Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembangunan di berbagai sektor adalah salah satu yang giat dilaksanakan oleh
Indonesia guna tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Sebagai salah satu
negara berkembang, Indonesia sangat perlu meningkatkan pembangunan nasional di
segala bidang terutama di bidang pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu
bagian terpenting untuk membangun pertumbuhan ekonomi masyarakat karena
mayoritas mata pencaharian penduduk Indonesia adalah di bidang pertanian. Pertanian
juga turut menunjang perekonomian negara karena begitu banyak komoditas ekspor
Indonesia bersumber dari sektor pertanian seperti biji kopi, biji coklat, tembakau,
rempah-rempah, tanaman palawija maupun tanaman hortikultura.
Pembangunan di sektor pertanian tidak terlepas dari penggunaan pupuk sebagai
sarana untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian sekaligus menjaga
ketahanan pangan. Di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni
Eropa, eksistensi dan kinerja pabrik pupuk mendapatkan pengawasan yang sangat ketat
dari pemerintah sebagai bukti pentingnya pupuk sebagai sarana penunjang kualitas dan
kuantitas produk pertanian. Ada banyak jenis pupuk yang dipakai di Indonesia salah
satunya adalah diamonium fosfat (DAP).
Kebutuhan diamonium fosfat di Indonesia sampai saat ini dipenuhi dengan import
dari negara lain seperti Cina, Thailand, Taiwan, Jerman dan Amerika Serikat. Oleh
karena itu, diharapkan dengan didirikannya pabrik diamonium fosfat di dalam negeri
karena selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri, diharapkan pula
dapat membantu menyerap tenaga kerja dan menambah devisa negara.
Diamonium Fosfat (DAP) adalah pupuk yang berbentuk butiran yang telah banyak
diaplikasikan di dalam bidang pertanian. Bahan dasar pembuatan diamonium fosfat
adalah amonia dan asam fosfat cair. Banyak sektor yang telah memanfaatkan
diamonium fosfat, diantaranya adalah :
1. Sektor pertanian yang menggunakan DAP sebagai pupuk karena mengandung
Nitrogen (N) dan Fosfor (F) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
2. Industri rokok menggunakan DAP sebagai bahan tambahan dalam campuran
rokok yaitu untuk menambah kenikmatan rokok.
3. Dalam industri makanan, DAP digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan
ragi roti.
4. Dalam industri minuman, DAP digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan anggur dan bir.

Sampai saat ini, Indonesia belum mampu mengekspor diammonium fosfat ke pasar
dunia karena produksi diammonium fosfat belum bisa mengimbangi akan kebutuhan
diammoniuim fosfat dalam negeri yang begitu besar sehingga menuntut Indonesia untuk
melakukan impor. Berikut adalah data impor diamonium fosfat yang dirilis oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2012-2016.
Tabel 1.1 Data Impor Diamonium Fosfat Indonesia

Tahun Berat bersih (Ton) Nilai (US$)

2012 215.808 131.405.960

2013 134.954 64.101.502

2014 211.724 99.504.788

2015 380.134 182.235.716

2016 249.313 90.571.621


(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018)

Berdasarkan data yang dirilis dapat kita lihat bahwa kebutuhan pupuk diamonium
fosfat Indonesia cenderung meningkat. Produksi dalam negeri yang sangat terbatas
menjadi alasan utama mengapa pupuk diamonium fosfat harus di impor dari luar negeri.
Produksi diamonium fosfat Indonesia hanya dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik.
Berikut data produksi diamonium fosfat oleh PT Petrokimia Gresik tahun 2010-
2014, dilansir dari pupuk-indonesia.com
Tabel 1.2 Data Produksi Diamonium Fosfat Indonesia

Tahun Berat bersih (Ton)

2010 35.586

2011 24.610

2012 21.595

2013 71.491

2014 121.393
(Sumber: Pupuk Indonesia Holding Company, 2018)
1.1.1 Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan diamonium fosfat adalah
amonia dan asam fosfat. Amonia diproduksi oleh beberapa pabrik diantaranya adalah
PT. Pupuk Sriwidjaja, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk
Kujang, dan PT. Pupuk Iskandar Muda. Pada table 1.3 dibawah ini dapat dilihat
kapasitas produksi amonia dari beberapa pabrik sebagai bahan baku pembuatan
diamonium fosfat.

