Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap Kinerja Karyawan Melalui

Budaya Kualitas Perusahaan


(Studi Kasus PT. Otsuka Indonesia Malang)

Hatane Semuel
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya 60263
E-mail: samy@petra.ac.id

Joni Zulkarnain
PT. Otsuka Indonesia
Jl. Sumber Waras 25 Malang 65216
E-mail: jzulkarnaen@fact.otsuka.co.id

ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO terhadap kinerja karyawan melalui
budaya kualitas perusahaan, dengan objek penelitian PT. Otsuka Indonesia Malang. SMM ISO, dilihat dari
tiga dimensi, yaitu perencanaan sertifikasi ISO 9001, komitmen perusahaan, dan penerapan prosedur. Data
penelitian diperoleh dari sampel 110 responden karyawan yang dipilih secara acak. Hasil penelitian
menemukan bahwa perencanaan sertifikasi ISO 9001, komitmen perusahaan dan penerapan prosedur
dipersepsikan sudah sangat baik oleh karyawan dan berpengaruh positif secara signifikan terhadap budaya
kualitas perusahaan. Selanjutnya budaya kualitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja
karyawan. Namun demikian, budaya kualitas masih dipersepsikan karyawan belum terlalu baik, dikarenakan
pemberdayaan, keterlibatan dan quality improvement team work belum dijalankan secara optimal.

Kata Kunci: ISO 9001, sistem manajemen mutu, budaya kualitas, kinerja

ABSTRACT
Research about the effect of the Quality Management System ISO upon employee's performance
through quality corporate culture can be seen from three dimensions. The three dimensions are ISO 9001
certification planning, corporate commitment and procedure implementation. With PT. Otsuka Indonesia
Malang as the object and 110 randomly chosen employees as the respondent in collecting the data, this
research found the result. According to the employees, ISO 9001 certification planning, corporate
commitment, and procedure implementation have been running well. It also gives the significant positive
effects upon quality corporate culture. Furthermore, the quality culture also gives the significant positive
effects toward employee's performance. However, employees still have perception that quality culture is not
too strong because of the empowerment and involvement as well as quality improvement team work which
have not run optimally.

Keywords: ISO 9001, quality management system, quality culture, performance

PENDAHULUAN dalam meningkatkan kinerja menghadapi tantangan


persaingan kompetitif ini adalah melalui perbaikan
Tuntutan atas peningkatan kualitas produk dan berkelanjutan yang terfokus pada konsumen. Per-
jasa terus meningkat, jika dilihat dari sisi permintaan, baikan yang dilakukan meliputi keseluruhan aktivitas
sedangkan dari sisi penawaran terjadi juga pening- organisasi yang penekanannya kepada fleksibilitas
katan penawaran produk dan jasa dalam variasi dan kualitas. Oleh karena itu, kualitas dan pengelola-
kualitas dan harga yang terus bersaing. Kualitas annya dikaitkan dengan perbaikan berkelanjutan
produk dan jasa yang semakin meningkat dengan dilakukan oleh banyak perusahaan dalam mendorong
biaya yang memiliki keunggulan bersaing dipasar, peningkatan pangsa pasar.
seperti negara-negara dikawasan timur: Cina, Viet- Pengelolaan usaha yang terfokus pada fleksi-
nam dan India dapat menguasai pangsa pasar yang bilitas dan kualitas dengan wawasan global dapat
lebih besar (Dale, 2003). Hal yang sangat berarti tercermin dari sistem manajemen mutu (SMM) yang

162
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 163

dijalankan oleh organisasi bisnis. Banyak perusahaan poduksi, pengujian, produk jadi, distrubusi dan
atau organisasi berusaha untuk memiliki standar bahkan ketika produk sampai ditangan pelanggan.
kualitas yang berkualifikasi internasional, seperti ISO. Perusahaan sesuai dengan misinya menyediakan
Penerimaan luas terhadap ISO 9000 oleh berbagai produk yang berkualitas tinggi dan handal. Perusaha-
lembaga bisnis maupun non bisnis, telah menyebab- an juga menerapkan risk management dan risk
kan minat besar peneliti untuk mengetahui lebih assessment untuk menjamin kualitas dan keamanan
tentang manfaat penerapan ISO (Boiral, 2003; produk yang dibuat.
Briscoe et al., 2005; Gingele et al., 2002). SMM Setelah adanya penerapan SMM ISO di PT.
menurut Mei Feng et al. (2006) dengan standar ISO OTSUKA INDONESIA, belum pernah dilakukan
dapat dilihat dari tiga dmensi, yaitu perencanaan penelitian mengenai dampak penerapannya terhadap
sertifikasi ISO, komitmen organisasi atau perusahaan kinerja karyawan. Hal ini menyebabkan tidak dapat
terhadap mutu, dan penerapan prosedur standar. diketahui pengaruhnya secara nyata terhadap kinerja
Keberhasilan maupun kegagalan penerapan ISO, karyawan. Penilaian kinerja kayawan akibat penerap-
sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya an SMM ISO diperlukan untuk mengetahui seberapa
organisasi (Kekale, 1999; Parncharoen et al., 2005; besar tingkat pencapaian antara rencana kerja yang
Kujala & Ullarank, 2004), karena ISO pada ditetapkan dengan hasil kerja.
hakekatnya adalah program perubahan organisasi
yang memerlukan transformasi budaya organisasi, KAJIAN TEORITIS
proses dan keyakinan (Parncharoen et al., 2005).
Keterkaitan penerapan SMM standar ISO terhadap Sistem Manajemen Mutu
budaya kualitas dikemukakan oleh Goetsch & Davis
dalam Tjiptono & Anastasia (2003). Hardjosoedarmo Sistem Manajemen Mutu (SMM) merupakan
(2004) mengemukakan bahwa penerapan SMM ISO sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-
dapat merubah orientasi budaya suatu organisasi praktek standar untuk manajemen sistem yang
menuju budaya kualitas yang pada akhirnya dapat bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan
meningkatkan kinerja organisasi. Menurut Metri produk terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu.
(2005:65) dalam penerapan SMM ISO, budaya lebih Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau
berperan daripada yang lainnya. Oleh karena itu, dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. SMM
budaya kualitas dipertimbangkan sebagai salah satu mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan
hal yang terpenting sebagai indikator keberhasilan praktek-praktek manajemen mutu secara konsisten
penerapan SMM ISO terhadap kinerja perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar.
yang terukur pada kinerja karyawan. Lembaga ISO yang berdiri sejak 1974 adalah
Studi tentang SMM dengan standar ISO yang organisasi yang merangkum sejumlah kepentingan
dikaitkan dengan faktor budaya organisasi di dalam perumusan standar secara independen. Walau
Indonesia dewasa ini masih terbatas, sehingga pun pada awalnya lembaga ISO tidak khusus
menarik untuk diketahui apakah penerapannya dalam merancang standar yang dipakai pada perdagangan,
organisasi perusahaan mempunyai pengaruh sig- namun dalam perjalanannya kebutuhan standar tidak
nifikan terhadap kinerja karyawan melalui budaya terlepas dari persyaratan dunia perdagangan.
kualitas sebagai bagian dari budaya organisasi (Kujala Keberhasilan ISO 9000 pada tahun 1987 menjadikan
& Ullrank, 2004). Hal ini karena setiap organisasi ISO sebagai standar yang dinilai paling fair dalam
perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik perdagangan dunia (Thaheer, 2005). Menurut LPJK
budaya yang berbeda satu dengan lainnya. Persaingan (2005), sistem akreditasi dan sertifikasi ISO merupa-
dan perubahan yang begitu cepat dan global, telah kan pengakuan atas konsistensi standar SMM.
memacu dunia industri Indonesia untuk dapat dan Tanggung jawab dan wewenang pemberian
harus beradaptasi dengan mengembangkan program akreditasi dan sertifikasi secara internasional dilaku-
SMM yang dapat meningkatkan kompetensi bersaing kan oleh suatu badan dunia, yaitu International
dengan efektif. Accreditation Forrum (IAF). IAF merupakan badan
PT. OTSUKA INDONESIA sebagai perusaha- dunia federasi, badan akreditasi nasional lebih dari 30
an farmasi, alat kesehatan dan makanan kesehatan negara didunia, diantaranya komite akreditasi nasio-
telah lama menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO nal (KAN) Indonesia. Menurut Gaspersz (2005), ISO
sebagai komitmen perusahaan untuk menjaga kualitas 9001 adalah suatu standar internasional untuk SMM.
produknya. Sistem manajemen mutu PT. OTSUKA Definisi dari Standar ISO 9000 untuk SMM (Quality
INDONESIA diterapakan dari proses awal, mulai Management Sistem atau QMS) adalah struktur
proses pemilihan supplier, bahan awal, proses organisasi, tanggung-jawab, prosedur-prosedur,
164 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

