahaan atau orang yang mengelola perusahaan. Teori ini mengasumsikan bahwa

masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri

sehingga menimbulkan konflik kepentingan. Pihak principal termotivasi mengadakan

kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.

Sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun

kontrak kompensasi. Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja

agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan

kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah yang mengakibatkan adanya

ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent.

Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi.

Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana adanya gap antara pengetahuan

informasi yang dimiliki satu pihak dengan pihak lainnya. Dalam kondisi ini, dapat

memunculkan kesempatan bagi pihak yang satu untuk melakukan manipulasi atau

ketimpangan informasi atau ketidaktahuan informasi yang dimiliki oleh pihak yang

lainnya. Dengan demikian terdapat adanya konflik kepentingan serta asumsi bahwa

individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri. Dalam dunia

bisnis, asimetri informasi ini dapat dialami oleh principal dan agent kaitannya dengan

laporan keuangan dan besaran laba.


4

Setiap perusahaan tak terkecuali entitas bisnis syariah perlu untuk menampilkan

sisi baik keuangan perusahaan, hal ini diperlukan sebagai bentuk tolak ukur hasil

kinerja perusahaan dimata umum terutama stakeholder maupun investor. Hal ini

terkait dengan kejamnya pasar kepada perusahaan yang tidak mampu memenuhi

target atau meleset dari perkiraan pasar. Sehingga tekanan ini dapat mengakibatkan

munculnya motif-motif tindakan manajerial terhadap tampilan laba yang dapat

menurunkan kualitas laporan keuangan, yang mana tindakan ini disebut dengan

manajemen laba. Manajemen laba adalah salah satu bentuk praktik masalah etis yang

terjadi di perusahaan.

Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan dan

merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode

dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan. Manajemen laba adalah satu

bentuk dari bentuk kebijakan manajemen untuk memaksimumkan kepentingannya

sesuai dengan asumsi teori akuntansi positif. Namun intervensi yang dapat

dilaksanakan oleh manajemen ini terkadang dapat membawa praktik yang seharusnya

bersifat baik, menjadi tidak baik.

Hasil penelitian Beattie et al. (1994) menunjukkan bahwa investor cenderung

lebih mementingkan informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana proses yang

digunakan untuk mencapai tingkat laba tersebut. Investor juga cenderung

menghindari risiko (risk averse). Kondisi ini yang memotivasi manajer untuk

melakukan praktik manajemen laba dengan cara menutupi kinerja perusahaan yang
5

sebenarnya, dan menampilkan kinerja yang sesuai dengan apa yang ingin manajer

tampilkan.

Contoh kasus intervensi manajemen laba yang memunculkan skandal akuntansi

ialah pada kasus Enron Energy tahun 2000, kasus peningkatan pendapatan Xerox

tahun 1997-2000 serta PT Kimia Farma, Global Crossing, Tyco , Green Tree

Financial Corporation, Xerox, Worldcom.4 Di Indonesia, kasus serupa pun terjadi

pada kasus mark up laba Indofarma tahun 2001 dan kasus pembukuan ganda Lippo

Bank tahun 2002, kasus PT Citra Marga Nusapala Persada, Bank Duta, PT

Perusahaan Gas Negara tahun 2006, PT Bank Lippo tahun 2002 , PT Ades Alfindo

tahun 200 yang melakukan praktik manajemen laba melalui manipulasi berbagai

prosedur akuntansi di bagian persediaan, produksi, penjualan, keuangan dan metode

akuntansinya 5.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky Syahfandi dan Siti Mutmainah juga

menunjukkan bahwa 6 dari 9 bank umum syariah di Indonesia melakukan praktik

manajemen laba dengan teknik income smoothing yang terjadi para tahun 2009

sampai dengan 2011. Hasil Penelitian Gandi Sukmajati (2012) juga menunjukkan

adanya beberapa perusahaan public dalam Jakarta Islamic Index yang melakukan

teknik manajemen laba dengan cara perataan laba, perusahaan tersebut diantaranya

adalah Barito Pasific Tbk, Indika Energy Tbk, Telkom Indonesia Tbk, Truba Alam

Manunggal Tbk, dan Wijaya Karya Tbk. Kemudian faktor yang berpengaruh
4
Kompas, 15 Juli 2002.
5
Dedhy Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 53.
6

signifikan ialah leverage, dimana para perusahaan perusahaan tersebut cenderung

memanipulasi besaran hutangnya untuk menghindari default. Dapat dikatakan bahwa

telah cukup banyak kasus manajemen laba baik yang telah diketahui oleh publik,

maupun belum diketahui publik.

Watts dan Zimmerman (1985) menyatakan bahwa indikasi praktik manajemen

laba ialah dilakukan karena motivasi bonus, motivasi utang, motivasi pajak, motivasi

penjualan saham, motivasi pergantian direksi, serta motivasi politis. Motivasi-

motivasi ini lah yang dapat mendorong suatu manajer atau otoritas di perusahaan

untuk melakukan manajemen laba. Bertepatan dengan akan dibukanya pintu gerbang

Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015, atas motivasi penjualan saham,

diperkirakan akan terjadi banyak praktik manajemen laba dimana perusahaan akan

berlomba-lomba menampilkan sisi terbaik perusahaannya demi menarik investor

asing yang akan menginvestasikan dananya ke Indonesia.

Dari beberapa contoh yang disebutkan diatas bahwa tidak sedikit pula

perusahan atau entitas yang melakukan atau menerapkan praktik manajemen laba di

dalam pelaporan tampilan keuangannya, tentunya dengan berbagai macam motif yang

mendasarinya.

Pada kenyataannya sampai saat ini terdapat pandangan yang berbeda-beda

terhadap praktik manajemen laba. Pada satu sisi, manajemen laba dipandang sebagai

suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena dengan adanya

menejemen laba maka informasi yang diberikan tidak mencerminkan keadaan


7

perusahaan dan mengaburkan nilai perusahaan sesungguhnya. Sehingga dengan

adanya tindakan tersebut dapat menyebabkan stakeholder keliru dalam mengambil

keputusan. Sedangkan pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu

yang wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam

ketentuan untuk pelaporan keuangan asalkan masih sesuai dengan Prinsip Akuntansi

Berlaku Umum.

Di Indonesia pun terdapat Prinsip Akuntansi Berlaku Umum yang

menggunakan dasar akrual sebagai metode pencatatan laporan keuangan. Fatwa

Dewan Syariah Nasional No. 14/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sistem Distribusi Hasil

Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah menyebutkan bahwa untuk kemaslahatan

dalam pencatatan (laporan keuangan) sebaiknya digunakan system akrual basis,

meskipun juga disebutkan bahwa dalam distribusi hasil usaha hendaknya ditentukan

atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi (Cash Basis). Berdasarkan PSAK No.

101 tentang Akuntansi Bank Syariah, diambil asumsi dasar konsep akuntansi bank

syariah sama dengan asumsi dasar konsep akuntansi dasar konsep akuntansi

keuangan secara umum yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan dasar

akrual.

Namun secara syariah, walaupun muamalat dilakukan tidak secara tunai, namun

pencatatannya haruslah benar. Seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 282:
8

           

   

Artinya: “Hai, orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’malah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.”

Dengan demikian perspektif etika terhadap suatu aktivitas bisnis sangatlah

penting, khususnya pada bisnis-bisnis yang bergerak di bidang syariah, tentu tuntutan

akan praktik secara Islami mengikuti visi dan misi dari entitas itu sendiri. Karena

etika bisnis dapat digunakan sebagai cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis

suatu bisnis dengan tuntutan moralitas.

Bagaimana etika bisnis Islam memandang praktik manajemen laba. Apakah

bersifat sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar, atau diperbolehkan atau

tidaknya perilaku manusia tersebut dalam kerangka etika bisnis Islam. Sehingga

penelitian ini akan berusaha melihat aspek moralitas atau aspek normatif etika bisnis

Islam tentang menejemen laba.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut dalam bentuk penelitian dengan judul “ETIKA BISNIS ISLAM

TENTANG MANAJEMEN LABA”

B. Pembatasan Masalah
9

Penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis

agar tidak keluar dari pembahasan. Maka penelitian dibatasi pada Sumber yang

digunakan adalah kajian kepustakaan dengan data yang bersumber pada Al-Quran,

Al-Hadist, serta serta literatur-literatur terkait.

Penelitian ini bersifat kajian normatif, karena hanya melihat fenomena

manajemen laba secara keseluruhan dan ditarik kesimpulan berdasarkan konsep nilai-

nilai etika bisnis Islam. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis isi, dimana penulis mengkaji materi atau literatur tertentu dari pokok

bahasan masalah yang telah diteliti. Pembatasan masalah perihal objek yang menjadi

fokus bahasan dalam penelitian ini adalah Motivasi manajemen laba, Bentuk – bentuk

manajemen laba, dan Praktik Manajemen Laba.

C. Perumusan Masalah

Untuk dapat melihat lebih mendalam mengenai praktik manajemen laba agar

lebih terfokus pada tema yang dimaksud, akan dikumpulkan sumber-sumber

kepustakaan yang nantinya akan diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti.

Serta masalah yang dapat diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut:

1. Adakah bentuk manajemen laba yang diperbolehkan menurut Syariah?

2. Bagaimana manajemen laba ditinjau dari etika bisnis Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


10

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab isu-isu tekait dengan bagaimana etika

bisnis Islam memandang permasalahan manajemen laba. Tujuan dalam penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk manajemen laba yang diperbolehkan atau tidak

diperbolehkan oleh syariah.

2. Untuk mengetahui manajemen laba ditinjau dari etika bisnis Islam.

Manfaat yang dapat diberikan dengan adanya penelitian ini yaitu :

1. Manfaat teoritis adalah dapat memperluas dan menambah khazanah

pengetahuan mengenai permasalahan terkait penelitian, serta dapat menjadi

referensi untuk keperluan studi dan penelitian mengenai hal-hal yang terkait

dengan penelitian.

2. Manfaat praktis adalah dapat menjadi rambu-rambu sekaligus pengingat bagi

para praktisi agar dapat mengatur manajemen selaras dengan prinsip-prinsip

islami.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini ialah bentuk penelitian kualitatif deskriptif yang berarti

bahwa penelitian hanya menggunakan data literatur sebagai alat mempertajam dan

memperkuat hasil analisis dan bukan merupakan data primer penelitian. Berikut ini

adalah langkah-langkah penelitian yang dilakukan:


11

1. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara

library research , yaitu melakukan penelitian dengan cara mencari bahan materi

baik teori maupun praktis melalui literatur berupa bahan-bahan pustaka (buku,

majalah, jurnal, artikel, dokumen, dan sebagainya) dan dokumen-dokumen

yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti sebagai data primer

maupun sekunder, dalam penelitian ini, yang menjadi data primer adalah Al-

Quran, sedangkan data sekunder berasal dari bahan-bahan pustaka dan

dokumen-dokumen terkait permasalahan diatas. Ini merupakan suatu penelitian

yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

penelitiannya.6

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian dengan studi

kepustakaan dengan mengandalkan teori-teori dan konsep-konsep yang ada

untuk diinterpretasikan berdasarkan tulisan-tulisan yang mengarah kepada

pembahasan. Sumber-sumber tersebut di dapat dari karya yang ditulis oleh

intelektual dan ahli yang berkompeten tentang etika bisnis Islam dan

manajemen laba, diantara sumber-sumber yang digunakan peneliti ialah:

a. Al- Quran

b. Al- Hadist

6
Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Obor Nasional, 2004), h. 2-3
12

c. Husain Syahatah, dan Siddiq Muh. Al-Amin. Transaksi dan Etika Bisnis

Islam. (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005)

d. Faisal Badroen et al., Etika Bisnis dalam Islam. (Ciputat: UIN Jakarta Press,

2005)

e. Muhammad Djakfar. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. (Malang: UIN

Malang Press, 2007)

f. Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam. (Bandung: Alfabeta, 2013)

g. Veithzal Rivai, dkk. Islamic Bussiness and Economic Ethics. (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012)

h. Dedhy Sulistyawan et al., Creative Accounting. (Jakarta: Salemba Empat,

2011)

i. Sri Sulistyanto. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. (Jakarta:

Grasindo, 2008)

j. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2006)

k. Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islami. (Bandung: Alfabeta, 2003)

2. Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini bersifat kualitatif tekstual

dengan menggunakan pijakan terhadap proporsi-proporsi ilmiah yang

dikemukakan oleh para pakar etika bisnis Islam dan pakar akuntansi yang erat

kaitannya dengan pembahasan.


13

3. Sumber Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan sumber data

berupa teori-teori yang berasal dari literatur dan karya ilmiah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, mengidentifikasi wacana

dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web atau internet,

ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk

mencari hal-hal atau variabel yang dapat berupa catatan, transkrip, buku, dan

sebagainya yang memiliki keterkaitan dengan kajian tentang konsepsi etika

bisnis islam kaitannya dengan manajemen laba.

5. Metode Pengolahan Data / Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis

untuk mendapatkan konklusi, bentuk-bentuk dalam teknik analisis data ialah

sebagai berikut:

a. Metode Deskriptif, yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu

data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Pengolahan data

yang dilakukan dengan cara memaparkan data-data yang ada secara apa

adanya bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai

keadaan saat ini dan melihat kaitan antara permasalahan penelitian dengan

teori dalam Fikih Muamalat dan Etika Bisnis islam.


14

a) Analisis isi (content analysis), yaitu proses pengolahan data dengan cara

menganalisis materi/isi tertentu dari data-data yang telah dipaparkan secara

deskriptif sesuai dengan batasan masalah yang terkait. Menurut Weber,

Content Analysis adalah metodologi yang memanfaatkan seperangkat

prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah dokumen.

Menurut Hostli, Content Analysis adalah teknik apapun yang digunakan

untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan karakteristik

pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.7

Dengan cara analisis isi dapat dibandingkan antara satu buku dengan

buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan

waktu penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut

dalam mencapai sasaran sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat

atau sekelompok masyarakat tertentu. Syarat tentang Cintent Analysis yaitu

objektif, sistematis, dan general.

6. Metode Pembahasan

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka sangat diperlukan untuk

menggunakan pendekatan-pendekatan yaitu:

7
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda, 2010), h.
163
15

a) Metode induktif adalah berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa

kusus dan kongkrit, kemudian digeneralisasikan menjadi kesimpulan yang

bersifat umum.

b) Metode deduktif adalah metode yang berangkat dari pengetahuan yang

bersifat umum itu dan hendak menilai sesuatu kejadian yang sifatnya

khusus.

c) Metode komparasi adalah meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan

dengan situsi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu

faktor dengan yang lain, dan penyelidikan bersifat komparatif.

F. Literatur Review

1. Sirman Dahwal, “Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian


Normatif)
Bahwa secara normative, etika bisnis menurut hukum Islam

memperlihatkan adanya struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur

lainnya. Hal ini disebabkan karena struktur etika dalam agama Islam lebih

banyak menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat

atau ide hingga perilaku dan perangai. Nilai moral tersebut tercakup dalam

empat sifat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Serta etika bisnis

menurut hukum Islam harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip

kesatuan (unity), keadilan/keseimbangan (equilibrium), kehendak

bebas/ikhtiar (free will), pertanggungjawaban (responsibility) dan kebenaran

(truth), kebajikan (wisdom) dan kejujuran (fair). Kemudian harus memberikan


16

visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang

bersifat sesaat melainkan mencari keuntungan yang mengandung hakikat baik

yang berakibat atau berdampak baik pula bagi semua umat manusia.

2. Azharsyah Ibrahim, “Income Smoothing dan Implikasinya terhadap

Laporan Keuangan Perusahaan dalam Etika Ekonomi Islam”. Jurnal

Media Syariah Vol. XII No. 24, Juli 2010.

Hasil kajian menunjukkan bahwa dari sudut pandang etika secara umum

ada dua pendapat yang bertolak belakang yaitu yang menganggap wajar; dan

yang menganggap tidak etis. Akan tetapi pendapat kedua lebih kuat. Praktik

yang dilakukan pun memberi pengaruh yang signifikan terhadap laporan

keuangan perusahaan karena mempengaruhi jumlah laba yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan, yang efeknya dapat mengelabui stakeholder terhadap

kondisi keuangan perusahaan tersebut.

3. Syafrudin Arif, “Etika Islam dalam Manajemen Keuangan”, Jurnal HI

Volume 9, Nomor 2, Desember 2011.

Bahwa Islam mengakui motif laba, namun juga mengikat motif itu

dengan syarat-syarat moral, social, dan temperance (pembatasan diri).

Sehingga kalau ajaran Islam itu dilaksanakan, pemakaian motif laba seorang

individu/perorangan, tidak sampai menjadikan individualism yang ekstrem,

yaitu manusia yang hanya ingat akan kepentingan diri tanpa memperdulikan

masyarakat. Sistem Ekonomi Islam jika diikuti dan dilaksanakan, merupakan


17

imbangan yang harmonis antara kepentingan individu dan kepentingan

masyarakat.

4. Tatang Ary Gumati. “Earning Management: Suatu Telaah Pustaka”.

Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.2, Nopember 2000.

Penelitian ini meneliti bahwa earning management atau manajemen laba

merupakan suatu fenomena baru yang telah menambah wacana perkembangan

teori akuntansi. Istilah manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung

dari upaya manager untuk melakukan manajemen informasi akuntansi,

khususnya laba demi kepentingan pribadi atau perusahaan. Manajemen laba

tidak selamanya merupakan suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak

selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.

Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa praktek manajemen laba

ditemui dalam banyak konteks. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa atau

variabel-variabel ekonomi tertentu dapat dijadikan sarana untuk memanage

laba. Dan hasil secara teoritis menunjukkan bahwa pada teori akuntansi positif

menjelaskan bahwa manajer memiliki insentif atau dorongan untuk

memaksimalkan kesejahteraannya.

5. Astri Faradila dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada

Perbankan Syariah” Jurnal RAK Vol 4 No. 1, Februari 2013.


18

Penelitian ini mencari dan menganalisis adanya praktik manajemen laba

pada bank syarah, menggunakan 11 BUS, dengan menggunakan Model Jones

Modifikasi. Hasil menunjukkan bahwa nilai accrual discretioner pada sampel

11 Bank Umum Syariah masih berkisar di bawah angka 0 (nol), hal ini berarti

bank syariah melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba.

Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya ialah terletak pada tema

penelitian, yaitu ada yang membahas mengenai etika bisnis Islam dan juga ada yang

membahas mengenai manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian sebelumnya ialah pada penelitian ini mengkaji fenomena manajemen laba

yang kerap terjadi pada entitas bisnis syariah ditinjau dari segi etika bisnis menurut

Islam, karena sejauh ini telah banyak sekali penelitian yang mengkaji perihal

manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya namun tidak dikaitkan

secara langsung terhadap tataran atau nilai-nilai Islam. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk mengaitkan secara langsung bagaimana etika bisnis menejemen laba

menurut Islam.

G. Sistematika Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah

metode penulisan yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi oleh Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2012. Selanjutnya untuk memudahkan dan lebih

sistematisnya skripsi ini, penulis menyusunnya ke dalam lima (5) bab, yaitu:
19

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi permasalahan

pembatasan dan perumusan masalah, metodolgi penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Pada bab ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai Konsep Dasar Etika

Bisnis Islam, yang mencakup didalamnya mengenai Etika, Etika Bisnis,

Etika Bisnis Islam, Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam, Tujuan Bisnis Islam,

Pedoman Bisnis dalam Islam, setika Bisnis Islam kaitannya dengan

Manajemen Laba.

Bab III : Pada bab ini akan dibahas mengenai Konsep Manajemen Laba yang

mencakup didalamnya Laporan Keuangan, Agency Theory, Asimetri

Informasi, Manajemen Laba, Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual, Motivasi

Manajemen Laba, Bentuk-Bentuk Manajemen Laba, serta Manajemen

Laba, Apakah Legal dan Etis.

Bab IV : Pada Bab ini membahas tentang bagaimana Tinjauan Etika Bisnis Islam

terhadap Manajemen Laba.

Bab V : Pada Bab ini berisi Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II

KONSEP DASAR ETIKA BISNIS ISLAM

A. Etika

Etika adalah tata nilai yang diletakkan sebagai regulator kehidupan guna

mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh tingkah laku manusia.1 Ethics yang

menjadi padanan dari etika, secara etimologis berarti ‘the discipline dealing with

what is good and bad and with moral duty and obligation’, ;a set of moral principle

or values’, ‘a theory or system moral values.’2

Etika dapat diartikan sebagai sikap untuk memahami opsi-opsi yang harus

diambil diantara sekian banyak pilihan tindakan yang ada. Etika tidaklah ditafsiri

sebagai sesuatu yang merampas kebebasan manusia dalam berbuat. Malah etika

sangat erat kaitannya dengan kebebasan namun kebebasan yang bertanggung jawab.

Hal ini dapat dikatakan bahwa Etika adalah suatu kesadaran pada diri seseorang

atas dasar nilai dan rasa tanggung jawab atas sesuatu yang dianggapnya baik atau

buruk, wajar atau tidak wajar, diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sehingga

keseluruhan perbuatan yang dilakukan berdasarkan pada satu pemahaman kata yaitu

benar dan baik. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan aturan

hukum yang mempunyai unsur paksaan ekstern.

1
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 1.
2
Joseph H, dkk, Webster’s New Collegiate Dictionary, (USA: Houghton Mifflin Hartcourt, 2012), h.
13-15
20
21

Sedangkan dalam Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah

etika dalam al- quran adalah khuluq. Al-quran juga menggunakan sejumlah istilah

lain untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan: khair (kebaikan), birr

(kebenaran), qist (persamaan), „adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan

kebaikan), ma’ruf (mengetahui dan menyetujui) dan takwa (ketakwaan). Tindakan

yang terpuji disebut sebagai shalihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai

sayyi’at.3

Etika dalam Islam, dipahami sebagai akhlak atau adab yang bertujuan untuk

mendidik moralitas manusia. Etika merupakan jiwa ekonomi Islam yang

membangkitkan kehidupan dalam peraturan dan syariat. Oleh sebab itu, etika atau

akhlak adalah hakikat-hakikat yang menempati ruang luas dan mendalam pada akal,

hati nurani, dan perasaan seorang muslim.

Terdapat dua macam etika, yaitu:4

1. Etika Deskriptif

Adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan

perilaku manusia, secara apa yang dikejar setiap orang dalam hidupnya sebagai

sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta

secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu

fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.

3
Rafik Issa Beekun, dalam Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economic Ethics. (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2012), h. 3.
4
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 13.
22

2. Etika Normatif

Etika Normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku

yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya

dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi

etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia

bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan

kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

B. Etika Bisnis

Definisi etika bisnis ialah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah

dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip moralitas. Atau dapat disebut juga

prinsip dan norma dimana para pelaku binis harus commit padanya dalam

bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan

selamat.5

Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan

Apakah bisa pengertian moral seperti tanggung jawab perbuatan yang salah dan

kewajiban, diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan? Ada dua pandangan

yang muncul atas masalah ini, pandangan pertama, berpendapat bahwa karena aturan

yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa

perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa

5
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 15
23

yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan bahwa tindakan mereka bermoral atau

tidak bermoral dalam pengertian sama yang dilakukan manusia. Pandangan kedua

ialah pandangan filsuf yang berpendirian, bahwa tidaklah masuk akal jika organisasi

bisnis secara moral bertanggung jawab, karena ia gagal mengikuti standar moral, atau

mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis seperti

mesin yang anggotanya harus secara membabi buta menaati peraturan formal yang

tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk

menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti

standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak

secara moral. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan

tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan

bertindak secara moral, maka hal ini disebabkan oleh pilihan individu dalam

perusahaan yang bertindak secara bermoral.6

Mengapa perusahaan harus menetapkan kode etik dalam keseharian roda

perjalanannya?

Pertama, perusahaan yang punya standar etika dapat menciptakan suasana

psikologis lingkungan kerja yang sehat, dan perusahaan yang tidak demikian akan

mengalami sebaliknya.

Kedua, ialah trust (kepercayaan) dalam sebuah perusahaan adalah hal yang

sangat fundamental guna mencapai efisiensi transaksi dalam bisnis. Dan upaya

6
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), h. 5.
24

mempertahankan perilaku etis yang konsisten sangat diperlukan guna

mempertahankan trust konsumen tersebut.

Ketiga, melakukan tindakan yang benar atau salah di tempat kerja akan berefek

pada produk-produk dan pelayanan yang dihasilkan serta menjamin hubungan baik

dengan para stakeholder.

Keempat, etika bisnis semata-mata persoalan menerapkan dasar apa yang baik

atau buruk, salah atau benar, wajar atau tidak wajar, layak atau tidak layak, dan

sebagainya sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang baik dan

berharga.

Kelima, etika bisnis adalah persoalan menghadapi posisi dilematis yang kerap

dihadapi dalam aktivitas rutin bisnis yang tidak jelas dasar hukumnya, apakah itu

benar atau salah.7

Namun apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk

pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk pada

tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi mengenai

pelanggaran etika atau moral. Karena dari itu dapat diasumsikan bahwa suatu

organisasi merasa terikat dan dapat menciptakan beberapa struktur yang berwenang

untuk mendorong organisasi ke arah etika dan moral bisnis. Lalu selanjutnya timbul

pertanyaan, dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah laku etis pada pihak-pihak

manajerial-manajerial pembuat keputusan?

7
Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 17-18.
25

Alasan mengejar keuntungan, atau lebih tepat, keuntungan adalah hal pokok

bagi kelangsungan bisnis ialah hal utama bagi setiap perusahaan untuk berperilaku

tidak etis.

Pada hakikatnya keuntungan adalah hal yang baik. Karena pertama, keuntungan

memungkinkan perusahaan bertahan (survive) dalam kegiatan bisnisnya. Kedua,

keuntungan adalah salah satu indikator yang dilihat oleh para investor untuk

menanamkan dananya pada perusahaan. Ketiga, keuntungan tidak hanya

memungkinkan perusahaan survive melainkan dapat menghidupi karyawannya

kearah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai

pengembangan atau ekspansi perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan

kerja baru.8

C. Etika Bisnis Islam

Secara sederhana mempelajari etika dalam bisnis berarti mempelajari tentang

mana yang baik atau buruk, benar atau salah, serta halal atau haram dalam dunia

bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas Islam.

Etika bisnis dalam kaitannya dengan ajaran Islam ialah sebuah pemikiran atau

refleksi tentang moralitas yang membatasi kerangka acuannya kepada konsepsi

sebuah organisasi dalam ekonomi dan bisnis yang didasarkan atas ajaran Islam. Etika

bisnis Islam mengatur tentang sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar,

8
Achyar Eldine, “Etika Bisnis Islam”. Jurnal Khazanah, Vol. 3 No. 3, Oktober 2007.
26

atau diperbolehkan atau tidaknya perilaku manusia dalam aktivitas bisnis baik dalam

lingkup individu maupun organisasi yang didasarkan atas ajaran Islam.

Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak

dan bertanggungjawab karena kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja kebebasan manusia

itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebebasan yang terbatas. Dengan kebebasan tersebut

manusia mampu memiih antara yang baik dan jahat, benar dan salah, halal dan

haram.9

Bisnis memberikan banyak dampak dalam kehidupan karena merupakan pilar

ekonomi. Karena itu, bisnis juga menjadi wilayah hukum yang diatur oleh Islam

dengan turunnya wahyu mengenai muamalah maupun hadits dan sunnah dari Nabi

Muhammad saw. Seperti Nabi saw pernah bersabda bahwa sembilan dari sepuluh

pintu rezeki terdapat dalam aktivitas dagang alias bisnis. 10

Bagan 2.1 Akhlak Pebisnis Muslim

Jujur

Akhlak Pebisnis Amanah


Muslim

Toleran

9
Syed Nawaib Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Penerjemah M. Saiful Anam
dan Muhammad Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)
10
Bambang Trim. Bussiness Wisdom of Muhammad SAW, (Bandung: Madania Prima, 2008), h.
12
27

Sumber : Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, 2005.

Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelaku bisnis itu

sendiri, seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan

moral bisnis Islami. Akhlak yang baik dalam bisnis Islam, Pertama ialah Kejujuran,

bahwa dalam Hadist “Tetapkanlah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran

mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan kepada

surga”. Kedua ialah Amanah, Islam menginginkan seorang pebisnis muslim

mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah

dan manusia, serta menjaga muamalahnya dari unsur yang melampaui batas. Ketiga

ialah Toleran, bahwa rasa toleransi dapat mempermudah pergaulan, mempermudah

urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal.

Rasulullah saw. Sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis

berikut ini adalah uraiannya.11

1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam tataran ini, beliau

bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang

mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (HR. Al- Quzwani).

2. Kesadaran tentang signifikansi social kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut

Islam, tidak hanya mengajar keuntungan sebanyak-banyaknya, namun juga

memberikan manfaat dalam menolong orang lain.

3. Tidak melakukan sumpah palsu.

11
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), h. 39-43
28

4. Seorang pelaku bisnis harus bersikap ramah tamah dalam melakukan bisnis.

Nabi Muhammad mengatakan, ”:Allah merahmati seseorang yang ramah dan

toleran dalam berbisnis”(HR. Bukhari dan Tarmizi)

5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik

membeli dengan harga tersebut.

6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar membeli kepadanya.

7. Tidak melakukan ikhtikar atau menumpuk dan menyimpan barang dalam masa

tertentu , dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan

besar pun diperoleh.

8. Dalam melakukan pengukuran, takaran, ukuran, dan timbangan nya harus

benar.

9. Bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah swt

10. Membayar upah sebelum keringat karyawan kering.

11. Tidak melakukan monopoli.

12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang

dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan social.

13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang

yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, narkotika, dan sebagainya.

14. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.

15. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya.


29

16. Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditur) belum mampu

membayar.

17. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Seperti dalam Firman

Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 278:

             

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.

Berikut ini adalah persamaan dan perbedaan antara etika bisnis Islami dengan
Etika Bisnis Konvensional :

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Etika Bisnis Islami dengan Etika Bisnis
Konvensional
Aspek Etika Bisnis Islami Etika Bisnis
Konvensional
1. Azas Tauhid (nilai-nilai Sekularisme (nilai-nilai
transendental) material)
2. Motivasi Dunia dan akhirat Dunia
3. Orientasi Profit dan berkah Profit

4. Etos Kerja Bekerja adalah ibadah Bekerja adalah


kebutuhan pribadi
5. Sikap Mental Menjadi yang terbaik Menjadi yang terbaik
karena Allah karena aktualisasi diri
6. Keahlian dan Kewajiban sebagai Kewajiban perusahaan
30

Pengetahuan muslim
7. Keberhasilan Usaha dan doa Usaha
8. Pertanggung Khalifah (wakil) Allah Pemimpin perusahaan
Jawaban di muka bumi
9. Modal Halal Halal dan haram
10. Suber Daya Tidak terbatas, Terbatas, keinginan
keinginan manusia manusia tidak terbatas
dibatasi
11. Informasi Ayat qauliyah (Al- Ayat-ayat kauniyah
Quran dan Sunnah) (peristiwa alam)
dan ayat kauniyah
(peristiwa alam)
12. Manajemen Ayat qauliyah (Al- Ayat-ayat kauniyah
Strategi Quran dan Sunnah) (peristiwa alam)
dan ayat kauniyah
(peristiwa alam)
13. Manajemen Sesuai koridor syariah Efektif dan Efisien
Operasi
14. Manajemen Terhindar dari Maksimalisasi profit
Keuangan Maghrib (Maysir,
gharar, riba)
15. Manajemen Menciptakan produk Menciptakan produk
Pemasaran kebutuhan masyarakat keinginan masyarakat
(menimbulkan
konsumerisme)
16. Manajemen Kepribadian Islami Kebudayaan perusahaan
SDM
17. Instrumen Zakat, infaq, CSR
31

pemberdayaan shadaqah, waqf


masyarakat

Sumber : Siti Najma, Bisnis Syariah dari Nol.

Tindakan dan keputusan dianggap sesuai dengan etika ialah apabila tergantung

pada niatnya. Niat yang baik diikuti dengan tindakan yang baik dinilai sebagai

ibadah. Islam membolehkan individu untuk bebas percaya dan bertindak sesuai

dengan apa yang ia inginkan, selama tidak mengorbankan akuntabilitas dan keadilan.

Keputusan yang etis mendasarkan rujukan kepada ayat yang tertulis (Al-Quran) dan

ayat yang tersebar di alam semesta (Kauniyyah). Tidak seperti sistem etika yang lain,

etika Islam mendorong manusia untuk membersihkan diri (tazkiyyah) melalui

partisipasi aktif dalam hidup. Dengan melakukan segala tindakan dalam koridor

etika.12

Persamaan antara etika bisnis Islam dengan Konvensional ialah pada etika

bisnis konvensional hubungannya hanya kepada sesama individu, selama tidak ada

yang mengetahui bahwa perbuatan itu merugikan orang lain, maka hal itu dianggap

sah-sah saja. Lain halnya dengan pada sistem etika bisnis Islam, yang hubungannya

tidak hanya kepada sesama manusia, namun juga pada Allah. Segala perbuatannya

ialah akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Sehingga dalam melakukan

bisnis dan transaksi akan berdampak pada kehidupannya di dunia dan akhirat.

12
Rafik Issa Beekun. 1997. Islamic Bussiness Ethics. Virginia: International Institute of
Islamic Thought.
32

D. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam

Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam

Berikut ialah rumusan aksioma atau ketentuan umum yang diharapkan

menjadi rujukan bagi moral awareness para pebisnis muslim untuk

menentukan prinsip-prinsip yang dianut dalam menjelankan bisnisnya.

Aksioma-aksioma tersebut adalah sebagai berikut:13

a. Keesaan (Tauhid)

Bahwa Konsep persatuan atau juga disebut Tauhid ialah dimensi vertikal

Islam. Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah

kepercayaan total dan murni terhadap keesaan Tuhan.14 Yang mana berarti

Allah SWT sebagai Tuhan Maha Esa yang menetapkan batas-batas tertentu

atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada

individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. Bahwa konsep ini

menekankan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan

murni terhadap keesaan Tuhan. Aturan-aturan itu sendiri bersumber pada

kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya vertikal dengan Allah

Swt dan hubungan horizontal dengan kehidupan sesama manusia dan alam

semesta secara keseluruhan untuk menuju tujuan akhir yang sama.

Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai

manusia. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban ekonomik setiap individu

13
Haider Naqvi, Etika ….
14
Djakfar, Etika Bisnis… h. 12
33

disesuaikan dengan kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki dan sinkronisasi

pada setiap peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial.

Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan aspek-aspek lainnya,

seperti ekonomi, akan menimbulkan perasaan dalam diri manusia bahwa ia

akan selalu merasa direkam segala aktivitas kehidupannya, termasuk dalam

aktivitas berekonomi sehingga dalam melakukan segala aktivitas bisnis tidak

akan mudah menyimpang dari segala ketentuanNya. Perhatian terus menerus

untuk emmenuhi kebutuhan etik dan dimotivasi oleh ketauhidan kepada

Tuhan Yang Maha Esa akan meningkatkan kesadaran individu mengenai

insting altruistiknya, baik terhadap sesama manusia maupun alam

lingkungannya. Ini berarti konsep tauhid akan emmiliki pengaruh yang paling

mendalam terhadap diri seorang muslim.15

b. Keseimbangan

Keseimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran

Islam dan hubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta. Dalam

beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,

tak terkecuali kepada pihak manapun. Adil dalam Islam bahwa agar hak

semua orang sama dimata Allah, serta agar hak tersebut dapat ditempatkan

sebagaimana mestinya sesuai dengan aturan syariah. Karena apabila dengan

15
Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 33
34

tidak mengakomodir hak salah satu pihak, maka hal tersebut dapat dikatakan

kedzaliman. Karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.

Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah (5) : 8

           

      


          

   

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan

(tijarah), Islam melarang untuk menipu, walau hanya „sekedar‟ membawa

sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun. Kondisi ini

dapat terjadi seperti gangguan adanya mekanisme pasar atau karena adanya

informasi penting mengenai transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu

pihak (assymetric information). Gangguan pada mekanisme pasar dapat

berupa gangguan dalam penawaran dan gangguan dalam permintaan.16

Konsep equilibrium juga dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di

dunia dan di akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Maka

karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan kepada pengusaha

16
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 78
35

muslim untuk bisa merealisasikan tindakan-tindakan (dalam bisnis) yang

dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan

keselamatan akhirat.

Moral hazard (perilaku mendzolimi) adalah suatu tindakan yang

tercipta akibat ketidakseimbangan moral yang dapat mengakibatkan mudharat

(kesulitan) atau mufsadaat (kerusakan). Moral hazard dalam tindakan bisnis

muslim ialah bertindak curang dalam bertransaksi, tidak menuliskan yang

sebenarnya dalam pelaporan keuangan, serta memanfaatkan kekurangan

informasi pada pihak lain guna kepentingan diri sendiri.

c. Kehendak Bebas

Kehendak bebas ialah suatu rasa yang tertanam dalam diri manusia untuk

dapat bertindak secara tidak dibatasi dalam pengendalian kehidupannya

sendiri. Institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kegiatan

ekonomi. Hal ini dapat berlaku apabila persaingan bebas dapat berlaku secara

efektif, dimana pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak

manapun, tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau private

sektor dengan kegatan monopolistik.

Aktivitas ekonomi dalam konsep ini mengarahkan kepada kebaikan setiap

kepentingan bagi seluruh komunitas, baik sektor pertanian, perindustrian,

perdagangan, maupun lainnya. Larangan adanya bentuk monopoli,

kecurangan, dan praktik riba adalah jaminan terhadap terciptanya suatu


36

mekanisme pasar yang sehat dan persamaan peluang untuk berusaha tanpa

adanya keistimewaan pada pihak tertentu.

