Anda di halaman 1dari 7

Kota sebagai pusat budaya, ekonomi, pemerintahan,

penduduk, transportasi dan komunikasi, tidak lepas dari


berbagai masalah yang menyangkut keadaan fisik,
sosial, dan pemerintahan
Mis
 Masalah fisik --- perumahan dibawah standar,
pencemaran dan kemacetan lalu lintas
 Masalah sosial --- kesenjangan sosial, pertikaian antar
kelompok, kriminalitas, serta penggunaan alkohol dan
narkoba
 Masalah ekonomi --- kemiskinan dan pengangguran
 Masalah pemerintahan --- pendidikan, kebersihan,
keamanan, pelayanan, dan perbaikan daerah kumuh
(World book Encyclopedia 1992)

Istilah Berkelanjutan (Sustainable)


• Menjadi begitu populer dan merasuk ke dalam
pemikiran perencanaan dan perancangan di
Dalam mengimbangi deru pembangunan,
segala bidang, merupakan kesadaran baru yang
konsep kota berkelanjutan (Sustainable city)
meluas akhir tahun 80-an.
merupakan strategi yang ditekankan oleh
berbagai gerakan lingkungan
Latar Belakang
• Munculnya peringatan dan nada pesimis yang
dilontarkan oleh sejumlah pakar tentang masa
depan kehidupan yang cenderung merosot
karena perkembangan dan eksploitasi terhadap
alam yang berlebihan

Awal tahun 1970 (Amerika) Jalan Keluar


• Mengeluarkan UU Kebijakan Lingkungan Nasional (National • Dibentuklah Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Environmental Policy Act) Pembangunan (World Commission on Environment
Deklarasi Stochkolm (1972) and Development atau WCED) yang diketuai oleh ibu
Brundtland dari Norwegia.
• Dunia sepakat untuk menjaga hubungan yang serasi antara
manusia dalam lingkungannya
Konsep yang Ditawarkan
10 tahun kemudian (sekitar 1982)
• Konsep Pembangunan Berkelanjutan yang diadopsi
• Para tokoh lingkungan dunia di Nairobi, menyimpulkan bahwa dari sidang umum PBB tahun 1989.
keadaan bumi makin merosot, kemiskinan membengkak,
penggurunan meluas, penggundulan hutan membesar, sumber Tindak Lanjut gagasan Brundtland
daya hayati menuju ke punahan, air di beberapa wilayah
menjadi langkah dan lebih gawat lagi, terjadi perubahan iklim • Penyelenggaraan KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun
dan pemanasan bumi 1992 yang dihadiri 178 negara.

1
KTT Bumi di Rio de Janeiro, sepakat Beberapa pendapat tentang “KOTA BERKELANJUTAN”
menetapkan Agenda 21 sebagai program • Fungsi dan peranan kota dalam pembangunan berkelanjutan
aksi dunia untuk pembangunan (WCED, 1987)
berkelanjutan • Kota yang mampu melindungi dan memelihara sumber daya
alam di kota dan wilayah sekitarnya agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan (WRI,1996)
• Pemenuhan kebutuhan kaum miskin kota (WRI.1996)
Sejak komisi Brundtland, istilah • Kota dengan program perumahan dan pelayanan kota yang
‘berkelanjutan’ menjadi label segala didasarkan pada konsensus (kesepakatan bersama)
(Badshah, 1996)
bidang perencanaan dan perancangan
• Kota yang berfungsi bagi rakyat: melindungi kesehatannya,
menyediakan lindungan (shelter), dan menawarkan
kesempatan untuk bekerja dan mengekspresikan
budidayanya (Seregaldin, 1996)

Tujuan
Kesimpulan dari beberapa pendapat: Pembangunan yang
Berkelanjutan TUJUAN
EKOLOGIS
Kota yang berkelanjutan bukan • Integritas
ekosistem
masalah eksistensinya TUJUAN EKONOMIS
• Pertumbuhan
• Keanekaragaman
hayati
(keberadaannya), tetapi lebih Ekonomi/Peningkatan
• Daya dukung,
kesejahteraan
pada fungsi dan peranan kota dan • Pengentasan
• dll
kemiskinan
bagaimana kota dapat • Pemerataan ekonomi
meningkatkan kualitas hidup • dll TUJUAN SOSIAL
• Integritas (keutuhan)
secara berkelanjutan Budaya
• Partisipasi Semua
Pihak Terkait
• Pemerataan Sosial
• dll

Konsep Dasar: 6C Compactness

• Completeness – • Compactness –
Segregation activities Compact city which is
should be reduced. less autodependent,
Community less expensive to
development should be serve infrastructure
more balanced by and less pressure on
including jobs, environmental
housing, shopping and sensitive areas.
other land uses.

