Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

Pengaruh Tingkat Kemasakan dan Konsentrasi Kitosan Terhadap Mutu dan


Kualitas Buah Tomat (Solanum Lycopersicum L.)

Effect of Maturity Stages and Chitosan Consentrationto Quality of Tomatoes


(Solanum lycopersicum L.)

Reny Mita Sari*, Erie Maulana Sy.1, Rizka Novi Sesanti1, Fahri Ali1
1
Program Studi D4-Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura, Jurusan Budidaya Tanaman,
Politeknik Negeri Lampung

Diterima 24 Februari 2021 Disetujui 30 April 2021

ABSTRAK
Tomat merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang produksinya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya permintaan akan buah tomat harus diiringi
dengan jaminan mutu dan kualitas produk hingga sampai ke tangan konsumen.
Perlakuan yang diberikan untuk menjaga mutu dan kualitas buah tomat adalah tingkat
kemasakan (green dan turning) dan konsentrasi kitosan (2%, 3%, dan 4%). Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh tingkat kemasakan,
konsentrasi kitosan, dan interaksinya terhadap mutu dan kualitas buah tomat pada 21
hari penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kemasakan awal turning
menunjukkan susut bobot dan tingkat kesukaan konsumen yang signifikan lebih tinggi
yaitu sebesar 6.27 g dan 1.66, serta tingkat kekerasan yang signifikan lebih rendah yaitu
1.60 kg cm-2 jika dibandingkan dengan buah tomat dengan tingkat kemasakan awal
green. Perlakuan pelapisan kitosan 3% berpengaruh signifikan meningkatkan
kandungan zat terlarut pada buah tomat. Perlakuan kombinasi tidak menunjukkan
interaksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap mutu dan kualitas buah tomat.

Kata kunci : tomat, kemasakan, kitosan, kualitas

ABSTRACT
Tomato is one of Indonesia's export commodities that its production continues to
increase from year to year. The high demand for tomatoes must be in the line with the
guarantee of quality product until it reach to the consumers. The treatments given to
maintain the quality of tomatoes were the maturity stages (green and turning) and the
concentration of chitosan (2%, 3%, and 4%). The aim of this study is to obtain the
information about the effect of maturity stages, chitosan consentration, and its
interaction to the quality of tomatoes at 21 days of storage. The results showed that
the‘turning’ initial maturity stage showed a significantly higher weight loss and
consumer preference level, it’s 6.27 g and 1.66, andlower level of hardness, it’s 1.60 kg
cm -2compare with‘green’maturitytomatoes. The 3% chitosan coating treatment had a
significant effect on increasing the soluable solid content of tomatoes. The combination
treatment did not give any significant interactions to the qualityof tomatoes.

Keywords : tomatoes, maturity, chitosan, quality

*korespondensi : renymita@polinela.ac.id
34
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

PENDAHULUAN diakibatkan pada proses panen dan


pascapanen pada produk hortikultura
Tomat merupakan salah satu
dapat mengakibatkan kehilangan hasil
komoditas hortikultura yang merupakan
pada produk, sehingga diperlukan
jenis tanaman semusim atau berumur
penanganan yang baik dan benar serta
pendek.Tomat sangat baik sekali untuk
usaha untuk mempertahankan mutu dan
kesehatan karena memiliki kandungan
kualitas produk selama di penyimpanan
vitamin A, C dan K serta mineral yang
(Widodo, 2009). Tomat merupakan
tinggi, tomat juga mengandung
buah klimakterik yang dapat dipanen
lycopene yang berperan sebagai
sebelum mengalami masak penuh
antioksidan yang berguna untuk
(Andriani et al., 2018). Buah
kecantikan (Nazirwan et al., 2014).
klimakterik adalah buah yang
Tomat merupakan salah satu komoditas
memproduksi CO2 dan etilen yang
yang di ekspor oleh Indonesia (Badan
tinggi selama proses pemasakan buah,
Pusat Statistik, 2018). Produksi tomat
yang mengakibatkan buah menjadi
cenderung meningkat dari tahun ke
masak lebih cepat sehingga
tahun. Produksi tomat di Indonesiadari
mempengaruhi umur simpan (Taris et
tahun 2017 hingga 2019 berturut – turut
al., 2015).
adalah sebesar 962.845, 976.790, dan
Tomat dapat dipanen dan
1.020.333 ton (Badan Pusat Statistik,
dikonsumsi ataupun diolah pada
2019). Tomat menjadi buah yang
berbagai tingkat kemasakan mulai dari
sangat digemari masyarakat untuk
tingkat kemasakan hijau hingga merah
dikonsumsi segar maupun sebagai
(Gambar 1.), namun jika dipanen
produk olahan. Sebagai sayuran buah
terlalu cepat sebelum tingkat kemasakan
tomat memiliki rasa yang segar dan
hijau, akan menyebabkan buah
sedikit masam.
mengalami susut bobot yang tinggi dan
Produk hortikultura memiliki
mudah layu sehingga tidak tahan lama
tantangan tersendiri dalam
di penyimpanan. Sementara itu, jika
penyediaannya dikarenakan produk
dipanen terlalu masak dapat
hortikultura memiliki sifat perishable
memperpendek masa simpan dan
atau mudah rusak terutama pada saat
menurunkan kualitas tomat (Saiduna
proses penanganan ketika dipanen dan
dan Madkar, 2013).
pascapanen. Kerusakan yang