proses-proses dan sumber-sumber daya untuk dicerminkan oleh komitmen pegawai dari manajemen
penerapan manajemen mutu. ISO 9001 menetapkan puncak, manajemen level menengah sampai kepada
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk karyawan rendaan dalam menerapkan klausul-klausul
desain dan penilaian dari suatu SMM, yang bertujuan ISO yang sudah ditetapkan.
untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan
produk (barang dan jasa) yang memenuhi 3. Penerapan Prosedur
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan.
Sistem Manajemen Mutu ISO menurut Brown Prosedur baru biasanya membuat karyawan
& van der Wiele (1998), Mears & Voehl (1995), harus merubah cara kerja yang telah bertahun-tahun
Meyer & Allen (1997), Zink (1994) dalam Mei Feng dilakukan. Penerapan prosedur sebagai bentuk dari
et al. (2006) dapat dikelompokan dalam tiga sebuah perubahan adalah selalu tidak mudah. Untuk
framework yakni: (1) perencanaan sertifikasi ISO, (2) membuat karyawan merubah cara kerja, atau melaku-
komitmen organisasi atau perusahaan terhadap mutu, kan sesuatu yang baru, yang harus dilakukan terlebih
dan (3) penerapan prosedur standar yang telah dahulu adalah menanamkan kesadaran pada karya-
ditetapkan. wan terkait tentang pentingnya perubahan dan
menerapkan prosedur mutu yang ditetapkan. Pene-
1. Perencanaan Sertifikasi ISO rapan prosedur standar organisasi yang telah
ditetapkan merupakan persyaratn penting dari ISO.
Perencanaan sertifikasi merupakan fase awal Untuk menjalankan SMM ISO dalam organisasi
dalam merumuskan dan mendesain langkah langkah diperlukan pembuatan prosedur standar terhadap
penerapan SMM ISO, mulai dari pemilihan badan semua aktivitas kerja yang berdampak terhadap
sertifikasi ISO, identifikasi aspek kualiats, dokumen- kualitas secara jelas dan mudah diterapkan. Kegiatan
tasi dan lain lain. Untuk mendukung keberhasilan yang merupakan bagian dari penerapan prosedur
meraih sertifikasi ISO, maka diperlukan perencanaan adalah: melakukan audit secara periodik, adanya
yang matang sehingga ketika audit dilakukan semua kepatuhan terhadap prosedur standar, dan adanya
data rekaman sebagai bukti adanya penerapan dari penerapan corrective and preventive action.
SMM ISO dapat ditunjukkan. Perencanaan dapat
dilakukan secara efektif melalui langkah-langkah; Budaya Kualitas
identifikasi aspek kualitas, kemudian mendokumen-
tasikan, melakukan training mutu kepada karyawan Quality Culture merupakan pola nilai-nilai,
dan pembuatan prosedur standar yang akan dijalan- keyakinan dan harapan yang tertanam dan ber-
kan perusahaan. Perencanaan sertfikasi ISO dalam kembang di kalangan anggota organisasi mengenai
penelitian ini adalah perencanaan sertifikasi ISO pekerjaannya untuk menghasilkan produk dan jasa
9001. yang berkualitas. (Hardjosoedarmo, 1999). Survei
terhadap quality culture digunakan untuk mengukur
2. Komitmen Organisasi seberapa jauh kesadaran employee dalam melakukan
prinsip-prinsip perbaikan kualitas dan penerapannya
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai pada organisasi tempat mereka bekerja. (Johnson,
ukuran kebaikan identifikasi karyawan dengan tujuan 2000).
dan nilai organisasi serta terlibat didalamnya, Untuk memahami pengertian tentang budaya
komitmen oganisasi juga menjadi indikator yang kualitas hendaknya dipahami terlebih dahulu akar dari
lebih baik bagi karyawan yang ingin tetap pada budaya kualitas yaitu budaya organisasi, karena
pekerjaannya atau ingin pindah. Komitmen pada budaya kualitas merupakan subset dari budaya
organisasi juga menjelaskan kedekatan karyawan organisasi (Kujala & Ullrank, 2004). Beberapa
terhadap organisasi, baik secara struktural maupun definisi budaya organisasi diantaranya menurut
individual. Komitmen terhadap organisasi merupakan Moeljono (2003), menyatakan bahwa budaya
komitmen merefleksikan kebaikan keterlibatan dan korporat atau budaya manajemen atau juga dikenal
kesetiaan karyawan pada organisasi. Keterlibatan dan dengan istilah budaya kerja merupakan nilai-nilai
kesetiaan ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar dominan yang disebar luaskan didalam organisasi dan
pekerjaan yang dibebankan pada karyawan sesuai dijadikan acuan sebagai filosofi kerja karyawan.
dengan harapannya. Peningkatan komitmen organi- Dessler (1997), menyatakan bahwa budaya
sasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan
motivasi dan kualitas karyawan yang bekerja. dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu
Komitmen organisasi terhadap SMM ISO harus dapat organisasi dan mengarahkan perilaku anggotanya.
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 165

Quality Culture

Top Strategic Customer Quality Recog Empowerm Quality Measuremen Quality


management Planning Focus Trainning nitiion en & Improveme t & Analysis Assurence
Support for for quality involve nt Team
Quality ment Work

Gambar 1. Budaya Kualitas Berdasarkan Malcolm Baldridge Award

Budaya organisasi berguna untuk menangani 3. Customer Focus


lingkungan internal dan eksternal organisasi, sehingga
perlu ditanamkan di kalangan anggota organisasi Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh suatu
untuk dapat mengadakan persepsi, berfikir dan me- perusahaan, harus berfokus pada customer satisfaction.
rasakan pekerjaannya secara benar. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengukur ke-
Terdapat sembilan faktor yang berpengaruh puasan pelanggan:
dalam mengukur quality culture berdasarkan Presi- a. Manajemen mempunyai form yang menyatakan
dent’s Quality Award dan Malcolm Baldrige National kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang
Quality Award, seperti pada Gambar 1. telah diberikan. (Low & Jasmine dalam Elly T,
2005).
b. Definisi pekerjaan yang telah diberikan kepada
1. Top Management Support for Quality
employee harus jelas dan sesuai dengan keinginan
pelanggan (Nasution, 2001).
Dukungan dan komitmen top management c. Terhadap proses yang efektif untuk menangani
terhadap keberhasilan kualitas, merupakan faktor keluhan pelanggan (Pheng & Teo, 2004 dalam
utama penentu kesuksesan penerapan keberhasilan Elly T, 2005)
kualitas, dimana top management harus bersikap,
berpikir dan bertindak tentang kualitas dalam semua 4. Quality Training
keputusan. Top management harus memiliki per-
nyataan kebijakan kualitas yang berhubungan dengan Pelatihan tentang kualitas kepada seluruh
tujuan-tujuan perusahaan. Partisipasi aktif dan keter- employee, sangat dibutuhkan pada suatu organisasi
libatan langsung top management dalam melakukan untuk meningkatkan kualitasnya. Oleh karena itu,
inspeksi dan control terhadap aktivitas, merupakan manajemen perlu berpartisipasi aktif dalam mendukung
indikator kesuksesan penerapan kualitas pada organi- pelaksanaan quality training, yaitu:
sasi. Faktor penting yang juga harus dimiliki oleh top a. Melakukan planning terhadap pelaksanaan quality
management agar dapat mendukung perbaikan planing.
pelaksanaan kualitas adalah adanya leadership yang b. Melakukan pelatihan tentang konsep perbaikan
menunjang dari top management itu sendiri. kualitas secara berkala pada employee.
c. Melakukan proses identifikasi kebutuhan ber-
2. Strategic Planning for Quality kelanjutan yang meliputi evaluasi terhadap
pelatihan yang telah diikuti.
Pada strategic planning for quality, dibutuhkan
partisipasi seluruh employee demi peningkatan 5. Recognition
kualitas. Oleh karena itu, tanggung jawab kualitas
Manajemen perlu memberikan recognition
harus secara jelas dikomuniksikan kepada seluruh
kepada employee yang telah melakukan perbaikan
employee dan manajemen harus memiliki rencana kualitas. Recognition yang diberikan suatu perusaha-
operasional yang menggambarkan secara kualitas an kepada employee, dapat diartikan sebagai suatu
secara jelas. Strategic planning for quality dapat balas jasa. Recognition dapat digunakan untuk me-
berjalan dengan baik di perusahaan tersebut, apabila ningkatkan motivasi dan mengukur kinerja kualitas
perusahaan memiliki visi, misi dan asas penuntun kerja employee yang telah melakukan perbaikan
yang jelas dalam melakukan kualitas. Oleh sebab itu, kualitas, dimana hal ini nantinya dapat meningkatkan
manajemen harus memiliki strategi yang baik dalam job satisfaction. Recognition dapat berupa insentif
pelaksanaan kerja untuk peningkatan kualitas di atau penghargaan. Employee perlu dilibatkan dalam
perusahaannya. Perencanaan kerja kualitas yang baik perencanaan dan penerapan program recognition.
di suatu perusahaan dapat berlangsung dengan baik, Sistem recognition yang baik, harus memenuhi
apabila dikerjakan oleh orang yang benar-benar beberapa kriteria (Tjiptono & Diana, 2003) sebagai
mengetahui tentang perusahaan tersebut. berikut:
166 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

