Anda di halaman 1dari 12

LANSEKAP DESA APANAGA PADA LAPANGAN I GUSTI NGURAH MADE AGUNG

DI DESA DANGIN PURI KANGIN DENPASAR

Made Ayu Trisna Adriyani (1605521047), Kadek Dwi Nadiantara (1605521014), Gusti Ayu
Kadek Megantari (1605521044), Cok Istri Krisna Sukma Pradnyasuari (1605521047), Ni Made
Ariyana Renawati Soka (1605521050)

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Udayana

ABSTRAK

Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung yang sering dikenal sebagai Lapangan Puputan
Badung ini merupakan desa apanaga yang terletak di desa Dangin Puri Kangin, Denpasar. Pada
kawasan ini berfungsi sebagai tempat untuk berolahraga dan kegiatan rekreasi lainnya. Kawasan
Puputan Badung ini memang dirancang sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namun dalam hal
ini terdapat permasalahan-permasalahan atau kekurangan yang terjadi pada kawasan ini. Oleh
karena itu kami akan membahas dan melakukan analisa terhadap elemen-elemen lansekap yang
terdapat paa Lapangan Puputan Badung, Desa Dangin Puri Kangin, yang akan diawali dengan
observasi, pengumpulan data, analisa yang menghasilkan rekomendasi penataan.

PENDAHULUAN

Lansekap sering diartikan sebagai taman atau pertamanan. Dalam KBBI lansekap
diartikan sebagai tata ruang di luar gedung (untuk mengatur pemandangan alam). Menurut
Simonds (1983), lansekap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang
dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter menyatu secara alami dan
harmonis unutk memperkuat karakter lansekap tersebut. Menurut Suharto (1994) lansekap
mencakup semua elemen pada tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan
(artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya. Dapat
disimpulkan, pengertian lansekap adalah suatu lahan atau tata ruang luar dengan elemen alami
dan elemen buatan yang dapat dinikmati oleh indera manusia. Lansekap merupakan sebuah
elemen yang penting dalam sebuah perkotaan. Denpasar merupakan sebuah kota di Bali,
tingginya tingkat perkembangan kota Denpasar menjadi daya tarik penduduk dari daerah lain
untuk mencari nafkah ke kota. Tetapi perkembangan kota ini diikuti oleh peningkatan jumlah
penduduk tentu daya lingkungan yang ada seperti meningkatnya polusi udara dari kegiatan yang
ada dan kendaraan bermotor serta limbah rumah tangga. Tanggungjawab dari pemerintah dan
masyarakat untuk menjaga serta memelihara lingkungan semaksimal mungkin. Tingkat
perkembangan yang tinggi membutuhkan suatu wadah yang dapat berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan lingkungan kota yaitu ruang terbuka hijau.

Di tengah keramaian kota Denpasar yang penuh aktivitas dan hiruk pikuk manusia,
kawasan kota ini masih menyediakan sejumlah tempat ruang terbuka hijau yang bisa menjadi
tempat bersantai bagi warga kota dan sekitarnya, salah satunya adalah Lapangan Puputan
Badung I Gusti Ngurah Made Agung atau yang lebih dikenal dengan nama Lapangan Puputan
Badung, lokasinya tepat di pusat kota yang bertanda nol kilometer Denpasar. Kawasan ini
dulunya sebagai ajang perang dalam mengusir penjajahan. Perang ini dikenal dengan perang
Puputan Badung merupakan sebuah bentuk perang perlawanan terhadap ekspedi militer
pemerintah colonial Belanda V di Badung. Hingga kini lapangan Puputan Badung masih
menyisakan kenangan dan cerita warga. Ada patung tiga orang, satu perempuan, satu laki-laki,
dan satu anak dibagaian lapangan ini sebagai penanda terjadinya perang besar tersebut.

