Penyakit Arteri Perifer FIX
Penyakit Arteri Perifer FIX
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH
PEMBIMBING
dr. Juzny Alkatiri, Sp.PD, Sp.JP, FINA, FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN KARDIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Kardiologi
Fakulktas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pembimbing,
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 68 Tahun
SUBJEKTIF
Anamnesis Terpimpin :
Di alami sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, Pasien mengeluh sulit
dirasakan seperti tertusuk- tusuk pada bagian bawah lututnya yang menjalar hingga ke
ujung kaki kiri. nyeri dirasakan secara terus menerus walaupun sedang beristirahat,
terjadi perubahan warna pada kaki kiri menjadi kebiruan,dan 2 hari kemudian, kaki
kiri semakin menghitam dan teraba dingin. Sesak napas (+), jantung berdebar- debar
(+)
Batuk (-), mual (-), muntah(-), NUH(-). Nyeri dada (-). Riwayat nyeri dada (-)
BAK : kesan lancar, warna kekuningan, nyeri (-), riwayat kencing berpasir (-)
- Riwayat Atrial Fibrilasi (+) 1 bulan yang lalu , berobat teratur ke poliklinik RS dan
diberi obat digoxin 0,25 mg, simorc 2 mg, furosemid 40 mg, disolf ,.
- Riwayat dirawat di RSWS dengan penurunan kesadaran e.c NHS e.c infark cerebri
sinistra 1 minggu yang lalu dan diberi obat lancon 250mg, lanabax , clopidogrel 70mg
- Riwayat Diabetes Melitus (+) yang baru diketahui 1 minggu yang lalu saat pasien
dirawat di RS.
- Riwayat merokok (-) minum berakohol (-) minum jamu- jamuan (-).
Faktor Resiko
Modifikasi :
Tidak Modifikasi :
Umur : 68 tahun
OBJEKTIF
b) Tanda Vital
Nadi : 60 x/ menit
Pernapasan : 28 x/menit
c) Pemeriksaan Fisis
Thorax :
Auskultasi : BP : Vesikuler
Jantung
Perkusi : Pekak, batas jantung kanan linea parasternal kanan, batas jantung
Abdomen
Ekstremitas
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, jejas (-), udem (-)
Inspeksi : Tampak eritema pada dorsum pedis hingga 1/3 distal bagian cruris
sinistra. Tampak nekrosis pada bagian plantar pedis sinistra hingga ke phalanges.
Palpasi : teraba dingin pada regio cruris sinistra, dorsum pedis, dan plantar
pedis. Pulsasi arteri poplitea (-), pulsasi arteri dorsalis pedis (-)
d) Pemeriksaan Elektrokardiografi
Interpretasi EKG
Fibrilasi
RUJUKAN
CK 85 L<190,P<167 U/L
Kesan :
- pada daerah arteri iliaka eksterna tidak tampak kontras mengisi arteri iliaka
eksterna.
h) Diagnosis Kerja
i) Penatalaksanaan
- IVFD NaCl 0,9% 500 cc/day
- O2 4 lpm via NC
- Anticoagulant
Heparin 600 IU / jam /via SP intra artery
- Antiaritmia
Amiodaron 3x200mg
Digoxin 0,25 mg 1-0-0
- Anti cholesterol
HMG-Co A reductase inhibitor (Simvastatin) 20 mg 0-0-1
- ARB
Canderin (candesartan) 1 x 8 mg
- Anti platelet
Pletal (cilostazol) 2 x 50 mg
Dorner ( beraprost Na.) 2 mg 2-0-2
- Proton pump inhibitor
Pantoprazole 40 mg / 12 h/ IV
- Anxiolytic
Alprazolam 1 x 0,5 g
- Antibiotic
Meropenem 1gr / 12h/ IV
g) Rencana
Amputasi
DISKUSI
1. Definisi
PAOD (Perifer Arterial Occlusive Disease) atau bisa juga disebut PAD ( Perifer
Arterial Disease) adalah penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan dari
proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen menyempit
(stenosis), atau dari pembentukan trombus (biasanya terkait dengan faktor resiko
yang menjadi dasar timbulnya atherosklerosis). Ketika kondisi ini muncul maka
akan terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat menimbulkan
penurunan tekanan perfusi ke area distal dan laju darah. Studi menunjukkan bahwa
kondisi atherosklerosis kronik pada tungkai bawah yang menghasilkan lesi stenosis.
Mekanisme dan proses hemodinamik yng terjadi pada PAOD sangat mirip dengan
yang terjadi pada penyakit arteri koroner.
Tempat tersering terjadinya PAOD adalah daerah tungkai bawah. Sirkulasi pada
tungkai bawah berasal dari arteri femoralis yang merupakan lanjutan dari arteri
eksternal iliaka. Pecabangan utama dari arteri femoralis adalah arteri femoralis
distal (yang biasanya dimaksudkan sebagai sreri femoralis superfisial) yang
berlanjut k bagian bawah tungkai dan menjadi arteri popliteal tepat diatas lutut.
Dua arteri utama pada akhir popliteal arteri adalah arteri posterior dan anterior
tibial yang menyuplai darah kebagian bawah tungkai dan kaki. Berikut adalah
gambar vaskularisasi tungkai
2. Etiologi
Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah danya stenosis (penyempitan) pada arteri
yang dapat disebabkan oleh reaksi atherosklerosis atau reaksi inflamasi pembuluh
darah yang menyebabkan lumen menyempit.
Faktor resiko dari penyakit oklusi arteri perifer adalah
1. Merokok
2. Diet tinggi lemak atau kolesterol
3. Stress
4. Riwayat penyakit jantung, serangan jantung, atau stroke
5. Obesitas
6. Diabetes
7. Rheumatoid arthritis
3. Tanda Gejala
Tanda gejala utama adalah nyeri pada area yang mnegalami penyempitan pembuluh
darah. Tanda gejala awal adalah nyeri (klaudikasi) dan sensasi lelah pada otot yang
terpengaruh. Karena pada umumnya penyakit ini terjadi pada kaki maka sensasi
terasa saat berjalan. Gejala mungkin menghilang saat beristirahat. Saat penyakit
bertambah buruk gejala mungkin terjadi saat aktivitas fisik ringan bahkan setiap
saat meskipun beristirahat.
Pada tahap yang parah kaki dan tungkai akan menjadi dingin dan kebas. Kulit akan
menjadi kering dan bersisik bahkan saat terkena luka kecil dapat terjadi ulcer
karena tanpa suplai darah yang baik maka proses penyembuhan luka tidak akan
berjalan dengan baik.
Pada fase yang paling parah saat pembuluh darah tersumbat akan dapat terbentuk
gangren pada area yang kekurangan suplai darah.
Pada beberapa kasus penyakit vaskular perifer terjadi secara mendadak hal ini
terjadi saat ada emboli yang menyumbat pembuluh darah. Pasien akan mengalami
nyeri yang tajam diikuti hilangnya sensari di area yang kekurangan suplai darah.
Tungkai akan menjadi dingin dan kebas serta terjadi perubahan warna menjadi
kebiruan
.
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
Patofisiologi Penyakit Arteri Perifer Pada Diabetes
Diabetes dan Inflamasi Vaskuler Inflamasi telah menjadi petanda resiko
bahkan faktor resiko penyakit aterotrombosis termasuk PAD. Diabetes mellitus
meningkatkan proses pembentukan ateroma. Terdapat peningkatan kadar histamin
pada plasma dan sel pada pasien diabetes dengan PAD sehingga dapat
menyebabkan peningkatan permeabilitas endotel. Akibatnya, migrasi limfosit T ke
dalam tunika intima serta sekresi dan aktivasi sitokin meningkat. Monosit/makrofag
menelan molekullow-density lipoprotein (LDL) yang teroksidasi yang kemudian
berubah menjadi sel busa dimana akumulasi dari sel ini akan membentuk fatty
streakyang merupakan prekursor dari ateroma. Plak ateroma akan menjadi tidak
stabil oleh karena sel endotel pada pasien diabetes ini mengeluarkan sitokin yang
menghambat produksi kolagen oleh sel otot polos pembuluh darah. Selain itu
metalloproteinase juga dikeluarkan oleh sel-sel inflamasi ini dimana zat ini dapat
menghancurkan kolagenfibrous cap plak ateroma sehingga meningkatkan
kecenderungan untuk terjadinya ruptur plak dan pembentukan trombus
Kelainan fungsi sel endotel dan otot polos pembuluh darah serta adanya
kecenderungan terjadinya trombosis memberikan dampak terhadap kejadian
aterosklerosis dan komplikasinya. Oleh karena posisi anatomis yang strategis antara
dinding pembuluh darah dengan aliran darah, sel endotel dapat mengatur fungsi dan
struktur pembuluh darah. Pada keadaan normal, banyak zat aktif disintesis dan
dilepaskan oleh sel endotel untuk mempertahankan homeostasis pembuluh darah
sehingga dapat mempertahankan aliran darah serta nutrisi ke jaringan sekaligus
mencegah terjadinya trombosis dan diapedesis leukosit
6. Pemeriksaan diagnostik
1. Ankle Brachial Indeks
Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif yang cukup akurat untuk mendeteksi
adanya PAD dan untuk menentukan derajat penyakit ini. ABI merupakan
pengukuran non-invasif ABI didefinisikan sebagai rasio antara tekanan darah
sistolik pada kaki dengan tekanan darah sitolik padalengan. Kriteria diagnostik
PAD berdasarkan ABI diinterpretasikan sebagai berikut:
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan PAD adalah untuk mengurangi gejala klinis seperti
klaudikasio, meningkatkan kualitas hidup, mencegah terjadinya komplikasi,
serangan penyakit jantung , stroke dan amputasi . pengobatan dilakukan
berdasarkan gejala klinis yang ditemukan, faktor resiko dan dari hasil
pemeriksaan klinis dan penunjang. 3 pendekatan utama pengobatan PAD
adalah dengan mengubah gaya hidup, terapi farmakologis dan jika dibutuhkan,
dilakukan terapi intervensi dengan operasi.
Terapi Non-farmakologi
1. Perubahan pola hidup
- Berhenti merokok
2. Terapi suportif
- Perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih dan lembab dengan memberikan
krim pelembab.
- Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pasa dari bahan sintetis yang
berventilasi
- Hindari penggunaan bebat plastik karena mengurangi aliran darah ke kulit
- Latihan fisik (exercise) berupa jalan-jalan kaki kira-kira selama 30-40 menit
Terapi farmakologis
Terapi Farmakologi Dapat diberikan untuk menurunkan faktor resikoyang ada seperti
menurukan tekanan darah, kadar kolesterol dan untuk mengobati diabetes. Selain itu,
terapi farmakologis juga diberikan untuk mencegah terjadinya thrombus pada arteri
yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, serta untuk mengurangi rasa nyeri
pada pasien ketika berjalan.
Anti cholesterol
Terapi penurun lipid mengurangi risiko baru atau memburuknya gejala klaudikasio
intermiten. Statin menjadi terapi penurun lipid lini pertama. HMG-Co A reductase
inhibitor (Simvastatin) secara signifikan mengurangi tingkat kejadian kardiovaskular
iskemik sebesar 23%. Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa statin juga
meningkatkan jarak berjalan bebas rasa sakit dan aktivitas rawat jalan
Anti hipertensi
Pemilihan obat antihipertensi harus individual. Diuretik thiazide, beta blocker,
angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEIs), angiotensin receptor blocker
(ARB), dan calcium channel blockers semua efektif. Penggunaan beta blockers aman
dan efektif; mengurangi kejadian koroner baru sebesar 53% pada mereka dengan MI
sebelumnya dan gejala PAD yang bersamaan.
Anti platelet
Telah terbukti manfaatnya dalam menurunkan resiko terjadinya MI, stroke dan
kematian vascular pada pasien PAD. ACC/AHA guidelines telah
merekomendasikan penggunaan antiplatelet (aspirin [ASA], 75 to 325 mg daily,
or clopidogrel, 75 mg daily) pada pasien PAD dengan aterosklerosis pada
ekstrimitas bawah.
Cilostazol (Pletal), adalah reversible phosphodiesterase inhibitor yang
menghambat agregasi platelet, pembentukan thrombin dan proliferasi otot polos
pembuluh darah, memicu vasodilatasi dan meningkatkan HDL dan menurunkan
kadar TG. Pedoman ACC / AHA telah memberikan cilostazol sebagai
rekomendasi grade IA kelas untuk pasien dengan klaudikasio intermiten dengan
dosis 100 mg dua kali sehari (diminum pada saat perut kosong setidaknya ½ jam
sebelum atau 2 jam setelah sarapan dan makan malam). Efek samping yang umum
dari cilostazol termasuk sakit kepala (30% pasien), diare dan gangguan lambung
(15%), dan palpitasi (9%). Efek samping hanya berjangka pendek dan jarang
dilakukan penghentian obat. Kontraindikasi obat ini adalah pasien dengan gagal
jantung.
Operasi
1. Angioplasti
Tujuannya untuk melebarkan arteri yang mulai menyempit atau membuka sumbatan
dengan cara mendorong plak ke dinding arteri.
2. Operasi By-pass
Bila keluhan semakin memburuk dan sumbatan arteri tidak dapat diatasi
dengan angioplasti. Bagi yang sudah menjalani operasi ini biasanya bebas dari gejala
dan tidak mengalami komplikasi apapun sesudahnya
DAFTAR PUSTAKA