Anda di halaman 1dari 8

1 1001 BAHAYA INTERAKSI OBAT OXYCONTIN DENGAN ALKOHOL

Nur Alfitrayani, Muh. Lahamuddin, Siti Hadijah Kartika Putri, Maria Tandiarrang,
Nur Ainun Ramadhani, Irda Rahayu Putri, Dewi Permata Lestari, Rhezky Awalia
Anwar

ABSTRAK
Opioid merupakan salah satu golongan obat yang sering digunakan dalam menangani pasien dengan nyeri
yang berat. Salah satu efek yang ditimbulkan oleh obat-obat golongan opioid adalah efek analgesik ya ng
menyebabkan terjadinya persepsi penurunan rasa nyeri, penurunan reaksi terhadap rasa sakit serta
toleransi sakit meningkat. Opioid juga dikenal karena kemampuannya untuk menghasilkan perasaan
euforia. Salah satu jenis analgesik golongan opioid yang paling banyak digunakan adalah Oxycontin yang
mengandung senyawa Oksikodon sebagai zat aktifnya karena obat ini bereaksi pada sistem saraf sama
halnya dengan heroin dan opium. Oxycontin adalah salah satu obat legal yang menyebabkan candu.
Penggunaan Oxycontin sangat berbahaya terutama ketika digunakan bersama alkohol karena dapat
menyebabkan overdosis. Kombinasi alkohol dan oxycontin menyebabkan kerusakan pada sistem saraf
pusat seperti sedasi mendalam, depresi pernafasan, koma, dan kematian juga dapat terjadi akibat
penggunaan bersamaan dari Oxycodone dengan alkohol. Studi observasional telah menunjukkan bahwa
penggunaan bersama analgesik opioid dan depresen SSP meningkatkan risiko kematian terkait obat
dibandingkan penggunaan analgesik opioid saja.

Kata kunci: Opioid, Oxycontin, Analgesik, Alkohol

ABSTRACT
Opioids are one of the classes of drugs that are often used in treating patients with severe pain. One of the
effects of opioid drugs is the analgesic effect of causing a perception of decreased pain, decreased reaction
to pain and increased pain tolerance. Opioids are also known for their ability to produce feelings of
euphoria. One of the most widely used types of opioid analgesics is Oxycontin which contains Oksikodon as
its active substance because it reacts to the nervous system as well as heroin and opium. Oxycontin is one
of the legal drugs that cause opiate. The use of Oxycontin is very dangerous especially when used with
alcohol because it can cause an overdose. The combination of alcohol and oxycontin causes damage to the
central nervous system. Deep sedation, respiratory depression, coma, and death can also occur due to
concurrent use of Oxycodone with alcohol. Observational studies have shown that joint use of opioid
analgesics and CNS depressants increases the risk of drug-related death compared to opioid analgesics
alone.

Keywords: Opioid, Oxycontin, Analgesic, Alcohol

PENDAHULUAN

Nyeri merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia. Nyeri secara fisik
identik dengan kehidupan manusia. Berbagai macam obat penghilang rasa nyeri,
mulai dari nyeri ringan, sedang, hingga berat. Obat akan memberikan efek
dengan baik jika digunakan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Begitupun
sebaliknya jika obat disalahgunakan, maka efek yang timbul pun tidak baik.
Contoh obat yang sering disalahgunakan yaitu golongan opioid.
Pada kasus overdosis opiod yang dialami oleh sembilan mahasiswa di University
of California, diketahui bahwa mahasiswa tersebut telah mengonsumsi obat
Oxycontin yang tidak diketahui jumlahnya. Mahasiswa tersebut dilarikan ke
rumah sakit karena sudah tidak sadarkan diri. Dalam kasus ini menurut saksi salah
seorang teman dari korban menceritakan bahwa korban telah meminum alkohol
bersamaan dengan obat penghilang rasa nyeri yaitu oxycontin, dimana diketahui
bahwa ketika obat oxycontin diminum dengan alkohol akan menimbulkan efek
depresi pernapasan, koma, hingga kematian. Hal ini dikarenakan alkohol dapat
mengubah atau menganggu aktivitas neurontranmitter. Neurontransmiter
merupakan pengirim rangsangan utama yang ada diotak manusia (asam amino
glutamate), ketika neurontransmiter terganggu akan mempengaruhi fungsi otak
dan memberikan efek berumur pendek.
Diagnosis dokter berdasarkan pada efek yang timbul yaitu overdosis obat
oxycontin. Oxycontin dengan senyawa Oxycodone sebagai zat aktifnya diketahui
memiliki liposolubilitas yang mirip dengan morfin, secara signifikan lebih sedikit
larut dalam lemak. Koefisien partisi oxycontin dan morfin masing-masing adalah
0,7 dan 0,5 atau 1,7 dan 1. Ikatan protein oksikodon (44-46%) mendekati morfin
(38%) dan tidak dipengaruhi oleh glikoprotein asam α1. Dalam paper yang akan
dibuat kali ini, akan dibahas mengenai kasus overdosis tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