Lapangan Puputan Badung kini telah menjelma menjadi monument hijau, karena masih
menyisakan kesejukan dari rimbun pepohonan dan hamparan rerumputan. Yang sekarang banyak
dimanfaatkan untuk beraktivitas seperti bersantai maupun berolahraga. Lapangan Puputan
Badung dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau, meskipun modernism semakin maju dan
banyaknya didirikan bangunan seperti mall yang tentunya akan membutuhkan banyak area yang
akan dibangun.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Lansekap

Secara umum Booth (1988) mengkategorikan elemen-elemen lansekap tersebut kedalam 6


(enam) elemen dasar, yaitu :
1. Landform – bentukan lahan yang merupakan elemen sangat penting sebagai tempat
dimana elemen-elemen lainnya ditempatkan.

2. Tanaman – semua jenis tanamana yang dibudidayakan ataupun alami dari penutup tanah
sampai pohon, memerlukan pertimbangan khusus dalam peletakkan menyesuaikan
pertumbuhannya.

3. Bangunan – elemen lansekap yang membangun dan membatsi ruang luar,


mempengaruhi pemandangan, memodifikasi iklim mikro, dan mempengaruhi
organisasi fungsional lansekap.

4. Site structure – elemen-elemen yang dibangun dalam lansekap tertentu seperti ramp,
pagar, pergola, gazebo, kursi, dan lain sebagainya

5. Pavement – perkerasan merupakan elemen lanskap untuk mengakomodasi penggunaan


yang intensif di atas permukaan tanah.

6. Air – elemen yang bergerak, menghasilkan suara, dan bersifat reflektif

Menurut Ashihara (1996) perancangan taman perlu dilakukan pemilahan dan penataan
secara detail elemen-elemennya agar taman dapat berfungsi maksimal dan estetis. Elemen taman
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu :

1. berdasarkan jenis dasar elemen, alami dan non alami (buatan)

2. berdasarkan kesan yang ditimbulkan, elemen lunak atau soft material (tanaman, air,
satwa) dan elemen keras atau hard material (paving, pagar, patung, pergola, bangku
taman, kolam, dan lampu taman)

3. berdasarkan kemungkinan perubahan, elemen mayor (sulit diubah) seperti sungai,


gunung, pantai, suhu, kelembaban, radiasi matahari, angin, petir dan elemen minor
(dapat diubah) seperti sungai kecil, bukit kecil, tanaman dan buatan manusia.

1. Elemen Lunak (Softscape)

Menurut (Hakim, 2012) elemen atau material lansekap digolongkan menjadi dua jenis yaitu
softscape dan hardscape. Softscape adalah istilah yang digunakan untuk unsur-unsur material
yang berasal dari alam. Elemen softscape merupakan elemen yang dominan, terdiri dari tanaman
atau pepohonan dan air. Tanaman tidak hanya mengandung nilai estetis saja, tetapi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan (Hakim, 2012). Fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai
berikut :

1. Kontrol pandangan (visual control) Menahan silau yang berasal dari sinar matahari, lampu,
pantulan sinar dari perkerasan, kontrol pandangan terhadap ruang luar, membatasi ruang,
membentuk kesan privasi, menghalangi pandangan dari hal-hal yang tidak menyenangkan.

2. Pembatas Fisik (physical barriers) Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai
penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan

3. Pengendali iklim (climate control) Membantu menciptakan kenyamanan manusia yang


berhubungan dengan suhu, radiasi sinar matahari, suara, aroma, mengendalikan
kelembaban, serta menahan, menyerap dan mengalirkan angin

4. Pencegah erosi (erosion control) Akar tanaman dapat mengikat tanah, menahan air hujan
yang berlebihan

5. Habitat hewan (wildlife habitats) Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan
dan tempat berlindung

6. Nilai estetis (aesthetic values) Menambah kualitas lingkungan, menciptakan pemandangan


yang menarik, membantu meningkatkan kualitas lingkungan. Nilai estetis diperoleh dari
perpaduan antara :

a. Warna (batang, daun, dan bunga)

b. Bentuk (batang, percabangan, tajuk)

c. Tekstur

d. Skala

e. Komposisi tanaman

2. Elemen Keras (Hardscape)

Hardscape adalah unsur-unsur material buatan atau elemen selain vegetasi yang dimaksudkan
adalah benda-benda pembentuk taman, terdiri dari bangunan, gazebo, kursi taman, kolam ikan,
pagar, pergola, air mancur, lampu taman, batu, kayu, dan lain sebagainya. Hardscape berfungsi
sebagai :

