2 Buku Pedoman Trafo Arus 2 PDF
2 Buku Pedoman Trafo Arus 2 PDF
DAFTAR ISI
i
TRAFO ARUS
ii
TRAFO ARUS
DAFTAR GAMBAR
iii
TRAFO ARUS
DAFTAR TABEL
iv
TRAFO ARUS
DAFTAR LAMPIRAN
v
TRAFO ARUS
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi
kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan
aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk
kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan
manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor
pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan
beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25
buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah
ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010.
Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan
pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan
perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus
disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana,
pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para
pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan
pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan
stakeholder serta masyarakat Indonesia.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
vi
TRAFO ARUS
TRANSFORMATOR ARUS
1 PENDAHULUAN
Trafo Arus (Current Transformator - CT) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang
berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
E1 N1
E2 N 2
Dimana
N1
a ,
N2
I 1 I 2 sehingga N 1 N 2 ,
1
TRAFO ARUS
Rangkaian Ekivalen
E 2 4, 44 B A f N 2 Volt
E2 I 2 Z 2 Z b Volt
Dimana:
f frekuensi (Hz)
peralatan meter
2
TRAFO ARUS
- Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering dan
proteksi
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus
pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR),
relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
3
TRAFO ARUS
Tipe Konstruksi
Tipe cincin (ring/window type)
Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
Tipe tangki minyak (oil tank type)
Tipe trafo arus bushing
Tipe Pasangan.
Pasangan dalam (indoor)
4
TRAFO ARUS
5
TRAFO ARUS
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan pada
arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan
kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus
akan mengalami saturasi.
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis,
transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di
seluruh jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski (coil
rogowski)
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan
trafo arus tipe top-core.
6
TRAFO ARUS
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh,
isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian
elektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih
kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator
dari bahan resin.
7
TRAFO ARUS
Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang
mempunyai sifat pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat.
Contoh:
8
TRAFO ARUS
Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder.
Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600, 800, 900, 1000,
1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.
o Primer seri
o Primer paralel
9
TRAFO ARUS
Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari tap
yang terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga
yang memiliki lebih dari dua tap (lihat Gambar 1-14 dan 1-15)
Contoh:
Tipe cincin (ring/window type) dan Tipe cor-coran cast resin (mounded cast
resin type)
10
TRAFO ARUS
Keterangan Gambar:
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel
penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT
cincin adalah Cast Resin.
11
TRAFO ARUS
Tipe Tangki
4. Penjepit (clamps)
5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil assembly with
primary winding and main insulation)
7. Tangki (tank)
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi minyak banyak
digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan
di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada
pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500 kV.
Umumnya sebagian data teknis trafo arus dituliskan pada nameplate, seperti data rated
burden, rated current, instantaneous rated current dan yang lainnya seperti ditunjukan
pada Gambar 1-19.
12
TRAFO ARUS
Keterangan Gambar:
Pengenal beban adalah pengenal dari beban trafo arus dimana akurasi trafo arus masih
bisa dicapai dan dinyatakan dalam satuan VA. Umumnya bernilai 2.5, 5, 7.5, 10, 15, 20,
30 dan 40 VA.
Pengenal arus kontinyu adalah arus primer maksimum yang diperbolehkan mengalir
secara terus-menerus (arus nominal). Umumnya dinyatakan pada pengenal trafo arus,
contoh: 300/5 A.
Pengenal arus sesaat atau sering disebut short time rated current adalah arus primer
maksimum (dinyatakan dalam nilai rms) yang diperbolehkan mengalir dalam waktu
tertentu dengan sekunder trafo arus terhubung singkat sesuai dengan tanda pengenal
trafo arus (nameplate), contoh: Ith = 31.5 kA/1 s.
13
TRAFO ARUS
I peak
Pengenal arus dinamik adalah perbandingan , dimana Ipeak adalah arus puncak
I rated
primer maksimum trafo arus yang diijinkan tanpa menimbulkan kerusakan dan Irated adalah
arus nominal primer trafo arus, contoh: Idyn = 40 kA.
Kesalahan perbandingan/rasio trafo arus berdasarkan IEC–60044-1 Edisi 1.2 tahun 2003
adalah kesalahan besaran arus karena perbedaan rasio pengenal trafo arus dengan rasio
sebenarnya dinyatakan dalam:
Kn IS IP
100 % ,
IP
Kesalahan sudut fasa adalah kesalahan akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer
dengan arus sisi sekunder. Kesalahan sudut fasa akan memberikan pengaruh pada
pengukuran berhubungan dengan besaran arus dan tegangan, misalnya pada
pengukuran daya aktif maupun daya reaktif, pengukuran energi dan relai arah.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada saat komisioning atau saat investigasi.
Batasan maksimum nilai kesalahan sudat fasa berdasarkan persentase pembebanan dan
kelas CT metering dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, sedangkan untuk kelas CT
proteksi dapat dilihat pada Tabel 3.
14
TRAFO ARUS
Kesalahan komposit (%) berdasarkan IEC–60044-1 Edisi 1.2 tahun 2003 merupakan nilai
rms dari kesalahan trafo arus yang ditunjukkan oleh persamaan berikut:
T
K T iS iP dt
100 1
EC
2
IP T 0
T = periode (detik)
Ketelitian trafo arus dinyatakan dalam tingkat kesalahannya. Semakin kecil kesalahan
sebuah trafo arus, semakin tinggi tingkat ketelitian/akurasinya.
Batas ketelitian arus primer adalah batasan kesalahan arus primer minimum dimana
kesalahan komposit dari trafo arus sama atau lebih kecil dari 5% atau 10% pada saat
sekunder dibebani arus pengenalnya.
Faktor batas ketelitian disebut juga faktor kejenuhan inti adalah batasan perbandingan
nilai arus primer minimum terhadap arus primer pengenal dimana kesalahan komposit
15
TRAFO ARUS
dari trafo arus sama atau lebih kecil dari 5% atau 10% pada sekunder yang dibebani arus
I primer
pengenalnya. ALF merupakan perbandingan dari
I rated
Contoh:
CT 5P20 dengan rasio 300 / 1 A, artinya Accuracy Limit Factor (ALF) = 20, maka batas
ketelitian trafo arus tersebut adalah
Trafo arus metering memiliki ketelitian tinggi untuk daerah pengukuran sampai 1,2 kali
nominalnya. Daerah kerja trafo arus metering antara: 0.1 – 1.2 x IN trafo arus.
Kelas ketelitian trafo arus metering dinyatakan dalam prosentase kesalahan rasio
pengukuran baik untuk arus maupun pergeseran sudut fasa, seperti pada Tabel 1 dan 2
di bawah.
16
TRAFO ARUS
Trafo arus dengan spesifikasi sebagai berikut; ratio 300/5 A, klas 0,2 dan dibebani
sebesar 60 Amp (20% In), maka kesalahan maksimum ratio arus yang diijinkan adalah ±
0,35% dan pergeseran maksimum fasa sebesar ± 15/60 derajat atau 0,25 derajat.
1.10.1 Kelas P
20 = Accuracy Limit Factor, batas ketelitian trafo arus s.d. 20 kali arus
pengenal
Tabel 1-3 Kesalahan Rasio dan Pergeseran Fasa Trafo Arus Proteksi
5P ±1 ± 60 5
10P ±3 - 10
17
TRAFO ARUS
Trafo arus yang mempunyai sirkit tanpa ataupun dengan celah udara serta mempunyai
tipikal konstanta waktu sekunder, dikelompokkan sebagai berikut:
1.10.2.1 Kelas PX
Trafo arus yang harus memiliki kebocoran reaktansi rendah dan informasi khusus seperti
ratio, tegangan knee point, arus eksitasi maksimum dan secondary circuit resistance
(Rct).
1.10.2.2 Kelas PR
Trafo arus yang sama dengan kelas P tetapi mempunyai remanensi rendah.
Trafo arus yang mempunyai kebocoran fluksi rendah dimana unjuk kerjanya ditentukan
oleh kurva magnetisasi (V knee), arus magnetisasi, serta tahanan belitan sekunder. Tidak
ada batasan untuk remanensi fluksi. Trafo arus TPS adalah trafo arus tanpa celah udara
sehingga kebocoran fluksi yang kecil. Tipe ini juga bersesuaian dengan Trafo Arus kelas
X menurut British Standart 3938 tahun 1973 yang direkomendasikan untuk relai
Differential.
Trafo arus yang mempunyai batas ketelitian berdasarkan kesalahan komposit yang
ditentukan selama siklus kerja transien dan tidak ada batasan untuk remanensi fluksi.