Tabel 1.3 Kapasitas Produksi Amonia


No. Perusahaan Kapasitas Produksi

1 PT. Pupuk Sriwidjaja 1.832.000

2 PT. Petrokimia Gresik 1.875.000

3 PT. Pupuk Kalimantan Timur 2.650.000

4 PT. Pupuk Iskandar Muda 660.000

5 PT. Pupuk Kujang 660.000

(Sumber: Pupuk Indonesia Holding Company, 2018)


Selain amonia, dalam pembuatan diamonium fosfat dibutuhkan pula asam fosfat.
Asam fosfat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik yang memproduksi asam fosfat
dengan kapasitas 800.000 ton/tahun. (petrokimia-gresik.com, 2018)

1.2 Proses-Proses Pembuatan Diamonium Fosfat


Ada beberapa teknik pembuatan diamonium fosfat (DAP), diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Pembuatan DAP dengan menggunakan Kneading Mill


Pembuatan butiran DAP dengan metode ini dilengkapi dengan alat kneading mill
yang berfungsi untuk menyeragamkan ukuran partikel yang berasal dari proses
netralisasi, sebelum dilanjutkan ke granulator. Pada proses ini terjadi penambahan
kalium dalam bentuk padatan atau yang telah dilarutkan dalam asam. Kalium yang
biasa digunakan adalah KCL atau KNO3 atau K2SO4 atau K3PO4. Jumlah kalium
yang ditambahkan adalah 0-50% dari jumlah produk akhir yang dihasilkan.
Penambahan kalium dilakukan pada tahap kedua yaitu pada kneading mill, Karena
jika dilakukan penambahan kalium pada netralisasi dapat menghasilkan asam
klorida (HCl) yang dapat mengganggu proses netralisasi, sehingga penambahan
kalium dilakukan pada kneading mill.
Asam fosfat dan amonia dimasukkan ke dalam reaktor hingga terjadi proses
netralisasi, hasil reaksi berupa slurry dikirim ke kneading mill dan disini terjadi
penambahan amonia, tujuan dikirim ke kneading mill adalah agar ukuran slurry
menjadi lebih seragam. Setelah dari kneading mill dilanjutkan ke granulator. Pada
granulator terjadi penambahan amonia. Keluaran dari granulator adalah DAP
dalam bentuk butiran, kemudian dikeringkan di dalam dryer dan dilanjutkan ke
cooler. DAP kemudian disaring di screen. Ukuran yang diinginkan ditampung
dalam sebuah bejana sedangkan ukuran kecil dikirim kembali ke kneading mill dan
DAP yang berukuran besar diperkecil dengan mengirim ke crusher, dan disaring
kembali dalam screen. (Brown dkk, 1997)
2. Pembuatan DAP dengan menggunakan Rotary Drum Granulator
Amonia dan Asam fosfat direaksikan dalam sebuah reaktor kontinu sehingga
terjadi proses netralisasi, hasil reaksi berupa amonium fosfat dan diamonium fosfat
dalam bentuk slurry. Slurry kemudian dipompakan ke dalam granulator, pada alat
ini terjadi penambahan amonia untuk menghasilkan diamonium fosfat dalam
bentuk butiran yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Butiran ini kemudian
dikeringkan di dryer, ukuran besar dikirim ke mill untuk diperkecil dan
dikembalikan ke granulator, sedangkan ukuran yang diinginkan disaring dan
hasilnya ditampungdalam sebuah bejana. Untuk ukuran yang kecil dikembalikan
lagi ke granulator. (Fairchild, dkk, 1986)

3. Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi


Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi haruslah
diperhatikan karena reaktor bertekanan di atas 45 psig dapat menyebabkan
kerusakan pada hasil reaksi. Metode ini dilengkapi dengan alat absorber yang
berfungsi untuk menyerap amonia dari campuran gas, yang merupakan hasil reaksi.
Hasil absorpsi adalah amonia dan dikembalikan kembali ke reaktor pipa. Asam
fosfat yang digunakan adalah asam fosfat konsentrasi 40%. Amonia dan asam
fosfat direaksikan dalam reaktor pipa bertekanan tinggi, hasil reaksinya berupa
slurry. Slurry kemudian dikirimkan ke granulator, pada granulator terjadi
penambahan amonia. Keluaran granulator berupa diamonium fosfat (DAP)
berbentuk butiran yang kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer. Hasil
keluaran dryer adalah butiran DAP yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. DAP
kemudian disaring di screen. DAP yang berukuran besar dihancurkan di ball mill
dan kemudian dikirim kembali ke granulator, yang berukuran kecil dikembalikan
ke granulator dan ukuran yang diinginkan ditampung dalam bejana penampung.
DAP yang dihasilkan dari proses ini menghasilkan yield yang besar dan alat yang
digunakan mudah untuk didapatkan. (Salladay, dkk.1988)
Berikut keunggulan dan kelemahan masing-masing proses dalam pembuatan
diamonium fosfat.

Tabel 1.4 Keunggulan dan Kelemahan Proses Pembuatan DAP


Jenis Proses Keunggulan Kelemahan
Kneading mill - Ukuran partikel DAP - Penambahan kalium dapat
relatif sama menggangu proses
netralisasi
- Dilakukan dua kali
penambahan amonia
Rotary drum granulator - Yield yang dihasilkan - Proses granulasi dan
tinggi screening memerlukan
waktu yang lama
Reaktor pipa bertekanan - Yield yang dihasilkan - Tekanan tinggi dapat
tinggi tinggi merusak hasil reaksi
- Operasi lebih cepat
karena distributor slurry
menguapkan air dalam
jumlah besar
- Persentase ukuran
produk yang diinginkan
tinggi

1.3 Pemilihan Proses


Dari berbagai proses pembuatan DAP, dipakai proses pembuatan diamonium fosfat
(DAP) dengan menggunakan reaktor pipa, karena pada proses ini diperoleh beberapa
keuntungan antaranya adalah :
a. Peralatan yang digunakan lebih praktis, lebih ekonomis, mudah untuk
dioperasikan, dan cepat untuk diperoleh.
b. Proses pemanfaatan bahan kimia panas secara cepat dan efektif dapat
mengevaporasi air dari umpan asam dan menghasilkan produk berupa butiran
yang seragam.
c. Dilengkapi dengan peralatan distributor slurry yang memiliki karakter bentuk
dengan sudut yang besar dan gesekan yang kecil, sehingga dengan karakter ini
dapat mengurangi laju yang tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan
padatan pada granulator.
d. Pemanfaatan distributor slurry dalam proses membawa keuntungan yaitu dapat
menguapkankan air dalam jumlah yang besar sehingga ketika slurry keluar
dari distributor maka tekanan turun dari tekanan reaktor menjadi tekanan
atmosfer.
e. Pemanfaatan distribusi slurry pada proses yang cepat dapat meningkatkan
persentase ukuran produk di dalam granulator.
f. Tekanan tinggi, semprotan gesekan yang kecil yang terjadi pada slurry
menghasilkan pendinginan pada granulator

