Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN KISTA OVARIUM DI

RUANG AN-NISA

A.Anatomi dan Fisiologi Ovarium

Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii. Dua
ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina
illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke
uterus. Pada palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama
(homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah
almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali
lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat
dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi
seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan
nodular menjadi kasar.

Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat menghasilkan ovum.
Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba
uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. (Evelin, 200: 261)

Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel primordiial dan medula
sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah, serabut sara
dan sedikit otot polos. (Bobak. 1995: 25)

Fungsi ovarium adalah:

- Memproduksi ovum

Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior mengendalikan (melalui aliran
darah) produksi hormon ovarium. Hormon perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal
pertumbuhan folikel de graaf, hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing
Hormon (LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.

- Memproduksi hormon estrogen

Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai sesudah
menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel
ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen penting untuk
pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan perubahan anak gadis pada
masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan
wanita normal. (Evelin, 2000: 262)

- Memproduksi hormon progesterone

Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh
estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium menjadi tebal, lembut
dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi. (Bobak, 1995: 28)
B.Pengertian

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda
seperti bubur (Dewa, 2000).

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya
diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).

C.Prevalensi angka kejadian kista ovarium

The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980
kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena
kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan
pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,5 per 100.000).
Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan
angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2010).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena
pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais,
ditemukan kira-kira 30 pasien setiap tahun. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit
Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien kista
endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita
karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus pasien
kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah
wanita karir yang telah berumah tangga (Nasdaldy, 2009).

D.Klasifikasi

1.Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)

- Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista. (Prawirohardjo, 2002). Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan
seringkali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak
berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi
dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal.
- Kista korpus luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi korpus albikans.
Terkadang korpus lutem akan mempertahankan diri ( korpus luteum persistens),
perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan
yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat
menimbulkan gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur.
Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan
yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.

- Korpus Teka Lutein

Kista ini dapat terjadi pda kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum hematoma. Kista teka lutein
biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel atau kista korpus luteum.
Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-kuningan, seacar perlahan-lahan
terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih
atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada
bagian lapisan lutein sehingga pada kista teka ltein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam
jaringan-jaringan perut. (Wiknojosastro,2005).

2.Kista ovarium Neoplastik

- Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
jernih yang serosa dan berwarna kuning.

- Kistadenoma Ovarii Muscinosum

Bentuk kista multilokular dan biasanya unilatelar, dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga
timbul perlengketan kista dengan omentum, usus, dan peritonem parietale. Kista ini
berasal dari teratoma. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musim
yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.

- Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya unilokular, bila multilokular perlu
dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar musinosum.
Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.

- Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-
abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat
terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga
berasal dari sel telut melalui proses partenogenesis. (Smeltzer, 2002).
3. Etiologi

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :

1.Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaituyang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini
dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

2.Gaya hidup tidak sehat, diantaranya :

- Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

- Zat tambahan pada makanan

- Kurang olahraga

- Merokok dan konsumsi alcohol

- Terpapar denga polusi dan agen infeksius

- Sering stress

- Zat polutan

4. Manifestasi Klinis

Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor
tersebut. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :

- Gangguan haid.

- Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

- Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.

- Nyeri saat bersenggama

Pada stadium lanjut;

- Asites

- Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus
dan hati).

- Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan. Gangguan buang air besar
dan kecil.

- Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.


5.Patofisiologi

Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi).
Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak
terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid,
sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan.
Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen
oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista,
yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)

Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen
dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa
gejala atau tanda spesifik.

Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang.

Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat
hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan
testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006).

Kista non-neoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal
di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik.
Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau
pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya
adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium,
biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada
kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm
sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi
granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang
dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan
perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

6.Pemeriksaan Penunjang

1.Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.

2.Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht menduga


kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi /
infeksi. ( Doenges. 2000:743 )
3.Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan
dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

4.Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada


kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen
pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.