2
Conservation Comfort

• Conservation – • Comfort – Public


Urban growth should spaces that are
be restricted in and comfortable to
around sensitive pedestrians should be
environmental areas created for the people
and habitats to to share.
preserve their
ecological functions.

Coordination Collaboration

• Coordination – • Collaboration –
Coordination of People should be
planning and involved in decisions
management activities that affect their life.
will ensure efficient
land use and
infrastructure
development.

Alternative Urban Form Alternative Urban Form

• Alternative Urban
• Alternative Urban
Form – Large
Form – Decentralised
Concentrated Centres
But Concentrated
Settlements Linked by
Public Transport

3
Alternative Urban Form Alternative City Models

• Alternative Urban • The Core City


Form – Dispersal in
Self-Sufficient
Communities

Alternative City Models Alternative City Models

• The Satellite City


• The Star City

Alternative City Models Alternative City Models

• The Galaxy of • The Linear City


Settlements

4
Alternative City ModelS FRIENDLY CITY

Ide tentang sebuah perikehidupan di pusat kota yang


humanis, manusiawi dan bersahabat (friendly) telah
dikemukakan oleh tokoh-tokoh gerakan arsitekitur
• The Polycentric Net modern yang tergabung dalam CIAM (Congres
or Regional City International d’ Architecture Moderne).
Namun pada perkembangan dan prakteknya ide
tentang kota modern tersebut telah membentuk “kota
teknokrat yang sombong”

• Pembangunan kota di titik beratkan pada


pembangunan jalan-jalan untuk kendaraan
bermotor, dan bangunan tinggi sebagai simbol
dari kemakmuran.
• Suatu hal yang sangat tragis dimana justru
kepentingan aktifitas manusia di jalan sebagai
ruang kota tidak diperhatikan seperti :
kenyamanan, keamanan, kesehatan pejalan kaki,
demikian dikatakan Jane Jacobs (1961) dalam
bukunya The Death and Life of Great American
Cities.

Dapat dikatakan juga kota yang bersahabat


adalah “City for all” atau kota untuk semua : Sebagai kebalikannya kota yang tidak bersahabat adalah kota
yang secara langsung maupun tidak langsung meminggirkan
miskin – kaya, tua – muda, sehat – sakit, mampu manusianya, kota telah berubah menjadi sebuah mesin besar
– cacat, dll. yang merongrong kenyamanan, kemakmuran, kesehatan dan
keamanan manusia. David Sucher, dalam City Comforts – How
To Build an Urban Village (1995) mengatakan “Manusia adalah
alat ukur dari dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah
ukuran keberhasilan sebuah kota”.

5
Sebagai sebuah konsep perencanaan kota, maka ruang kota yang • Ruang kota juga harus memenuhi kebutuhan manusia, dapat
bersahabat harus ditujukan bagi representasi kepentingan masyarakat membentuk hak-hak manusia dan menyampaikan budaya yang
kota sehari-hari lebih bermakna.
 Ruang kota merupakan panggung komunal manusia. • Ruang kota harus dipahami sebagai sebuah artefak material
 Dunia milik publik yang membentuk pasang surut kehidupan
(public domain) sebuah bentuk
kemanusiaan yang
 Jalan-jalan, square dan taman- terbangun dalam tatanan
taman dari kota membentuk pasang objektif yang terbuka
surut perubahan kehidupan manusia terhadap kemajemukan
 Sebagai sebuah ruang kota, ruang- tetapi sekaligus juga
ruang yang dinamis diisi dengan menuntut adanya
kelengkapan bagi kegiatan rutin kehadiran fisik yang
kehidupan, kelengkapan untuk bersifat permanen,
bergerak, kelengkapan tempat koherensi (selaras) dan
untuk berkomunikasi dan lahan kontinuitas persepsi yang
untuk tempat bermain dan
disangga(ditopang) oleh
berekreasi
tradisi masyarakatnya

• Sebuah ruang kota yang akrab juga merupakan tampat


bernaung bagi pejalan kaki, tempat duduk untuk
Makna kota yang akrab
bersantai, sculpture (patung, pahatan), air mancur,
(friendly city) dibentuk
tempat bermain anak-anak, tempat makan di ruang
melalui spirit of place dari
terbuka, paving dan pengaruh sinar lampu di malam hari
karakter yang menonjol,
yang menarik
malalui kualitas-kualitas
yang melingkupinya dan • Oleh karena itu, suatu pengembangan ruang kota yang
aktivitas yang berlangsung baik merupakan penciptaan peningkatan lingkungan fisik
di dalamnya serta dan sosial di mana kawasan urban/kota tersebut berada
mempunyai fungsi yang
akomodatif sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya
yang divisualisasikan
melalui nilai-nilai
arsitektural

KESIMPULAN
• Pada masa sekarang fungsi plaza maupun parks secara tradisi Dengan demikian, penciptaan suatu ruang kota yang akrab sebagai sebuah
masih berlaku dan berdasarkan fungsi tersebut yang dikaitkan pendekatan perencanaan suatu kawasan di pusat kota yang luas harus
dengan hakekat friendly city sebagai public domain yaitu ruang kota memiliki dasar-dasar yang digunakan dalam teori merencana suatu kawasan
dimana segala bentuk aktivitas publik/masyarakat berlangsung dan pusat kota, yaitu :
diakomodasikan 1. Mengakomodasikan kegiatan/fungsi campuran (multi-use)
• Di dalam sebuah urban plaza maupun parks, masyarakat kota merupakan dasar suatu perencanaan kawasan pusat kota yang
hidup dan melakukan kegiatan sehari-hari, bergerak, berjalan vital dan optimal, sesuai dengan prinsip-prinsip
menuju tempat bekerja, berinteraksi sosial, rekreasi, dill. perencanaannya. Kegiatan/fungsi campuran yang
diakomodasikan dalam sebuah kawasan multi-use dengan
fungsi dan jenis fungsi publik yang masuk dalam lingkup public
facility, public transportation, public recreation.
2. Upaya mengakomodasikan kegiatan masyarakat dalam suatu
“wadah” yang responsif, demokratis dan bermakna melalui
upaya pengintegrasian antara bangunan-bangunan dan ruang
kota yang memiliki hubungan pembentukan yang timbal balik
dalam pengertian ruang terbuka dibentuk oleh bangunan dan
sebaliknya bangunan dibentuk oleh ruang terbuka, bukan salah
satu merupakan bagian yang diutamakan

6
3. Pembangunan yang baru harus mengenali konteks kota
lama yang tercermin melalui struktur dan konstruksi
kotanya Daftar Pustaka
4. Tujuan utama dari pembentukan ruang publik adalah
menjadikan ruang kota sebagai ruang kota akrab yang 1. Bentley, Ian, dkk, Responsive Environment: A Manual for Designers
hidup (live able). Ruang kota ini tidak hanya meliputi 2. Deasy, CM & Lasswell, Thomas E., Designing Places For People, 1985
ruang luar seperti park/plaza tetapi juga bangunan dan 3. Lynch Kevin, “A Theory of good City Form”, MIT press, Cambridge.
1992
ruang-ruang di dalamnya yang diperuntukkan bagi publik
4. Yacobs, Allan B, “Great Streets” 1995
5. Sistem transportasi harus rasional dan jalan harus dapat 5. London First Sustainability Unit, A ‘Triple Bottom Line’ for London: An
mengakomodasikan berbagai masam bentuk transit dan Index of London’s Sustainability, June 2003.
meningkatkan kegiatan pedestrian serta pergerakannya 6. London Sustainable Development Commission, A Sustainable Development
Framework for London, June 2003.
6. Ruang kota harus bervariasi dan dapat meningkatkan 7. MORI Social Research, London’s Ecological Footprint, Business Survey,
kegiatan-kegiatan yang terkait di sekitarnya: perumahan, Final Report, October 2003.
perbelanjaan, pedagan eceran, masyarakat dan 8. Kyoto City Web (C) City of Kyoto 2004
seterusnya.
7. Masyarakat harus ikut berperan serta/diikut sertakan
dalam membentuk ruang-ruang kota

Anda mungkin juga menyukai