Dalam ekonomi Islam, kebebasan disini ialah tetap menggabungkan

antara nilai-nilai moral dan spiritual. Karena apabila tidak ada filter moral,

maka kegiatan ekonomi akan rawan kepada perilaku destruktif yang dapat

merugikan masyarakat luas. Telah menjadi tradisi di masyarakat sekarang ini

bahwa dalam kegiatan ekonominya cenderung mengedepankan materialisme,

tanpa memperdulikan moralitas. Rasululla bersabda, “Pedagang yang jujur

lagi terpercaya adalah bersama-sama para nabi, orang shadiqin dan para

syuhada” (HR Tarmidzi dan Hakim). Hadist tesebut mengemukakan bahwa

para pedagang yang utama ialah yang berlaku jujur dan terpercaya baik dalam

proses penjualan maupun produksinya, pedagang harus berlaku jujur agar

kunci keberkahan akan selalu ada padanya, terlebih lagi bagi pedagang yang

berlaku jujur serta dapat dipercaya, maka mereka ialah bersama dengan para

nabi, shadiqin serta para syuhada, karena mereka ialah merupakan para

pedagang yang amanah dan profesional.

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam,

kebebasan bagi individu dibuka lebar, tetapi kebebasan itu tidak merugikan

kepentingan kolektif. Tidak ada pula batasan pendapatan bagi seseorang untuk

aktif bekerja dan berkarya dengan segala potensi yang dimilikinya.


37

d. Tanggung Jawab (Responsibility)

Dengan adanya kebebasan ekonomi, maka tanggung jawab Muslim

begitu diperlukan agar menghasilkan tindakan-tindakan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab ini dimulai dari kebebasan yang

luas, kemudian kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan

keputusan yang tegas yang perlu diambilnya. Tanggung jawab sangat

berhubungan dengan kebebasan, karena tanggung jawab dapat menetapkan

batasan atas semua hal yang dilakukannya.

Kebebasan dan Tanggung Jawab

Kebebasan manusia yang ada adalah kebebasan yang bertanggung

jawab yaitu kebebasan yang didasari oleh ‘ilm (ilmu) dan kesadaran penuh.

Manusia bebas dalam bertindak, yaitu manusia bebas berbuat sesuatu dengan

tujuan dan disengaja yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal dirinya.

Bisa jadi hal itu disebabkan oleh pengaruh ajaran, agama, bacaan, lingkungan

dan lain sebagainya. Kebebasan dengan kewajiban moral, yaitu bahwa

seseorang yang melakukan sesuatu kewajiban karena ia setuju, walau itu

membutuhkan pengorbanan, karena didapati tindakan tersebut ternyata dapat

membuat ia merasa bebas. Kebebasan bertanggung jawab, yaitu sesungguhnya


38

sikap moral yang mature atau dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab,

dan tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan.17

Dapat disimpulkan bahwa kebebasan itu mengandung anasir berikut:18

- Kemampuan seseorang untuk menentukan suatu tindakan secara independen.

- Kemampuan untuk bertanggung jawab secara sadar.

- Sikap yang dewasa dengan penuh pertimbangan dan konsekuen.

- Adanya semua kondisi di mana seseorang dapat mewujudkan tujuan

hidupnya.

e. Kebajikan

Kebajikan artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan

kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang

mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah dan berbuat

baik seakan melihat Allah, jika tidak mampu maka yakinlah Allah melihat.

Aksioma ihsan dalam bisnis, yaitu : (1) kemurahan hati (leniency); (2) motif

pelayanan (service motives); dan (3) kesadaran akan adanya Allah dan aturan

yang berkaitan dengan pelaksanaan yang menjadi prioritas.

Guna menyempurnakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam sebagaimana

dikemukakan diatas, perlu dikemukakan pula pendapat Rafik Issa Beekun

dalam sebuah karyanya Etika Bisnis Islam. Dalam bukunya ia mengemukakan

sembilan pedoman etika umum bagi bisnis kaum muslim, yaitu jujur dan
17
Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 11.
18
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), Ed. III, h. 13-15
39

berkata benar, menepati janji, mencintai Allah lebih dari mencintai

perniagaan, berbisnis dengan muslim sebelum dengan non muslim, rendah

hati dalam menjalani hidup, menjalankan musyawarah dalam semua masalah,

tidak terlibat dalam kecurangan, tidak boleh menyuap, dan berbisnis secara

adil.19

M. Quraish Shihab menetapkan terdapat empat prinsip dalam ekonomi, yaitu

Tauhid, Keseimbangan, Kehendak Bebas, dan Tanggung Jawab.

Selanjutnya dalam menetapkan etika bisnis ia merincinya yaitu: 20

a) Kejujuran

b) Keramahtamahan

c) Penawaran yang jujur

d) Pelanggan yang tidak sanggup membayar diberi waktu

e) Penjual hendaknya tidak memaksa pembeli dan tidak bersumpah dalam

menjual

f) Tegas dan adil dalam timbangan dan takaran

g) Tidak dibenarkan monopoli

h) Tidak dibenarkan adanya harga komoditi yang boleh dibatasi

i) Kesukarelaan.

19
Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi: Wacana Menuju Pengembangan ekonomi
Rabbaniyah, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 30-32.
20
Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur‟an”, dalam Jurnal Ulum Al— Quran,
No. 3 VII/1997, h. 5-9.
40

Lain halnya dengan Abd. Muin Salim; ia memberikan uraian tentang prinsip-

prinsip filosofi ekonomi Qur‟ani, yaitu: a) Tauhid, b) Isti’mar atau Istikhlaf, b)

Kemaslahatan (Al-silah) dan keserasian (al-adalah), d) Keadilan (al- qist), e)

Kehidupan sejahtera dan kesentosaan dunia akhirat.

E. Tujuan Bisnis Islam

Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan

hidupnya, dan salah satu upaya untuk memperolehnya adalah dengan cara bekerja.

Islam mewajibkan Muslim untuk bekerja. Dan Allah melapangkan bumi dan

seisinya dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk

mencari rezeki, antara lain seperti dalm firman Allah swt. QS Al-Mulk : 15

            
    

 

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu , maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya”

Selanjutnya, firman-Nya dalam QS. Al-A‟raf : 10

 
             

Artinya: “Sesungguhya kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi


dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan”
41

Demikian pula firman Allah Swt dalam QS. Hud : 61

   
      

Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya.”
Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat menekankan atau

mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan maupun pendayagunaannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bisnis Islam dapat diartikan sebagai

berbagai macam bentuk aktivitas bisnis yang tidak dibatasi, namun dibatasi dalam

cara perolehan dan pendanan hartanya. Dalam hal kendali syariah, bisnis dalam

Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama, yaitu sebagai berikut: 21

1) Target Hasil ; Profit Materi dan Benefit Nonmateri

Terdapat paling tidak tiga tujuan atau orientasi bisnis, yaitu pertama nilai materi

(qimah madiyah) yang berhubungan dengan nilai profit atau keuntungan.

Kedua, ialah nilai-nilai Akhlak (qimah khuluqiyah) yaitu nilai-nilai akhlak

mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul dalam kegiatan bisnis,

sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami. Ketiga, ( qimah ruhiyah)

berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah,

atau dalam melaksanakan kegiatan bisnis semata-mata kesadaran hubungannya

dengan Allah. Inilah yang dimaksud bahwa setiap perbuatan muslim adalah

21
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012) h. 13.
42

ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan

hubungannya dengan Allah ketika melakukan bisnis dinamakan ruhnya.

2) Pertumbuhan

Jika profit materi dan non materi telah diraih, maka diupayakan pertumbuhan

atau kenaikan akan terus menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan

benefit tersebut.

3) Keberlangsungan

Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus diupayakan keberlangsungannya

dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu

baik dalam koridor syariat Islam.

4) Keberkahan

Faktor keberkahan atau upaya dalam menggapai ridho Allah, merupakan

puncak kebahagiaan hidup Muslim. Para pengelola bisnis harus mematok

orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan

bisnis selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah. 22

Dalam ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka tujuan akhir

pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam

dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak

dapat pula dipisahkan dengan nilai-nilai keIslaman.

22
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 31.
43

F. Pedoman Bisnis dalam Islam

Di dalam Islam, manusia berhak dan diperbolehkan untuk bekerja dan

mencari rezeki sesuka hatinya, namun dibatasi pada kerangka yang boleh dan

tidak boleh, seperti yang tidak diperbolehkan itu diantaranya adalah penipuan,

kecurangan, sumpah palsu, dan perbuatan bathil lainnya. Dalam melakukan

bisnis juga antara pihak yang bertransaksi harus mencapat kesepakatan suka

sama suka, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Semua jalan yang

saling mendatangkan manfaat antara individu-individu dengan saling rela-

merelakan dan adil, adalah dibenarkan. Prinsip ini telah ditegaskan dalam QS.

An-Nisa : 29-30

         

     


         

   


    
      

    

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar
hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.

Ayat ini menjelaskan bahwa sangat dilarang sekali bagi orang yang
beriman untuk memakan harta dengan jalan yang bathil. Maksudnya ialah
dengan jalan curang yang memberikan kerugian di pihak lain, sedangkan
44

memberikan keuntungan di pihak kita. Karena sesungguhnya yang berbuat


demikian melanggar hak dan menganiaya pihak lainnya, sehingga balasannya
adalah neraka.
Dapat diambil kesimpulan dalam ayat ini ialah perdagangan boleh

dilangsungkan dengan dua hal, yaitu perdagangan harus dilakukan atas dasar

saling rela antara kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak

dengan merugikan pihak yang lain; tidak boleh saling merugikan, baik untuk

diri sendiri maupun orang lain. Sebab, hal ini seolah menghisap darahnya dan

membuka jalan kehancuran untuk dirinya sendiri, misalnya mencuri, menyuap,

berjudi, menipu, mengaburkan, mengelabui, riba, atau pekerjaan lain yang

diperoleh dengan jalan yang tidak dibenarkan.

Pada masa Rasulullah, nilai-nilai moralitas sangat diperhatikan dalam

kehidupan pasar. Bahkan sampai pada masa awal kerasulannya, beliau adalah

seorang pelaku pasar yang aktif, dan kemudian menjadi seorang pengawas yang

cermat sampai akhir hayatnya. Beliat telah memulai pengalaman dagangnya

sejak usia 12 tahun.23

G. Aktivitas Bisnis yang Terlarang dalam Syariah

Dalam melakukan bisnis, pelaku usaha diharapkan tidak melakukan hal-

hal yang dilarang dalam Syariah, diantaranya ialah:24

23
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Penerjemah: Dewi Nurjulianti, (Jakarta:
Yayasan Swarna Bhumy, 1997), h.5.
24
Veitzal Rivai, Islamic and Bussiness Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)
45

a. Melakukan transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim

harus berkomitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh

Allah SWT. Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis

dalam hal-hal yang diharamkan oleh syariah serta dituntut untuk selalu

melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dan masyarakat. Bisnis,

makanan tak halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba,

pelacuran atau semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night

club diskotik, suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain (QS: Al-

A‟Raf : 32. QS: Al Maidah : 100) adalah kegiatan bisnis yang diharamkan.

b. Memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik riba yang

menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan ancaman berat

(QS. Al Baqarah : 275-279).

c. Melakukan pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang perbuatan

memalsukan dan menipu karena dapat menyebabkan kerugian, kezaliman,

serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Allah berfirman dalam

QS. Al-Isra : 35, yang berbunyi ”Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu

menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”. Nabi bersabda ”Apabila

kamu menjual maka jangan menipu orang dengan kata-kata manis”.

Kemudian contoh penawaran atau promosi yang tidak terpuji ialah yang tidak

fair. Hal sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an
46

surat Al Baqarah: 188: ”Janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian

kamu dengan cara yang batil”.

1) Penawaran dan pengakuan (testimoni) fiktif

2) Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan

3) Eksploitasi wanita.

Islam sebagai agama yang menyeluruh mengatur tata cara hidup manusia,

setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Demikian pula pada

proses jual beli harus dikaitkan dengan ‟etika Islam‟ sebagai bagian utama. Jika

penguasa ingin mendapatkan rezeki yang barokah, dan dengan profesi sebagai

pedagang tentu ingin dinaikkan derajatnya sestara dengan para Nabi, maka ia harus

mengikuti syari‟ah Islam secara menyeluruh, termasuk ‟etika jual beli‟.

H. Etika Bisnis Islam kaitannya dengan Manajemen Laba

Pekerjaan jual beli atau berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis.

Kebanyakan masyarakat jika berdagang, selalu ingin mencari laba besar. Jika ini

tujuan usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk

mencapai tujuan tersebut. dan hal ini yang kemudian seringkali melatarbelakangi

mereka untuk berbuat atau berperilaku negatif. Salah satunya dengan berbuat curang,

penipuan, melakukan pengukuran atau timbangan tidak benar, utang yang selalu

ditunda pembayarannya, bila dipercaya ia khianat. Perilaku demikian sangat ditentang

dalam ajaran Islam.


47

Sedangkan manajemen laba ialah suatu tindakan yang banyak menuai

kontroversi, dan dapat dikatakan sebagai praktik manipulasi yang dapat merugikan

pihak lainnya bila diteliti. Jikalau seseorang memiliki kode etik dan prinsip-prinsip

etika bisnis islam di dalam dirinya, maka sejatinya ia takkan berbuat praktik yang

dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan seperti manajemen laba.


BAB III

KONSEP MANAJEMEN LABA

A. Laporan Keuangan

Laporan keuangan ialah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dapat dikatakan bahwa laporan keuangan

adalah suatu alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak

yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan

dan kinerja perusahaan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara

wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai

posisi keuangan dan hasil usaha.1

B. Agency Theory

Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajatan (1995) dalam

Pudyastuti (2009) adalah hubungan antara principal dan agent yang dibuat

berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

principal dan agent.

Agency Conflict atau konflik keagenan timbul pada berbagai hal seperti berikut:

(Jensen & Meckling, 1976, Jensen, 1986, Alijoyo & Zaini, 2004).

1
Hery, Teori Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 1, h. 46

48
49

1. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya

dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Misalnya, investasi

yang bisa meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya

tinggi, sehingga para manajer berada pada posisi untuk mengekstrak tingkat

renumerasi yang lebih tinggi dari perusahaan (Moral Hazard).

2. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang

stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih

tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif (internal

positive investment oppurtunities).

3. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam

mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan

kemampuan manajer. Mereka akan menghindari keputusan investasi yang

dianggap menambah risiko bagi perusahaannya walaupun hal itu bukan

pilihan terbaik bagi perusahaan (Risk Adversion).

4. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan

dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam

pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan

pengembalian akuntansi yang tinggi (short term high accounting return

project) dan tidak berpihak pada proyek jangka panjang dengan pengembalian

positif yang jauh lebh besar (Time-Horizon).

5. Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem

yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang


50

saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki

kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return yang

maksimal, sedangkan manajer bekepentingan terhadap perolehan insentif atas

pengelolaan dana pemilik (Agency Problem).

Teori agensi mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang

cukup tentang kinerja agent (Azlina, 2010 :3). Agent dalam hal ini adalah manajemen

suatu perusahaan dimana mereka yang menjalankan aktivitas operasi perusahaan.

Sedangkan principal adalah para pihak khususnya investor yang telah menanamkan

dananya dalam perusahaan tersebut.

Agent atau manajemen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas

diri, lingkungan kerja, perusahan secara keseluruhan dan prospek di masa yang akan

datang. Sedangkan principal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja

agent. Sehingga dapat saja agent membuat praktik yang tidak diketahui oleh

principal. Hubungan antara agen dan prinsipal didasarkan pada suatu kepercayaan

(Luhgiatno, 2010: 18). Sehingga dalam praktiknya dapat terjadi konflik kepentingan

ketika tidak semua keadaan diketahui oleh semua pihak. Dan sebagai akibatnya,

ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak

tersebut, hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi

(assimetric information) yang dimiliki oleh principal dan agent.


51

C. Asimetri Informasi

Asimetri informasi adalah ketidaksembangan informasi yang dimiliki satu pihak

dengan pihak lainnya. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dan pemilik

(principal) dapat membuka kesempatan bagi manajemen dalam penyajian

informasi yang tidak sebenarnya seperti menyembunyikan beberapa informasi yang

tidak ingin disampaikan kepada pemilik terutama yang berkaitan dengan

pengukuran kinerja manajemen. Dan pengukuran kinerja manajemen itu

ditunjukkan oleh laporan keuangan dan salah satu indikator utamanya ialah laba.

Sehingga dalam hal ini praktik yang dapat dilakukan berkenaan dengan asimetri

informasi princpal dan agent dalam pengukuran laba ialah praktik manajemen laba.

D. Manajemen Laba

Sampai saat ini, beberapa penulis mendefinisikan manajemen laba secara

berbeda-beda. Ada yang menggunakan kalimat bersifat netral (tidak memihak), ada

juga yang menggunakan kalimat bersifat skeptis (cenderung tidak menyetujui).

Bahkan beberapa referensi menunjukkan istilah lain dengan konteks yang negatif,

seperti magic accounting, cosmetic accounting, atau financial shenanigan.2

Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba ialah bentuk upaya yang dilakukan

manajer untuk mencapai keuntungan pribadi melalui rekayasa komponen akrual

yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yng dapat mengakibatkan

2
Dedhy Sulistiawan, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.18
52

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan pihak

lain, karena dengan adanya manajemen laba, laporan perusahaan tidak

mencerminkan nilai fundamental dari perusahaan.

Sulistyawan (2003) mendefinisikan manajemen laba yaitu aktivitas badan usaha

untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang

diinginkan.

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba adalah campur tangan dalam

proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan-keuntungan pribadi.

Healy & Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba terjadi apabila manajer

menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi

untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai

prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang

mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Gumati (2001) menyatakan bahwa manajemen laba tidak harus selalu dikaitkan

dengan upaya untuk manipulasi data atau informasi, tetapi lebih dikaitkan dengan

pemilihan metode akuntansi (accounting method) untuk mengukur kuntungan yang

bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa manajemen laba ialah

suatu bentuk cara mempermainkan atau mengubah angka-angka dalam laporan

keuangan dengan memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan


53

hasil yang diinginkan, namun pada praktiknya hal ini dapat membawa kepada

praktik yang menyesatkan pemegang saham.

Menurut Gunny (2005) manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori, yaitu fraudalent accounting, accrual earning management dan real

earning management. Fraudalent accounting merupakan pilihan akuntansi yang

melanggar General Accepted Accounting Principle (GAAP), sedangkan accrual

earning management merupakan pilihan GAAP yang menutupi kinerja ekonomi

yang sebenarnya dan real earning management terjadi ketika manajer melakukan

tindakan yang menyimpang dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba

yang dilaporkan.

E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual

Pada dasarnya ada dua prinsip pencatatan yang umum digunakan yaitu accrual

basis dan cash basis. Accrual basis merupakan dasar pencatatan akuntansi yang

mewajibkan perusahaan untuk mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan

kas akan diterima atau dikeluarkan. Basis akrual ini timbul karena akuntansi

menggunakan periode waktu sebagai takaran pengukuran laba.

Sedangkan cash basis hanya mengakui hak dan kewajiban apabila kas benar-

benar diterima. Dengan demikian, laba yang diakui dalam satu periode baru akan

diakui bila kas telah diterima.3

3
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 161
54

Diantara keduanya, prinsip berbasis akrual lah yang digunakan pada prinsip

akuntansi berterima umum. Karena prinsip akuntansi berbasis kas tidak dapat

mencerminkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan prinsip

akuntansi berbasis akrual dipandang lebih baik dalam mencerminkan kinerja

perusahaan dalam satu periode. Namun kelemahan yng melekat pada akuntansi

berbasis akrual ini yaitu adalah sifat account akrual yang rawan untuk direkayasa,

tanpa harus melanggar prinsip akuntansi berterima umum.4

Dan letak manajemen laba ialah berada didalam koridor tatanan sistem metode

akuntansi accrual basis dimana pos yang dituliskan dapat sekali di rekayasa, karena

tidak perlu ada perpindahan kas namun transaksi telah dicatat didalam laporan

keuangan.

F. Motivasi Manajemen Laba

Passer dan Smith (2008) dalam Sulistiawan et al., 2011) mendefinisikan motivasi

sebagai sebuah proses yang mempengaruhi arah, ketekunan, dan kekuatan perilaku

individu atau organisasi dalam mencapai tujuan. Melalui pendekatan kognitif,

perilaku pencapaian tujuan ini dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor ekspektasi dan

faktor imbalan yang diformulasikan ke dalam model matematis sebagai berikut:

Motivasi = ekspektasi x Imbalan

4
Ibid.,h. 211.
55

Dalam hal ini manajemen laba, maka suatu badan usaha akan semakin

termotivasi untuk berperilaku kreatif dalam memanfaatkan teknik dan kebijakan

akuntansi ketika badan usaha itu memiliki keyakinan (ekspektasi) akan menerima

imbalan atas tindakan kreatifnya tersebut. Semakin tinggi imbalan yang akan

didapatkan, semakin tinggi ekspektasi yang diterapkan sehingga motivasi untuk

mencapai nilai tersebut pun semakin besar.5

Menurut studi yang dilakukan oleh Healy (1985) serta Watts dan Zimmerman

(1986), Ada beberapa motivasi di balik perilaku manajemen laba yang dilakukan

oleh manajer, yaitu:6

1. Motivasi Bonus

Dalam bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus

sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam menjalankan

operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan

rutin. Sementara bonus yang relatif besar nilainya hanya diberikan ketika kinerja

manajer berada di area pencapaian bonus yang diterapkan oleh pemegang saham.

Kinerja manajemen salah satunya dapat diukur dari pencapaian laba usaha.

Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para

manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang

mereka melakukan tindakan manajemen laba.

5
Dedhy Sulistiawan dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 30.
6
Ibid, h. 31.
56

2. Motivasi Utang

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, manajer juga

melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, atau kreditur. Agar

kreditur mau menginvestasikan dananya di perusahaan, maka manajer harus

menunjukkan performa yang baik dari perusahannya. Selain untuk mendapatkan

pinjaman, kasus seperti itu berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu

perusahaan mendapatkan dana dari kreditur, perusahaan berkewajiban menjaga

rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu. Jika hal ini dilanggar,

maka perjanjian utang dibatalkan.

3. Motivasi Pajak

Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan

selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan.

Kepentingan ini lebih didominasi oleh perusahaan yang belum go public.

Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan

untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai

sebenarnya.kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif untuk

melakukan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan lebih

rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntani perpajakan.

4. Motivasi Penjualan Saham

Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun

sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan melakukan penawaran

saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public
57

Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor.

Demikian juga dengan perusahaan yang suah go public, untuk kelanjutan dan

ekspansi usahanya, perusahaan akan menjual sahamnya ke publik baik melalui

penawaran kedua, penawaran ketiga, dan seterusnya (Seasoned eiuty offerings –

SEO), melalui penjualan saham kepada pemilik lama (right issue), maupun

melakukan akuisisi perusahaan lain.

5. Pergantian Direksi

Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar pergantian direksi atau

Chief Executive Officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabatan, direksi

cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa kerjanya

tetap baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini ditunjukkan dengan

terjadinya peningkatan laba yang cukup signifikan pada periode menjelang

berakhirnya masa jabatan.

6. Motivasi Politik

Memotivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya

banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan industri

strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi tetap mendapatkan subsidi,

perusahaan-perusahaan tersebut cendrung menjaga posisi keuangannya dalam

keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik. Hal ini

dikarenakan jika performa baik maka subsidi tidak akan diberikan.


58

G. Bentuk Manajemen Laba

Scott (1997) dalam Sulistyawan (2011) merangkum pola umum yang banyak

dilakukan dalam praktik manajemen laba, yaitu:

1. Taking a bath

Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi

sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya

atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang

mengalami masalah organisasi (organisational stress) atau sedang dalam proses

pergantian pimpinan manajemen perusahaan.

Pada perusahaan yang baru mengalami pergantian pimpinan , jika perusahaan

berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan

kerugian, manajer baru cenderung bersemangat melaporkan nilai kerugian dalam

jumlah yang sangat ekstrim agar pada periode berikutnya dapat melaporkan laba

sesuai target.

2. Income Minimization

Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah

dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini sering dilakukan dengan motivasi

perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi,

manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan , baik melalui

penghapusan aset tetap maupun melalui pengakuan biaya-biaya periode

mendatang ke periode tahun berjalan.


59

3. Income Maximization

Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari

laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Seperti menunda

pelaporan biaya-biaya tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode

akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah

penjualan dan produksi.

Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan yang akan melakukan

IPO agar mendapat kepercayaan dari kreditor. Hampir semua perusahaan go

public meningkatkan laba dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.

4. Income Smoothing

Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang

dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat risk

adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan.

Dalam dunia keuangan, fluktuasi harga saham atau fluktuasi laba merupakan

indikator risiko.

H. Manajemen Laba, Apakah Legal dan Etis?

Praktik manajemen laba melalui akrual dan aktivitas riil merupakan praktik

akuntansi yang legal, karena tidak melanggar Pernyataan Akuntansi Berterima

Umum (PABU), namun praktik ini dapat memberikan penafsiran (interpretasi) yang

salah bagi investor, kreditur, dan pihak-pihak lain terhadap informasi laba yang

diperoleh perusahaan dalam laporan keuangan. (Sulistiawan, et al., 2011).


60

Masalah utama dalam manajemen laba terdapat pada kecenderungan manusia

untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya sendiri. Karena manusia

cenderung memanfaatkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki guna

mendapatkan tujuannya masing-masing. Teknik dan kebijakan akuntansi hanyalah

alat untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dapat membedakan apakah legal atau

tidaknya, etis atau tidaknya, baik atau buruknya sebuah praktik manajemen laba

ialah motivasi dan perilaku manusia di belakangnya.

Masalah terbesar dalam praktik akuntansi adalah etika. Henderson dan Peirson

(2002) menjelaskan kriteria untuk menilai perilaku akuntan dalam pelaporan

keuangan ialah sebagai berikut:

a. Kejujuran

Kemampuan dan kemauan akuntan menyampaikan realitas ekonomi yang

terjadi dan tidak memberikan informasi yang menyimpang.

b. Reabilitas

Kemampuan untuk memberikan keyakinan bagi pihak pengguna laporan

keuangan bahwa informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

c. Taat Pada Hukum

Kebijakan dan teknik akuntansi harus sesuai aturan. Pelanggaran terhadap

aturan berarti pelanggaran terhadap hukum.

d. Kompetensi

Kejujuran tanpa kompetensi juga merupakan pelanggaran etika karena akuntan

disewa jasanya atau dibayar oleh pihak lain karena kemampuannya


61

menjelaskan kejadian ekonomis dan melaporkannya dalam laporan keuangan

perusahaan. Ketidakmampuan menganalisis fenomena bisnis menurut

perspektif akuntansi mengakibatkan kesalahan dalam penyajian material

laporan keuangan. Hasilnya, informasi yang salah akan merugikan orang lain

walaupun didasari oleh motivasi dan kepentingan tertentu, Djakman (2003:

145) menyatakan bahwa manajemen laba yang dilakukan melalui manajemen

akrual tidak sama dengan manipulasi laba. Manajemen laba dilakukan untuk

memenuhi kepentingan manajemen dengan memanfaatkan kelemahan inheren

dari kebijakan akuntansi akrual dan masih berada dalam koridor prinsip

akuntansi berterima umum. Sedangkan, manipulasi laba merupakan tindak

pelanggaran terhadap prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan

kinerja keuangan perusahaan sesuai dengan kepentingan manajer atau

perusahaan. Begitu pula dengan pernyataan Schroeder dan Clark (1998: 248)

yang menyatakan bahwa apabila manejemen laba dilakukan atas dasar

pertimbangan-pertimbanagan manajerial yang sehat atau melalui pemilihan

metode dan prosedur akuntansi dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh

standar akuntansi, manajemen laba bukanlah suatu tindak kecurangan (fraud),

meskipun manajemen laba dengan cara-cara tersebut dapat mempengaruhi

keputusan stakeholder.

Fischer dan Rosenweig (1994:436) pula mendefinisikan manajemen laba

hanyalah upaya untuk “mempermainkan” angka laba diatas kertas. Dan tidak

menimbulkan kerugian materi bagi siapapun. Permainan angka laba di atas kertas
62

ini dilakukan oleh manajer dengan memanfaatkan fleksibilitas standar akuntansi

yang tersedia. Hal ini dimungkinkan karena standar akuntansi cukup memberikan

peluang kepada manajer untuk mencatat fakta tertentu dengan cara yang berbeda,

serta peluang untuk menggunakan subjektivitas dalam melakukan estimasi

akuntansi. (Worthy, 1984: 52)

Pendapat ini juga senada dengan pendapat para akuntan pendidik, akuntan

manajemen dan akuntan publik yang mengatakan bahwa manajemen laba

dibenarkan sepanjang tidak melanggar standar akuntansi keuangan. Para pemangku

kebijakan tidak dapat disalahkan karena manajemen laba dengan cara yang seperti

itu bukan merupakan tindakan curang, kecuali manajer atau akuntan yang

melanggar standar akuntansi dalam bentuk manipulasi data, perhitungan dan

pelaporan. Pendapat ini juga mengatakan manajemen laba hanyalah bentuk

pemanfaatan dari kebebasan memilih bentuk dari metode akuntansi.

Pemilihan metode akuntansi ialah fleksibel walau pada akhirnya hal itu akan

berpengaruh pada besaran angka laba, dan hal ini bukanlah praktik kecurangan,

dalam hal ini mereka mengikuti teori akuntansi positif sehingga dengan mengikuti

pendapat diatas maka praktik manajemen laba dengan menurut pendapat diatas

menjadi boleh-boleh saja dilakukan.

Pandangan diatas ialah berasal dari perspektif akuntan yang mengatakan bahwa

praktik manajemen laba bukanlah tindakan kecurangan sepanjang dilakukan dalam

koridor standar akuntansi.


63

Sebaliknya, dalam perspektif yang berbeda Mujianto (penasihat investasi) tidak

membenarkan adanya praktik manajemen laba karena walaupun ia adalah bentuk

intervensi yang disengaja oleh manajer atau akuntan pada proses pelaporan

keuangan eksternal atas motif tertentu namun tanpa melanggar standar akuntansi,

tetap saja hal itu adalah tindakan atau perilaku koruptif. Karena menurutnya,

walaupun dilakukan dengan menggunakan strategi apa pun, dengan melanggar

standar akuntansi ataupun tidak, praktik manajemen laba adalah tindakan koruptif.

Dikarenakan praktik tersebut pasti didasari oleh motivasi dan kepentingan pribadi

dengan cara mengesampingkan kepentingan pihak lain. Praktik manajemen laba

menyebabkan angka laporan keuangan terpengaruh dan berpihak pada kepentingan

manajer.7

Seiring pula dengan pendapat Mujianto, IAI (2007) dalam KDPPLK paragraf 16

berkaitan dengan netralitas laporan keuangan, dan PSAK No. 1 (Revisi 1998)

paragraf 5 berkaitan dengan tujuan laporan keuangan yaitu Informasi harus

diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan tidak bergantung pada kebutuhan

dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi

yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak

lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.8

Menurut penasihat investasi, Mujianto, tidak ada manajemen laba yang

dilakukan tanpa motivasi atau kepentingan, baik kepentingan pribadi maupun


7
Ahmad Yusuf, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal Dinamika
Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1 Maret 2010. H. 8
8
KDPPLK Paragraf 16.
64

kepentingan perusahaan. “Untuk mencapai kepentingan tersebut, manajemen laba

pasti dilakukan secara sengaja dan sistematis” Karena menurutnya, bahwa

pemilihan metode akuntansi seharusnya dilakukan tanpa motivasi dan kepentingan

tertentu yang memberikan manfaat lebih unggul pada satu pihak daripada pihak

lainnya.9

Ia menyatakan bahwa praktik manajemen laba merupakan peilaku yang tidak

dapat diterima, karena manajemen laba berimplikasi pada hilangnya kredibilitas

laporan keuangan, menambah bias informasi dalam laporan keuangan, sehingga

mengganggu pengguna laporan keuangan yang mempercayai angka laba tersebut

sebagai angka laba tanpa rekayasa. Karena dengan adanya manajemen laba, investor

tidak menerima informasi yang cukup akurat tentang laba dalam rangka

mengevaluasi hasil dan risiko portofolio investasinya.

9
Riduwan, Akhmad. “Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba: Studi
Hermeneutika”. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. h. 8
BAB IV

TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABA

A. Bentuk Manajemen Laba menurut Syariah

Mengenai bentuk manajemen laba, tidak ada ketentuan dari Dewan Syariah

Nasional mengenai bentuk manajemen laba yang diperbolehkan, karena nilai-nilai

yang terkandung pada praktik ini belum sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Saat ini terdapat fatwa mengenai salah satu bentuk dari manajemen laba, yaitu

Income Smoothing.1 Namun fatwa ini memperbolehkan Income smoothing dengan

pendekatan untuk melindungi lembaga keuangan dari risiko pengalihan dana besar-

besaran, dan bukan dalam konteks ingin mengambil keuntungan, serta dengan seizin

nasabah, bukan secara sembunyi-sembunyi. Dalam Fatwa Nomor 87/DSN-

MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing).

Disebutkan bahwa Income smoothing, yaitu perataan laba, ialah pengaturan

pengakuan dan pelaporan laba atau penghasilan dari waktu ke waktu dengan cara

menahan sebagian laba/penghasilan dalam satu periode, dan dialihkan pada periode

lain dengan tujuan mengurangi fluktuasi yang berlebihan atas bagi hasil antara

Lembaga keuangan Syariah (LKS) dan nasabah penyimpan dana (Dana Pihak

Ketiga/DPK). Fatwa menyebutkan bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat

akan menimbulkan risiko pengalihan/penarikan dana nasabah dari Lembaga

1
FatwaDSN-MUI Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga.

65
66

Keuangan Syariah akibat tingkat imbalan yang tidak kompetitif dan wajar (displaced

commercial risk). Hal itu pun diperbolehkan, namun dengan ketentuan-ketentuan

seperti yang disebutkan di dalam fatwa.2

Dengan kata lain, tidak serta merta semua tenik income smoothing

diperbolehkan, namun yang diperbolehkan ialah yang memenuhi ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan oleh fatwa. Salah satunya ialah bahwa praktik perataan laba

hanya diperbolehkan dengan syarat apabila bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan

yang diproyeksikan, dan dengan izin nasabah pemilik dana, serta dengan alasan kuat

yang darurat dengan memperhatikan opini Dewan Pengawas Syariah. Sehingga

dalam pelaksanaannya tetap menekankan kepada unsur transparansi dan keterbukaan

terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Hal ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua Lembaga Keuangan Syariah

atau khususnya perbankan syariah kemudian boleh malaksanakan income smoothing,

karena yang diperbolehkan itu ialah yang memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan

tersebut. Namun pada praktiknya, tidak jarang ditemukan perbankan syariah yang

melakukan praktik perataan laba ini. Padahal Allah telah berfirman dalam Surah Al-

Maidah : 1

      

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…”

2
FatwaDSN-MUI Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga, h. 6-8, diakses tanggal 1 Juli 2015.
67

Begitu pula anjuran untuk menunaikan janji, karena janji itu akan dimintai

pertanggungjawaban, seperti dalam Surat Al-Isra ayat 34:

        


Artinya: "….. Dan tunaikanlah janji-janji itu, Sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawaban ….. “

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia

karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk

memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu

mempertanggungjawabkan tindakannya.3 Tanggung jawab merupakan suatu prinsip

dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia. Bahkan merupakan kekuatan

dinamis individu untuk mempertahankan kualitas kesetimbangan dalam

masyarakat.4

Kaidah fikih juga menyebutkan,

َ‫حزِ ْيمِه‬
ْ َ‫عهَى ت‬
َ ‫م‬
ٌ ‫ل َدِن ْي‬
َّ ‫ال أَنْ يَ ُد‬
َّ ِ‫م فِى ا ْن ُمعَا َمالَتِ اْإلِبَاحَ ُة إ‬
ُ‫ص‬ْ ‫أل‬
َ َ‫ا‬.

“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengaramkannya.”

‫ل‬
ُ ‫ّض َز ُر ُيزَا‬
َ ‫ال‬
“Kemudharatan harus dihilangkan.”
3
Rafik Issa Beekun, Islamic Bussiness Ethics, (Virginia: International Institute of Islamic
Thought, 1997), h. 26.
4
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur‟an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), h. 16
68

Maksudnya ialah jika sesuatu itu dianggap sedang atau akan bahkan memang

menimbulkan kemadharatan, maka keberadaanya wajib dihilangkan.Yang dimaksud

“darurat” ialah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal jika tidak diatasi dengan cara

yang luar biasa dan bahkan terkadang dengan cara melanggar hukum. Sedangkan

yang dimaksud “hajat” ialah suatu keadaan biasa tidak diperkenankan

menanganinya secara khusus, bisa timbul kesukaran dan kerepotan.

Seperti dalam kaidah fikih,

Artinya : “Hajat tidak menyebabkan bagi seseorang boleh mengambil harta


milik pihak lain.”5

Di sisi lain, pebisnis pun juga harus tetap jujur tanpa merugikan pihak

lain. Seperti hadist riwayat Tirmidzi dan Hakim berikut ini,

Artinya : “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para


nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada”(HR. Tirmidzi dan Hakim)

5
Ali Ahmad Al-Nadwi. Al-Qawa‟id al-Fiqhiyyah … , „(Damaskus: Dar al-Qalam. 1994), h.
102
69

Tempat yang terhormat ba‟i pedagang yang jujur disejajarkan dengan para

Nabi. Karena bedagang dengan jujur berarti menegakkan kebenaran dan keadilan

yang merupakan bagian dari amal salehnya, sedangkan persamaan degan para

syuhada, karena berdagang adalah berjuang membela kepentingan dan kehormatan

diri dan keluarganya dengan cara yang benar dan adil.

Dalam melakukan perdagangan atau bisnis , baik dalam skala besar ataupun

skala kecil, kebenaran ialah sangat diutamakan. Walaupun adalah hal yang sangat

sulit, namun kebenaran ini akan membawa kepada ketenangan, seperti dinyatakan

dalam hadist riwayat Tirmidzi berikut ini:

...‫كذِبَ رِيْبَة‬
َ ‫وَا ْن‬ ،‫طمَأْنِيْنَة‬
ُ َ‫صِ ْدق‬
ّ ‫ِإنَ ان‬...

Artinya: “Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan kedustaan


menimbulkan keragu-raguan.”6

B. Manajemen Laba ditinjau dari Etika Bisnis Islam

Manajemen laba jelas terjadi dengan alasan – alasan tertentu yang melandasinya,

apapun bentuk yang melandasinya, maka disana terdapat faktor pendorong dalam diri

individu khususnya manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Praktik

manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral yang tinggi. Moral dan

tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri.

6
HR. Tirmidzi, no. 2518.
70

Motivasi ialah satu bentuk kendali intern dalam hati yang sangat erat kaitannya

dengan etika.7

Letak etika ialah rasa dan pikiran yang mengkontrol motivasi sendiri. Hal ini

tidak dapat ditakar dan dilihat oleh mata, namun implikasinya dapat berdampak besar.

Apabila terdapat motivasi–motivasi yang mengunggulkan kepentingan satu pihak dan

membuat pihak yang lain mengalami kerugian, hal tersebut disebut perbuatan curang

atau dzalim. Perbuatan curang dalam bisnis seringkali dilakukan dalam menakar,

menimbang, dan sebagainya. Al-Qur‟an sangat tidak setuju dengan segala penipuan

dalam bentuk apapun. Penipuan (kelicikan) digambarkan oleh Al-Quran sebagai

karakter utama kemunafikan, Allah berfirman dalam Surah An Nisa ayat 145:

             

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada


tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”

Prinsip Umum Etika Bisnis Islami ialah Kesatuan, Keseimbangan, Kehendak

Bebas, Tanggung Jawab, dan Kebenaran.8

Pertama, Kesatuan. Dalam konteks kesatuan, hendaknya pebisnis muslim

mempunyai satu asa antara kegiatan bisnis dengan moralitas dan pencarian ridha

7
Dedhy Sulistiawan, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal
Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h.
8
Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia
Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 45.
71

Allah, karena pada hakikatnya kekayaan ialah merupakan amanah dari Allah. Bila

Tauhid tidak ada didalam diri manusia, hal ini dapat mengakibatkan kehancuran

karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas,dan salah satu contoh implikasinya

ialah motivasi manajemen laba ini.

Kesatuan di sini ialah adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep

tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam

bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu “homogenous whole” atau keseluruhan

yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang

menyeluruh.9

Kedua, Keseimbangan. Dalam beraktivitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan

untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.10 Seperti dalam Surat

Al-Maidah ayat 8, yaitu:

     


        

                 

   


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

9
Syed Nawab Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin Asin:
Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 50-51.
10
Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia
Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 46
72

Rasulullah melaknat semua bentuk ketidakadilan dan menyatakan bahwasanya

ketidakadilan dan kezaliman adalah bentuk kejahatan yang tidak akan pernah

diampuni, dan orang yang melakukan kezaliman itu akan berada di kegelapan pada

hari Kiamat. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,

“Kezhaliman itu adalah kegelapan di hari Kiamat”11

Ketiga, Kehendak Bebas. Kebebasan merupakan bagian penting dalam etika bisnis

Islam, akan tetapi kebabasan yang diperkenankan disini ialah yang tidak merugikan

kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak ada batasan bagi seseorang

untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

Seperti halnya dengan adanya kontrak kepentingan antara pemilik dana dan juga

manager, manager telah diberi kebebasan oleh pemilik dana untuk menggunakan dananya

untuk usaha, sehingga sepatutnya amanah itu dipergunakan sebaik-baiknya, bukan malah

dimanfaatkan untuk mengelabui dan mengedepankan keinginan nya sendiri.

Keempat, tanggung Jawab. Kebebasan tanpa batas adalah hal yang mustahil dilakukan

oleh manusia karena segala kebebasan tetap akan dimintai pertanggungjawabannya. Prinsip

ini berhubungan erat dengan kehendak bebas, ia menetapkan batasan mengenai apa yang

bebas dilakukan oleh manusia namun disertai rasa tanggung jawab atas semua yang telah

dilakukannya.

Begitu pula lah dengan melakukan aktivitas bisnis, apapun yang tertuliskan dan

dilakukan dengan benar saja dimintai pertanggungjawaban, apalagi pada praktik-praktik

kecurangan yang dapat merugikan orang lain, hal ini tentu akan dimintai pertanggung

jawaban. Tidak hanya oleh manusia, namun juga oleh Allah SWT.

11
Mustaq Ahmad, Etika bisnis dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 126
73

Kelima, Kebenaran. Kebenaran dalam konteks ini mengandung dua unsur yaitu

kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap,

dan perlaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) ataupun dalam proses merah atau

menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini, maka etika bisnis Islam sangat

menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang

melakukan transaksi, kerja sama, atau perjanjian dalam bisnis.12

Dalam melaksanakan prinsip-prinsip dasar etika tersebut, Islam menuntut

pemeluknya menjadi orang yang jujur dan amanah. Jujur disini ialah dengan

menuliskan sebenar-benarnya laporan keuangan secara benar. Prinsip nilai kejujuran

harus dianut oleh setiap pebisnis, dan bila ia menjual, maka wajib baginya

menjelaskan apa kekurangan dari barang yang dijualnya agar pembeli tidak sakit hati

setelah membeli. Dan apabila melakukan transaksi muamalah tidak secara tunai,

maka hendaknya dituliskan dengan benar. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-

Baqarah ayat 282:

 
             

   


   
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar.”

Selain jujur, sifat seorang pebisnis muslim ialah amanah. Sudah seharusnya

pebisnis muslim ialah ia yang bener-benar bisa dipercaya, sehingga jika satu urusan
12
Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia
Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 46
74

diserahkan kepadanya, maka orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Amanah di dalam kasus manajemen laba ini ialah dipegang

penuh oleh manajer atau akuntan yang telah dipercayai stakeholder untuk mengelola

keuangan dengan baik dan melaporkan keseluruhan transaksi dengan benar dan dapat

diandalkan. Dalam Al- Qur‟an Allah berfirman,

           

 
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”

Kemudian sebuah hadist menyatakan:

“Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama

bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Adailami)

Sehingga apabila ditinjau berdasarkan literatutur buku-buku terkait

mengenai motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, dan bagaimana

sebenarnya sebaiknya para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sesuai

prinsip dasar etika bisnis Islam, maka motivasi manajemen laba belum sesuai

dengan ajaran-ajaran agama Islam amupun prinsip-prinsip dasar etika bisnis

Islam.

Terdapat perbedaan beberapa kalangan di dalam menyikapi fenomena

manajemen laba, namun kategori praktik manajemen laba ini termasuk kedalam
75

praktik yang mengandung ketidakjelasan (gharar) dan bathil. Seperti dalam surat An

Nisa ayat 29:

   


          

               
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
harta orang lain dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian…”

Ketidakjelasan (Gharar)

Kata gharar dalam bahasa arab berarti akibat, bencana, bahaya dan risiko.

Secara umum, bila dipandang dari sisi stakeholder manajemen laba dipandang

sebagai sesuatu yang mengandung unsur ketidakjelasan (gharar). Gharar di

dalam manajemen laba mencakup ambiguitas atau ketidakpastian mengenai mutu

dari sebuah materi pokok kontrak yang dalam hal ini adalah laporan keuangan,

reabilitasnya dipertanyakan. Apakah perusahaan ini laporan keuangannya dapat

mencerminkan keadaan sebenarnya perusahaan atau tidak. Karena sebagai pihak

yang hanya melihat laporan keuangan berdasarkan laporan angka-angka

akuntansi, kita tidak mengetahui apakah laporan keuangan perusahaan ini telah

dilakukan manajemen laba, ataukah laporan keuangan perusahaan itu tidak

melakukan manajemen laba. Karena manajemen laba sesungguhnya hanya bisa

dideteksi dengan menggunakan suatu teknik analisa tertentu yang membutuhkan

perhitungan khusus. Sehingga dari kacamata pembaca laporan keuangan yang


76

tidak memperhatikan aspek lain selain dari aspek fundamental, hal ini sangat

mengandung ketidakjelasan.

Larangan utama gharar ialah merujuk kepada ketidakpastian atau risiko yang

disebabkan kurangnya kejelasan sehubungan dengan pokok masalah atau harga

dalam kontrak atau perdagangan. Sebuah jual beli atau kontrak bisnis lain yang

menyebabkan unsur gharar adalah dilarang.13

Terdapat kaidah yang didasari sabda Nabi SAW, yaitu:

ِ‫ن بَيْ ِع الْحَصَاةِ َوعَنْ بَيْ ِع ا ْل َغ َزر‬


ْ َ‫سّلَ َم ع‬
َ ‫عّلَيْ ِه َو‬
َ ‫صّلًَ الّلَ ُه‬
َ ‫ل الّلَ ِه‬
ُ ‫َنهًَ َرسُى‬

Artinya: “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melarang jual beli al-


hashah dan jual beli al-gharar.” (HR. Muslim)

Sedangkan Sayyid Sabiq mengartikan gharar sebagai berikut:

‫الغزراي الغزوروهىالخدالذٌ هىمظنة عدم الز ضابه عند تحقيقه‬

Artinya: “Gharar adalah penipuan yang mana dengannya diperkirakan


mengakibatkan tidak adanya kerelaan jika diteliti”

Sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena manajemen laba mengandung

unsur gharar dari sisi pengguna laporan keuangan. Karena tidak dapat dipastikan

mengenai pelaporannya bersifat bersih atau tidak. Gharar disini juga melekat

dengan unsur penipuan melalui pelalaian oleh satu pihak atau lebih terhadap

kontrak.

Prinsip yang umum untuk menghindar gharar dalam transaksi jual beli atau

dalam hal ini bisnis yang menggunakan laporan keuangan sebagai “display” ialah,

13
Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethics. (Jakarta: Buki Aksara, 2012),
462.
77

kontrak haruslah bebas dari ketidakpastian yang berlebihan mengenai isi

pokoknya dan nilai berlawanan dalam pertukaran; komoditinya harus jelas

disebutkan; ditetapkan dan bisa dikirimkan serta diketahui dengan jelas oleh

pihak-pihak yang berkontrak; mutu dan kualitas harus ditetapkan; kontrak tidak

boleh meragukan atau samar-samar, karena hak dan kewajiban para pihak

berkontrak disebutkan; dilarang ada jahl atau ketidakpastian mengenai

ketersediaan; keberadaan dan keterkiriman barang dan para pihak harus tahu

keadaan terkini barang-barang tersebut.14

Penipuan

Al-Quran sangat tidak setuju dengan penipuan dalam bentuk apapun.

Penipuan (kelicikan digambarkan oleh Al- Quran sebagai karakter utama

kemunafikan, dimana Al- Quran telah menyediakan siksa yang pedih bagi tindakan

ini, di dalam neraka. Allah berfirman seperti dalam Surah An Nisa ayat 145:

  


      
     
 
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolongpun bagi mereka”

Dalam kasus manajemen laba yang terjadi ini, maka penulisan laporan

keuangan telah sedemikian pula direkayasa oleh manajer untuk menarik hati

masyarakat agar menempatkan dana pada perusahaannya dengan memanfaatkan


14
Ibid, h. 469
78

gap informasi yang tidak diketahui oleh pemilik dana atau stakeholder, dan hal ini

dianggap sebagai penipuan atau kelicikan. Orang yang melakukan penipuan dan

kelicikan tidak dianggap sebagai umat Islam yang sesungguhnya. Sebagaimana

sabda Rasulullah, “Barang siapa yang melakukan penipuan maka dia bukan dari

golongan kami” (HR. Ibnu Hibban dan Abu Nu‟aim)

Apalagi penipuan tersebut asalnya dari persekutuan pihak-pihak yang

berwenang diatasnya. Berkaitan dengan hal ini Firman Allah dalam surat Shaad

ayat 24 berbunyi:

              

…     


Artinya : “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat
sedikitlah mereka ini. “

Al-Quran juga memberi petunjuk agar di dalam bisnis tercipta hubungan yang

harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi seperti dalam surat Al- Baqarah

ayat 188:

             

      


Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
79

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal
kamu mengetahui.”

Hendaknya seorang pebisnis muslim memiliki konsep dan nilai-nilai etika

di dalam dirinya, seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah. Agar di dalam

melakukan bisnis tetap terhindar dari perbuatan-perbuatan yang mengarah

kepada perbuatan yang dilarang oleh Islam seperti penipuan dan gharar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan referensi/buku-buku/literatur yang memuat etika bisnis Islam dan

manajemen laba, maka peneliti mempunyai pandangan (interpretasi) bahwa:

1. Tidak ada ketentuan mengenai bentuk manajemen laba yang diperbolehkan

oleh syariat Islam. Hanya saja menurut Fatwa DSN-MUI bagi Lembaga

Keuangan Syariah, Income Smoothing diperbolehkan dengan kondisi tertentu

dengan motif menghindari penarikan dana besar-besaran oleh nasabah, dan

yang diperbolehkan juga berdasarkan transparansi dan atas seizin nasabah

DPK. Namun hal ini tidak berkaitan langsung dengan praktik bentuk

manajemen laba keseluruhan yang dilakukan. Sehingga tidak ada ketentuan

mengenai bentuk manajemen laba yang diperbolehkan.

2. Apapun motivasi yang melandasi manajemen laba ialah belum sesuai dengan

apa yang dituntunkan oleh ajaran agama Islam karena cenderung mengarah

kepada praktik-praktik yang menguntungkan satu pihak, serta merugikan

pihak lainnya. Sehingga terdapat unsur penipuan didalamnya.

3. Perilaku manajemen laba dengan memanipulasi angka laba diatas kertas, hal

tersebut belum sesuai dengan ajaran agama Islam maupun prinsip-prinsip

dasar Etika Bisnis Islam.

80
B. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian lapangan dengan

melakukan wawancara kepada pihak narasumber langsung seperti manajer,

akuntan, penasihat investasi, maupun investor dari berbagai kalangan untuk

meneliti praktik manajemen laba dalam tataran praktis.

2. Bagi para pelaku bisnis, agar senantiasa menanamkan prinsip-prinsip etika

bisnis islami di dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan usahanya, agar

tidak hanya mengejar hal duniawi saja namun juga akhirat.

81
DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Penerjemah Dewi Nurjulianti,


Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997.

Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.

Ahmad, Yusuf, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal
Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1 Maret 2010.

Alma, Buchari. Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam. Bandung: Alfabeta, 2003

Al-Nadwi, Ali Ahmad. Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah … ,. Damaskus: Dar al-Qalam,


1994.

Arifin, Johan. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press, 2009.

Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia
Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013.

Badroen, Faisal. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006

Beekun, Rafik Issa. Islamic Bussiness Ethics. Virginia: International Institute of


Islamic Thought, 1997.

Dahwal, Sirman. Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian Normatif).

Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor


87/DSNMUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income
Smoothing) Dana Pihak Ketiga, Jakarta: DSN, 2012.

Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis dalam Perspektif islam. Malang: UIN Malang
Press, 2007.

Eldine, Achyar. “Etika Bisnis Islam”. Jurnal Khazanah, Vol. 3 No. 3, Oktober 2007.

Faradila, Astri dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan
Syariah”, Jurnal RAK Vol 4 No. 1, Februari 2013.

Gumati, Tatang Ary. “Earning Management: Suatu Telaah Pustaka”. Jurnal


Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.2, Nopember 2000.

82
Ibrahim, Azharsyah. “Income Smoothing dan Implikasinya terhadap Laporan
Keuangan Perusahaan dalam Etika Ekonomi Islam”. Jurnal Media Syariah
Vol. XII No. 24, Juli 2010.

Jayanto. “Manajemen Laba: Mengapa Banyak Menuai Kontroversi?”. Jurnal Fokus


Ekonomi Vol. 3 No 1 Juni 2008.

Joseph H, dkk. Webster’s New Collegiate Dictionary. USA: Houghton Mifflin


Hartcourt, 2012

Jusmaliani. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Kompas, 15 Juli 2002.

Kompas. “Kasus Kimia Farma Kesalahan Manajemen Lama”. Kompas, 21 November


2002.

Luhgiatno. (2010). “Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba


(Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di Indonesia)”, Fokus
Ekonomi, Vol. 5, No. 2.

Marzuqi, Ahmad Yusuf dan Achmad Badarudin. “Manajemen Laba dalam Tinjauan
Etika Bisnis Islam”. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis Vol. 7 No. 1 Maret
2010.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda,


2010.

Muhammad dan Lukman Fauroni. Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis. Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002.

Naqvi, Syed Nawab. Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin
Asin: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami. Bandung: Mizan, 1993.

Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu, 2012.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press,
1997.

Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta:
Rabbani Press, 1997.

83
Riduwan, Akhmad. Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba:
Studi Hermeneutika. Jurnal pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.

Rivai, Veithzal, dkk. Islamic Bussiness and Economics Ethics, Jakarta: PT Bumi,
2012.

Shihab, Quraish. “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur’an”, dalam Jurnal Ulum
Al— Quran, No. 3 VII, 1997.

Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum


dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penamadani, 2005.

Sulistiawan, Dedhy, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan


Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo,
2008.

Syafrudin Arif, “Etika Islam dalam Manajemen Keuangan”, Jurnal Hukum Islam
Volume 9, Nomor 2, Desember 2011.

Syahatah, Husain dan Siddiq Muh. Al Amin Adh-Dhahir. Transaksi dan Etika Bisnis
Islam, Penerjemah Saptono Budi Satryo dan Fauziah R. Jakarta: Visi Insani
Publishing, 2005.

Syahfandi, Rizky dan Siti Mutmainah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan


Laba Penyiihan Penghapusan Aktiva Produktif (Praktik Manajemen Laba
pada Perbankan Syariah di Indonesia).

Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Penerjemah M. Saiful
Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Jakarta: Dhana Bhakti Prima Yasa, 1995.

Trim, Bambang. Bussiness Wisdom of Muhammad SAW, Bandung: Madania Prima,


2008.

Watts, R. L., and Zimmerman, J. L. “Positive Accounting Theory: A Ten Year


Perspective,” The Accounting Review. 65(1), 1990.

Widarto, dkk. Analisa Kritis Praktek Akuntansi Kreatif dalam Konteks Budaya
Organisasi PT. Bumi dan Pandangan Islam dalam Menyikapi Praktek
Tersebut. Jurnal WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009, ISSN. 1411-0199.
84
Zed, Mustika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Nasional,
2004.

Zubair, Achmad Charris. Kuliah Etika, Rajawali Press, Ed III, Januari 1995.

85
FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012
Tentang
Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga

‫ثِس ُِْ ه‬
ُ١ِ ‫ٱَّللِ ٱٌغهدْ َٰ َّ ِٓ ٱٌ هغ ِد‬

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah

a. bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat akan menimbulkan risiko
pengalihan/penarikan dana nasabah dari Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) akibat tingkat imbalan yang tidak kompetitif dan wajar (displaced
commercial risk), LKS membuat kebijakan yang dikenal dengan metode
perataan pendapatan yang antara lain berupa: 1) perataan pendapatan
tanpa membentuk cadangan penyesuaian keuntungan, dan 2) perataan
pendapatan dengan membentuk cadangan penyesuaian keuntungan
(Profit Equalization Reserve/PER);
Menimbang :
b. bahwa praktik perataan pendapatan dengan atau tanpa pembentukan
cadangan penyesuaian keuntungan dalam bagi hasil dana pihak ketiga
yang dilakukan oleh LKS memerlukan ketentuan syariah yang dapat
dijadikan acuan dalam kegiatan operasionalnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b, DSN-MUI memandang
perlu menetapkan fatwa tentang Metode Perataan Pendapatan (Income
Smoothing) Dana Pihak Ketiga untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

1. Firman Allah SWT:


a. QS. al-Ma'idah [5]: 1:

‫ْ ِص‬ُٛ‫ْ ا ثِ ْبٌ ُؼم‬ُٛ‫ْ ف‬َٚ‫ْ ا أ‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ْ ‫َب اٌه ِظ‬ُّٙ٠َ‫َبأ‬٠ …

"Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu …"

b. QS. al-Isra' [17]: 34:

Mengingat : ... ً‫ْ ال‬ُٛ‫ َض َوبَْ َِ ْسئ‬ْٙ ‫ ِضئِ هْ ْاٌ َؼ‬ْٙ ‫ْ ا ثِ ْبٌ َؼ‬ُٛ‫ْ ف‬َٚ‫أ‬َٚ ...

"… Dan tunaikanlah janji-janji itu, sesungguhnya janji itu akan


dimintai pertanggung jawaban …"

c. QS. al-Baqarah [2]: 275:

... ‫ َد هغ ََ اٌ ِّغثَب‬َٚ ‫ َغ‬١ْ َ‫َّللاُ ْاٌج‬


‫أَ َد هً ه‬َٚ ...

"… Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan


riba ..."

d. QS. al-Baqarah [2]: 278:

َٓ١ْ ِِِٕ ‫ َِِٓ اٌ ِّغثَب ئِ ْْ ُو ْٕزُ ُْ ُِ ْإ‬َٟ ِ‫ْ ا َِب ثَم‬ُٚ‫ َطع‬َٚ َ‫ا َّللا‬ُٛ‫ا ارهم‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ْ ‫َب اٌه ِظ‬ُّٙ٠َ‫َبأ‬٠

"Hai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman."

e. QS. al-Nisa' [4]: 29:

‫َْ رِ َجب َعحً ػ َْٓ رَ َغ‬ٛ‫َٕ ُى ُْ ثِ ْبٌجَب ِط ًِ ئِاله أَ ْْ رَ ُى‬١ْ َ‫اٌَ ُى ُْ ث‬َٛ ِْ َ‫ْ ا أ‬ٍُٛ‫ْ ا الَ رَأْ ُو‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ْ ‫َب اٌه ِظ‬ُّٙ٠َ‫َبأ‬٠ ُْ ‫اع ِِ ْٕ ُى‬
ٍ
...

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan


(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa
perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian ..."

f. QS. al-Baqarah [2]: 283:

ِ ‫َزه‬١ٌْ َٚ ،َُٗ‫اؤرُ َِّٓ أَ َِبَٔز‬


... ُٗ‫ك َّللاَ َعثه‬ ْ ٜ‫ُ َإ ِّص اٌه ِظ‬١ٍْ َ‫ض ُى ُْ ثَ ْؼضًب ف‬
ُ ‫ فَا ِ ْْ أَ َِِٓ ثَ ْؼ‬...

"… Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,


hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …"

g. QS. al-Nisa' [4]: 58:

ٌَٗ‫ئِ هْ ا‬. ‫ْ ا ثِ ْبٌ َؼ ْض ِي‬ُّٛ ‫بؽ أَ ْْ رَذْ ُى‬ ِ ‫ا ْاألَ َِبَٔب‬ٚ‫َأْ ُِ ُغ ُو ُْ أَ ْْ رُ َإ ُّص‬٠
ِ ‫َٓ إٌه‬١ْ َ‫ئِ َطا َد َى ّْزُ ُْ ث‬َٚ ‫َب‬ٍِْٙ٘ َ‫ أ‬ٌَِٝ‫د ئ‬
...

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan
hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkan hukum
dengan adil …"

2. Hadis Nabi SAW:


a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin Shamit, riwayat
Ahmad dari Ibnu 'Abbas, dan riwayat Imam Malik dari Yahya:

ُٛ‫ض َغا َع أَ هْ َعس‬ َ َ‫ أَ ْْ ال‬ٝ‫ض‬


ِ َ‫ال‬َٚ ‫ض َغ َع‬ َ َ‫ َسٍه َُ ل‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫َّللاُ َػ‬
‫ ه‬ٝ‫طٍه‬ ‫ٖطاَ ْةا ٖطعرأ( َي ه‬
َ ِ‫َّللا‬
ٕٝ ‫ ِٓ ث‬: ‫ اٌ جبة‬،َ‫ األد ىب‬:‫ اٌ ى زبة‬،ٕٗ ٕ ‫ س‬ٟ ‫ػٓ ػ جبصح ث ٓ اٌ ظبِذ ف‬
ٓ ‫اٖ أدّض ػٓ اث‬ٚ‫ع‬ٚ ،1332 : ‫ ش‬٠‫ عل ُ اٌ ذض‬،ٖ‫ ضغ ث جبع‬٠‫ د مٗ ِب‬ٟ ‫ف‬
(ٟ‫ ذ‬٠ ٓ‫ِبٌ ه ػ‬ٚ ،‫ػ جبؽ‬

"Rasulullah SAW menetapkan: tidak boleh membahayakan/


merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya
(kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya
(perbuatan yang merugikannya)."
(HR. Ibnu Majah)

b. Hadis Nabi riwayat ath Thabarani dari Ibnu Abbas::

َْ‫طب ِدجِ ِٗ أَ ْْ الَ َوب‬ َ ٍَٝ‫ضب َعثَخً اِ ْشزَ َغطَ َػ‬ َ ُِ ‫ت ئِ َطا َصفَ َغ ْاٌ َّب َي‬
ِ ٍَِّ‫ِّ ُضَٔب ْاٌ َؼجهبؽُ ثُْٓ َػ ْج ِض ْاٌ ُّط‬١‫َس‬
ْ ً
‫ فَا ِ ْْ فَ َؼ ًَ َط ِي‬،‫ ثِ ِٗ صَاثهخ َطادَ َوجِ ٍض َعطجَ ٍخ‬ٞ َ ٍُ‫َ ْس‬٠َ‫ن‬
َ ‫َ ْشز َِغ‬٠ َ‫ال‬َٚ ،‫ًب‬٠‫ا ِص‬َٚ ِٗ ِ‫َ ْٕ ِؼ َي ث‬٠ َ‫ال‬َٚ ،‫ه ثِ ِٗ ثَذْ ًغا‬
َ ُٖ‫ َسٍه َُ فَأ َ َجب َػ‬َٚ ِٗ ٌِ‫آ‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ َّللاُ َػ‬ٝ‫طٍه‬
، َِّٓ ‫ض‬ َ ِ‫ْ َي َّللا‬ُٛ‫ع(فَجٍََ َغ شَغْ طُُٗ َعس‬ٚ‫ْاعةطيا ٖا‬ٞ
(‫ سظ ػٓ اث ٓ ػ جبؽ‬ٚ‫ األ‬ٝ ‫ف‬

"Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai


mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu sampai pada Rasulullah, beliau
membolehkannya."
(HR. Thabarani dari Ibnu Abbas)

c. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib::

‫ َسٍه َُ لَب َي‬َٚ ِٗ ٌِ‫آ‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ َّللاُ َػ‬ٝ‫طٍه‬ َ ٟ‫أَ هْ إٌهجِ ه‬: ُ‫ هٓ ْاٌجَ َغ َوخ‬ِٙ ١ْ ِ‫س ف‬ َ ‫ ْاٌ ُّمَب َع‬َٚ ،ًٍ ‫ أَ َج‬ٌَِٝ‫ ُغ ئ‬١ْ َ‫اٌج‬
ٌ َ‫صَال‬: ،ُ‫ضخ‬
‫ ِْغ‬١َ‫ذ الَ ٌِ ٍْج‬
ِ ١ْ َ‫ ِْغ ٌِ ٍْج‬١‫س ٍَْظُ ْاٌجُ ِّغ ثِبٌ هش ِؼ‬َٚ (‫ع‬ٚ‫ت( ْةا ٖا‬١ ٙ‫ِبجٗ ػٓ ط‬

"Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual."
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)

d. Hadis riwayat Imam Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Kitab Ahkam,


bab: "ma dzukira 'an Rasulillah", No: 1272:

ٍَٝ‫َْ َػ‬ُّٛ ٍِ‫ ْاٌ ُّ ْس‬َٚ ‫ْ أَ َد هً َد َغا ًِب‬َٚ‫َٓ ئِاله ط ٍُْذًب َد هغ ََ َدالَالً أ‬١ِّ ٍِ‫َٓ ْاٌ ُّ ْس‬١ْ َ‫اٌظُّ ٍْ ُخ َجبئِ ٌؼ ث‬
‫ْ أَ َح‬َٚ‫ ُْ ئِاله شَغْ طًب َد هغ ََ َدالَالً أ‬ِٙ ‫ ِط‬ُٚ‫ هي َد َغا ًِب ُشغ‬.

"Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk


mufakat) boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali shulh
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram."

e. Atsar dari Sayyidina 'Ali karramallahu wajhah (al-Mushannaf,


Abdurrazzaq, 8/238, al-Maktab al-Islami 1403 H cet. II):

ٌُ‫ َعةِّ ْا‬ٍَٝ‫ َؼخُ ػ‬١ْ ‫ض‬


ِ َٛ ٌ‫ ْا‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ْ ا َػ‬ُٛ‫ َِب اطْ طٍََذ‬ٍَٝ‫اَ ِي اٌ ِّغ ْث ُخ ػ‬

"Keuntungan ditentukan sesuai dengan kesepakatan, dan


kerugian ditanggung pemilik modal."

3. Kaidah fikih, antara lain:


a. ‫َب‬ِّٙ ٠ْ ‫ رَذْ ِغ‬ٍَٝ‫ ًٌ َػ‬١ْ ٌِ‫َ ُض هي َص‬٠ ْْ َ‫د ْا ِإلثَب َدخُ ئِاله أ‬
ِ َ‫ ْاٌ ُّ َؼب َِال‬ِٝ‫األطْ ًُ ف‬

"Pada dasarnya, segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali


ada dalil yang mengharamkannya."

b. ِ‫د ْاٌ َّظْ ٍَ َذخُ فَضَ هُ ُد ْى ُُ َّللا‬


ِ ‫ ِج َض‬ُٚ ‫َٕ َّب‬٠ْ َ‫أ‬

"Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah."

c. ‫ُجْ جَ ُغ‬٠ ‫ع َال‬


ُ ‫اٌّـُزَجَ ِّغ‬

"Orang yang berderma tidak boleh dipaksa." (Durar al-Hukkam


fi Syarh al-Majallah al-Ahkam, pasal 761, hlm. 216)

d. ‫ْ طٌ ثِ ْبٌ َّظْ ٍَ َذ ِخ‬َُِٕٛ ‫ه ِخ‬١‫ اٌ هغ ِػ‬ٍَٝ‫ظغُّ فُ ْا ِإل َِ ِبَ َػ‬


َ َ‫ ٖاةشأيا( ر‬ٚ‫يع عباظْيا‬ٜ َ‫ةٖط‬
:‫ اٌ مب٘غح‬،ُ١ ‫ُ ث ٓ ٔ ج‬١ ٘‫ ٓ ث ٓ اث غا‬٠‫ ٓ اٌ ؼبث ض‬٠‫ فخ اٌ ٕ ؼّبْ ٌ ؼ‬١ ٕ ‫ د‬ٟ ‫أث‬
‫ ِإ س سخ‬ٝ ‫اٌ ٕظبئ غ ف‬ٚ ٖ‫؛ األ ش جب‬321 .‫ ص‬،8691 ،ٖ‫ شغو ب‬ٚ ٟ‫اٌ ذ ٍ ج‬
‫ ث ىغ‬ٟ ‫ ٓ ػ جض اٌ غدّٓ ث ٓ أث‬٠‫خ ٌ ج الي اٌ ض‬١ ‫ع ف مٗ اٌ شبف ؼ‬ٚ‫ف غ‬ٚ ‫اػض‬ٛ ‫ل‬
(332 .‫ ص‬،7891 ،ٟ ‫ صاع اٌ ى زبة اٌ ؼغث‬:‫د‬ٚ‫غ‬١ ‫ ث‬،ٟ‫ط‬ٛ١ ‫اٌ س‬

"Kebijakan pemimpin terhadap rakyat harus mempertimbangkan


mashlahat."
(al-Asybah wa al-Nazha`ir 'ala Madzhab Abi Hanifah al-Nu'man,
Zain al-Abidin Ibnu Ibrahim Ibn Nujaim, Kairo: Mu`assasah al-
Halabi wa Syirkah. 1968, hlm. 123;dan al-Asybah wa al-
Nazha`ir fi Qawa'id wa Furu' Fiqh al-Syafi'iyyah, Jalal al-Din
'Abd al-Rahman Ibnu Abi Bakr al-Suyuthi, Beirut: Dar al-Kitab
al-'Arabi. 1987, hlm. 233)

e. ‫ ٖاةشأيا(اٌ َذب َجخُ رَ ْٕ ِؼ ُي َِ ْٕ ِؼٌَخَ اٌ ه‬ٚ‫يع عباظْيا‬ٜ َ‫ةأ ةٖط‬ٞ ‫ْح‬ٞ‫حف‬


‫ْ َع ِح‬ُٚ‫ضغ‬
‫ ِإ س سخ‬:‫ اٌ مب٘غح‬،ُ١ ‫ُ ث ٓ ٔ ج‬١ ٘‫ ٓ ث ٓ ئث غا‬٠‫ ٓ اٌ ؼبث ض‬٠‫اٌ ٕ ؼّبْ ٌ ؼ‬
‫ع‬ٚ‫ف غ‬ٚ ‫اػض‬ٛ ‫ ل‬ٝ ‫اٌ ٕظبئ غ ف‬ٚ ٖ‫؛ األ ش جب‬19 .‫ ص‬،8691 ،ٖ‫ شغو ب‬ٚ ٟ‫اٌ ذ ٍ ج‬
‫خ‬١ ‫ ف مٗ اٌ شبف ؼ‬،ٟ‫ط‬ٛ١ ‫ ث ىغ اٌ س‬ٟ ‫ ٓ ػ جض اٌ غدّٓ ث ٓ أث‬٠‫ٌ ج الي اٌ ض‬
(971 .‫ ص‬،7891 ،ٟ ‫ صاع اٌ ى زبة اٌ ؼغث‬:‫د‬ٚ‫غ‬١ ‫ث‬

"Hajat menempati tempat darurat."


(Dalam pengertian, hajat dapat berstatus sama dengan
darurat).(al-Asybah wa al-Nazha`ir ala Madzhab Abi Hanifah al-
Nu`man, Zain al-Abidin Ibnu Ibrahim Ibnu Nujaim, Kairo:
Mu`assasah al-Halabi wa Syirkah. 1968, hlm. 91; al-Asybah wa
al-Nazha`ir fi Qawa'id wa Furu` Fiqh al-Syafi`iyah, Jalal al-Din
Abd al-Rahman Ibnu Bakr al-Suyuthi, Beirut: Dar al-Kitab al-
Arabi, 1987, hlm. 179)

f. َ‫ ِْغ ِٖ اٌ َذب َجخُ ال‬١‫َأْ ُس َظ َِب َي َغ‬٠ ْْ َ‫ك ِألَ َد ٍض أ‬


ُّ ‫قيا( رُ ِذ‬ٚ‫ٖقفيا صعا‬ٞ‫ٖفَ ح‬َٖٚ‫ا‬، ْ‫اٖدأش‬،
‫ أدّض‬ٍٟ ‫ ػ‬،‫ب‬ٙ ‫ مبر‬١ ‫ ر ط ج‬،‫ب‬ٙ‫ّ ز‬ِٙ ،‫ب‬ٙ‫ أصٌ ز‬،‫ب‬ٙ ‫ صعا سخ ِإٌ فبر‬،‫ع٘ب‬ٛ‫ر ط‬
(201 .‫ ص‬،4991 ،ٍُ ‫ صاع اٌ م‬:‫ صِ شك‬،ٞٚ‫اٌ ٕض‬

"Hajat tidak menyebabkan bagi seseorang boleh mengambil harta


milik pihak lain."(al-Qawa'id al-Fiqhiyyah ..., 'Ali Ahmad al-
Nadwi, Damaskus: Dar al-Qalam. 1994, hlm. 102)

g. ٍ َ‫َأْ ُس َظ َِب َي أَ َد ٍض ثِالَ َسج‬٠ ْْ َ‫ْ ُػ ِألَ َد ٍض أ‬ُٛ‫َج‬٠ َ‫قيا حعش(ال‬ٚ‫ٖقفيا صعا‬ٞ‫ح‬،
ٍّٟ ‫ت شَغْ ِػ‬
.‫ ص‬،9891 ،ٍُ ‫ صاع اٌ م‬:‫ صِ شك‬،‫ز ِذّض اٌ ؼعل ب‬١ ‫ز أدّض ث ٓ اٌ ش‬١ ‫ٌ ٍ ش‬
465)

"Seseorang/pihak tidak boleh mengambil harta milik pihak lain


tanpa sebab yang sah menurut syara'."
(Syarh al-Qawa'id al-Fiqhiyyah, Syekh Ahmad Ibn Syekh
Muhammad al-Zarqa, Damaskus: Dar al-Qalam. 1989, hlm.
465).
a. Keputusan AAOIFI dalam Mi'yar Syar'i, nomor: 12 (angka 3/1/5/14)
yang menyatakan bahwa:

ْ‫ ْا ِالدْ زِفَب ِظ ثِأَع‬ٍَٝ‫اع َِِٓ اٌ ُّش َغ َوب ِء َػ‬ ٍ ‫ لَ َغ‬ٌَِٝ‫ْ ئ‬َٚ‫ ِٔظَ ِبَ اٌ ِّشغْ َو ِخ أ‬ٌَِٝ‫ْ ُػ إٌهضُّ ثِبْ ِال ْسزَِٕب ِص ئ‬ُٛ‫َج‬٠ ‫بح اٌ ِّشغْ َو ِخ‬ ِ َ‫ث‬
َْٚ‫ أ‬،‫ ٍْغ‬٠‫ْ ِػ‬َٛ‫ْ َْ ر‬ٚ‫ ِٓ ُص‬٠ْ ِٛ ‫ْ ٌِزَ ْى‬َٚ‫ أ‬،‫َخً ٌِ َّالَ َء ِح اٌ ِّشغْ َو ِخ‬٠ِٛ ‫ رَ ْم‬ٞ ْ
ٍّ ‫ْ ِع‬َٚ‫بح ثِ َشى ًٍ ص‬ َ ْ
ِ َ‫هَٕ ٍخ َِِٓ األعْ ث‬١‫َدس ُِْ ِٔ ْسجَ ٍخ ُِ َؼ‬
َ‫ ِْغ ْاأل‬٠‫ْ ِػ‬َٛ‫ ُِ َؼ هض ِي ر‬ٍَٝ‫ْ ٌِ ٍْ ُّ َذبفَظَ ِخ َػ‬َٚ‫ أ‬،‫ؽ ْاٌ َّب ِي‬ ْ ‫َ ِخ َِ َشب ِطغ َس َسب َع ِح َع‬ٙ‫ا َج‬َٛ ُّ ٌِ ٍّ‫ سَبص‬ٍّٟ ‫َب ِط‬١ِ‫عْ ثَبح ادْ ز‬.
‫أ‬
ِ ِ ِ

"Berdasarkan anggaran dasar perusahaan atau keputusan dari para


pemegang saham, perusahaan boleh menahan keuntungan perusahaan
tanpa dibagikan, atau menyisihkan keuntungan dalam jumlah tertentu
secara periodik untuk memperkuat kinerja perusahaan (solvency
Memperhatikan: reserve), atau membentuk cadangan khusus untuk menanggulangi risiko
kerugian modal (investment risk reserve), atau untuk menjaga kestabilan
pembagian keuntungan (profit equalization reserve)."

b. Pendapat Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa


Adillatuhu(juz V, hlm. 3939):

‫ْ َِخٌ ئِ ْْ َػا َص اٌ ِّغ‬ٍُٛ‫ْ َصحٌ َِ ْؼ‬ٚ‫ ِٓ َص َعا ِ٘ ُُ َِ ْؼ ُض‬٠ْ ‫ُ ْشزَ َغطَ ِألَ َد ِض ْاٌ َؼبلِ َض‬٠ ْْ َ‫ه ِخ أ‬١ِ‫ْ ُػ ِػ ْٕ َض ْاٌ َذَٕف‬ُٛ‫َج‬٠َٚ ‫َاع َو َظا‬
ِ ‫ ِِ ْمض‬ٍَٝ‫ْث ُخ َػ‬
ْ ٌ
‫ضب َع‬َ ُّ ٌ‫ط هذ ِخ ا‬ ِّ َ
ِ ْٟ ِ‫ُ َإص ُغ ف‬٠ ‫ ٌخ ال‬١ْ ‫ط ِذ‬ َ ‫ه شَغْ ط‬ َ ‫ه‬
َ ٌِ‫ فظ‬،ُِ ِ٘ ‫ْخ َِِٓ اٌض َعا‬ ِ ‫َبٌ ِخ اٌ ِّغث‬ٙ‫ َج‬ٌِٝ‫ ئ‬ِّٜ‫ُ َإص‬٠ ‫ ألَٔهُٗ ال‬،‫ثَ ِخ‬.
َ َ َ

"Ulama Hanafiah membolehkan untuk membuat syarat bahwa salah satu


pihak yang berakad memperoleh dinar dengan jumlah tertentu yang
diketahui dalam hal keuntungan usaha melebihi nilai tertentu; syarat
tersebut dipandang sah dan tidak berdampak pada sahnya akad
mudharabah, karena hal tersebut tidak menyebabkan ketidakjelasan
(bagian) keuntungan."

c. Kesimpulan dan Rekomendasi Working Group Perbankan Syariah


(Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia,
dan Ikatan Akuntan Indonesia) tentang Pengaturan Pendapatan
danPembentukan Cadangan dalam Rangka Penyesuaian Keuntungan
(Profit Equalization Reserve), tanggal 20 Desember 2012;
d. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada hari Jumat, tanggal 21
Desember 2012.

MEMUTUSKAN

METODE PERATAAN PENGHASILAN (INCOME SMOOTHING) DANA


Menetapkan:
PIHAK KETIGA
Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

1. Metode Perataan Penghasilan/Laba (Income Smoothing Method) adalah


pengaturan pengakuan dan pelaporan laba atau penghasilan dari waktu ke
waktu dengan cara menahan sebagian laba/penghasilan dalam satu periode
dan dialihkan pada periode lain dengan tujuan mengurangi fluktuasi yang
berlebihan atas bagi hasil antara Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan
Nasabah penyimpan dana (Dana Pihak Ketiga/DPK);
2. Metode Perataan Penghasilan dengan Membentuk Dana Cadangan adalah
pengaturan distribusi keuntungan dari waktu ke waktu atas bagi hasil antara
LKS dan Nasabah Penyimpan Dana dengan cara membentuk cadangan
perataan laba/penghasilan (Profit Equalization Reserve);
Pertama :
3. Profit Equalization Reserve (PER) adalah dana cadangan yang dibentuk
oleh LKS yang berasal dari penyisihan selisih laba LKS yang melebihi
tingkat imbalan/hasil yang diproyeksikan untuk penyesuaian bagi hasil dana
mudharabah (muthlaqah); dan dalam hal simpanan dana Nasabah
menggunakan akad mudharabah muqayyadah, jika disepakati para pihak,
pembentukan cadangan penyesuaian bagi hasil dapat pula berasal dari
penyisihan keuntungan Nasabah yang melebihi tingkat bagi hasil yang
diproyeksikan;
4. Metode Perataan Penghasilan Tanpa Membentuk Cadangan adalah
pengaturan pengakuan dan pelaporan laba dari waktu ke waktu untuk tujuan
pengaturan bagi hasil antara LKS dan Nasabah tanpa pembentukan
cadangan.

Ketentuan Hukum
Kedua :
Metode Perataan Penghasilan dengan atau tanpa membentuk cadangan boleh
dilakukan dalam Bagi Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan mengikuti ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam fatwa ini.
Ketentuan terkait Pembentukan Dana Cadangan

1. LKS boleh membentuk Dana Cadangan (PER) untuk mengantisipasi


kemungkinan terjadinya realisasi bagi hasil untuk Nasabah penyimpan dana
di bawah tingkat imbalan yang diproyeksikan;
2. Dana Cadangan (PER) secara prinsip boleh dibentuk melalui penyisihan
keuntungan sebelum dibagihasilkan dengan syarat:
a. bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan yang diproyeksikan, dan
b. dengan izin Nasabah DPK;
3. Dana Cadangan (PER) tidak boleh dibentuk dengan mengurangi bagi hasil
yang merupakan hak nasabah DPK apabila bagi hasil aktual lebih kecil dari
tingkat imbalan yang diproyeksikan;
Ketiga : 4. Dalam hal akad Mudharabah Muqayyadah, Dana Cadangan (PER) boleh
juga dibentuk melalui penyisihan keuntungan hak Nasabah yang melebihi
tingkat imbalan yang diproyeksikan setelah dibagihasilkan dengan izin
Nasabah DPK;
5. Dana Cadangan (PER) yang dibentuk LKS dari penyisihan keuntungan
sebelum dibagihasilkan yang melebihi tingkat imbalan yang diproyeksikan
merupakan hak Nasabah DPK secara kolektif yang harus dikelola secara
terpisah oleh LKS untuk proses pengaturan pendapatan dan tingkat imbalan
bagi Nasabah DPK;
6. Pengaturan dan pengawasan lebih lanjut terhadap kebijakan dan pelaksanaan
LKS dalam Pembentukan Dana Cadangan (PER) dan penggunaannya
merupakan kewenangan pihak otoritas.

Ketentuan terkait Perataan Penghasilan dengan atau tanpa Pembentukan


Cadangan

1. Metode Perataan Penghasilan yang dibolehkan adalah: dengan membentuk


cadangan atau tanpa membentuk cadangan;
2. Perataan Penghasilanhanya boleh digunakan LKS dalam kondisi yang
diduga kuat berpotensi menimbulkan risiko penarikan dana nasabah akibat
tingkat imbalan dari LKS yang tidak kompetitif (displaced commercial
risk);
Keempat : 3. Kondisi sebagai dimaksud pada angka 2 di atas harus ditentukan oleh
pengurus LKS berdasarkan pedoman operasional/standard operating
prosedure (SOP) LKS dengan memperhatikan opini Dewan Pengawas
Syariah;
4. Kebijakan Perataan Penghasilan hanya boleh diberlakukan terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang menggunakan akad mudharabah;
5. Kebijakan Metode Perataan Penghasilan tidak boleh dilakukan apabila
dalam implementasinya menimbulkan kecenderungan praktik ribawi
terselubung di mana imbalan diberikan tanpa memperhatikan hasil nyata;
dan
6. Dalam penggunaan Metode Perataan Penghasilan Tanpa Cadangan yang
dilakukan dalam hasil usaha yang dibagihasilkan lebih rendah dari
proyeksi, LKS boleh melepaskan haknya (isqath al-haqq / at-tanazul 'an al-
haqq) untuk menyesuaikan imbalan bagi nasabah DPK agar kompetitif dan
dapat diberitahukan kepada nasabah.

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
Kelima :ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di:Jakarta
Tanggal 07 Shafar 1434 H
:
21 Desember 2012 M

DEWAN SYARI'AH NASIONAL


MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua

K.H. MA Sahal Mahfudh


Sekretaris

Drs. H. M Ichwan Sam


IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS ISLAM DI AFLAH
BAKERY YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat-syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Oleh :
Khusnul Khotimah
10240042

Pembimbing :
Achmad Muhammad, M.Ag.
19720719 200003 1 002

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan Kepada Almamater Tercinta


Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

v
MOTTO

Tidak ada manajer atau pemimpin hebat yang


jatuh dari langit, kemampuan ini dipelajari dan
tidak diwariskan
(Tom Northup)1

1
Dwi Soetjipto,Road to semen Indonesia:Transformasi Korporasi mengubah Konflik
menjadi kekuatan, (Jakarta:Kompas.2014)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Implementasi Prinsip-Prinsip

etika Bisnis Islam di Aflah Bakery Yogyakarta”. Shalawat serta selam

selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin

Skripsi ini disusun sebagai syarat pemenuhan tugas akhir guna

memperoleh gelar Sarjana Strata satu pada Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, dan diharapkan bermanfaat bagi tempat penelitian

dan khususnya bagi kalangan akademis Manajemen Dakwah. Penelitian

skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D, selaku rektor UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

2. Dr. Nurjanah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Drs. Muhammad Rosyid Ridla, M.Si., selaku Ketua Jurusan

Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

vii
4. Achmad Muhammad, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang

bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberikan

dukungan, semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Muhammad Toriq Nurmadiansyah selaku dosen pembimbing

akademik yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti.

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang

telah membantu dan mempermudah peneliti melengkapi segala syarat

yang dibutuhkan oleh akademik.

7. H. Buchori Al-Zahrowi beserta istri dan karyawan Aflah Bakery

Yogyakarta, terimakasih atas semua bantuannya dan meluangkan

waktunya dan memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan

penelitian.

8. Kedua orang tuaku atas jasa-jasanya, kasih sayang, kesabaran, do’a,

dan tidak pernah lelah mendidik dan memberikan cinta tulusnya.

Terimakasih untuk do’a dan dukungan yang telah diberikan sampai

skripsi ini selesai.

9. Kakak-kakaku, mas Udin, mas Ipin,mbak Umi dan mbak Lia

terimakasih selalu menyayangi dan melindungi adiknya. Semoga

dukungan yang kalian berikan selalu menuntunku meraih cita-cita.

10. Suamiku,Muazim terimakasih atas semangat, do’a dan dukungannya.

11. Sahabatku, Zuna, Ida, Muslimah, Mae dan Faizah yang selalu

mendukung dan membantu sampai skripsi ini selesai.

viii
12. Teman-teman terbaikku di Jurusan Manajemen Dakwah angkatan

2010, terimakasih atas kebersamaannya selama menuntut ilmu

sehingga dapat menyelesaikan studi di UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

13. Keluarga besar PMII Rayon Pondok Syahadat Korp Gempita,

terimakasih atas kebersamaannya, atas semangat dan dukungannya.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai

pihak, bagi penulis, maupun bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap urusan kita semua.

Aamiin.

Yogyakarta, 22 Mei 2017

Khusnul Khotimah
NIM. 10240042

ix
ABSTRAK
Khusnul Khotimah (10240042), Implementasi Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
di Aflah Bakery Yogyakarta, Skripsi. Jurusan Manjemen Dakwah, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Persaingan bisnis dalam dunia usaha tak bisa dipisahkan begitu saja untuk seorang
pengusaha. Semakin banyak usaha yang muncul menimbulkan persaingan
semakin ketat. Dalam praktek kehidupan bisnis, etika adalah hal penting namun
sering terlupan karena tingginya angka target yang diterapkan suatu usaha. Etika
bisnis islam datang untuk membuat keseimbangan yang baik bagi pembisnis juga
konsumen agar tak ada pihak yang dirugikan. Prinsip Etika bisnis islam yang baik
akan membawa usaha pada hal baik di masa depan dan terus bertahan dalam jalan
lurus sesuai syari’at islam.
Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan proses implementasi Etika bisnis islam
yang dijalankan di Aflah Bakery Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi lapangan.
Maka, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis dilakukan dengan model Milles dan Huberman, dimana
proses analisis dilakukan secara interaktif dan berkesinambungan dengan tiga
proses, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan
uji keabsahan datanya menggunakan metode triangulasi teknik, yakni
membandingkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
Berdasarkan data yang diperoleh penulis bahwa proses implementasi Etika Bisnis
Islam di Aflah Bakery Yogyakarta, Etika Bisnis Islam sangat penting dilakukan
oleh pelaku bisnis, agar tercipta keadilan antar pelaku bisnis (Produsen) dan juga
pemakai jasa bisnis (konsumen). Implementasi Aflah Bakery meneladani tujuh
prinsip etika bisnis yakni: jujur dalam takaran (quantity),menjual barang yang
baik mutunya (quality), dilarang menggunakan sumpah (al-qasm), longgar dan
bermurah hati (tatsamuh dan taraahum), membangun hubungan baik
(interrelationship/silat al-rahym) antara kolegan, tertib administrasi dan
menetapkan harga dengan transparan. Dari ketujuh prinsip etika bisnis islam
tersebut terdapat prinsip yang sudah berjalan namun belum maksimal karena
keterbatasan sumber daya manusianya. Yakni pada bidang Administrasi.

Kata kunci: Etika Bisnis, Persaingan Bisnis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN......................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Penegasan Judul ................................................................................ 1
B. Latar Belakang Masalah .................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
E. Kegunaan Penelitian.......................................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 11
G. Kerangka Teori.................................................................................. 14
H. Metode Penelitian.............................................................................. 23
I. Skema dan Alur Penelitian ................................................................ 32
J. Sistematika Pembahasan .................................................................... 33

BAB II : GAMBARAN UMUM AFLAH BAKERY YOGYAKARTA . 34


A. Letak Strategis Aflah Bakery Yogyakarta ........................................ 34
B. Sejarah Aflah Bakery Yogyakarta .................................................... 35
C. Profil Owner ..................................................................................... 37
D. Visi dan Misi ..................................................................................... 38
E. Struktur Organisai Aflah Bakery ...................................................... 38
F. Tata Kelola dan Tata Nilai Aflah Bakery ......................................... 39
G. Produk Aflah Bakery......................................................................... 42
H. Budaya Aflah Bakery ........................................................................ 42

BAB III : PEMBAHASAN IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP ETIKA


BISNIS ISLAM DI AFLAH BAKERY YOGYAKARTA ....................... 44
A. Prinsip Etika Bisnis Islam di Aflah Bakery Yogyakarta .................. 45

xi
B. Implementasi Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam di Aflah Bakery
Yogyakarta ........................................................................................ 50
C. Tantangan dan Solusi Bisnis Aflah Bakery Yogyakarta ................... 75

BAB IV : PENUTUP ................................................................................... 77


A. Kesimpulan ....................................................................................... 77
B. Saran .................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan dengan PenelitianTerdahulu ........................... 13


Tabel 2.1 No. Telpon Aflah Pusat dan Cabang………………………. 37
Tabel 2.2 Situs Online Aflah…………………………………………. 38

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul skripsi ini adalah “Implementasi Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Islam di Aflah Bakery Yogyakarta”, maka peneliti akan menjelaskan beberapa

istilah yang terdapat didalam judul tersebut.

1. Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), implementasi

adalah pelaksanaan; penerapan; pertemuan kedua ini bermaksud mencari

bentuk tentang hal yang disepakati dulu.1Menurut Nurdin Usman,

implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.2 Sedangkan,

menurut Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.3

1
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit
Arkola, t.tp), hlm. 247.
2
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Semarang: CV Obor Pustaka,
2002), hlm. 70.
3
Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 39.
2

Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan di atas,

dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana

dan sitematis berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan dalam suatu perusahaan atau organisasi secara sungguh-sungguh.

2. Prinsip-Prinsip

Pengertian prinsip, dalam Kamus Ilmiah Populer diartikan sebagai

asas, pokok, penting, permulaan, fundamen, aturan pokok.4 Menurut Toto

Asmara, prinsip adalah hal yang secara fundamental menjadi martabat diri

atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian paling hakiki dari harga diri.5

Sedangkan, menurut Ahmad Jauhar Tauhid, prinsip adalah pandangan yang

menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan bertahan

sekian lama.6

Berdasarkan pengertian secara terminologi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa prinsip-prinsip merupakan asas-asas terhadap persoalan

paling fundamental dimiliki oleh setiap manusia sebagai panduan hidup

serta menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari nilai-nilai harga diri

manusia.

4
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, hlm. 625.
5
Toto Asmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm.
76.
6
Ahmad Jauhar Tauhid, Kompas Ruhani, (Jakarta: Serambi, 2006), hlm. 71.
3

3. Etika Bisnis Islam

Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu

tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,

nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.7 Menurut Imam al-Ghazali dalam buku Abdul Aziz, etika atau

dalam bahasa lain akhlak, adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa

(manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan

tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat

tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan

norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan

tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.8

Bisnis, menurut Steinford dalam buku Abdul Aziz, diartikan sebagai

suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan

masyarakat. Menurut Steinford, jika kebutuhan masyarakat meningkat,

lembaga bisnis pun akan meningkat perkembangannya untuk memenuhi

kebutuhan tersebut sampai memperoleh laba.9

7
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, hlm. 161.
8
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,
(Bandung: Alfabeta, 2013),hlm. 22.
9
Ibid,.hlm. 29.
4

Kata Islam berasal dari kata kerja Aslama yang artinya menyerah,

tunduk, atau patuh. Dari asal kata aslama ini didefinisikan menjadi beberapa

arti yaitu salam artinya keselamatan, taslim artinya penyerahan, salam

artinya memelihara, sullami artinya titian dan silm artinya perdamaian.

Dinul Islam mengandung pengertian peraturan yang diwahyukan oleh Allah

SWT kepada para rasul untuk ditaati dalam rangka menciptakan

keselamatan, kesejahteraan dan perdamaian bagi umat manusia.10

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat penyusun simpulkan bahwa

etika bisnis Islam adalah suatu hal yang dilakukan secara baik dan benar

serta melakukan sesuatu hal dengan penuh tanggung jawab. Karena itu,

dalam implikasi bisnis sering dikaitkan dengan tindakan yang baik sesuai

dengan hukum bisnis Islam. Selain itu, etika bisnis islam adalah kegiatan

berbisnis yang dilakukan lebih dari satu orang untuk mendapatkan

keuntungan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

4. Aflah Bakery

Aflah Bakery adalah usaha (bisnis) mikro yang didirikan oleh H.

Buchori Al-Zahrowi pada tahun 1994.11 Aflah Bakery selain produsen kue

dan roti juga melayani beberapa jasa chatering dan kini merambah pada jasa

wedding organizer (WO).


10
Aksin Wijaya, “Memburu Pesan Damai Islam (Memotret Penolakan Gus Dur atas Fatwa
MUI), dalam Jurnal Studi Islam An-Nur, Vol. II, No. 3, September 2005, hlm. 99.
11
Yuli firawati, “Pengaruh manajemen spiritual terhadap kinerja organisasi” (studi pada
Aflah Bakery Bantul Yogyakarta), skripsi (tidak diterbitkan), (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam negeri Sunan Kalijaga, 2013), hlm. 59.
5

Maksud judul “Implementasi Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam di

Aflah Bakery” dalam penelitian ini adalah pelaksanaan usaha atau bisnis

yang berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis Islam, nilai-nilai tauhid

berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah di Aflah Bakery.

B. Latar Belakang Masalah

Islam memiliki aturan (syari‟ah) pada semua aspek kehidupan.

Termasuk di dalamnya aturan bermuamalah (usaha dan bisnis) yang merupakan

jalan dalam rangka mencari kehidupan. Pada hakikatnya tujuan penerapan

aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang muamalah tersebut khususnya

perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan (rizki) yang berkah dan

mulia, sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang berkeadilan dan

stabilisasi untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja penuh dan

distribusi pendapatan yang merata tanpa harus mengalami ketidakseimbangan

yang berkepanjangan di masyarakat.

Dalam dunia perdagangan (persaingan bisnis), Islam sebagai salah satu

aturan hidup yang khas, telah memberikan aturan-aturan yang jelas dan rinci

tentang hukum dan etika persaingan, serta telah disesuaikan dengan ajaran-

ajaran Islam. Hal itu dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari adanya

persaingan-persaingan yang tidak sehat.

Dengan kata lain bisnis Islami adalah usaha untuk mencukupi kebutuhan

lewat proses penyediaan oleh produsen kepada konsumen dengan cara-cara

serta aturan yang menurut syariat Islam diperbolehkan. Baik cara


6

memperolehnya, mengolahnya, maupun dari segi penggunaannya harus halal.

Dari sinilah kemudian akan tampak betapa pentingnya etika bisnis Islam,

sebuah kombinasi bisnis dengan nilai etika dan nilai spiritual sangat lekat

ditonjolkan.12

Munculnya wacana tentang etika bisnis tak lain dikarenakan realitas di

lapangan menunjukkan berbagai penyimpangan dalam dunia bisnis. Dan salah

satunya adalah bisnis yang telah mengabaikan nilai-nilai moralitas. Hal ini

sering terjadi jika para pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas mereka hanya

bertujuan unutuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dampaknya jelas

mereka akan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka

inginkan, dan tentu akan meninggalkan etika berbisnis yang sehat dan benar.

Aspek moralitas dalam persaingan bisnis jelas dianggap sebagai satu

penghalang, oleh karena itulah pelaku bisnis sering menempatkan moralitas di

tempat yang kesekian. Sementara mengejar keuntungan hal pertama yang harus

jadi pegangan. Mereka juga sering menganggap bahwa prinsip moralitas hanya

akan membatasi segala aktivitas bisnis, sementara kebebasan tanpa aturan

dianggap sebagai kunci utama untuk meraih kesuksesan.

Namun demikian, ada juga yang mempunyai satu pendapat dan

keyakinan bahwa kesuksesan suatu bisnis tak akan dilepaskan karena pengaruh

etika. Kalangan ini beralasan bahwa etika merupakan landasan dasar segala

tindakan manusia di semua aspek kehidupan, tak terkecuali dalam aktivitas


12
Ibid,.hlm. 84.
7

bisnis. Sehingga aspek etika tak bisa ditinggalkan begitu saja, kemanfaatan

etika dalam usaha bisnis jelas dibutuhkan sebagai salah satu pengendali bagi

para pelaku bisnis untuk senantiasa menjalankan roda bisnis mereka dalam jalur

yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan berlaku didalam

masyarakat. Harapan inilah yang kemudian menjadi satu penyemangat untuk

senantiasa menerapkan etika dalam berbisnis. Tujuan lain dari hal itu jelas

untuk memberangus cara-cara, sistem, maupun berbagai praktik bisnis yang

amoral.13

Bersama dengan semakin besarnya kesadaran etika dalam berbisnis,

orang mulai menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika dalam

bisnis. Sesungguhnya dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur

dalam pandangan ajaran Agama Islam untuk mengatur seluruh kehidupan

manusia termasuk dalam kaitannya pelaksanaan perekonomian dan bisnis.

Dalam ajaran Islam memberikan kewajiban bagi setiap muslim untuk berusaha

semaksimal mungkin untuk melaksanakan syariah (aturan).

Penerapan etika bisnis Islam tersebut juga harus mampu dilaksanakan

dalam setiap aspek perekonomian termasuk dalam penyelenggaraan produksi,

konsumsi maupun distribusi. Tidak terkecuali penerapan etika bisnis islam di

Aflah Bakery yang berada di kawasan Bantul, Yogyakarta ini.

Aflah Bakery adalah salah satu usaha (bisnis) mikro yang bergerak pada

bidang kuliner yang sudah berdiri pada tahun 1994. Dalam beberpa penelitian
13
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Pres, 2009), hlm. 125.
8

yang terdahulu menyatakan bahwa, sebagai owner dari Aflah Bakery, H.

Buchori A. Z menerapkan beberapa budaya religius, karena penerapan sumber

daya manusia yang religius, Aflah Bakery sangat memperhatikan sisi

keagamaan para karyawannya, hal ini dilakukan bukan hanya untuk

meningkatkan kualitas hubungan denga sang pencipta saja, melainkan untuk

merubah sikap dan tingkah laku agar lebih baik.14

Budaya religius yang dibangun dalam usaha Aflah Bakery tak luput dari

sejarah pendirinya, yaitu Bapak Buchori AZ dan istrinya Ibu Tin Khotimah

yang merupakan alumni dari perguruan tinggi negeri pada tahun 90-an. Kedua

pendiri Aflah tersebut pernah mengenyam pendidikan tinggi di IAIN Sunan

kalijaga yang sekarang menjadi Universitas Negeri Sunan kalijaga dan aktif

dalam berbagai ekstra kurikuler yang membuat keduanya tetap memegang nilai

Islam dan Bisnis secara beriringan.

Aflah Bakery kini telah mempunyai beberapa outlet roti dan kue dengan

pusat produksi di Jl. Sorobayan No.1, Sanden Bantul, Yogyakarta. Dan

membuka beberapa cabang di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah diataranya

di: Jalan Nyai Ahmad Dahlan No.58 Yogyakarta, jalan Raya Nanggulan Kulon

Progo, jalan Purwodadi 09 Purworejo, jalan M. Sutoyo No. 89 Alun-alun

Purworejo, jalan Diponegoro 126 Kutoarjo, dan jalan Raya Prembun

14
Fredi Ariawan, “pengaruh religiusitas terhadap loyalitas kerja karyawan perusahaan Aflah
Bakery Bantul”, 2015. Skripsi (tidak diterbitkan), UIN Sunan Kalijaga, hlm. 69.
9

Kebumen.15 Bertambahnya outlet Aflah Bakery tak luput dari pengaruh ekuitas

merk yang berpengaruh positif pada keputusan membeli di Aflah Bakery.16

Religiusitas berpengaruh pada tingkah laku seseorang, penerapkan etika

bisnis Aflah Bakery berdasarkan nilai islam. Namun berpegang pada prinsip

syariah ditengah persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan bagi

pemimpin usaha mikro yang sedang berkembang ini. Menurut Muhammad

Djafkar terdapat 7 (tujuh) prinsip etika bisnis isalam yang harus dijalankan umat

manusia, yakni: jujur dalam takaran (quantity), menjual barang yang baik

mutunya (quality), dilarang menggunakan sumpah (al-qasm), longgar dan

bermurah hati (tatsamuh dan taraahun), membangun hubungan baik

(interrelationship/silat al-rahym), tertib administrasi dan menetapkan harga

dengan transparan. Ketujuh prinsip tersebut harus dilaksanakan agar usaha yang

dijalankan dapat mendapatkan ridho dan barokah dari Allah SWT. Jika menurut

Muhammad Djafkar prinsip tersebut harus ada dalam bisnis, bagaimanakah

implementasi prinsip etika bisnis yang dianut Aflah Bakery saat ini sehingga

usaha mikro dalam bidang kuliner ini tetap eksis dalam ketatnya persaingan

bisnis bidang kuliner yang semakin ketat pada era ini.

15
http/www.rotikue.com, diakses tanggal 19 Januari 2017, pukul 17.35.
16
Khamdi Sukriono, “Pengaruh Ekuitas Merk pada Keputusan Pembelian di Aflah Bakery
Yogyakarta”, 2016. Skripsi (tidak diterbitkan), Universitas Islam Negrri Sunan Kalijaga, hlm. 71.
10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam yang digunakan di Aflah

Bakery Yogyakarta?

2. Bagaimana implementasi tujuh prinsip-prisip dasar etika bisnis Islam

dalam praktek berbisnis di Aflah Bakery Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara praktis untuk mengetahui prisip dasar etika

bisnis apa saja yang sudah diterapkan di Khasanah Muslim Alfath Margaria

Group Yogyakarta dan bagaimana implementasi dari prinsip-prinsip dasar

etika bisnis islam di Khasanah Muslim Alfath Margaria Group Yogyakarta.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam

pengembangan keilmuan Manajemen Dakwah, serta bermanfaat pula bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penyusun

Hasil penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan

berfikir dalam keilmuan di bidang etika bisnis Islam.

b. Bagi Lembaga
11

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan oleh lembaga

atau perusahaan dimana peneliti mengadakan penelitian sebagai

landasan pijak dalam menerapkan sistem ekonomi berbasis etika bisnis

Islam.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam kajian pustaka berguna sebagai bahan acuan yang relavan dengan

penelitian terdahulu, kajian pustaka juga berguna unutuk menghindari adanya

plagiasi atau penjiplakan atas karya orang lain. Dibawah ini peneliti ajukan

referensi yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

Pertama,karya Ari Nur Fadilah, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta 2014 yang berjudul “Tinjauan Etika Bisnis Islam terhadap

Pengelolaan Dana Wakaf Tunai ( Studi di Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU

DIY )”. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa wakaf tunai menjadi

instrumen untuk perekonomian masyarakat usaha mikro. Dalam sistem

pengelolaan di LWP NU dianalisis etika bisnis Islam, sehingga akan diketahui

sejauh mana penerapan etika bisnis Islam dalam lembaganya maupun

dalam penyaluran dana bagi hasil wakaf untuk kesejahteraan umat.17

Kedua, karya Siti Rohmah, mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

diselesaikan pada tahun 2014, dengan judul “Penerapan Nilai-Nilai Etika bisnis

17
Ari Nur Fadilah, “Tinjauan Etika Bisnis Islam terhadap Pengelolaan Dana Wakaf Tunai (
Studi di Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU DIY )”, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014).
12

Islam di Hotel Madani Syariah Yogyakarta”. Hasil penelitian memberikan

kesimpulan bahwa etika bisnis Islam sudah diterapkan di Hotel Madani Syariah

Yogyakarta akan tetapi masih perlu ditingkatkan. Kriteria Hotel Madani Syariah

standar nasional kategori hilal-1 juga sudah diterapkan tetapi ada aspek yang

belum terpenuhi.18

Ketiga, karya Fredi Ariawan, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang disesesaikan pada tahun 2015. Denga judul “Pengeruh

religiusitas terhadap loyalitas kerja karyawan perusahaan Aflah Bakery

Bantul, Yogyakarta. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas

berpengaruh secara positif dan dan signifikan terhadap loyalitas kerja.19

Keempat, karya Khamdi sukriono, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang diselesaikan pada tahun 2016. Dengan judul “pengaruh

ekuitas merk terhadap keputusan pembelian di aflah bakery Yogyakarta”.

Dengan hasil penelitian ekuitas merk berpengaruh terhadap keputusan

pembelian di Aflah Bakery Yogyakarta. 20

18
Siti Rohmah, “Penerapan Nilai-Nilai Etika Bisnis Islam di Hotel Madani Syariah
Yogyakarta”, Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014).
19
Fredi Ariawan, “Pengaruh Religiusitas Terhadap Loyalitas Kerja Karyawan Perusahaan
Aflah Bakery Bantul”, 2015. Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015).
20
Khamdi Sukriono, “Pengaruh Ekuitas Merk pada Keputusan Pembelian di Aflah Bakery
Yogyakarta”, 2016. Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016).
13

No Penelitian Terdahulu Obyek Teori Metode Penelitian

1. Tinjauan Etika Tinjauan Etika Teori tentang Kualitatif


Bisnis Islam Bisnis Islam prinsip-prinsip
Terhadap Terhadap ekonomi Islam
Pengelolaan Dana Pengelolaan Dana menurut Syed
Wakaf Tunai ( Studi Wakaf Nawab Heidar
di Lembaga Wakaf
dan Pertanahan NU
DIY )
(Ari Nurfadilah,
2014)
2. Penerapan Nilai- Penerapan Nilai- Teori tentang Kuantitatif
Nilai Etika bisnis Nilai Etika Bisnis aspek-aspek etika
Islam di Hotel Islam bisnis Islam
Madani Syariah menurut Issa Rafiq
Yogyakarta Beekun
(Siti Rohmah, 2014)

3. Pengaruh Aflah Bakery Teory tentang Kuantitatif


Religiusitas religiusitas dan
terhadap loyalitas loyalitas dari glock
karyawan di Aflah and stark dan
Bakery Bantul vannecia marcel
Yogyakarta soegandi.
(Fredi Ariawan,
2015)
4. Pengaruh ekuitas Aflah Bakery Ekuitas merk david Kuantitatif
merk terhadap a aaeker, keputusan
keputusan pembeli membeli oleh kotler
di Aflah Bakery & Gerry.
Yogyakarta
(Khamdi Syukiono,
2016)
Table 1.1Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu
14

Berdasarkan pada tinjauan pustaka di atas, ada beberapa hal yang

menjadi kajian literatur dalam penelitian ini yakni persamaan yang diambil

dalam konteks ini adalah sama-sama tentang etika bisnis Islam. Namun, sejauh

peneliti membandingkan, mengkompilasi, menelaah, dan menghayati dari

beberapa hasil penelitian yang muncul secara substansi isi dan acuan kajian

akademik tidak ada yang mirip dengan penelitian yang sedang dilakukan. Juga

subjek penelitian sama-sama Aflah Bakery, akan tetapi pokok pembahasan dan

teory yang digunakan sangat berbeda meskipun penelitian ini bersifat

berkesinambungan dengan penelitian sebelumnya. Dengan demikian penelitian

ini adalah merupakan penelitian berkelanjutan, dan secara kaidah ilmiah ada

beberapa bagian yang diambil sebagai kebutuhan akademik sesuai dengan

prosedur yang berlaku.

G. Kerangka Teori

1. Pengertian Etika Bisnis

Istilah etika berasal dari Bahasa Yunani ethos (kata tunggal), yang

berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebisaaan,

adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.21 Sedangkan, etika

bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup

seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga

masyarakat.

21
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Persepketif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011),
hlm. 16.
15

Etika merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai atau

norma moral yang mengatur perilaku manusia baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok dan istitusi di dalam masyarakat. Oleh karena

itu, di samping etika merupakan ilmu yang memberikan pedoman norma

tentang bagaimana hidup manusia diatur secara harmonis, agar tercapai

keselarasan dan keserasian dalam kehidupan baik antar sesama manusia

maupun antar manusia dengan lingkungannya.

Etika bisnis menjadi salah satu bagian dari dunia bisnis juga banyak

diterangkan dalam Al-Qur‟an, pendek kata Qur‟an, yang merupakan

sumber utama umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya dalam

menjalankan bisnis Islami.22 Selain itu, etika bisnis merupakan studi yang

dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini

berkonsentrasi pada standar moral, sebagaimana diterapkan dalam

kebijakan, intitusi, dan perilaku bisnis. Standar etika bisnis tersebut

diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat

modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan

diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.23

22
Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 131.
23
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business an Economic Ethnics, (Jakarta:Bumi Aksara, 2012),
hlm. 4.
16

2. Etika Bisnis Islam

Etika bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya (yang tidak dibatasi), namun dibatasi dalam cara

perolehan dan pendayaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Dalam

arti, pelaksaaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan syariat

(aturan-aturan dalam Al-Qur‟an dan Hadist). Dengan kata lain, syariat

merupakan nilai utama yang menjadi paling strategis maupun taktis bagi

pelaku kegiatan ekonomi (bisnis).24

Ali Hasan mendefinisikan etika bisnis dalam syari‟ah Islam adalah

akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam,

sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran,

sebab sudah diyakini sebagi sesuatu yang baik dan benar.25 Oleh sebab

itu, secara simplistik etika bisnis Islam yang dimaksud dalam kajian

teoritis ini adalah segala sesuatu hal yang berhubungan dengan ekonomi,

yang sistem dan regulasi di dalamnya lebih mengedepankan nilai-nilai

Islam, serta mengimplementasikan etika (akhlak) dalam setiap bisnis

usaha yang dijalani.

24
Ibid, hlm. 13.
25
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari‟ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, (Yogyakarta:
Pustakan Pelajar.2009), hlm. 171.
17

Sedangkan, ada beberapa etika Rasulullah dalam membangun citra

dangangannya adalah sebagi berikut:26

1. Penampilan

Penampilan dagang rasullualah adalah: tidak mebohongi pelanggan,

baik menyangkut besaran kuantitas maupun kualitas.

2. Pelayannan

Pelanggan yang tidak mampu membayar kontan hendaknya diberi

tempo untuk melunasinya. Selanjutnya pengampunan (bila memungkinkan)

hendaknya diberikan jika ia benar-benar tidak sanggup membayarnya.

3. Persuasi

Menjauhi sumpah yang berlebihan dlaam menjual suatu barang.

“sumpah dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapusan

berkah”

4. Pemuasan

Hanya dengan kesepakatan bersama dengan suatu usulan dan

penerimaan, penjualan akan sempurna. Dalam QS. An-Nisa Ayat 29

disebutkan, yang artinya;

26
Muhammad, Etika Bisnis Islam, hlm. 102.
18

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan saling suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu”27

3. Prinsip-Prinsip Etika bisnis islam

Menurut Muhammad Djakfar dalam buku “Etika Bisnis

Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi” prinsip-

prinsip etika bisnis dalam Islam, antara lain:28

Pertama, jujur dalam takaran (quantity). Jujur dalam takaran ini

sangat penting untuk diperhatikan karena Tuhan sendiri secara gamblang

mengatakan: “ celakalah bagi orang yang curang. Apabila mereka

menyukat (menakar) dari orang lain (untuk dirinya), dipenuhkannya

(sukatannya). Tetapi apabila mereka menyukat (menakar) (untuk orang

lain) atau menimbang (untuk orang lain) dikuranginya. Masalah

kejujuran tidak hanya merupakan kunci sukses seorang pelaku bisnis

menurut Islam. Tetapi etika bisnis modern juga sangat menekannkan

pada prinsip kejujuran.

Kedua, menjual barang yang baik mutunya (quality). Salah satu

cacat etis dalam perdagangan adalah tidak transparan dalam mutu, yang

berarti mengabaikan tanggung jawal moral dalam dunia bisnis. Padahal

27
Al Qur‟an dan terjemahannya, Surat. An-nisa. Ayat 29, (Semarang: Toha Putra, 1990),
hlm.122.
28
Muhammad Djakfar, Etika BIsnis Menangkap Spirit Ajaran LAngit dan Pesan Moral Ajaran
Bumi, (Jakarta:PenebarPlus,2012), hlm 34.
19

tanggung jawab yang diharapkan adalah tanggung jawab yang

berkeseimbangan (balance) antara memperoleh keuntungan (profit) dan

memenuhi norma-norma dasar masyarakat baik berupa hukum,maupun

etika atau adat.

Dalam praktek bisnis, Etika bisnis Islam selalu mengedepankan

pelayanan yang baik, informasi dan distribusi yang memudahkan.

profesionalitas penting artinya bagi insan Islam dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan. Menurut Aa Gym profesionalitas sejati dalam Islam terdapat 2

macam, yaitu :

a. Ketika mencari sangat menjaga value (nilai) dirinya, diantaranya : jujur,

adil, tepat janji, dan amanah. Sehingga dalam mendapatkan sesuatu

dirinya lebih berharga dari apa yang ia dapatkan.

b. Ketika mendapatkan sesuatu ia mendistribusikannya.29

Ketiga, dilarang menggunakan sumpah (al-qasm). Seringkali di

temukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan para

pedagang kelas bawah apa yang dikenal dengan obral sumpah. Mereka

terlalu mudah menggunakan sumpah dengan maksud untuk meyakinkan

pembeli bahwa Barang dagangannya benar-benar berkualitas dengan

harapan gara orang lain terdorong untuk membelinya (tatsamuh atau

taraahum). Dalam transaksi terjadi kontak antara penjual dan pembeli.

29
Abdullah Gymnastiar, Etika Berbisnis, Produser Bambang ELF. 2003. Hlm. 23.
20

Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah

hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjualakan

mendapatkan berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.

Keempat, longgar dan bermurah hati (tatsamuh dan taraahum).

Dalam transaksi terjadi kontak antar penjual dan pembeli. Dalam hal ini

seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati kepada

setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjual akan mendapat berkah

dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.

Kelima, membangun hubungan baik (interrelationship/silat al-

rahym) antara kolegan. Islam menekankan hubungan konstruktif dengan

siapa pun, inklud antar sesama pelaku dalam bisnis Islam tidak

menghendaki dominasi pelaku yang satu di atas yang lain, baik dalam

bentuk monopoli, ologopoli, maupun dalam bentuk-bentuk lain yang

tidak mencerminkan rasa keadilan atau pemerataan pendapatan.

Keenam, tertib administrasi. Dalam dunia perdagangan wajar

terjadi praktik pinjam meminjam. Dalam Al-Quran mengajarkan

perlunya administrasi hutang piutang tersebut agar manusia terhindar dari

kesalahan yang mungkin terjadi.

Ketujuh, menetapkan harga dengan transparan. Harga yang tidak

transparan bisa mengandung penipuan. Unutuk itumenetapkan harga

dengan terbuka dan wajar sangat dihormati dalam Islam agar tidak

terjerumus dalam riba. Kendati dalam dunia bisnis kita tetap ingin
21

memperoleh prestasi (keuntungan), namun hak pembeli harus tetap

dihormati.

Sedangkan Menurut Ahmad Hasan Ridwan dalam buku

“Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil”, prinsip-prinsip Etika Bisnis dalam

Islam antara lain:30

a. Jujur dalam takaran dan timbangan.

b. Menjual barang yang halal. Dalam salah satu hadis Nabi SAW

menyatakan bahwa Allah mengharamkan suatu barang maka

haram pula harganya (diperjualbelikan).

c. Menjual barang yang bermutu baik. dalam berbagai hadis

Rasulullah SAW melarang menjual buah-buahan hingga jelas

baiknya.

d. Salah satu sumber hilangnya keberkahan jual beli, yaitu jika

seorang menjual barang cacat yang kecacatannya disembunyikan.

Menurut riwayat Bukhari, Ibnu Umar memberitakan bahwa

seseorang lelaki menceritakan kepada Rasulullah SAW bahwa ia

tertipu dalam jual beli. Sabda Rasul: “apabila engkau berjual beli,

katakanlah, „tidak ada tipuan‟”.

e. Jangan main sumpah. Ada kebiasaan pedagang untuk meyakinkan

pembelinya dengan jalan main sumpah agar dagangannya laris.

30
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,
hlm. 41.
22

Dalam hal ini Rasulullah SAW memperingatkan, “ sumpah itu

melariskan dagangan, tetapi menghapuskan keberkahan”. (H.R.

Bukhari)

f. Longgar dan bermurah hati. Sabda Rasulullah SAW., “Allah

mengasihi orang yang bermurah hati pada waktu menjual, pada

waktu membeli, dan pada waktu menagih utamg”. (H.R.Bukhari).

kemudian dalam hadis lain Abu Hurairah memberitakan bahwa

Rasulullah SAW bersabda :”Ada seorang pedagang yang

mempiutangi orang banyak. Apabila dilihatnya orang yang ditagih

itu dalam kesempitan, dia perintahkan kepada pembatu-pembatu

nya. „Berilah kelonggaran kepadanya, mudah-mudahan Allah

memberikan kelapangan kepada kita‟. Maka Allah pun

memberikan kelapangan kepadanya”. (H.R. Bukhari)

g. Jangan menyaingi kawan. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah

kamu menjual dengan menyaingi dagangan saudaranya”.

h. Mencatat utang-piutang. Dalam dunia bisnis lazim terjadi pinjam

meminjam. Dalam hubungan ini Al-qur‟an mengajarkan

pencatatan piutang. Gunanya adalah untuk mengingatkan salah

satu pihak yang mungkin pada suatu waktu lupa atau khilaf. (Q.S

Al-Baqarah: 282)

i. Larangan riba sebagaimana Allah SWT berfirman:


23

“Alllah memusnakan riba dan menyuburkan sedekah. Dan

Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam

kefakiran, dan selalu berbuat dosa‟. (Q.S. Al-Baqarah, 2:276)

j. Anjuran berzakat, yakni menghitung dan mengeluarkan zakat

barang dagangan setiap tahun sebanyak dua,5% sebagai salah satu

cara untuk membersihkan harta yang diperoleh dari hasil usaha.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil prinsip-prinsip etika

bisnis Islam menurut Muhammad Djakfar yang digunakan dalam

penelitian ini karena dianggap sudah mencakup etika bisnis Islam pada

umumnya, yaitu prinsip-prinsip etika bisnis Islam meliputi jujur dalam

takaran (quantity), menjual barang yang baik mutunya (quality), dilarang

menggunakan sumpah (al-qasm), longgar dan bermurah hati (tatsamuh

dan taraahum), membangun hubungan baik (interretionship/silat al-

rahym), tertib administrasi dan menetapkan harga dengan transparan.

H. Metode Penelitian

Secara umum metodologi penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.31 Jadi, metode

penelitian adalah cara-cara yang digunakan penelitian untuk memperoleh data

yang digunakan untuk mengetahui kebenaran secara ilmiah sehingga dapat

digunakan pada saat menghadapi keadaan yang sama.

31
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2007), hlm. 3.
24

1. Jenis Penetitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna daripada generalisasi.32 Metode ini dipilih

peneliti untuk menggali data secara akurat yang diperoleh dari sumber data.

Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif jika ditinjau

dari eksplanasisnya. Penelitian dekskriptif adalah penelitian yang bertujuan

untuk mengumpulkan fakta dan menguraikan secara mennyeluruh dan teliti

sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.33 Oleh sebab itu,

berdasarkan pernyataan diatas bisa peneliti simpulkan bahwa jenis

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subyek Penelitan

Subjek penelitian adalah sumber data atau sumber tempat

memperoleh keterangan penelitian.34 Subjek penelitian yaitu sumber

32
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 1.
33
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga Univeritas Press, 2001), hlm.48.
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), Hlm. 118.
25

data yang peneliti anggap sebagai sasaran yang dapat memberikan data-

data dan informasi yang diperlukan diantaranya adalah terdiri dari 3

(tiga) narasumber yakni:

1) owner adalah orang yang memiliki wewenang atau tanggung jawab

untuk mengatur, memimpin, membuat rencanadan mengendalikan

pelaksaannya gunamencapai tujuannya.

2) Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga

(perusahaan, kantor dan sebagainnya) yang ditugaskan sebagai

pekerja untuk melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja

untuk digaji.

3) Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa untuk

tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau

rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non-

komersial).

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah yang menjadi pokok perhatian dari

suatu penelitian.35 Obyek penelitian yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah implementasi prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam di

Aflah Bakery Yogyakarta.

35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bina Askara, 1989),
hlm. 91.
26

3. Sumber Data Penelitian

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi

langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah

ditetapkan.Dalam penelitian ini adalah perusahaan Aflah Bakery

Yogyakarta yang akan menjadi sumber informasi.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh

secara tidak langsung dari obyek penelitian yang bersifat publik, yang

terdiri atas: struktur data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta

buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini adalah data-data atau arsip-arsip tertulis lainnya

yang diperoleh dari perusahaan Aflah Bakery Yogyakarta yaitu dari

hasil dokumentasi.

4. Metode pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan

tentang implementasi prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam di Aflah

Bakery Yogyakarta, peneliti menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Metode Observasi
27

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui

pengamatan yang cermat dan teliti secara langsung terhadap gejala-

gejala yang diselidiki.36 Observasi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah observasi partisipatif yaitu observasi dengan penelitian

terlibat langsung didalam kegiatannya untuk mendapatkan hasil

penelitian yang lengkap dan nyata.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara ini digunakan dengan cara melakukan

data atau informasi secara langsung dari informan melalui indepth-

interview atau wawancara mendalam, yang didukung dengan studi

dokumen serta pengamatan.37 Metode wawancara ini digunakan

untuk memperoleh keterangan, informasi atau penjelasan seputar

permasalahan secara mendalam sehingga diperoleh data yang akurat

dan terpercaya karena diperoleh secara langsung tanpa perantara.

Dalam melakukan wawancara mendalam dengan para informan,

peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview-guide) sebagai

acuan wawancara terhadap responden.Wawancara ini akan dilakukan

pada direktur dan karyawan Aflah Bakery yang merupakan sumber

36
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) hlm. 106.
37
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.
127.
28

internal, kemudian konsumen. Wawancara dengan konsumen ini

bertujuan untuk memastikan data yang telah diperoleh.

c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data

yang diperoleh dari beberapa catatan, arsip, foto, agenda, majalah,

dan sebagainya yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang tertulis

dan digunakan untuk melengkapi dan mengecek data-data yang

diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.38Penelitian ini

menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data tulisan

tentang keadaan Aflah Bakery Yogyakarta, visi dan misi, sistem

manajemen, struktur organisasi dan semua tentang prinsip etika bisnis

islam.

5. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif, yaitu dengan cara data yang telah dihimpun selanjutnya disusun

secara sistematis, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga dapat

menjelaskan pengertian dan pemahaman tentang gejala yang diteliti.39 Ada

3 (tiga) jalur yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut, yaitu:

38
Ibid.,hlm. 158.
39
Miles & Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 14.
29

a. Reduksi data (data reduction) merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote

(catatan lapangan). Reduksi data dilakukan selama penelitian

berlangsung, dimana hasilnya data dapat disederhanakan dan

ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan serta penggolongan

dalam satu pola. Pada proses pereduksian data, peneliti melakukan

penyederhanaan dari hasil verbatim, observasi, dan data kasar yang

dirasa perlu dituangkan dalam laporan penelitian ini.

b. Penyajian data (data display) adalah rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan atas riset yang dilakukan, sehingga peneliti

lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang

dilakukan. Penyajian data peneliti lakukan dengan menyederhanakan

kata-kata yang telah direduksi hingga kemudian disimpulkan.

c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Proses ini dilakukan dari

awal pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti harus mengerti apa arti

dari hal-hal yang ditelitinya, dengan cara pencatatan peraturan, pola-

pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan arahan sebab-akibat

sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.40

Ketiga komponen analisis data di atas dalam aplikasinya

membentuk sebuah interaksi antara ketiganya dengan proses pengumpulan

40
Ibid., hlm. 15-19.
30

data sebagai sebuah siklus. Dimana sifat interaksi ketiganya berjalan terus

menerus dari proses awal peneliti turun ke lapangan hingga selesainya

proses penelitian.

6. Teknik Keabsahan Data

Dalam meneliti tingkat validitas data yang diperoleh di lapangan,

maka peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam memeriksa keabsahan

data yang diperoleh. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau
41
sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini teknik

trianggulasi yang digunakan adalah triangulasi metode dan triangulasi

sumber.

a. Trianggulasi Metode

Triangulasi metode berarti pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Triangulasi

metode pada penelitian ini dilakukan pada metode wawancara, observasi,

dan dokumentasi.

41
Lexy, J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitataif, edisi revisi (Bandung: PT Remaja
Karya, 2012), hlm 248.
31

Gambar 1.2

Triangulasi Metode

Wawancara

Observasi Dokumentasi

b. Trianggulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan data dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber pada

penelitian ini dilakukan pada direktur dan karyawan Aflah Bakery,

Konsumen.

Gambar 1.3
Triangulasi Sumber

Manajer/Pimpinan

Karyawan Konsumen

Dalam penelitian ini kegiatan trianggulasi yang dilalkukan yaitu

dengan mengecek kembali data yang diperoleh dari hasil wawancara,

pengamatan langsung maupun hasil dokumentasi.


32

I. Skema dan Alur Penelitian

J. -. Observasi,
Kajian Teoritik :wawancara , dokumentasi Kajian Empirik:
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam Aflah Bakery Yogyakarta

Latar Belakang Masalah

RUMUSAN MASALAH :
1. Apa saja prinsip-prinsip dasar etika bisnis islam yang
Aflah Bakery Yogyakarta?
2. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip dasar etika
bisnis isalam dalam praktek bisnis Aflah Bakery
Yogyakarta?

Kegunaan Penelitian: Tujuan Penelitian


1. Secara Teoritis PENELITIAN
2. Secara Praktis

Kebutuhan Penelitian

Kerangka Teoritik Metode Penelitian Kajian Pustaka


Kualitatif

Teknik Analisis
Teknik Pengumpulan Data (Miles dan
1.Pengertian etika Data Huberman)
bisnis islam
a. pengertianetikabisnis
b. etikabisnisislam 1 Observasi 1. Reduksi data
c. prinsip-prinsipetika 2 wawancara 2. Model data
bisnisisla 3 dokumentasi 3.Penarikan/verifikasi
Kesimpulan

Keabsahan Data
Trianggulasi
Sumber dan Metode

Hasil Penelitian
33

K. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasanya, penulis menyusun dalam 4

(empat) bab, masing-masing bab terdiri sub bab dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I Bab ini berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari penegasan

judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teori, metode

penelitian dan sistematika pembahasan, dan alur penelitian.

BAB II Bab ini berisi gambaran umum Aflah Bakery Yogyakarta

dengan segala aspek yang berkaitan, mencakup sejarah dan

perkembangannya, visi, misi dan tujuannya, Letak straegisnya,

tim manajemen, struktur organisasi, nilai yang dijalankan, dan

produk.

BAB III Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan dimana peneliti

akan menguraikan dan membahas mengenai Implementasi

Prinsip-Prinisp Dasar etika bisnis Islam di Aflah Bakery

Yogyakarta.

BAB IV Bab ini berisi kesimpulan dan saran, yang berisikan

kesimpulan dari uraian skripsi pada bab-bab terdahulu, serta

saran menjadi penutup.


77

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya

tentang Implementasi Etika Bisnis Islam pada Aflah Bakery Yogyakarta, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa;

Implementasi Aflah Bakery meneladani tujuh prinsip Etika Bisnis yakni:

jujur dalam takaran (quantity),menjual barang yang baik mutunya (quality),

dilarang menggunakan sumpah (al-qasm), longgar dan bermurah hati (tatsamuh

dan taraahum), membangun hubungan baik (interrelationship/silat al-rahym)

antara kolegan, tertib administrasi dan menetapkan harga dengan transparan.

Dari ketujuh prinsip Etika Bisnis Islam tersebut terdapat prinsip yang

sudah berjalan namun belum maksimal karena keterbatasan sumber daya

manusianya. Yakni pada bidang Administrasi yang kurang efektif dan efisien

waktu dan pencatatannya. Sementara dalam perkembangan persaingan bisnis

Aflah Bakery menganalisis tantangann dan akan meningkatkan kualitas baik

produk maupun pelayananan kedepannya.


78

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan

objek kajian manajemen Strategi.

2. Bagi lembaga agar lebih maningkatkan proses manajerial dan pencatatan

administrasinya.
1

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia
Usaha, Bandung: Alfabeta, 2013.

Abdul Jalil, “Implementation Mechanism of Ethics in Business Organizations”,


dalam Journal International Business Research, Vol. 3, No. 4,
October 2010.

Abdullah Gymnastiar, Etika Berbisnis, Produser Bambang ELF. 2003.

Ahmad Jauhar Tauhid, Kompas Ruhani, Jakarta: Serambi, 2006.

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan
dalam Kehidupan Ekonomi) Jurnal, Desember 2007.

Aksin Wijaya, “Memburu Pesan Damai Islam (Memotret Penolakan Gus Dur
atas Fatwa MUI), dalam Jurnal Studi Islam An-Nur, Vol. II, No. 3,
September 2005.

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Ari Nur Fadilah, “Tinjauan Etika Bisnis Islam terhadap Pengelolaan Dana Wakaf
Tunai ( Studi di Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU DIY )”,
Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009.

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta,


2008.
2

Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2012.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan Kualitatif,


Surabaya: Airlangga Univeritas Press, 2001.

Dwi Soetjipto,Road to semen Indonesia:Transformasi Korporasi mengubah


Konflik menjadi kekuatan, Jakarta:Kompas, 2014.

Fredi Ariawan, “Pengaruh Religiusitas Terhadap Loyalitas Kerja Karyawan


Perusahaan Aflah Bakery Bantul”, Skripsi, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2015.

Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2004.

http://eprints.uny.ac.id/16863/1/Vian%20Pujiastuti_11411134011.pdf diakses
tanggal 11 April 2017.

http://phitry-kawaii.blogspot.co.id/2009/12/pentingnya-administrasi-dalam-
dunia.html. diakses tanggal 15 April 2017.

http://sugengrusmiwari.blogspot.com/2011/10/bakan-kuliah-adm-perkantoran-
4.html, diakses 10 april 2017.

Imam Al Ghazali, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, Surabaya: Putra
Pelajar, 2002.

Imam An nawawi, Sahahih Muslim, Beirut: Dar El-Marefah, 1995.

Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng, Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng, Pengantar
Bisnis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
3

Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009.


Khamdi Sukriono, “Pengaruh Ekuitas Merk pada Keputusan Pembelian di Aflah
Bakery Yogyakarta”, Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2016.

Lexy. J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung: PT


Remaja Karya. 2012.

Miles & Huberman, “Analisis Data Kualitatif”, Jakarta: UI Press, 1992.

Muhammad Ali Haji Hasim, Bisnis Satu Cabang Jihad, Jakarta: Pustaka Al-
Kausar, 2005.

Muhammad Djakfar Hukum Bisnis Membangaun Wacana Integrasi Perundangan


Nasional dengan Syari’ah, UIN Malang.

Muhammad Djakfar, Anatomi Perilaku Bisnis, Dialektika Etika Dengan Realitas,


Malang: UIN-Malang Press, 2009.

Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam,


Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Muhammad Salim, Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam, (Arsip Blog : Berbagi
Ilmu), 28 Mei 2013. Diakses 28 april 2017.

Muhandis Natadiwirya, Etika Bisnis Islami, Jakarta: Granada Press, 2007).

Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,cet2, 2003.

Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 1996.


4

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Semarang: CV Obor


Pustaka, 2002.

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:


Penerbit Arkola, 1997.

Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Ratnawati, Persaingan Bisnis dalam Persektif Islam, Faceebook, Syafatain, 28


Juli 2013.

Sidqi Muhammad Jamil Al „Athari, Sunan At-Tarmidzi, Beirut: Dar El Fikri,


1994.

Siti Rohmah, “Penerapan Nilai-Nilai ETika Bisnis Islam di Hotel Madani


Syariah Yogyakarta”, Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2014.

Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Persepketif Islam, Jakarta: Salemba


Empat, 2011.

Sri nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Universitas Stikubank


Semarang, 2010.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis”, Jakarta:


Rineka Cipta, 1991.
5

Suharsimi Arikunto, Pros edur Penelitian Suatu Pengantar, Jakarta: Bina Askara,
1989.

Toto Asmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Press,
2002.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen.

Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business an Economic Ethnics, Jakarta: Bumi


Aksara, 2012.

Yuli firawati, “Pengaruh manajemen spiritual terhadap kinerja organisasi” (studi


pada Aflah Bakery Bantul Yogyakarta), Skripsi, Yogyakarta:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam negeri Sunan
Kalijaga, 2013.

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 1997.

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2006
PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS ISLAM

DI AFLAH BAKERY YOGYAKARTA

INTERVIEW GUIDE

Bab II. Gambaran Umum Lembaga

1. Bagaimanakah Sejarah berdirinya Aflah Bakery Yogyakarta?

2. Bagaimana pandangan anda tentang letak strategis Aflah Bakery Yogyakarta?

3. Apakah penjelasan logo Aflah Bakery Yogyakarta?

4. Apa saja produk Aflah Bakery Yogyakarta?

5. Siapa sajakah yang menjadi konsumen (target market) Aflah Bakery Yogyakarta?

6. Bagaimana struktur organisasi Aflah Bakery Yogyakarta?

7. Media apa saja yang digunakan dalam penjualan produk di Aflah Bakery

Yogyakarta?

Bab. III. PEMBAHASAN

1. Apa saja prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam yang ada di Aflah Bakery

Yogyakarta?

2. Bagaimana penerapan prinsip kejujuran dijalankan?

3. Bagaimana menentukan kualitas produk dan pelayanan yang baik bagi konsumen?

4. Bagaimana cara meningkatkan pelayanan bagi kostumer?


5. Bagaimana cara memperoleh dan memilah kolega bisnis dan juga menciptakan

kepercayaan satu sama lain?

6. Bagaimana prosedur pencatatan administrasi di Aflah Bakery Yogyakarta?

7. Bagaimana cara meyakinkan customer mengenai penilaian produk yang dimiliki

Aflah Bakery Yogyakarta?

8. Bagaimana tahap penentuan harga pada produk Aflah Bakery (kaitannya dengan

penetapan keuntungan)?.

9. Apakah sebagai penyedia jasa kuliner Aflah Bakery Yogyakarta sudah

memberikan kejujuran penjualan menurut anda? (berkaitam dg barang mutu bagus

harga bagus)

10. Apakah ynag menjadi tantangan dan hambatan dari implementasi etika bisnis

islam yang di jalankan dan bagaimana menyikapinya?

Untuk Kostumer

11. Bagaimana kualitas produk dan pelayanan konsumen menurut anda?

12. Bagaimana masukan anda untuk meningkatkan pelayanan bagi kostumer?

13. Mengenai cara meyakinkan customer tentang produk yang dimiliki Aflah Bakery

Yogyakarta, apakah sudah tepat dan ....... (sama dg jawaban Owner)?

14. Bagaimana menurut anda tentang penentuan harga pada produk Aflah Bakery

(kaitannya dengan penetapan keuntungan) apakah sesuai dengan yang anda

perkirakan?

15. Bagaimana penilaian anda tentang implementasi prinsip etik bisnis islam yang

dijalankan Aflah Bakery?


Interview

Narasumber : Bp. Bukhori Alzahrowi

Posisi : Pendiri Aflah

Waktu : 15 Maret 2017

No Pertanyaan
1 Apa saja prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam yang ada di Aflah Bakery
Yogyakarta?
“ ya, selama ini ya prisip yang kami pakai dalam bisnis di aflah bakry ini ya prinsip
barokah. Kami mencari rejeki dan berharap bisa mendapatkan ridho dari Allah mbak. Ya
seperti yang dikatakan ibu kemarin pas wawancara.
Apakah di Aflah Cake & Bakery ini mengunakan prinsip jujur dalam takaran?
Iya mbak, insyaallha kami memang sudah mematenkan untuk takaran, setiap pemesanan
takarannya sama semua.

2 Bagaimana penerapan jujur dalam takaran (Quantity) dalam aflah pak?


“ kami biasanya memberikan sample produk mbak untuk calon konsumen, nanti itu dibawa
sama marketing kita ke tepat kostumer jadi, konsumen bisa menentukan pilihan kira-kira
puas ndak sama produk kita. Lalu nanti kau deal dengan sample yang kita kasih, pas
pembuatan pesanannya pun sesuai sama, secetakan sama samplenya mbak. Misalnya pesan
nasi kotak senilai 20.000, dengan menu yang tertera di broshur atau web, ya nanti sama
besarnya, jenisnya dllnya mbak.
Mungkin ini ya mbak, kemarin kita mencoba mencari pembanding produk lain. Kami ka
nada layanan aqiqah itu, dengan mahar minimal 2jt untuk satu kambing jantan dan sudah
sama nasi dan lain-lainnya. Mungkin banyak yang lebih murah dari kami, tapi dengan harga
segitu kita benar-benar memaksimalkan ke-sah an kambing aqiqah itu mbak, ya biar nggak
Cuma cempe. Kalau cempe kan nggak sah mbak aqiqahnya. Hehehe”

3 Bagaimana menentukan kualitas produk dan pelayanan yang baik bagi konsumen?
“kualitas itu nomer satu mbak, prinsip bisanis kami, sasarannya adalah segala lini
masyarakat. Dari masyarakat bawah, menengah maupun yang atas bias memesan dikita.
Harga juga bervareasi bias ditentukan konsumen sendiri.
Kami sudah memiliki serifikat halal dan BPOM. Jadi sudah teruji kan kelayakan dari
produk kami. Dan ini memang usaha kami agar tidak membuat ragu konsumen saat
memesan makan di kita. Jadi semua jelas di awal.”

4 Bagaimana cara meningkatkan pelayanan bagi kostumer


“ ini pelayanan apa ya mbak? Pelayanan di kami menngacu pada good service mbak,
mengupayakan begitu lah. Kalau untuk pelayanan akses ostumer kita meyediakn banyak
website, dan media social mbak, memanfaatkan facebook, rotikue.com, aflahsukses dan
banyak sekali mbak, nanti bisa saya kasih alamatnya. Untuk pelayanan kostumer yang
sudah order biasanya kita berpatokan dengan waktu pemesanan, jadi kami nggak mau
sampai telat deliver pesanan. Karena prinsip kami 7474 tadi mbak. Maju cepat. Hehehehe”

5 Bagaimana cara memperoleh dan memilah kolega bisnis dan juga menciptakan kepercayaan
satu sama lain
“ untuk kolega bisnis kami memilih teman dekat mbak, dari awal kami bekerja sama
dengankenalan atau sahabat yang bisa membantu, dari permodalan atau bahan-bahan. Nah
selanjutnya kami punya langganan pemasok gandum, telur dan lain-lain untuk kebutuhan
pembuatan roti itu. Untuk kateringnya kita masih percaya pasar tradisional mbak, kan dekat
sini ada pasar sanden, kami biasanya belanja disana dan membpunyai langganan sendiri
disana, untuk membeli daging atau bumbu lain. Jadi ya kepercayaan itu sudah ada di awal
mbak. Karena sudah saling kenal”

6 Bagaimana prosedur pencatatan administrasi di Aflah Bakery Yogyakarta?


“wah kalau adminstrasi ya begitu, kami masih menggunakan admistrasi sederhana yang
mengurus sirkulasi keuangan dan laporannya juga masih ibu langsung sebagai keuangan
dari awal. Jadi ya laporan pemasukan pengeluaran bulanannya masih bisa dikontrol sendiri.
Kalau buat konsumen ya kami beri kuitansi karena kami juga sudah memiliki SIUP dan
NPWP biasanya instransi juga tidak ragu kalau pesan di kami kami mudahkan
mengurusnya.
8 Bagaimana cara meyakinkan customer mengenai penilaian produk yang dimiliki Aflah
Bakery Yogyakarta
“ kalau meyakinkan ya kan konsumen itu biasanya udah dapat tester tadi mbak, lalu udah
ada yang pernah pesan d Aflah jadi testimony juga. Apa ya inbtinya sebenarnya marketing
kita dari berbagai lini dan cara marketing sudah baik lah dalam mengenalkan produk aflah
ini. Apalagi sertifikasi-sertifikasi juga sudah kami miliki jadi ya enak, kita show sampel
testimony pada acara-acara besar yang kita handle pesanannya”

9 Bagaimana tahap penentuan harga pada produk Aflah Bakery


Penentuan harga ya berdasarkan kuantitas lualitas mbak. Ya seperti yang ada di broshur dan
web. Kalau untung kami memang bukan prioritas utama mbak, tapi ya setiap usaha pasti
nggak mau rugi kan? Ya seperti itu saja mbak. Penentuan harga berdasarkab harga pasaran
sekarang gitu aja.

10 Apakah ynag menjadi tantangan dan hambatan dari implementasi etika bisnis islam yang di
jalankan dan bagaimana menyikapinya
Tantangannya pasti banyak mbak. Ya persaingan dari tahu ke tahun semaki ketat, banyak
usaha-usaha kulkiner di jogja. Tapi ya namanya juga bisnis, kita harus percaya sama yang
maha membagi rizky. Kadang itu ya ada konsumen yang nawar, atau mbandingin dengan
catering lain gitu yang katanya lebih murah. Tapi ya kami tetap dalam standard harga yang
ada mbak. Ya tadi contohnya aqiqah ka nada yang murah baget. Tapi kita nggak tau kan itu
kambingny apa sudah memenuhi syarat atau belum. Atau catering ayam nanti ayamnya
Cuma kecil-kecil. Ya walau harga murah kita kan mengutamakan kualitas juga mbak. Jadi
ya nggak asal laku saja.
Menghadapiny ya itu tadi, kita perlebar lagi jangkauan marketing dan pererat keyakinan
konsumen pada produk kita mbak. Meningkatkan kualitas. Kan jare wong jowo, ono rego
ono rupo.
11 Pak, apa di aflah juga cara meyakinkan kosumen dengan sumpah-sumpah gitu biar
konsumen menarik?
Hahhaha, ya ndak lah mbak, buat apa lhawong kita udah ada sertifikat dari bebebrapa
lembaga terpercaya koq, pake sumpah-sumpah segala, nambahin dosa aja mbak. Ya apa
adanya saja mbak, kualitas kita ya seperti itu, semaksimal mungkin kami kasih terbaik buat
konsumen. Jadi biar konsumen sendiri yang memutuskan. Kalau konsumen puas kan nanti
bisa rekom ke teman lain dan seterusnya. Banyak yang begitu jadi ya tidak perlu muluk-
muluk baikin produk dengan sumpah begituan.

Nama :Lailatul munawaroh

Jabatan :Marketing Aflah

Waktu : 20 Maret 2017

Apa saja prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam yang ada di Aflah Bakery
Yogyakarta
Prinsipnya etika bisnis dalam proses marketing di sini ya, asal tidak saling menjatuhkan
antar marketing mbak, jujur dan saling bantu membantu untuk mencapai target market dan
juga demi menjaga pertemanan yang dibangun antar marketing.
Bagaimana menentukan kualitas produk dan pelayanan yang baik bagi konsumen?
Kualitas dan kuantitas produk kan yang menentukan dari aflah langsung mbak, kita yang
membawa sample yang diberikan pada konsumen. Kota sistemnya jemput bola mbak, jadi
menawarkan produk kami langsung pada instansi-instansi, utamanya yang sudah kenal
dengan kita, jadi lebih enak proses goalnya. Bisa setidaknya punya kesempatan lah buat
dapat orderan. Hehehe
Nah untuk pelayanan prosedur marketingnya udah dari aflah, biasanya di training sama
pak bukhori, bagaimana ngomongnya gitu. Jadi ya semua sesuai prosedur perusahaan.

Bagaimana cara meningkatkan pelayanan bagi kostumer


Jadi, ya pelayanannya ya itu kita yang mendatangi konsumen, semaksimal mungkin
memberi senyum, sapa salam, dan membuat mereka nyaman dengan kita, kita bisa dapat
kontakknya. Mendatangkan pesanan tepat waktu dan semaksimal mungkin nggak
ngecewain konsumen deh mbak.
Bagaimana prosedur pencatatan administrasi di Aflah Bakery Yogyakarta?
Kalau undtuk administrasi, setahui saya ya mbak langsung ditangani ibu tin, nanti kalau
kita dapat oprderan ya kita yang tanganin, kita laporkan ke pusat, lalu pencatatannya akan
dibuat oleh pusat yakni bu tin. Nanti kita tinggal minta kuitansi aja yang biasanya
dibutuhkan konsumen tanda buktu pembayaran juga.

Bagaimana cara meyakinkan customer mengenai penilaian produk yang dimiliki Aflah
Bakery Yogyakarta
Meyakinkannya ya dengan keahlian marketing masing-masing, ya dengan kat sopan dan
lebih ke member tester produk sih mbak, kalu tester kan jarang yang nolak, dari sana kita
dapat setidaknya satu dua kali pemesannan lah dari instansi yang sama.
Apakah ynag menjadi tantangan dan hambatan dari implementasi etika bisnis islam yang
di jalankan dan bagaimana menyikapinya
Kalau tantangannnya ya namanya juga dunia makanan mbak, kadang kalau it uterus bosen
jadi kadang ada jedsnya nggak pesan di kita. Dan banyaknya rumah makan yang bias
delivery order itu biasanya yang bikin kita agak bersaing ketat. Belum lagi bisnis kuliner
kayak kita yang member harga murah, ya walau dengan kualitas rendah sampai sedang,
kadang konsumen lebih memilih harga yang murah daripada harga sedikit mahal tapi
kualitas menjanjikan.

Lalu, apa di aflah juga cara meyakinkan kosumen dengan sumpah-sumpah gitu biar
konsumen menarik?
Halah, nggak mbak, buat apa? Kita datangin aja konsumen, kasi brosur, jelasun dikit udah
koq mbak, nanti kalau boleh kita minta ontaknya lalu kita kasi testernya hari selanjutnya.
Dan dalam prosedur yang dilatihkan pak bukg=hori nggak [ernah ngajarin gitu mbak,
semua udah ada yang ngatur koq, ya kita maksimalkan kualitas kita dan promo2 aja baitr
semakin dikenal jadi bisa lebih meyakinkan konsumen nantinya.
Nama : Joko susilo

Jabatan : Konsumen

Waktu : 20 Maret 2017

No` Pertanyaan
1 Bagaimana kualitas produk dan pelayanan konsumen menurut anda?
Kyualitasnya sudah bagus mbak, rasanya enak, porsinya cukup dan tidak telambat dalam
pengantaran pesanan itu yang membuat lebih.

2 Bagaimana masukan anda untuk meningkatkan pelayanan bagi kostumer


Ya kalau saya sih masukannya untuk tester lebih bervareasi ;lagi, ;ebih banyak jdi kita
bisa nyicip banayk mbak. Hehehe tapi disamping itu sudah bagus lah, nimornya juga
mudah dihubungi dan harga terjangkau itu sudah lebih dari cukup untuk konsumen.

3 Mengenai cara meyakinkan customer tentang produk yang dimiliki Aflah Bakery
Yogyakarta, apakah sudah tepat?
Iya sdudah mbak, mereka itu, mbak-mbak marketingnya kalau datang kesini ya Cuma
senyum, mengenalkan produk sama ngasi referensi web, jadi selain dapat brosur kita juga
bias buka webnya buat tau lebih lanjut keunggulannya mbak.

4 Bagaimana menurut anda tentang penentuan harga pada produk Aflah Bakery
Haganya verieatif ya mba, beragam dan terjangkau. Untuk perusahaan menengah seperti
tempat kerja saya terjangkau dan puas lah setelah memesan di aflah.

5 Bagaimana penilaian anda tentang implementasi prinsip etik bisnis islam yang dijalankan
Aflah Bakery.
Ya kalau emang etika bisnis islam yang dijalankan ya itu bagus. Menurut saya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri :
Nama : Khusnul Khotimah
Tempat Tanggal Lahir : Kota Bumi,04 Januari 1992
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Sendawar Rt 11 No 36 Bontang Kalimantan Timur
Nama Orang Tua:
Ayah : Nizar
Ibu : Nasirotut Diniyah
No.Telpon :082254679402

Riwayat Pendidikan:
1. TK Tunas Inti Bontang
2. SDN 008 Bontang
3. MTsN Tambakberas Jombang
4. MAN Tambakberas Jombang
5. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakuktas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM PADA PRODUKSI DAN PEMASARAN
USAHA PENTOL MERCON MAKNYUS JALAN SUROMENGGOLO
SKRIPSI

Oleh:
ARIS HIDAYAT
NIM:210716190

Pembimbing:
SAID ABADI, Lc., M.A.
NIDN: 2112088202

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
(IAIN PONOROGO)
2021
ABSTRAK

Hidayat. Aris, Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha
Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo. 2021. Skripsi. Jurusan Ekonomi
Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Pembimbing : Said Abadi, Lc., M.A.
Kata Kunci: Etika Bisnis Islam, Produksi, Pemasaran.
Usaha Pentol Mercon Maknyus adalah usaha kuliner jenis jajanan pentol
yang banyak diminati banyak konsumen di jalan Suromenggolo. Banyak
pelaku bisnis jenis usaha tersebut melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar etika bisnis Islam dalam produksi maupun pemasaran, diantaranya
dalam produksi, pelaku bisnis mencampurkan bahan-bahan yang tidak layak
atau haram dikonsumsi manusia seperti menggunakan campuran daging babi,
daging tikus, ayam tiren dan yang lainnya. Sedangkan dalam distribusinya
pelaku bisnis melakukan tindakan penipuan, suap, tipu daya, dan lain-lain. Hal
tersebut dilakukan oleh pelaku usaha tidak lain ialah untuk meraup keuntungan
yang lebih. Padahal dibalik tindakan tersebut banyak pihak yang dirugikan
salah satunya konsumen.

Penelitian ini bertujuan bagaimana Penerapan Etika Bisnis Islam Pada


Produksi dan Pemasaran Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Jenis penelitiannya adalah
penelitian lapangan, data yang dikumpulkan melalui wawancara, dan observasi.
Metode analisis penelitian ini adalah diskriptive kualitatif yaitu menganalisis
Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha Pentol
Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo.

Hasil penelitian menunjukkan produksi dan distribusi usaha Pentol Mercon


Maknyus telah sesuai dengan prinsip-prinsip etika bisnis Islam. Pemilik usaha
menggunakan bahan baku yang baik dan halal untuk dikonsumsi. Dan dalam
distribusinya pemilik usaha menekankan karyawannya agar melanyani
konsumen dengan sebaik-baiknya. Dan tidak ditemukan pada usaha tersebut
prinsip-prinsip yang telah menyalahi aturan bisnis Islam.

ii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa skripsi atas nama:

NO NAMA NIM JURUSAN JUDUL PROPOSAL

01 Aris Hidayat 210716190 Ekonomi Penerapan Etika Bisnis Islam

Syariah Pada Produksi dan Pemasaran

Usaha Pentol Mercon Maknyus

Jalan Suromenggolo

Telah selesai melaksanakan bimbingan, dan selanjutnya disetujui untuk

diujikan pada ujian skripsi.

Ponorogo, 04 November 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Dosen Pembimbing

Dr. Luhur Prasetiyo, M.E.I Said Abadi, Lc., M.A.


NIP. 197801122006041002 NIDN. 2112088202

iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

iv
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aris hidayat

NIM : 210716190

Jurusan : Ekonomi syariah

Judul : Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan

Pemasaran Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan

Suromenggolo

Menyatakan bahwa naskah skripsi telah diperikasa dan disahkan oleh dosen

pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut di publikasikan oleh

perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di etheses.iainponorogo.ac.id.

adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab

dari penulis.

Demikian pernyataan saya untuk dipergunakan semestinya.

Ponorogo, 18 November

2021

Penulis

Aris Hidayat
NIM 20716190

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aris Hidayat

Nim : 210716190

Jurusan : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam

Judul skripsi :Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan


Pemasaran Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan
Suromenggolo.

Dengan ini, menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Ponorogo, 01 November 2021
Yang Membuat Pernyataan

Aris Hidayat
NIM. 210716190

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

LEMBAR KEASLIAN .................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

MOTTO ........................................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

E. Sistematika Pembahasan ............................................................. 11

BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................... 13

A. Etika Bisnis Islam ...................................................................... 13

1. Pengertian Etika Bisnis Islam ................................................ 13

vii
2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam ........................................... 16

3. Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam ............................................ 17

B. Etika Bisnis Islam Dalam Produksi ............................................ 23

C. Etika Bisnis Islam Dalam Pemasaran ......................................... 25

D. Penelitian Terdahulu ................................................................... 32

BAB III: METODE PENELITIAN .............................................................. 40

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 40

B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 41

C. Lokasi penelitian ......................................................................... 42

D. Data dan Sumber Data ................................................................ 42

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 43

F. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 44

G. Teknik Analisis Data .................................................................. 47

H. Teknik Pengecekan Keabsahan Data .......................................... 48

BAB IV : DATA dan ANALISIS .................................................................. 50

A. Data Umum ................................................................................. 50

1. Gambaran Umum Usaha Pentol Mercon Maknyus ............... 50

B. Data Khusus ................................................................................ 52

1. Produksi Usaha Pentol Mercon Maknyus .............................. 52

2. Pemasaran Pentol Mercon Maknyus ...................................... 57

C. Analisis Data ............................................................................... 66

1. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Produksi Usaha Pentol

Mercon Manyus ..................................................................... 67

viii
2. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Pemasaran

Usaha Pentol Mercon Manyus .............................................. 71

BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 74

A. KESIMPULAN .......................................................................... 74

B. SARAN ....................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA

RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

1.1 Omset Penjualan Pedagang Pentol di Jalan Suromenggolo ...................... 7

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting

dalam kehidupan umat manusia, dan ekonomi juga sangat menentukan pola

hidup, corak dan karakter suatu masyarakat. Artinya masyarakat yang

ekonominya sejahtera berbeda dengan masyarakat yang ekonominya lemah.

Ketika manusia berbicara mengenai masalah ekonomi maka yang ada pada

benak manusia tersebut tentunya adalah masalah kaya dan miskin. Islam

sebagai agama yang madani telah meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam

rangka mewujudkan sebuah tatanan masyarakat Islam yang sejahtera lahir

maupun batin, tidak terkecuali masalah ekonomi.1

Pelaksanaan etika bisnis di masyarakat sangat didambakan oleh semua

orang. Namun banyak juga orang yang tidak ingin melaksanakan etika ini

secara murni. Masih berusaha melanggar perjanjian, manipulasi dalam segala

tindakan. Banyak yang kurang memahami etika bisnis, atau mungkin saja

paham, tapi memang tidak ingin melaksanakan. Hal itu adalah suatu kenyataan

yang masyarakat hadapi, yakni perilaku menyimpang dari ajaran agama dan

merosotnya etika dalam berbisnis.2

1
Sarah Wijayanti Putri, “System Ekonomi Islam Dengan Aspek Kehidupan Masyarakat
Madani Ditinjau dari Hukum Islam,” Al-‘Adalah, 02 (Oktober, 2010), 139.
2
Buchari Alma dan Donni Junia Priasa, Manajemen Bisnis Syari’ah (Bandung: Alfabeta,
199.

1
2

Islam adalah agama yang paling sempurna, mengatur segala urusan

dunia dan akhirat, termasuk dalam berbisnis. Islam memberi rambu-rambu

sebagai etika atau pedoman dalam menjalankan bisnis agar bisnis tersebut

dapat meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Terdapat lima prinsip (aksioma)

dalam ilmu ekonomi Islam yang mesti diterapkan dalam bisnis syari’ah atau

biasa disebut juga dengan istilah etika bisnis Islam, yaitu: tauhid (unity)

kesatuan, keseimbangan atau keadilan (equilibrium), kehendak bebas (free

will), dan tanggung jawab (responsibility), serta kebenaran.1 Maka sangat

penting bagi para pelaku bisnis untuk mengetahui prinsip-prinsip etika bisnis

Islam agar dapat mengimplementasikannya dalam menjalankan usahanya guna

memperoleh kemajuan dalam berbisnis.

Umumnya bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam

rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola

sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.2 Tentunya dengan adanya

prinsip etika bisnis Islam maka suatu bisnis dapat berjalan sesuai dengan

prinsip-prinsip Islam. Tanpa menerapkan etika bisnis yang benar, sangat

mungkin pelaku bisnis akan melakukan malapraktik yang merugikan

konsumen.

Awal tahun 2015 misalnya terjadi kasus keracunan makanan yang

cukup banyak di Indonesia yang bahkan sempat menjadi kejadian luar biasa

1
Rafiq Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, (Pustaka Pelajar Jakarta, 2004), 54.
2
Muslich, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Ekonesia, 2004), 46.
3

(KLB) pada sejumlah daerah. Dalam kondisi semacam ini, perilaku produsen

memiliki pengaruh yang cukup besar. Perilaku produsen pada dasarnya

mengetengahkan sikap pengusaha dalam memproduksi barang maupun jasa.

Dalam memproduksi suatu barang berarti menciptakan manfaat dari barang

tersebut. Bukan hanya menciptakan barang secara fisik namun lebih condong

kepada manfaat yang ditimbulkan dari produk tersebut.3

Bisnis Pentol banyak ditemui di sudut kota di setiap daerah. Dengan

bermacam-macam varian dan trade mark atau branding masing-masing

penjual. Bentuk pentolpun bervariasi ada yang kecil seperti kerikil dan ada

yang besar seperti layaknya pentol bakso. Cara berjualan pentol juga

bermacam-macam ada yang menggunakan rombong di atas sepeda motor, ada

yang memakai gerobak dan ada yang mangkal di suatu tempat tertentu.

Pentol dan makanan sejenisnya merupakan salah satu jajanan yang

diminati oleh anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun. sehingga banyak

orang yang tertarik membuka bisnis makanan sejenis produk tersebut karena

memiliki peluang usaha yang menjanjikan. Dan tidak sedikit pula yang

melakukan kecurangan atau menyalahi etika dalam produksi maupun

pemasaran usaha tersebut yang tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan

laba yang sebesar-besarnya. Seperti yang telah terjadi kecurangan atau

menyalahi etika dalam produksinya: Di Sukabumi, penjual cilok ditetapkan

sebagai tersangka, karena diduga menjual makan tidak layak konsumsi yang

3
Ermawati Usman,“Perilaku Produsen Dalam Etika Bisnis Islam (Suatu Upaya Perlindungan
Konsumen)”. Jurnal Hunafa, 03 (2017), 207
4

mengakibatkan ratusan buruh pabrik keracunan dan 97 orang diantaranya harus

menjalani perawatan, 4 di bantul, penjual bakso ayam tiren di tangkap polisi, 5

di Tambora Jakarta Barat pedagang bakso dengan inisial SWU, telah

ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian karena menjual pentol bakso yang

tidak sewajarnya yaitu mengoplos daging sapi dengan daging babi. Bahkan dari

paparan berita, SWU hanyalah salah satu pengoplos yang pernah tertangkap.6

Sedangkan dalam pemasaran, di jakarta barat terdapat kasus penjual pentol

bakso ludahi mangkok pelanggan karena alasan sebagai penglaris7, di

Banyumas penjual cilok beri bonus video mesum ke siswa SD. 8 Kasus-kasus

di atas mereka semua melakukan hal tersebut karena ingin menekan biaya

produksi, ingin laris dagangannya, yang tidak lain tujuan mereka adalah

mendapat laba yang sebesar-besarnya.

4
Abrar, “Polisi Tetapkan Penual Cilok Kasus Keracunan,”
Https://Www.Google.Com/Amp/S/M.Medcom.Id/Amp/Ybdqpppk-Polisi-Tetapkan-Penjual-Cilok-
Tersangka-Kasus-Keracunan, (Diakses Pada 26 Oktober 2021 Pukul 22.15)
5
Try, “Pemilik Bakso Ayam Tiren di Bantul di Tangkap”,
Https://News.Detik.Com/Berita/D-2003537/Pemilik-Bakso-Ayam-Tiren-Di-Bantul-Ditangkap-,
(Diakses Pada 26 Oktober 2021 Pukul 22.00).
6
Odi, “Ancaman Pidana 5 Tahun Penjara Atau Denda Rp 2 Miliar Bagi Para Pengoplos
Daging,” Https://Food.Detik.Com/Info-Kuliner/D-2577526/Ancaman-Pidana-5-Tahun-Penjara-
Atau-Denda-Rp-2-Miliar-Bagi-Para-Pengoplos-Daging, (Diakses Pada 10 Juni 2021 Pukul
13:23).
7
Anggeng Rasmi, “Kasus Penjual Bakso Ludahi Mangkok Pelanggan : Disuruh Dukun
Agar Laris, Akan Dibina,”
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Newsmaker.Tribunnews.Com/Amp/2020/06/29/Populer-
Update-Kasus-Penjual-Bakso-Ludahi-Mangkok-Pelanggan-Disuruh-Dukun-Agar-Laris-Akan-
Dibina, (Diakses Pada 26 Oktober 2021 Pukul 22:10).
8
M Iqbal Fahmi, “Ingin Laris Seorang Penjual Cilok Beri Bonus Video Porno ke Siswa
Sd,”
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Amp.Kompas.Com/Regional/Read/2018/04/06/15513521/Ingin
-Laris-Seorang-Penjual-Cilok-Beri-Bonus-Video-Porno-Ke-Siswa-Sd, (Diakses Pada 26 Oktober
2021 Pukul 22:05).
5

Dari paparan yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa banyak

ditemukan pedagang-pedagang pentol atau bakso melakukan kecurangan-

kecurangan. Hal ini, Konsumen sangat dirugikan karena produk yang dibeli tak

sesuai dengan klaimnya. Apalagi, daging oplosan seringkali melibatkan daging

babi dan tikus yang haram dikonsumsi bagi umat muslim.

Di Ponorogo, bisnis pentol juga tidak kalah banyak seperti di daerah-

daerah lain, pedagang pentol mudah dijumpai khususnya di tempat-tempat

ramai seperti: Alon-alon, area lembaga pendidikan atau perkantoran, area

gedung olah raga, stadion, jalan baru, dll.

Pentol Mercon Maknyus merupakan bisnis jualan dari sekian banyak

bisnis jualan pentol di Ponorogo, usaha tersebut berjualan dengan

menggunakan gerobak dan setiap harinya mangkal di atas trotoar, tepatnya di

timur jalan Suromenggolo barat Gedung Olah Raga. Produk pentol usaha

tersebut laris. Banyak konsumen dari berbagai kalangan mampir untuk

membeli pentol tersebut. Hingga dalam satu bulannya usaha tersebut bisa

mencapai omset 40 juta-an.9

Usaha yang dimiliki ibu Legi dan bapak Dadi, merintis bisnisnya sejak

tahun 2008, dipasarkan dengan cara jualan keliling antar tempat satu ke tempat

lain dan kini sudah bisa membuka empat lapak berjualan dan juga sudah

merekrut karyawan untuk menjalankan bisnisnya.10

9
Legi, Wawancara, 25 September 2020.
10
Dadi, Wawancara, 19 September 2020.
6

Usaha bapak Dadi dan ibu Legi tersebar di empat lokasi. dua gerobak

di lokasi jalan Pramuka dan dua yang lainnya berlokasi di jalan Suromenggolo

dan Jalan Sultan Agung, tidak lain tempat-tempat tersebut ialah tempat

keramaian karena dekatnya lokasi dengan gedung Olahraga, Stadion Batoro

Katong, Lembaga Pendidikan dll.11

Untuk penjualan, pemilik usaha semua serahkan karyawan. Tetapi

untuk produksi sang pemilik kerjakan sendiri dan dibantu oleh keluarga dan

karyawan terpilih. Bisnis pentol ini menyajikan beberapa varian pentol serta

mempunyai rasa khas tersendiri, sehingga tidak salah jika usaha terbilang

sangat laris dan diminati banyak konsumen, mulai dari golongan anak-anak,

remaja hingga orang dewasa, dan banyak para pelajar khususnya mahasiswa

yang mampir untuk menikmati pentol tersebut.12

Untuk satu porsinya pemilik usaha memberikan Rp.5000 sampai

Rp.8000, harga yang terjangkau untuk semua kalangan konsumen. pemilik

usaha mengungkapkan bahwa dalam satu hari usaha tersebut bisa

menghabiskan sampai dengan 30 kg adonan pentol. 13

Omset perhari usaha pentol ini bisa sampai dengan satu hingga dua juta.

Padahal banyak pesaing-pesaing pengusaha sejenis di sekitar lokasi tersebut.

11
Ibid.,
12
Legi, Wawancara, 25 September 2020.
13
Ibid.,
7

Berikut hasil tabel hasil observasi dan wawancara mengenai omset

sebagaian pedagang pentol di jalan Suromenggolo Ponorogo (jalan baru).

Tabel 1.1
Omset Penjualan Pedagang Pentol di Jalan Suromenggolo14
No Pemilik Usaha Nama Usaha Omset
1 Pak Ali Pentol Pak Ali Rp.30.000.000
2 Pak Marikun Pentol Pak Marikun Rp.10.000.000
3 Ibu Legi Pentol Maknyus Rp. 45.000.000
4 Mas Munir Pentol Upin Ipin Rp. 7.500.000
5 Imam Syahroni Pentol Daging Rp. 21.000.000
6 Bejo Pentol Upin Ipin Rp. 18.000.000
7 Rian Rangga Pentol Upin Rp. 15.000.000
8 Aziz Pentol Daging Rp. 15.000.000
9 Sugiyono Pentol Kuah Daging Rp. 18.000.000
Sumber: observasi pedagang pentol jalan Suromenggolo Ponorogo

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan omset bisnis

Pentol Mercon Maknyus lebih tinggi dari pada bisnis pentol lainnya. Padahal

informasi dari pemilik usaha pentol tersebut dalam satu harinya buka dari jam

8.00 sampai jam 14.00, jam kerja yang cukup singkat.15

Walaupun suatu usaha mempunyai penghasilan yang menjanjikan tapi

belum tentu usaha tersebut menerapkan usaha yang sesuai dengan etika bisnis

Islam yang semestinya. Etika bisnis digunakan sebagai pengendali perilaku

persaingan bisnis agar sesuai dengan norma yang ada. Suatu persaingan bisnis

dapat dinilai baik, apabila memenuhi seluruh norma yang ada. Etika bisnis juga

14
Observasi, 9 September 2019.
15
Legi, Wawancara, 25 September 2020.
8

dapat dipergunakan oleh para pelaku bisnis sebagai sumber paradigma dalam

menjalankan suatu bisnis yang baik.16

Dari ungkapan salah satu konsumen usaha pentol tersebut, bahwa

konsumen membeli pentol dengan harga dan varian yang sama dengan

konsumen lain tetapi konsumen tersebut mendapat jumlah pentol yang lebih

sedikit, dan peneliti juga menemukan keluhan konsumen dari hasil wawancara

yaitu konsumen mengalami sakit perut beberapa hari.

Dengan ini Penulis tertarik melakukan penelitian pada Pentol Mercon

Maknyus. Penulis mengambil penelitian pada usaha tersebut karena usaha

tersebut salah usaha pentol yang laris diminati konsumen. Maka dari itu penulis

akan melakukan penelitian mengenai proses produksi dan ditribusi dengan

fokus etika bisnis islam. Maka penulis melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha

Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo,” karena penulis

menganggap ini suatu persoalan yang sangat menarik untuk dikupas. penulis

termotivasi meneliti usaha tersebut, usaha yang yang sederhana mengunakan

fasilitas sederhana tapi sangat diminati konsumen, penulis tertarik meneliti

apakah usaha tersebut telah menerapkan etika-etika dalam Islam sehingga

usaha tersebut meraih kemajuan dalam usaha. Dan juga karena Banyak dari

pelaku usaha belum mengetahui penerepan etika Islam dalam sebuah usaha

bisnis atau yang lainnya. Menurut pandangan mereka dalam menjalankan

16
Wahyu Mijil Sampurno,“Penerapan Etika Bisnis Islam dan Dampaknya Terhadap
Kemajuan Bisnis Industry Rumah Tangga”, Journal Of Islamic Economic Lariba,02.(2016), 3.
9

sebuah usaha diartikan sebagai aktivitas ekonomi manusia yang bertujuan

mencari keuntungan semata. Aktivitas bisnis dimaksudkan untuk mencari

keuntungan sebesar-besarnya, karena itu cara apapun boleh dilakukan demi

meraih tujuan tersebut. Walaupun cara-cara yang digunakan mengakibatkan

kerugian bagi pihak lain.

Fakta yang terjadi sekarang ini usaha yang paling menonjol di

masyarakat Indonesia yaitu produk makanan yang beraneka ragam. Tetapi

kebanyakan para pelaku usaha jarang yang memperhatikan produk

penjualannya baik dari segi halal haram, proses pengolahan dan pembuatan,

situasi kondisi keadaan tempatnya, kebersihan, dan yang lainnya. Hal-hal

semacam itu kurang diperhatikan karena sebagian mereka belum mengetahui

seberapa penting nilai di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

Untuk membuat permasalahan lebih spesifik dan sesuai dengan titik

tekan pembahasan, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus

agar dalam pembahasan dalam karya tulis ini tidak melebar dari apa yang ada

dikehendaki. Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka terdapat

rumusan masalah yang bisa diambil:

1. Bagaimana etika bisnis Islam pada produksi Usaha Pentol Mercon

Maknyus Suromenggolo ?

2. Bagaimana etika bisnis Islam pada pemasaran Usaha Pentol Mercon

Maknyus Suromenggolo ?
10

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka maksud dan tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui etika bisnis Islam pada produksi Usaha Pentol Mercon

Maknyus Suromenggolo Ponorogo.

2. Untuk mengetahui etika bisnis Islam pada produksi Usaha Pentol Mercon

Maknyus Suromenggolo Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini nantinya dapat

bermanfaat bagi orang lain, manfaat penelitian dibagi menjadi dua aspek:

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan khasanah Ilmu Pengetahuan Ekonomi, khususnya

Ekonomi Islam mengenai etika bisnis Islam Terhadap Usaha Pentol Mercon

Maknyus dan juga Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut

mengenai Penerapan etika Islam terhadap Usaha Pentol Mercon Maknyus.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk melatih diri dalam penelitian yang bersifat ilmiah, untuk

menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang

penerapan nilai Islam dalam berwirausaha.

b. Bagi Usaha Yang Bersangkutan

Bagi usaha yang bersangkutan, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan salah satu referensi, refleksi, dan sebagai pertimbangan dalam


11

rangka mengembangkan Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi

dan Pemasaran Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo dan

usaha lain pada umumnya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai wahana pengetahuan dan bahan acuan penelitian

pendahuluan atau referensi tentang penerapan etika bisnis Islam dalam

usaha.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat memberikan gambaran secara luas dan memudahkan

pembaca dalam memahami gambaran menyeluruh dari penelitian ini, penulis

mengelompokkan menjadi lima bab, dan masing-masing bab tersebut menjadi

beberapa sub bab. Dan semuanya merupakan suatu pembahasan yang utuh,

yang saling berkaitan dengan yang lainnya, sistematika pembahasan tersebut

adalah:

BAB I Pendahuluan

Berisi tentang penjelasan tentang uraian latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan yang terakhir adalah

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dan berkaitan penelitian

yang meliputi teori tentang Peneglolaan Usaha, Manejemen Produksi,


12

Pengelolaan Pemasaran, Etika Bisnis Islam, Etika Bisnis Islam dalam

Produksi, Etika Bisnis Islam dalam pemasara.

BAB III Metode Penelitian

Metodologi penelitian, berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi

atau tempat penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

BAB IV Data dan Analisis Data

Dalam bab ini berisi data dan hasil analisis dari data yang telah didapat

berkaitan dengan Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran

Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo kemudian diuraikan

secara terperinci.

BAB V Penutup

Pada bab ini memaparkan Kesimpulan menjelaskan tentang hasil penelitian

dan juga pembahasan disesuaikan dengan rumusan masalah dan juga tujuan

penelitian yang disajikan dengan singkat dan jelas. Sedangkan saran adalah

suatu himbauan bagi para pembaca atau instansi lembaga yang terkait sehingga

saran yang telah dipaparkan dapat memberikan pengetahuan serta memberikan

manfaat dan dapat dikembangkan menjadi bahan kajian penelitian berikutnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Etika Bisnis Islam

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Secara umum etika bisnis ialah seperangkat nilai tentang baik,

buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip

moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma

di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi,

berperilaku, dan berelasi guna mencapai daratan atau tujuan-tujuan

bisnisnya dengan selamat.1

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral

yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral

sebagaimana yang diterapkan dalam institusi dan perilaku bisnis.2 Dalam

pembahasan lain kembali dijelaskan bahwa etika bisnis merupakan studi

standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan

organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan

mendistribusikan barang dan jasa, dan diterapkan kepada orang-orang yang

ada di dalam organisasi. Studi ini tidak hanya mencakup analisis norma

moral dan nilai moral. Namun juga berusaha mengaplikasikan kesimpulan-

1
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 15.
2
Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis Konsep dan Kasus, (Yogyakarta : Penerbit Andi,
2005), 12.

13
14

kesimpulan analisis tersebut ke beragam institusi, teknologi, transaksi,

aktivitas, dan usaha-usaha yang kita sebut bisnis.1

Ada beberapa kesamaan makna dari berbagai macam pengertian

yang diuraikan mengenai etika bisnis yang memiliki standar-standar dan

prinsip yang terkandung dalam etika bisnis. Etika yang lahir dari sikap atau

tingkah laku yang didasari dengan ukuran baik dan benarnya, benar dan

salahnya dan hal inilah yang dikaitkan dengan bisnis yang menjadi aktivitas

ekonomi karena bisnis adalah bagian dari sikap pelaku bisnis yang berdasar

kepada pengambilan keputusan antara melakukan negosiasi dengan benar

atau dengan jalan yang salah, melakukan kecurangan atau menakar sesuai

porsi dan bertransaksi yang sesuai aturan atau dengan melanggar nilai-nilai

etika yang telah ada. Sehingga keterikatan antara etika sebagai sebuah

sesuatu yang melandasi sikap seorang atau sekelompok pelaku bisnis untuk

mengambil keputusan dan menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai etika

yang telah ada.

Sekalipun dalam hal ini, pengertian-pengertian etika bisnis

merupakan pengertian secara umum yang belum termaktub di dalamnya

nilai-nilai Islam yang akan menjadi pembahasan utama setelah pembahasan

etika bisnis secara umum. Dalam konteks Islam mengenai etika bisnis akan

lebih khusus dalam penguatan teori yang berlandas kepada ajaran agama

Islam yang didasari oleh Al-Qur’ān dan As-Sunnah.

1
Ibid., 12.

14
15

Etika bisnis Islam merupakan bagian dari teori-teori etika bisnis

namun dengan dibumbui ajaran Islam sebagai warna tersendiri dan menjadi

pelengkap dari teori-teori etika bisnis yang telah dipaparkan oleh para pakar

etika bisnis. Yusanto dan Wijayakusuma mendefinisikan lebih khusus

tentang bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai

bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa)

termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan

pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.2

Dalam membicarakan etika bisnis Islami adalah menyangkut

“Business Firm” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang

bervariasi. Berbisnis berarti suatu usaha yang menguntungkan. Jadi etika

bisnis Islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan

usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-

nilai ajaran Islam.3

Menurut vincent barry dalam bukunya “moral issue in business”,

menyatakan bahwa Business ethics is the study of what constitutes good and

bad human conduct, including related action and values, in a business

context. (Etika bisnis adalah ilmu tentang baik buruknya terhadap suatu

manusia, termasuk tindakan-tindakan relasi dan nilai-nilai dalam kontak

bisnis).4

2
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), 37.
3
Abdul aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha
(Bandung: Alfabeta, 2013), 35.
4
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, 70.

15
16

Secara sederhana mempelajari etika bisnis berarti mempelajari

tentang mana yang baik dan buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis

berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. (Learning what is right or

wrong, and then doing the right thing. Right thing based on moral principle,

and others believe the right thing to do depends on the situation).5 Kajian

mengenai etika bisnis terkadang merujuk kepada etika manajemen dan etika

organisasi. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang

moralitas dalam ekonomi dan bisnis.

2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

a. Al-Qur’an a. Surat al-Baqarah: 426

َ‫وَلَا تَلبِسُواْ ٱحلَقَّ بِٱلبََٰطِلِ وَتَكتُمُواْ ٱحلَقَّ وَأَنتُم تَعلَمُون‬


Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang
bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang
kamu mengetahui.”7

b. Al-Qur’an Surat an-Nisa: 298

‫يََٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَأكُلُو أَموََٰلَكُم بَينَكُم بِٱلبََٰطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجََٰرَة‬
‫ٱللهَ كَانَ بِكُم رَحِيما‬ َّ َّ‫عَن تَرَاض مِّنكُم وَلَا تَقتُلُواْ أَنفُسَكُم إِن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”9

5
Adm, “Bisnis dan Etika Islam”,
http://stebisdarussalamoki.ac.id/index.php?id=artikel&kode=1 (diakses tanggal 1 April 2021 pukul
0:15 WIB)
6
Al-Qur’ān , 2:42.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya (Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 1995), 47.
8
Al-Qur’ān , 4:29.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya, 83.

16
17

3. Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam

Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari

perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum

aturan perilaku dibuat dan dilaksanakan. Rasulullah SAW juga banyak

memberikan prinsip petunjuk mengenai etika bisnis dalam perdagangan

yang baik. Maka dari itu, Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-

prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan

perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu.10

Prinsip dasar etika bisnis Islam tersebut adalah :

a. Kesatuan (unity)

Kesatuan merupakan cerminan dari konsep tauhid, yang merupakan

dimensi vertikal Islam. Konsep kesatuan ini merupakan konsep yang

paling mendalam pada diri seorang muslim, karena seorang muslim

memandang apapun di dunia sebagai milik Allah, karena hanya Allah

yang Maha Kuasa dan Maha Esa, karena ia percaya bahwa hanya Allah

yang dapat menolong dan pengaruh paling besar bahwa kaum muslim

akan mentaati dan melaksanakan hukum Allah.11 Prinsip ini

dikembangkan dari keyakinan bahwa seluruh aktivitas manusia termasuk

aktivitas ekonominya diawasi oleh Allah SWT. Dan akan dipertanggung

jawabkan di hadapan Allah di akhirat kelak.12

10
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia
Usaha, 43.
11
Rafik Isa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pusaka Pustaka, 2004), 33-34.
12
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), 18.

17
18

Kemudian dalam penerapan konsep keesaan ini, seorang pengusaha

muslim tidak akan berbuat:

1) Diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli atau siapa pun

pemegang saham perusahaan atas dasar ras, jenis kelamin atau agama.

2) Dapat dipaksa untuk berbuat tidak etis, karena ia hanya takut dan cinta

kepada Allah.

3) Menimbun kekayaannya dengan penuh keserakahan karena konsep

amanah sangat penting bagi seorang muslim dan semua harta hanya

bersifat sementara maka harus digunakan dengan bijaksana.13

b. Keseimbangan (Keadilan)

Keseimbangan atau ‘adl mengambarkan dimensi horizontal ajaran

Islam dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta.14

Keseimbangan adalah konsep adil, jujur dalam bertransaksi, tidak

merugikan dan tidak dirugikan.15 Dalam dunia kerja dan bisnis Islam sangat

mengahruskan untuk berbuat adil. Karena berlaku adil akan dekat dengan

taqwa, karena itu dalam perniagaan (tijarah), Islam melarang untuk menipu

walaupun hanya sekedar membawa sesuatu pada kondisi yang

menimbulkan keraguan sekalipun.16

Konsep keseimbangan juga dapat dipahami bahwa keseimbangan

hidup di dunia dan akhirat harus diterapkan oleh seorang pembisnis muslim.

13
Rafik Isa Beekun, Etika Bisnis Islam, 35.
14
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral
Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), 55.
15
Faisal Badroen, dkk., Etika Bisnis Dalam Islam, 37.
16
Ibid., 91.

18
19

Oleh karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan kepada para

para pengusaha muslim untuk bisa merealisasikan tindakan-tindakan (dalam

bisnis) yang dapat menetapkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan

duniawi dan keselamatan akhirat. Individu-individu diciptakan oleh Allah

dengan keterampilan, intelektualitas dan talenta yang berbeda-beda.

Sehingga manusia secara instingtif diperintah untuk hidup bersama, bekerja

sama dan saling memanfaatkan keterampilan mereka masing-masing.17

c. Kehendak

Bebas Kebabasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis

Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.

Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapat bagi

seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan

segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus-

menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan

dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui

zakat, infak dan sedekah.18

Manusia bebas menentukan kreativitas untuk melakukan produksi

dengan tujuan untuk menjawab permasalahan sosial dan bermanfaat bagi

kemaslahatan umat. Jadi bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya

namun bebas yang tidak melangar aturan, nilai dan yang tidak

menganggu kebebasan orang lain.19Larangan adanya bentuk monopoli,

17
Ibid.,88.
18
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,
46.
19
Muslich, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: Ekonisia, 2010), 72

19
20

kecurangan, dan praktik riba adalah jaminan terhadap terciptanya suatu

mekanisme pasar yang sehat dan persamaan peluang untuk berusaha

tanpa adanya keistimewaan-keistimewaan pada pihak-pihak tertentu.20

Dalam tataran ini, kebebasan manusia sesungguhnya tidaklah mutlak

akan tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan

berkeadilan.21

d. Tanggung Jawab (Ikhtiyar)

Islam menekankan konsep tanggung jawab, dan bukan berarti

mengabaikan kebebasan individu namun yang dikehendaki pada ajaran

Islam adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Meskipun banyak

manusia yang melepaskan tanggung jawab dari perbuatan yang

merugikan orang lain, namun kelas ia tidak akan pernah lepas dari

tanggung jawab di hadapan Allah yang Maha Mengetahui.22

Penerapan konsep tanggung jawab dalam etika bisnis Islam

misalnya jika seseorang pengusaha muslim berperilaku secara tidak etis,

ia tidak menyalahkan tindakannya pada persoalan tekanan bisnis ataupun

pada kenyataan bahwa setiap orang juga berperilaku tidak etis. Ia harus

memikul tanggung jawab tertinggi atas tindakannya sendiri.23

20
Faisal Badroen, dkk., Etika Bisni Dalam Islam, 96.
21
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Ekonomic, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 39
22
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral
Ajaran Bumi, 67-68.
23
Ibid., 68.

20
21

Dengan firman Allah SWT : (QS. Al-Muddatstsir :38)24

‫كُلُّ نَفسِ بِمَا كَسَبَت رَهِينَة‬


Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.”25

e. Kebajikan (kebenaran)

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran,

mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam

konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku

benar meliputi proses transaksi, proses mencari atau memperoleh

komoditas pengembangan maupun dalam proses menetapkan

keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat

menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian

salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian

dalam bisnis.26

Sebagaimana firman Allah SWT : (QS Al-Baqarah: 82)27

َ‫وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصََّٰلِحََٰتِ أُولََٰئِكَ أَصحََٰبُ ٱجلَنَّةِ هُم فِيهَا خََٰلِدُون‬
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu
penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”28

24
Al-Qur’an, 74:38.
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya, 576.
26
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,,
46.
27
Al-Qur’ān , 2:82.
28
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya, 12.

21
22

Mengenai penerapan konsep kebenaran, kebajikan dan kejujuran, al-

Ghazali merumuskan enam kebajikan berikut:

1) jika seseorang membutuhkan maka orang lain harus memberikannya

dengan mengambil sedikit keuntungan, jika sang pemberi melupakan

keuntungan maka hal itu lebih baik.

2) Jika membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik bagi dirinya

membayarnya sedikit berlebih.

3) Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus

bertindak bijaksana dengan memberi waktu banyak bagi peminjam.

4) Sudah sepantasnya meraka yang ingin mengembalikan barang yang telah

dibeli seharusnya diperbolehkan demi kebajikan.

5) Merupakan tidakan yang lebih baik bagi sang peminjam bila membayar

hutangnya tanpa diminta.

6) Ketika menjual secara kredit, seseorang harus cukup bermurah hati, tidak

memaksa membayar jika seseorang tidak mampu membayar dalam

waktu yang ditetapkan.29

Melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan manfaat

bagi orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan

perbuatan tersebut dilakukan. Namun diniatkan sebagai ibadah dan

berbuat baik seakan akan melihat Allah. Karena sesungguhnya Allah

memang melihat segala perbuatan yang kita lakukan.30 Meskipun

29
Rafik Isa Beekun, Etika Bisnis Islami, 43-44.
30
Faisal Badroen, dkk., Etika Bisni Dalam Islam, 100-102.

22
23

konsep-konsep di atas menentukan kita dalam tingkah laku seharihari,

konsep-konsep tersebut lebih merupakan deskripsi filsafat etika Islam.

Al-Qur’ān dan Sunnah melengkapi konsep-konsep ini dengan

merumuskan tingkat keabsahan hukum bentuk-bentuk perilaku penting

sebagaimana juga wilayah haram dan halal bisnis pengusaha Muslim.31

B. Etika Bisnis Islam dalam Produksi

Produksi dalam perspektif Islam mempunyai banyak penjelasan, salah

satunya ialah menurut Monzer Khaf, produksi perspektif Islam adalah usaha

manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tapi juga

moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan

dalam agama, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan menurut

Afzalur Rahman produksi dalam Islam adalah menekankan pentingnya

keadilan dan pemerataan produksi.32

Akhlak utama dalam produksi yang wajib diperhatikan kaum muslim

baik secara individu maupun kelompok ialah bekerja pada bidang yang

dihalalkan Allah. Tidak melampaui apa yang diharamkan-Nya. Dengan

demikian, tujuan produksi menurut Yusuf Qardhawi adalah untuk memenuhi

kebutuhan setiap individu dan mewujudkan kemandirian umat.33

Dalam kegiatan etika Islam, perlunya landasan moral dalam kegiatan

produksi dengan alasan kegiatan produksi tidak hanya bergerak pada ranah

31
Rafik Isa Beekun, Etika Bisnis Islam, 43.
32
M. Nur Rianti, Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia,
2011), 163-164.
33
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islami Tataran Teoritis dan Praktis, (Malang: UIN
Malang Press, 2008), 103.

23
24

ekonomi tapi juga sosial. Selain itu kegiatan produksi merupakan tanggung

jawab sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta manifestasi

keterhubungan manusia dengan Tuhan. Prinsip-prinsip etika produksi yang

implementatif terkandung dalam prinsip tauhid, prinsip keadilan, prinsip

kebajikan, prinsip kemanusiaan, serta prinsip kebebasan dan tanggung jawab.

Implementasi prinsip etika produksi ini akan mempengaruhi tingkat

pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan keadilan distributif, kelestarian

lingkungan hidup, serta tanggung jawab sosial produsen.

Prinsip etika produksi Islam dilakukan dengan menjadikan Al-Qur’ān

sebagai landasan ontologis kegiatan produksi. Kaidah-kaidah moral imperatif

dalam Al-Qur’an dipetakan secara rasional untuk menentukan

pemberlakuannya, mengidentifikasi unsur hak dan kewajiban yang terkandung

di dalamnya, dan relevasinya dengan konsep lain. Dalam hal produksi para

fuqoha’ menetapkan hukum fardu ‘ain bagi setiap muslim untuk berusaha

memanfaatkan sumber-sumber alam. Manusia harus mengoptimalkan pikiran

dan keahliannya untuk mengembangkan sumber-sumber investasi dan jenis-

jenis usaha dalam menjalankan apa yang telah disyari’atkan.34 Hal ini sesuai

dengan tuntutan Al-Qur’an agar manusia memakmurkan bumi.

Sebagaimana Allah berfirman: (QS Hud: 61)35

‫ٱللهَ مَا لَكُم مِّن إِلََٰهٍ غَريُ ُهۥۖ هُوَ أَنشَأَكُم‬


َّ ْ‫وَإِلَىَٰ ثَمُودَ أَخَاهُم صََٰلِحا قَالَ يََٰقَومِ ٱعبُدُوا‬
‫مِّنَ ٱألَرضِ وَٱستَعمَرَكُم فِيهَا فَٱستَغفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيب مُّجِيب‬

34
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,
148-150.
35
Al-Qur’ān , 11: 61.

24
25

Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu
Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-
Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-
Nya)”.36
Sebagaimana dikutip oleh Khusniati Rofi’ah, prinsip-prinsip dalam

produksi adalah sebagai berikut:37

1. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela

karena bertentangan dengan syariah.

2. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah pada kedzaliman.

3. Larangan melakukan ihtikar (penimbunan barang).

4. Tidak merusak lingkungan.

C. Prinsip Etika Pemasaran Islami

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi lebih lanjut setelah produksi

dan konsumsi. Hasil produksi yang diperoleh kemudian disebarkan dan

dipindah tangankan dari suatu pihak ke pihak yang lain. Mekanisme yang

digunakan dalam distribusi ini tiada lain adalah dengan cara pertukaran antara

hasil produksi dengan hasil produksi lainnya atau dengan alat tukar (uang).38

Secara umum, distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran

barang dari produsen sampai ke tangan konsumen (pembeli). Usaha untuk

memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Menurut

36
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya, 228.
37
Khusniati Rofi’ah, “Urgensi Etika di dalam Sistem Bisnis Islam”, Justitia Islamica,
Vol.11, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2014), 178.
38
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia
Usaha, 176

25
26

Marius P. Ariponga, distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus

barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada konsumen

(pembeli). Namun adapula distribusi atau penyaluran barang secara langsung,

yakni produsen menjualnya langsung kepada konsumen atau pembeli.39

Ada sembilan etika pemasaran yang menjadi prinsip-prinsip Syariah

Marketing dalam menjalankan fungsi pemasaran, yaitu :40

a. Memiliki Kepribadian Spiritual (Taqwa)

Seorang pedagang dalam menjalankan bisnisnya harus di landasi

sikap takwa dengan selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana mereka

sedang sibuk dalam aktifitas mereka dalam melayani pembelinya, ia

hendaknya sadar penuh dalam responsive terhadap prioritas-prioritas yang

telah ditentukan oleh sang Maha Pencipta. Kesadaran akan Allah hendaknya

menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala tindakan.

Sesuai dengan firman Allah (QS At-Taubah :119)41

َ‫ٱللهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصََّٰدِقِني‬


َّ ْ‫يََٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُوا‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”42

b. Berlaku Baik dan Simpatik (Shidiq)

Berprilaku baik, sopan dan santun dalam pergaulan adalah fondasi

dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan

nilai yang sangat tinggi dan mencakup semua sisi manusia. Islam juga

39
Ibid., 176.
40
Hermawan Kartajaya, dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung:
Mizan, 2006), 104.
41
Al-Qur’ān , 9:119.
42
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya, 301.

26
27

mengharuskan pengikutnya untuk berlaku sopan disetiap hal, bahkan dalam

melakukan transaksi bisnis dengan orang-orang yang bodoh. Tetap harus

bicara dengan ucapan dan ungkapan yang baik.

c. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl)

Islam mendukung prinsip keadilan, Secara umum Islam mendukung

semua prinsip dalam pendekatan keadilan terhadap etika, namun dalam

proporsi yang seimbang. Islam tidak mendukung prinsip keadilan buta.

Kebutuhan semata-mata tidak memerlukan keadilan. Karena seorang

muslim yang tengah berusaha untuk keluar dari situasi yang menindas lebih

membutuhkan bantuan dibanding dengan orang yang sekedar menuntut hak

sebagai kekayaan dari orang-orang kaya.43

Berbisnislah secara adil, dalam Islam menyuruh untuk selalu berbuat

adil dan melarang berbuat dzalim. Allah mencintai orang orang berbuat adil

dan membenci orang-orang yang berbuat dzalim,Islam telah mengharamkan

setiap hubungan bisnis yang mengandung kedzaliman dan kewajibkan

terpenuhinya keadilan yang teraplikasi dalam hubungan dagang dan kontrak

bisnis.

Di samping itu sikap berbisnis tidak membeda-bedakan, adil di

hadapan memperlakukan semua konsumen dengan sama. dengan sikap

secara adil yaitu tergambar semua dalam stakeholder, semuanya harus

merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak pun yang haknya

43
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), 26.

27
28

terdzalimi, terutama bagi tiga stakholder utama yaitu pemegang saham,

pelanggan dan karyawan.

d. Bersikap Melayani dan Rendah hati (Khidmah)

Sikap melayani merupakan sikap utama seorang pemasar. Tanpa

sikap melayani, yang melekat dalam kepribadiannya. Melekat dalam sikap

ini adalah sikap sopan, santun, dan rendah hati. Orang yang beriman

diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan bersahabat saat berelasi

dengan mitra bisnisnya. Suatu bisnis akan senantiasa berkembang dan

sukses manakala ditunjang dengan adannya pelayanan terbaik. Misalnya

dengan keramahan, senyuman kepada para konsumen akan semakin baik

bisnisnya.44

Sikap melayani juga merupakan salah satu ajaran yang cukup

mewarnai pola kerja umat kristiani. Kita dapat melihat bagaimana

profesionalisme mereka dalam melakukan pelayanan bagi pasien yang ada

di rumah sakit mereka. Ini adalah salah satu implementasi dari ajaran

mereka.45

e. Menepati Janji dan Tidak Curang

Janji adalah ikrar dan kesanggupan yang telah dinyatakan kepada

seseorang. Ketika membuat suatu perjanjian tentunya didasari dengan rasa

saling percaya serta tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan janji

tersebut. Ketepatan janji dapat dilihat dari segi ketepatan waktu penyerahan

44
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), 107.
45
Hermawan Kartajaya, dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, 77.

28
29

barang, ketepatan waktu pembayaran serta melaksanakan sesuatu sesuai

dengan kontrak yang disepakati. Pelaku bisnis yang tidak bisa memenuhi

janjinya dapat dikatakan sebagai golongan orang yang munafiq. Terlebih

diera informasi yang terbuka dan cepat seperti sekarang ini mengingkari

janji dalam dunia bisnis sama halnya dengan menggali kubur bagi bisnisnya

sendiri. Karena dalam waktu singkat para rekan bisnis akan mencari mitra

kerja yang dapat dipercaya.46

Sikap pebisnis yang selalu menepati janji baik kepada para pembeli

maupun diantara sesama pedagang lainnya, janji yang dimaksudkan dalam

hal ini adalah janji dimana seorang pedagang terhadap pembelinya dalam

melakukan transaksi ketika menjanjikan barang yang dijual itu barang yang

baik, Semisal seorang

pedagang menjadi seorang produsen, ataupun distributor harus

senantiasa menepati janjinya dalam mengirimkan barang kepada para

konsumen atau pembeli misalnya tepat waktu pengiriman, menyerahkan

barang yang kualitasnya, kuantitas, warna, ukuran, atau spesifikasinya

sesuai dengan perjanjian semula, memberi garansi dan lain sebagainya.

Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para rekan pedagang

misalnya, pembayaran dengan jumlah dan waktu tepat dan lain

sebagainya.47

46
Sony Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 78.
47
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, 159.

29
30

f. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)

Kejujuran merupakan sikap yang dianggap mudah untuk

dilaksanakan bagi orang awam manakala tidak dihadapkan pada ujian berat

atau dihadapkan pada godaan duniawi. Dengan sikap kejujuran seorang

pedagang akan dipercaya oleh para pembelinya akan tetapi bila pedagang

tidak jujur maka pembeli tidak akan memebeli barang dagangannya. Tak

diragukan bahwasannya ketidak jujuran adalah sikap bentuk kecurangan

yang paling jelek. Orang tidak jujur akan selalu berusaha melakukan

penipuan pada orang lain, Al-Qur’an dengan tegas melarang ke tidak jujuran

sebagaimana firmanya (QS. Al-Anfal: 27)48.

َ‫ٱللهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمََٰنََٰتِكُم وَأَنتُم تَعلَمُون‬


َّ ْ‫يََٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُوا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.”(QS Al-Anfal : 27).49

g. Tidak Berburuk Sangka (Su’udz zhan)

Saling menghormati satu sama lain adalah ajaran Nabi Muhammad

SAW yang harus di Implementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak

boleh satu pengusaha menjelekkan pengusaha lain hanya untuk persaingan

bisnis. Amat Naif jika perbuatan seperti itu terjadi dalam praktek bisnis yang

dilakukan oleh seorang muslim.

48
Al-Qur’an, 8:27.
49
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān Al Karim dan Terjemahannya , 264.

30
31

Allah SWT berfirman (QS Al-Ḥujurāt:12)50

‫ٱلظنِّ إِمث وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا‬


َّ َ‫ٱلظنِّ إِنَّ بَعض‬
َّ َ‫يََٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجتَنِبُواْ كَثِريا مِّن‬
ُ‫يَغتَب بَّعضُكُم بَعضًا أَُيحِبُّ أَحَ ُدكُم أَن يَأ ُكلَ يَأكُلَ لَحمَ أَخِيهِ مَيتا فَكَرِهتُمُوه‬
‫ٱللهَ تَوَّاب رَّحِيم‬َّ َّ‫ٱللهَ إِن‬
َّ ْ‫وَٱتَّقُوا‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-


sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”51

h. Tidak Suka Menjelek-Jelekkan (Ḡībah)

Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, menodai

harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedangkan mereka itu

tidak ada dihadapannya. Ini merupakan kelicikan, sebab hal ini sama

saja dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini merupakan

salah satu bentuk penghancuran karakter, sebab pengumpatan dengan

model seperti ini berarti melawan orang lain yang tidak berdaya.

Biasanya seorang pemasar senang apabila telah mengetahui

kelemahan, kejelekan dan kekurangan lawan bisnisnya. Dan biasanya

kelemahan dan kejelekan ini senjata untuk memenangkan pertarungan

dipasar dengan jalan menjelek-jelekan atau menfitnah lawan bisnisnya.

50
Al-Qur’an, 49:12.
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’ān dan terjemah, 847.

31
32

i. Tidak Melakukan Suap/Sogok (riswah)

Dalam syariah, menyuap (riswah) hukumnya haram, dan

menyuap termasuk kedalam kategori memakan harta orang lain dengan

cara bathil.Islam tidak saja mengharamkan penyuapan melainkan juga

mengancam kedua belah pihak yang terlibat dengan neraka diakhirat.

Suap adalah dosa besar dan kejahatan kriminal didalam suatu Negara.

Oleh karena itu mendapat kekayaan dengan cara penyuapan jelas

haram.52

D. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Nur Fitria Fahrona yang berjudul “Analisis Penerapan Etika

Bisnis Islam di Home Industry Tempe Bendul Merisi Surabaya dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga”53 ini merupakan hasil

penelitian lapangan yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah

mengenai bagaimana penerapan etika bisnis Islam di home industry tempe

untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Metode penerapan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dengan

beberapa pemilik home industry tempe Bendul Merisi Jaya Gang V

Surabaya dan dokumentasi beberapa wujud mengenai home industry

tempe.

52
Muhammad sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Perdana Media
Group, 2012), 54.
53
Nur Fitria Fahrona, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam di Home Industry Tempe Bendul
Merisi Surabaya dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga, Skripsi (Surabaya: UIN
Sunan Ampel, 2015).

32
33

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan etika bisnis Islam di

home industry tempe sesuai dengan prinsip-prinsip dalam etika bisnis Islam

yakni kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab dan

kebenaran dalam menjalankan usahanya. Pemilik home industry juga

bersikap jujur ketika menjual langsung tempe di pasar.

Persamaan penelitian ini terletak pada pembahasan mengenai penerapan

nilai Islam dalam lingkup usaha dan metode yang digunakan . sedangkan

perbedaannya terletak pada objek penelitian yang diambil. penelitian ini

meneliti Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha

Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo, sedangkan pada penelitian

Rimiyati dan Munawaroh menguji penerapan nilai-nilai kewirausahaan

Islami terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha UMKM muslim di kota

Yogyakarta serta metode yang digunakan dalam penelitian

2. Penelitian Puspitasari, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap

Tingkat Profitabilitas Rumah Yoghurt Berdasarkan Perspektif Karyawan,

Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Tahun 2015.54Agama Islam selalu

mengarahkan kaum muslimin melakukan sebuah tindakan yang sesuai

dengan Syariah Islam, baik itu dalam melakukan kegiatan bisnis atau

kegiatan lainnya. Untuk itu maka Nilai Islam selalu senantiasa menjadi

tombak atau landasan utamanya. Dan subjek pembahasan ini yaitu para

pelaku usaha makanan di Jawa Tengah. Maka dalam melakukan aktivitas

54
Laili Latifah Puspitasari, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Tingkat
Profitabilitas Rumah Yoghurt Berdasarkan Perspektif Karyawan, Skripsi (Malang: UIN Malang,
2015).

33
34

bisnisnya para pedagang sudah berpegang atau belum kepada Prinsip

Syariah yang telah digariskan oleh Al-Qur’ān dan Hadits Rasulullah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar

pemahaman Nilai Syariah dalam konteks pelaku usaha makanan di Jawa

Tengah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan jenis

penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di

lingkungan tertentu untuk memperoleh data yang konkrit. Dan dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil para pelaku

usaha di Jawa Tengah yang menerapkan Nilai Islam dalam melakukan

usahanya.

Persamaan dari penelitian ini adalah topik bahasannya yaitu mengenai

penerapan nilai Islam pada suatu usaha serta metode yang di gunakan dan

perbedaannya terletak pada objek yang dikaji. Yaitu penelitian ini menguji

Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha Pentol

Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo, sedangkan pada penelitian

Puspitasari meneliti penerapan nilai-nilai kewirausahaan Islami terhadap

keberhasilan usaha pada pengusaha UMKM muslim di kota Yogyakarta.

3. Peneliti Umi Mursidah dengan judul “Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam

Transaksi Jual Beli di Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Betung

Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat)”55 Penelitian ini dilatar

55
Umi Mursidah, Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli di Pasar
Tradisional, Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan, 2017).

34
35

belakangi oleh perkembangan zaman yang ditandai dengan perkembangan

ekonomi yang semakin pesat sehingga menimbulkan persaingan bisnis

yang semakin tinggi. Dengan persaingan yang begitu tinggi pelaku bisnis

bisa menggunakan segala cara untuk mendapatkan keuntungan bahkan para

pelaku bisnis sering mengabaikan etika dalam menjalankan bisnisnya.

Perilaku yang menyimpang banyak ditemukan di pasar tradisional antara

lain: pengurangan takaran dari timbangan, pengoplosan barang kualitas

bagus dengan kualitas buruk, dan juga ada beberapa pedagang ketika

melayani pembeli tidak bersikap ramah atau murah hati dengan ditandai

pelayanan dengan raut wajah yang kurang bersahabat.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Metode

pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan

dokumentasi. Analisis datanya bersifat Deskriptif Analisis dimana data

yang diperoleh dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang diperoleh dari para

pedagang dan pembeli di Pasar Betung apabila dilihat dari ke-empat

indikator etika bisnis secara umum yang dijadikan tolak ukur, penerapan

etika bisnis secara umum belum diterapkan dengan baik oleh para

pedagang di Pasar Betung karena hanya indikator hukum dan indikator

ajaran agama saja yang sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan indikator

ekonomi dan indikator etika dari masing-masing pelaku bisnis belum

diterapkan dengan baik oleh para pedagang di Pasar Betung. Penerapan

etika bisnis Islam di Pasar Betung jika ditinjau dari ke-empat prinsip-

35
36

prinsip etika bisnis Islam yang dijadikan tolak ukur, penerapan etika bisnis

Islam di Pasar Betung belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang

karena hanya prinsip tanggungjawab saja yang sudah diterapkan dengan

baik oleh para pedagang di Pasar Betung. Sedangkan prinsip keadilan,

prinsip kehendak bebas, dan prinsip kebenaran belum diterapkan dengan

baik oleh para pedagang di Pasar Betung.

Persamaan dari penelitian ini adalah topik bahasannya yaitu mengenai

penerapan etika Islam pada suatu usaha serta metode yang di gunakan dan

perbedaannya terletak pada objek yang dikaji. Yaitu penelitian ini menguji

Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha Pentol

Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo, sedangkan pada penelitian Umi

Mursidah meneliti penerapan nilai-nilai Islami pada Pasar Betung

Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat.

4. Skripsi Fery Prasetio, “Tinjauan Etika Bisnis Islam

Terhadap Jual Beli Daging Sapi di Toko Pojok Jaya Ponorogo. 56 Masalah

yang diangkat adalah mengenai transaksi jual beli daging sapi kualitas

campuran di toko Pojok Jaya belum sesuai dengan etika bisnis Islam.

Karena belum sesuai dengan prinsip keseimbangan dan prinsip kebenaran

yang didalamnya ada unsur kebajikan dan kejujuran. Transaksi jual beli

daging di simpan dalam freezer di toko Pojok Jaya juga masih belum sesuai

dengan etika bisnis Islam, karena belum sesuai dengan prinsip

56
Fery Prasetio, “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Daging Sapi di Toko
Pojok Jaya Ponorogo”, Skripsi (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2015), 7.

36
37

keseimbangan dan prinsip kebenaran. Teori yang digunakan ialah teori

tentang etika bisnis Islam. Masalah yang di teliti dalam skripsi ini adalah

bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap transaksi jual beli daging

sapi kualitas campuran di toko Pojok Jaya Kabupaten Ponorogo dan

bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap Transaksi jual beli daging

yang disimpan dalam freezer di toko Pojok Jaya Kabupaten Ponorogo.

Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan

adalah metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan

observasi. Teknik pengumpulan datanya adalah penelitian lapangan (Field

Research). Kemudian penulis berkesimpulan transaksi jual beli daging sapi

kualitas campuran di toko Pojok Jaya belum sesuai dengan etika bisnis

Islam, karena belum sesuai dengan prinsip keseimbangan dan prinsip

kebenaran yang ada di dalamnya ada unsur kebajikan dan

kejujuran.Transaksi jual beli daging disimpan dalam freezer di Toko Pojok

Jaya juga masih belum sesuai dengan etika bisnis Islam, karena belum

sesuai dengan prinsip keseimbangan dan prinsip kebenaran.

Adapun posisi penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan..

Persamaan dari penelitian ini adalah topik bahasannya yaitu mengenai

penerapan nilai Islam pada suatu usaha dan metode yang digunakannya,

sedang perbedaanya ialah letak objek yang dikaji. Yaitu penelitian ini

meneliti Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha

Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo, sedangkan pada penelitian

37
38

Fery Prasetio meneliti Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Daging Sapi

di Toko Pojok Jaya Ponorogo.

5. Skripsi Fitriani dengan judul “Nilai-nilai Islam dalam Berwirausaha pada

Masyarakat Desa Manimbahoi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa”57

Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai Islam dalam berwirausaha pada

masyarakat Desa Manimbahoi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa. Pokok

permasalahan adalah Bagaimana Nilai-nilai Islam dalam Berwirausaha

pada Masyarakat Desa Manimbahoi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa,

penulis ingin mengetahui bagaimana Nilai-nilai Islam dalam Berwirausaha

pada Masyarakat Desa Manimbahoi dan Yang kedua, bagaimana peluang

dan tantangan dalam berwirausaha Desa Manimbahoi.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan

pendekatan manajemen, sumber data yaitu data sekunder dan data primer.

Dengan melakukan pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi.

Wawancara dilakukan oleh masyarakat yang berwirausaha dengan

informan empat orang. Hasil penelitian mengenai Nilai-nilai Islam dalam

Berwirausaha Masyarakat Desa Manimbahoi Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa menunjukkan bahwa dalam melakukan wirausaha sebagi umat

muslim harus menjalankan wirausaha sesuai ketentuan-ketentuan Islam

dengan menerapkan nilai-nilai Islam seperti meluruskan niat, menerapkan

kejujuran, sabar dan gotong royong. Peluang dalam menjalankan wirausaha

57
Fitriani, “Nilai-nilai Islam Dalam Berwirausaha Pada Masyarakat Desa Manimbahoi
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa”, Skripsi (Makasar: UIN Alauddin, 2017).

38
39

di Desa Manimbahoi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa yaitu peluang

usaha di bidang pertanian dan peternakan seperti bertanam sayuran dan

buah-buahan, pada bidang peternakan mengelola ayam ras dan ayam

petelur. Peluang usaha dibidang penjualan seperti, toko penjualan alat

ATK, toko pertanian dan peternakan dan toko pulsa dan token elistrik.

Peluang usaha di bidang jasa seperti, jasa menyewakan mesin, jasa penjahit

pakaian dan jasa make-up. Adapun tantangan yang menjadi hambatan

dalam berwirausaha adalah kurangnya modal dan kurangnya ilmu

pengetahuan tentang berwirausaha.

Persamaan dari penelitian ini adalah topik bahasannya yaitu mengenai

penerapan nilai Islam pada suatu usaha serta metode yang digunakan dan

perbedaannya terletak pada objek yang dikaji. Yaitu penelitian ini menguji

Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Produksi dan Pemasaran Usaha Pentol

Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo, sedangkan pada penelitian fitriani

yaitu Nilai-nilai Islam Berwirausaha Pada Masyarakat Desa Manimbahoi

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini penulis menggunakan penelitian lapangan (field

research), yaitu penelitian secara rinci satu subyek tunggal, satu kumpulan

dokumen, atau satu kejadian tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif yang diperoleh penulis berdasarkan data dari lapangan. 1 Metode

penelitian naturalistik/kualitatif, digunakan untuk meneliti pada tempat yang

alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan, karena peneliti dalam

mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber

data, bukan pandangan peneliti. Selain itu Metode ini disebut juga sebagai

metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola),

dan disebut sebagai metode interpretative karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Pada hakikatnya penelitian kualitatif merupakan satu kegiatan

sistematis untuk menemukan teori dari lapangan, bukan untuk menguji teori

atau hipotesis. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data

yang mendalam dan mengandung makna. Makna pada penelitian kualitatif

adalah data yang sebenarnya, di mana makna ini mengandung nilai dibalik data

yang tampak. Dalam memandang realitas, gejala atau obyek yang diteliti ada

perbedaan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Realitas

dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), 137.

40
sampai dibalik yang tampak tersebut. Misalnya melihat ada orang yang sedang

mancing, penelitian kuantitatif akan menganggap bahwa mancing itu adalah

kegiatan mencari ikan, sedangkan dalam penelitian kualitatif akan melihat

lebih dalam mengapa ia mancing. Ia mancing mungkin untuk menghilangkan

stress, daripada nganggur, atau mencari teman. Jadi realitas itu merupakan

konstruksi atau interprestasi dari pemahaman terhadap semua data yang

tampak di lapangan.1

Karakteristik penelitian kualitatif yakni dilakukan pada kondisi yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan

peneliti adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.

Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak

menekankan pada angka, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses

daripada produk atau outcome, penelitian kualitatif melakukan analisis data

secara induktif, penelitian kualitatif lebih menekankan makna.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan

menjelaskan data yang ada di lapangan dan sekaligus peneliti memberikan

penilaian terhadap Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo. Dari

pengolahan data penelitian akan dapat diketahui etika bisnis islam dalam

produksi dan pemasaran usaha tersebut. Objeknya dilakukan pada usaha Pentol

Mercon Maknyus Jalan Suromenggolo.

1
Ibid.,207.
C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempatkan padaUsaha Pentol Mercon Maknyus

beralamatkan di Jl. Muria no.10 dan Jl. Suromenggolo (jalan baru), Kel.

Bangunsari Kec. ponorogo, Kota ponorogo, Jawa Timur, 63419.

D. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berkaitan tentang:

a. Proses produksi usaha Pentol Mercon Maknyus.

b. Proses pemasaran usaha Pentol Mercon Maknyus .

2. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Informasi dari pemilik usaha Pentol Mercon Maknyus.

b. Informasi dari karyawan usaha Pentol Mercon Maknyus

c. Informasi dari konsumen usaha Pentol Mercon Maknyus

3. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk

mendukung data primer yaitu melalui studi kepustakaan, dokumentasi,

buku, majalah, koran, arsip tertulis yang berhubungan dengan obyek yang

diteliti pada penelitian ini. Pada penelitian ini sumber data sekunder yang

dipakai adalah sumber tertulis seperti buku yang berhubungan dengan

penelitian etika bisnis Islam, dan penelitian terdahulu tentang etika bisnis

Islam yang didapat dari studi kepustakaan.


E. Teknik Pengumpulan Data

Inti dari teknis pengumpulan data penelitian kualitatif adalah

observasi mendalam, wawancara mendalam, dan dokumentasi.2

1. Observasi

Observasi adalah suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.3

Peneliti menggunakan teknik ini karena memungkinkan bagi

peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri fenomena-fenomena yang

terjadi di lapangan dan memudahkannya dalam bentuk tulisan. Untuk itu

peneliti terjun langsung ke lapangan untuk meneliti bagaimana etika

produksi dan pemasaran Usaha Pentol Mercon Maknyus Jalan

Suromenggolo, peneliti hadir dalam tempat produksi dan juga tempat

penjualan pentol usaha tersebut untuk memperoleh data yang akurat dan

konkret juga untuk mempelajari lebih jauh dan lebih dalam.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara).4

2
Ibid., 138-140.
3
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
70.
4
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 194.
Wawancara yang peneliti ambil yaitu dengan cara wawancara

mendalam (Indepth Interview). Wawancara mendalam adalah percakapan

yang dilakukan untuk memperoleh pendapat, persepsi, perasaan,

pengetahuan, pengalaman pengindraan dan informan mengenai masalah-

masalah yang diteliti.5

Wawancara dilakukan langsung dengan pemilik usaha Pentol

Mercon Maknyus dan juga pihak-pihak yang terkait dalam penelitian.

Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara

terstruktur maupun tidak struktur, wawancara terstruktur ialah peneliti

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis.

F. Teknik Pengolahan Data

Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus

dilakukan setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini,

data sementara yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan

dilakukan analisis data secara bersamaan.6 Pada saat analisis data, dapat

kembali lagi ke lapangan untuk mencari tambahan data yang dianggap perlu

dan mengolahnya kembali. Suyanto dan Sutinah, mengatakan pengolahan data

dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau

5
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 183.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,dan Kualitatif, 255.
mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitannya.

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari:7

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman). Langkah-langkah

yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau

pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data

sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di reduksi antara lain

seluruh data mengenai permasalahan penelitian.8

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih

spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data

selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama

peneliti berada di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak,

semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan

sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah

penyajian data. Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

7
Ibid., 257.
8
Ibid., 268.
pengambilan tindakan. (Miles dan Huberman). Penyajian data diarahkan

agar data hasil reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan

sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur.

Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam

memahami apa yan terjadi.9

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan

sehingga informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu

untuk menjawab masalah penelitian. Penyajian data yang baik merupakan

satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan

handal. Dalam melakukan penyajian data tidak semata-mata

mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang

terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan. Langkah berikutnya

dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan

berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data

yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan

atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti,

keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum

melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data,

penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-

9
Ibid., 270.
kegiatan sebelumnya10. Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman,

proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik

diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka

dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan

analisis data. Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari

pengolahan data.

G. Teknik Analisis Data

Dari data yang terkumpul penulis berusaha menganalisis dengan metode

deduktif yakni diawali dengan mengemukakan teori-teori untuk selanjutnya

dikemukakan kenyataan yang bersifat khusus dari hasil riset.11 Dalam hal ini

penulis menjelaskan terlebih dahulu berbagai hal mengenai etika bisnis Islam

Setelah itu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Pengolahan

data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari catatan lapangan,

direduksi, dideskripsikan, dianalisis, kemudian ditafsirkan. Prosedur analisis

data terhadap masalah lebih difokuskan pada upaya menggali fakta

sebagaimana adanya (natural setting), dengan teknik analisis pendalaman

kajian (verstegen).

10
Ibid., 271.
11
Ibid., 143.
Untuk memberikan gambaran data hasil penelitian maka dilakukan prosedur

sebagai berikut :

1. Tahap penyajian data : data disajikan dalam bentuk deskripsi yang

terintegrasi.

2. Tahap komparasi : merupakan proses membandingkan hasil analisis data

yang telah deskripsikan dengan interprestasi data untuk menjawab

masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil deskripsi akan

dibandingkan dan dibahas berdasarkan landasan teori, yang dikemukakan

pada bab 2.

3. Tahap penyajian hasil penelitian : tahap ini dilakukan setelah tahap

komparasi, yang kemudian dirangkum dan diarahkan pada kesimpulan

untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan peneliti.

H. Teknik pengecekkan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini diuji dengan cara memberchek dan

triangulasi. Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah agar informasi yang

diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud sumber data atau informan. Sedangkan triangulasi adalah

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.

Triangulasi dilakukan terhadap sumber data, teknik pengumpulan data dan

waktu pengumpulan data Artinya disini bahwa dilakukan pengecekan terhadap


data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai teknik pengumpulan

(Observasi, Wawancara dan Dokumentasi) dalam waktu yang berbeda.12

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan

triangulasi teknik yaitu peneliti menggunakan lebih dari satu informan untuk

mendapatkan data usaha Pentol Mercon Maknyus dengan mewawancarai

orang-orang yang berkaitan dengan usaha tersebut.

12
Ibid., 143
BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Data Umum

1. Gambaran Umum Usaha Pentol Mercon Maknyus

Usaha Pentol Mercon Maknyus adalah usaha yang bergerak dalam

bidang kuliner, usaha ini dirintis oleh bapak Dadi dan ibu Legi pada tahun

2008 setelah pulang dari tanah perantauan di Riau. Disana bapak Dadi

bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan ibu Legi berprofesi sebagai

karyawan rumah makan. Mereka berinisiatif untuk mendirikan usaha

sendiri guna untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan menggunakan

modal dari uang sendiri, berawal dari modal uang 15.000 rupiah yang saat

itu dibelanjakan tepung aci, tepung terigu dan dua buah sachet kecap

manis, lalu dibuatlah pentol yang sebenarnya mereka sendiri belum pernah

membuat atau bisa disebut belum mengenal resep. 1

Saat itu bapak Dadi menjual produknya keliling, memakai sepeda motor

sederhana yang bapak Dadi miliki. Lama dalam perjalanan, pentol belum

juga laku terjual. bapak Dadi lalu memikirkan bagaimana agar produk yang

sangat minim bahan baku ini laku terjual. Akhirnya bapak Dadi mempunyai

inisiatif berjualan di depan lembaga pendidikan sekolah dasar. Bapak Dadi

saat itu menjual pentol dengan harga yang sama seperti penjual lainnya,

hanya saja bapak dadi mempunyai strategi dengan memberikan bonus satu

sampai dua buah pentol kepada anak

1
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.

50
51

Sekolah Dasar. Karena senang mendapatkan bonus, anak tersebut

memberikan kabar kepada teman-temannya yang akhirnya juga ikut

membeli pentol bapak Dadi, sehingga pentol bapak dadi ludes habis terjual,

dan menghasilkan uang 75.000 rupiah. Lalu, uang tersebut di jadikan modal

bapak Dadi untuk jualan selanjutnya.1

Seiring berjalannya waktu modal terkumpul semakin banyak, bapak

Dadi dan ibu Legi berinisiatif untuk membuat pentol yang mempunyai rasa

yang khas dan enak. Pentol diminati oleh masyarakat umum tidak hanya

anak-anak sekolah dasar. Kala itu mereka mencoba menciptakan resep

pentol sendiri, mereka membeli dua buah jenis pentol yang banyak diminati

konsumen di Ponorogo, lalu bapak Dadi dan ibu Legi mamadukan rasa dari

kedua buah pentol tersebut. Bapak dadi dan ibu legi terus mencoba dan

membenahi resep setiap harinya hingga didapatkan resep yang ideal.2

Mulai tahun 2012 usaha tersebut semakin diminati konsumen, bapak

Dadi tidak keliling lagi berjualan pentol melainkan mangkal di jalan

Pramuka, barat Stadion Batoro Katong, menggunakan gerobak yang

dibuatnya sendiri dari hasil modal yang telah didapatkan.3

Usaha bapak Dadi dan ibu Legi semakin berkembang hingga saat ini

mempunyai empat lapak berjualan. dua lapak berlokasi di jalan Pramuka

dan dua diantaranya berlokasi di jalan Suromenggolo dan jalan Sultan

Agung depan gedung Okaz.4

1
Ibid.,
2
Ibid.,
3
Ibid.,
4
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
52

Usaha pentol ini sangat diminati oleh konsumen karena pentol ini

mempunyai kualitas rasa tersendiri, dalam durasi tidak sampai satu hari jam

kerja, usaha tersebut bisa menghabiskan pentol yang berbahan 30 kg

adonan.5

Konsumen terdiri dari berbagai kalangan mulai anak-anak sampai

dewasa. Pada waktu tertentu, khususnya waktu istirahat tempat tersebut

ramai dikunjungi konsumen tidak sedikit mereka dari kalangan mahasiswa.

Mereka Ada yang langsung dikonsumsi di tempat yang telah disediakan

oleh penjual dan ada yang dibungkus untuk dinikmati di tempat lain.6

B. Data khusus

1. Pengelolaan Produksi Pentol Mercon Maknyus

Pentol Mercon Maknyus sangatlah diminati berbagai kalangan

konsumen, karena memang mempunyai kualitas rasa yang enak dan harga

sangat terjangkau sehingga tidak harus dari orang golongan menengah

keatas yang hanya dapat menikmati pentol tersebut. Produksi Usaha Pentol

Mercon Maknyus langsung ditangani oleh sang pemilik dibantu dengan

keluarga beserta karyawannya. Pemilik usaha sangat memperhatikan

kualitas rasa, karena persaingan di bidang kuliner terletak pada kualitas rasa

untuk membangun persepsi di lidah pembeli.7.

5
Ibid.,
6
Ibid.,
7
Ibid.,
53

Seperti yang di paparkan oleh ibu legi pemilik usaha Pentol Mercon

Maknyus:

“…Alhamdulillah, pentol kami soal rasa banyak konsumen yang suka.


Ya karena memang kami memahami usaha dalam bidang kuliner yang
paling utama adalah soal rasa mas, karena rasa tak pernah bohong..hh. 8

Produksi Pentol Mercon Maknyus berlokasi di jalan Muria, tidak lain

ialah rumah pemilik usaha itu sendiri sehingga lebih menghemat biaya

tempat produksi, selain itu tempat tersebut sangat strategis karena lokasi

berdekatan dengan sumber bahan baku dan tidak jauh dari tempat berjualan

yaitu pasar stasiun Ponorogo untuk mendapatkan bahan baku dan area jalan

baru dan Stadion Batoro Katong sebagai tempat pemasaran.9

Seperti yang di paparkan oleh bapak Dadi pemilik Pentol Mercon

Maknyus:

“untuk produksi pentol saya lakukan di rumah kami sendiri mas,


karena kebetulan rumah saya berdekatan dengan pasar saya ambil bahan
baku, juga dekat dengan mangkal gerobak kami….”10

Pemilik usaha memilih bahan baku yang baik dan berkualitas, bahan

baku didapatkan di area Pasar Stasiun pada penjual yang sudah

berlangganan lama yang juga berstatus muslim.11

Dalam memilih bahan baku dipilihlah daging yang baik, kata lainnya

ialah halal dan layak untuk dikonsumsi karena pemilik usaha menyadari

8
Ibid.,
9
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.
10
Ibid.,
11
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
54

bahwa mayoritas konsumen pentol tersebut ialah umat Islam, maka

dipilihlah bahan baku dengan kriteria tersebut.12

Seperti yang di paparkan oleh bapak dadi pemilik usaha Pentol

Mercon Maknyus:

“....saya tidak mau mencampurkan dengan bahan yang lain. Bahan


yang haram atau tidak layak untuk dikonsumsi karena saya seorang
muslim dan saya sadar bahwa rata-rata konsumen saya juga umat muslim.
Jadi, saya berikan bahan baku yang halal dan baik untuk dikonsumsi
apabila tidak saya takut dosa, maka memberikan bahan baku yang tepat
adalah sebuah keharusan...”13
Pernyataan diatas juga di ungkapkan oleh ibu Legi pemilik usaha

pentol maknyus:

“kriteria bahan baku yang kami gunakan saya selalu usahakan daging
yang segar dan layak konsumsi mas, saya menggunakan daging yang
halal, daging sapi dan daging ayam yang saya beli dari langgganan kami
yang juga dia orang islam”14

Untuk mengefisiensikan waktu dan proses pembuatan terutama dalam

menggiling daging dan mencampurnya dengan bumbu rempah-rempah,

maka dibutuhkan sumber daya alat atau mesin penggiling daging, akan

tetapi untuk mesin ini mahal harganya. Untunglah ada jasa penggilingan

daging yang dimanfaatkan oleh pemilik untuk memproses produknya,

sehingga tidak ada biaya lebih untuk perawatan mesin dan hanya

mengeluarkan biaya untuk membayar jasa penggilingan.15

12
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.
13
Ibid.,
14
Legi, wawancara, 25 agustus 2020
15
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020,
55

Sebelum diberikankan ke penggilingan daging, dan bahan lainnya

dicuci dengan air bersih dan mengalir ini bertujuan untuk menjaga

kebersihan dan kesucian dari bahan produk tersebut.16

Adonan pentol yang sudah siap dicetak dimasukkan dalam lemari es,

agar daya tahan adonan terjaga karena proses pengolahan pentol pada usaha

ini berlangsung kisaran jam 3 dini hari, dan ini juga bertujuan untuk daya

tahan pentol.17

Adonan dicetak dan dimasak menggunakan alat-alat sederhana seperti

alat-alat yang digunakan masak ibu dapur rumah tangga. Untuk menjaga

kebersihan alat, alat tersebut langsung dibersihkan setelah selesai terpakai.18

Agar mendapat perhatian konsumen, pemilik usaha membuat

beberapa varian produk pentolnya yaitu dengan ukuran pentol yang

disesuaikan dengan harga dan bahan baku ada yang besar, kecil dan varian

selanjutnya pentol berisikan telur Puyuh dan pentol Mercon yang identik

dengan cita rasa yang khas mempunyai rasa pedas.19

Seperti yang di paparkan oleh ibu Legi pemilik usaha pentol mercon

maknyus:

“sekarang pentol kami dua varian kalo dulu banyak karena varian
yang lain membutuhkan biaya produksi lebih, seperti pentol kuah sambel
kacang, sekarang tinggal pentol puyuh pentol yang berisi telur puyuh sama
pentol mercon pentol yang identik dengan rasa pedasnya. Dan untuk
ukurannya ada yang besar sedang dan kecil-kecil. Yah al tersebut saya
lakukan agar dapat perhatian dari konsumen mas.”20

16
Ibid.,
17
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
18
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.
19
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
20
Ibid.,
56

Untuk dapat bertahan dan mengembangkan bisnis ini maka untuk

produksi harus dilakukan secara rutin yang telah memiliki saluran distribusi

untuk memenuhi permintaan pasar. Saluran distribusi telah terbentuk

dengan berjalannya waktu, dari awal hanya berkeliling di daerah yang

dianggap ramai sampai akhirnya memasuki daerah yang ramai dan

strategis.21

Seperti yang di ungkapkan bapak Dadi pemilik Pentol Mercon

Maknyus:

“Saat itu saya berjualan keliling dan mangkal di depan sekolah dasar
hingga akhirnya pentol terjual habis dan mendapatkan uang 75 ribu
rupiah.dengan hasil tersebut saya bertanbah semangat dalam meneruskan
bisnis pentol ini. Kemudian uang tersebut saya belanjakan untuk berjualan
besok karena menurut saya usaha tersebut mempunyai peluang meraih
keuntungan. Hingga saat ini usaha tersebut saya teruskan dan
Alhamdulillah berkembang dan sekarang pentol pada usaha kami
mempunyai 4 lokasi yang menurut saya strategis mangkal dan di fasilitasi
dengan gerobak.”22

Pentol yang terjual disajikan dalam mangkok bagi yang menginginkan

makan di tempat dan dibungkus plastik bening bagi yang menginginkan

dinikmati di tempat lain. Belum ada transparasi mengenai komposisi atau

kandungan produk dalam kemasan atau pada gerobak usaha tersebut.23

Seperti yang diungkapkan nanik karyawan pentol mercon maknyus:

untuk transparasi untuk saat ini masih harga produk dan apa saa
yang di tampilkan pada gerobak tersebut mas, tidak lebih dari itu, kemasan
yang di gunakan masih kantong plastik dan mangkok bagi yang menikmati
langsung di lokasi.”24
Hal tersebut juga diungkapkan oleh salah satu konsumen pentol
mercon maknyus:

21
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.
22
Ibid.,
23
Nanik, wawancara, 26 Agustus 2020.
24
Ibid.,
57

“harga sama pentolnya yang di sajikan, sudah gitu saja, soalnya


kemasannya ya hanya plastik bening dan mangkok bagi yang di nikmati di
tempat tidak lebih dari itu”25
Dan,

“transparasi produk hanya harga saja, ya selama ini saya belum tahu
pedagang pentol yang ada trasparasi produknya, paling ya ada pentol
daging, kalo gg gitu petol kuah, bakar dll”26

2. Pemasaran Pentol Mercon Maknyus

Untuk hal promosi usaha Pentol Mercon Maknyus tidaklah

mempunyai strategi yang khusus, yaitu hanya dengan berjualan pada sebuah

gerobak yang bertuliskan Pentol Mercon Maknyus dan dilampirkan nomor

whatsapp, kemudian konsumen membeli produknya dengan harapan sang

pembeli membangun persepsi yang baik tentang rasa kuliner tersebut dan

mempromosikan kepada orang lain atau teman-temannya (person to person

promotions). 27

Seperti yang di ungkapkan oleh ibu Legi pemilik usaha Pentol Mercon

Maknyus:

“Awal merintis dulu kami pasarkan petol dengan keliling, setelah


usaha kami berkembang kami mangkal di jalan baru mas, ya Cuma mangkal
saja ada konsumen beli kami layani, tak ada iklan atau apa, ya Cuma tulisan
di grobak itu, dan nomer whatsapp kalau ada yang pesan kebanyakan
konsumen tau pentol kami dari temen temen nya. Alhamdulillah,…”28

Sang pemilik usaha memiliki kiat sukses untuk membangun bisnis

pentolnya yaitu dengan berusaha dan tetap bertahan, tidak malu ataupun

gengsi untuk melakukan sesuatu yang baru, dan juga tidak lupa untuk

25
Fiqi Surya, Wawancara, 26 Agustus 2020.
26
Fatimah Zahra, Wawancara, 26 Agustus 2020.
27
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
28
Ibid.,
58

berdoa. Walaupun pesaing bisnis pentol tersebut banyak, pemilik usaha

tetap mempunyai tekat yang kuat, karena pemilik yakin bahwa rezeki

manusia sudah ada yang mengatur. Banyak orang yang bisa membuat pentol

yang lebih enak dan lezat dari apa yang dibuat oleh pemilik usaha, tetapi

tidak banyak orang yang mempunyai tekad yang kuat seperti pemilik usaha

tersebut. Uang memang penting, tetapi pemilik usaha tidak mau

menghabiskan hidup untuk mencari uang artinya berkeja secara langsung

atau menjadi karyawan, dalam hal ini pemilik usaha telah sukses menjadi

business owner Pentol Mercon Maknyus.29

Seperti yang di ungkapkan bapak Dadi selaku pemilik usaha Pentol

Mercon Maknyus:

“ prinsip saya walaupun banyak pesaing yang saya anggap mereka


lebih dulu, lebih senior, lebih mahir dan handal. Saya tetap inginn berusaha
dan tetap bertahan, saya tidak akan malu ataupun gengsi dalam melakukan
usaha ini saya harus pokoknya saya harus saya tetap berusaha dan berdoa
kepada yang maha kuasa. Saya harus mempunyai tekad yang kuat, karena
jarang para pengusaha pemula yang mempunyai tekad yang kuat dalam
membangun usahanya, walau banyak pesaing saya yakin untuk masalah
rezeki sudah ada yang mengatur. Saya tak mau jadi karyawan yang kerja
lalu dapat uang, saya ingin lebih dari itu dan alhamdulillah saya bersyukur
usaha saya bertahan dan berkembang sampai saat ini.”30

Pemberian nama Pentol Mercon Maknyus, ini bertujuan agar ketika

pembeli tertarik, kemudian dapat mencarinya kembali ketika dikehendaki

atau dibutuhkan. Istilah Mercon adalah salah satu jenis varian pentol yang

identik dikenal oleh konsumen dengan rasa yang sangat pedas. Pemberian

29
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.
30
Ibid.,
59

nomor Whatsapp tidak lebih hanya bertujuan untuk melayani konsumen

yang menginginkan pesanan.31

Mengenai tranparasi produk, pada Pentol Mercon Maknyus masih

minim. Transparasi mengenai produk hanya tentang harga dan merk pentol

merk tidak lebih dari itu. Kemasan yang digunakan masih menggunakan

plastik bening dan mangkok bagi yang menginginkan makan di tempat.32

Untuk menarik perhatian Sang pemilik memberikan kepada

konsumen untuk pembelian tertentu mendapatkan bonus lebih secara gratis.

Ini secara tidak langsung bertujuan membujuk konsumen untuk membeli

produk pentol tersebut.33

Seperti yang di ungkapkan ibu Legi selaku pemilik usaha Pentol

Mercon Maknyus:

“Alhamdulillah, pentol kami soal rasa banyak konsumen yang suka.


Ya karena memang kami memahami usaha dalam bidang kuliner yang
paling utama adalah soal rasa mas, karena rasa tak pernah bohong..hhh.
dan untuk konsumen yang beli pentol saya dalam jumplah tertentu saya beri
bonus, jadikan konsumen seneng, dan ada keinginan beli lagi dalam
jumplah yang tidak sedikit karena menginginkan bonus”34

Pentol Mercon Maknyus berjualan hadir di pusat keramaian atau

tempat-tempat yang sudah mempunyai daerah target pemasaran tersendiri

seperti area jalan Suromenggolo (jalan baru) dan area Stadion Batoro

Katong. Ini mengingatkan kepada konsumen bahwa produk usaha tersebut

masih ada dan masih mampu bersaing dengan produk-produk yang lainnya

31
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
32
Nanik, Wawancara, 26 Agustus 2020
33
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
34
Ibid.,
60

atau pesaing yang sejenis dan ini pun mengingatkan pembeli di mana dapat

memperoleh atau membelinya.35

Jam buka usaha pentol ini antara pukul 08.00 sampai 15.00 Usaha

pentol ini mempunyai empat gerobak yaitu dua gerobak di jalan pramuka,

dan dua lainnya di jalan Suromenggolo (jalan baru) dan jalan Sultan Agung

barat gedung Okaz. Pemilik usaha memilih lokasi-lokasi tersebut karena

lokasi tersebut sangat strategis, berdekatan dengan Gedung Olahraga,

Stadion, lembaga pendidikan dan lain-lain. Maka sangat mudah dijumpai

oleh konsumen. Di lokasi tersebut banyak pesaing-pesaing usaha sejenis

maupun usaha lain, tetapi sampai saat ini tidak ditemukan adanya kasus

konflik antar pedagang, karena khususnya di jalan baru seluruh penjual

merupakan satu organisasi, satu komunitas yaitu Paguyupan

Pedagang Jalan Baru.36

Seperti ungkapan ibu Legi selaku pemilik usaha Pentol Mercon

Maknyus:

“ Alhamdulillah baik mas, karena ya kami yang jualan di jalan baru


ini satu organisasi, yang setiap bulannya pun ada kegiatan arisan
paguyuban, jadi ya kami saling kenal dan kalau ada masalah di selesaikan
dengan baik-baik, jadi ya tetap berjalan harmonis”37

Pemilik usaha memberikan harga produk dengan harga yang dapat

dijangkau oleh konsumen tetapi tidak membuat usaha tersebut mengalami

kerugian. Dengan harga 5 ribu rupiah sampai 8 ribu rupiah per porsi.38

35
Dadi, Wawancara, 19 Agustus 2020.
36
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
37
Ibid.,
38
Nanik, Wawancara, 29 Agustus 2020.
61

Harga yang dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Melihat

penikmat pentol sendiri mulai dari kalangan anak-anak bahkan sampai

orang dewasa sekalipun.39

Pentol bapak Dadi dan ibu Legi dengan empat gerobak lapak

berjualan. dengan begitu pemilik usaha membutuhkan tenaga kerja untuk

mengelola usaha tersebut. Sampai saat ini pemilik usaha sudah merekrut

enam tenaga kerja.40

Dalam perekrutan tenaga kerja tersebut pemilik usaha tidak

mensyaratkan sesuatu yang berkaitannya dengan lembaga semisal Ijazah,

sertifikat dll. Pemilik usaha hanya mensyaratkan sesuatu yang berkaitannya

dengan etika seperti kejujuran, sopan, disiplin dan lainnya.41

Seperti ungkapan ibu legi selaku pemilik usaha pentol mercon

maknyus:

“untuk kriteria karyawan di tempat saya, ya pertama cukup umur,


maksud saya bukan anak-anak. selanjutnya, yang penting orangnya jujur,
sopan baik berpakaian rapi, sudah gitu aja mas. yang lainnya tidak ada.
tidak harus punya ijazah atau yang sejenisnya.”42

Untuk mendapatkan karyawan, pemilik usaha memberikan informasi

recrutmen tenaga kerja melalui media sosial, saat itu pemilik usaha

memaparkan informasi pada media sosial facebook. Dalam paparan

tersebut pemilik usaha menginformasikan adanya lowongan kerja tentang

usaha tersebut dan mencantumkan nomor whatsapp. pemberian nomor

39
Ibid.,
40
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
41
Ibid.,
42
Ibid.,
62

whatsapp ini bertujuan untuk memudahkan hubungan calon karyawan dan

pemilik usaha.43

Seperti ungkapan ibu Legi selaku pemilik Usaha Pentol Mercon

Maknyus:

“karyawan datang sendiri mas, kami hanya memberi informasi


lowongan kerja ditempat saya yaitu jualan pentol, informasi tersebut saya
paparkan pada media sosial Facebook dan saya cantumkan nomor
whatsApp. apabila ada yang berminat saya suruh hubungi wa langsung.
dan saya suruh untuk datang ke tempat kami.”44

Untuk karyawan baru biasa pemilik usaha langsung menempatkan

karyawan bartersebut pada lapangan kerja, tanpa adanya seleksi. pemilik

usaha mengamati bagaimana etika kerja calon karyawan tersebut. Apabila

terjadi sesuatu yang kurang sesuai maka ada semacam teguran dari pemilik

usaha tersebut. Jika masih terjadi secara berulang-ulang maka dengan

terpaksa karyawan tersebut harus dipulangkan.45

Semenjak usaha Pentol Mercon Maknyus ini berdiri pemilik usaha

sudah pernah melakukan pemulangan karyawan satu kali, karena ketidak

sesuaian etika. Saat itu karyawan sering kali merubah isi porsi pentol

tersebut, guna untuk mendapat keuntungan sendiri. Perbuatan ini diketahui

pemilik usaha, dan karyawan langsung mendapat teguran. Setelah beberapa

saat kemudian karyawan melakukan perbuatan yang kurang sesuai kembali

dilakukan, yaitu dengan memanipulasi laporan uang belanja plastik. Karena

43
Ibid.,
44
Ibid.,
45
Ibid.,
63

menurut pemilik usaha karyawan ini kurang jujur dalam kerja, akhirnya

secara terpaksa karyawan tersebut dipulangkan.46

Seperti ungkapan ibu Legi selaku pemilik Usaha Pentol Mercon

Maknyus:

“pernah mas satu kali dan semoga tidak ada lagi, karyawan itu sudah
saya suruh untuk berhenti bekerja saja, karyawan tersebut telah melakukan
perbuatan yang kami anggap kurang sesuai dengan etika yaitu kurang jujur
terhadap apa yang harus dikerjakannya, karyawan tersebut melakukan
pengurangan porsi yang seharusnya diberikan kepada konsumen biasanya
pada saat awal pengambilan pentol jumlah pentol tersebut langsung
dihitung oleh karyawan saya, jadikan karyawan saya tahu berapa nanti
jumlah yang harus disetorkan kepada saya, lalu saat melayani konsumen
karyawan tersebut mengurangi isi pentol dalam satu porsi biasanya isinya
5 jadi 4 misalnya, begitu nanti kan uang yang didapat akan ada kelebihan
dari yang seharusnya disetorkan. Lha kelebihannya itu dia ambil untuk
tambahan keuntungan pada dirinya, yang pertama masalahnya itu dan itu
saya maafkan karena baru terjadi satu kali dan berharap karyawan tersebut
tidak mengulangi lagi, tapi lama-kelamaan karyawan tersebut mengulangi
kesalahan lagi tetapi berbeda yang kedua ini karyawan saya, memanipulasi
uang belanja plastik, yang seharusnya plastik belum habis dia ngomong
sudah habis dan minta uang belanja untuk pembelian plastik. Dan akhirnya
dengan terpaksa karyawan tersebut saya keluarkan mas.”47

Untuk kesejahterakan karyawan pemilik usaha memberikan

kompensasi harian jika diakumulasi satu bulan penuh maka, kompensasi

tersebut sudah melebihi UMR daerah setempat, selain itu pemilik usaha juga

memberikan uang transportasi setiap beberapa hari sekali dan juga reward

setiap tahun sekali.48

46
Ibid.,
47
Ibid.,
48
Ibid.,
64

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh ibu Legi sebagai pemilik

usaha dan Nanik sebagai karyawan:

“untuk tanggung jawab saya yang saya berikan kepada karyawan

saya yaitu kompensasi. karena mereka sudah bekerja pada usaha saya,

karyawan setiap hari kerja, mereka saya beri kompensasi 70.000 rupiah

dan dalam beberapa hari sekali kadang saya berikan uang transportasi

sebesar 20.000”49 dan,

“bos saya berikan saya kompensasi setiap hari kerja, dan itu kalau

saya full masuk jam kerja selama satu bulan gaji saya sudah lebih dari UMR

ponorogo lho mas dan kadang beri saya uang transportasi, juga bos saya

menekankan agar saya berbuat sopan dan santun. menurut saya itu bentuk

tanggung jawab bos saya kepada saya.”50

Pemilik usaha memberikan tugas karyawannya setiap pagi untuk

mengambil pentol, menyiapkan gerobak lapak berjualan, melayani

konsumen, dan membersihkan lokasi setelah selesai lapak tutup. Untuk

kegiatan produksi, hanya terkhusus pada karyawan pilihan pemilik usaha.

Karyawan pilihan ini biasa ditempati oleh karyawan yang masih usia

muda.51

Karyawan melanyani kosumen dengan sopan, santun, dan ramah.

Karyawan menyapa ketika ada konsumen datang dan melanyani apa yang

dibutuhkan oleh konsumen.52

49
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
50
Nanik, Wawancara, 25 Agustus 2020.
51
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
52
Nanik, Wawancara, 26 Agustus 2020.
65

Seperti ungkapan karyawan usaha tersebut:

“saya melayani konsumen ya biasa mas, Cuma saya berusaha untuk

selalu sopan, santun dan ramah, saya sapa duluan ketika konsumen

datang dan saya layani, kadang ada yang minta kuah sedikit ada yang

banyak, ada yang minta pedes, kalo anak-anak biasa minta pake kecap

saja. pernah ada mas konsumen itu ambil sambel sendiri banyak karena

memang dasarnya dia suka pedas, lalu beberapa konsumen tersebut

datang lagi dan bilang kalau dia kapok ambil sambal banyak banyak

karena membuat perutnya sakit terasa mules.53

Dari ungkapan di atas karyawan juga menyatakan bahwa ada

keluhan konsumen setelah mengkonsumsi pentol tetapi hal tersebut

disebabkan oleh konsumen sendiri yaitu memberikan sambal yang berlebih

pada sajian pentolnya. Dan mengakibatkan perut konsumen terasa sakit.54

Karyawan pilihan dipilih oleh pemilik usaha bukan semata-mata

untuk memajukan usaha Pentol Mercon Maknyus ini, melainkan untuk

memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada karyawan tersebut.

Pemilik usaha menyadari karyawan tersebut membutuhkan pengalaman dan

pengetahuan yang luas untuk bekal hidup di masa depan. Setelah kisaran

dua tahun, karyawan tersebut tidak diperbolehkan bekerja lagi di tempat.

Melainkan diberi pesangon untuk mencari pengalaman lain atau membuka

lapak jual sendiri.55

53
Ibid.,
54
Ibid.,
55
Dadi, Wawancara, 29 Agustus 2020
66

Untuk memastikan penjualan ini untung atau rugi, pemilik usaha

hanya memiliki catatan sederhana, yaitu pengeluaran belanja dan hasil

penjualan hari itu. Pemilik usaha setiap harinya menyisihkan uang untuk

modal hari besok, dan sisanya digunakan untuk kebutuhan keluarga dan

pengembangan usaha kedepan.56

C. Analisis Data

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dilapangan dan dibuat

dalam bentuk penyajian data, maka analisis berikut ini adalah menjawab

rumusan masalah yang ada pada bab sebelumnya.

Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari

perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan

perilaku dibuat dan dilaksanakan. Rasulullah SAW juga banyak memberikan

prinsip petunjuk mengenai etika bisnis dalam perdagangan yang baik. Maka

dari itu, Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang

penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman dan

mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu.57

Etika bisnis ialah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah

dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain

etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis

harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna

mencapai daratan atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.58

56
Legi, Wawancara, 25 Agustus 2020.
57
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha
(Bandung: Alfabeta, 2013), 43.
58
Faisal Badroen, Dkk, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 15.
67

Dalam usaha Pentol Mercon Maknyus walau pengetahuan akademis

mengenai etika bisnis Islam pemilik usaha tersebut belum bisa dikatakan cukup

bisa. Namun secara tidak sadar pemilik usaha tersebut telah menjalankan bisnis

sesuai etika Islam.

Berikut analisis penulis tentang prinsip dasar etika bisnis Islam dalam

produksi dan pemasaran dalam usaha Pentol Mercon Maknyus:

1. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Produksi Usaha Pentol Mercon

Maknyus

Produksi dalam perspektif Islam mempunyai banyak penjelasan,

salah satunya ialah menurut Monzer Khaf, produksi perspektif Islam

adalah usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik

materialnya, tapi juga moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan

hidup sebagaimana digariskan dalam agama, yaitu kebahagiaan dunia dan

akhirat. Sedangkan menurut Afzalur Rahman produksi dalam Islam adalah

menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan produksi.59

Berikut penerapan prinsip produksi etika bisnis islam dalam usaha

Penton Mercon Maknyus:

1) Kesatuan merupakan cerminan dari konsep tauhid, yang merupakan

dimensi vertikal Islam. Prinsip ini dikembangkan dari keyakinan bahwa

seluruh aktivitas manusia termasuk aktivitas ekonominya diawasi oleh

Allah SWT. Dan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah di

59
M. Nur Rianti, Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Solo: Pt Era Adicitra Intermedia,
2011), 163-164.
68

akhirat kelak.60 Dalam usaha Pentol Mercon Maknyus sang pemilik

selalu berusaha menjaga kualitas dan kehalalan produk, Seperti yang

telah disyariatkan dalam agam Islam. Pemilik usaha mengambil bahan

baku dari sesama muslim, tempat pemotongan yang sudah dijamin

kehalalannya. Seperti daging ayam dan sapi. Pemilik usaha membuat

produk pentolnya dengan daging tersebut. Pemilik usaha tidak akan

mencampurkan dengan daging yang haram atau tidak layak

dikonsumsi, karena beliau tidak ingin menanggung dosa bila produk

yang dijual mengandung barang yang haram. Maka dari itu pemilihan

bahan baku produk haruslah bahan baku yang halal dan layak

dikonsumsi adalah sebuah keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa

pemilik usaha telah menerapkan prinsip kesatua, karena telah mematuhi

perintah agama dan menjauhi larangannya.

2) Keseimbangan atau ‘adl mengambarkan dimensi horizontal ajaran

Islam dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam

semesta.61 Keseimbangan adalah konsep adil, jujur dalam bertransaksi,

tidak merugikan dan tidak dirugikan.62 Dalam usaha Pentol Mercon

Maknyus produksi pentol menggunakan bahan baku yang seharusnya

digunakan dalam membuat produk tersebut, tidak mencampurkan

60
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), 18.
61
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit Dan Pesan Moral
Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), 55.
62
Faisal Badroen, Dkk., Etika Bisnis Dalam Islam, 37.
69

barang yang haram atau tidak layak konsumsi hal ini merupakan

tindakan adil pemilik usaha terhadap konsumen.

3) Kehendak atau Kebabasan merupakan bagian penting dalam nilai etika

bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.

Tidak adanya batasan pendapat bagi seseorang mendorong manusia

untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang

dimilikinya.63 Dalam usaha Pentol Mercon Maknyus pemilik usaha

mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan berkreasi mengenai

produk yang akan ciptakan. Dalam Pentol Mercon Maknyus pemilik

usaha menciptakan produk pentol dan memberinya beberapa varian

pentol dengan rasa yang dikehendaki. Ini menunjukkan sebuah

kebebasan bagi pemilik usaha tapi pemilik usaha dalam membuat

produknya tersebut masih memperhatikan aturan-aturan dalam syariat

dalam produksi makanan seperti memakai bahan baku yang halal dan

layak dikonsumsi.

4) Tanggung jawab ialan konsep ini yang ditekankan dalam Islam, dan

bukan berarti mengabaikan kebebasan individu namun yang

dikehendaki pada ajaran Islam adalah kebebasan yang bertanggung

jawab.64 Dengan menggunakan bahan baku yang halal dan layak

dikonsumsi dalam pembuatan pentol itu merupakan bentuk tanggung

jawab pemilik usaha mengenai produk terhadap konsumen. Pemilik

63
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,
, 46.
64
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit Dan Pesan Moral
Ajaran Bumi, 67-68.
70

usaha memperhatikan bagaimana bahan bakunya akan digunakan

dalam pembuatan produk yang diberikan kepada konsumen. Pemilik

usaha juga mempekerjakan karyawan dan memberikan kompensasi

sebagai bentuk tanggung jawabnya karena bagaimanapun juga

karyawan tersebut telah bekerja pada usaha tersebut.

5) Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran,

mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam

konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku

benar meliputi proses transaksi, proses mencari atau memperoleh

komoditas pengembangan maupun dalam proses menetapkan

keuntungan.65 Dalam bisnis kuliner Pentol Mercon Maknyus

penggunaan bahan baku yang tepat, halal, dan baik untuk dikonsumsi

merupakan sebuah prinsip kejujuran produsen terhadap konsumen

bahwa produknya diproduksi dengan bahan yang semestinya.

Sebagaimana dikutip oleh Khusniati Rofi’ah, prinsip-prinsip dalam

produksi adalah sebagai berikut:66

1. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela

karena bertentangan dengan syariah.

2. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah pada

kedzaliman.

65
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,
46.
Khusniati Rofi’ah, “Urgensi Etika di Dalam Sistem Bisnis Islam”, Justitia Islamica,
66

Vol.11, (Ponorogo: Stain Ponorogo, 2014), 178.


71

3. Larangan melakukan ihtikar (penimbunan barang).

4. Tidak merusak lingkungan.

Dalam produksi Pentol Mercon tidak ditemukannya pemilik usaha

memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela

bertentangan syariat, pemilik usaha mengolah tepung dan daging yang

halal dan layak dikonsumsi untuk dijadikan pentol, dan sang pemilik usaha

mendirikan bisnis tersebut adalah untuk mencari keuntungan untuk

kebutuhan keluarganya tidak mengarah kepada kedzaliman. Dan tidak ada

penimbunan bahan baku dalam usaha tersebut dan tidak perbuatan yang

dapat merusak lingkungan, karena limbah dalam pembuatan pentol ini

berupa air bekas rebusan pentol dan menurut peniliti air tersebut tidak

berbahaya.

2. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Pemasaran Pentol Mercon

Maknyus

Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari

produsen sampai ke tangan konsumen (pembeli). Usaha untuk

memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen.67

Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari

perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum

aturan perilaku dibuat dan dilaksanakan. Rasulullah SAW juga banyak

memberikan prinsip petunjuk mengenai etika bisnis dalam perdagangan

67
Ibid., 176.
72

yang baik. Maka dari itu, Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-

prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan

perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu.68

Ada sembilan etika pemasaran yang menjadi prinsip-prinsip Syariah

Marketing dalam menjalankan fungsi pemasaran, yaitu :69

Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)

a. Berlaku Baik dan Simpatik (Shidiq).

b. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl).

c. Bersikap Melayani dan Rendah hati (Khidmah).

d. Menepati Janji dan Tidak Curang.

e. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah).

f. Tidak Berburuk Sangka (Su’udz zhan).

g. Tidak Suka Menjelek-Jelekkan (Ghibah)

h. Tidak Melakukan Suap/Sogok (riswah)

Dalam usaha Pentol Mercon Maknyus pemilik usaha selalu

menekankan agar karyawan selalu beretika sopan dan santun, tidak

melakukan kecurangan terhadap konsumen, hal ini merupakan bentuk

ketakwaan, karena perbuatan tersebut merupakan perintah dan larangan

dalam syariat agama. pelanyanan yang sopan kepada siapapun, tidak

peduli entah golongan rendah atau golongan atas, semua dianggap

sebagai konsumen yang harus dilayani, semua konsumen yang datang

68
Ibid., 43.
69
Hermawan Kartajaya, dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung:
Mizan, 2006), 104.
73

disapa duluan oleh karyawan. dan memberikan apa kebutuhan konsumen

tetang produk yang dijualnya. Hal ini merupakan penerapan etika dalam

Islam, bahwa dalam menjual atau memasarkan produknya pedagang

muslim harus, mempunyai sifat yang baik, rendah hati dan adil kepada

semua konsumen. Semisal ada pesanan dari konsumen, pemilik usaha

memberikan pentol dengan sesuai pesanan tidak merubah isi maupun

resep semua diberikan sama seperti biasa dan pesanan diberikan tepat

waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan prinsip

menepati janji dan tidak curang, selain itu prinsip ini bisa digolongkan

kedalam Prinsip kejujuran. Hanya saja untuk trasparasi produk pemilik

usaha tidak mencantumkan secara maksimum mengenai transparasi

produk pemilik usaha baru menampilkan harga pentol tersebut dan wujud

dari pentol tersebut tidak lebih dari itu. Prinsip kejujuran yang lainnya

ialah karyawan memberikan setoran uang hasil jualan kepada pemilik

usaha dengan tanpa mengurangi sedikitpun. Walaupun usaha ini sudah

tergolong lebih baik dalam usaha lain yang sejenis, sang pemilik usaha

tidak merendahkan usaha yang lain dan juga tidak menjelek-jelekan.

Pemilik usaha menyadari bahwa semua disini sama-sam mencari uang

untuk kebutuhan hidup. Pemilik usaha juga tidak melakukan tipu daya

(suap) seperti menyuruh orang untuk membuat usaha lain merugi atau

bentuk-bentuk kecurangan lain terhadap usaha yang sejenis maupun non

sejenis untuk meraup keuntungan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari beberapa pembahasan dan analisa yang telah

dilakukan pada sub bab terdahulu, maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Produksi pada usaha Pentol Mercon Maknyus telah sesuai dengan etika

bisnis Islam, dalam produksi usaha tersebut menggunakan bahan baku

yang halal dan layak di konsumsi, tidak mencampur dengan barang yang

haram, dalam produksi juga tidak ditemukan sesuatu yang melanggar

etika bisnis islam. Dalam hal ini usaha tersebut telah menerapkan prinsip

kesatuan, keadilan, tanggung jawab dan kebenaran. Dan dalam prinsip

penerapan prinsip kebebasan usaha tersebut menciptakan produk pentol

dengan rasa dan varian sesuai kehendak pemilik usaha tetapi kehendak

tersebut masih dalam batasan-batasan yang tidak menyimpang.

Mengenai ungkapan konsumen tentang keluhan mengalami sakit perut

setelah mengkonsumsi pentol tersebut memang benar tetapi hal tersebut

bukan salah dari penjual pentol melainkan murni hasil perbuatan

konsumen sendiri yaitu memberikan sambal pedas yang berlebih pada

sajian pentol karena pada dasarnya konsumen tersebut menyukai

makanan pedas dan mengakibatkan perut konsumen tersebut terasa

sakit.

2. Pemasaran pada usaha pentol maknyus telah sesuai dengan etika bisnis

Islam. Dalam usaha tersebut distribusi barang kepada konsumen telah

74
75

sesuai dengan etika bisnis Islam. Dalam distribusi tidak ditemukan

adanya nilai-nilai yang menyimpang etika bisnis islam. Hanya saja

dalam trasnparasi produk kepada konsumen masih minim tetapi tidak

sampai menyalahi etika bisnis Islam. Mengenai ungkapan perbedaan isi

dalam satu porsi hal tersebut murni kenakalan dari karyawan usaha

tersebut, tidak ada perintah dari sang pemilik. Dan karyawan akhirnya

diberhentikan oleh sang pemilik karena kurang memiliki etika yang

baik.

B. Saran

Dengan selesainya penelitian ini, untuk pengembangan lebih lanjut

maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pemilik usaha diharapkan selalu mempertahankan aturan-aturan

serta prinsip-prinsip syariah yang telah mereka terapkan diperusahaan

ini. Dan menjadikan suatu pedoman untuk para calon pembisnis yang

hendak ingin melakukan suatu bisnis. Sebaiknya memperhatikan setiap

aturan yang ingin ditetapkan nantinya dan bukan hanya untuk

kepentingan duniawi semata tetapi juga selalu menetapkan semua aturan

yang telah diperintah Allah Swt kepada kita. Agar apa yang telah kita

kerjakan selalu diridhoi oleh Allah Swt.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharap mampu Melakukan pengembangan

teori etika bisnis islam agar dapat membantu diri sendiri maupun

masyarakat khususnya para pemilik usaha dan juga para peniliti Lebih

meningkatkan ketekunan diri dalam mencari, mengolah, dan


76

menganalisis data penelitian dengan harapan lebih baik dari penelitian

sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alma, Buchari dan Donni Junia Priasa. Manajemen Bisnis Syari’ah. Bandung:
Alfabeta, 2009.

Arifin, Johan. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press, 2009

Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk
Dunia Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013.

Badroen, Faisal, dkk.. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006.

Beekun, Rafik Isa. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Pusaka Pustaka, 2004.

---------. Islamic Business Athics terjemahan. Pent. Muhammad. Pustaka Pelajar


Jakarta, 2004.

Chasanah, Siti Uswatun. Pemasaran Sosial Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish,


2013.

Chaudhry, Muhammad sharif. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Perdana


Media Group, 2012.

Departemen Agama RI. Al Qur’an Al Karim dan Terjemahannya. Semarang: PT.


Karya Toha Putra, 1995.

Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Islami Tataran Teoritis Dan Praktis. Malang:
UIN Malang Press, 2008.

Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan
Moral Ajaran Bumi. Jakarta: Penebar Plus, 2012.

Gulo, W.. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo, 2004.

Hermawan, dan Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing. Bandung: Mizan,


2006.

Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: Raja grafindo Persada, 2006.

---------, Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group, 2010.
Keraf, Sony. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius,
1998.

Kotler, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Indeks kelompok Gramedia, 2003.

Muhammad, Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002

Mulyawan, Setia. Manajemen Keuangan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Muslich, Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Ekonisia, 2010.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi


Aksara, 2003.

Nazir, Moh.. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Rianti, M. Nur, dan Al-Arif. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Pt Era Adicitra
Intermedia, 2011.

Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. Islamic Ekonomic. Jakarta: Bumi Aksara,
2009.

Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.


Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2008.

Sujarweni, Wiratna. Manajemen Keuangan Teori, Aplikasi dan Hasil Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017.

Sule, Ernie Trisnawat dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group, 2005.

Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009.

Velasquez, Manuel G. Etika Bisnis Konsep dan Kasus. Yogyakarta: Penerbit


Andi, 2005.

Jurnal

Ermawati Usman. “Perilaku Produsen Dalam Etika Bisnis Islam Suatu Upaya
Perlindungan Konsumen”. Jurnal Hunafa, 03 2017.

Rofi’ah, Khusniati. “Urgensi Etika di dalam Sistem Bisnis Islam.” Justitia


Islamica. 02 2014.
Sampurno,Wahyu Mijil. “Penerapan Etika Bisnis Islam Dan Dampaknya
Terhadap Kemajuan Bisnis Industry Rumah Tangga.” Journal Of Islamic
Economic Lariba. 02 2016.

Sarah wijayanti putri, “System Ekonomi Islam Dengan Aspek Kehidupan


Masyarakat Madani Ditinau Dari Hukum Islam,” al-adalah, 02 2010.

Skripsi

Fahrona, Nur Fitria. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam di Home Industry
Tempe Bendul Merisi Surabaya dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Ekonomi Keluarga,. Skripsi. Surabaya: Uin Sunan Ampel, 2015.

Husna, Hania. “Pengaruh Penerapan Nilai-Nilai Islam Pada Bank BNI Syariah
Banda Aceh Terhadap Semangat Kerja Karyawan.” Skripsi, Banda Aceh:
UIN Ar-Raniry, 2018.

Mursidah, Umi. Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli di Pasar
Tradisional. Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan, 2017.

Puspitasari, Laili Latifah. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Tingkat
Profitabilitas Rumah Yoghurt Berdasarkan Perspektif Karyawan. Skripsi.
Malang: UIN Malang, 2015.
Prasetio, Fery. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Daging Sapi di Toko
Pojok Jaya Ponorogo. Skripsi. Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2015.

Fitriani, “Nilai-nilai Islam Dalam Berwirausaha Pada Masyarakat Desa


Manimbahoi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.” Skripsi Makasar: UIN
Alauddin, 2017.

Internet

Abrar, “Polisi Tetapkan Penual Cilok Kasus Keracunan,”


Https://Www.Google.Com/Amp/S/M.Medcom.Id/Amp/Ybdqpppk-Polisi-
Tetapkan-Penjual-Cilok-Tersangka-Kasus-Keracunan, (Diakses Pada 26 Oktober
2021 Pukul 22.15)

Adm, “Bisnis dan Etika Islam”.


http://stebisdarussalamoki.ac.id/index.php?id=artikel&kode=1 di akses tanggal 1
April 2021 pukul 00:15 WIB.

Anggeng Rasmi, “Kasus Penjual Bakso Ludahi Mangkok Pelanggan : Disuruh


Dukun Agar Laris, Akan Dibina,”
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Newsmaker.Tribunnews.Com/Amp/2020/06/2
9/Populer-Update-Kasus-Penjual-Bakso-Ludahi-Mangkok-Pelanggan-Disuruh-
Dukun-Agar-Laris-Akan-Dibina, (Diakses Pada 26 Oktober 2021 Pukul 22:10).
M Iqbal Fahmi, “Ingin Laris Seorang Penjual Cilok Beri Bonus Video Porno ke
Siswa Sd,”
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Amp.Kompas.Com/Regional/Read/2018/04/06
/15513521/Ingin-Laris-Seorang-Penjual-Cilok-Beri-Bonus-Video-Porno-Ke-
Siswa-Sd. Diakses Pada 26 Oktober 2021 Pukul 22:05).

Odi, “Ancaman Pidana 5 Tahun Penjara Atau Denda Rp 2 Miliar Bagi Para
Pengoplos Daging,” Https://Food.Detik.Com/Info-Kuliner/D-2577526/Ancaman-
Pidana-5-Tahun-Penjara-Atau-Denda-Rp-2-Miliar-Bagi-Para-Pengoplos-Daging,
Diakses Pada 10 Juni 2021 Pukul 13:23.
“Tips Pengelolaan Menejemen Keuangan Untuk UKM.”
Http://Www.Berdesa.Com/Tips-Pengelolaan-Manajemen-Keuangan-Untuk-
Ukm/, diakses pada tanggal 23 Februari 2019 pukul 11:16 WIB.

Try, “Pemilik Bakso Ayam Tiren di Bantul di Tangkap”,


Https://News.Detik.Com/Berita/D-2003537/Pemilik-Bakso-Ayam-Tiren-Di-
Bantul-Ditangkap-, (Diakses Pada 26 Oktober 2021 Pukul 22.00).

Anda mungkin juga menyukai