a. Dilakukan secara konsisten, diberikan dengan cara 9. Quality Assurance


yang sama dari waktu kewaktu.
b. Dilakukan secara berkala, semakin pendek jarak Quality assurance merupakan suatu program
antara recognition dan tindakan, semakin baik yang berisi aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan
untuk menghindari efek pengakuan tersebut. agar kualitas pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
kualitas pekerjaan yang diinginkan. Quality assurance
6. Empowerment and Involvement meliputi: kebijakan, prosedur, standar, pelatihan dan
panduan yang berhubungan dengan pekerjaan ter-
Pelibatan karyawan (involvement) adalah proses sebut, serta adanya suatu sistem yang menghasilkan
untuk mengikutsertakan para karyawan pada semua kualitas. Menurut Kerzner (1995), sistem quality
level organisasi dalam pembuatan keputusan dan assurance yang baik harus: 1) mengidentifikasikan
pemecahan masalah bagi kesuksesan organisasi. tujuan standar, 2) mengumpulkan dan menggunakan
(Robbins, 2003). Pemberdayaan (empowerment) dapat data untuk perbaikan berkelanjutan, dan 3) melaku-
diartikan sebagai pelibatan karyawan yang berarti. kan quality audits.
Pemberdayaan tidak hanya sekedar memiliki masuk-
an, tetapi memperhatikan, mempertimbangkan, dan Kinerja Karyawan
menindaklanjuti masukan tersebut. Involvement yang
baik dan berguna harus diikuti dengan employee Sumber daya manusia memiliki peran penting
empowerment (Nasution, 2001). Empowerment dan diantara faktor-faktor yang lain dalam organisasi
involvement yang berhasil perlu didukung dengan perusahan. Hal tersebut menuntut perusahaan perlu
adanya suatu tindakan efektif dengan meningkatkan memperhatikan kinerjanya. Usaha peningkatan
wewenang employee dalam mengambil keputusan kinerja karyawan melalui memberikan pendidikan,
terhadap pekerjaannya, (Johnson, 2000 dan Stoner et pelatihan dan pengembangan baik untuk kebutuhan
al., 1995). jangka pendek maupun jangka panjang selalu
dilakukan perusahaan.
7. Quality Improvement Teamwork Beberapa uraian tentang kinerja dalam Rivai
(2005) adalah sebagai berikut: 1) kinerja merujuk
Teamwork merupakan kumpulan tenaga kerja pada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas
yang berusaha untuk mencapai kualitas pekerjaan serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah
yang dilakukan secara bersama-sama. Untuk men- ditetapkan, 2) kinerja dinyatakan baik dan sukses jika
capai kualitas yang diinginkan pelanggan, maka tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik dan
quality improvement teamwork harus melibatkan kinerja tidak berdiri, tetapi dipengaruhi tiga factor,
semua level tenaga kerja yang ada pada organisasi, yaitu kemampuan, keinginan dan lingkungan
(Hellriegel & Slocum, 1992). Syarat-syarat quality (Donely,Gibson & Ivencevich, 1994). Kinerja sebagai
improvement teamwork yang efektif menurut fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),
Hellriegel & Slocum (1992) adalah: motivasi atau motivation (M), dan kesempatan atau
a. Tim harus memiliki wewenang dari organisasi opportunity (O). Dalam perumusan lain: Kinerja = f
untuk memecahkan masalah yang ada dihadapnya (A x M x O). Artinya, kinerja merupakan fungsi dari
dan anggota tim harus setuju pada masalah yang kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robins,
ada. 2003). Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan
b. Anggota tim harus mendukung pimpinannya dan performance atau kinerja adalah hasil kerja yang
bertanggung jawab. dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam
c. Keputusan yang dibuat harus berdasarkan pada suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan
konsensus bersama. tanggung jawab masing-masing dalam upaya pen-
d. Semua konflik yang terjadi pada tim harus capaian tujuan perusahaan secara legal, tidak me-
dibicarakan secara terbuka. langgar hukum, tidak bertentangan dengan etika dan
dipengaruhi oleh kemampuan, keinginan, lingkungan,
8. Measurement and Analysis kesempatan.
Dalam konsep manajemen, manusia sebagai
Pengukuran pada pekerjaan yang telah dikerja- sumber daya dalam perusahaan/instansi diharapkan
kan, dapat dilakukan dengan menggunakan the seven mampu untuk memanfaatkan dan meningkatkan
quality control tools. Data yang ada pada proses tenaga sepenuhnya atau seoptimal mungkin untuk
pekerjaan yang dilakukan, dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas yang diikuti oleh tercipta-
melakukan perbaikan pada pekerjaan tersebut. Setiap nya hubungan kerja yang bermutu dengan konotasi
proses pekerjaan, perlu dilakukan pencatatan secara yang menyenangkan, penuh tenggang rasa dan saling
terperinci, agar memudahkan dalam melakukan per- membangun. Memanfaatkan sumber daya manusia
baikan terkandung pengertian pembinaan struktur organisasi
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 167

dan pengembangan mutu tenaga kerja baik secara mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurang-
aktual maupun potensial. Kinerja tidak hanya an kerugian dari tiap unit.
merupakan produktifitas karena kinerja menyangkut 5. Need for supervision adalah tingkatan dimana
perilaku alami yang dimiliki seorang untuk bebas seorang karyawan dapat melakukan pekerjaannya
melakukan tindakan sesuai keinginannya, perilaku tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan
bebas untuk bertindak ini tetap tidak bisa dilepaskan dari atasannya.
darisyarat-syarat formal peran seorang karyawan 6. Interpersonal impact adalah tingkatan di mana
untuk meningkatkan fungsi efektif suatu organisasi. seorang karyawan merasa percaya diri, punya
keinginan yang baik dan bekerja sama di antara
Kriteria Kinerja Karyawan rekan kerja.

Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai seber- Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
apa baik karyawan telah melaksanakan pekerjaannya
dan apa yang harus mereka lakukan untuk menjadi Penerapan SMM ISO menurut Brown & van
lebih baik di masa mendatang. Ini dilaksanakan der Wiele (1998), Mears & Voehl (1995), Meyer &
dengan merujuk pada isi pekerjaan yang mereka Allen (1997), Zink (1994) dalam Mei Feng et al.
lakukan dan apa yang mereka harapkan untuk (2006) terdiri dari tiga framework, yakni: (1) peren-
mencapai setiap aspek dari pekerjaan mereka. Isi dari canaan sertifikasi ISO 9001, (2) komitmen organisasi,
suatu pekerjaan merupakan dasar tetap untuk dan (3) penerapan prosedur. Budaya kualitas merupa-
perumusan sasaran yang akan dicapai dari suatu tugas kan pola nilai, keyakinan dan harapan yang tertanam
utama yang dapat dirumuskan sebagai target dan berkembang dikalangan anggota organisasi
kuantitas, standar kinerja suatu tugas atau proyek mengenai perkejaannya untuk menghasilkan produk
tertentu untuk diselesaikan (Rivai & Basri, 2005). atau jasa yang berkualitas. (Hardjosoedarmo, 2004).
Berdasarkan President’s Quality Award dan Malcolm
Menurut Russel (1993) terdapat enam kriteria untuk
Baldridge National Quality Award, budaya kualitas
menilai kinerja karyawan, yaitu:
terdiri dari: (1) top management support for quality,
1. Quality adalah tingkatan dimana proses atau (2) strategic planning for quality, (3) customer focus,
penyesuaian pada cara yang ideal didalam me- (4) quality training, (5) recognition, (6) empowerment
lakukan aktivitas atau memenuhi aktivitas yang and involvement, (7) quality improevement teamwork,
sesuai harapan. (8) measurement and analysis, (9) quality assurance.
2. Quantity adalah jumlah yang dihasilkan diwujud- Kinerja karyawan diturunkan dari Mei Feng et
kan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau al. (2006), dilihat dari kinerja operasional berpenga-
jumlah dari siklus aktivitas yang telah diselesai- ruh signifikan hanya pada kinerja operasional dan dan
kan. sangat lemah berpengaruh pada kinerja bisnis.
3. Timeliness adalah tingkatan di mana aktivitas telah Sementara menurut Sutoyo (2006) penerapan SPM
diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari ISO 9001 berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang Menurut Russel (1993), kinerja diukur dari: a)
ada untuk aktivitas lain. kualitas kerja, b) kuantitas kerja, c) waktu kerja, dan
4. Cost effectiveness adalah tingkatan dimana peng- d) efektivitas kerja.
gunaan sumber daya perusahaan berupa manusia, Dari uraian diatas, maka kerangka konsep
keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 2.
H4

Perencanaan Serifikasi ISO 9001 (X1) H1

H7
Komitmen Perusahaan (X2) H2
Budaya Kualitas (Z) Kinerja Karyawan (Y)

H3
Penerapan Prosedur (X3)
H6

H5

Gambar 2. Kerangka Konseptual Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Budaya Kualitas
168 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