1.4 Dasar Rancangan


1.4.1 Kapasitas Produksi
Pembangunan pabrik diamonium fosfat diharapkan mampu mengurangi jumlah
impor dari luar negeri. Sehingga kapasitas produksi pabrik diamonium fosfat
dapat ditentukan dari data impor. Pada tabel 1.1 dapat dilihat data impor dari
tahun 2012-2016. Untuk menentukan data impor pada tahun prarancangan yaitu
2019, dilakukan metode regresi linear terhadap data tersebut.
Tabel 1.5 Data Regresi Impor
Kapasitas
dalam
Data (n) Tahun (x) xy x2
ton/tahun
(y)
1. 2012 215808 434205696 4084144
2. 2013 134954 271662402 4052169
3. 2014 211724 426412136 4056196
4. 2015 380249 766201735 4060225
5. 2016 249313 502615008 4064256
Ʃ 10070 1192048 2401096977 20280990
Digunakan regresi liniar dengan persamaan (1.1) berikut:
y = a + b( x – x ) .............(1.1)
(Bird, 2010)
dimana
a = y (rata-rata harga y)
ƩxƩy
Ʃxiyi− n
b = (Ʃx) 2 (n = jumlah data ; x = tahun)
Ʃx2 − n

didapatkan
a = 238409,6
b = 31230,5
10070
x = = 2014
5
y = 238409,6 + 31230,5 ( 2019-2014)
= 394562,1

Dari perhitungan di atas didapatkan proyeksi data impor pada tahun 2019 yaitu
394562,1 ton/tahun. Data tersebut menjadi peluang kapasitas pabrik yang akan
didirikan.

1.4.2 Lokasi Pabrik


Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan serta
kelangsungan dari suatu industri kini dan pada masa yang akan datang karena
berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan.
Pemilihan lokasi pabrik harus tepat berdasarkan perhitungan biaya produksi dan
distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi dan budaya masyarakat di sekitar
lokasi pabrik (Hindrayani, Aniek. 2010).
Untuk menentukan lokasi pabrik yang baik, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan.
1. Faktor Primer/Utama
Faktor ini secara langsung mempengaruhi tujuan utama dari usaha pabrik yaitu
meliputi produksi dan distribusi produk yang diatur menurut macam dan
kualitasnya, yang termasuk dalam faktor utama adalah (Bernasconi, 1995):
a. Letak pasar
Pabrik yang letaknya dekat dengan pasar dapat lebih cepat melayani
konsumen, sedangkan biayanya juga lebih rendah terutama biaya angkutan.
b. Letak sumber bahan baku
Idealnya, sumber bahan baku tersedia dekat dengan lokasi pabrik. Hal ini
lebih menjamin penyediaan bahan baku, setidaknya dapat mengurangi
keterlambatan penyediaan bahan baku, terutama untuk bahan baku yang berat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai bahan baku adalah lokasi sumber
bahan baku, besarnya kapasitas sumber bahan baku dan berapa lama sumber
tersebut dapat diandalkan pengadaanya, cara mendapatkan bahan baku tersebut
dan cara transportasinya, harga bahan baku serta biaya pengangkuran, dan
kemungkianan mendapatkan sumber bahan baku yang lain.
c. Fasilitas pengangkutan
Pertimbangan – pertimbangan kemungkinan pengangkutan bahan baku dan
produk menggunakan angkutan gerbong kereta api, truk, angkutan melalui
sungai dan laut dan juga angkutan melalui udara yang sangat mahal.
d. Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja menurut kualifikasi tertentu merupakan faktor
pertimbangan pada penetapan lokasi pabrik tetapi tenaga terlatih atau skilled
labor di daerah setempat tidak selalu tersedia, jika didatangkan dari daerah lain
diperlukan peningkatan upah atau penyediaan fasilitas lainnya sebagai daya
tarik.
e. Pembangkit tenaga listrik
Pabrik yang menggunakan tenaga listrik yang besar akan memilih lokasi
yang dekat dengan sumber tenaga listrik.
2. Faktor Sekunder
Faktor sekunder adalah faktor pendukung tujuan utama dari pendirian pabrik.
Beberapa faktor yang termasuk dalam faktor sekunder antara lain adalah:
a. Harga tanah dan gedung
Harga tanah dan gedung yang murah merupakan daya tarik tersendiri, perlu
dikaitkan dengan rencana jangka panjang.Jika harga tanah mahal mungkin hanya
dapat diperoleh luasan tanah yang terbatas, sehingga perlu dipikirkan untuk
membuat bangunan bertingkat walaupun pembangunan gedungnya lebih mahal.
b. Kemungkinan perluasan
Perlu diperhatikan apakah perluasan dimasa yang akan datang dapat
dikerjakan disatu tempat atau perlu lokasi lain, apakah disekitar sudah banyak
pabrik lain. Hal ini menjadi masalah tersendiri dalam hal perluasan pabrik
dimasa mendatang.
c. Fasilitas servis
Perlu diperhatikan fasilitas servis untuk pabrik kimia yang relatif kecil yang
tidak memiliki bengkel sendiri, perlu dipelajari adanya bengkel–bengkel
disekitar daerah tersebut yang mungkin diperlukan untuk perbaikan alat–alat
pabrik.Perlu juga dipelajari adanya fasilitas layanan masyarakat, misalnya rumah
sakit umum, sekolah–sekolah, tempat–tempat ibadah, tempat–tempat kegiatan
olahraga, tempat–tempat rekreasi, dan sebagainya. Sedangkan pabrik yang besar,
mungkin beberapa fasilitas tersebut dapat dilayani sendiri walaupun merupakan
beban tambahan. Keuntungannya, selain merupakan daya tarik bagi para
pekerja, juga membantu penjagaan kesehatan fisik dan mental sehingga efisiensi
kerja dapat tetap dipertahankan.
d. Fasilitas financial
Perkembangan perusahaan dibantu oleh fasilitas finansial,misalnya adanya
pasar modal,bursa, sumber–sumber modal, bank, koperasi simpan pinjam, dan
lembaga keuangan lainnya.Fasilitas tersebut akan lebih membantu untuk
memberikan kemudahan bagi suksesnya dalam usaha pengembangan pabrik.
e. Persediaan air
Suatu jenis pabrik memerlukan sejumlah air yang cukup banyak, misalnya
pabrik kertas, karena itudidaerah lokasi diperlukan adanya sumber air yang
kemungkinan diperoleh dari air sungai, danau, sumur (air tanah), laut.
f. Peraturan daerah setempat
Peraturan daerah setempat perlu dipelajari terlebih dahulu, mungkin terdapat
beberapa persyaratan atau aturan yang berbeda dengan daerah lain.
g. Masyarakat daerah
Tangggapan dari masyarakat daerah terhadap pembangunan pabrik perlu
diperhatikan dengan seksama, karena hal ini akan menentukan perkembangan
pabrik dimasa yang akan datang. Keselamatan dan keamanan masyarakat perlu
dijaga dengan baik. Hal ini merupakan suatu keharusan sebagai sumbangan
kepada masyarakat.
h. Iklim di daerah tropis
Suatu pabrik ditinjau dari segi teknik, adakalanya membutuhkan kondisi
operasi misalnya kelembapan udara, panas matahari, dan sebagainya. Hal ini
berhubungan dengan kegiatan pengolahan, penyimpanan bahan baku atau
produk. Disampingitu,iklim juga mempengaruhi pola kerja dan moral para
karyawan, keaktifan kerja karyawan dapat meningkatkan hasil produksi.
i. Keadaan tanah
Sifat–sifat mekanika tanah dan tempat pembangunan pabrik harus
diketahui.Hal ini berhubungan dengan rencana pondasi untuk alat–alat,
bangunan gedung, dan bangunan pabrik.
j. Perumahan
Bila disekitar daerah lokasi pabrik telah banyak perumahan, selain lebih
membuat nyaman para karyawan juga dapat meringankan investasi untuk
perumahan karyawan.
k. Daerah pinggiran kota
Daerahpinggiran kota dapat menjadi lebih menarik untuk pembangunan
pabrik. Akibatnya dapat timbul aspek desentralisasi industri. Alasan pemilihan
daerah lokasi dipinggiran kota adalah karena upah buruh relatif rendah, harga
tanah yang relatif lebih murah dan servis industri tidak terlalu jauh dari kota.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka pabrik pembuatan pupuk diamonium
fosfat dari amonia dan asam fosfat ini direncanakan berlokasi di Sei Selincah,
Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang. Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi
pabrik adalah:
a. Bahan baku
Suatu pabrik sebaiknya didirikan didaerah yang dekat dengan sumber
bahanbaku, disamping juga harus diperhatikan jarak pabrik tersebut dengan daerah
pemasaran, sehingga pengaduan transportasi mudah diatasi. Bahan baku pabrik
adalah amonia yang disuplai dari pabrik Pupuk Sriwidjaja, dan asam fosfat dari
pabrik Petrokimia Gresik.
b. Transportasi
Pembelian bahan baku dan penjualan produk dapat dilakukan melalui darat
ataupun laut. Lokasi yang dipilih dalam rencana pendirian pabrik ini merupakan
kawasan perluasan industri, yang telah memiliki sarana pelabuhan.
c. Pemasaran Produk
Kebutuhan akan diamonium fosfat terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun dengan semakin banyaknya pertanian yang sangat membutuhkan pupuk,
sehingga pemasarannya tidak akan mengalami hambatan. Lokasi pendirian pabrik
ini berada pada daerah yang mempunyai daerah pertanian yang cukup luas seperti
Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir. Pupuk DAP ini juga dapat dipasarkan
di Sumatera dan sekitarnya bahkan ke provinsi-provinsi lain di Indonesia.
d. Kebutuhan air
Air yang dibutuhkan dalam proses diperoleh dari daerah aliran Sungai Musi
yang mengalir disekitar pabrik, dan diproses untuk sarana utilitas dan keperluan
domestik.
e. Kebutuhan tenaga listrik dan bahan bakar
Dalam pendirian suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar adalah faktor
penunjang yang paling penting. Pembangkit listrik utama untuk pabrik diamonium
fosfat ini adalah menggunakan generator yang digerakkan oleh turbin/expander gas
dari unit proses.
f. Tenaga kerja
Sebagai kawasan industri dan ibukota provinsi daerah ini merupakan salah satu
tujuan para pencari kerja. Daerah ini tersedia tenaga kerja terdidik maupun yang
tidak terdidik serta tenaga kerja yang terlatih maupun tidak terlatih.
g. Biaya tanah
Tanah yang tersedia untuk lokasi pabrik masih cukup luas dan dalam harga
normal dan terjangkau.
h. Kondisi iklim dan cuaca
Seperti daerah lain di Indonesia, maka iklim disekitar lokasi pabrik relatif stabil.
Temperatur udara tidak pernah mengalami penurunan maupun kenaikan yang
cukup tajam dimana temperatur udara berada diantara 23-32oC dan tekanan udara
berkisar pada 760mmHg dan kecepatan udara sedang.
i. Kemungkinan perluasan dan ekspansi
Ekspansi pabrik dimungkinkan karena tanah yang tersedia cukup luas dan
disekeliling lahan tersebut belum banyak berdiri pabrik serta tidak mengganggu
pemukiman penduduk.
j. Sosial masyarakat
Sikap masyarakat diperkirakan akan mendukung pendirian pabrik pembuatan
pupuk diamonium fosfat ini karena akan menjamin tersedianya lapangan kerja bagi
mereka dan menunjang pertanian di sekitar daerah pabrik, selain itu pendirian
pabrik ini diperkirakan tidak akan mengganggu keselamatan dan keamanan
masyarakat di sekitarnya.
1.4.2 Spesifikasi produk dan bahan baku
A. Produk
1. Diamonium Fosfat
a. Sifat fisik
Tabel 1.6 Sifat Fisik Diamonium Fosfat

Kondisi Nilai / Keterangan


Nama lain Diammonium hydrogen phospate
Rumus kimia (NH4)2HPO4
Kenampakan Serbuk putih
Berat molekul 132,06 g/mol
Massa jenis 1,619 g/cm3
Titik lebur 155 oC
57,5 g/100ml (10oC)
Kelarutan dalam air
106,7 g/100ml (100oC)
Indeks refraktif 1.52
(Perry and Green, 1997)

b. Sifat kimia
Tabel 1.7 Sifat Kimia Diamonium Fosfat
B. Bahan Baku
1. Amonia
a. Sifat Fisik
Tabel 1.8 Sifat Fisik Amonia

Kondisi Nilai / Keterangan


Nama lain Hidrogen Nitrida
Rumus kimia NH3
Kenampakan Gas, tidak berwarna, berbau tajam
Berat molekul 17,03 g/mol
Massa jenis 0,6942 g/l
Kelarutan dalam air 89,9 g/100ml (0oC)
Titik lebur -77,3 oC
Titik didih -33,34
Bentuk molekul Piramid segitiga
Momen dipol 1,42 D
(Perry and Green, 1997)

b. Sifat Kimia
Tabel 1.9 Sifat Kimia Amonia

Reaksi Hasil Reaksi


2NH3+Cl2 NH2Cl+ NH4Cl
2Na +2NH3 2NaNH2+ H2
3Mg + 2NH3 Mg3N2+3H2
3CuO + 2NH3 3Cu +3H2O+ N2
4NH3+ 3O2 2N2+6H2O
(Perry and Green, 1997)
2. Asam Fosfat
a. Sifat Fisik
Tabel 1.10 Sifat Fisik Amonia

Kondisi Nilai / Keterangan


Nama lain Orthophosporic acid
Rumus kimia H3O4P
Padatan putih / tidak berwarna
Kenampakan
Cairan (>42oC)
Berat molekul 97,99 g/mol
1,885 g/ml (likuid)
Massa jenis
2,03 g/ml (padatan, 25oC)
Titik lebur 42,35 oC
Titik didih 89,9 g/100ml (0oC)
Entalpi molar standrad 158 J/mol K
Entalpi molar pembentukan -1288 kJ/mol
Sifat umum Korosif
Viskositas 147 cP
(Perry and Green, 1997)
b. Sifat Kimia
Tabel 1.11 Sifat Kimia Amonia

Reaksi Hasil Reaksi


2NH3 + H3PO4 (NH4)2HPO4
3KOH + H3PO4 KH2PO4 + 3H2O
3Na2CO3 + H3PO4 3H2CO3 + 2Na3PO4
3Mg(OH)2 + 2H3PO4 Mg3(PO4)2 +6H2O
Ca(OH)2 + H3PO4 Ca3(PO4)2 + H2O
(Perry and Green, 1997)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018, Produksi diamonium fosfat Indonesia, Pupuk Indonesia Holding


Company, Jakarta
Anonim, 2018. Statistik kebutuhan Import diamonium fosfat Indonesia 2012-2016.
Badan Pusat Statistik.
Anonim, 2018, Production of diammonium phosphate by Producers 2018, Asosiasi
Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Jakarta.
Bernasconi, G., Gerster H., Hauser H., Stauble H., Schneiter E. 1995. Teknologi Kimia
Bagian 2, terjemahan Lienda Handojo.PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Brown, Marion L. Charles A. Johnson. Gerald L. Tucker. 1977. Process for
Granulating Ammonium Phopsphate Containing Fertilizer
http://www.United State Patent/. 2 Juni 2009.
Fairchild, William D. Valrico. Fla. 1986. Process For Producing
GranularDiammonium Phosphate. http://www.United State Patent/. 2 Juni
2009.
Hindrayani, Aniek. 2010. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th ed.,
McGraw-Hill Book Company, New York
Salladay, David. Frank P. Robbins Beach. 1988. Diammonium Phosphate Produced
With A High-Presssure Pipe Reactor. http://www.United State Patent/. 2 Juni
2009.

Anda mungkin juga menyukai