A. OPIOID
Opioid merupakan senyawa alami atau sintesis yang menghasilkan efek mirip
morphine. Semua obat dalam kategori ini bekerja dengan berikatan pada reseptor
opioid yang spesifik di SSP untuk menghasilkan efek yang menyerupai kerja
neurotransmiter peptide endogen (misalnya, endorphin, enkefalin, dinorfin).
Opioid memiliki efek yang hebat dalam mengatasi nyeri akibat trauma atau
penyakit, seperti kanker. Availabilitasnya telah menyebar luas sehingga banyak
kalangan telah menyalahgunaan opioid-opioid yang memiliki sifat euforik sehingga
terjadi ketergantungan yang menjadi masalah pada pasien yang sedang menjalani
terapi nyeri yang hebat, seperti pada kanker atau nyeri akut pada pasien dengan
sakit terminal. Antagonis yang dapat membalikkan kerja opioid juga sangat
penting dalam klinis untuk digunakan jika terjadi overdosis karena opioid dapat
mempengaruhi aksi hipotalamus-pituitari-adrenal atau gonad [1] .

Gambar 1. Rumus Struktur Oxycontin


Oxycodone (Oxycontin) adalah opioid agonis murni yang tindakan terapeutik
utamanya adalah analgesia. Molekul oxycontin terdiri dari dua planar (A dan B)
dan dua cincin alifatik. Oxycodone bekerja di reseptor μ-opioid spesifik ligand dan
memiliki sifat agonis yang jelas, yang memiliki afinitas mengikat lebih tinggi pada
pasien dengan nyeri kronis akibat kanker. Kelas farmakologi lainnya yang dikenal
sebagai agonis opioid termasuk zat seperti morfin, hydromorphone, fentanil,
kodein, dan hidrokodon.
Efek farmakologis dari opioid agonis yaitu termasuk euphoria, perasaan relaksasi,
depresi pernafasan, sembelit, miosis, dan penekan batuk, serta analgesia. Seperti
semua opioid murni analgesik agonis, dengan peningkatan dosis ada peningkatan
analgesia, tidak seperti campuran agonis / antagonis atau analgesik non-opioid, di
mana ada batas untuk efek analgesik dengan peningkatan dosis. Dengan analgesik
agonis opioid murni, tidak ada batas maksimum yang ditentukan; untuk efektivitas
analgesik hanya berefek pada efek samping yang lebih serius, yang mungkin
terjadi depresi pernafasan [2].
Overdosis akut dengan oxycodone dapat dilihat oleh depresi pernafasan, yang
mengalami pingsan atau koma, kelenturan otot skeletal, kulit dingin dan
berkeringat, pupil yang terbatas, bradikardia, hipotensi, dan kematian. Kematian
karena overdosis telah dilaporkan bahwa penyalahgunaan OxyContin® dengan
menelan, menghirup, atau menyuntikkan tablet yang hancur. Tinjauan laporan
kasus menunjukkan bahwa risiko overdosis yang fatal semakin meningkat ketika
OxyContin® disalahgunakan bersamaan dengan alkohol atau depresan SSP lainnya,
termasuk opioid lainnya. Dalam pengobatan overdosis oxycodone, hal utama yang
harus diberikan yaitu membangun kembali jalan napas pasien dan membuka
ventilasi. Tindakan pendukung (termasuk oksigen dan vasopressor) harus
digunakan dalam manajemen syok sirkulasi dan edema paru yang disertai
overdosis seperti yang diindikasikan[4].
B. ALKOHOL