1. Penambah suasana untuk meningkatkan nilai-nilai estetika atau keindahan

2. Dapat membangkitkan jiwa seni seseorang

3. Sebagai tempat untuk meningkatkan rasa nyaman, aman, dan nikmat

4. Menambah pengetahuan

5. Tempat rekreasi Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar, yaitu :

1. Material keras alami (organic materials) yaitu kayu

2. Material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in their natural
state) yaitu batu-batuan, pasir, dan batu bata

3. Material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly modified state)
yaitu aluminium, besi, perunggu, tembaga dan baja

4. Material keras buatan sintetis atau tiruan (synthetic materials) yaitu bahan plastik
atau fiberglas

5. Material keras buatan kombinasi (composite materials) seperti beton dan plywood

Pengertian Ruang Terbuka

Ruang terbuka (Open Space) merupakan ruang terbuka yang selalu terletak di luar massa
bangunan yang dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang serta memberikan
kesempatan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan. Yang dimaksud dengan ruang terbuka
antara lain jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olahraga, taman kota dan taman
rekreasi (Hakim, 2003 : 50).

Menurut Lao Tze adalah bukan hanya sesuatu yang dibatasi secara fisik oleh lantai,
dinding dan langit-langit, tetapi “kekosongan” yang terkandung di dalam bentuk pembatas ruang
tadi (ITS, 1976 : 9).

Ruang terbuka ini terbentuk karena adanya kebutuhan akan perlunya tempat untuk
bertemu atau berkomonikasi satu sama lain. Dalam satu kawasan permukiman baik yang
tradisional maupun permukiman kota sering kita jumpai sebuah alahan kosong yang dijadikan
sebagai ruang bersama bagi penghuni yang ada disekitarnya dengan jarak radius tertentu
(Bappeda Tk. I Bali , 1992 : 28).

Berdasarkan bentuk, macam dan fungsi, ruang terbuka dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu (Jayadinata, 1999 : 33) :

1. Kebudayaan misalnya : lapang olah raga, kolam renang terbuka, taman, kampus
universitas, dan sebagainya.

2. Kehidupan ekonomi (mata pencaharian), misalnya : sawah, kebun, kolam, hutan, pasar,
pelabuhan, dan sebgainya.

3. Kehidupan sosial, misalnya : kawasan rumah sakit, kawasan perumnas, tanah lapang
untuk latihan militer, danau untuk rekreasi berperahu, dan sebagainya.

Pengertian Ruang Terbuka Hijau dan Non-Hijau

Menurut Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang publik dapat
berupa Ruang Terbuka Hijau Publik atau Ruang Terbuka Non Hijau Publik dan secara
institusional harus disediakan oleh pemerintah di dalam peruntukan lahan di kawasan perkotaan.
Yang penting pula untuk menjadi perhatian, tidak hanya berhenti pada penyediaan ruang publik,
namun juga ruang publik tersebut dapat hidup dan bermakna.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang memanjang berbentuk jalur dan atau area
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Dalam Undang-undang No. 26 tahun
2007 tentang penataan ruang menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang
terdiri dari 20% publik dan 10% privat. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Contoh RTH Publik adalah taman kota, hutan kota, sabuk hijau (green belt), RTH di sekitar
sungai, pemakaman, dan rel kereta api. Sedangkan RTH Privat adalah RTH milik institusi
tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain
berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Penyediaan RTH memliki tujuan sebagai berikut :
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air,
2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

3. Meningkatakan keserasian lingkunagn perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan


perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

RTH yang telah ada baik secara alami ataupun buatan diharapkan dapat menjalankan empat (4)
fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi ekologis antara lain : paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai peneduh,
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam
udara, air dan tanah, serta penahan angin.
2. Fungsi sosial budaya antara lain : menggambarkkan ekspresi budaya lokal, media
komunikasi, dan tempat rekreasi warga.

3. Fungsi ekonomi antara lain : sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga,
buah, daun, dan sayur mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian dari usaha
pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain.

4. Fungsi estetika antara lain meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota


baik skala mikro (halaman rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro (lansekap
kota secara keseluruhan); menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area
terbangun dan tidak terbangun.

Fungsi utama RTNH adalah fungsi Sosial Budaya, dimana antara lain dapat berperan
sebagai wadah aktifitas Sosial Budaya masyarakat dalam wilayah kota/ kawasan perkotaan
terbagi dan terencana dengan baik, pengungkapan ekspresi budaya/kultur local, merupakan
media komunikasi warga kota, tempat olahraga dan rekreasi, wadah dan objek pendidikan,
penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Manfaat RTNH secara Langsung merupakan
manfaat yang dalam jangka pendek atau secara langsung dapat dirasakan, seperti berlangsungnya
aktivitas masyarakat, seperti misalnya kegiatan olahraga, kegiatan rekreasi, kegiatan parkir, dan
lain-lain, keindahan dan kenyamanan, seperti misalnya penyediaan plasa, monumen, landmark,
dan lain sebagainya, keuntungan ekonomis, seperti misalnya retribusi parkir, sewa lapangan
olahraga, dan lain sebagainya.

METODELOGI

Metodelogi penilitan yang digunakan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi objek
penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan
data, pengolahan data secara analisa data.

Objek Penelitian

Adapun objek yang kami pilih pada penelitian ini adalah lapangan Puputan Badung pada
Desa Dangin Puri Kangin. Desa Dangin Puri Kangin terletak di Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Desa ini memiliki luas 0.75km, dengan jumlah penduduk 10.878 jiwa. Penelitian ini kami
laksanakan pada tangga 19 November 2018.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif – kualitatif, yaitu melakukan observasi


ke lokasi secara langsung untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data yang kemudian


dilanjutkan dengan mentabulasi data dari hasil observasi yang telah kami lakukan. Metode
survey dilakukan untuk pendekatan kuantitatif sebagai cara memperoleh fakta-fakta yang ada
dan mencari keterangan secara factual.

Pengolahan dan Analisi Data

Data yang diperolah dari hasil observasi dan survey, diolah dan dianalisis untuk dapat
digunakan dan dapat saling melengkapi data yang diperoleh. Adapun data yang didapatkan dari
lapangan melalui survey digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek
penelitian, penyebab adanya permasalahan serta, upaya perbaikan yang dapat dilakukan.

PEMBAHASAN
Lapangan Puputan Badung merupakan salah satu taman yang terkenal di kota Denpasar
karena mempunyai nilai sejarah sebagai tempat monument perang Puputan Badung. Taman ini
mempunyai luas sekitar 33,810 m2. Taman ini berbentuk persegi. Lokasi Lapangan Puputan
Badung cukup strategis karena terletak dipusat kota Denpasar. Terletak di Dauh Puri Kangin,
Denpasar Barat.

Gambar
Peta Lokasi Lapangan Puputan Badung

 Fungsi Ruang Terbuka Hijau Pada Lapangan Puputan Badung


Ruang terbuka hijau pada lapangan ini memiliki beberapa fungsi seperti :
a. Dari segi fungsi ekologi
Dapat menjadi paru-paru kota, tumbuhan dan tanaman hijau yang terdapat pada lapangan
puputan dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2) menambah oksigen, menurunkan
suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman, menjadi area resapan air serta dapat
meredam kebisingan.
b. Menjadi ruang tempat keluarga dapat berekreasi maupun bersilaturahmi
Di lapangan puputan ini, anak-anak mendapatkan ruang untuk bermain, karena
dilapangan puputan menyediakan fasilitas permainan untuk anak-anak sehingga anak-
anak tidak terlalu banyak menghabiskan waktu didepan televise maupun video game.
Selain itu masyarakat juga dapat berjalan kaki sembari berolahraga karena pada lapangan
puputan terdapat area jogging track. Di tengah lapangan pun dapat digunakan sebagai
sarana berolahraga, seperti bermain sepak bola. Disekitar lapangan juga terdapat kursi-
kursi yang bisa digunakan untuk mengobrol bersama teman.
c. Memiliki fungsi estetis
Kehadiran ruang terbuka pada lapangan puputan dapat memperindah permukiman,
komplek perumahan, perkantoran, sekolah yang terdapat di pusat kota, sehingga suasana
kota terasa lebih hijau.
 Elemen - elemen softscape dan hardscape pada Lapangan Puputan Badung
Elemen – elemen yang digunakan pada Lapangan ini terdapat dua jenis elemen yaitu :
a. Elemen softscape yang terdapat pada Lapangan Puputan Badung
1. Rerumputan
2. Semak-semak
3. Pohon palm
4. Teratai
5. Pohon perdu
b. Elemen hardscape yang terdapat pada Lapangan Puputan Badung
1. Perkerasan
2. Bangku taman
3. Jalan setapak
4. Patung
5. Air mancur dan kolam
6. Gazebo
7. Panggung