Berdasarkan kerangka konseptual dan kajian operasional variabel berisi indikator-indikator suatu
pustaka yang dipaparkan di atas kemudian dapat variabel, yang memungkinkan peneliti mengumpul
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: data yang relevan untuk variabel tersebut. Penelitian
H1: Perencanaan sertifikasi ISO 9001, berpengaruh ini menggunakan variabel eksogen implementasi
terhadap kinerja karyawan. sistem manajemen mutu ISO 9001, variabel mediasi
H2: Komitmen organisasi, berpengaruh terhadap budaya kualitas, dan variabel endogen kinerja karya-
kinerja karyawan. wan. Definisi operasional masng-masing variabel dan
H3: Penerapan prosedur, berpengaruh terhadap indikatornya sebagai berikut:
kinerja karyawan. Perencanaan sertifikasi ISO 9001 (X1) adalah
H4: Perencanaan sertifikasi ISO 9001, berpengaruh
perumusan dan desain langkah penerapan sistem
terhadap budaya kualitas.
H5: Komitmen organisasi, berpengaruh terhadap manajemen mutu, mulai dari pemilihan Badan serti-
budaya kualitas. fikasi ISO, identifikasi aspek kualiats, dokumentasi
H6: Penerapan prosedur, berpengaruh terhadap dan lain lain untuk mengukur dari planning yang
budaya kualitas. efektif, maka maka indikator yang diukur adalah: 1)
H7: Budaya kualitas berpengaruh secara signifikan identifikasi aspek kualitas, 2) dokumentasi, 3) training,
terhadap kinerja karyawan. dan 4) pembuatan prosedur standar.
Komitmen organisasi (X2) merupakan komit-
METODE PENELITIAN men dari perusahaan yang meliputi top manajemen,
middle manajemen dan karyawan dalam menerapkan
Populasi dan Sampel klausul-klausul ISO. Ada pun indikator untuk meng-
ukur komitmen organisasi adalah: 1) komitmen top
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan manajemen, 2) komitmen middle manajemen, dan 3)
PT. Otsuka Indonesia mulai level group leader hingga komitmen karyawan.
manajer dan karyawan yang pernah mengikuti Penerapan prosedur (X3) merupakan persyarat-
training atau briefing mengenai SMM ISO 9001, di an penting dari ISO, untuk membuat prosedur ter-
semua unit produksi dan departemen. Karyawan hadap semua aktivitas kerja yang berdampak terhadap
dipilih secara acak sebesar 110 orang sebagai sampel kualitas. Indikator dari implementasi prosedur adalah:
yang merupakan wakil dari populasi yang diteliti 1) Audit periodik, 2) Kepatuhan terhadap prosedur
(Arikunto, 2006). Besaran sampel digunakan ber- standar, 3) Penerapan corrective and preventive
pedoman berdasarkan jumlah data yang akan action.
digunakan dalam model analisis Structural Equation Budaya kualitas (Y1) merupakan pola nilai nilai
Modeling (SEM). Menurut Ferdinand (2002), beber- keyakinan dan harapan yang tertanam dan ber-
apa pedoman penentuan besarnya sample size untuk kembang dikalangan anggota organisasi mengenai
SEM diberikan sebagai berikut: a) apabila pendugaan pekerjaannya untuk menghasilkan produk dan jasa
parameter menggunakan metode kemungkinan mak- yang berkualitas (Hardjosoedarmo, 2004). Survei
simum (maximum likelihood estimation) besar sampel terhadap budaya kualitas digunakan untuk mengukur
yang disarankan adalah antara 100 hingga 200, b) seberapa jauh kesadaran pekerja dalam melakukan
sebanyak 5 hingga 10 kali jumlah parameter yang ada prinsip-prinsip perbaikan kualitas dan mengimple-
di dalam model dan akan diduga, dan c) sebanyak 5 mentasikan pada organisasi tempat mereka bekerja
hingga 10 kali jumlah variabel manifest (indikator) (Johnson, 2000). Ada sembilan faktor dalam meng-
dari keseluruhan variabel laten. Penelitian ini melibat- ukur budaya kualitas berdasarkan President Quality
kan sebanyak 22 indikator, sehingga merujuk pada Award dan Malcolm Balddridge Naional Quality
aturan ketiga diperlukan ukuran sampel minimal 5 x Award, yakni: 1) top management support for quality,
22 atau sebesar 110, dan ukuran sampel maksimum 2) strategic planning for quality, 3) customer focus, 4)
10 x 22 atau sebesar 220. Berdasarkan atas aturan di quality training, 5) recognition, 6) empowerment and
atas, maka diperoleh ukuran sampel sebesar 110 involvement, 7) quality improvement team, 8) mea-
dalam penelitian ini sudah memenuhi. surement and analysis, and 9) quality assurance.
Kinerja karyawan adalah hasil atau tingkat
Definisi Opersional Variabel keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
Definisi operasional variabel adalah unsur pene- dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
litian yang memberitahukan bagaimana cara meng- standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
ukur suatu variabel penelitian atau dapat dikatakan yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
semacam petunjuk pelaksana mengukur suatu disepakati bersama (Rivai & Basri, 2005). Menurut
variabel (Zainuddin dalam Novitasari, 2003). Definisi Russel (1993), kriteria kinerja karyawan adalah:
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 169

a. Kualitas kerja adalah proses atau penyesuaian satu variabel dependen (endogen). Structural Equa-
pada cara yang ideal di dalam melakukan aktivitas tion Modeling (SEM) merupakan suatu teknik
atau memenuhi aktivitas yang sesuai harapan. statistika yang melakukan pengujian sebuah rangkai-
b. Kuantitas kerja adalah jumlah yang dihasilkan an hubungan yang relatif rumit dan secara simultan.
diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit Hubungan itu dapat dibangun antara satu atau
atau jumlah dari siklus aktivitas yang telah di- beberapa variabel tergantung dengan satu atau
selesaikan. beberapa variabel independen dan dapat berbentuk
c. Waktu kerja adalah aktivitas telah diselesaikan faktor atau konstruksi yang dibangun dari beberapa
dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentu- variabel indikator. Variabel-variabel itu dapat ber-
kan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk bentuk sebuah variabel tunggal yang diobservasi atau
aktivitas lain. diukur secara langsung (Ferdinand, 2002).
d. Efektifitas kerja adalah penggunaan sumber daya Structural Equation Modeling (SEM) merupa-
perusahaan berupa manusia, keuangan, dan tekno- kan model yang tepat untuk menyelesaikan model
logi dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil penelitian ini, disebabkan dapat menampung per-
yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap masalahan lebih dari satu persamaan (multi equation)
unit. dan input data berupa observable ataupun unobser-
vable variable. Solimun (2009), menjelaskan bahwa
Prosedur Pengambilan Data SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara
analisis faktor, model struktural dan analisis path.
Prodesur pengambilan data penelitian dilakukan Alat bantu perhitungan SEM yang umum digunakan
melalui langkah penentuan sampel dari populasi adalah program Analysis of Moment Structures
penelitian dengan mengacak nomor induk pegawai (AMOS) versi 6. AMOS dipilih karena memiliki
masing-masing departemen di lingkungan PT. Otsuka keunggulan dibandingkan dengan program lain
Indonesia di Malang. Sampel sebanyak 110 pegawai seperti SPSS, SAS, LISREL. Penggunaan metode
yang terpilih diwawancara face-to face dan sekaligus akan memudahkan analisis secara simultan, lebih
diberikan kuesioner untuk mendapatkan persepsi ringkas dan efisien. SEM merupakan metode yang
karyawan terhadap indikator variabel penelitian yang dilandasi oleh teori yang kuat, sehingga metode SEM
digunakan. Pengukuran persepsi ini dilakukan dengan digunakan untuk menguji sebuah teori, baik teori baru
menggunakan skala Likert (skala 1 yang menyatakan yang dikembangkan sendiri oleh peneliti maupun
persepsi sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 teori yang sudah lama, yang pembuktiannya mem-
untuk menyatakan persepsi sangat setuju) terhadap butuhkan pengujian empirik. SEM bukan untuk
setiap pernyataan dalam kuesioner. membentuk teori kausalitas tetapi untuk menguji
kausalitas teori yang sudah ada (Hair, et al., 2006).
Analisis Deskriptif Dalam diagram alur hubungan antar konstruk
ditunjukkan melalui anak panah. Konstruk-konstruk
Analisis deskriptif melalui distribusi frekuensi, yang dibangun dalam diagram alur dibedakan
dapat memberikan informasi secara relatif maupun menjadi dua kelompok yaitu konstruk eksogen dan
kumulatif terhadap objek penelitian. Informasi dapat konstruk endogen, seperti Gambar 3.
dinyatakan dalam bentuk prosentase (%), atau secara
relatif setiap kelas atau kategori, maupun jumlah Perencanaan
Sertifikasi (X1)
proporsi sampai ke kelas kelompok atau kategori
tertentu atau frekuensi kumulatif. Selain itu dapat
ditampilkan mean atau rataan, yang merupakan nilai Komitmen
Perusahaan (X2)
Budaya
Kualitas (Y1)
Kinerja
Karyawan (Y2)

pemusatan data penelitian. Selain itu digunakan


proporsi dari dua kelompok kategori teratas yang
dikenal dengan Top Two Boxes (TTB), untuk Implementasi
Prosedur (X3)

proporsi kelompok yang menilai indikator dari setiap


variabel penelitian. Pada bagian ini akan dianalisis Gambar 3. Model Struktural Penerapan SMM ISO 9001,
hubungan antara rataan dengan TTB, makin besar Budaya Kualitas dan Kinerja Karyawan
angka TTB menunjukkan bahwa persepsi karyawan
makin baik terhadap indikator yang dinilai. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Analisis Hubungan Kausal PT. Otsuka Indonesia merupakan sebuah usaha


patungan di bidang industri farmasi dengan Otsuka
Pola hubungan antar variabel yang akan diteliti Pharmaceutical Co.Ltd. Japan dengan SP. Pres RI No.
merupakan hubungan kausal atau sebab akibat dari B-34/Pres/3/74 dan diresmikan pada tanggal 15 April
satu beberapa variabel independen (eksogen) kepada 1975, berlokasi di Jalan Sumber Waras 25 Lawang,
170 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