5.Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista
bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)

6.Pap smear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.

7.Penatalaksanaan

1.Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

2.Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.

3.Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan
dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan
tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
bisanya disertai dengan pengangkatan tuba

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan
untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi
intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan
pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.

Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran


menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit,
suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan
perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah
setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi
tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-
benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah
pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk
evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).

8.Komplikasi

Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :

- Perdarahan intra tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan


tindakan yang cepat.

-Torsi

Putaran kista yang biasanya searah dengan jarum jam. Dapat berputar sedikit saja atau
terjadi beberapa putaran. Gangguan perdaran darah yang disebabkan oleh torsi
mengenai susunan vena sehingga kista berwarna kebiruan, dalam keadaan ekstrim arteri
juga terjepit. Torsi kadang – kadang disertai rasa nyeri yang hebat dan terus menerus.
Tetapi kadang – kadang pula nyeri itu hanya sebentar.

-Robekan dinding kista

Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam
ruangan abdomen.

- Keganasan kista ovarium

Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
Pathway
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Biodata, meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.

2) Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

3) Status Obstetrikus, meliputi :


- Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

- Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

- Riwayat persalinan

- Riwayat KB

4) Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)

- Kaji tingkat kesadaran

- Ukur tanda-tanda vital

- Auskultasi bunyi nafas

- Kaji turgor kulit

- Pengkajian abdomen

- Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

§ Auskultasi bising usus

§ Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

§ Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

§ Kaji status balutan

- Kaji terhadap nyeri atau mual

- Kaji status alat intrusive

- Palpasi nadi pedalis secara bilateral

- Evaluasi kembalinya reflek gag

- Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah
anestesi.

- Kaji status psikologis pasien setelah operasi

5) Pemeriksaan fisik

- Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.

- Kepala : Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan, distribusi
rambut, dan kebersihan rambut.

- Mata: Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan fungsi penglihatan.

- Hidung : Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.


- Mulut: Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan, keadaan
mulut dan fungsi menelan.

- Telinga: Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.

- Leher: Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis,
pebesaran kelenjar getah bening.

- Daerah dada: Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung,
bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.

- Abdomen: Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan,
karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.

- Genitalia Eksterna: Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal
dan kebersihan.

- Anus: Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.

- Ektremitas: Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks - refleks, dan
kesulitan pergerakan.

6) Data penunjang

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP). Terapi : terapi yang diberikan
pada post operasi baik injeksi maupun peroral

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan massa pada VU dan rectum.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual , muntah, anoreksia

4. Konstipasi dibuktikan dengan penekanan tumor

5. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

6. Konstipasi dibuktikan dengan penurunan peristaltik usus

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan,nyeri yang dirasakan klien
berkurang atau terkontrol.

Kriteria Hasil :

· Klien melaporkan nyeri berkurang

· Klien tidak tampak mengeluh dan menangis


· Klien tidak gelisah

· Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis

· Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji secara komprehensip terhadap Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien


nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan faktor presipitasi

Observasi reaksi ketidaknyaman secara Untuk mengetahui tingkat


nonverbal ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien

Gunakan strategi komunikasi terapeutik Untuk mengalihkan perhatian pasien


untuk mengungkapkan pengalaman dari rasa nyeri
nyeri dan penerimaan klien terhadap
respon nyeri

Berikan informasi tentang nyeri Pemberian “health education” dapat


termasuk penyebab nyeri, berapa lama mengurangi tingkat kecemasan dan
nyeri akan hilang, antisipasi terhadap membantu klien dalam membentuk
ketidaknyamanan dari prosedur mekanisme koping terhadap rasa nyeri

Ajarkan cara penggunaan terapi non Agar klien mampu menggunakan teknik
farmakologi (distraksi, guide nonfarmakologi dalam memanagement
imagery,relaksasi) nyeri yang dirasakan.

Kolaborasi pemberian analgesic Pemberian analgetik dapat mengurangi


rasa nyeri pasien

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan massa pada VU dan rectum.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pola eliminasi urine kembali normal.

Kriteria Hasil :

- Eliminasi urin tidak terganggu

- Kontinensia urin

INTERVENSI RASIONAL

Catat pola miksi dan monitor pengeluaran Melihat perubahan pola eliminasi
urine. urine.

Lakukan palpasi pada kandung kemih, Menentukan tingkat nyeri yang


observasi adanya ketidaknyamanan dan dirasakan oleh klien.
rasa nyeri.

Bantu pasien memilih posisi normal untuk Mendorong pasase urin dan
berkemih, contohnya berdiri, berjalan ke meningkatkan rasa normalitas
kamar mandi

Ukur volume residu apabila ada kateter Mengawasi keefektifan pengosongan


suprapubik kandung kemih. Residu lebih dari 50
ml menunjukkan perlunya perubahan
kontinuitas kateter sampai tonus
kandung kemih membaik.

Instruksikan pasien untuk latihan perineal Membantu meningkatkan control


kandung kemih/sfingter/urin.
Meminimalkan inkontinensia

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual , muntah, anoreksia

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien menunjukkan status gizi baik.

Kriteria Hasil :

- Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan

- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

- Nilai laboratorium dalam batas normal

- Melaporkan keadekuatan tingkat energi

INTERVENSI RASIONAL

Buat perencanaan makan dengan pasien Menjaga pola makan pasien


untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan. sehingga pasien makan secara
teratur

Dukung anggota keluarga untuk membawa Klien merasa nyaman dengan


makanan kesukaan pasien dari rumah. makanan yang dibawa dari rumah
dan dapat meningkatkan nafsu
makan pasien.

Tawarkan makanan porsi besar disiang hari Dengan pemberian porsi yang besar
ketika nafsu makan tinggi dapat menjaga keadekuatan nutrisi
yang masuk.

Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh Tinggi karbohidrat, protein, dan


sesuai indikasi. kalori diperlukan atau dibutuhkan
selama perawatan.

Pantau masukan dan pengeluaran dan Sebagai data penunjang adanya


timbang berat badan secara periodik. perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan

Kaji turgor kulit pasien Mengetahui keseimbangan intake


dan pengeluaran asuapan makanan.

Kolaborasi : - Untuk dapat mengetahui tingkat


kekurangan kandungan Hb, albumin,
a. - Observasi: dan glukosa dalam darah.
Pantau nilai laboratorium, seperti Hb,
albumin, dan kadar glukosa darah
- Menjaga keadekuatan asupan
nutrisi yang dibutuhkan.

- Kolaborasi dengan ahli gizi penentuan


diet klien

4. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

- TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-
37,5OC)

- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (Rubor, kalor, tumor, dolor, fungsio laesa)

Intervensi Rasional

Dorong teknik mencuci tangan dengan baik Mencegah infeksi nosokomial saat
perawatan.
Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi
secara dini dapat membantu dalam
kecepatan menentukan intervensi

Ukur temperatur tiap 4 jam Peningkatan suhu badan merupakan


salah satu tanda adanya infeksi

Berikan antibiotik sesuai dengan indikas Pemberian antibiotik dapat mecegah


terjadinya infeksi

5. Konstipasi berhubungan dengan penekanan tumor, penurunan peristaltik usus

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat defekasi dengan teratur.

Kriteria Hasil :

- Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari

- Konsistensi feses lembut

- Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan pola defekasi bagi klien dan Untuk mengembalikan keteraturan


latih klien untuk menjalankannya pola defekasi klien

Atur waktu yang tepat untuk defekasi Untuk memfasilitasi refleks defekasi
klien seperti sesudah makan

Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan
dengan indikasi eliminasi fekal

Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 Untuk melunakkan feses


liter per hari

Kolaborasi : Untuk melunakkan eliminasi feses

Pemberian laksatif atau enema sesuai


indikasi

Anda mungkin juga menyukai