35
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

buah tomat hingga sampai ke


konsumen. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh tingkat
kemasakan awal buah tomat
dankonsentrasi kitosan, serta
interaksinya terhadap mutu dan kualitas
buah tomat pada 21 hari penyimpanan
di suhu ruang.
Gambar 1. Tingkat kemasakan tomat

Salah satu teknik dalam METODE PENELITIAN


mempertahankan mutu dan kualitas Penelitian ini dilakukan di
buah adalah dengan aplikasi pelapis Laboratorium Tanaman III, Politeknik
buah yang aman untuk dikonsumsi Negeri Lampung pada bulan Januari
(edible coating) (Raghav et al., 2016). 2021.
Pada beberapa tahun terakhir, kitosan Bahan yang digunakan adalah
adalah satu bahan pelapis alami yang kitosan, asam asetat 1%,air mineral dan
dapatdigunakan sebagai pelapis buah, buat tomat dengan tingkat kemasakan
serta aman untuk dikonsumsi (Marlina green dan turning (Gambar 1.). Alat
et al., 2014; Sari et al., 2015; Sesanti et yang digunakan adalah gelas ukur,
al., 2019; Widodo et al., 2017). timbangan, refractometer, dan
Pelapisan kitosan pada buah dapat penetrometer.
memperpanjang masa simpan buah Penelitian ini menggunakan
dengan cara menurunkan respirasi dan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
menghambat pemasakan buah factorial dengan enam ulangan.
(Trisnawati et al., 2013). Rancangan perlakuan disusun secara
Berdasarkan fakta bahwa tomat factorial 2 x 3. Faktor pertama adalah
merupakan salah satu komoditas dengan tingkat kemasakan tomat dengan taraf :
permintaan yang tinggi serta merupakan green (T1) dan turning (T3). Faktor
salah satu komoditas ekspor Indonesia, kedua adalah pelapisan kitosan dalam
maka perlu adanya usaha untuk 500 ml air dengan taraf : 2% (K2), 3%
memperpanjang masa simpan dan (K3), dan 4% (K4). Pengamatan
mempertahankan mutu dan kualitas dilakukan terhadap susut bobot,

36
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

kandungan zat terlarut, tingkat uap air. Hasil penelitian Novita et al.
kekerasan buah, dan ketertarikan (2012), Najah et al. (2015), dan
konsumen setelah 21 hari penyimpanan. Kalsum et al. (2018), menunjukkan
bahwa pelapisan kitosan berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN signifikan dalam menghambat
Susut Bobot tterjadinya susut bobot pada buah tomat,
Buah mengalami proses dibandingkan dengan tomat tanpa
respirasi untuk menghasilkan energy pelapisan kitosan. Hasil pengamatan
yang akan digunakan untuk melanjutkan pada penelitian ini menunjukkan
proses kehidupannya setelah dipanen. konsentrasi kitosan yang diberikan tidak
Tomat yang merupakan buah berpengaruh signifikan terhadap susut
klimakterik akan terus mengalami bobot buah tomat, namun dari data
lonjakan respirasi setelah dipanen. pengamatan menunjukkan rata - rata
Menurut (Sammi dan Masud, 2007), susut bobot pada buah tomat menurun
respirasi yang tinggi pada buah akan seiring dengan semakin meningkatnya
meningkatkan transpirasi pada buah konsentrasi kitosan yang diberikan
yang mengakibatkan meningkatnya (Gambar 2.). Hal ini menunjukkan
susut bobot pada buah. bahwa konsentrasi lapisan kitosan yang
Hasil penelitian menunjukkan lebih tinggi dapat menekan susut bobot
bahwa terjadi susut bobot yang buah tomat lebih baik dibandingkan
signifikan lebih tinggi pada buat tomat dengan konsentrasi kitosan yang lebih
dengan tingkat kemasakan awal turning rendah.
(T3) dibandingkan dengan green (T1) Berdasarkan hasil pengamatan
pada 21 hari penyimpanan (Tabel 1.). interaksi tingkat kemasakan awal dan
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi kitosan terhadap susut bobot
kemasakan awal pada proses panen buah tomat pada 21 hari penyimpanan,
signifikan mempengaruhi susut bobot menunjukkan adanya perbedaan yang
buah tomat selama di penyimpanan. signifikan lebih rendah pada perlakuan
Menurut Meindrawan et al., kombinasi T1K2, T1K4 dibandingkan
(2017) pelapisan pada buah dapat dengan perlakuan T3K2 (Tabel 1.). Hal
meminimalkan kehilangan air pada ini menunjukkan bahwa kombinasi
buah melalui penurunan laju transmisi tingkat kemasakan yang lebih awal

