Adakah perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis? Ada.
Sedikitnya, ada dua cirri utama yang membedakan keduanya. Pertama kalimat-
kalimat ragam bahasa tulis cendreung panjang karena harus lengkap. Pembaca
dapat menangkap informasi secara lengkap kalau informasiitu disampaikan secara
lengkap pula. Sebaliknya, ragam bahasa lisan cenderung lebih pendek karena
ekspresi wajah, gerak-gerik anggota tubuh,intonasi, dan situasi mendukung
kejelsan dan kelengkapan informasi yang disampaikan pembicara
Kedua, ragam bahasa tulius lebih teratur, lebih benar, dan lebih baku karena
penulis mempunyai waktu yang relative cukup longgar untuk menyusun kalimat-
kalimat yang benar. Ragam bahasa lisan tidak deikian. Oleh karena pembicara
tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir lebih lama, maka kalimat-kalimat
yang diucapkannya spontan. Begitu ada gagasan, pembicara langsung memilih
kata-kata yang mewakili gagasannya dan langsung pula merakitnya menjadi
kalimat-kalimat ragam bahasa lisan kurang terpelihara keteraturan dan
kebakuannya.
Pahlawan itu orangnya ikhlas, gitu, lo! Dia ndak mau nunjuk-nunjukin
jasanya sama orang lain. Dia berjuang tidak cari imbalan. Tidak cari gaji. Juga
tidak cari pangkat. Tidak. Tidak demikian. Meskipun nyawa taruhannya,dia tidak
minta dipuji. Apalagi disanjung. “semuanya itu aku tak peduli,”katanya. Benar,
dia tak mengharapkan apa-apa. Pokoknya berjuang dan berjuang terus sampai
berhasil. Jadi, niatnya murni dan tulus untuk bangsa dan negaranya.
Setiap hari, Pak Kasim bikin meja kursi yang berkwalitas dari bambu,
dibantu oleh dua orang tetangganya. Kayaknya, kedua pembantunya itu belum
trampil. Meskipun Pak Kasim ngomong terus meberi petunjuk, masih saja
mereka melakukan kesalahan. Akibatnya, Pka kasim bikin pecat dia punya
pembantu.
1. Penggunaan kata
2. Ejaan
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang diajarkan di sekolah. Menfapa
demikian? Ragam bahasa yang dijarkan disekolah memperoleh gengsi dan
wibawa yang tinggi karena ragam itu jnuga yang akhirnya dpakai oleh kaum
berpendidikan, yang kemudian dapat menjadi pemuka di berbagai bidang yang
penting. Pejabat pemerintah, hakim, pengacara, perwira, sastrawan, pemimpin
perusahaan, wartawan dan guru terlatih dalam ragam sekolah itu. Akibatnya,
ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar.
Fungsinya sebagai tolok bandingan adalah menghasilkan bahasa baku. Jadi bahsa
baku adalah bahasa yang ragamnya seperti yang digunakan kaum terpelajar atau
ragam bahasa yang diajarkan di sekolah.
Bahasa baku ditandai dengan penggunaan kata, bentukan kata, frasa, dan
kalimat, serta ejaan yang benar. Dengan kata lain, bahsa baku adalah ragam
bahasa yang ejaan, tata bahasa dan kosa katanya diakui kebenarannyadi kalangan
masyarakat luas dan dijadikan norma pemakaian bahasa yang benar. Secara
umum, bahsa baku atau bahasa standar memiliki tiga ciri, yaitu:
Ragam bahasa baku atau standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa dan perumus dengan
taat asas harus daapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak , bukan pengrajin
dan pengrusak. Selain itu, kemantapan itu tidak kaku tetapi cukup luwes sehingga
memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan
peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang di perlukan
dalam kedupan modern.
Ciri kedua yang menadai bahasa baku adalah sifat kecendikiannya.
Perwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur dan masuk akal. Proses
pencendikiaaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi
modern, yang kini umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus dapat
diteruskan lewat buku bahasa Indonesia. Akan tetapi karena proses bernalar secara
cendikia bersifat semesta dn bukan monopoli suatu bangsa, pencendikiaan bahasa
Indonesia tidak perlu diartikan sebagai pembaratan bahasa.
Ciri ketiga, bahasa baku menurut adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai
taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam
bahasa, atau penyamaan ragam bahsa, penyeragaman variasi bahsa. Itulah cirri
ketiga ram yang baku.
Kaget dan gembira. Ketika melangkah kea rah sebuah meja yang kedua
kursinya masih kosong, tiba- tiba terdengar suara seorang wanita melangkah dari
sebuah sudut menyerukan nama saya, “Pak Mahmud!” jelas sekali, “Pak
Mahmud!”….(Achdiat K. Mihardja)