Jawa Timur. PT. Otsuka Indonesia menempati lahan Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
seluas ± 40.000 m di Lawang kota kecil di Jawa Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Timur (kurang lebih setengah jam perjalanan ke utara Laki-laki 78 70.9
Malang) tepatnya berada di Jalan Sumber Waras 25, Perempuan 32 29.1
Lawang yang memiliki enam divisi pabrik yaitu: Jumlah 110 100
Lama Bekerja Frekuensi Persentase
1. Large Volume Parenteral Plabottle, memproduksi < 2 tahun 15 13.6
cairan infus kemasan botol plastic 2 - 10 tahun 37 33.6
2. Large Volume Parenteral Softbag, meproduksi >10 - 20 tahun 12 10.9
cairan infus asam amino dan produk spesialis > 20 - 30 tahun 30 27.3
kemasan softbag > 30 tahun 16 14.5
Jumlah 110 100
3. Small Volume Parenteral, memproduksi ampoule Pendidikan Frekuensi Persentase
plastic SMA 36 32.7
4. Terepeutical Drug, memproduksi obat obatan SMK 17 15.5
tablet D3 17 15.5
5. Enteral Nutriceutical, memproduksi suplemen S1 34 30.9
S2 6 5.5
suplemen kesehatan Jumlah 110 100
6. Medical Devices, memproduksi alat alat kesehatan
Keberhasilan di dunia farmasi kini mendorong Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa mayoritas
Otsuka untuk melangkah lebih jauh memasuki responden dalam penelititan ini berjenis kelamin laki-
produk-produk konsumsi. Jaringan usaha Otsuka laki, yaitu sebanyak 78 orang atau 70.9%. Berdasar-
terus berkembang dan semakin meluas dengan kan lama bekerja, terlihat bahwa responden memiliki
kegiatan ekspor produk farmasi Otsuka ke 15 negara lama bekerja antara lebih dari 2 tahun sampai dengan
di Timur Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan dan 10 tahun sebanyak 37 orang atau 33.6%, dan
Afrika. kelompok kedua sebanyak 30 orang atau 27.3%
Sikap antisipasif dan responsif terhadap per- memiliki lama bekerja 20 tahun sampai dengan 30
mintaan pasar mendorong PT. Otsuka Indonesia tahun, dan 16 orang atau 14.5% bekerja selama lebih
untuk mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Otsuka dari 30 tahun. Jika dilihat dari lama bekerja lebih dari
Jaya Indah yang bergerak dalam bidang ekspor daun 2 tahun sebanyak 86.4%, sehingga responden sebagai
teh ke Jepang dan Amerika Serikat. Ekspor daun teh pegawai sudah memiliki budaya kualitas yang
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku terbentuk pada perusahaan ini. Jika dilihat dari tingkat
produksi minuman teh dengan merek java tea yang pendidikan, nampak bahwa tidak ada perbedaan
khusus di pasarkan di Jepang. antara responden pegawai dengan tingkat pendidikan
Semua langkah pengembangan usaha itu dilaku- perguruan tinggi dan SLTA. Hal ini tentu mendukung
kan PT. Otsuka Indonesia dengan satu semboyan bahwa responden mampu mengerti dan menjawab
“kami mempersembahkan produk-produk dengan kuisioner dengan baik.
kualitas terbaik, dengan harga terjangkau dan distri-
busi yang lancar untuk peningkatan kesehatan Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengukuran
masyarakat Indonesia”. PT. Otsuka Indonesia telah
memperoleh sertifikasi ISO 9001, HACCP atau ISO Validitas menunjukkan sejauh mana alat peng-
22000, ISO 14001 dan GMP. Setiap karyawan ukur untuk mengukur apa yang diukur. Sedangkan
diberikan training yang memadai mengenai kualitas, menurut Sugiyono (2007) hasil penelitian yang valid
safety dan peraturan perusahaan. Khusus mengenai bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
SMM ISO 9001, Otsuka memberikan training khusus dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
mengenai ISO 9001 awareness. Saat ini jumlah total yang diteliti. Instrumen penelitian yang memenuhi
karyawan Otsuka adalah 433 karyawan. kesahihan (validity) akan berdampak pada hasil pene-
litian yang memenuhi kesahihan juga. Model peng-
Karakteristik Sampel ukuran yang dimaksud adalah pemeriksaan mengenai
reliabilitas dan validitas instrumen. Solimun (2009),
Sampel yang menjadi responden dalam peneliti- menyatakan bahwa bilamana koefisien korelasi antara
an ini diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, skor suatu indikator dengan skor total seluruh
lama bekerja dan pendidikan. Responden adalah indikator lebih besar 0.3 (r > 0.3), maka instrumen
sampel yang bersedia mengisi kuesioner penelitian. tersebut dianggap valid. Sedangkan untuk memeriksa
Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin reliabilitas instrumen metode yang sering digunakan
ditunjukkan pada Tabel 1. adalah koefisien Alpha-Cronbach. Bahwa suatu
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 171

instrumen (keseluruhan indikator) dianggap sudah lebih kecil dari 0.05 dan nilai Alpha-Cronbach 0.763,
cukup reliabel jika koefisien Alpha-Cronbach (α) sehingga variabel laten budaya kualitas (Y1) yang
> 0.6. dikur dengan indikator top management support for
Tabel 2 menyajikan pengujian validitas dan reli- quality, strategic planning for quality, customer focus,
abilitas dari SMM ISO 9001 yang meliputi variable- quality training, recognition, empowerment and
variabel perencanaan sertifikasi ISO 9001 (X1), involvement, quality improvement teamwork, measu-
komitmen perusahaan (X2), dan penerapan prosedur rement and analysis, quality assurances dinyatakan
(X3). valid dan reliabel.
Pengujian instrumen pengukuran variabel laten
Tabel 2. Hasil Pengujian Instrumen Variabel SMM ISO 9001 endogen kinerja karyawan (Y2) yang terdiri dari
empat indikator. Pengujian validitas dan reliabilitas
Variabel SMM
ISO 9001
Indikator R Sig. Keterangan instrument pengukurannya disajikan pada Tabel 4.
Quality Aspect 0,726 0,000 Valid Tabel 4. Hasil Pengujian Instrumen Variabel Kinerja
Perencanaan
Dokumentasi 0,691 0,000 Valid karyawan (Y2)
Sertifikasi ISO
Training 0,689 0,000 Valid
9001 (X1) Indikator R Sig. Keterangan
Pembuatan Prosedur 0,717 0,000 Valid
Alpha Cronbach = 0,662 Reliabel Kuantitas Kerja 0,759 0,000 Valid
Komitmen Top Management 0,759 0,000 Valid Kualitas kerja 0,749 0,000 Valid
Perusahaan Middle Management 0,832 0,000 Valid Waktu kerja 0,628 0,000 Valid
(X2) Karyawan 0,784 0,000 Valid Efektifitas Kerja 0,714 0,000 Valid
Alpha Cronbach = 0,674 Reliabel
Alpha Cronbach = 0,699 Reliabel
Audit Periodik 0,843 0,000 Valid
Penerapan Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instru-
Mengikuti Prosedur 0,778 0,000 Valid
Prosedur (X3) men pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
Penerapan Tindakan 0,690 0,000 Valid
Alpha Cronbach = 0,657 Reliabel koefisien korelasi r > 0.30 dan nilai signifikansi r pada
masing-masing indikator lebih kecil dari 0.05,
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instru- menunjukan bahwa indikator-indikar tersebut valid
men pada Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa nilai sebagai alat ukur variabel laten endogen kinerja
korelasi dari masing-masing indikator untuk setiap karyawan (Y2). Hasil yang ditunjukan juga melalui
variabel laten, r > 0.30 dan nilai signifikansi r tersebut nilai Alpha-Cronbach ternyata sebesar 0.674,
lebih kecil dari 0.05. Nilai Alpha-Cronbach lebih sehingga indikator kuantitas kerja, kualitas kerja,
besar dari 0.6. Hal ini menunjukan bahwa ketiga waktu kerja dan efektifitas kerja yang digunakan
secara bersama untuk mengukur kinerja karyawan
variabel laten eksogen perencanaan sertifikasi (X1),
(Y2) dinyatakan reliabel.
komitmen perusahaan (X2), dan penerapan prosedur
(X3) dinyatakan valid dan reliabel. Deskripsi Variabel Penelitian
Selanjutnya diuji validitas dan reliabilitas variabel
endogen budaya kualitas (Y1) sebagai mediasi antara Tujuan dari deskripsi tentang masing-masing
pengaruh penerapan SMM ISO 9001 terhadap kinerja indikator dari variabel penelitian adalah untuk
karyawan. Berikut disajikan pengujian validitas dan mengetahui bagaimana pemusatan dan penyebaran
reliabilitas indikator variabel laten budaya kualitas persepsi responden terhadap indikator-indikator ter-
(Y1). sebut. Penilaian persepsi responden dilakukan untuk
variable SMM ISO 9001, yang meliputi perencanaan
Tabel 3. Hasil Pengujian Instrumen Variabel Budaya kualitas (Y1) sertifikasi (X1), komitmen perusahaan (X2), dan
Indikator r Sig. Keterangan penerapan prosedur (X3), variabel budaya kualitas
Top management support for quality 0,622 0,000 Valid (Y1), dan variabel kinerja karyawan (Y2). Penilaian
Strategic planning for quality 0,642 0,000 Valid persepsi responden disajikan pada Tabel 5.
Customer focus 0,513 0,000 Valid Selain itu akan dilihat juga nilai rataan persepsi
Quality training 0,601 0,000 Valid dari masing-masing indikator variabel penelitian, serta
Recognition 0,684 0,000 Valid
Empowerment and involvement 0,548 0,000 Valid
proporsi responden yang berpersepsi setuju dan
Quality improvement teamwork 0,619 0,000 Valid sangat setuju (Top Two Boxes atau TTB). Makin
Measurement and analysis 0,544 0,000 Valid tinggi nilai rataan dan proporsi TTB menunjukan
Quality assurances 0,559 0,000 Valid bahwa makin baik penilaian responden terhadap
Alpha Cronbach = 0,763 Reliabel indikator tesebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
SMM ISO, Budaya Kualitas, maupun Kinerja
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instru- Karyawan sudah berjalan secara optimal atau baik.
men pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai r > Berikut kategori persepsi karyawan responden
0.30 untuk setiap indikator, dan dengan nilai Sig. r menurut Sugiyono (2007):
172 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

Tabel 5. Kategori Kebaikan Persepsi Responden nampak bahwa komitmen top management mendapat
No Nilai Rataan Skor Kategori penilaian dengan kategori sangat baik. Penilaian
1 1.00-1.80 Sangat Kurang Baik terhadap komitmen middle management dan komit-
2 1.81-2.60 Kurang Baik men karyawan masuk dalam kategori baik. Secara
3 2.61-3.40 Cukup Baik keseluruhan terlihat bahwa persepsi responden
4 3.41-4.20 Baik
5 4.21-5.00 Sangat Baik terhadap komitmen perusahaan menjalankan SMM
ISO 9001 masih termasuk pada kategori sangat baik.
Berikut penilaian responden terhadap variabel Jika dilihat dari angka TTB sebesar 88%, maka dapat
perencanaan sertifikasi ISO 9001 yang terdiri dari disimpulkan bahwa komitmen perusahaan terhadap
empat indikator, yaitu identifikasi quality aspect, SMM ISO 9001 masih pada kategori baik.
dokumentasi, training, dan pembuatan prosedur.
Penilaian terhadap komitmen perusahaan terdiri dari Tabel 7. Penilaian Variabel Budaya Kualitas (Y1)
tiga indikator, yaitu indikator komitmen top mana- TTB
gement, komitmen middle management, dan komit- Indikator Rataan Keterangan
%
men karyawan. Selanjutnya variabel penerapan Top management support for quality 84.5 4.28 Sangat Baik
prosedur terdiri dari tiga indikator, yaitu audit Strategic planning for quality 74.5 3.96 Baik
periodik, mengikuti prosedur, dan penerapan tindakan Customer focus 80.0 4.05 Baik
korektif dan preventif. Hasil deskripsi dari ketiga Quality training 81.8 3.91 Baik
Recognition 67.2 3.88 Baik
variabel ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Empowerment and involvement 56.4 3.60 Baik
Quality improvement teamwork 64.5 3.71 Baik
Tabel 6. Penilaian Variabel Penerapan SMM ISO 9001 Measurement and analysis 92.8 4.09 Baik
Variabel SMM TTB Quality assurances 83.6 3.95 Baik
Indikator Rataan Keterangan
ISO 9001 % Budaya Kualitas 76.1 3.94 Baik
Perencanaan Quality Aspect 94.5 4.29 Sangat Baik
Sertifikasi Dokumentasi 96.3 4.38 Sangat Baik Persepsi terhadap variabel penerapan prosedur
(X1) Training 91.8 4.29 Sangat Baik
nampak ada pada kategori baik, didukung oleh semua
Pembuatan Prosedur 90.9 4.15 Baik
Total Perencanaan Sertifikasi 93.4 4.28 Sangat Baik
indikator. Hal ini digambarkan dengan TTB sebesar
Komitmen Top Management 90.3 4.38 Sangat Baik 81.2%, menunjukan bahwa walaupun masih masuk
Perusahaan Middle Management 88.2 4.12 Baik pada kategori baik, namun merupakan penilaian yang
(X2) Karyawan 85.4 4.15 Baik paling rendah dibandingkan dengan dua variabel
Total Komitmen Perusahaan 88.0 4.22 Sangat Baik lainnya. Penerapan prosedur merupakan kondisi yang
Penerapan Audit Periodic 81.0 4,04 Baik benar dirasakan oleh semua karyawan pada kegiatan
Prosedur (X3) Mengikuti Prosedur 82.7 3,99 Baik
operasional. Komunikasi dan sosialisasi prosedur
Penerapan Tindakan 80.0 3,92 Baik
Total Penerapan Prosedur 81.2 3,98 Baik
yang kurang dipahami dapat saja mempengaruhi
persepsi karyawan.
Hasil yang nampak pada Tabel 6 menggambar- Penilaian responden atau karyawan melalui
kan bahwa perencanaan sertifikasi ISO 9001 diper- persepsi terhadap indikator variabel budaya kualitas,
sepsikan pegawai pada kategori sangat baik, terutama nampak ada pada kategori baik, kecuali indikator Top
pada indikator dokumentasi. Hal ini menunjukan management support for quality dengan rataan skor
sebesar 4.8 dan TTB 84.5%. Indikator yang memiliki
bahwa perusahaan sangat memperhatikan kualitas
kategori persepsi baik namun dengan rataan skor
proses, sehingga menunjukan bahwa perusahaan yang
yang paling rendah adalah empowerment and
bergerak di bidang farmasi ini bertanggung jawab atas
involvement, yaitu dengan rataan skor 3.60 dan TTB
proses produksi yang dijalankan. Jika dilihat dari 56.4%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan belum
angka TTB, maka dapat digambarkan bahwa setiap mampu memberikan pemberdayaan dan keterlibatan
indikator pada Perencanaan Sertifikasi mendapat karyawan dalam menjalankan kualitas operasi peru-
penilaian sangat baik oleh lebih dari sembilan puluh sahaan. Hal lain yang nampak masih lemah adalah
persen responden. Seperti pada kategori persepsi quality improvement teamwork, nilai rataan skor
sangat baik yang diberikan responden, nampak juga sebesar 3.71 dan TTB 64.5%. Data ini menunjukan
dukungan dari angka TTB di atas 90%. Dari kedua bahwa budaya kualitas perusahaan ini masih belum
ukuran penilaian ini dapat disimpulkan bahwa PT. terbentuk dengan baik, walaupun dukungan pucuk
Otsuka Indonesia telah mampu melakukan peren- pimpinan untuk kualitas mendapat penilaian sangat
canaan sertifikasi dengan baik. baik. Pemberdayaan dan keterlibatan karyawan, serta
Selanjutnya untuk melihat kebaikan persepsi pengembangan keja tim masih perlu diperhatikan
responden karyawan terhadap komitmen perusahaan, dalam membentuk budaya kualitas perusahaan.
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 173

