Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI SELULAR
Sebagai Tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan

Dosen Pengampu:
Khalida Ulfa, M. Pd.

DisusunOleh:
Kelompok 8
1. Rahmat Wiranda Dzikri (1652220081)
2. Senja (1652220095)
3. Tiara Ulandari (1652220109)
4. Via Amalia (1622220114)

Kelas: Pendidikan Biologi 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

‫الرحيم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بسم هللا‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan,
kesempatan dan rahmat-Nya sehingga kita semua diberikannya ilmu yang
bermanfaat. Dan atas rahmat ilmu ini juga kami bisa menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “RESPIRASI SEL “Shalawat dan salam semoga terhantarkan selalu
kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing,
IbuKhalida Ulfa, M. Pd.yang telah memberikan tugas serta membimbing kami
guna menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin.Kami mohon maaf jika
dari penyampaian makalah kami ini ada kesalahan atau kekurangan, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-
teman sekalian. Dan dengan selesainya makalah ini semoga bermanfaat bagi kita
semua. Aminn

Disusun oleh,

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi
hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah
berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat
tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda.
Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan
tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri,
menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai
batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus
mencarimakan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus
menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.Sebuah sel
adalah blok bangunan dasar untuk semua organisme hidup.
Sel dianggap sebagai unit terkecil dari entitas yang hidup dan dapat
menciptakan bentuk kehidupan uniseluler atau kehidupan yang lebih rumit.
Sel sangat membutuhkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi untuk
melakukan berbagai tugas daam tubuh, termasuk menggerakan otot, menjaga
organ-organ vital, pembelahan sel serta replikasi.
Setiap makhluk hiduppastimelakukanprosesmetabolisme salahsatunya
tumbuhan.Metabolismemerupakanserangkaianproseskimiawidalamtubuhmak
hlukhidup yangberperanuntukmenghasilkan
energiyangdigunakanuntukmelakukanaktivitas kehidupan.Pada
prosesmetabolismeini,terdapatduaprosesyaitu metabolismeprimerdan
sekunder. Tumbuhan memiliki
cirimakhlukhidupsebagaiproseskehidupanyaitubernafas
ataudisebutrespirasi.Respirasiyaituproses masuknya oksigendankeluarnya
karbondioksida
sebagaihasilprosesrespirasi.Respirasisalahsatuprosesmetabolisme
primeryangmerupakan prosesesensialbagikehidupantumbuhan.Prosesrespirasi
mengeluarkan energikimiaAdenosintrifosfat
(ATP)sebagaipenggerakrespirasi.
Respirasi terdiridarirangkaian banyakreaksidarikomponen-
komponenyang masing-masing dikatalisasiolehenzimyangberbeda-
beda.Selpadatumbuhan menggunakan respirasi selulersebagaialatuntuk
mengubahenergitersimpanmenjadibahankimiayangdikonsumsi
olehselindividual.
Adenosintrifosfat(ATP)adalahmakanankimiayangdigunakan semua
sel.Tanaman pertama kalimembuatgulasederhana melalui
fotosintesis.Selindividu kemudian memecah
gulaitumelaluirespirasiseluler.Respirasi selularbertujuan menghasilkan
Adenosintrifosfat(ATP)yangdigunakanuntukmemenuhikebutuhanenergi sel.
Sel membutuhkanenergi untuk melakukanberbagai tugas dalam tubuh,
termasuk menggerakkanotot,menjagaorganvitalbekerja,danpembelahansel.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian respirasi sel?
2. Bagaimana mekanisme respirasi sel?
3. Bagaimana terjadinya proses glikolisis?
4. Bagaimana terjadinya proses fermentasi?
5. Apa faktor pengendali glikolisis?
6. Apa makna penting glikolisis dalam proses evolusi?
7. Bagaimana proses asam sitrat?
8. Bagaimana mekanisme terjadinya transfor elektron?
9. Apa faktor yang mempengaruhi laju respirasi pada tumbuhan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat
memahami:
1. Untuk memahami pengertian respirasi sel
2. Untuk mendeskripsikan mekanisme respirasi sel
3. Untuk mendeskripsikan terjadinya proses glikolisis
4. Untuk mendeskripsikan terjadinya proses fermentasi
5. Untuk menjelaskan faktor pengendali glikolisis
6. Untuk menjelaskan makna penting glikolisis dalam proses evolusi
7. Untuk mendeskripsikan proses asam sitrat
8. Untuk mendeskripsikan mekanisme terjadinya transfor elektron
9. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi pada
tumbuhan

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian respirasi sel
2. Dapat mengetahui mekanisme respirasi sel
3. Dapat mengetahui terjadinya proses glikolisis
4. Dapat mengetahui terjadinya proses fermentasi
5. Dapat mengetahui faktor pengendali glikolisis
6. Dapat mengetahui makna penting glikolisis dalam proses evolusi
7. Dapat mengetahui proses asam sitrat
8. Dapat mengetahui mekanisme terjadinya transfor elektron
9. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi pada
tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Respirasi Sel