 Permasalahan pada Lapangan Puputan Badung


Permasalahan yang terdapat pada Lapangan Puputan Badung antara lain :
1. Lapangan Puputan Badung kurang mengoptimalkan tanda-tanda atau sign system
pada area tertentu sebagai media informasi kepada pengunjung.
2. Bagi pengunjung yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi, parkir yang
tersedia di Lapangan Puputan Badung sangat terbatas terlebih lagi pada saat hari
libur atau weekend para pengunjung biasa menggunakan setengah badan jalan untuk
parkir sehingga dapat mengganggu lalu lintas kendaraan lain.
3. Taman Lapangan Puputan Badung belum memaksimalkan fungsinya sebagai tempat
bersantai dan berkumpul dikarenakan fasilitas seperti bangku – bangku taman sangat
kurang serta desain bangku – bangku pada taman ini masih sederhanan hanya terbuat
dari beton yang kurang menarik.
4. Kurang tersedianya toilet umum untuk para pengunjung taman.
5. Beberapa bagaian unsur taman yang kurang terawat seperti rumput-rumput yang
terlihat gersang dan rusak.
6. Kurang tersedianya foodcourt pada taman agar tidak adanya pedagang kaki lima yang
berjualan di area pedestrian sehingga menggangu akses pejalan kaki.
7. Kurangnya pencahayaan lampu pada saat menjelang malam hari karena beberapa titik
lampu tidak dapat menyala.
 Solusi dari Permasalahan yang Terdapat pada Lapangan Puputan Badung
1. Memberi tanda-tanda pada area tertentu seperti tanda membuang sampah pada
tempatnya agar lingkungan sekitar taman tetap bersih serta memberi tanda dilarang
menginjak rumput di beberapa titik taman agar tidak merusak rerumputan.
2. Membangun area parkir yang layak bagi pengunjung agar tidak memarkir kendaraan
di badan jalan.
3. Memberi kursi – kursi yang lebih menarik dan bisa juga memberi atap pada tempat
bersantai agar pengunjung merasanya lebih nyaman dan tidak terkena sinar matahari
pada siang hari jika berkunjung ke taman.
4. Membuatkan beberapa toilet umum pada taman sehingga dapat memberi kenyaman
pada pengunjung jika sewaktu-waktu akan membuang air kecil.
5. Mendesain beberapa foodcourt pada taman sehingga pengunjung dapat membeli
makanan maupun minuman.
6. Desain lampu yang digunakan sebaiknya dapat digunakan hingga jangka panjang agar
penerangan pada malam hari tidak terganggu.
7. Memberi beberapa titik keran penyiraman tanaman seperti untuk rerumputan
sehingga rumpu-rumpu di taman tidak gersang.

Kesimpulan
Lapangan puputan badung adalah salah satu taman rekreasi, selain itu taman ini juga
memiliki beberapa fungsi yaitu dari segi ekologi, estetis serta sebagai tempat untuk
bersilahturahmi. Taman ini terdiri dari beberapa elemen yaitu elemen softscape dan elemen
lansekap, namun selain memiliki fungsi dan elemen yang menjadikan taman ini sebagai ruang
terbuka hijau, taman ini memiliki kekurangan dan kelebihan, yang masih perlu dibenahi oleh
pemerintah Kota Denpasar.
Gambar 2. Lapangan Puputan Badung Gambar 3. Lapangan Puputan Badung
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4. Lapangan Puputan Badung Gambar 5. Lapangan Puputan Badung

Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 5. Lapangan Puputan Badung Gambar 6. Lapangan Puputan Badung

Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai