Terapi pada penyakit glaucoma tergantung pada jenis galukoma yang diderita. Terapi untuk
glaucoma dibedakan menjadi terapi obat, laser dan terapi filtrasi. Pada tahapan awal galukoma akan
diberikan obat tetes dan obat oral. Obat tetes diberikan dengan fungsi untuk menurunkan tekanan
intraocular mata (Kementrian Kesehatan RI. 2015).
Tabel…Terapi pada glukoma yaitu dengan menurunkan tekanan intraokular dengan beberapa
obat yaitu, (Vaughan, Daniel G et all. 2012)
:
FUNGSI OBAT GOLONGAN NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
OBAT
Supresi pembentukan Penyekat -Tetes Timolol maleat 2x Sehari KONTRAINDIKA
aqueous humor adrenergic- 0,25 % dan 0,5 % SI : penyakit
beta(beta -Tetes Betaxolol 0,25 % obstruksi jalan
adenergik dan 0,5 % (selektif nafas kronik (asma)
blocking agen) reseptor b-1) dan defek hantaran
-Levobunolol 0,25 dan jantung
0,5 %
-Metipranolol 0,3%
CARTEOLOL 1%
1x @pagi
-Gel timolol maleate
0,1%, 0,25% dan 0,5%
-Supresi Agonis Apraclonidine 0,5% : 3x /hari Tidak untuk terapi
pembentukan aqueus adrenergic-a2 1% : sebelum jangka panjang
humor Epinefrin dan dan sesudah karena bersifat
-mencegah dipivefrin(jarang terapi laser takifilaksis
peningkatan tekanan digunakan) (hilangnya efek
intaokuler paska terapi dengan
terapi laser segmen berjalanya waktu)
anterior Insiden alergi
-terapi jangka
pendek kasus yang
susah disembuhkan
Tindakan terapi awal atau initial treatment yang telah diberikan berupa obat-obatan hanya
akan mengurangi tekanan intraocular dari pasien, penyembuhan atau terapi definitive untuk glaukoma
dapat dilakukan dengan operasi. Glaukoma sekunder dengan penyebab yang sudah diketahui akan
dioperasi sesuai etiologinya contohnya pada galukoma sudut tertutup sekunder akibat katarak akan
dilakukan operasi katarak dan iridektomi setelah tekanan intraokulernya berkurang menjadi 30mmHg
(Kementrian Kesehatan RI. 2015).
Tindakan operasi pada glaukoma relatif aman dengan komplikasi yang lebih kecil. Tindakan
operasi laser memerlukan waktu sekitar 5-15 menit sedangkan operasi filtrasi memerlukan waktu
sekitar 30-45 menit. Tindakan laser atau filtrasi yaitu dengan membuka jalan keluar untuk aqueous
humor sehinga tekanan intraokkule mata turun ke batas normal. Setelah operasi berhasil, diperlukan
adanya control untuk menilai tekanan bola mata pasien. Tekanan yang turun dan terkontrol baik tidak
hanya memerlukan monitoring ke dokter setiap enam bulan sekali sedangkan ketika tekanan
intraokkuler mata memburuk maka perlu pengawasan yang ketat dari dokter (Kementrian Kesehatan
RI. 2015).
Terapi operatif pada glaukoma dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
TERAPI BEDAH dan LASER
A. IRIDOPLASTI,IRIDEKTOMI dan IRIDOTOMI PERIFER
Iridoplasti untuk glukoma sudut tertutup. Pada laser iridoplasti ini pengaturannya berbeda
dengan pengaturan pada laser iridektomi. Di sini pengaturannya dibuat sesuai untuk membakar
iris agar otot sfingter iris berkonraksi sehingga iris bergeser kemudian sudut pun terbuka. Agar
laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah, dan waktunya lama
(Vaughan, Daniel G et all. 2012).
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi langsung antara kamera
anterior dan posterior sehingga beda tekanan di antara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai
dengan laser neodinium:YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan iridektomi perifer
(Vaughan, Daniel G et all. 2012).
B. TRABEKULOPLASTI LASER
Indikasinya adalah glukoma sudut terbuka. Penggunaan laser (biasanya argon) untuk
menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa ke jaringan trabekular dapat mempermudah aliran
ke luar humor aquaus karena efek luka bakar tersebut pada jaringan trabekular dan kanalis Schlemm
serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi jaringan trabekular. Teknik ini dapat
diterapkan untuk berbagai macam bentuk glaukoma sudut terbuka dan hasilnya bervariasi tergantung
pada penyebab yang mendasari. Penurunan tekanan biasanya memungkinkan pengurangan terapi
medis dan penundaan tindakan bedah glaukoma. Pengobatan dapat diulang. Penelitian-penelitian
terakhir memperlihatkan peran trabekuloplasti laser untuk terapi awal glaukoma sudut terbuka primer
(Vaughan, Daniel G et all. 2012).
C. BEDAH DRAINASE GLUKOMA
Apabila tindakan dengan laser belum dapat menurunkan tekanan okuler digunakan
trabekulektomi dengan memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses
langsung aqueous humor dari bilik mata depan dari jaringan subkonjungtva dan orbita (Vaughan,
Daniel G et all. 2012).
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal, sehingga
terbentuk akses langsung humor akueus dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau
orbita dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulotomi telah
menggantikan tindakan-tindakan drainase full-thickness (misalnya sklerotomi bibir posterior,
sklerostomi termal, trefin). Penyulit utama trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat fibrosis
jaringan epikslera. Hal ini lebih mudah terjadi pada pasien berusia muda, berkulit hitam dan
pasien yang pernah menjalani bedah drainase glaukoma atau tindakan bedah lain yang
melibatkan jaringan episklera. Terapi ajuvan dengan antimetabolit misalnya fluorourasil dan
mitomisin berguna untuk memperkecil risiko kegagaln bleb (Vaughan, Daniel G et all. 2012).
Penanaman suatu selang silikon untuk membentuk saluran keluar permanen bagi humor
akueus adalah tindakan alternatif untuk mata yahg tidak membaik dengan trabekulektomi atau
kecil kemungkinannya berespon terhadap trabekulektomi. Pasien dari kelompok terakhir adalah
mereka yang mengidap glaukoma sekunder, terutama glaukoma neovaskular, glaukoma yang
berkaitan dengan uveitis dan glaukoma setelah tindakan tandur kornea (Vaughan, Daniel G et all.
2012).
Sklerostomi laser holmium adalah tindakan baru yang menjanjikan sebagai alternatif bagi
trabekulektomi (Vaughan, Daniel G et all. 2012).
Goniotomi adalah suatu teknik yang bermanfaat mengobati glaukoma kongenital primer yang
tampaknya terjadi sumbatan drainase humor akueus di bagian dalam jalinan trabekular
(Vaughan, Daniel G et all. 2012).
D. TINDAKAN SIKLODESTRUKTIF
Destruksi korpus siliare dengan laser atau pembedahan untuk mengontrol tekanan intraocular.
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan mempertimbangkan tindakan destruksi
korpous siliaris dengan laser atau bedah untuk mengontrol tekanan intraokular. Krioterapi,
diatermik, ultrasonografi frekuensi tinggi dan yang paling mutakhir terapi laser neodinium:YAG
termalmode, dapat diaplikasikan ke permukaan mata tepat di sebelah posterior limbus untuk
menimbulkan kerusakan korpus siliaris di bawahnya. Juga sedang diciptakan energi laser argon
yang diberikan secara trasnpupilar dan transvitreal langsung ke prosesus siliaris. Semua teknik
siklodestruktif tersebut dapat menyebabkan ftisis dan harus dicadangkan sebagai terapi untuk
glaukoma yang sulit diatasi (Vaughan, Daniel G et all. 2012).
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta Selatan:
INFODATIN kementrian kesehatan
Vaughan Daniel G, Asbury T, Riordan Eva. 2012. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta:EGC