Respirasi sel adalah proses penguraian senyawa organik kompleks
secara kimia dengan bantuan oksigen yang menghasilkan energi yang di
gunakan untuk kegiatan hidup makhluk hidup. Definisi respirasi sel dapat
disederhanakan sebagai suatu proses oksidasi bahan makanan dalam sel tubuh
untuk menghasilkan energi. Respirasi sel adalah salah satu contoh dari proses
katabolisme (Starr dkk, 2012).
Respirasi sel menghasilkan energi dalam bentuk Adenosin trifosfat
(ATP) yang merupakan sumber energi untuk seluruh kegiatan dan aktivitas
makhluk hidup. Bahan baku yang digunakan dalah respirasi sel adalah sejenis
gula yang dikenal dengan istilah gula heksosa. Proses respirasi sel terjadi
dalam beberapa tahap(Starr dkk, 2012).
Respirasi sel adalah salah satu cara sel memperoleh energi. Ini adalah
fungsi dari metabolisme sel. Respirasi sel mengubah partikel makanan
kedalam air dan karbondioksida. Didalam setiap sel hidup terjadi proses
metabolisme. Salah satu proses tersebut adalah katabolisme. Katabolisme
disebut pula disimilasi karena dalam proses ini energi yang tersimpan
ditimbulkan kembali atau di bongkar untuk menyelenggarakan proses-proses
kehidupan.Respirasi sel merupakan proses penguraian bahan makanan yang
menghasilkan energi. Respirasi sel dilakukan oleh semua makhluk hidup
dengan semua penyusun tubuh, baik sel tumbuhan maupun sel hewan ,dan
manusia. Respirasi ini dilakukan baik siang maupun malam. Respirasi sel
terjadi di mitokondria (Starr dkk, 2012).
Padahakikatnya,respirasiadalahpemanfaatan
energibebasdalammakanan
menjadienergibebasyangditimbundalambentukATP.Dalamsel,ATPdigunakan
sebagai
sumberenergibagiseluruhaktivitashidupyangmemerlukanenergi.MenurutCam
pbellet
al(2002),aktivitashidupyangmemerlukanenergiantaralain,kerjamekanis(kontra
ktildan motilitas),transporaktif (mengangkutmolekulzatatauion
yangmelawangradienkonsentrasizat),produksipanas(bagitubuhburungdanhew
anmenyusui).Namun,selainketigatujuantersebut, energi dibutuhkan oleh
tubuh untuk transfer materi genetik dan metabolisme
sendiri.Jadirespirasiseluleradalahprosesperombakanmolekulorganikkompleks
yang kayaakanenergipotensialmenjadiproduklimbahyang
berenergilebihrendah(proses
katabolik)padatingkatseluler.Padarespirasisel,oksigenterlibatsebagaireaktanbe
rsama dengan bahan bakarorganik dan akan menghasilkan air,karbon
dioksida,serta produk
energiutamanyaATP.ATP(adenosintrifosfat)memilikienergiuntukaktivitassels
eperti melakukansintesisbiomolekuldari molekul pemula yang lebih kecil,
menjalankan kerja
mekaniksepertipadakontraksiotot,danmengangkutbiomolekulatauionmelaluim
embranmenujudaerahberkonsentrasilebihtinggi (Novitasari, 2017).

B. Proses Respirasi
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan
jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk
digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan
kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun,
istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah
pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai
dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya
diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah,
respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET
sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti
molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim
dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm
(melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP
membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia
endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua
kelompok senyawa terakhir ini(Novitasari, 2017).
Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan
oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai
respirasi aerob. Namun, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan
oksigen, yang disebutrespirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang
adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamirSaccharomyces
cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau
senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator(Novitasari, 2017).

C. Glikolisis
Tahapawalmetabolisme
konversiglukosamenjadienergididalamtubuhakan
berlangsungsecaraanaerobikmelaluiprosesyangdinamakanGlikolisis(Glycolys
is).Proses iniberlangsung dengan
mengunakanbantuan10jenisenzimyangberfungsisebagaikatalis didalam
sitoplasma(cytoplasm)yangterdapatpadasel eukaryotik(eukaryoticcells).Inti
dari keseluruhanprosesGlikolisisadalahuntukmengkonversi glukosa
menjadiprodukakhir berupa
piruvat.PadaprosesGlikolisis,1molekulglukosayang
memiliki6atomkarbonpada rantainyaakanterpecahmenjadi
produkakhirberupa2molekul piruvat(pyruvate)yang
memiliki3atomkarbom.Prosesiniberjalanmelalui beberapa tahapan
reaksiyangdisertai denganterbentuknya
beberapasenyawaantarasepertiGlukosa6-fosfatdanFruktosa6-
fosfat(Irawan,2007).
Selainakanmenghasilkan
produkakhirberupamolekulpiruvat,prosesglikolisisini jugaakanmenghasilkan
molekulATPsertamolekulNADH(1NADH3ATP).MolekulATP
yangterbentukinikemudian akandiekstrakolehsel-
seltubuhsebagaikomponendasar
sumberenergi.Melaluiprosesglikolisisini4buahmolekulATPdan2buahmolekul
NADH(6ATP)akandihasilkansertapadaawaltahapanprosesnyaakanmengkons
umsi 2buah
molekulATPsehinggatotal8buahATPakandapatterbentuk(Irawan,2007).
Kata glikolisis (glycolysis) berarti pemecahan gula. Glukosa, sejenis
gula berkrbon-enam, dipecah menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang
lebih kecil ini kemudian dioksidasi dan atom atom yang tersisa disusun ulang
untuk membentuk dua molekul piruvat (Starr dkk, 2012).
Glikolisis dapat terbagi menjadi dua fase: investasi energi dan
pembayaran energi. Selama fase investasi energi, sel sebenarnya
menggunakan ATP. Investasi ini terbayar kembali disertai bunga pada fase
pembayaran energi, ketika ATP dihasilkan oleh fosforilasi tingkat-subsrat dan
NAD+ direduksi menjadi NADH oleh elektron yang dilepaskan dari oksidasi
glukosa. Hasil energi netto dari glikolisis, per molekul glukosa, adalah 2 ATP
dan 2 NADH (Campbell dkk, 2008).
Glikolisis Awal Pemecahan Glukosa energi ATP yang diinvestasikan,
memulai reaksi glikolisisberhubungan dengan Hidrolisis Glukosa 3,3 dan
Endergonik Glikolisis adalah kumpulan reaksi yang memulai jalur
kebanyakan jenis sel. Reaksi yang terjadi di sitoplasma mengubah 1 molekul
glukosa menjadi 2 piruvat, kemudian membentuk hasil akhir berupa 2 ATP
dan 2 NADH. Kata “glikolisis “ (berasal dari bahasa Yunani glyk, manis dan
– lysis, melonggarkan) menggambarkan pelepasan energi kimia dari glukosa.
Berbagai jenis gula dapat memasuki glikolisis tetapi untuk jelasnya, kita
memusatkan pada glukosa(Campbell dkk, 2008).
Glikolisis dimulai ketika satu molekul glukosa memasuki suatu sel
melalui protein transpor membran. Sel menginvestasikan dua ATP dalam
reaksi endergonik yang memulai jalur ini. Pada reaksi pertama, suatu enzim
mentransper 1 gugus fosfat dari ATP ke glukosa sehingga membentuk
glukosa 6 fosfat, tidak seperti glukosa, glukosa 6 fosfat tidak melalui
transporter glukosa dalam membran plasma sehingga terjebak dalam sel.
Hampir semua glukosa yang masuk ke dalam sel, diubah menjadi glukosa 6
fosfat. Fosforilasi ini menjaga kadar glukosa dalam sitoplasma lebih rendah
daripada kadar dalam cairan di luar sel(Taiz, 2002).
Dengan memelihara gradien konsentrasi dalam membran plasma, sel
lebih memilih untuk mengambil lebih banyak glukosa.Glikolisis yang
berlanjut sebagai glukosa 6 fosfat menerima satu gugus fosfat dari ATP lain,
kemudian terpisah menjadi dua. PGAL adalah singkatan dari dua produk
intermediat tiga-karbon yang dihasilkan.Enzim mengikatkan satu gugus fosfat
ke tiap PGAL membentuk dua molekul PGAL (Campbell dkk, 2008).

Gambar 1. Proses terjadinya glikolisis


Sumber: Andy.blogspot.com
Dalam reaksi ini, 2 elektron dan 1 ion hidrogen dari tiap PGAL ke
NAD+ sehingga 2 NADH terbentuk. Koenzim yang tereduksi ini akan
menyerahkan dua elektron dan ion hidrogen dalam reaksi yang mengikuti
glikolisis.Satu gugus fosfat ditransfer dari tiap PGA dan ke ADP sehingga dua
ATP terbentuk. Dua ATP lagi terbentuk ketika satu gugus fosfat ditransper dari
tiap produk intermediat ke dua ADP. Kedua reaksi tersebut fosforilasi tingkat
substrat- transper satu gugus fosfat secara langsung dari substrat ke ADP. Dua
ATP digunakan untuk memulai reaksi glikolisis. Total ATP yang dihasilkan
adalah 4 ATP sehingga ATP neto yang dihasilkan sebesar 2 ATP permolekul
glukosa yang memasuki glikolisis.Glikolisis berakhir dengan pembentukan dua
molekul tiga-karbon piruvat. Produk ini dapat memasuki reaksi tahap kedua dari
respirasi aerobik atau fermentasi (Taiz, 2002).

Tahap I :
1. Investasi energy
 Glikolisis diawali dengan reaksi pembentukan senyawa glukosa 8-fosfat
dari glukosa. Reaksi tersebut merupakan reaksi yang membutuhkan
energy yang diambil dari pemutusan ikatan fosfat dari ATP.
2. Isomerisasi glukosa 6-fosfat.
 Pembentukan isomer fruktosa 6-fosfat dari glukosa 6-fosfat. Reaksi ini
dikatalisis oleh fosfoglukoisomerase.
 Reaksi fosforilasi fruktosa 6-fosfat menjadi fruktosa-1, 6-bisfosfat oleh
enzim fosfofruktokinase. Reaksi ini berjalan spontan dan merupakan
rate limiting step pada proses glikolisis. Pada reaksi ini dibutuhkan 1
mol ATP dan diregulasi secara ketat. Fosfofruktokinase dapat dihambat
oleh ATP.
3. Reaksi pemutusan menjadi 2 triosafosfat.
 Reaksi ini dikatalisis oleh enzim aldolase dan terjadi pemutusan aldol
yang merupakan kebalikan dari reakdi kondensasi aldol membentuk 2
molekul gliseraldehid 3-fosfat yang selanjutnya mengalami isomerisasi
membentuk dihidroksiasetonfosfat. Reaksi isomerisasi ini dikatalis oleh
enzim triosefosfat isomerase.
4. Isomerisasi triosafosfat
 Hanya gliseraldehid-3-fosfat yang akan diteruskan dalam proses
glikolisis sehingga dengan adanya reaksi isoerisasi ini memungkinkan
proses glikolisis berjalan sempurna.
 Pada akhir tahap I glikolisis ini menghasilkan 2 molekul gliseraldehid-
3-fosfat dan membutuhkan 2 molekul ATP untuk setiap 1 molekul
glukosa
Tahap II :

1. Oksidasi gliseraldehid-3-fosfat Reaksi ini dikatalisis oleh enzim


gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase dengan NAD+ sebagai koenzimnya.
2. Transfer fosfat untuk membentuk ATP Senyawa 1,3 bisfosfogliserat
merupakan senyawa berenergi tinggi yang selanjutnya gugus fosfat
tersebut ditransfer untuk membentuk ATP yang dikatalisis oleh enzim
fosfogliserat kinase dengan ko-faktor Mg2+. Enzi mini mirip dengan
heksokinase yang mengalami prubahan konformasi yang diinduksi oleh
substrat. Reaksi ini bersifat reversible.
3. Perpindahan posisi gugus fosfat Pada tahap ini terjadi reaksi perpindahan
gugus fosfat pada 3-fosfogliserat yang berada pada posisi C-3 berpindah
ke OH posisi C-2 yang dikatalisis oleh enzim fosfogliserat mutase. Reaksi
ini menghasilkan 2-fosfogliserat.
4. Pembentukan senyawa berenergi tinggi kedua. Pembentukan senyawa ini
dilakukan dengan dehidrasi yang dikatalisis oleh enzim enolase yang
memiliki ko-faktor Mg2+. Reaksi ini dapat dihambat oleh fluorida.
5. Pembentukan ATP akhir Reaksi ini berjalan spontan dan terjadi transfer
gugus fosfat dari fosfoenolpirufat ke ADP membentuk ATP (Campbell
dkk, 2008).

Pelepasan fosfat ion menyebabkan terjadinya ikatan enol yang tidak stabil
sehingga akan terkonversi ke bentuk keton dan menjadi piruvat. Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim piruvat kinase. Ensim ini memerlukan Mg+ sebagai ko-
faktor. Piruvat merupakan hasil akhir glikolisis. Dalam tahap glikolisis bahan
yang digunakan adalah glukosa. Dengan bantuan 9 enzim yang memiliki fungsi
berbeda maka akan dihasilkan asam piruvat (C3H4O3). Tahapan ini berlangsung
dalam sitoplasma. Adapun jumlah energi ATP yang digunakan sebanyak 2, NAD
yang digunakan 2, ATP yang keluar 4, ADP yang digunakan 4 dan ATP yang
dihasilkan pada proses akhir adalah
1. Heksokinase:
2. Fosfoglukoisomerase
3. Fosfofruktokinase
4. Aldolase
5. Gliseraldehid 3.P dehidrogenase
6. Fosfogliserat kinase
7. Fosfogliserat mutase
8. Enolase
9. Piruvat kinase

D. Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu
substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Suprihatin,2010). Proses fermentasi dibutuhkan starter
sebagai mikroba yang akanditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan
populasi mikroba dalam jumlahdan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan pada media fermentasi (Prabowo,2011).
Tahap fermentasi untuk mengkonversi gula menjadi etanol (alkohol)
dengan bantuan mikroorganisme berupa yeast, ragi atau khamir. Proses
fermentasi bertujuan untuk merubah senyawa yang kompleks menjadi
sederhana.
1. Respirasi Anaerob
Oksigen diperlukan dalam respirasi aerob sebagai penerima H yang
terakhir dan membentukH2O. Bila berlangsung aktivitas respirasi yang
sangat intensif seperti pada kontraksi otot yang berat akan terjadi
kekurangan oksigen yang menyebabkan berlangsungnya respirasi anaerob.
Contoh respirasi anaerob adalah fermentasi asam laktat pada otot, dan
fermentasi alkohol yang dilakukan oleh jamur Sacharromyces (ragi)
(Campbell dkk, 2008).
a. Fermentasi asam laktat
Asam piruvat yang terbentuk pada glikolisis tidak memasuki
daur Krebs dan rantai transpor elektron karena tidak ada oksigen
sebagai penerima H yang terakhir. Akibatnya asam piruvat direduksi
karena menerima H dari NADH yang terbentuk saat glikolisis, dan
terbentuklah asam laktat yang menyebabkan rasa lelah pada otot.
Peristiwa ini hanya menghasilkan 2 ATP untuk setiap mol glukosa yang
direspirasi (Muin, 2015).
CH3.CO.COOH + NADH —–> CH3.CHOH.COOH + NAD + E
(asam piruvat) (asam laktat)

Gambar 2 . Fermentasi asam laktat


Sumber: Mulanovich.blogspot.com

b. Fermentasi alkohol
Pada fermentasi alkohol asam piruvat diubah menjadi asetaldehid
yang kemudian menerima H dari NADH sehingga terbentuk etanol.
Reaksi ini juga menghasilkan 2 ATP (Muin, 2015).
CH3.CO.COOH —–> CH3.CHO + NADH —–> C2H50H + NAD + E
(asam piruvat) (asetaldehid) (etanol)
Menurut Winarno dkk, (1984), Proses fermentasi alkoholik
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Jenis bahan atau substrat substrat merupakan sumber energi bagi
mikroba. Substrat inilah yang nantinya akan dipecah menjadi
senyawa-senyawa sederhana dalam proses fermentasi.
2. Oksigen pada umunya proses fermentasi alkoholik berlangsung
pada kondisi anaerob atau tanpa oksigen. Namun ada mikroba
tertentu yang dapat berkembang dalam kondisi aerob maupun
anaerob seperti khamir Saccaromyces cerevisiae (Starter, 2008).
3. Waktu fermentasi umumnya waktu yang digunakan untuk proses
fermentasi adalah sekitar 1 sampai 6 hari. Tergantung dari jumlah
mikroba yang digunakan, kondisi operasi dan konsentrasi
substrat. Adanya gangguan pada kondisi operasi seperti pH dan
kandungan oksigen dapat menghambat proses fermentasi
4. Konsentrasi menurut Susanto dan Saneto (1994), jumlah ragi
yang dipakai adalah 0,5% dari volume substrat yang akan
difermentasikan. Pemberian ragi tidak boleh terlalu banyak
namun juga tidak boleh terlalu sedikit karena bila jumlah ragi
yang dipakai terlalu sedikit maka proses fermentasi akan
berlangsung lama, sedangkan jika ragi yang dipakai terlalu
banyak maka keaktifan khamir akan berkurang karena pada awal
proses alkohol yang terbentuk sangat banyak sehingga
fermentasinya lebih lama dan banyak glukosa yang belum
terkonversi. Sedangkan untuk struktur kultur murni digunakan
sebanyak 108 cfu/g atau sama dengan 0,3% ragi.
5. Temperatur umumnya ragi dapat berkembang baik pada suhu
ruangan yaitu sekitar 25-30°C dalam proses fermentasi.
6. PH (Keasaman) untuk proses fermentasi alkohol ragi, pH
optimum adalah 4 – 5. Jika pH terlalu asam atau terlalu basa
mikroba yang digunakan tidak dapat tumbuh optimal atau bahkan
mati sehingga proses fermentasi terganggu.