Minuman beralkohol menurut peraturan presiden Nomor 74 Tahun 2013,
minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat
dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. Minuman
beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor dikelompokan
dalam golongan sebagai berikut[3]:
a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol dengan kadar sampai dengan 5% (lima persen);
b. Minuman beralkohol golongan B minuman yang mengandung etil alkohol atau
etanol dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua
puluh persen);
c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai
dengan 55% (lima puluh lima persen).
Minuman beralkohol berdampak bagi kesehatan. Bukan hanya kesehatan fisik
tetapi juga kesehatan psikis.
a. 1. Dampak Fisik
Menurut Mulyadi (2014) konsumsi campuran minuman keras dan zat lain
menyebabkan efek dari dua substansi yang berpengaruh negatif terhadap tubuh.
Minuman keras yang dicampur minuman berenergi, misalnya, dapat
menyebabkan pengguna:
a. Mampu meminum lebih banyak;
b. Mengalami efek samping fisik seperti palpitasi jantung,
c. Mengkonsumsi sejumlah besar kafein, yang menyebabkan kecemasan dan
serangan panic,
d. Mengkonsumsi gula dan kalori terlalu banyak sehingga menyebabkan
kelebihan berat badan dan menambah risiko diabetes tipe 2, dan
e. Meningkatkan kemungkinan masalah kesehatan jangka pendek dan panjang.
b. 2. Dampak psikologis
Efek dari alkohol atau obat lainnya berbeda dari satu orang ke orang
lainnya (Nevid, Ratus, Greene, 2005). Efek tersebut mencerminkan interaksi dari:
1) Efek psikologis zat dan,
2) Interpretasi seseorang akan efek tersebut.
C. GANGGUAN NEUROTRANSMITTER SISTEM.
D. Sel-sel otak yaitu neuron, berkomunikasi menggunakan bahan kimia tertentu
disebut neurotransmiter. Neuronal komunikasi terjadi disinaps, di mana sel
melakukan kontak. Reseptor sinaptik khusus pada permukaan neuron sensitif
terhadap neurotransmiter tertentu. Alkohol bisa mengubah aktivitas
neurotransmiter dan menyebabkan neuron merespon (eksitasi) atau
mengganggu (inhibition) (Weiss dan Porrino 2002), dan jumlah alkohol yang
berbeda dapat mempengaruhi fungsi pemancar neuron yang berbeda. Selama
beberapa hari, reseptor menyesuaikan dengan zat kimia dan keadaan di
lingkungannya, seperti perubahan yang terjadi dengan konsumsi alkohol kronis,
dan ketidakseimbangan dalam aksi neurotransmiter dapat menghasilkan kejang,
sedasi, depresi, agitasi, dan gangguan suasana hati dan perilaku lainnya.
Neurotransmitter rangsang utama di otak manusia adalah asam amino glutamat.
Alkohol dalam jumlah kecil telah terbukti mengganggu glutamate action.
Gangguan ini bisa mempengaruhi beberapa fungsi otak, termasuk memori, dan
itu mungkin menjelaskan kondisi berumur pendek disebut sebagai "Pemadaman
alkohol." konsumsi Alkohol kronis meningkatkan glutamat situs reseptor di
hippocampus, sebuah daerah dalam sistem limbik yang sangat penting ke
memori dan sering terlibat dalam kejang epileptic.

PEMBAHASAN

Kasus yang dialami oleh mahasiswa di Universitas California yaitu overdosis obat
Oxycontin setelah meminum alkohol. Oxycodone adalah agonis opioid yang
tindakan terapeutiknya adalah analgesia. Oxycodone memiliki afinitas untuk
reseptor opiat kappa, mu dan delta di otak dan sumsum tulang belakang.
Oxycodone mirip dengan morfin dalam aksinya. Tindakan farmakologis lainnya
dari oxycodone berada dalam sistem saraf pusat (depresi pernafasan CNS,
antitusif, ansiolitik, penenang dan miosis), otot polos (konstipasi, penurunan
lambung, sekresi empedu dan pankreas, dan peningkatan sementara serum
amilase) dan kardiovaskular sistem (pelepasan histamin dan/atau vasodilatasi
perifer, mungkin menyebabkan pruritus, kemerahan, mata merah, berkeringat
dan/atau hipotensi ortostatik) yang apabila dikombinasikan dengan alkohol maka
dapat mengakibatkan resiko kesehatan yang berbahaya seperti meningkatnya
risiko pankreatitis, penyakit hati, dan berbagai bentuk penyakit kanker (termasuk
mulut, esophagus, faring, laring, hati, dan payudara). Selain itu,kombinasi
oxycontin dan alkohol juga dapat menyebabkan penekanan system saraf pusat,
seperti depresi pernafasan berat, koma, dan kematian [2] .
Efek yang paling umum ditimbulkan oleh kombinasi antara alkohol dan oxycontin
adalah terjadinya depresi pernapasan dan kerusakan hati. Terjadinya depresi
pernapasan diakibatkan interaksi alkohol dan GABA. Bukti yang ada menunjukkan
bahwa alkohol awalnya mempotensiasi efek GABA (yaitu, meningkatkan
penghambatan, dan seringkali otak menjadi sedikit terbius). Namun, seiring
waktu, konsumsi alkohol berlebihan mengurangi jumlah reseptor GABA, dan
mengakibatkan overeksitasi seluruh otak sehingga probabilitas terjadinya
epilepsi, kejang dan disertai depresi pernapasan meningkat. Alkohol dapat
mengubah pelepasan Oxycontin di dalam tubuh sehingga lebih cepat terlepas dan
termetabolisme. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan euforia, sedasi, resiko
yang besar tehadap kecanduan, dan peningkatan resiko masalah pernapasan.
Oxycodone mengakibatkan depresi pernafasan dengan tindakan langsung pada
pusat pernapasan di batang otak[5].
Overdosis alkohol dan opioid berpotensi menyebabkan kematian karena dapat
mengurangi fungsi pernapasan. Obat-obat golongan opioid tertentu seperti
kodein, propoxyphene, dan oxycodon diproduksi sebagai produk kombinasi yang
mengandung asetaminofen. Karena hal inilah penggunaan Oxycontin bisa sangat
berbahaya ketika bersama alkohol karena alkohol dapat meningkatkan
metabolismenya yang kemudian akan menjadi produk bersifat toksik dan
berpotensi mengakibatkan kerusakan hati ketika terakumulasi [6] dan ketika
alkohol dan oxycontin di metabolisme di tubuh dimana enzim yang berperan
adalah CYP3A4 dimana alkohol memiliki afinitas yang lebih dibandingkan
oxycontin sehingga terjadi akumulasi oxycontin dalam tubuh yang dapat
menyebabkan toksis dan juga proses pengeluarannya yang dihambat [6].

KESIMPULAN

Dari hasil analisa dan tinjauan beberapa pustaka yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa yang ditengarai overdosis oxycontin golongan
opioid. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan jelas dari analisis kasus
yang menjawab permasalahan yang diangkat.

REFERENSI

1. Harvey, R.A dan Champe, P.C Farmakologi Ulasan Bergambar , Edisi 5.


Jakarta: EGC. 2013
2. Anonim. Oxycodone Controlled Release Tablets. BNM Group. 2017
3. Irmayanti, A. Penyalahgunaan Alkohol di Kalangan Mahasiswa. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2015
4. Kalso, Eija. Proocedings of the Clinical Pharmacology of Opioids with Special
Attention to Long-Acting Drugs : Oxycodone. Finland. 2005
5. Berman, Marlene Oscar and Ksdnija Marinkovic. Alcoholism and The Brain:
and Overview. National and Alcohol Abuse and Alcoholisngrants. 2003
6. Ron Weathermon, Pharm.D., and David W. Crabb, M.D. Alcohol and
Medication Interactions. International Journal of Addictions. 2013
7. Magnusson, Jan and Jan Mulder. Opioid induced neurotoxicity.
Communication. 2001
8. https://sites.tufts.edu/alcoholmetabolism/the-biological-
pathway/cytochrome-p450-2e1/ diakses tanggal 30 April 2018, pukul 14.33
9. Lalovic, B. Quantitative contribution of CYP2D6 and CYP3A to oxycodone
metabolism in human liver and intestinal microsomes. US National Library of
medicine National institutes of health. 2004
10. Heit, Claire. The Role of CYP2E1 in Alcohol Metabolism and Sensitivity in the
Central Nervous System. . US National Library of medicine National institutes
of health. 2015
11.

HASIL DISKUSI PANEL

1. Sri Wahyuni.
Kenapa efek samping interaksi Oxycontin dan alkohol meyebabkan kanker
hati? Karena formulasi oxycodon mengandung asetaminophen, dimana
diketahui bahwa asetaminophen memiliki sifat toksik terhadap hati bila
dikonsumsi secara berlebihan[6]

Apakah dosis yang digunakan dari oxycodon yang menyebabkan efek


samping? Dosis penggunaan oxycodon adalah 5 mg, jika dilihat pada kasus
mahasiswa yang overdosis penggunaan dari oxycodon tidak diketahui
jumlahnya.

2. Tri Dewi Astuti


Bagaimana mekanisme kerja penurunan GABA dapat menyebabkan
depresi pernapasan? Pada umumnya peningkatan GABA yang dapat
menyebabkan depresi pernapasan dkarenakan dengan berikatannya
GABA dengan reseptornya akan menyebabkan Cl - masuk ke dalam sel dan
menyebabkan depolarisari/ tidak adanya penghantaran impuls.

3. Rukayyah
Apakah semua alkohol menyebabkan kematian? Hasil metabolisme
alkohol adalah acetaldehyde yang merupakan senyawa bersifat toksik [6]
dan umumnya bersifat sangat reaktif. Bila acetaldehyde didistribusikan
ditubuh maka akan memberikan efek perubahan dalam fungsi sel glial dan
diferensiasi. Perubahan perilaku termasuk euforia, ansiolitik, hipnotik,
amnesia (kehilangan memori) dan agresi[10]

4. Stephanie
Mengapa oxycontin dapat menyebabkan epilepsi? Secara umum, opioid
akan menginduksi neurontoksisitas yang untuk menggambarkan gejala
gangguan kognitif, sedasi yang parah, halusinasi, mioklonus, kejang dan
hiperalgesia[7]

5. Kak Ara dan kak ama


Apakah oxycodon yang menyebabkan toksik atau hasil metabolitnya?
Oxycodon memiliki metabolit yakni Oxymorphone, a 3-O-demethylation
yang merupakan opioid yang 3 sampai 5 kali lebih kuat afinitasnya
terhadap reseptor µ daripada morphine oleh enzim CYP2D6. Metabolit
lainnya yakni noroxycodone yang memiliki efek analgesia dari oxycodon
oleh enzim CYP3A4[9]

6. Kak Ari
Bagaimana afinitas alkohol dengan CYP? Ketika konsentrasi alkohol rendah
maka CYP2E1 akan bertanggung jawab untuk proses metabolisme alkohol
sebanyak 10%, tetapi ketika konsentrasi alkohol meningkat maka aktivitas
CYP2E1 juga akan meningkat[8]

Bagaimana afinitas oxycontin dengan CYP? Metabolisme oxycontin


melibatkan 2 enzim CYP yakni CYP2D6 dan CYP3A4 selain itu terdapat juga
enzim CYP3A5 yang memiliki afinitas dengan oxycontin lebih tinggi
dibandingkan CYP3A4[9]

Apa enzim yang berperan untuk metabolisme Oxycontin dan alkohol?


Enzim yang berperan untuk metabolisme Alkohol yakni CYP2E1 dan juga
melibatkan enzim CYP3A4 dan CYP1A2, sedangkan untuk oxycontin
memilliki 2 metabolit yang masing-masing di metabolisme oleh CYP3D6
dan CYP3A4 [6]

Apa hasil metabolisme dari alkohol dan berapa kali metabolismenya?


Alkohol dimetabolisme dihati sebanyak 2 kali dimana akan dipecah
menjadi acetaldehyde oleh alkohol dehydrogenase (ADH) atau sitokrom
P450 (CYP). Acetetaldehid akan dipecah menjadu asam asetat dan air
dengan 2 variasi enzim aldehide dehydrogenase (ALDH). Metabolisme
alkohol oleh ADH akan menghasilkan produk yang menurunkan NADH.
NADH ini akan menghambat produksi glukosa, memecah molekul lemak [6]

Apa hubungan oxycontin, alkohol dan enzim metabolisme? Oxycontin


memiliki metabolit berupa noroxycodone yang dimetabolisme oleh
CYP3A4, dimana dengan interaksi dengan alkohol akan menyebabkan
oxycontin dan alkohol bersaing untuk metabolisme oleh CYP3A4. Alkohol
memiliki beberapa enzim pemetabolisme yakni CYP2E1, CYP3A4 dan
CYP1A2 [6]

Anda mungkin juga menyukai