Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PEMERIKSAAN II

DI SUSUN
OLEH
RIZKY DHAMAYANTI
III.A / D.IV FISIOTERAPI
PO714241161036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
PROGRAM STUDI D.IV JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2019
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA PRODI D.IV

JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL


MATA KULIAH : PEMERIKSAAN FT. II
HARI/ TANGGAL : RABU, 16 JANUARI 2019
WAKTU : 120 MENIT
DOSEN : HJ. HASNIA AHMAD, S.Pd. S.St.Ft, M.Kes
A. HALIMA, S.St.Ft, M.Adm.Kes

SOAL KASUISTIK

Seorang pasien laki – laki usia 45 th, pekerjaan wiraswasta, datang ke klinik Fisioterapi
dengan keluhan nyeri, numbness, tingling, defisit sensorik dan disfungsi motorik yang terasa
mulai dari leher sampai ke shoulder, lengan, tangan, dan jari – jari tangan. Hasil pemeriksaan
X-Ray, MRI memperlihatkan adanya degenerasi / spondylosis pada segmen C3-C5.

Pertanyaan :

Sebagai seorang fisioterapis apa saja yang akan anda lakukan untuk mempertegas pasien
tersebut di atas, dan kasus apa yang dialaminya ?
Lembar Jawaban
Nama : Rizky Dhamayanti

Kelas : III.A / D.IV Fisioterapi

Nim : PO714241161036

1. Sebelum kita melangkah untuk melakukan hal – hal yang perlu dilakukan terhadap kasus

tersebut di atas, ada baiknya kita mengetahui secara umum tentang apa itu spondylosis

yang terjadi akibat syndrome cervical.

Spondylosis adalah penyakit degeneratif pada cervical yang ditandai dengan

klasifikasi atau pertumbuhan osteofit pada corpus vertebra dan degenerasi diskus. Atau dapat

diartikan Spondylosis cervical adalah kondisi kronik degenerasi diskus pada cervikal dengan

atau tanpa hernia diskus, pertumbuhan kalsifikasi dan osteofit pada corpus vertebra.

Spondylosis cervikal berkaitan dengan proses penuaan, dan sangat berkaitan

dengan beban aksial intriksik yang berasal dari berat kepala sepanjang hidup. Beberapa posisi

dalam aktifitas pekerjaan yang menuntut gerak fleksi, ekstensi, atau gerak fleksi yang ekstrim

pada cervikal secara berulang-ulang atau dalam waktu yang lama dapat menyebabkan

perubahan degeneratif pada cervikal spine.

Adapun gambaran klinik untuk kasus spondylosis yaitu :

• Nyeri tengkuk dan kekakuan tanpa radiasi nyeri atau radiasi nyeri kearah shoulder dan

interscapu-laris.

• Nyeri dan kaku muncul saat bangun pagi hari.

• Sering dijumpai spasme upper trapezius, levator scapulae, ekstensor cervical.

• Postur cervical nampak berkurang lordosis atau biasa kelihatan forward head position

• Posisi akhir fleksi dan akhir lateral fleksi terasa nyeri tertarik.
Selanjutnya hal yang akan kita lakukan untuk mempertegas kondisi pasien
tersebut diantaranya :
A. Anamnesis
 Anamnesis Umum
Nama : Tn. L
Usia : 45 th
Pekerjaan : Wiraswasta

 Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Nyeri, numbness, tingling
Lokasi keluhan : Leher sampai ke Shoulder
Sifat keluhan : Menjalar
Riwayat penyakit :-
Pemeriksaan penunjang : X-Ray dan MRI
B. Sistem Review
Kardiopulmonal Tidak ada gangguan
Neuromuscular Terjadi defisit sensorik, disfungsi
motorik, dan numbness atau mati rasa
Musculoskeletal Adanya nyeri, tingling atau kram otot
yang terjadi di leher menjalar ke
shoulder, tangan, dan jari – jari
tangan.
Integumen Tidak ada gangguan