E. Faktor pengendali glikolisis


Sejumlah faktor berperan dalam menentukan laju glikolisis maupun
arah dari banyak reaksi dapat dibalik yang ada dalam jalur metabolik tersebut.
Konsentrasi yang meningkat dari suatu metabolit tertentu akan mendorong
terjadinya reaksi dengan metabolit tersebut sebagai subtratnya, sementara
konsentrasi yang menurun akan menarik reaksi enzimatik dengan metabolit
tersebut sebagai produknya. Sebagai contoh, dalam reaksi A à B, peningkatan
jumlah A akan mendorong reaksi ke kanan, sementara penurunan jumlah B
akan menarik reaksi ke kanan. Pengurangan jumlah A atau peningkatan
jumlah B akan mengerem laju reaksi tersebut.
Karena salah satu tahapan dari glikolisis, oksidasi PGAL menjadi asam
1,3-difosfogliserat, memerlukan NAD+ ketersediaan koenzim tersebut dalam
bentuk teroksidasi juga akan menimbulkan suatu aksi regulatoris. Dengan
cara yang serupa, jumlah Pi (fosfat anorganik) di dalam sitosol menjadi faktor
pembatas, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Barangkali mekanisme
kontrol yang paling penting bagi glikolisis dan berbagai jalur metabolik
lainnya adalah adanya enzim-enzim alosterik di dalam sistem.
Dalam struktur tiga dimensi (konformasi) enzim-enzim tesebut,
terdapat situs aktif untuk perlekatan subtrat dan juga sebuah daerah alosterik
tabahan yang bisa dilekati oleh zat-zat yang akan memodifikasi konformasi
enzim. Zat-zat pemodifikasi tersebut mengubah konformasi keseluruhan
enzim dan karenanya mengubah aktivitas katalitiknya. Salah satu enzim
alosterik dalam glikolisis adalah fosfofruktokinase (PFK). Enzim yang
mengkatalisis pembentukan fruktosa 1,6-difosfat dari fruktosa 6-fosfat. ATP
cenderung untuk berikatan dengan situs alosterik enzim dan menghambat
aktivitasnya.
Dengan demikian dalam sel yang mengandung ATP dalam jumlah yang
cukup, penghambatan PFK akan cenderung menghentikan glikolisis sampai
diperlukan lagi produksi ATP.
F. Makna penting glikolisis dalam proses evolusi
Peran glikolisis dalam fermentasi maupun respirasi memiliki dasar
evolusi. Prokariota purba mungkin menggunakan glikolisis untuk membuat
ATP lama sebelum oksigen ada di atmosfer bumi. Fosil bakteri tertua yang
diketahui berasal dari 3,5 miliar tahun lalu, namun kuantitas oksigen yang
memadai mungkin belum terakumulasi di atmosfer sampai sekitar 2,7 miliar
tahun silam. Sianobakteri menghasilkan O2 ini sebagai produk sampingan
fotosintesis.
Oleh karena itu, prokariota awal mungkin membuat ATP semata dari
glikolisis. Fakta bahwa glikolisis saat ini merupakan jalur metabolik yang
paling tersebar luas diantara organisme-organisme. Bumi menyiratkan bahwa
glikolisis berevolusi sangat awal dalam sejarah kehidupan. Lokasi glikolisis
di sitosol juga menyiratkan usia yang sangat tua.Jalur tersebut tidak
membutuhkan organel-organel terselubung-embran apa pun pada sel eukariot,
yang berevolusi sekitar 1 miliar tahun setelah sel prokariot. Glikolisis
merupakan warisan metabolik dari sel-sel awal yang terus berfungsi dalam
fermentasi dan sebagai tahap pertama dalam penguraian molekul organik
melalui respirasi.
Glikolisis adalah urutan reaksi enzimatik yang mengoksidasi gula
glukosa enam karbon menjadi dua senyawa tiga karbon dengan produksi
sejumlah kecil adenosin trifosfat (ATP). Glikolisis memiliki dua fungsi dasar
dalam sel.

1. Metabolisme gula enam karbon sederhana untuk senyawa tiga karbon


yang lebih kecil yang kemudian baik sepenuhnya dimetabolisme oleh
mitokondria untuk menghasilkan karbon dioksida dan sejumlah besar ATP
atau digunakan untuk sintesis lemak untuk penyimpanan.
2. Fungsi glikolisis untuk menghasilkan Jalur glikolitik hampir di mana-
mana, yang ditemukan di setiap sel hampir semua makhluk hidup. Hal ini
dikatalisasi oleh enzim larut terletak di sitosol sel. Meskipun jalur
glikolitik yang paling sering dianggap sebagai glukosa metabolisme,
monosakarida umum lainnya seperti fruktosa, galaktosa, dan manosa juga
dimetabolisme oleh itu. Jalur glikolitik beroperasi di kedua kehadiran
(aerobik) atau tidak adanya oksigen (anaerobik) (Fauzi, 2013).

G. Asam sitrat
TahapkeduadariprosesrespirasiselularyaituSiklusKrebsmerupakan
pusatbagi
seluruhaktivitasmetabolismetubuh.Siklusinitidakhanyadigunakanuntukmempr
oseskarbohidratnamunjugadigunakanuntukmemproses
molekullainsepertiproteindanjuga lemak.SebelummemasukiSiklusAsam
Sitrat(CitricAcid
Cycle)molekulpiruvatakanteroksidasiterlebihdahuludidalammitokondriamenja
diAcetyl-CoadanCO.MolekulAcetyl CoAyangmerupakan
produkakhirdariproses konversi Piruvat kemudianakan masuk
kedalamSiklusKrebs.
Intidariprosesyangterjadipadasiklusiniadalahuntukmengubah 2
atomkarbonyangterikatdidalammolekulAcetyl-CoA menjadi2molekul
karbondioksida
(CO2),membebaskankoenzimAserta,memindahkanenergiyangdihasilkanpadas
iklusini kedalamsenyawaNADH,FADHdanGuanosin Triposphat
(GTP).Selainmenghasilkan COdanGTP,dari persamaan
reaksidapatterlihatbahwasatuputaranSiklusKrebsjugaakanmenghasilkan
molekulNADH dan molekulFADH.Untukmelanjutkanprosesmetabolisme
energi,kedua molekulinikemudian
akandiproseskembalisecaraaerobikdidalammembran sel mitokondria melalui
proses Rantai Transpor Elektron untuk menghasilkan produk akhir
berupaATPdanair(Irawan,2007).
Siklus asam sitrat disebut juga siklus krebs, sebagai penghormatan
terhadap Hans Krebs, ilmuwan Jerman-Inggris yang mendeskripsikan
sebagian besar jalur metabolik ini pada tahun 1930-an. Siklus ini berfungsi
sebagai tungku metabolik yang mengoksidasi bahan-bakar organik yang
berasal dri piruvat. Siklus Krebs memecah asetil-KoA menjadi CO2. Siklus
ini merupakan jalur, urutan reaksi yang dimediasi enzim. Disebut siklus,
karena reaksi terakhir dalam urutan ini menghasilkan substrat untuk reaksi
pertama (Campbell dkk, 2008).
Dalam siklus krebs reaksi pertama- dan produk reaksi terakhir-berupa
oksaloasetat empat karbon. Reaksi Siklus Krebs terjadi dimulai dengan atom
dua karbon dari asetil koA ditransfer menjadi oksaloasetat empat karbon,
membentuk sitrat suatu bentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut siklus asam
sitrat setelah produk intermediat ini. Dalam reaksi selanjutnya, dua CO2
terbentuk dan meninggalkan sel, dua NAD+ menerima ion hidrogen dan
elektron sehingga membentuk NADH (Campbell dkk, 2008).
Gambar3 . proses asam sitrat
Sumber: Yahya, 2015
Glikolisis mengubah satu molekul glukosa menjadi dua piruvat,
kemudian di ubah menjadi dua asetil CoA. Ketika memasuki kompartemen
dalam mitokondria. Disana, tahap kedua reaksi mengubah dua molekul asetil
CoA menjadi enam CO2. Pada tahap respirasi aerob ini, satu molekul glukosa
terpecah sempurna, 6 atom karbon meninggalkan sel, dalam 6 CO2, dua ATP
terbentuk, yang mana menambah total energi neto glikolisis, bagaimanapun 6
NAD+ tereduksi menjadi 6 NADH dan 2 FAD yang tereduksi menjadi FADH2
(Campbell dkk, 2008).
Satu molekul menjadi tereduksi ketika menerima electron. Elektron
membawa energi yang dapat digunakan untuk mendorong terjadinya reaksi
endergonik. Dalam kasus ini, elektron dibawa koenzim selama dua tahap
respirasi aerobic pertama, membawa energi yang mendorong ke reaksi tahap
ketiga respirasi aerobik (Campbell dkk, 2008).

H. Keistimewaan Siklus Asam Sitrat pada Tanaman


Siklus asam sitrat pada tanamanini khas, karena tidak dimiliki pada
organisme lain yakni aktivitas yang signifikan pada NAD+enzim malik telah
ditemukan dalamsemua matriks mitokondriapada tanaman. Enzim ini
mengkatalisis dekarboksilasi oksidatif pada malat:
Malat + NAD+ piruvat + CO2 + NADH

Kehadiran NAD+ pada enzim malik memungkinkan mitokondria pada


tanaman menjalankan jalur alternatif untuk metabolisme pada PEP yang
berasal dari glikolisis. Malat dapat disintesis dari PEP di sitosol oleh enzim
PEP karboksilase dan malat dehidrogenase. Kemudian malat
ditransportasikan ke dalam matriks mitokondria, dimana NAD+ pada enzim
malik dapat mengoksidasi ke piruvat. Reaksi yang lengkap ini memungkinan
keseluruhan jaringan dari lanjutan siklus asam sitrat seperti malat (A) atau
sitrat (B).

Gambar 4. Jalur Alternatif Proses Dekarboksilasi Oksidatif Oleh Enzim Malic


NAD+
(Sumber: Taiz & Zeiger, 2002)
Selain itu juga, malat diproduksi melalui PEP karboksilase yang dapat
menggantikan lanjutan siklus asam sitrat yang digunakan dalam biosintesis.
Reaksi itu dapat melengkapi kembali lanjutan pada siklus metabolit yang
dikenal sebagai anaplerotik. Untuk contohnya, yaitu eksporpada 2-
oxoglutarat untuk asimilasi nitrogen di kloroplas akan menyebabkan
kekurangan malat yang dibutuhkan pada reaksi sintase sitrat. Malat dapat
diganti melalui jalur PEP karboksilase.Adanya jalur alternatif untuk oksidasi
pada malat sesuai dengan pengamatan pada kebanyakan tanaman, selain
tanaman CAM yang melaksanakan metabolisme asam crassulaceae yang
menyimpan malat pada vakuolanya.

I. Transpor electron

Gambar 5 . Mekanisme transpor elektron


Sumber: Andy.blogspot.com
Tahap ketiga respirasi aerobik, fosforilasi elektron, juga terjadi dalam
mitokondria. Istilah ini berarti aliran elektron melalui transfer elektron
mitokondria, terutama dalam menghasilkan pengikatan fosfat dan ADP yang
membentuk ATP. Tahap ketiga dimulai dengan koenzim NADH dan FADH2,
yang tereduksi pada dua tahap awal respirasi aerobik. Koenzim ini
mendonasikan pasangan elektron dan ion hidrogen ke rantai transfer elektron
di membran mitokondria dalam (Starr dkk, 2012).
Dengan masuknya elektron ke rantai, elektron melepas energinya sedikit
demi sedikit. Beberapa molekul dari rantai transfer memperoleh energi untuk
mentransfer ion hidrogen secara aktif dari kompartemen mitokondria dalam
ke kompartemen luar sehingga terbentuk gradien konsentrasi H+ dalam
membran mitokondria dalam. Gradien ini menarik ion hidrogen kembali ke
kompartemen mitokondria dalam. Bagaimanapun, ion hidrogen tidak dapat
berdifusi menembus lipid bilayer tanpa bantuan. Ion dapat menembus
membran mitokondria dalam hanya dengan ATP sintase interior (Starr dkk,
2012).
Aliran ini menyebabkan protein transfor membran untuk mengikatkan
gugus fosfat ke ADP, kemudian membentuk ATP. Pada akhir rantai transfer
elektron mitokondria oksigen menerima elektron dan bergabung dengan H+,
membentuk air. Respirasi aerobik yang berarti mengambil napas dari udara,
menggambarkan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur ini
(Starr dkk, 2012).

J. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi


1) Faktor protoplasmik
Faktor ini akan mempengaruhi laju respirasi dan juga dipengaruhi
oleh kuantitas (banyak) dan kualitas (mutu) dari suatu protoplasma.
Kuantitas dan kualitas suatu protoplasma dalam sel dipengaruhi oleh umur
sel tumbuhan.
Dalam rentang umur dari muda sampai dewasa semakin bertambah
umur suatu sel, semakin bertmabah bertambah kuantitas dan kualitas
protoplasma sel. Pertambahan kuantitas protoplasma disebabkan karena sel
masih melakukan pertumbuhan. Seiring dengan bertambahnya massa
protoplasma serta diikuti dengan penambahan dan penyempurnaan enzim
di dalam protoplasma. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin
bertambah umur suatu sel, maka semakin cepat laju respirasinya
(Poedjiadi, 2012).
2) Konsentrasi substrat respirasi yang tersedia
Laju respirasi sangat bergantung pada konsentarsi substrat respirasi
yang tersedia. Substrat yang semakin banyak tersedia di dalam sel, maka
laju respirasinya akan mengalami peningkatan (Poedjiadi, 2012).
3) Faktor eksternal yang mempengaruhi laju respirasi tumbuhan
a. Temperatur
Menurut Poedjiadi (2012), seperti proses-proses yang lain, laju
respirasi juga dipengaruhi oleh temperatur. Di dalam rentang
temperatur 0°C sampai denagn 45°C, peningkatan temperatur akan
diikuti oleh peningkatan laju respirasi. Pada temperatur yang tinggi,
maka laju respirasi akan menurun seiring dengan bertambahnya waktu.
Faktor waktu ini, berkaitan dengan sifat dari reaksi enzimatis. Meyer
dan Anderson (1952), menyebutkan bahwa menurunnya laju respirasi
pada temperatur yang tinggi disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
 Masuknya oksigen ke dalam sel tidak cepat karena pada temperatur
yang tinggi konsentrasi oksigen menurun.
 Keluarnya CO2 tidak cepat sehingga banyak mengalami akumulasi di
dalam sel serta dapat menyebabkan hambatan pada proses respirasi.
 Pada temperatur tinggi substrat respirasi yang tersedia menurun
sehingga substrat respirasi menjadi faktor pembatas.
Disamping itu dengan tingginya temperatur dan lamanya
temperatur tersebut akan menyebabkan kerusakan pada protein enzim
yang dapat menjadikan laju respirasi menurun. Begitu juga
sebaliknya, pada temperatur yang sangat rendah, maka laju respirasi
akan menurun karena terjadi perubahan konformasi struktur protein
enzim (Poedjiadi, 2012).
b. Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju
respiarsi. Faktor pengaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat ditinjau
dari tiga aspek, yaitu:
 Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan laju
fotosintesis yang berarti substrat respirasi yang tersedia
meningkat, dengan demikian laju respirasi juga meningkat.
 Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan tempertaur
sehingga laju respirasi meningkat.
 Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkat hasil
fotosintesis di dalam sel penutup stoma sehingga akan
menyebabkan stomata membuka. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan proses pertukaran gas O2 dan CO2 akan
berlangsung dengan cepat yang dapat mempengaruhi
peningkatan laju respirasi (Poedjiadi, 2012).
c. Konsentrasi oksigen di udara
Oksigen merupakan faktor yang utama untuk berlangsungnya
prsoses respirasi aerob. Oleh sebab itu laju respirasi aerob juga sangat
bergantung pada konsentrasi yang tersedia (Poedjiadi, 2012).
d. Konsentrasi karbon dioksida
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida di udara dapat
mengakibatkan terjadinya penutupan stomata. Sebagai akibatnya,
pertukaran gas menjadi berkurang dan akan terjadi penurunan laju
respirasi (Poedjiadi, 2012).
e. Tersedianya air
Air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi. Oleh
sebab itu tidak tersedianya air menyebabkan turunnya laju respirasi.
f. Luka pada organ tumbuhan
Luka pada organ tumbuhan pada umumnya dapat menyebabkan
inisiasi jaringan meristematik pada daerah luka sehingga akhirnya dapat
berkembang menjadi kalus. Dengan adanya inisiasi meristematik
tersebut, maka dapat menyebabkan peningkatan laju respirasi karena
sel-sel yang bersifat meristematik tersebut banyak mengandung substrat
respirasi yang cukup tersedia(Poedjiadi, 2012).

g. Senyawa kimia
Beberapa senyawa kimia seperti karbomonoksida, sianida, aseton,
kloroform, eter, formaldehid, alkaloid, dan glukosida, bila dalam
jumlah sedikit, dapat meningkatkan laju respirasi pada tahapan di awal
namn bila keberadaan senyawa kimia dalam jumlah banyak, maka akan
menurunkan laju respirasi. Turunnya laju respirasi disebabkan karena
senyaa- senyawa tersebut diatas bersifat menghambat reaksi enzimatis
pada proses respirasi (Poedjiadi, 2012).

h. Perlakuan mekanik
Beberapa perlakuan mekanik seperti adanya pembengkokan serta
pengusapan dan penggosokan dapat meningkatkan laju respirasi. Akan
tetapi jika perlakuan mekanik diberikan secara berulang-ulang maka
efeknya tidak nampak lagi (Poedjiadi, 2012).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Respirasi sel adalah proses penguraian senyawa organik kompleks.
Respirasi sel berlangsung di dalam mitokondria melalui proses glikolisis,
yakni proses pengubahan atom C6 menjadi C3.Dilanjutkan dengan proses
dekarboksilasi oksidatif yang mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan
C1(CO2).Kemudian daur krebs mengubah senyawa C2 menjadi senyawa
C1(CO2).Pada setiap tingkatan ini dihasilkan energi berupa ATP (Adenosine
Tri Phospat) dan Hidrogen.Hidrogen yang berenergi bergabung dengan
akseptor hidrogen untuk dibawa ke transport electron, energinya di lepaskan
dan hidrogen diterima oleh O2 menjadi H2O.Respirasi yang terjadi pada
tumbuhan ada dua macam yaitu aerobik dan anaerobik.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui
lebih banyak lagi tentang Respirasi dan energi guna menambah wawasan
untuk pembelajaran.Adapun saran penulis adalah perlu adanya pengkajian
lebih lanjut tentang proses-proses respirasi pada tumbuhan dan diadakannya
percobaan sederhana yang spesifik untuk membuktikan bahwa tumbuhan
melakukan respirasi.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece. 2010. Jilid 1. Alih Bahasa: Damaring Tyas. Jakarta: Erlangga.

Fauzi, Erzi. 2013. Kegiatan Belajar Biologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Irawan,M. Anwari.2007. “Glukosadan MetabolismeEnergi”. Polton


SportsScience&PerformanceLab.Volume01.No.06.

Muin, Rosdiana. Italiana Hakim, Ahmad Febriyansyah. 2002. Pengaruh Waktu


Fermentasi Dan Konsentrasi Enzim Terhadap Kadar Bioetanol Dalam
Proses Fermentasi Nasi Aking Sebagai Substrat Organik. Jurnal Teknik
Kimia. Vol. 21 (3), Agustus 2015. Diakses pada hari Senin, 22 Oktober
2018. Pukul 20.00 WIB.

Novitasari, Rahmah. 2007. ProsesRespirasiSelulerPadaTumbuhan.


ProsidingSeminar Nasional PendidikanBiologi Dan Biologi. Vol 4 (7).
Diakses pada hari Rabu, 17 Oktober 2018 pukul 14.15.

Poedjiadi, Anna. 2012. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Starr, Cecie. Ralph Taggart. C Evers. Lisa S. 2013. Biologi Kesatuan Dan
Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta: Salemba Teknika.

Sassner P, CG Martensson, M Galbe, G Zacchi. 2008. Steam Pretreatment of


H2SO4impregnated Salix for Production of Bioetanol. J. Bioresource
Technol.

Susanto, T dan B, Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina


Ilmu: Surabaya.

Taiz, Lincoln. Eduardo Zeiger. 2002. Plant Physiolology 3rd ed.


Sunderland:Sinauer Associates.

Anda mungkin juga menyukai