37
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

dengan pelapisan kitosan dapat yang dilapisi kitosan cenderung


menghambat terjadinya susut bobot meningkat pada 10 hari pertama dan
pada buah tomat. Hal ini terjadi menurun pada 20 hari penyimpanan,
dikarenakanpola respirasi buah tomat sedangkan buah tanpa pelapis kitosan
yang merupakan buah klimakterik mengalami penurunan yang lebih cepat
(Andriani et al., 2018). Buah tomat dibandingkan buah yang dilapisi
mengalami lonjakan respirasi seiring kitosan. Pada Tabel 1. menunjukkan
dengan meningkatnya kemasakan. buah tomat yang dilapisi kitosan 3%
Proses respirasi akan menghasilkan signifikan meningkatkan kandungan zat
energi panas yang dapat meningkatkan terlarut pada buah tomat pada 21 hari
suhu disekitar buah, sehingga memicu penyimpanan, sedangkan konsentrasi
penguapan yang mengakibatkan kitosan 4% justru menurunkan
kehilangan air dari dalam produk. kandungan zat terlarut buah tomat.
Menurut Kalsum et al. (2018),
Kandungan Zat Terlarut
kandungan konsentrasi kitosan yang
Menurut Sari et al. (2015),
berlebihan justru dapat mengakibatkan
kandungan zat terlarut pada buah akan
seluruh pori – pori pada permukaan
meningkat seiring dengan
buah tomat tertutup sehingga
meningkatnya kemasakan buah,
mengakibatkan terjadinya reaksi
kemudian akan menurun ketika buah
respirasi anareobik yang menghambat
menuju proses senesens. Berdasarkan
CO2 keluar. Hal ini akan memicu
Tabel 1. menunjukkan perlakuan tingkat
proses senesens pada buah (Widodo,
kemasakan tidak berpengaruh signifikan
2009).
terhadap kandungan zat terlarut. Hal ini
Perlakuan kombinasi T3K3
menunjukkan buah tomat telah
menunjukkan kandungan zat terlarut
mencapai fase masak sempurna dan
yang signifikan lebih tinggi
menuju senesens pada 21 hari simpan,
dibandingkan kombinasi T3K2 dan
sehingga tidak ada perbedaan yang
T3K4. Hal ini menunjukkan bahwa
signifikan terhadap kandungan zat
untuk tingkat kemasakan tomat yang
terlarut di dalamnya.
lebih tinggi, konsentrasi pelapis kitosan
Menurut Novita et al. (2012),
yang paling baik adalah 3%.
kandungan zat terlarut pada buah tomat

38
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

Tabel 1. Pengaruh tingkat kemasakan, konsentrasi kitosan, dan interaksinya terhadap


susut bobot, kandungan zat terlarut, kekerasan buah, dan ketertarikan
konsumen setelah 21 hari penyimpanan.

