Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Gede Bagus Krisna Mahardika

NIM : 2017051020

Kelas : 5J

Tugas 2 Manajemen Kualitas Total

1. Untuk dapat mewujudkan tujuan bisnis yang telah dirancang dengan seksama oleh para
manajer puncak perusahaan, maka diperlukan adanya total quality manajement . Ada 6
(enam) konsep yang dapat digunakan untuk menerapkan prinsip-prinsip kualitas.
Uraikanlah ke enam prinsip tersebut!

Jawaban:

6 konsep yang dapat digunakan untuk menerapkan prinsip-prinsip kualitas ini didasarkan pada
pemikiran Craig Johnson & Golomski (1999) untuk memajukan pendidikan dengan basis
kualitas yakni:

1) Leadership (kepemimpinan), merupakan komponen utama dalam suatu organisasi.


Pemimpin layaknya kepala, yang merupakan orang yang berada paling atas dan
menentukan arah berkembang atau tidaknya organisasi. Pemimpin sewajarnya terbuka
dan memiliki pandangan dan visi yang jelas akan masa depan, demi mempertahankan
sustainabilty organisasi untuk jangka panjang melalui peningkatan kualitas terhadap
pelanggan. Maka dari itu, penting bagi pemimpin untuk bisa mengkomunikasikan visi
ini secara efektif agar seluruh staf (komponen organisasi) bisa terlibat dalam mencapai
tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas berkelanjutan dengan menyediakan
praktik-praktik terbaik yang sistematis dan terdokumentasi, penilaian dan peninjauan
terhadap proses secara sistematis, menyediakan perbaikan proses secara sistematis, dan
bertanggungjawab mempertahankan nilai-nilai yang dimiliki. Selain itu, pemimpin pula
berperan dalam membangun motivasi bagi tiap stafnya untuk tidak berhenti dalam
melakukan perbaikan kualitas demi memuaskan pelanggan.
2) Customer (pelanggan). Proses manajemen kualitas bertujuan untuk memenuhi
persyaratan pelanggan dan memberikan produk atau layanan yang melampaui tingkat
yang diharapkan. Maka dari itu organisasi perlu mengembangkan fokus pelanggan
yang kuat, yang mana merupakan cara terbaik untuk menunjukkan komitmen terhadap
kualitas. Namun, sebelum lebih jauh lagi, organisasi perlu untuk mendefinisikan siapa
yang termasuk dalam pelanggan bagi organisasi itu sendiri – yang mana tidak hanya
terbatas pada orang yang membeli produk, tetapi bisa investor ataupun kreditor. Setelah
itu organisasi, dapat mengumpulkan umpan balik dari pelanggan yang menjadi kunci -
apakah itu baik atau buruk, karena pada dasarnya hal ini bisa menjadi temuan mengenai
ketidaksesuaian dan meningkatkan proses kerja organisasi sehingga dapat memperkuat
kinerjanya lebih jauh. Di samping memuaskan pelanggan, organisasi pun harus
mempertimbangkan kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya,
baik karyawan, pemasok, investor, atau masyarakat luas.
3) Factual approach to decision making (pendekatan yang berdasarkan fakta dalam
membuat keputusan). Data yang akurat dan andal sangat penting untuk membuat
keputusan yang tepat dan efektif. Misalnya, untuk memecahkan akar penyebab
ketidaksesuaian kualitas, maka organisasi memerlukan bukti yang tepat. Data yang
berhubungan dengan kualitas ini harus mencakup kebutuhan dari pelanggan dan
stakeholder lainnya, pengendalian proses, pengukuran kinerja, dan nilai-nilai yang akan
diubah. Data-data tersebut haruslah memiliki sifat reliabel, konsisten, terstandarisasi,
tepat waktu, terbaru, akurat dan selalu siap tersedia. Selain itu, informasi tersedia perlu
dipastikan tersedia bagi seluruh pihak yang membutuhkannya dan saluran komunikasi
tetap terbuka untuk menghindari adanya miss-communication ataupun ketidakjelasan
informasi.