C. Inspeksi
 Statis
a. Pasien mengalami defisit sensorik
b. Pasien mengalami disfungsi motorik
 Dinamis
a. Pasien merasakan nyeri, numbness, dan tingling apabila fisioterapis melakukan
gerakan di bagian leher pasien.
b. Pasien mengeluh adanya nyeri, numbness, dan tingling pada saat fisioterapis
melakukan gerakan di shoulder.
c. Pasien mengeluh adanya nyeri, numbness, dan tingling pada saat fisioterapis
melakukan gerakan di tangan dan jari – jari tangan.
 Palpasi
a. Fisioterapis mempalpasi otot yang terdapat di bagian leher, shoulder, dan wrist
pasien untuk mengetahui apakah ada spasme atau tidak. Cara melakukan palpasi
adalah dengan menekan atau meraba bagian yang akan di palpasi.
D. Pemeriksaan Fungsi Gerak
 Gerak aktif
Dalam pemeriksaan fungsi gerak aktif fisioterapis memberikan contoh gerakan
kemudian menginstruksikan kepada pasien untuk mengikuti gerakan tersebut secara aktif atau
tanpa bantuan fisioterapis. Hal yang menjadi penilaian dalam gerakan ini adalah koordinasi
gerakan, pola gerak, nyeri, dan ROM aktif. Adapun contoh gerakannya yaitu :
 Gerak pasif
Dalam pemeriksaan fungsi gerak pasif, sama halnya dengan gerak aktif. Yang

membedakan hanyalah gerakan ini dibantu oleh fisioterapis untuk memperoleh informasi

tentang ROM pasif, stabilitas sendi, nyeri, end fell, capsular pattern. Adapun contoh

gerakannya yaitu :

 Geral TIMT
Dalam gerakan TIMT, gerakannya sama dengan gerak aktif dan pasif yang

membedakan hanya tahanan dalam gerakan ini. Dimana fisioterapis menginstruksikan pasien

untuk melakukan gerakan dengan melawan tahanan yang diberikan oleh fisioterapis. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang nyeri pada musculotendinogen, kekuatan

otot isometrik, dan kualitas saraf motorik.

*Adapun pemeriksaan fungsi gerak berdasarkan kasus diatas, saya sebagai

fisioterapis hanya memeriksa fungsi gerak pada regio cervical karena nyeri berasal dari

cervical kemudian menjalar ke shoulder, tangan, dan jari – jari tangan. Jadi yang pemeriksaan

fungsi geraknya hanya dilakukan pada regio dimana nyeri itu berasal.
Jenis Gerakan Gerak Aktif Gerak Pasif TIMT

Sedikit nyeri
Sedikit nyeri
Fleksi Tidak nyeri (Tidak ada
(elastic endfeel)
kelemahan)
Tidak nyeri
Tidak nyeri
Ekstensi Tidak nyeri (Tidak ada
(hard endfeel)
kelemahan)
Nyeri
Nyeri
Lateral Fleksi Nyeri (Tidak ada
(elastic endfeel)
kelemahan)
Tidak nyeri
Tidak nyeri
Rotasi Tidak nyeri (Tidak ada
(elastic endfeel)
kelemahan)

E. Pemeriksaan spesifik
Dimana dalam pemeriksaan ini kita dapat mendapatkan informasi apabila dalam
melakukan anamnesis , inspeksi, pemeriksaan fungsi masih belum jelas sehingga dengan
pemeriksaan ini kita dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau problematika terhadap
keluhan yang dialami pasien.
Berdasarkan kasus diatas, pemeriksaan spesifik hanya dilakukan pada bagian
cervical. Adapun pemeriksaan spesifik yang dilakukan yaitu :
 Spurling test
 Compression test
 Distraction test
a. Compression test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada akar saraf cervical. Tes ini
dirancang untuk memrovokasi gejala.
Prosedur tes : - Pasien : duduk dengan posisi kedua lengan rileks di samping badan.
- Praktikkan : Meletakkan kedua tangan di atas kepala pasien. Dengan
kepala pasien dalam posisi neutral, praktikkan mengaplikasikan tekanan
ke arah bawah secara tegak lurus serta hati – hati di atas kepala pasien.
Positif tes : Nyeri radicular sepanjang distribusi dermatoma dari akar saraf yang
dipengaruhi.
Interpretasi : positif tes mengindikasikan gangguan pada foraminal dan penekanan pada
akar saraf.

Gambar : test compression test

b. Spurling test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada akar saraf cervical. Tes ini
dirancang untuk memrovokasi gejala.
Prosedur tes : - Pasien : duduk dengan posisi kedua lengan rileks di samping badan.
- Praktikkan : Meletakkan satu tangan untuk menstabilisasi shoulder
pasien dan tangan satunya merotasikan kepala pasien ke arah lateral
fleksi ke arah sisi keluhan, lalu aplikasikan tekanan ke arah bawah
dengan hati – hati di atas kepala pasien. Lakukan tes secara bilateral.
Positif tes : Nyeri radicular sepanjang distribusi dermatoma dari akar saraf yang
dipengaruhi.
Interpretasi : positif tes mengindikasikan gangguan pada foraminal dan penekanan pada
akar saraf.
Gambar : test spurling
c. Distraction test
Tujuan : Untuk pasien yang memiliki keluhan dengan gejala radicular pain. Tes ini
di rancang untuk meringankan gejala radicular pain.
Prosedur tes : - Pasien : duduk dengan posisi kedua lengan rileks di samping badan.
- Praktikkan : Meletakkan kedua ibu jari tangan disekitar occiput dan
jemari lainnya di sekitar temporal kepala pasien. Lalu, secara perlahan
lakukan distraksi ( angkat kepala pasien ).
Positif tes : Nyeri berkurang ketika kepala diangkat.
Interpretasi : Positif tes mengindikasikan penekanan pada akar saraf terbebaskan.

Gambar : Test distraksi


F. Tes dan Pengukuran
Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih obyektif dari
pemeriksaan yang telah dilakukan. Adapun jenis pengukuran yang dilakukan berdasaarkan
kasus di atas adalah sebagai berikut :
1. Tes sensorik
Tes ini diberikan untuk mendeteksi stimulasi eksternal yang ditujukan pada reseptor
di kulit dan membran mukosa.
a. Tes panas dingin ( suhu ),
Cara melakukan tes ini dengan menggunakan dua tabung reaksi dengan suhu air
dingin 5˚C dan air panas 45˚C. Kemudian fisioterapis memberikan sentuhan pada area
lengan, dan tungkai ( sesuai area dermatomnya ), dimana pasien dalam keadaan mata
tertutup.
b. Tes tajam tumpul ( nyeri )
Cara melakukan tes ini hampir sama dengan tes suhu, namun dalam tes ini
menggunakan jarum pentul untuk memperoleh respon tes sensasi nyeri yang
dirasakan pasien.
2. Tes Valsava
Tujuan : Untuk mengetahui adanya nyeri radikuler yang berpangkal di tengkorak
sevical dan menjalar ke lengan
Teknik : Pasien mengejan saat menahan nafas
3. Tes Naffsiger
Tujuan : Untuk mengetahui apa ada nyeri ridiculer yang melintasi kawasan
dermatomnya.
Teknik : Minta pasien untuk mengejan saat kedua vena jigularis ditekan.
4. VAS (Visual Analog Scale )
VAS digunakan untuk mengetahui seberapa besar nyeri yang dirasakan pasien.
Sesuai dengan keluhan nyeri yang dialami pasien pada kasus di atas, saya sebagai
fiioteraopis menggunan alat pengukuran nyeri yang dinamakan VAS.
Keterangan :
Skala 0-4 mm : Tidak nyeri
Skala 5 – 44 mm : nyeri ringan
Skala 45 – 74 mm : nyeri sedang
Skala 75 – 100 mm : nyeri berat

5. Tes Activity Daily Life ( ADL )


INDEX BARTHEL
Alat pengukuran ini digunakan untuk mengetahui kemampuan fungsional pada
pasien yang mengalami gangguan sistem saraf. Prosedur testnya : pasien dinilai dengan
menggunakan barthel indeks untuk menilai peningkatan pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien.
No Jenis Aktivitas Krteria
1 Saya dapat mengendalikan BAB 0 = tak dapat
1 = kadang-kadang
2 = selalu
2 Saya dapat mengendalikan BAK 0 = tak dapat
1 = kadang-kadang
2 = selalu
3 Saya dpt memelihara diri : (muka, 0 = selalu
rambut, gigi, cukur) Saya perlu 1 = tidak pernah
bantuan.
4 Jalan 0 = tidak dapat
1 = kadang - kadang
2 = dapat
3 = bebas penuh

5 Berpakaian 0 = tergantung orang


lain
1 = kadang-kadang
2 = bebas
6 Naik turun tangga 0 = tidak mampu
1 = perlu bantuan
2 = bebas
Interpretasi :
0 – 4 = Cacat sangat berat
5 – 9 = Cacat berat
 10 – 14 = Cacat sedang
 15 – 19 = Cacat ringan
 > 20 = Bebas & fungsi penuh

6. Pengukuran ROM ( Range Of Motion )


Pengukuran ROM dilakukan untuk mengetahui luas gerak sendi. Dan merupakan
salah satu parameter untuk menentukan suatu keadaan patologis pada sendi atau jaringan
sekitarnya. Adapun gerakan yang akan di ukur ROMnya berdasarkan kasus diatas yaitu :
a. Fleksi – Ekstensi Cervical
 Posisi subject duduk, shoulder difiksasi untuk mencegah fleksi / ekstensi Thoracal dan
Lumbal (dengan sandaran kursi)
 posisi cervical O derajat
 Center the fulcrum goniometer pada external auditory meatus
 Lengan prox. Goniometer tegak lurus atau paralel dengan lantai
 Lengan distal sejajar dengan basis hidung
 Tongue depressor disejajarkan dengan lengan goniometer (jika digunakan)

Gambar : fleksi Gambar : Ekstensi


b. Lateral Fleksi Cervical
 Posisi subjek duduk, shoulder difiksasi untuk mencegah lateral fleksi thoracal dan
lumbal (dengan sandaran kursi)
 Cervical O derajat
 Center the fulcrum goniometer pada proc. Spinosus C7
 Lengan proximal sejajar dengan proc. Spinosus thoracal sehingga tegak lurus
dengan lantai
 lengan distal pada dorsal midline kepala (reference occipital protuberance)

Gambar : Lateral Fleksi


c. Rotasi Cervical
 Posisi subjek duduk, shoulder difiksasi untuk mencegah rotasi thoracal dan lumbal.
 Cervical O derajat
 Center the fulcrum goniometer pada pusat bagian atas kepala
 Lengan prox. Sejajar dengan garis imanjinasi antara kedua proc. Acromion
 Lengan distal sejajar dengan ujung hidung
 Lengan distal sejajar dengan tongue depressor (jika digunakan)

Gambar : Rotasi Cervical


7. Pengukuran MMT ( Manual Muscle Testing )
Manual muscle testing dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot pasien.
Berdasarkan kasus diatas, ada beberapa pemeriksaan MMT yang dilakukan oleh fisioterapis
yaitu :
a. Fleksi shoulder
 Otot : Deltoid anterior, dan coracobrachialis
 Posisi pasien : duduk, lengan berada disamping badan, fleksi elbow,
kemudian pronasi
 Posisi Terapis : berdiri disamping pasien. Tangan memberikan tahanan pada
bagian distal humerus tepat diatas elbow. Stabilisasi shoulder menggunakan tangan
yang satunya.
 Instruksi ke pasien : angkat lengan anda ke atas sekuat mungkin. Tahan tahanan
yang saya berikan ( untuk grade 5,4 ). Grade 3,2,1 pasien melakukan fleksi
shoulder 90˚.
 Derajat :
Grade 5 (Normal) tahan pada posisi akhir (90º) dengan tahanan maksimal.
Grade 4 (Baik) tahan posisi akhir dengan setengah tahanan.
Grade 3 (cukup) : full hingga (90º) tapi tidak melawan tahanan
Grade 2 (Buruk) : setengah ROM dengan melawan gaya gravitasi
Grade 1 (Jelek) : pemeriksa merasakan atau melihat kontraksi pada otot
deltoid anterior tanpa adanya gerkan.
Grade 0 (Nol) : Tidak ada kontraksi otot.

Grade 5 dan 4 Grade 3 Grade 2 dan 1


b. Ekstensi shoulder
 Otot : Deltoid posterior dan latissimus dorsi
 Posisi pasien : Tidur tengkurap dengan lengan disamping dan shoulder
internalrotasi (palm up)
 Posisi Terapis : Berdiri disamping pasien tangan digunakan untuk untuk
memberikan tahanan pada posterior tepat diatas elbow.
 Instruksi ke pasien : Grade 5 dan 4: Angkat tangan anda setinggi mungkin. Jangan
biarkan jatuh ke bawah. Grade 3, 2, 1, dan 0 : Jangkaulah kakimu kemudian tahan,
jangan biarkan saya mendorong tanganmu kearah kepala.
 Derajat :
Grade 5 (Normal) tahan pada posisi akhir dengan tahanan maksimal.
Grade 4 (Baik) tahan posisi akhir dengan setengah tahanan.
Grade 3 (cukup) : full ROM hingga tapi tidak melawan tahanan
Grade 2 (Buruk) : setengah ROM dengan melawan gaya gravitasi
Grade 1 (Jelek) : pemeriksa merasakan atau melihat kontraksi pada otot tanpa
adanya gerkan.
Grade 0 (Nol) : Tidak ada kontraksi otot.

c. Fleksi wrist
 Otot : Flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris
 Posisi pasien :Pasien duduk dengan lengan bawah posisi supinasi disanggah
di meja. Pergelangan tangan posisi netral.
 Posisi Terapis : Tangan ftis berada dibawah wrist pasien/menyanggah. Satu
tangan memengang telapak tangan pasien , resisten diberikan pada tangan yang
dipegang.
 Instruksi ke pasien : untuk grade 5, 4, dan 3: Tekuk pergelangan tangan anda.
Tahan. Jangan biarkan saya membaliknya. Grade 2, 1, dan 0 tekuk pergelangan
tangan anda
 Derajat :
Grade 5 (Normal) tahan pada posisi akhir, dengan tahanan maksimal.
Grade 4 (Baik) tahan posisi akhir dengan setengah tahanan.
Grade 3 (cukup) : full ROM tapi tidak melawan tahanan
Grade 2 (Buruk) : setengah ROM dengan melawan gaya gravitasi
Grade 1 (Jelek) : pemeriksa merasakan atau melihat kontraksi pada otot tanpa
adanya gerkan.
Grade 0 (Nol) : Tidak ada kontraksi otot.

Gambar : Grade 5 dan 4 Gambar : Grade 3 Gambar : Grade 2, 1,, 0

d. Ekstensi wrist
 Otot : Ekstensor carp radialis longus dan brevis
 Posisi pasien : Pasien duduk. Fleksi elbow, pronasi lengan bawah, dan
disanggah di atas meja.
 Posisi Terapis : Duduk atau berdiri di depan pasien. Satu tangan ftis
memegang lengan bawah pasien. Tangan yang satunya memberikan resisten ,
diletakkan di permukaan dorsal metacarpal.
 Instruksi ke pasien : untuk grade 5, 4 : Angkat tangan anda. Grade 3 : angkat
tangan anda. Grade 2 , 1 , dan 0 : tekuk wrist anda ke belakang.
 Derajat :
Grade 5 (Normal) tahan pada posisi akhir, dengan tahanan maksimal.
Grade 4 (Baik) tahan posisi akhir dengan setengah tahanan.
Grade 3 (cukup) : full ROM tapi tidak melawan tahanan
Grade 2 (Buruk) : setengah ROM dengan melawan gaya gravitasi
Grade 1 (Jelek) : pemeriksa merasakan atau melihat kontraksi pada otot tanpa
adanya gerkan.
Grade 0 (Nol) : Tidak ada kontraksi otot.

Gambar : grade 5 dan 4 Gambar : grade 2 Gambar : Grade 1 dan O

G. Diagnosis Fisioterapi
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan untuk kasus di atas, saya
sebagai fisioterapis dapat menegakkan diagnosis yang sesuai dengan hasil yang
didapatkan dalam pemeriksaan dan pengukuran. Adapun diagnosisnya
fisioterapinya yaitu : “Gangguan Fungsional Leher akibat Cervical Syndrome
Et Causa Spondylosis C3-C5”.

H. Problematik Fisioterapi
 Anatomical impairment
1. Adanya nyeri yang terjadi pada cervical yang bersifat radicular
2. Terjadi tingling atau kram otot
3. Keterbatasan ROM
 Functional Limitation
Adanya kesulitan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas pasien.
Misalnya dalam melakukan aktivitas yang melibatkan cervical, pasien mengeluh
adanya nyeri. Kemudian pada saat melakukan aktivitas yang melibatkan shoulder,
tangan dan jari – jari tangan, pasien juga mengalami keterhambatan dan kelemahan
akibat nyeri yang menjalar dari cervical.
 Participical Destriction
Berdasarkan kasus di atas, pasien dalam melakukan aktivitas bekerja dan
bersosialisasi dengan masyarakat mengalami keterbatasan karena adanya kelemahan
disertai nyeri yang terjadi pada cervical dan menjalar ke shoulder, tangan dan jari –
jari tangan.
RERENSI
 http://eprints.ums.ac.id/35934/1/NASKAH%20PUBLIKASI,pdf
 http://fisiopq.blogspot.com/2010/12/penatalaksanaan-fisioterapi-pada_23.html?m=1
 Buku pemeriksaan fisioterapi, poltekkes Makassar
 Buku pemeriksaan tes spesifik musculoskeletal disorders
 Buku physical therapist test and measurement
 Materi MMT presentasi buku Daniel

Anda mungkin juga menyukai