Kandungan
Susut Tingkat Tingkat
Zat
Perlakuan Bobot Kekerasan Kesukaan
Terlarut
(g) (kg/cm2) Konsumen
(%)
Tingkat Kemasakan
Awal (T) :
Green (T1) 3.68 b 4.11 a 2.15 a 1.39 b
Turning (T3) 6.27 a 4.08 a 1.60 b 1.66 a
Kitosan (K) :
Kitosan 2% (K2) 5.32 a 3.83 b 1.72 a 1.52 a
Kitosan 3% (K3) 4.82 a 4.54 a 1.91 a 1.60 a
Kitosan 4% (K4) 4.77 a 3.92 b 1.99 a 1.45 a
Tingkat Kemasakan
Awal x Konsentrasi
Kitosan (TK):
T1K2 3.30 b 4.00 ab 1.87 a 1.37 bc
T1K3 4.28 ab 4.33 ab 2.25 a 1.53 abc
T1K4 3.45 b 4.00 ab 2.33 a 1.27 c
T3K2 7.35 a 3.67 b 1.58 a 1.67 a
T3K3 5.25 ab 4.75 a 1.57 a 1.67 a
T3K4 6.20 ab 3.83 b 1.65 a 1.63 ab
*Nilai selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT α
5%.

5.32
Rata - rata Susut Bobot

5.4
5.3
5.2
5.1
(gram)

5
4.9 4.82 4.77
4.8
4.7
4.6
4.5
4.4
2% 3% 4%

Konsentrasi Pelapisan Kitosan

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap rata – rata susut bobot


buah tomat pada 21 hari penyimpanan

39
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

Tingkat Kekerasan (2014), pelapisan kitosan pada


Tingkat kekerasan padabuah permukaan buah mampu menghambat
mengindikasikan kesiapan buah untuk kehilangan air dari dalam buah
dipanen pada tingkat kemasakan yang dikarenakan ukuran dan tekanan isi sel
tepat sehingga memenuhi persyaratan yang tidak banyak berkurang sehingga
untuk penanganan pascapanen, dapat mempertahankan kekerasan buah.
penyimpanan dan kesukaan konsumen Kombinasi perlakuan tingkat
(Nyorere dan Uguru, 2018). kemasakan buah dengan konsentrasi
Berdasarkan hasil pengamatan pada kitosan tidak memberikan pengaruh
Tabel 1. buah tomat dengan tingkat yang nyata terhadap kekerasan buah
kemasakan awal green menunjukkan pada 21 hari penyimpanan, namun
kekerasan yang signifikan lebih tinggi secara umum terlihat bahwa buah
dibandingkan tingkat kemasakan awal dengan tingkat kemasakan awal green
turning pada 21 hari simpan. Hal ini menunjukkan tingkat kekerasan yang
mengindikasikan buah yang dipanen lebih tinggi. Hal ini menunjukkan
dengan tingkat kemasakan yang lebih bahwa setelah 21 hari simpan, tekanan
tinggi akan lebih cepat mengalami turgor sel buah tomat yang dipanen
penurunan tingkat kekerasan selama di dengan tingkat kemasakan awal green
penyimpanan. Menurut Posé et al. memiliki tekanan turgor yang lebih
(2011), kekerasan buah berhubungan tinggi dibandingkan dengan buah
dengan struktur dinding sel dan dengan tingkat kemasakan awal
perubahan komponennya selama truning. Menurut Shackel et al. (1991),
perkembangan buah dan fase tekanan turgor sel buah tomat menurun
kemasakan buah yang menjadi penentu seiring dengan meningkatnya
dalam menurunkan tekstur buah. kemasakan buah di masa penyimpanan.
Perlakuan konsentrasi kitosan
tidak memberikan pengaruh yang Tingkat Kesukaan Konsumen
signifikan terhadap tingkat kekerasan Tampilan visual buah pada
buah, namun rata–rata tingkat kekerasan umumnya menjadi faktor utama yang
buah meningkat seiring meningkatnya akan diperhatikan oleh konsumen.
konsentrasi kitosan yang diberikan Warna, bentuk, dan kebersihan
(Gambar 3.). Menurut Marlina et al. permukaan buah dari kotoran maupun

40
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

2.05 1.99
2

Tingkat Kekerasan
1.95 1.91
1.9
(kg/cm2)
1.85
1.8
1.75 1.72
1.7
1.65
1.6
1.55
2% 3% 4%
Konsentrasi Pelapisan Kitosan
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap tingkat kekerasan buah tomat
pada 21 hari penyimpanan