Tabel 8. Penilaian Variabel Kinerja Karyawan (Y2) c. Uji Outlier


TTB
Indikator Rataan Keterangan Pemeriksaan terhadap oultier multivariat dari
%
Top management support for quality 80.0 4.02 Baik data yang ada dilakukan menggunakan kriteria
Strategic planning for quality 80.9 4.03 Baik Mahalanobis distance dengan kriteria p < 0.001.
Customer focus 81.8 4.00 Baik Mahalanobis distance dievaluasi menggunakan
Quality training 93.6 4.25 Sangat Baik derajat bebas sebesar banyaknya parameter yang
Kinerja Karyawan 84.1 4.07 Baik digunakan yaitu sebesar 83 dengan nilai ktitis =
115.88. Kaidah pengambilan keputusan, jika Md dari
Data yang nampak pada Tabel 8 memperlihat- titik obeservasi < 115.88 maka titik observasi bukan
kan bahwa quality training mendapat penilaian sangat suatu outlier. Penelitian ini memiliki titik observasi
baik dengan rataan skor 4.25 serta nilai TTB 93.6%, yang paling jauh adalah titik ke 186 dengan nilai Md
kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan begitu = 41.486. Jika dibandingkan dengan nilai 115.88
serius dalam memperhatikan kualitas kerja karyawan. maka nilai Md titik ke-14 <115.88, sehingga seluruh
Terlihat bahwa 93% responden memiliki persepsi data bukan merupakan outlier, sehingga asumsi tidak
setuju sampai sangat setuju terhadap kualitas training terjadinya outlier pada data dapat dipenuhi.
yang dilakukan. Terlihat pula bahwa walaupun
kinerja karyawan dipersepsikan baik, namun memi- Analisis Model Persamaan Struktural (SEM)
liki rataan skor lebih besar dari empat. Secara umum
kategori kebaikan persepsi terhadap kinerja karyawan Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap
tergolong baik. kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai
kriteria goodness of fit. Berikut ini beberapa indeks
Analisis Hubungan Pengaruh antar Variabel kesesuaian dan cut-off value dan hasil pengujian
model (Ferdinand, 2002).
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa untuk
Tabel 9. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model Struktural
dapat menggunakan model SEM dengan baik, maka
terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Dalam Kriteria Cut-of value Hasil Pengujian Keterangan
X2 Chi-square 219 344 Kurang Baik
penelitian ini asumsi yang diuji adalah: Peluang Signifikan  0.05 0.000 Kurang Baik
Khi Kuadrat/DF ≤ 2.00 1.547 Baik
a. Asumsi Linearitas GFI  0.90 0.784 Moderat
AGFI  0.90 0.732 Moderat
Hasil pengujian asumsi linearitas dilakukan TLI  0.95 0.756 Moderat
dengan metode curve fit, dihitung dengan bantuan CFI  0.95 0.785 Moderat
RMSEA ≤ 0.08 0.071 Baik
software SPSS dan hasilnya dilihat debgab jriteria
pengujian, yaitu jika nilai signifikansi model linear <
Hasil pengujian goodness of fit overall disajikan
0.05, maka asumsi linieritas terpenuhi. Hasilnya ter- pada Tabel 9. Berdasarkan tersebut, dapat diketahui
lihat bahwa semua pengaruh model linear memiliki bahwa tidak semua kriteria menunjukkan model baik.
peluang signifikan secara parsial < 0.05, atau penga- Terlihat bahwa hanya kriteria Chi-Square/DF dan
ruh linearitasnya signifikan, sehingga asumsi lineari- RMSEA yang telah memenuhi nilai cut-off, dimana
tas terpenuhi. nilai Chi-Square/DF sebesar 1.547 yang kurang dari
2, dan RMSEA sebesar 0.071 yang di bawah 0.08.
b. Asumsi Normalitas Menurut Arbuckle dan Wothke dalam Solimun
(2009), kriteria terbaik yang digunakan sebagai
Seperti dijelaskan di atas bahwa asumsi norma- indikasi kebaikan model adalah nilai Chi-Square/DF
litas multivariate diuji dengan bantuan software yang kurang dari 2 dan RMSEA yang di bawah 0.08.
AMOS. Jika nilai CR multivariate data lebih kecil Pada penelitian ini, nilai CMIN/DF dan RMSEA
dari 1.96, maka asumsi normal multivariate ter- telah memenuhi nilai cut-off. Oleh karena itu model
penuhi. Namun sebaliknya, jika nilai CR multivariate cocok dan layak untuk digunakan, sehingga dapat
data lebih besar dari 1.96, maka asumsi normalitas dilakukan interpretasi guna pembahahasan lebih
multivariate tidak terpenuhi, artinya data tidak lanjut.
normal. Nilai CR multivariate data yang diperoleh Dari Tabel 10 dan Gambar 5. terlihat terdapat
dari data ini sebesar 1.840 lebih kecil dari 1.96, lima jalur dari tujuh jalur memiliki pengaruh langsung
sehingga asumsi normalitas multivariate data dapat yang signifikan, sedangkan dua jalur lainnya memiliki
terpenuhi. pengaruh langsung yang tidak signifikan. Budaya
174 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Langsung


Nomor Hipotesis Hubungan Antar Variabel Standardize CR P
1 Perencanaan Sertifikasi (X1) ke Budaya Kualitas (Y1) 0.330 2.308 0.021*
2 Komitmen Perusahaan (X2) ke Budaya Kualitas (Y1) 0.354 2.476 0.013*
3 Implementasi Prosedur (X3) ke Budaya Kualitas (Y1) 0.324 2.366 0.018*
4 Perencanaan Sertifikasi (X1) ke Kinerja Karyawan (Y2) 0.131 0.925 0.355
5 Komitmen Perusahaan (X2) ke Kinerja Karyawan (Y2) 0.307 2.026 0.043*
6 Implementasi Prosedur (X3) ke Kinerja Karyawan (Y2) 0.064 0.533 0.594
7 Sumber Daya (X3) ke Kinerja Karyawan (Y2) 0.507 2.627 0.009*
Keterangan: * menyatakan hubungan pengaruh signifikan

Identifikasi Quality
Aspect Top Management
support for quality
0.653
Strategic planning for
Dokumentasi
quality
0.575
Perencanaan
Sertifikasi (X1) 0.547 Customer focus
0.481
Training 0.569
0.590 0.330
0.379 Quality Training
0.459
Pembuatan
Prosedur Budaya Kerja
0.500 Recognition
(Y1)
0.464
Empowerment dan
0.563
Involvement
Top Management 0.354 0.475
Quality Impreovement
0.527 0.517
0.131 teamwork
Komitmen
Middle Management 0.763 Measurement and
Perusahaan (X2)
Analysis
0.507
0.707 0.324
Quality assurances
Karyawan
0.307
Kuantitas Kerja

Audit Periodic 0.588


Kualitas Kerja
Kinerja 0.598
0.951
0.064
Karyawan (Y2) 0.510
Implementasi Waktu Kerja
Mengikuti Prosedur 0.481
0.653
Prosedur (X3)
0.505
Efektivitas Kerja
Implementasi
tindakan korektif
dan preventif

Keterangan: garis lurus menyatakan jalur yang pengaruh langsungnya signifikan

Gambar 5. Diagram Jalur Model Struktural dalam SEM

kualitas (Y1) dipengaruhi secara langsung oleh kedua koefisien pengaruh langsung atau semua
perencanaan sertifikasi (X1), komitmen perusahaan pengaruh langsung yang membentuknya adalah signi-
(X2) dan penerapan prosedur (X3). Kinerja karyawan fikan. Pengaruh tidak langsung yang positif, meng-
(Y2) dipengaruhi secara langsung oleh komitmen indikasikan bahwa terdapat peningkatan pengaruh
perusahaan (X2), akan tetapi tidak dipengaruhi oleh total akibat pengaruh tidak langsung, sehingga mem-
perencanaan sertifikasi (X1) dan penerapan prosedur perbaiki kedudukan variabel mediasi sebagai variabel
(X3). Berdasarkan pengujian pengaruh langsung, dari yang memperbaiki pengaruh variabel eksogen
ketujuh pengaruh langsung, terdapat dua pengaruh terhadap variabel endogen. Sebaliknya jika koefisien
langsung yang tidak signifikan yaitu (Hipotesis H4) jalur pengaruh tidak langsung negatif, maka ke-
perencanaan sertifikasi (X1) terhadap kinerja karya- dudukan variabel mediasi memperlemah pengaruh
wan (Y2) dan (Hipotesis H6) penerapan prosedur varibel eksogen terhadap variabel endogen dari dalam
(X3) terhadap kinerja karyawan (Y2). model.
Pengujian pengaruh tidak langsung digunakan Pada penelitian ini terbukti bahwa budaya
dari beberapa hasil pengujian pengaruh langsung dan kualitas perusahaan memperbaik hubungan positif
diperoleh dari hasil kali antara dua atau lebih penerapan SMM ISO 9001 terhadap kinerja karya-
koefisien pengaruh langsung yang membentuknya. wan di PT. Otsuka Indonesia. Selain itu, nampak
Pengaruh tidak langsung dinyatakan signifikan jika bahwa komitmen perusahaan dalam menjalankan
Semuel: Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 175