4) Involvement of people (keterlibatan semua pihak). Prinsip ini menyatakan bahwa semua
orang dalam organisasi harus kompeten, diberdayakan, dan terlibat dalam memberikan
nilai sehingga dalam memberikan manfaat bagi organisasi. Karyawan, pimpinan,
hingga administrator merupakan aset yang menghasilkan dan mempertahankan modal
intelektual manakala kualitas produk atau jasa tersebut dihasilkan. Sistem kualitas
menjamin kepercayaan dan keyakinan seluruh staf untuk mewujudkan kualitas produk
atau jasa yang lebih baik, sehingga efisiensi dan efektivitas sistem tersebut
memungkinkan seluruh staf mencapai sasaran organisasi atau perusahaan, maupun
industri secara umum. Dengan seluruh pihak terlibat dalam peningkatan kualitas, maka
ide-ide kreatif dan inovatif akan lebih banyak muncul yang bisa memberikan kontribusi
dalam perbaikan kualitas. Sehingga, keterlibatan ini perlu didorong dengan rekognisi
dari pimpinan. Pimpinan perlu menghargai dan memberikan apresiasi atas kinerja tiap
individu di organisasi. Ketika karyawan mampu dihargai dan diakui keberadaannya
maka pada saat itu karyawan akan menjadi loyal pada organisasi.
5) Process approach (pendekatan proses). Organisasi khususnya bisnis merupakan
kegiatan mengubah bahan baku (input) melalui process menjadi produk atau jasa
(output). Ketika organisasi ingin mengedepankan kualitas produk atau jasa maka tentu
tidak hanya berfokus pada outputnya saja. Dalam artian melakukan inspeksi terhadap
produk dan melakukan produksi kembali atau membenahi produk yang cacat saja tanpa
memperhatikan adanya ketidaksesuaian dan memperbaiki proses produksinya.
Sehingga penting untuk bisa menghasilkan kualitas, organisasi perlu melihat seluruh
bagian aktivitas organisasi. Semua aktivitas harus dikelola sebagai proses yang saling
terkait untuk menciptakan hasil yang konsisten dan dapat diprediksi Ketika suatu
aktivitas-aktivitas tiap divisi organisasi telah berjalan dengan baik, maka tentu produk
yang dihasilkan juga akan baik tanpa adanya kecacatan. Prinsip Plan-Do-Check-Act
(PDCA) dari Standar ISO 9001 dapat membantu dalam membangun budaya
perencanaan serta akhirnya pada pengawasan kualitas yang efektif
6) Contionous improvement (perbaikan terus-menerus dan berkesinambungan). Fokus
yang berkelanjutan pada peningkatan adalah prinsip dasar untuk keberhasilan
organisasi. Perbaikan terus-menerus ini haruslah menjadi sasaran organisasi yang
sifatnya permanen, tidak bisa hanya sementara saja. Jika dilihat kembali, sifat dasar
manusia yang memiliki keinginan tidak terbatas tentu saja ia akan selalu mencari hal-
hal yang dapat mempermudah kehidupan mereka. Sehingga, perbaikan yang dilakukan
satu, dua kali pada organisasi tidak akan cukup dalam memenuhi ekspektasi pelanggan.
Perbaikan perlu dilakukan secara terus-menerus seiring bertumbuhnya kebutuhan dan
ekspektasi pelanggan. Perbaikan, terutama dalam sistem kualitas, meliputi dua kriteria,
yaitu hasil yang secara terus-menerus meningkat dan biaya yang secara terus-menerus
menurun.
2. Pemimpin pada organisasi yang efektif menggunakan alat dan wawasan yang
memungkinnya untuk mengelola lebih baik, lebih cepat, dan lebih efektif dalam memenuhi
persaingan usaha. Sistem dan metode dalam manajemen kualitas dapat memberikan
petunjuk dan arahan bagi semua personil dalam organisasi. Ada berbagai model standar
perusahaan yang bisa dipergunakan untuk menjamin mutu perusahaan. Sehingga ketika
suatu perusahaan telah mencapai atau memenuhi standar tertentu, perolehan standar itu
merupakan suatu penghargaan bagi perusahaan. Uraikanlah bagaimana peran penghargaan
dalam penjaminan kualitas?