gangguan hama dan penyakit akan memberikan pengaruh yang nyata


mempengaruhi tampilan visual buah. terhadap tingkat kesukaan konsumen
Berdasarkan hasil pengamatan pada karena tidak ada perubahan tampilan
Tabel 1. menunjukkan tingkat yang khusus yang diakibatkan oleh
kemasakan awal turning secara adanya pelapisan kitosan. Menurut
signifikan lebih diminati konsumen (Purwoko dan Suryana, 2000), pada
setelah 21 hari simpan, dikarenakan umumnya buah memiliki lapisan lilin
buah tomat yang panen pada fase tuning alami.
telah mencapai fase masak sempurna Kombinasi perlakuan tingkat
dan penampilan buahberwarna merah skemasakan dan pelapisan kitosan tidak
sempurna terlihat lebih menarik bagi memberikan pengaruh yang signifikan
konsumen. Buah tomat biasanya terhadap tingkat kesukaan konsumen,
dikonsumsi pada saat kualitas namun dari hasil pengamatan pada
organoleptik nya maksimum, yaitu saat Tabel 1. menunjukkan rata – rata
fase dimana warna sudah merah kesukaan konsumen lebih tinggi pada
sempurna namun belum mengalami kombinasi buah dengan tingkat
pelunakan(Camelo dan Gómez, 2004). kemasakan awal turning. Setelah 21
Kualitas buah tergantung pada hari simpan, buah tomat dengan tingkat
jumlah jaringan dinding bagian luar dan kemasakan awal turning sudah
dalam (Salunkhe et al., 1974). mencapai kemasakan maksimum, yaitu
Perlakuan pelapisan kitosan tidak red.

41
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

KESIMPULAN indexes for tomato ripening.


Horticultura Brasileira, 22(3),
Berdasarkan hasil pengamatan
534–537.
yang telah didapatkan, maka ditarik https://doi.org/10.1590/s0102-
05362004000300006
kesimpulan sebagai berikut :
1. Buah tomat dengan tingkat Kalsum, U., Sukma, D., & Susanto, S.
(2018). Pengaruh Kitosan
kemasakan awal turning Terhadap Kualitas Dan Daya
menunjukkan susut bobot, dan Simpan Buah Tomat (Solanum
lycopersicum L.). Jurnal Pertanian
tingkat kesukaan konsumen yang Presisi, 2(2), 67–76.
signifikan lebih tinggi, serta tingkat
Marlina, L., Purwanto, Y., & Ahmad,
kekerasan buah yang signifikan U. (2014). Aplikasi Pelapisan
lebih rendah dibandingkan dengan Kitosan dan Lilin Lebah untuk
Meningkatkan Umur Simpan Salak
buah tomat dengan tingkat Pondoh. Jurnal Keteknikan
kemasakan awal green Pertanian, 2(1), 65–72.

2. Konsentrasi kitosan 3% signifikan Meindrawan, B., Suyatma, N. E.,


meningkatkan kandungan zat Muchtadi, T. R., & Iriani, E. S.
(2017). Aplikasi Pelapis
terlarut buah tomat Bionanokomposit berbasis
3. Perlakuan kombinasi tingkat Karagenan untuk Mempertahankan
Mutu Buah Mangga Utuh. Jurnal
kemasakan dan konsentrasi kitosan Keteknikan Pertanian, 5(1), 89–96.
tidak memberikan pengaruh yang http://jai.ipb.ac.id/index.php/jtep/ar
ticle/view/16532/12121
signifikan terhadap mutu dan
Najah, K., Basuki, E., & Alamsyah, A.
kualitas buah tomat
(2015). Pengaruh Konsentrasi
Chitosan Terhadap Sifat Fisik dan
DAFTAR PUSTAKA Kimia Buah Tomat (Solanum
Andriani, E. S., Nurwanto, & Hintono, lycopersicum L.) Selama
A. (2018). Perubahan Fisik Tomat Penyimpanan. Jurnal Ilmu Dan
Selama Penyimpanan pada Suhu Teknologi Pangan, 1(2), 70–76.
Ruang Akibat Pelapisan dengan
Nazirwan, Wahyudi, A., & Dulbari.
Agar-Agar. Jurnal Teknologi
(2014). Karakterisasi Koleksi
Pangan, 2(2), 176–182.
Plasma Nutfah Tomat Lokal dan
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Introduksi. Jurnal Penelitian
Tanaman Sayuran. Pertanian Terapan, 14(1), 70–75.
http://jptonline.or.id/index.php/ojs-
Badan Pusat Statistik. 2019. jpt/article/view/126
StatistikTanaman Sayuran.
Novita, M., Satriana, Martunis, Rohaya,
Camelo, A. F. L., & Gómez, P. A. S., & Hasmarita, E. (2012).
(2004). Comparison of color Pengaruh Pelapisan Kitosan

42
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

Terhadap Sifat Fisik dan Kimia nutritional composition of tomato


Tomat Segar (Lycopersicum fruit as influenced by certain
pyriforme) pada Berbagai Tingkat biochemical and physiological
Kematangan. Jurnal Teknologi changes. Qualitas Plantarum Plant
Dan Industri Pertanian Indonesia, Foods for Human Nutrition, 24(1–
4(3), 1–8. 2), 85–113.
https://doi.org/10.1007/BF0109272
Nyorere, O., & Uguru, H. (2018). 7
Instrumental Texture Profile
Analysis (TPA) of Cucumber Fruit Sammi, S., & Masud, T. (2007). Effect
as Influenced by Its Part and of Different Packaging Systems on
Maturity Stage. American Journal Storage Life and Quality of
of Engineering and Technology Tomato (Lycopersicon esculentum
Management, 3(4), 54–60. var . Rio Grande ) during Different
https://doi.org/10.11648/j.ajetm.20 Ripening Stages. Internet Journal
180304.11 of Food Safety, 9, 37–44.

Posé, S., García-gago, J. A., Doménech- Sari, R. M., Widodo, S. E., & Ratih, S.
Santiago, N., Pliego-alfaro, F., (2015). Pengaruh Klorin dan
Quesada, M. A., & Mercado, J. A. Pelapis Buah pada Tingkat
(2011). Strawberry Fruit Kemasakan yang Berbeda terhadap
Softening : Role of Cell Wall Perkembangan Stadium dan
Disassembly and its Manipulation Mempertahankan Mutu Buah
in Transgenic Plants. Genes, Nanas (Ananas comosus) Kultivar
Genomes and Genomics, 5, 40–48. MD2. Seminar Nasional Sains &
Teknologi VI, Lampung(3
Purwoko, B. S., & Suryana, K. (2000). November 2015), 143–156.
Efek Suhu Simpan dan Pelapis
terhadap Perubahan Kualitas Buah Sesanti, R. N., Sismanto, Sari, R. M.,
Pisang Cavendish. Buletin Ali, F., & Maulida, D. (2019).
Agronomi, 28(3), 77–84. Effect of Chitosan ’ S Coating and
Harvesting Time To the Quality
Raghav, P. K., Agarwal, N., & Saini, M. and Shelf-Life of Melon ( Cucumis
(2016). Herbal Edible Coatings of Melo L .). The Second
Fruits & Vegetables: A Newer International Conference on Food
Concept. International Journal of and Agriculture, Bali(2-3
Advanced Research, 4(6), 625– November 2019), 418–425.
634.
https://doi.org/10.21474/IJAR01 Shackel, K. A., Greve, C., Labavitch, J.
M., & Ahmadi, H. (1991). Cell
Saiduna, & Madkar, O. R. (2013). turgor changes associated with
Pengaruh Suhu dan Tingkat ripening in tomato pericarp tissue.
Kematangan Buah terhadap Mutu Plant Physiology, 97(2), 814–816.
dan Lama Simpan Tomat https://doi.org/10.1104/pp.97.2.814
(Lycopersicum esculentum Mill).
Jurnal Agroswagati, 1(1), 43–50. Taris, M. L., Widodo, W. D., & Suketi,
K. (2015). Kriteria Kemasakan
Salunkhe, D. K., Jadhav, S. J., & Yu, Buah Pepaya ( Carica papaya L .)
M. H. (1974). Quality and IPB Callina dari Beberapa Umur

43
Jurnal Planta Simbiosa Volume 3(1) April 2021

Panen. Jurnal Hortikultura


Indonesia, 6(3), 172–176.

Trisnawati, E., Andesti, D., & Saleh, A.


(2013). Pembuatan Kitosan dari
Limbah Cangkang Kepiting
sebagai Bahan Pengawet Buah
Duku dengan Variasi Lama
Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia,
19(2), 17–26.

Widodo, S. E. 2009. Kajian Fisiologis


Teknologi Panen dan Pascapanen
Buah. Lampung: Universitas
Lampung.

Widodo, S. E., Dirmawati, S. R.,


Wardhana, R. A., & Indra, R. S.
(2017). Aplikasi Kitosan dan Suhu
Simpan untuk Melindungi Buah
Pepaya ‘ California ’ terhadap
Infeksi Jamur Antraknosa.
Prosiding Seminar Nasional Dan
Kongres PERHORTI, Bogor(11-12
Oktober 2017).

44

Anda mungkin juga menyukai