Trafo arus TPX adalah trafo arus tanpa celah udara dengan konstanta waktu lebih lama
dari 5 detik, umumnya 5 s.d. 20 detik. Trafo arus jenis ini mempunyai ketelitian tinggi, arus
magnetisasi yang sangat rendah, presisi pada transformasi komponen AC dan DC.
– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal
– Pengguna (user) harus menyertakan nilai minimum dari Vknee dan nilai rms
maksimum dari arus eksitasi
– Trafo arus jenis TPX ini pada umumnya digunakan pada sistem tegangan
tinggi/tegangan ekstra tinggi untuk proteksi: Busbar, CCP, dan REF
18
TRAFO ARUS
Trafo arus yang memiliki batas ketelitian berdasarkan kesalahan nilai maksimum sesaat
selama siklus kerja transien. Remanensi fluksi tidak melebihi 10% dari nilai kejenuhan
(saturasi). Trafo arus TPY adalah trafo arus yang memiliki celah udara kecil (pada inti)
dengan konstanta waktu 0.2 s.d. 5 detik. Trafo arus jenis ini hampir sama dengan trafo
arus jenis TPX namun transformasi komponen DC tidak seteliti trafo arus TPX.
– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal
Trafo arus yang memiliki batas ketelitian yang ditentukan berdasarkan kesalahan nilai
maksimum sesaat komponen bolak balik selama energisasi yang tunggal dengan nilai dc
offset yang maksimum pada konstanta waktu rangkaian sekunder tertutup. Trafo arus
TPZ adalah trafo arus yang memiliki celah udara besar (pada inti) dengan konstanta
waktu 60 milidetik ±10%.
Arus magnetisasi 53% dari arus sekunder pada keadaan tunak (steady state).
– Faktor remenensi KR 0
– Ukuran core 1/3 dari tipe TPX dan TPY untuk keperluan yang sama,
600
500
400
i03b
n , m 300
200
100
0
0.001
0.501 1.001 1.501 2.001 2.501 3.001 3.501 4.001 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
t
m
19
TRAFO ARUS
Diketahui arus hubung singkat maksimum IF max = 7266 A, rasio CT 1000 /5 A dan kelas
10P20, burden 7.5 VA.
CT tersebut dihubungkan pada rangkaian relai proteksi dengan nilai tahanan internal RCT
= 0.26 , Rrelai = 0.02 , Rkawat = 0.15
VS 15.54 Volt
VA
Vk RCT I n ALF
In Volt
7.5
Vk 0.26 5 20 Volt
5
Vk 56 Volt
FMEA merupakan suatu metode untuk menganalisa penyebab kegagalan pada suatu
peralatan. Pada buku pedoman pemeliharaan ini, FMEA menjadi dasar utama yang
digunakan untuk menentukan komponen yang akan diperiksa dan dipelihara. Proses
pembuatan FMEA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
20
TRAFO ARUS
FMEA CT yang telah disusun terdiri dari sub sistem, penjabaran fungsi tiap sub sistem,
functional failure tiap sub sistem dan failure mode. FMEA lengkap untuk CT dapat dilihat
pada Lampiran-2.
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
Secara umum kondisi CT ditentukan oleh kondisi dari setiap subsistemnya. Informasi
tentang setiap subsistem diperoleh melalui Inspeksi Level 1, Inspeksi Level 2 dan
Inspeksi Level 3. Kontribusi dari masing-masing faktor penentu ditentukan oleh hasil
FMECA. Konsep umum asesmen ini diperlihatkan di gambar berikut:
21
TRAFO ARUS
Keterangan Gambar:
kumparan sekunder)
2.2.1 Dielectric
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dalam keadaan beroperasi dengan cara melihat
visual kecukupan dari media Dielectric CT melalui:
D. Rembesan/kebocoran minyak CT
E. Isolator porcelain
Inspeksi pentanahan trafo arus yang dilakukan adalah memastikan bahwa kawat
pentanahan masih terpasang dan memastikan kawat pentanahan yang terpasang tidak
longgar atau rusak.
22
TRAFO ARUS
2.3.1 Thermovision
Pada praktek dilapangan, aktifitas ini sangat membantu untuk mengamati bagian
peralatan yang bertemperatur tinggi akibat losses atau rugi-rugi. Semakin tinggi rugi-rugi,
maka semakin tinggi pula temperatur yang akan dihasilkan. Pengamatan thermovisi pada
CT dilakukan pada:
Konduktor dan klem CT, dalam hal ini termasuk juga CT 20 kV yang
terpasang di sel 20 kV. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu
antara konduktor dan klem CT. Pada beberapa kasus, thermovisi tidak dapat
dilakukan untuk memonitor CT 20 kV karena design kubikel, maka
monitoring temperatur dapat dilakukan dengan menggunakan thermostrip.
Monitoring ini dilakukan bulanan.
Isolator dan housing CT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya
kelainan/hotspot di dalam CT. Monitoring ini dilakukan bulanan.
Pada kondisi khusus thermovisi juga harus dilakukan pada instalasi yang baru beroperasi,
sebelum dan pasca dilakukan perbaikan/pemeliharaan, adanya pengalihan beban akibat
aktifitas pemeliharaan atau gangguan dan pada trafo arus yang berdasarkan hasil
pengujian sudah mengalami pemburukan.
Pengujian tahanan isolasi berfungsi untuk mengetahui kualitas tahanan isolasi pada trafo
arus baik antar belitan maupun antara belitan dan ground. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memberikan tegangan DC kepada media isolasi yang akan diukur tahanannya yaitu
sebesar 5 kV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Dengan mengukur arus
bocor yang melewati media isolasi, maka akan didapatkan nilai tahanan isolasi dalam
satuan mega ohm. Alat yang digunakan untuk pengujian tahanan isolasi adalah Mega
Ohm meter, seperti dapat dilihat pada Gambar 2-2.
23
TRAFO ARUS
Untuk mendapatkan hasil pengujian yang akurat, pencatatan hasil pengukuran dilakukan
setelah 60 detik dan tidak perlu dilakukan perhitungan IP. Ilustrasi pengujian tahanan
isolasi CT dapat dilihat pada Gambar 2-3.
Secara umum, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai faktor dissipasi material
isolasi. Penurunan kualitas isolasi akan menyebabkan nilai tangen delta semakin tinggi.
Selain nilai tangen delta, nilai kapasitansi juga terukur. Peningkatan nilai dari kapasitansi
mengindikasikan kerusakan pada isolasi kertas. Kasus yang umum terjadi adalah hubung
singkat antar lapisan kapasitor yang ditandai dengan meningkatnya nilai kapasitansi.
Di bawah merupakan gambar rangakaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram
phasor arus kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Besarnya sudut
dipengaruhi oleh besarnya IC dan IR. Nilai tangen delta diperoleh dari ratio antara IR dan
IC. Pada isolasi yang sempurna, sudut akan mendekati nol. Membesarnya sudut
mengindikasikan meningkatnya arus resistif yang melewati isolasi yang berarti
kontaminasi. Semakin besar sudut semakin buruk kondisi isolasi.
24
TRAFO ARUS
Pengujian tangen delta dapat dilakukan dengan beberapa variasi yaitu pengukuran
tangen delta pada level tegangan yang berbeda atau dilakukan pada frekuensi yang
berbeda. Pengukuran tangen delta dengan variasi tegangan lebih mudah dilakukan,
terlebih tidak diperlukan peralatan lain. Untuk keseragaman, sebaiknya variasi tegangan
yang dipilih adalah 2kV, 4kV, 6kV, 8kV dan 10kV. Kedua variasi ini dilakukan sebagai
tindak lanjut awal jika ditemukan nilai tangen delta yang mendekati 1%.
Gambar 2-4 Rangkaian Ekivalen Isolasi dan Diagram Phasor Pengujian Tangen Delta
25
TRAFO ARUS
Mode GST-G
Pengujian dengan mode GST-Ground pada CT tanpa test tap bertujuan untuk
mengetahui nilai tan delta overall (secara umum). Pengujian ini dapat dilakukan tanpa
melepas rangkaian sekunder. Tegangan uji yang digunakan adalah 10 kV.
26
TRAFO ARUS
Mode GST-G
Mode UST
27
TRAFO ARUS
Pengujian Tan delta pada CT yang memiliki test tap dilakukan tiga kali pengujian yaitu
GST-G, UST dan GST-Guard.
GST-G, bertujuan untuk mengukur nilai tan delta dan kapasitansi secara
umum (overall) dengan menggunakan tegangan uji 10 Kv
Selain media minyak atau isolasi kertas, SF6 juga digunakan sebagai media isolasi pada
CT. Untuk mengetahui kondisi isolasi, perlu dilakukan pengujian kualitas isolasi SF6 yang
terdiri dari pengujian tingkat kemurnian gas (purity), kelembaban gas (dew point atau
moisture content) dan decomposition product. Pengujian kualitas gas pada CT belum
umum untuk dilakukan di PLN. Untuk mengetahui langkah yang paling optimum untuk
dilakukan pada CT berisolasi untuk sementara ini belum dapat dijelaskan. Mengingat
bahwa volum gas yang terdapat pada CT tidak banyak. Namun untuk mengetahui kondisi
awal, perlu dilakukan pengujian kualitas gas.
28
TRAFO ARUS
dilakukan pada trafo instrument jenis nonhermetically sealed. Pengujian kualitas isolasi
dilakukan pada kondisi khusus, misalnya tujuan investigasi atau jika deperlukan yaitu jika
ditemukan anomali pada CT. Pengambilan sample dilakukan dengan berkonsultasi
terlebih dahulu dengan manufacturer atau mengacu pada manual instruction daripabrikan
masing-masing CT.
Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang
terlarut/terkandung di minyak. Menurut standar IEC 60422 perlu dilakukan
koreksi hasil pengujian kadar air terhadap suhu 20 oC yaitu dengan mengalikan
hasil pengujian dengan faktor koreksi f.
Dimana :
f 2,24e 0,04ts
Ket:
f= faktor koreksi
C. Pengujian Acidity
Minyak yang rusak akibat teroksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang
akan menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo arus. Asam ini juga dapat
menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat
dari bahan metal.
Pengujian ini bertujuan mengukur arus bocor melalui minyak isolasi, yang secara
tidak langsung mengukur seberapa besar pengotoran atau pemburukan yang
terjadi.
29
TRAFO ARUS
Karakteristik dari IFT akan mengalami penurunan nilai yang sangat drastis
seiring tingginya tingkat penuaan pada minyak isolasi. IFT juga dapat
mengindikasi masalah pada minyak isolasi terhadap material isolasi lainnya.
Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) adalah merupakan suatu tool diagnosa
untuk mendeteksi dan mengevaluasi gangguan pada peralatan tenaga listrik
dengan cara mengukur beberapa kandungan gas di dalam minyak isolasi
meliputi gas: Nitrogen (N2), Oxygen (O2), Hydrogen (H2), Carbon monoxide
(CO), Carbon dioxide (CO2), Methane (CH4), Ethane (C2H6), Ethylene (C2H4)
dan Acetylene (C2H2). Mengacu pada standard IEC 60599 “Mineral oil-
impragnated electrical equipment in service-Guide to interpretation of Dissolved
and free gas analysis” , kelainan dalam peralatan trafo instrument dapat dideteksi
dengan menggunakan DGA.
Dalam pelaksanaannya, pengujian ini dilakukan pada kondisi khusus, misalnya untuk
tujuan investigasi, yaitu jika ditemukan kelainan atau anomali pada CT.
2.4.6 Ratio
Pengukuran ratio bertujuan untuk membandingkan nilai ratio hasil pengukuran dengan
nilai pada nameplate.
Pada sisi sekunder diinjeksikan tegangan yang sesuai, dibawah tegangan saturasi (knee
voltage) dan pada sisi primer diukur tegangan menggunakan voltmeter skala rendah
dengan impedansi tinggi (20 000 Ω/V atau lebih). Ratio belitan mendekati sama dengan
ratio tegangan yaitu membandingkan tegangan di sisi primer dengan tegangan disisi
sekunder.
30
TRAFO ARUS
Pengujian ini menggunakan alat uji injeksi arus (high current test injection), dilakukan
dengan mengatur catu daya pada alat uji sesuai dengan nilai yang diinginkan serta
mencatat arus pada sisi sekunder kedua CT. rasio dari CT adalah sama dengan rasio dari
CT referensi yang dikalikan rasio antara arus sisi sekunder CT referensi dengan arus sisi
sekunder CT yang diuji, seperti persamaan:
NR : Rasio CT referensi
IR : Arus CT referensi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik eksitasi dari trafo arus.
Karakteristik eksitasi adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara arus
eksitasi dan tegangan rms yang diterapkan pada sisi sekunder CT dalam kondisi sisi
primer open circuit. Dalam kurva karakteristik eksitasi dapat diketahui tegangan knee dari
suatu CT maka dapat dipastikan bahwa CT tidak mengalami kejenuhan saat arus primer
sama dengan arus hubung singkat tertinggi.
31
TRAFO ARUS
Shutdown Treatment adalah pekerjaan untuk memperbaiki anomali yang ditemukan pada
saat In Service Inspection/ measurement atau menindaklanjuti Shutdown Testing/
Measurement
1 Box Terminal
Periksa gasket / karet tutup Rapat & Tidak
Box Terminal Bocor
32
TRAFO ARUS
33
TRAFO ARUS
34
TRAFO ARUS
Data tambahan yang diperlukan untuk evaluasi hasil thermovisi adalah: beban saat
pengukuran dan beban tertinggi yang pernah dicapai (dalam Ampere). Selanjutnya
dihitung selisih (∆T akhir) antara suhu konduktor dan klem dengan mengunakan rumus
berikut:
dimana:
35
TRAFO ARUS
Thermovisi yang pada isolator atau housing CT dilakukan dengan cara membandingkan
temperatur yang diperoleh dari hasil thermografi CT phasa R,S dan T. Untuk
memininalkan kesalahan dalam menentukan temperatur objek yang sedang diamati,
thermovisi sebaiknya dilakukan bersamaan pada dua atau 3 objek dalam hal ini CT untuk
2 phasa atau 3 phasa sekaligus.
No ∆T1 Rekomendasi
(perbedaan suhu
antar fasa)
36
TRAFO ARUS
No ∆T1 Rekomendasi
(perbedaan suhu
antar fasa)
Untuk membantu pelaksanaan evaluasi hasil pengujian, sebaiknya nilai tangen delta dan
kapasitansi hasil pengujian di pabrik dicantumkan pada name plate. Namun jika tidak
tersedia maka batasan hasil pengukuran nilai tangen delta pada CT dapat menggunakan
referensi seperti pada tabel berikut.
37
TRAFO ARUS
38
TRAFO ARUS
o
*) Hasil pengujian tan delta diatas sudah dikoreksi pada temperature 20 C
1. Breakdown Voltage:
Kategori D (>170kV)
s.d.a
>50 kV/2.5 mm Good
<40kV/2.5 mm Poor
Kategori D (>170kV)
39
TRAFO ARUS
s.d.a
<5ppm Good
5-15ppm Fair
>15ppm Poor
3. Acidity
Kategori D (>170kV)
s.d.a
<0.1 Good
0.1-0.2 Fair
>0.2 Poor
40
TRAFO ARUS
Kategori D (>170kV)
s.d.a
<0.1 Good
0.1-0.3 Fair
>0.3 Poor
Kategori D (>170kV)
41
TRAFO ARUS
Standard yang digunakan: IEC 60422 “Mineral insulating oils in electrical equipment supervision
and maintenance guidance”.
*) Khusus untuk CT jenis non hermatically sealed, setalah beroperasi 10 tahun atau jika diperlukan
untuk keperluan investigasi
3.3.4 DGA
Standar yang digunakan IEC 60599 tahun 1999 “Mineral oil-impragnated electrical
equipment in service-Guide to interpretation of Dissolved and free gas analysis”.
42
TRAFO ARUS
< 300oC
1)
NS = not significant regardless of value.
1 Purity
2 Dew Point
43
TRAFO ARUS
3. Moisture Content
3 Decomposition Product
44
TRAFO ARUS
Limit Switch
Indikator dan Beroperasi
3 Lakukan pengujian fungsi
Alarm low normal
presure SF6
Isolator dan
Bersih dan
4 housing CT serta Dilakukan pembersihan
kencang
kaca penduga
45
TRAFO ARUS
Jenis Batasan
Jenis Inspeksi/Pengujian Periode Alat Uji
Pemeliharaan Operasi
Jenis Batasan
Jenis Pemeliharaan Periode Alat Uji
Inspeksi/Pengujian Operasi
46
TRAFO ARUS
Jenis Batasan
Jenis Pemeliharaan Periode Alat Uji
Inspeksi/Pengujian Operasi
47
TRAFO ARUS
Jenis Batasan
Jenis Pemeliharaan Periode Alat Uji
Inspeksi/Pengujian Operasi
≥ 40 kV/2,5 mm
at 200 C < 5
H2 < 100
C2H2 < 35
48
TRAFO ARUS
Jenis Batasan
Jenis Pemeliharaan Periode Alat Uji
Inspeksi/Pengujian Operasi
C2H4 < 50
C2H6 < 65
CO < 350
N2 < 1 - 10 %
49
TRAFO ARUS
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
2 CT
2.1 Inspeksi
Inspeksi Level-1 (In Service
2.1.1
Inspection)
2.1.1.1 Level minyak Pemeriksaan level minyak
2.1.1.2 Tekanan gas Pemeriksaaan tekanan gas
2.1.1.3 Kebocoran minyak Pemeriksaan kebocoran minyak
Disesuaikan
Pemeriksaan kondisi fisik isolator
2.1.1.4 Isolator dengan kondisi
porcelin/rubber
lingkungan
2.1.1.5 Core housing Pemeriksaan kondisi core housing
Pemeriksaan kondisi structure
2.1.1.6 Struktur penyangga
penyangga
2.1.1.7 Pentanahan Pemeriksaan kondisi grounding
Inspeksi Level-2 (In Service
2.1.2
Measurement)
50
TRAFO ARUS
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
51
TRAFO ARUS
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
52
TRAFO ARUS
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
53
TRAFO ARUS
54
TRAFO ARUS
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
KOMPONEN YANG
NO KONDISI PERALATAN
DIPERIKSA
1 FASA R
1,1 DIELEKTRIK
Tidak Ada
1.1.1 Level Minyak Normal Maksimum Minimum Rusak
terpasang catatan
2 FASA S
2.1 DIELEKTRIK
Tidak Ada
2.1.1 Level Minyak Normal Maksimum Minimum Rusak
terpasang catatan
3 FASA T
3.1 DIELEKTRIK
Tidak Ada
3.1.1 Level Minyak Normal Maksimum Minimum Rusak
terpasang catatan
CATATAN :
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
55
TRAFO ARUS
1 FASA R
1,1 GROUNDING
2 FASA S
2.1 GROUNDING
3 FASA T
3.1 GROUNDING
CATATAN :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
56
TRAFO ARUS
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
1 FASA R
1,1 STRUKTUR MEKANIK
2 FASA S
2,1 STRUKTUR MEKANIK
3 FASA T
3,1 STRUKTUR MEKANIK
CATATAN :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
57
TRAFO ARUS
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
KOMPONEN YANG
No KONDISI PERALATAN
DIPERIKSA
1 Current Carrying Circuit
1,1 Fasa R
1.1.1 Suhu Kawat penghantar/Klem bus hing / ( C)
⁰
1.1.2 Selis ih s uhu <10 C 10-25 C 25-40 C
⁰ ⁰ ⁰
40-70 C >70 C
⁰ ⁰
1,2 Fasa S
1.2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem bus hing / ( C)
⁰
1.2.2 Selis ih s uhu <10 C 10-25 C 25-40 C
⁰ C
40-70 >70 C⁰ ⁰
1,3 Fasa T ⁰ ⁰
1.3.1 Suhu Kawat penghantar/Klem bus hing / ( C)
⁰
1.3.2 Selis ih s uhu <10 C 10-25 C 25-40 C
⁰ C
40-70 >70 C⁰ ⁰
⁰ ⁰
2 Body CT Berbeda antar fas a Tidak berbeda antar fas a
jika berbeda, bushing yang lebih panas pada fasa Fasa R
Fasa S
Fasa T
Beban s ekunder s aat pengukuran s uhu Am p
Beban m ax yang pernah dicapai Am p
Keterangan
Konduktor & Klem Beda antar fasa
<10 C : Kondis i Baik 1 oC – 3 oC Inves tigas i lanjut
⁰ C : Ukur 1 bulan lagi
10-25 4 oC – 15 oC Rencanakan perbaikan
25-40 ⁰C : Rencana Perbaikan >16 oC Perbaikan s egera
40-70 ⁰C : Perbaikan Segera
>70 C⁰ : Kondis i Darurat
⁰
CATATAN :
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
58
TRAFO ARUS
PT.
PTPT.
PLN PLN
PLN
P3B
(PERSERO)
(PERSERO)
(PERSERO)
SUMATERA
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR
FORMULIR PEMELIHARAAN TRAFO ARUS
"Logo StandarFORM.4-1
Mutu" CT
P3B SUMATERA
UPT…..
UPT….. PENGUJIAN / PENGUKURAN
PENGUJIAN/PENGUKURAN TAHANAN
TAHANAN ISOLASI CT
ISOLASI
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
DOKUMEN : : TANGGALTANGGAL :
: (pengesahan dokumen) REVISI : REVISI : HALAMAN
HALAMAN : :….. /……
HASIL SEBELUMNYA (MΩ) KONDISI AWAL (MΩ) TINDAKAN HASIL AKHIR (MΩ ) KESIMPULAN
TITIK UKUR Standard
R S T R S T R S T
a. Primer - Tanah
b. Sekunder 1 - Tanah
c. Sekunder 2 - Tanah R ≥ 500 MΩ
d. Sekunder 3 - Tanah
e. Sekunder 4 - Tanah
f. Primer - Sekunder 1
g. Primer - Sekunder 2
R ≥ 25.000 MΩ
h. Primer - Sekunder 3
i. Primer - Sekunder 4
j. Sekunder 1 - Sekunder 2
k. Sekunder 1 - Sekunder 3
l. Sekunder 1 - Sekunder 4
R ≥ 500 MΩ
m.Sekunder 2 - Sekunder 3
n. Sekunder 2 - Sekunder 4
o. Sekunder 3 - Sekunder 4
Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat uji tahanan isolasi 5 KV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder
Pengujian item 'b' s.d 'o', dilakukan pada kondisi khusus
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
............................. ............................. .............................
PT. PLN (PERSERO)
59
TRAFO ARUS
PT.PLN
PTPT.
PLN PLN (PERSERO)
(PERSERO)
(PERSERO)
P3BSUMATERA
SUMATERA
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR
FORMULIR PEMELIHARAAN TAHUNAN TRAFO ARUS
"Logo Standar FORM.4-4
Mutu" CT
P3B
UPT…..
UPT….. PENGUJIAN / PENGUKURAN
PENGUJIAN/PENGUKURAN TAHANAN
TAHANAN PENTANAHAN CT
PENTANAHAN
TITIK UKUR Standard HASIL SEBELUMNYA KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
60
TRAFO ARUS
PT PLN (PERSERO) LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR "Logo Standar Mutu"
FORM.4-2 CT
FORMULIR PEMELIHARAAN TRAFO ARUS
PENGUJIAN/PENGUKURAN RATIO
PENGUJIAN / PENGUKURAN RATIO CT
NOMOR DOKUMEN :
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : (pengesahan dok) REVISI
REVISI : : HALAMAN :
HALAMAN : …. / …..
BAY : CLASS :
ARUS UJI R S T
I Sekunder (A)
I Sekunder Teori (A)
Ratio (Ip/Is)
Batas Kesalahan Trafo Arus Untuk Metering Batas Kesalahan Trafo Arus Untuk Metering
5P ±1 ± 60 5
10P ±3 - 10
Catatan
MENGETAHUI
MENGETAHUI PAREPARE,
PAREPARE,
18 Maret
17
21 17 Maret
20052005
61
TRAFO ARUS
PTPT.
PLN PLN (PERSERO)
(PERSERO) LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHATAR "Logo StandarFORM.4-3
Mutu" CT
P3B SUMATERA FORMULIR PEMELIHARAAN TRAFO ARUS
UPT….. PENGUJIAN/PENGUKURAN
PENGUJIAN/PENGUKURANKNEE POINT
KNEE POINT CT
NOMOR DOKUMEN : REVISI : HALAMAN : …. / …..
NO.DOKUMEN : TANGGAL : (pengesahan dok) REVISI : HALAMAN :
Kurva Kejenuhan CT
1.2
1
Tegangan (Volt)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Arus (Amps)
Inti 1 Inti 2
Hasil pengukuran
Volt I (mA)
Catatan :
62
TRAFO ARUS
HASIL
NO URAIAN KEGIATAN ACUAN KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR KESIMPULAN PELAKSANA
SEBELUMNYA
A B C D E F G J H
63
TRAFO ARUS
HASIL
NO URAIAN KEGIATAN ACUAN KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR KESIMPULAN PELAKSANA
SEBELUMNYA
A B C D E F G J H
Tan Delta (%) Tan Delta (%) Tan Delta (%)
1 Pengujian Tan Delta CT Phasa R
> 1% Unacceptable
64
TRAFO ARUS
65
TRAFO ARUS
DAFTAR ISTILAH
66
TRAFO ARUS
DAFTAR PUSTAKA
6. Paper IEEE, “A Tool for Realibity and Safety: Predict and Prevent Equipment
failures with Thermography” , Copyright mareial IEEE Paper No. PCIC-97-06
67