Jawaban:

Jika dilihat secara mendasar penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi yang diberikan
kepada seseorang karena telah melakukan pekerjaan dengan luar biasa. Bentuk penghargaan
umumnya dapat berupa moneter ataupun bentuk lainnya, seperti umpan balik, pengakuan,
kepercayaan dan lainnya (Luthra et al., 2021). Dalam organisasi atau perusahaan, penghargaan
menjadi salah satu cara yang dilakukan pemimpin dalam membangun motivasi karyawan untuk
mencapai sasaran, yang mana salah satunya adalah perbaikan kualitas. Karyawan pada
dasarnya akan melakukan sesuatu hal apabila dapat memperoleh benefit dari aktivitas yang
diberikan. Secara alamiah pun manusia akan selalu didorong untuk berkompetisi, dimanapun,
dan kapanpun. Sehingga, ketika organisasi memberikan kebijakan penghargaan atas pekerjaan
yang terlaksana baik dengan kriteria tertentu demi mencapai sasaran kualitas, maka karyawan
akan rela terlibat dalam aktivitas perbaikan kualitas dan peningkatan mutu produk. Perubahan
(perbaikan kualitas) dalam organisasi tidak dapat terjadi secara sukarela dan berjalan efektif
jika tiap organisasi di dalamnya tidak merasakan sesuatu manfaat yang akan diterima jika
melakukan perubahan tersebut. Begitupun dengan organisasi. Organisasi tidak akan melakukan
peningkatan kualitas jika tidak dapat merasakan manfaat yang diterima di masa mendatang.
Penghargaan terhadap kualitas dalam lingkup organisasi lebih menekankan pada kompetisi
atau persaingan bukan pada tingkat pemenuhan persyaratan standar tertentu, seperti ISO. Dapat
dilihat beberapa model penghargaan kualitas, diantaranya The Deming Prize yang digunakan
di Jepang, The Baldridge Awards yang digunakan di Amerika, dan European Quality Awards
dan British Quality Asociation yang digunakan di Eropa yang mana telah dijadikan sebagai
ajang kompetisi tahunan untuk mengadakan contionous improvement (Ariani, 2019).
Walaupun pada dasarnya penghargaan terhadap kualitas bertujuan untuk memberikan jaminan
kepada pelanggan bahwa produk atau jasa yang diberikan suatu organisasi tersebut telah layak
dan memenuhi standar tertentu, serta memberikan pengakuan atas usaha yang telah dilakukan
organisasi. Tetapi, dengan diberikannya penghargaan melalui bentuk kompetisi ini organisasi
secara tidak langsung termotivasi untuk mengadopsi perbaikan berkelanjutan tanpa adanya
paksaan (mandatory). Organisasi akan berusaha sebaik mungkin menjalankan kriteria tertentu
yang telah menjadi standar kualitas untuk memperoleh penghargaan tersebut sehingga
menjadikan suatu keunggulan bersaing bagi organisasi dengan kompetitornya.
Referensi

Ariani, D. W. (2019). Modul 3 Quality Systems. http://repository.ut.ac.id/4792/1/EKMA4265-


M1.pdf

Craig Johnson, F., & Golomski, W. A. J. (1999). Quality concepts in education. TQM
Magazine, 11(6), 467–473. https://doi.org/10.1108/09544789910298852

Luthra, S., Garg, D., Agarwal, A., & Mangla, S. K. (2021). Total Quality Management (TQM) :
Principles, Methods, and Applications. Boca Ration: CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai