ABSTRAK
Tomat termasuk komoditas tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia, namun memiliki nilai ekonomi
yang rendah dan mudah rusak. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengolah tomat menjadi berbagai produk olahan salah satunya adalah pembuatan bubuk tomat. Pembuatan bubuk
suatu bahan dapat dilakukan dengan metode pengeringan pembusaan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan maltodekstrin sebagai bahan pengisi terhadap karakteristik fisikokimia bubuk tomat yang
dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan analisis
deskriptif. Perlakuan yang dicoba adalah penambahan maltodekstrin (10%, 15% dan 20% b/b), dengan tiga kali
ulangan. Parameter yang diamati meliputi: rendemen, warna, laju pengeringan, dan karakteristik fisikokimia bubuk
tomat yang meliputi warna, kadar air, kadar abu, kelarutan, indeks penyerapan air, bulk density, foam density,
kadar vitamin C, dan higroskopisitas. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar air awal campuran jus dan pulp
tomat hasil proses mixing adalah 82,68% (bb) hingga 94,9% (bb). Nilai kadar air bubuk tomat berkisar antara
5,86% (bb) hingga 15,28% (bb). Pada penelitian ini hasil terbaik terdapat pada bubuk tomat dengan perlakuan
penambahan maltodekstrin 20% dengan hasil rendemen 15,29%; kadar air 5,86%; kadar abu 6,24%; foam density
0,57 g/cm3; bulk density 0,77 g/cm3; kelarutan 95,23%; indeks penyerapan air 12,96%; tingkat higroskopisitas
11,36%; kadar vitamin C 75,49 mg/100g. Karakteristik warna bubuk tomat pada perlakuan penambahan
maltodekstrin maupun kontrol menghasilkan warna kromatis merah.
ABSTRACT
Tomato is one of plant commodities that easy to find in Indonesia, but it is easily damaged and has a low
economic price. One of the alternative to solve the problem was performed by processing the fresh tomato into
tomato powder. Tomato powder can made by foam mat drying method. The purpose of this study was to determine
the effect of maltodextrin addition as a filler material on physicochemical properties of tomato powder that made
by foam mat drying. This study conducted with laboratory experimental method with descriptive analysis. There
were three repetitions that consisted of 3 treatments based on the maltodextrin addition (10%, 15% and 20% w/w).
The observed parameters were total yield value, colour, drying rate, and physicochemical properties such as
colour, moisture content, ash content, solubility, water absorption index, bulk density, foam density, vitamin C
content, and hygroscopicity. The results showed that the average moisture content of tomato juice and pulp from
mixing process was 82.68% (bb) to 94.9% (bb). The value of tomato powder water content ranges from 5.86%
(bb) to 15.28% (bb). In this study, the best results were found in tomato powder with 20% maltodextrin addition
treatment with total yield of 15.29%; 5.86% moisture content; 6.24% ash content; foam density 0.57 g/cm3; bulk
density 0.77 g/cm3; 95.23% solubility; water absorption index 12.62%; hygroscopicity 11.36%; vitamin C content
75.49 mg/100g. All of maltodextrin additions and control treatments with and without maltodextrin were resulting
red chromatic colour characteristic.
22
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
23
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
kerusakan zat gizi akibat panas selama warna dominan merah, dicuci hingga bersih
pengeringan, melapisi komponen flavour menggunakan air mengalir. Buah tomat
dan memperbesar volume (Mulyani dkk., dipotong dan bijinya dipisahkan dari daging
2014). Namun perlu diketahui pula apakah tomat. Daging buah tomat di blender
perbedaan penambahan maltodekstrin selama 3 menit, diperoleh jus dan pulp
sebagai bahan pengisi yang digunakan tomat. Jus dan pulp tomat dicampurkan
memberikan pengaruh pada karakteristik dengan maltodekstrin sesuai dengan
fisikokimia bubuk tomat hasil pengeringan perlakuan yaitu (10 %, 15 %, dan 20% b/b)
pembusaan, sehingga pada penelitian ini kemudian dikocok menggunakan mixer
akan diamati pengaruh penambahan selama 2 menit. Putih telur 5% b/b dikocok
maltodekstrin sebagai bahan pengisi menggunakan mixer dengan kecepatan 3
terhadap karakteristik fisikokimia bubuk selama 4,5 menit sehingga terbentuk busa.
tomat hasil pengeringan pembusaan. Jus dan pulp tomat yang sudah dikocok
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dengan maltodekstrin dicampurkan dengan
pengaruh penambahan maltodekstrin busa putih telur sesuai perlakuan kemudian
sebagai bahan pengisi terhadap dikocok menggunakan mixer selama 10
karakteristik fisikokimia bubuk tomat yang menit pada kecepatan 3. Campuran
dihasilkan. dituangkan ke dalam loyang alumunium
yang sudah dilapisi dengan alas plastik
METODE PENELITIAN tahan panas dengan ketebalan 3 mm.
Bahan-bahan yang digunakan pada Pengeringan dilakukan dengan
penelitian ini, yaitu buah tomat apel segar menggunakan oven konveksi selama 8-10
(berasal dari Ciwidey, Bandung, Jawa jam dengan suhu 60℃. Lembaran kering
Barat), putih telur (ayam negeri), air bersih, tomat kemudian ditimbang menggunakan
dan maltodekstrin sebagai bahan pengental timbangan analitik. Lembaran kering tomat
(food grade dari Kimia Mart), kertas saring dihancurkan menggunakan grinder selama
Whatman 42, kertas saring teknis, aquades, 2 menit sehingga diperoleh bubuk tomat
larutan I2 0,01 N, larutan amylum 1%. dan kemudian ditimbang kembali
Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan timbangan analitik. Bubuk
metode eksperimental laboratorium dengan tomat kemudian diayak dengan Ayakan
menggunakan analisis deskriptif. Tyler berukuran 60 mesh agar memiliki
Pembuatan Bubuk Tomat ukuran yang seragam. Bubuk tomat yang
Buah tomat apel segar yang dipanen lolos kemudian ditimbang menggunakan
pada umur 75 hari sebanyak 1000 g, dengan timbangan analitik.
24
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
25
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
26
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
15
Persen
10
0
A B C D E F G
Rendemen total 11,06 13,13 15,29 10,65 12,98 14,68 3,76
Perlakuan
Gambar 1. Rendemen total pembuatan bubuk tomat. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih
telur 5%; B = maltodekstrin 15% putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur
5%; D = maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20%; dan
G = putih telur 5%.
27
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
R² = 0,4582
Laju Pengeringan
3 R² = 0,5813 2,5
2
(g/menit)
(g/menit)
2 1,5 B
A 1
1 0,5 y = 0,0016x + 0,8278 E
y = 0,0019x + 0,7493 B
0 0 R² = 0,3845
R² = 0,4997
0 500 1000 0 500 1000
Waktu (menit) Waktu (menit)
1 2
Laju Pengeringan
2 2 R² = 0,319
R² = 0,6644
(g/menit)
y = 0,0015x + 0,8234
(g/menit)
1,5 1,5
R² = 0,4151
1 C 1
G
0,5 F 0,5
0 0
0 500 1000 0 200 400 600
Waktu (menit) Waktu (menit) 4
3
Gambar 2. Laju Pengeringan Perlakuan. 1. Penambahan Maltodekstrin 10%, 2. Penambahan
Maltodekstrin 15%, 3. Penambahan Maltodekstrin 20%, dan 4. Penambahan
Putih Telur 5%. Keterangan: = perlakuan dengan pengeringan
pembusaan; = perlakuan tanpa pengeringan pembusaan; A =
maltodekstrin 10%, putih telur 5%; B = maltodekstrin 15%, putih telur 5%; C =
maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D = maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin
15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih telur 5%.
28
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
29
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
30
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
20
15
Persen
10
0
A B C D E F G
Kadar air 7,26 6,4 5,86 10,13 9,09 8,17 15,28
Perlakuan
Gambar 3. Kadar air bubuk tomat. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih telur 5%; B =
maltodekstrin 15%, putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D =
maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih
telur 5%.
10
Persen
0
A B C D E F G
Kadar abu 7,09 6,25 6,24 7,65 6,39 5,55 8,02
Perlakuan
Gambar 4. Kadar abu bubuk tomat. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih telur 5%; B =
maltodekstrin 15%, putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D =
maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih
telur 5%.
Berdasarkan Gambar 3, kadar air campuran jus dan pulp tomat maka kadar air
bubuk tomat terendah adalah pada bubuk tomat juga semakin tinggi. Kadar air
perlakuan C dengan nilai kadar air sebesar lembaran kering tomat dan kadar air bubuk
5,86% basis basah. Kadar air bubuk tomat tomat memiliki perbedaan, kadar air bubuk
tertinggi adalah pada perlakuan G dengan tomat lebih kecil dibanding dengan kadar
nilai kadar air sebesar 15,28% basis basah. air lembaran kering tomat. Hal ini diduga
Kadar air campuran jus dan pulp tomat karena adanya proses penggilingan. Pada
berkisar antara 82,68% higga 94,90% saat penggilingan, terjadi panas akibat
menghasilkan lembaran kering tomat adanya putaran pisau yang menggiling
dengan kadar air berkisar antara 6,15% bahan sehingga bahan menjadi panas dan
hingga 16,02%. Semakin tinggi kadar air kadar air bubuk yang dihasilkan menjadi
31
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
berkurang dari kadar air lembaran kering pada perlakuan A, B, dan C menyebabkan
tomat. Konsentrasi maltodekstrin yang peningkatan kadar abu. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi akan mengikat air semakin putih telur mengandung 0,6% kadar abu.
besar sehingga kadar air akan semakin Foam Density
rendah (Ayu dkk., 2016). Penambahan Foam density dapat menyatakan
maltodekstrin dapat meningkatkan total seberapa cepat pengeringan berlangsung.
padatan pada bahan yang akan dikeringkan Semakin rendah nilai foam density maka
dan menurunkan kadar air produk (Phisut, pengeringan dapat berlangsun lebih cepat.
2012). Rata-rata foam density tersaji pada Tabel 2.
Kadar Abu Berdasarkan Tabel 2, nilai foam
Abu adalah zat anorganik sisa hasil density berkisar antara 0,47 g/cm3 hingga
pembakaran suatu zat organik. Kandungan 1,02 g/cm3. Nilai terendah adalah 0,47
abu dan kompisisinya tergantung pada g/cm3 pada perlakuan A sedangkan nilai
macam bahan dan cara penggabuaannya. tertinggi adalah 1,02 g/cm3 pada perlakuan
Kadar abu berhubungan dengan mineral F. Semakin banyak penambahan
suatu bahan. Rata-rata kadar abu bubuk maltodekstrin maka besarnya nilai foam
tomat tersaji pada Gambar 4. density akan semakin meningkat. Hal ini
Berdasarkan Gambar 4, kadar abu diduga karena dengan penambahan
berkisar antara 5,55% hingga 8,02%. Kadar maltodekstrin terjadi kenaikan massa
abu tertinggi adalah pada perlakuan G sehingga nilai foam densitynya akan
dengan nilai kadar abu sebesar 8,02% semakin meningkat. Pada perlakuan D, E,
sedangkan kadar abu terendah adalah pada dan F tanpa penambahan putih telur, nilai
perlakuan F dengan nilai kadar abu sebesar foam density lebih besar dibanding dengan
5,55%. Semakin banyak maltodekstrin perlakuan A, B, C, dan G yang dengan
yang ditambahkan maka akan semakin penambahan putih telur. Hal tersebut
menurun kadar abu bubuk tomat. Menurut diduga adanya penambahan putih telur
(Ayu dkk., 2016), maltodekstrin tidak meningkatkan busa yang dapat memperluas
memiliki kandungan mineral bahan, volume foam sehingga nilai foam
sehingga penambahan maltodekstrin yang densitynya lebih rendah dibanding nilai
lebih sedikit justru membuat kandungan foam density perlakuan tanpa putih telur.
mineral total padatan produk menjadi lebih Selain itu juga, massa foam perlakuan
banyak dibanding penambahan dengan penambahan putih telur lebih ringan
maltodekstrin dalam jumlah yang lebih dibanding dengan massa foam perlakuan
besar. Adanya pembusa yaitu putih telur tanpa penambahan putih telur.
32
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
1
(g/cm3)
0,5
0
A B C D E F G
Bulk density 0,79 0,78 0,77 0,72 0,69 0,68 0,65
Perlakuan
Gambar 5. Bulk density. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih telur 5%; B = maltodekstrin
15%, putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D = maltodekstrin
10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih telur 5%.
Bulk Density adalah pada perlakuan G dengan nilai
Bulk density merupakan sebesar 0,65 g/cm3.
perbandingan antara massa bubuk dengan Semakin banyak maltodekstrin yang
volume bubuk. Bulk density dalam industri ditambahkan maka akan semakin menurun
biasanya dilakukan untuk membantu nilai bulk densitynya. Hal ini diduga karena
menentukan kapasitas bubuk dalam semakin banyak maltodekstrin yang
kemasan dan cara penyimpanan serta ditambahkan maka akan semakin kecil
pendistribusiannya. Rata-rata bulk density kadar air bubuk tomat yang dihasilkan
tersaji pada Gambar 5. sehingga massa bubuk tomat menjadi lebih
Pada pengukuran bulk density, massa kecil pada volume yang sama sehingga nilai
partikel yang terukur merupakan massa bulk densitynya juga akan menjadi
partikel dan massa rongga udara yang menurun. Kadar air yang rendah memiliki
berada diantara dua partikel. Berdasarkan ukuran partikel yang kecil sehingga
Gambar 5, nilai bulk density tertinggi memiliki volume yang lebih rapat dan
adalah pada perlakuan A yaitu sebesar 0,79 mengahasilkan nilai densitas kamba yang
3
g/cm sedangkan nilai bulk density terendah kecil (Widodo dkk., 2015).
33
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
100
90
80
70
Persen
60
50
40
30
20
10
0
A B C D E F G
Kelarutan 91,24 91,52 95,24 91,24 92,86 91,24 78,67
Perlakuan
Gambar 6. Kelarutan bubuk tomat. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih telur 5%; B =
maltodekstrin 15%, putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D =
maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih
telur 5%.
Kelarutan memecah ikatan antar partikel sehingga
Berdasarkan Gambar 6, kelarutan kemampuan produk untuk larut menurun.
bubuk tomat berkisar antara 78,67% hingga Indeks Penyerapan Air
95,24%. Nilai kelarutan tertinggi adalah Berdasarkan Gambar 7, rata-rata nilai
95,24% pada perlakuan C dan nilai indeks penyerapan air bubuk tomat adalah
kelarutan terendah adalah 78,67% pada 10,27% hingga 13,01%. Indeks penyerapan
perlakuan G. Semakin banyak air tertinggi adalah pada bubuk tomat
maltodekstrin yang ditambahkan maka perlakuan F dengan nilai 13,01%
akan semakin meningkat kelarutan bubuk sedangkan indeks penyerapan air terendah
tomat. Maltodekstrin mempunyai sifat yang adalah pada bubuk tomat perlakuan G
mampu mengikat zat-zat yang bersifat dengan nilai 10,27%. Konsentrasi
hidrofobik, selain itu maltodekstrin maltodekstrin yang semakin tinggi akan
merupakan oligosakarida yang sangat mengikat air semakin besar sehingga kadar
mudah larut dalam air, sehingga mampu air akan semakin rendah. Menurut Phisut
membentuk sistem larutan yang terdispersi (2012), bahwa semakin rendah kadar air
merata (Retnanengsih dan Intan, 2014). dalam suatu bahan maka daya serap air akan
Kelarutan juga dipengaruhi oleh kadar air semakin besar.
bahan. Peningkatan air dalam bahan dalam Higroskopisitas
jumlah banyak akan menyebabkan Tingkat higroskopisitas adalah
terbentuknya gumpalan, akibatnya kemampuan bahan untuk menyerap uap air
dibutuhkan waktu yang lama untuk dari lingkungan sekitar hingga bahan tidak
34
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
15
10
Persen
5
0
A B C D E F G
Indeks penyerapan air 11,37 11,96 12,96 10,65 12,44 12,84 10,27
Perlakuan
Gambar 7. Indeks penyerapan air. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih telur 5%; B =
maltodekstrin 15%, putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D =
maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih
telur 5%.
25
20
Persen
15
10
5
0
A B C D E F G
Higroskopisitas 12,17 11,57 11,36 14,85 13,18 12,53 21,46
Perlakuan
35
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
350
300
250
(mg/100g)
200
150
100
50
0
A B C D E F G
Kadar vitamin C 110,42 88,17 75,49 159,72 154,94 88,28 318,35
Perlakuan
Gambar 9. Kadar vitamin C bubuk tomat. Keterangan: A = maltodekstrin 10%, putih telur 5%;
B = maltodekstrin 15%, putih telur 5%; C = maltodekstrin 20%, putih telur 5%; D
= maltodekstrin 10%; E = maltodekstrin 15%; F = maltodekstrin 20% dan G = putih
telur 5%.
Penurunan tingkat higroskopisitas ini Bubuk tomat yang sudah dikeringkan
terjadi karena gugus hidrofob yang dimiliki masih memiliki kadar vitamin C meskipun
oleh maltodekstrin menyebabkan sulitnya menurun dari kadar vitamin C tomat pada
bahan menyerap air dari lingkungan kondisi segar. Kandungan vitamin C
sehingga produk yang dihasilkan memiliki menurun setelah sari buah tomat dibuat
tingkat higroskopisitas yang rendah menjadi bubuk. Penurunan tersebut diduga
(Rizaldi, 2012). Menurut Phisut (2012), akibat kerusakan vitamin C yang
konsentrasi maltodekstrin memberikan disebabkan oleh proses oksidasi. Kadar
higroskopis serbuk yang berbeda. vitamin C bubuk tomat berkisar antara
Konsentrasi maltodekstrin yang tinggi. 75,49 g/100g hingga 284,5 g/100 g. Kadar
Kadar Vitamin C vitamin C tertinggi adalah bubuk tomat
Vitamin C adalah salah satu dari jenis pada perlakuan G dengan nilai 284,5 g/100g
vitamin yang bersifat larut dalam air dan sedangkan kadar vitamin C terendah bubuk
berperan sebagai salah satu antioksidan. tomat adalah pada perlakuan C dengan
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah kadar vitamin C sebesar 75,49 g/100g.
rusak karena pengaruh panas selama Penambahan maltodekstrin diduga dapat
pengeringan. Adanya penambahan menurunkan kadar vitamin C. Berdasarkan
maltodekstrin diduga dapat melindungi Retnanengsih dan Intan (2014)
kandungan vitamin C tomat selama proses maltodekstrin mengandung oligosakarida,
pengeringan. Rata-rata kadar vitamin C oligosakarida merupakan senyawa yang
dapat dilihat pada Gambar 9. mempunyai gugus hidroksil (OH) yang
banyak sehingga mampu menetralisir sifat
36
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
asam. Nilai kadar vitamin C pada perlakuan yaitu kadar air 5,86% basis basah; kadar
A, B, C lebih rendah dibandingkan dengan abu 6,24%; kelarutan 95,24%; indeks
perlakuan D, E, F; hal ini diduga karena penyerapan air 12,96%; tingkat
pada perlakuan A, B, C terjadi penambahan higroskopisitas 11,36%; kadar vitamin C
putih telur. Adanya putih telur dapat 75,49mg/100g, serta menghasilkan
memperluas permukaan bahan yang bubuk tomat dengan warna kromatis
dikeringkan sehingga kontak bahan dengan merah.
udara pengering semakin meningkat, hal ini 4. Perbedaan penambahan maltodekstrin
menyebabkan penurunan kadar vitamin C berpengaruh terhadap laju pengeringan.
pada perlakuan tersebut. Pada perlakuan G Semakin banyak maltodekstrin yang
tidak ada penamabahan maltodekstrin ditambahkan maka laju pengeringan
sehingga sifat asam dari tomat tidak semakin menurun karena semakin besar
dinetralisir, dan vitamin C dilindungi oleh total padatan dalam umpan yang
busa dari putih telur. dikeringkan maka semakin sedikit
jumlah air yang harus dievaporasi.
KESIMPULAN
1. Pembuatan bubuk tomat apel dengan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan metode pengeringan Ayu, M., U. Rosidah, dan G. Priyanto.
2016. Pembuatan sambal cabai hijau
pembusaan membutuhkan bahan pengisi
instan dengan metode foam mat
maupun bahan pembusa guna drying. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal 20-21 Oktober
mendapatkan hasil yang optimal.
2016. Universitas Sriwijaya.
2. Perbedaan penambahan maltodekstrin Palembang.
pada proses pengeringan pembusaan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1995. Daftar komposisi zat
mempengaruhi rendemen total bubuk gizi pangan Indoneisa. Jakarta:
tomat apel, dengan nilai rendemen Departemen Kesehatan.
terbaik sebesar 15,29% dengan Djaeni, M., M.S. Triyastuti, dan H.S.
Rahardjo. 2016. Pengaruh
penambahan maltodekstrin sebesar 20% pengeringan dengan metode
dan putih telur 5%. gelembung terhadap sifat fisik produk
ekstrak bunga rosela. Reaktor, 16(2):
3. Perbedaan penambahan maltodekstrin 96-102.
pada pengeringan pembusaan GEA Niro Research Laboratory. 2005.
mempengaruhi karakteristik fisikokimia Higroscopicity GEA Niro Method
No. A 14 a (on-line). https://www.
bubuk tomat apel dengan perlakuan gea.com/en/binaries/A%2014%20a%
penambahan maltodekstrin 20% dan 20-%20Hygroscopicity_tcm11-
putih telur 5% memberikan hasil terbaik
37
p-ISSN: 1410-0029; e-ISSN2549-6786
Agrin Vol. 22, No. 1, April 2018
38