SMM ISO 9001 memiliki pengaruh langsung ter- ngembangkan budaya kualitas dan budaya kualitas
hadap kinerja karyawan, sedangkan perencanaan menunjang perbaikan proses yang akhirnya menaik-
sertifikasi dan penerapan prosedur tidak memiliki kan kinerja karyawan (Gore dalam Setiawan, 2006).
pengaruh langsung yang signifikan. Ketiga variabel
implementasi SMM ISO 9001 memiliki pengaruh KESIMPULAN
tidak langsung yang signifikan terhadap kinerja
karyawan melalui budaya kerja perusahaan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dijabarkan pada bagian sebelumnya, dapat ditarik
Moon & McKinnon, dalam Nurjanah (2008) yang beberapa kesimpulan, yaitu:
menyatakan bahwa komitmen perusahaan mem- 1. Penerapan SMM ISO 9001 meliputi perencanaan
pengaruhi positif terhada budaya kualitas dan sertifikasi, komitmen organisasi, dan penerapan
sebaliknya. Mengikuti pendapat dari Ndraha (2007) prosedur, memiliki persepsi yang beragam dari
bahwa pembentuk budaya kualitas di perusahaan karyawan responden, dimana perencanaan sertifi-
adalah pendiri perusahaan, pemilik, sumber daya kasi memiliki persepsi yang sangat baik diban-
asing, luar organisasi, stakeholder dan masyarakat dingkan dengan dua variabel lainnya.
luar. Merujuk pada pendapat ini maka dapat 2. Budaya kualitas memiliki persepsi yang baik,
dikatakan bahwa pembentuk budaya kualitas adalah namun untuk dua indikator pembentuknya, yaitu
dari stakeholder perusahaan yakni top manajemen, empowerment dan involvement, serta quality
middle manajemen dan karyawan sendiri, sehingga improvement teamwork masih memiliki persepsi
semakin tinggi komitmen stakeholder, maka semakin yang rendah dari karyawan.
terbentuk budaya kualitas yang baik. Sebaliknya, 3. Kinerja karyawan memiliki persepsi yang baik
semakin baik budaya kualitas maka semakin baik oleh karyawan responden dengan indikator
pula komitmen perusahaan. kualitas training dipersepsikan sangat baik.
Hasil pengaruh langsung sertifikasi ISO 9001 4. Penerapan SMM ISO 9001 mampu meningkatkan
terhadap kinerja karyawan yang tidak signifikan, kinerja karyawan secara signifikan melalui budaya
berbeda dengan hasil penelitian Briscoe et al. dalam kualitas perusahaan sebagai mediasinya.
Mei Feng et al. (2006) yang menunjukkan peren-
canaan sertifikasi ISO 9001 secara langsung ber- DAFTAR PUSTAKA
pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal
disebabkan karena kondisi perusahaan yang berbeda. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pen-
Perbedaan paling mendasar adalah perencanaan dekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta:
sertifikasi ISO 9001 di PT. Otsuka Indonesia lebih Rineka Cipta.
banyak dikerjakan oleh key person setiap departemen Boiral, O. 2003. ISO 9000: Outside the Iron Cage.
sehingga ada anggapan bahwa perencanaan sertifikasi Organization Science, 14(6): 720:737.
tidak memberikan pemberdayaan dan kebebasan serta
kualitas kerja tim karyawan. Banyak industri kecil Briscoe, J.A., Fawcett, S.E. & Todd, R.H. 2005. The
dan besar gagal dalam menerapkan SMM ISO 9001, Implementation and Impact of ISO 9000
karena kegagalan dalam meyiapkan perencanaan Among Small Manufacturing Enterprises.
yang matang mengenai penerapan ISO 9001 (Mears Journal of Small Business Management, 43(3):
& Voehl, 1995 dalam Mei Feng et al., 2006). 309-330.
Perencanaan ISO 9001 merupakan hal penting yang Brown, A. 1994. The Quality Management Research
perlu dipertimbangkan dalam menerapkan SMM Unit Industry Experience with ISO 9000.
(ISO Org, 2011). Paper presented at the second National
Pengaruh positif secara tidak langsung peren- Research Conference on Quality Management,
canaan sertifikasi melalui budaya kualitas terhadap Australia.
kinerja karyawan, mengindikasikan bahwa ISO 9001
Dale, B.G. 2003. Developing, Introducing and
merubah orientasi budaya kerja karyawan menuju Sustaining TQM. (http://www.blackwellpubli-
budaya kualitas yang akhirnya mampu menaikkan shing.com,diakses 17 Oktober 2010).
kinerja karyawan. Hal ini sesuai dengan pendapat
beberapa peneliti sebelumnya yang mengatakan Dessler, G. 1997. Human Resource Management.
bahwa penerapan ISO 9001 sangat bergantung dari Seventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
budaya organisasi (Cortada & Goetsch dalam Donelly, J.H., Gibson, I. 1994. Organisasi: Perilaku,
Tjiptono & Anastasia, 2003). Penelitian lainnya juga Struktur, dan Proses. Edisi Kelima. Jakarta:
menyebutkan bahwa SMM ISO 9001 mampu me- Penerbit Erlangga.
176 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 162-176

Elly, T. 2005. Pemodelan Quality Culture dan Orga- Molan, B. 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia.
nizational Climate pada Perusahaan Kontrak- Jakarta: Prenhallindo.
tor. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Nasution, M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu.
Universitas Kristen Petra. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modelling. Nurjanah. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Semarang: Universitas Diponegoro. Budaya Organisasi terhadap Komitmen Orga-
Gaspersz, V. 2005. Manajemen Kualitas. Jakarta: PT. nisasi dalam Meningkatkan Kinerja. Tesis
Gramedia Pustaka Umum. tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Gingele, J., Childe, S.J. & Miles, M.E. 2002. A
Modelling Technique for Reengineering Novitasari, A., Nyoman, N. 2003. Pengaruh Stress
Business Processes Controlled by ISO 9001, Kerja terhadap Motivasi dan Kinerja Karya-
Computers in Industry, 49(3): 236-251. wan PT. H.M Sampoerna. Tesis tidak dipubli-
kasikan. Surabaya: Universitas Airlangga.
Hair, J.F., Black, W.C., Babib, B.J., Anderson, R.E.
& Tatham, R.L. 2006. Multivariate Data Parncharoen, C., Girardi, A. & Entrekin, L. 2005. The
Impact of Cultural Values on the Succesful
Analysis. New Jersey: Pearson Education.
Implementation of Total Quality Management:
Hardjosoedarmo, S. 2004. Total Quality Manage- A Comparison between the Australian and
ment. Yogyakarta: Penerbit Andi. Thai Models. Total Quality Management, 5(1):
597– 609.
Hellriegel, D. & Slocum. 1992. Management. Sixth
Edition. Boston: Addison Wesley Publishing Rivai, V. & Basri,M.F.A. 2005. Perfomance Apprai-
Company. sal, Sistem Penilaian Kinerja Karyawan dan
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan.
Johnson, J. J. 2000. Diffences in Supervisor Non Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supervisor Perception of Quality Culture and
Organizational Climate. Public Personnel Russel, B. & John, H. 1993. Human Resources
Management, 29(1): 25-44. Management. New York: McGraw-Hill.
Kerzner, H. 1995, Project Management. New York: Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior. Tenth
Van Nostrand Reinhold. Edition. Singapore: Prentice-Hall.
Kekale, T. 1999. The Effects of Organizational Setiawan, W. 2006. Pengaruh Implementasi Total
Culture on Successes and Failures Implemen- Quality Management (TQM) terhadap Budaya
tation of Some Total Quality Management Kualitas. Tesis tidak dipublikasikan. Malang:
Approach. Bristol Business School Teaching Universitas Brawijaya.
and Research Review, 1(1): 1-15. Solimun. 2009. Structural Equation Modeling LISREL
dan Amos. Malang: Fakultas MIPA Univer-
Kujala, J. & Ullrank, P. 2004. Total Quality Mana-
sitas Brawijaya.
gement as a Cultural Phenomenon. (hhtp://
www.asq.org, diakses 10 Oktober 2005). Stoner, J.A.F., Freman, R., Edward, G. & Gilbert, R.
1995. Management. Sixth Edition. Englewood
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). Cliffs: Prentice-Hall.
2005. Panduan Penerapan Manajemen Mutu
ISO 9001:2000. Jakarta: PT. Elex Media Sutoyo. 2006. Analisis Pengaruh Penerapan Sistem
Komputindo. Manajemen Mutu ISO 9001:200 Terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Brantas Abhi-
Mei Feng, T., Terziovski, M. & Samson, D. 2006. praya Wilayah I Medan. Tesis tidak dipubli-
Relationship of ISO 9001:200 Quality System kasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Cerfication with Operational and Business
Performance. Journal of Manufacturing Tech- Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
nology Management, 19(1): 22-37. CV Alfabeta.

Metri, B.A. 2005. TQM Critical Succes Factors for Taliziduhu, N. 2007. Teori Budaya Organisasi. Jakarta:
Construction Firms. Management, 10(2): 61- Penerbit Rineka Cipta.
72. Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta:
Moeljono, D. 2003. Budaya Korporat dan Keunggul- Bumi Aksara.
an Korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Kom- Tjiptono, F. & Diana, A. 2003. Total Quality Mana-
putindo. gement. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai