Anda di halaman 1dari 93

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP

DOKTER PADA MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KE


PUSKESMAS KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :

DINI NUPIA FITRIANI


P17335113055

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2016
PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP
DOKTER PADA MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KE
PUSKESMAS KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III


Jurusan Farmasi

Disusunoleh :

DINI NUPIA FITRIANI


P17335113055

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

Telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : DINI NUPIA FITRIANI


NIM : P17335113055

Tanda Tangan :

Tanggal :
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Karya Tulis Ilmiah dengan judul

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP


DOKTER PADA MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KE
PUSKESMAS KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

Disusun oleh :
Nama : DINI NUPIA FITRIANI
NIM : P17335113055

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang


Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing,

M.H. Roseno, S.Si., M.Si., Apt.


NIP. 197307012005011008

Mengetahui :
Ketua Jurusan Farmasi

Dra. Hj. Mimin Kusmiyati, M.Si.


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

NIP. 196308111994032001

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah

Program Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi


Politeknik Kesehatan Bandung
Tanggal : 14 Juni 2016

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP


DOKTER PADA MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KE
PUSKESMAS KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

Disusun oleh :
Nama : DINI NUPIA FITRIANI
NIM : P17335113055

Penguji :

Tanda Tangan

Ketua : M.H. Roseno, S.Si., M.Si., Apt. ( )


NIP : 197307012005011008

Anggota : Dra. Tita Puspita, M.Pharm., Apt. ( )

Anggota : Hanifa Rahma, M.Si., Apt. ( )


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KTI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Bandung, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : DINI NUPIA FITRIANI


NIM : P17335113055
Jurusan : Farmasi
Jenis karya : Karya Tulis Ilmiah

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :
PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER PADA
MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KATAPANG
KABUPATEN BANDUNG
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi berhak
menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(data base), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung
Pada tanggal :
Yang menyatakan,

( DINI NUPIA FITRIANI )


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Tak lupa
shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW.
Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Farmasi di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Bandung. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

(1) Dra. Hj. Mimin Kusmiyati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Bandung yang telah memberikan arahan bagi kami untuk
menyelesaikan karya tulis;
(2) M.H. Roseno, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah;
(3) Dra. Tita Puspita, M.Pharm., Apt. dan Hanifa Rahma, M.Si., Apt., selaku
dosen penguji Karya Tulis Ilmiah. Terima kasih atas saran-saran yang
telah diberikan;
(4) Ir. Irwan Ali Syahbana, M.Si. selaku sekretaris yang mewakili Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung yang telah memberi izin penulis
melaksanakan penelitian di wilayah Kabupaten Bandung;
(5) M. Eka Safarul, SH. Selaku Kabid Ideologi Wasbang dan Tahbang Ub
Kasubid Ketahanan Bangsa yang mewakili Kepala Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik yang telah menerbitkan rekomendasi penelitian;
(6) drg. Etty Hendayawati selaku Kepala UPTD Puskesmas Katapang, dan
Lala Komalayani, S.Sos., selaku Kepala Kepegawaian Puskesmas
Katapang yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di
Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung;

vi
(7) Lisnawati, S.Farm., Apt. selaku Apoteker di Apotek Puskesmas Katapang,
serta Ibu Betty Lestari selaku petugas Apotek Puskesmas Katapang yang
telah mendukung dan memberi masukan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung;
(8) Drs. Indro Pamudjo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT., berkenan membalas segala


kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandung, 14 Juni 2016

Penulis

vii
ABSTRAK

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER PADA


MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KATAPANG
KABUPATEN BANDUNG

Dini Nupia Fitriani

Penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama angka kesakitan dan kematian.
Antibiotik banyak diresepkan untuk mengobati penyakit infeksi. Penggunaan
antibiotik tanpa resep dokter yang tidak tepat, menjadi penyebab terjadinya
resistensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
penggunaan antibiotik tanpa resep dokter pada masyarakat di Puskesmas
Katapang Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel diambil dengan cara Quota
Sampling dengan menggunakan kuesioner yang tervalidasi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada 280 responden di Puskesmas Katapang Kabupaten
Bandung, yang menggunakan antibiotik tanpa resep dokter terdiri dari 149
(53,2%) orang wanita dan 131 (46,8%) orang pria, kelompok umur 36-55 tahun
sebanyak 129 (46,1%) orang dan 17-35 tahun sebanyak 107 (38,2%) orang,
tingkat pendidikan lulusan SMA sebanyak 129 (46,1%) orang dan lulusan SMP
sebanyak 71 (25,4%) orang, status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga/tidak
bekerja sebanyak 127 (45,4%) orang dan pekerja lepas sebanyak 74 (26,4%)
orang. Jenis antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin dan siprofloksasin.
Alasan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter adalah berdasarkan pengalaman
kesembuhan sebelumnya, hemat waktu serta lebih praktis. Gejala yang paling
banyak diobati dengan antibiotik adalah sakit dan nyeri, batuk dan pilek. Lama
penggunaan antibiotik yang dipilih adalah selama 3-6 hari/hingga antibiotik habis
dan tepat setelah gejala sakit hilang. Sarana mendapatkan antibiotik tanpa resep
dokter yang dipilih adalah apotek.

Kata kunci : antibiotik, tanpa resep, Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung


2016

viii
ABSTRACT

PROFILE OF THE USING OF ANTIBIOTICS WITHOUT PRESCRIPTION


ON SOCIETY WHOSE VISITED KATAPANG BANDUNG REGENCY
CLINICS

Dini Nupia Fitriani

Infectious disease was still a leading cause of pain and death figures. Many
antibiotics were prescribed to treat infectious diseases. The antibiotics using
without a doctor's prescription was not appropriated, it could cause the antibiotic
resistance. The purpose of this study was to find out the profile of antibiotics
using without a doctor's prescription at a community health center in Regency
Katapang, Bandung. This study was a descriptive study that was conducted using
cross-sectional approach. Samples were collected by Quota Sampling using a
validated questionnaire. Based on the study conducted at 280 respondents in
Katapang Bandung Regency Clinics, antibiotics using without a doctor's
prescription consisted of 149 (53.2%) women and 131 (46,8%) men, age 36-55
years as much as 129 (46.1%) people and 17-35 years as much as 107 (38,2%)
people, the education level consisted of Senior High School graduates as much as
129 (46.1%) and Junior High School graduates as much as 71 (25.4%) people,
the job status as a housewife/not working as much as 127 (45,4%) people and
freelancers as much as 74 (16.5%) people. The types of antibiotics that were used
were amoxicillin and ciprofloxacin. The reason of antibiotics using without a
doctor's prescription was based on the healing experience before, time-saving and
more practical. Most symptoms treated with antibiotics were aches and pains,
coughs and colds. Long using of the chosen antibiotic was for 3-6 days/until
antibiotics ran out of supply and right after the pain symptoms were gone. The
chosen vehicle to get antibiotic without doctor’s prescription was drugstore.

Keywords: antibiotics, without a prescription, Katapang Bandung Regency


Clinics 2016

ix
Untuk Papa dan Mama tercinta, yang merupakan salah satu alasan hidup dan motivasi
terbesar. Adik-adik tersayang Alpi, Nafiza serta keluarga besar dan sanak saudara
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, semangat dan do’a terbaik.

Para penginspirasi, Elddy tersayang (Insany, Cica, Lela dan Sui); Sahabat yang tak
habis dimakan zaman (Harry dan Feggy); TMNT (Nisa, Ishmah dan Nur Fitri);
Keluarga Boumpoúki [μπουμπούκι] tercinta yang telah berbagi semangat, do’a, dan
persaudaraan yang tak lekang oleh waktu. Kemudian dirimu yang namanya tertulis di
Lauhul Mahfuz untukku.

Pejuang KTI yang hebat tiada tara; kawan sepembimbingan Khilda dan Johan;
Keluarga KBI Farmakologi; Tak lupa juga teman seperjuangan Farmasi 3, mengenal
dan menjadi bagian dari kalian adalah suatu kebanggaan.



“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan dari
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-ra’d(13):11)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...........................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
2.1 Penyakit Infeksi .......................................................................................... 6
2.1.1 Jenis Penyakit Infeksi ........................................................................ 6
2.1.2 Penanganan Penyakit Infeksi ............................................................. 6
2.2 Antibiotik .................................................................................................... 7
2.3 ResistensiAntibiotik .................................................................................... 8

xi
2.3.1 Faktor Penyebab Resistensi ............................................................... 8
2.3.2 Intervensi Sebagai Upaya Penanggulangan
Resistensi Antibiotik ........................................................................ 10
2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 12
2.5 Definisi Operasional ................................................................................. 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 17
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 17
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................. 17
3.2.1 Populasi ............................................................................................ 17
3.2.2 Sampel.............................................................................................. 17
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 18
3.4 Cara Pengumpulan Data ........................................................................... 18
3.5 Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................ 18
3.6 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 20
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 20
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 47
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 47
5.2 Saran ......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 48
LAMPIRAN ................................................................................................................ 52

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ................................................................................ 13


Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ................................................................................... 20
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 21
Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sosiodemografi Responden ............................. 23
Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung
pada Bulan April 2016............................................................................. 25
Tabel 4.5 Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Pemilihan
Jenis Antibiotik di Puskesmas Katapang
Kabupaten Bandung pada Bulan April 2016 ........................................... 27
Tabel 4.6 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Frekuensi Pembelian Obat pada Masyarakat
di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung ......................................... 28
Tabel 4.7 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Indikasi Penggunaannya ..................................................... 30
Tabel 4.8 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Pertimbangan Pemilihan Antibiotik ................................... 31
Tabel 4.9 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Sumber Informasi ............................................................... 32

Tabel 4.10 Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan


Sarana Penyedia Obat .............................................................................. 34
Tabel 4.11 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Waktu Penghentian Obat .................................................... 35
Tabel 4.12 Gambaran Persepsi Responden Terhadap Penggunaan Antibiotik
Tanpa Resep Dokter di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung ....... 37
Tabel 4.13 Gambaran Persepsi Responden Terhadap Hasil Pengobatan
pada Pengguna Antibiotik Tanpa Resep Dokter
di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung ......................................... 38
Tabel 4.14 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Praktik Penggunaan
Antibiotik Tanpa Resep Dokter dari Sudut Pandang Kesehatan ............. 39
Tabel 4.15 Gambaran Program yang Diharapkan Masyarakat
Terkait dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung ......................................... 40

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 12


Gambar 4.1 Alur Penelitian ........................................................................................ 22

xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN NAMA Pemakaian


pertama kali pada
halaman

HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/ 1


Aquired Immuno Deficiency Syndrome
NTD Neglected Tropical Diseases 1
MRSA Methicillin-Resistant Staphylococcus 2
Aureus
VRE Vancomycin-Resistant Enterococci 2
ESBL Extended-Spectrum Beta-Lactamase 2
WHO World Health Organization 6
ISPA Infeksi Saluran Napas Atas 6
IDSA Infectious Diseases Society of America 8
SD Sekolah Dasar 13
SMP Sekolah Menengah Pertama 13
SMA Sekolah Menengah Atas 13
PNS Pegawai Negeri Sipil 14
TNI Tentara Nasional Indonesia 14
BUMN Badan Usaha Milik Negara 14

LAMBANG

> lebih besar dari 13


< lebih kecil dari 15
% persen 17
n ukuran sampel 19
Zα deviat baku alfa 19
P proporsikategori variabel yang diteliti 19
Q 1-P 19
d presisi, kelonggaran ketidaktelitian 19
karena kesalahan pengambilan sampel
yang ditolerir
= sama dengan 19
± lebih kurang 41

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Lokasi Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung ....................... 52


Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan (PSP) ..................................................... 53
Lampiran 3 Kuesioner .............................................................................................. 54
Lampiran 4 Surat Pernyataan Persetujuan yang Telah Diisi (PSP) ......................... 58
Lampiran 5 Kuesioner yang Telah Diisi .................................................................. 59
Lampiran 6 Grafik Gambaran Sosiodemografi ........................................................ 63
Lampiran 7 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan
Pemilihan Jenis Antibiotik ................................................................... 65
Lampiran 8 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Frekuensi Pembelian ....................................................... 66
Lampiran 9 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Indikasi Penggunaannya .................................................. 67
Lampiran 10 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Pertimbangan Pemilihan Antibiotik ................................ 68
Lampiran 11 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Sumber Informasi ............................................................ 69
Lampiran 12 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sarana
Penyedia Obat ....................................................................................... 70
Lampiran 13 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Berdasarkan Lama Penggunaan Obat ................................................... 71
Lampiran 14 Grafik Gambaran Persepsi Responden Terhadap Penggunaan
Antibiotik Tanpa Resep Dokter ............................................................ 72
Lampiran 15 Grafik Gambaran Persepsi Responden Terhadap Hasil Pengobatan
pada Pengguna Antibiotik .................................................................... 73
Lampiran 16 Grafik Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Praktik
Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter ....................................... 74
Lampiran 17 Grafik Gambaran Program yang Diharapkan Masyarakat
Terkait dengan Penggunaan Antibiotik ................................................ 75
Lampiran 18 Foto-foto Dokumentasi ......................................................................... 76
Lampiran 19 Surat Izin Kesbang Linmas .................................................................. 77
Lampiran 20 Surat Izin Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung ................................. 78

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang paling serius di dunia sampai awal abad ke-20 khususnya di
negara berkembang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya
angka kesakitan dan kematian di dunia. Diperkirakan 51% kematian akibat
penyakit infeksi di dunia disebabkan oleh tiga penyakit utama yang dikenal
sebagai the big three, yaitu tuberkulosis, HIV/AIDS dan malaria. Ketiga penyakit
tersebut menyebabkan lebih dari 500 juta morbiditas dan lebih dari 5 juta
mortalitas di dunia setiap tahun. Sisanya yaitu masing-masing sebanyak 20%
disebabkan oleh sekelompok penyakit yang disebut neglected tropical diseases
(NTD) dan 29% disebabkan oleh infeksi lain (Kemenkes RI, 2011; Sarjono,
2007).
Di Indonesia penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian. Prevalensi penyakit menular selama tahun 1995 hingga
2007 dilaporkan sebesar 28,1% dari 1.027.766 responden di 33 provinsi seluruh
Indonesia (KemenkesRI, 2012).
Penyebab terjadinya infeksi adalah karena masuknya bakteri patogen ke
dalam tubuh manusia. Istilah infeksi sendiri digunakan untuk mengartikan
penumpukan dan pelipatgandaan bakteri, serta mikroorganisme lain dalam
jaringan atau pada permukaan tubuh tempat mereka dapat menyebabkan efek
merugikan (Siregar dan Endang Kumolosari, 2005).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang diproduksi oleh fungi dan bakteri,
yang berkhasiat untuk untuk menghambat kuman atau bahkan mematikan dengan
toksisitas yang relatif kecil. Antibiotik dibuat dengan cara mikrobiologi. Lebih
rincinya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan (Tjay dan Rahardja, 2007).

1
2

Antibiotik banyak diresepkan pada pasien, namun penggunannya sering


kali tidak tepat. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik
digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya
tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di
berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan
pada indikasi. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya efek samping yaitu
gangguan terhadap beberapa organ tubuh, seperti gangguan saluran cerna,
gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah
dan sebagainya. Pemakaian antibiotik yang tidak tepat juga dapat membunuh
kuman yang baik dan berguna yang ada di dalam tubuh manusia. Akibat lainnya
adalah reaksi alergi karena obat, gangguan tersebut mulai dari yang ringan hingga
dapat mengancam jiwa. Dari banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh
penggunaan antibiotik yang tidak tepat, yaitu adanya peningkatan resistensi
kuman terhadap antibiotik. Hal ini terjadi salah satunya karena faktor kurangnya
informasi yang akurat sehingga dapat mengakibatkan tingginya tingkat konsumsi
yang tidak tepat (Baltazar, 2009).
Dalam kurun waktu 3 dekade terjadi masalah resistensi antibiotik yang
saat ini menjadi pendemik global dan salah satu kecemasan dunia terbesar
(Odilidkk., 2010).Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di
seluruhdunia, yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA),
Vancomycin-Resistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci,
Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase
(ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan Multi-resistant
Mycobacterium tuberculosis. Di Indonesia sendiri kuman resisten antibiotik yang
banyak ditemukan adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Pseudomonas sp, dan Haemophilus sp dari pasien dengan infeksi saluran
pernapasan. Staphylococcus aureus, Streptococcus grup D, Escherichia coli, dan
Candida sp dari pasien dengan infeksi intra abdominal. Dan Methicillin-Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA), Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Escherichia coli, Klebsiella, dan Proteus dari spesimen darah
(Kemenkes RI 2011).
3

Tingginya resistensi antibiotik sangat dipengaruhi oleh tingginya resistensi


di sektor komunitas (Kotwani dkk., 2012; Lim dkk., 2014). Hasil studi
penggunaan antibiotik di Kota Bandung menunjukkan tingginya potensi
ketidakrasionalan penggunaan antibiotik karena minimnya ketersediaan tenaga
kesehatan dan pelayanan informasi obat di fasilitas kesehatan primer (Abdulah
dkk., 2014; Suparan dkk., 2014), tingginya penggunaan antibiotik di sektor
puskesmas untuk penyakit dengan gejala serupa akan tetapi tidak sesuai dengan
indikasi yang sebenarnya (Pradipta dkk., 2015) dan tingginya tingkat resistensi
antibiotik (Pradipta dkk., 2013).Keadaan ini diperparah dengan berkembangnya
fenomena pengobatan mandiri menggunakan antibiotik (Abdulah, 2012). Sebagai
obat keras yang tidak boleh diserahkan tanpa resep dokter (Direktorat Jenderal
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949), antibiotik tersedia hampir di
seluruh apotek dan dijual secara bebas (Hadi dkk., 2010) sehingga meningkatkan
aksesibitilitas pasien terhadap antibiotik tanpa resep dokter dan memicu praktik
pengobatan mandiri menggunakan antibiotik (Tarigan, 2011). Penggunaan
irrasional lainnya disebabkan karena faktor penjualan antibiotik tanpa resep di
beberapa negara (Shehadeh, 2011).
Pelayanan pembelian antibiotik secara bebas oleh penyedia obat
mendorong perilaku pengobatan mandiri menggunakan antibiotik. Diketahui
bahwa prevalensi dari hasil penelitian di Sub Wilayah Kota Arcamanik dan
Cibeunying terdapat 23,9% responden yang melakukan pengobatan mandiri
menggunakan antibiotik selama enam bulan terakhir (Insany, 2015). Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat oleh masyarakat, meliputi penghentian pengobatan
secara tiba-tiba, dosis berlebihan, penggunaan sisa antibiotik, dan penggunaan
antibiotika dengan jangka waktu tidak tepat (Oyetunde dkk., 2010).
Dari penelitian terdahulu didapatkan hasil bahwa pasien cenderung pernah
menggunakan antibiotik tanpa resep dokter dengan alasan penggunaan antibiotik
terdahulu memberikan hasil yang baik sehingga bila digunakan untuk penyakit
yang serupa hasilnya akan sama. Antibiotik yang sering digunakan adalah
amoksisilin golongan penisillin. Digunakan untuk pengobatan gejala flu
(Fernandez, 2013).
4

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih


mendalam tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di Puskesmas
Katapang Kabupaten Bandung.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di
Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui profil penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di Puskesmas
Katapang Kabupaten Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui alasan masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep
dokter
b. Mengetahui antibiotik apa saja yang digunakan tanpa resep dokter
c. Mengetahui jenis gejala yang diobati masyarakat dengan antibiotik
d. Mengetahui lama penggunaan antibiotik

1.4 Manfaat Penelitian


1) Memberikan informasi ilmiah mengenai persepsi masyarakat terhadap
antibiotik,untuk dijadikan dasar acuan dalam mengembangkan metode
intervensi yang efektif dan efisien.
2) Memberikan informasi ilmiah mengenai pola perilaku penggunaan
antibiotik sebagai dasar dalam pelaksanaan pharmaceutical care dalam
rangka memperkuat peran tenaga teknik kefarmasian di sektor fasilitas
kesehatan primer dalam pelayanan pasien.
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perilaku penggunaan
antibiotik tanpa resep dokter yang dapat merugikan.
4) Memberikan informasi ilmiah yang dapat dijadikan dasar pengembangan
program kebijakan pemerintah daerah terkait pengobatan mandiri
menggunakan antibiotik.
5

5) Menciptakan pengembangan keilmuan baru khususnya di bidang farmasi


sosial dan klinik yang dapat mendorong peran jurusan dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan terkait farmasi sosial dan klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Infeksi


Penyakit infeksi adalah gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen, seperti bakteri, virus, jamur atau parasit. Banyak organisme hidup di
dalam dan pada tubuh kita. Mereka biasanya tidak berbahaya atau bahkan
membantu, tapi dalam kondisi tertentu, beberapa organisme dapat menyebabkan
penyakit. Penyakit infeksi dapat menyebar, baik langsung atau tidak langsung,
dari satu orang ke orang lain. Beberapa ditularkan oleh gigitan dari serangga atau
binatang lain. Selain itu ditularkan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi atau terkena organisme yang ada di lingkungan sekitar (WHO,
2016).
Tanda dan gejala bervariasi tergantung pada organisme yang
menyebabkan infeksi, tetapi sering muncul seperti demam dan kelelahan. Infeksi
ringan mungkin akan sembuh cukup dengan beristirahat dan pengobatan di
rumah, sementara beberapa infeksi yang mengancam jiwa mungkin memerlukan
perawatan khusus di fasilitas kesehatan (WHO, 2016).
2.1.1 Jenis Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi dibagi menjadi 8 jenis, antaralain: infeksi saluran nafas;
infeksi saluran kemih; infeksi yang ditularkan melalui hubungan kelamin; infeksi
saluran cerna; infeksi kardiovaskular; infeksi kulit, otot dan tulang; infeksi
susunan saraf pusat; dan sepsis (Setiabudy, 2007).
2.1.2 Penanganan Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi yang bersifat ringan seperti infeksi telinga, faringitis,
ISPA non-spesifik, bronkitis tanpa komplikasi dan infeksi yang diakibatkan oleh
virus,dapat sembuh dengan beristirahat, menjalani pola hidup yang sehat,
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak mengkonsumsi air putih
(WHO, 2016).

6
7

Penanganan secara farmakologi penyakit infeksi yaitu menggunakan


antibiotik yang bertujuan membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia,
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut
harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes
(Setiabudy, 2007).

2.2 Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik
dapat dibuat secara semisintetik atau sintetik (Setiabudy, 2007).
Dari segi aktivitasnya, antibiotik dibedakan berdasarkan sifat toksisitas
selektif. Ada yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba (bakteriostatik)
dan ada yang bersifat membunuh mikroba (bakterisid)(Setiabudy, 2007).
Berdasarkan spektrumnya atau luas aktivitasnya antibiotik dibedakan
menjadi antibiotik yang berspektrum sempit dan antibiotik yang berspektrum luas.
Antibiotik yang berspektrum sempit aktif terhadap bakteri Gram-positif tetapi
tidak peka terhadap bakteri Gram-negatif atau sebaliknya. Antibiotik yang
berspektrum luas aktif terhadap keduanya (Tjay dan Kirana Rahardja, 2007).

Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotik dibagi menjadi 5 golongan,


yaitu: antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba (sulfonamid,
trimetoprim, asam p-aminosalisilat, dan sulfon), antibiotik yang menghambat
sintesis dinding sel mikroba (penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan
sikloserin), antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba
(polimiksin, antibiotik polien seperti nistatin, amfoterisin, dan imidazol seperti
mikonazol dan ketokonazol), antibiotik yang menghambat sintesis protein sel
mikroba (gol. aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol),
dan antibiotik yang menghambat asam nukleat sel mikroba (rifampisin dan gol.
kuinolon) (Setiabudy, 2007).
8

2.3 Resistensi Antibiotik


Antibiotik, antivirus, dan antimikroba lainnya telah menyelamatkan jutaan
nyawa di seluruh dunia, tetapi obat ini kehilangan efektivitas mereka karena
terjadinya resistensi (IDSA, 2016).
Resistensi adalah suatu keadaan bakteri tidak dapat dipengaruhi oleh
antibiotik. Bila suatu antibiotik digunakan secara luas di tempat-tempat pelayanan
kesehatan dalam dosis yang tidak akurat dan waktu yang lama, maka akan
merangsang pertumbuhan bakteri yang resisten (Sastramihardja, 2002). Fakta
yang ada mengatakan bahwa hampir setengah dari penggunaan antibiotik di
masyarakat sebenarnya tidak diperlukan. Resistensi antimikroba mengacu pada
kemampuan alami mikroba berevolusi secara genetik untuk melawan obat yang
seharusnya bekerja (IDSA, 2016).
Resistensi antibiotik menyebabkan kesakitan lebih lama dan meningkatkan
risiko kematian. Pasien yang resisten terhadap MRSA (Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus) diperkirakan 64% lebih mungkin meninggal
dibandingkan yang tidak resisten. Resistensi juga memperpanjang lama periode
perawatan di rumah sakit sehingga biaya perawatan juga meningkat (WHO,
2014).
2.3.1 Faktor Penyebab Resistensi
Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi di sektor klinik
adalah penggunaan antibiotik yang sering, over prescribing oleh dokter, irasional
seperti penggunaan tanpa resep dokter, penggunaan antibiotik di sektor rumah
sakit, penggunaan berbagai agen antimikroba pada hewan dan penggunaan dalam
jangka waktu yang lama (Setiabudy, 2007; Okeke, 2003).
Penggunaan antibiotik yang sering, dapat menjadi faktor berkembangnya
resistensi. Hal ini berawal dari pemahaman masyarakat tentang antibiotik yang
selalu dapat menyembuhkan setiap gejala penyakit. Penggunaan antibiotik yang
sering/berulang-ulang menimbulkan potensi terjadinya resistensi yang selanjutnya
mengakibatkan tubuh menjadi mudah sakit (Setiabudy, 2007).
Over prescribing antibiotik oleh dokter seringkali terjadi karena dokter
meresepkan antibiotik tanpa adanya indikasi yang tepat, ketidakpastian
9

diagnostik, kurangnya kesempatan bagi pasien melakukan tes lebih lanjut,


kurangnya pengetahuan tentang terapi yang optimal, dan permintaan pasien itu
sendiri. Masalah biasanya muncul di banyak negara berkembang karena antibiotik
tersedia dan dapat dibeli secara bebas tanpa saran atau resep dari dokter ataupun
penyedia layanan kesehatan terlatih lainnya (Okeke, 2003).
Perilaku penggunaan antibiotik tanpa resep dokter yang terjadi di
masyarakat seringkali dikarenakan oleh ketidakpatuhan pasien terhadap
pengobatan yang direkomendasikan. Ketidakpatuhan terjadi ketika individu lupa
untuk minum obat, prematur menghentikan pengobatan karena mulai merasa lebih
baik, atau tidak mampu memenuhi regimen terapi. Penggunaan antibiotik tanpa
resep dokter hampir selalu merugikan, tidak memadai, serta tidak tepat dosis dan
waktu. Masalah ketidakpatuhan dalam penggunaan antibiotik tanpa resep dokter
diperparah dengan ketersediaan antibiotik yang berkualitas buruk, palsu, atau
bahkan kadaluwarsa (Okeke, 2003).
Penggunaan antibiotik di sektor rumah sakit menjadi salah satu faktor
pendukung berkembangnya resistensi. Rumah sakit besar dan rumah sakit
pendidikan pada umumnya mengalami lebih banyak masalah dengan mikroba
yang resisten terhadap obat. Transmisi organisme yang resisten terhadap obat di
antara pasien dapat terjadi melalui udara, peralatan yang terkontaminasi, atau
melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan lingkungan yang
terkontaminasi. Kegagalan petugas kesehatan untuk berlatih langkah-langkah
sederhana, misalnya mencuci tangan dan mengganti sarung tangan setelah
memeriksa pasien adalah kontributor utama penyebaran infeksi di rumah sakit
(Okeke, 2003).
Penggunaan berbagai agen antimikroba pada makanan hewan ternak
seperti unggas, babi, dan sapi, baik untuk terapi atau untuk meningkatkan
pertumbuhan, dapat menyebabkan perkembangan mikroba yang resisten yang
kemudian ditransmisikan ke manusia, biasanya melalui produk makanan (Okeke,
2003).
10

2.3.2 Intervensi Sebagai Upaya Penanggulangan Resistensi Antibiotik


Langkah penting untuk mengurangi resistensi adalah dengan mencegah
terjadinya infeksi, yaitu dengan menjaga kebersihan diri,lingkungan, makanan, air
yang digunakan serta pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, dan
vaksinasi untuk mengurangi kebutuhan untuk antibiotik (WHO, 2014).
Masing-masing pihak atau individu memiliki peran untuk melakukan
intervensi dalam upaya penanggulangan resistensi, antara lain (WHO, 2014):
1) Pasien
Seorang pasien dapat melakukan intervensi untuk menaggulangi resistensi
dengan beberapa cara berikut, yaitu:
a. Hanya menggunakan antibiotik jika diresepkan oleh dokter;
b. Bertanya apakah tes akan dilakukan untuk memastikan antibiotik yang
diresepkan sudah tepat;
c. Menghabiskan antibiotik sesuai resep, bahkan jika sudah merasa lebih
baik;
d. Tidak berbagi dengan orang lain atau menggunakan antibiotik yang
tersisa dari resep;
e. Tidak meminta antibiotik ketika dokter tidak meresepkannya.
2) Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan dapat melakukan intervensi untuk menangggulangi
resistensi dengan upaya berikut ini, antara lain:
a. Meresepkan antibitotik dengan tepat sesuai kebutuhan. Melakukan tes
kultur. Memulai pengobatan dengan dosis dan durasi yang tepat.
Meninjau ulang pengobatan selama 48 jam berdasarkan hasil tes dan
pengamatan pasien;
b. Dokumentasikan dosis, durasi dan indikasi untuk setiap peresepan
antibiotik;
c. Mengetahui pola resistensi di fasilitas kesehatan yang bersangkutan;
d. Berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
peresepan antibiotik;
11

e. Menerapkan program intensif pengendalian infeksi yang meliputi


sterilisasi dan desinfeksi peralatan; perawatan kebersihan pasien,
seperti mencuci tangan; memisahkan ruang perwatan untuk penyakit-
penyakit infeksi;
f. Mengembangkan penemuan antibiotik baru atau merekayasa antibiotik
yang sudah ada sebagai alternatif pengobatan.
3) Pemerintah
WHO sangat merekomendasikan pemerintah untuk fokus pada usaha
pengontrolan dan pencegahan resistensi antibiotik dalam empat area
utama, yaitu:
a. Pengawasan terhadap resistensi antibiotik;
b. Mengatur dan mempromosikan penggunaan yang tepat dari obat-
obatan;
c. Pengawasan terhadap penggunaan antibiotik yang rasional, termasuk
edukasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat dalam penggunaan
antibiotik yang tepat;
d. Memperkenalkan dan menegakkan undang-undang yang berkaitan
dengan menghentikan penjualan antibiotik tanpa resep;
e. Mengawasi ketaatan dalam pencegahan infeksi dan tindakan
pengendalian, termasuk tindakan cuci tangan, terutama di fasilitas
kesehatan.
Upaya untuk mencegah penyebaran resistensi antibiotik adalah dengan
mengurangi penggunaan antibiotik, hanya menggunakan antibiotik saat benar-
benar diperlukan, membatasi penggunaan antibiotik pada infeksi virus,
mengurangi penggunaan antibiotik spektrum luas dan menggunakan antibiotik
yang berspektrum sempit sesuai dengan target terapi dan regulasi yang tepat
dalam penggunaan antibiotik di sektor pertanian, termasuk menghilangkan
penggunaan antibotik pada makanan hewan untuk mempercepat pertumbuhan
(Spellberg et al., 2008).
12

2.4 Kerangka Pemikiran

 Diperkirakan 51% kematian akibat penyakit infeksi di dunia yang menyebabkan


lebih dari 500 juta morbiditas dan lebih dari 5 juta mortalitas di dunia setiap
tahun (Sarjono 2007).
 Di Indonesia prevalensi penyakit menular selama tahun 1995 hingga 2007
dilaporkan sebesar 28,1% dari 1.027.766 responden di 33 provinsi seluruh
Indonesia (Kemenkes, RI 2012).
 Antibiotik banyak diresepkan pada pasien, namun penggunannya sering kali
tidak tepat. Hal ini menjadi masalah resistensi antibiotik yang saat ini menjadi
pendemik global dan salah satu kecemasan dunia terbesar (Baltazar, 2009; Odili
dkk., 2010).
 Pelayanan pembelian antibiotik secara bebas oleh penyedia obat mendorong
perilaku swamedikasi antibiotik. Diketahui bahwa prevalensi dari hasil
penelitian di Sub Wilayah Kota Arcamanik dan Cibeunying terdapat 23,9%
responden yang melakukan swamedikasi antibiotik selama enam bulan terakhir
(Oyetunde dkk., 2010; Insany, 2015).

Masalah terkait penggunaan antibiotik


tanpa resep dokter

Penggunaan antibiotik
Sosiodemografi
tanpa resep dokter

Keberhasilan Pengobatan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


2.5 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel/Sub Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Sosiodemografi Sosiodemografi adalah


karakteristik yang dimiliki
pasien yang pernah
menggunakan antibiotik.
Usia Usia adalah lamanya hidup Responden mengisi umur a. 17-35 tahun Ordinal
pasien yang pernah dari kuesioner yang b. 36-55 tahun
menggunakan antibiotik diberikan. c. 56-65 tahun
yang dihitung berdasarkan d. > 65 tahun
tahun sejak pasien lahir. (Kemenkes RI, 2014)

Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah ciri Kuesioner berupa a. Pria Nominal
biologis yang dimiliki pertanyaan tertulis dalam b. Wanita
responden. kuesioner yang
menyediakan dua alternatif
Pendidikan Pendidikan adalah Responden mengisi item a. SD Ordinal
pendidikan formal yang pendidikan yang pernah b. SMP
pernah diikuti responden ditempuh c. SMA
berdasarkan ijazah terakhir d. Diploma
yang dimiliki responden e. Sarjana

13

13
Tabel 2.1 Definisi Operasional(Lanjutan)

Variabel/Sub Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Status Pekerjaan Status pekerjaan adalah Responden mengisi item a. Pelajar/Mahasiswa Nominal
aktifitas kerja responden pekerjaan yang dilakukan b. Dosen/Guru
saat ini dalam mencapai saat ini. c. Pegawai Swasta
penghasilan berupa d. Pengusaha/Wiraswasta
materil. Responden yang e. PNS/Polisi/TNI/BUMN
tidak bekerja adalah f. Ibu Rumah
responden yang tidak Tangga/Tidak bekerja
memiliki pekerjaan atau g. Lainnya
tidak menghasilkan
pendapatan. Responden
yang bekerja adalah
responden yang secara
aktif bekerja dan
menghasilkan pendapatan.
Pola Penggunaan Praktek pemilihan obat Diukur dengan a. Amoksisilin Kategorik
antibiotik antibiotik yang dilakukan menggunakan kuesioner b. Siprofloksasin Deskriptif
a. Jenis antibiotik yang masyarakat dalam upaya
paling sering pengobatan tanpa resep
digunakan dokter

14

14
Tabel 2.1 Definisi Operasional(Lanjutan)

Variabel/Sub Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

b. Alasan penggunaan Faktor yang a. Pengalaman Deskriptif


antibiotik tanpa resep mempengaruhi kesembuhan pada
dokter penggunaan antibiotic penggunaan antibiotik
sebelumnya
b. Hemat waktu
c. Hemat uang
d. Lebih praktis
e. Lainnya
c. Jenis gejala pemicu Tanda timbulnya penyakit Diukur dengan a. Pilek Kategorik
pengobatan tanpa yang menyebabkan menggunakan kuesioner b. Batuk Deskriptif
resep dokter pemilihan terapi antibiotic c. Sakit tenggorokan
d. Demam
e. Sakit dan nyeri
f. Lainnya
d. Cara penggunaan Dosis/penggunaan a. < 3 kali Kategorik
antibiotik tanpa resep antibiotik tanpa resep b. 3-5 kali Deskriptif
dokter
dokter c. > 5 kali
d. Tidak pernah

15
15
Tabel 2.1 Definisi Operasional(Lanjutan)

Variabel/Sub Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

e. Waktu penggunaan Lama penggunaan Diukur dengan a. < 3 hari Kategorik


antibiotik tanpa resep antibiotik menggunakan kuesioner b. 3-6 hari Deskriptif
dokter d. Tepat setelah gejala sakit
hilang

16
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung pada Bulan April 2016. Adapun
kriteria inklusi pada penelitian ini adalah responden yang berusia 17 tahun ke atas,
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan menyetujui informed
consent; pernah menggunakan antibiotik, baik dari resep dokter ataupun tanpa
resep dokter dalam rentang waktu 6 bulan terakhir, dan dapat menyebutkan salah
satu nama antibiotik yang pernah digunakan. Sedangkan kriteria eksklusi dari
penelitian ini adalah responden yang memiliki keterbatasan dalam komunikasi,
dan responden dengan informasi yang dicantumkannya tidak lengkap.
3.2.2 Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan teknik kuota sampling dengan besar
sampel dihitung dengan rumus (Dahlan, 2013):

n=
Keterangan:
n = ukuran sampel
Zα = deviat baku alfa
P = proporsi kategori variable yang diteliti
Q =1-P

17
18

d = presisi, kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel


yang ditolerir, pada penelitian ini yaitu sebesar 5%

Berdasarkan data prevalensi dari hasil penelitian di Sub Wilayah Kota


Arcamanik dan Cibeunying terdapat 23,9% responden yang melakukan
swamedikasi antibiotik selama enam bulan terakhir. Jika dimasukkan ke dalam
rumus di atas, maka didapatkan besaran sampel sejumlah 279,483 orang atau 280
orang dengan pembulatan.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung, pada
Bulan April 2016.

3.4 Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah
diuji validitas dan realibilitasnya.

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian


Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan statistik dengan
teknik korelasi “product moment”.Nilai r yang didapat dari perhitungan rumus
product moment tersebut dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikasi 95%.
Apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel maka pernyataan tersebut dinyatakan
valid.
Uji reabilitas dilakukan menggunakan statistik dengan uji internal
consistency, yaitu pengujian reabilitas yang dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis. Teknik analisis
yang digunakan adalah Alpha Cronbanch dengan cara membandingkan nilai rhasil
dengan rtabel. Nilai rhasil dapat dilihat dari nilai Cronbanch’s Alpha, bila r Alpha>
rtabel, maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu editing, coding,
entry data, dan cleaning data. Editing merupakan tahapan pertama yang
dilakukan, yaitu proses dilakukannya penyuntingan (editing) terlebih dahulu
19

terhadap hasil kuesioner dari lapangan (Notoatmodjo, 2010). Setelah semua


kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau coding, yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Pada tahap ini, dilakukan dua langkah yaitu menentukan kategori-kategori yang
akan digunakan dan mengalokasikan jawaban-jawaban responden pada kategori-
kategori tersebut. Kemudian setelah itu dilakukan tahapan pemasukkan data atau
entry data, yakni jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode
(angka atau huruf) diolah secara statistik. Selanjutnya dilakukan pembersihan data
atau cleaning data, setelah semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.
Data dianalisis menggunakan teknik Analisis Univariate untuk
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Data tersebut diidentifikasi berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan responden dan pola penggunaan antibiotik. Data disajikan
dalam bentuk data kategorik berupa frekuensi dan persentase.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Setelah dilakukan uji validitas dan realiabilitas, dari 15 pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner, didapatkan 12 pertanyaan yang valid dan reliabel. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas


Koefisien
Pertanyaan Keterangan
korelasi
Q1. Penggunaan Antibiotik dalam 6 bulan 0,959 Valid
terakhir

Q2. Pemilihan jenis Antibiotik 0,959 Valid


Q3. Frekuensi pembelian Antibiotik 0,877 Valid
Q4. Persepsi penggunaan Antibiotik 0,959 Valid
Q5. Indikasi Antibiotik 0,737 Valid
Q6. Sumber informasi penggunaan 0,948 Valid
Antibiotik
Q7. Pertimbangan pemilihan Antibiotik 0,959 Valid
Q8. Sarana mendapatkan Antibiotik tanpa 0,959 Valid
resep dokter
Q9. Penggantian jenis Antibiotik 0,346 Tidak Valid
Q10. Alasan penggantian Antibiotik 0,346 Tidak Valid

Q11. Penghentian penggunaan Antibiotik 0,716 Valid


Q12. Persepsi penggunaan Antibiotik 0,959 Valid
Q13. Biaya membeli Antibiotik 0,282 Tidak Valid
Q14. Pengetahuan penggunaan Antibiotik 0,574 Valid
tanpa resep dokter dari sudut pandang
kesehatan
Q15. Program yang diharapkan Masyarakat 0,823 Valid

20
21

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Koefisien Koefisien
Pertanyaan Keterangan Keterangan
korelasi Reliabilitas
Q1. Penggunaan Antibiotik dalam 6 bulan 0,959 Valid
terakhir

Q2. Pemilihan jenis Antibiotik 0,959 Valid


Q3. Frekuensi pembelian Antibiotik 0,877 Valid
Q4. Persepsi penggunaan Antibiotik 0,959 Valid
Q5. Indikasi Antibiotik 0,737 Valid
Q6. Sumber informasi penggunaan 0,948 Valid
Antibiotik
Q7. Pertimbangan pemilihan Antibiotik 0,959 Valid 0,963 Reliabel
Q8. Sarana mendapatkan Antibiotik tanpa 0,959 Valid
resep dokter
Q11. Penghentian penggunaan Antibiotik 0,716 Valid
Q12. Persepsi penggunaan Antibiotik 0,959 Valid

Q14. Pengetahuan penggunaan Antibiotik 0,574 Valid


tanpa resep dokter dari sudut pandang
kesehatan
Q15. Program yang diharapkan Masyarakat 0,823 Valid

Dari 325 responden yang ditemui di Puskesmas Katapang Kabupaten


Bandung, yang memenuhi kriteria inklusi dan dijadikan sebagai sampel adalah
280 orang. Yang dapat dilihat pada gambar 4.1.
22

Populasi
4000 orang

Kriteria Inklusi &


Kriteria Eksklusi
325 orang

Sampel Bukan Sampel


280 orang 45 orang

Kuesioner

Data

Persentase
Pengolahan Analisis Data Univariate Frekuensi
Data
Gambar 4.1 Alur Penelitian

Dari 280 responden yang dijadikan sampel, 149 (53,2%) orang adalah
wanita dan 131 (46,8%) orang adalah pria. Berdasarkan usia, dari 280 responden,
terdiri dari 129 (46,1%) orang berusia 36-55 tahun, 107 (38,2%) orang berusia 17-
35 tahun, dan 28 (10,0%) orang berusia 56-65 tahun. Tingkat pendidikan
responden, terdiri dari 129 (46,1%) orang lulusan SMA, 71 (25,4%) orang lulusan
SMP, dan 57 (20,4%) orang lulusan SD. Berdasarkan pekerjaannya, dari 280
responden terdiri dari 127 (45,4%) orang ibu rumah tangga/tidak bekerja, 74
(26,4%) orang pekerja lepas, dan 43 (15,4%) orang karyawan swasta. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.3.
23

Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sosiodemografi Responden

Karakteristik Jumlah (%)

Jenis Kelamin
Pria 131 (46.8)
Wanita 149 (53.2)
Umur (Tahun)
17 – 35 107 (38.2)
36 – 55 129 (46.1)
56 – 65 28 (10.0)
> 65 16 (5.7)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 57 (20.4)
SMP/MTs/Sederajat 71 (25.4)
SMA/MA/Sederajat 129 (46.1)
Diploma 3 (1.1)
Sarjana 20 (7.1)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (1.8)
Karyawan Swasta 43 (15.4)
Pengusaha/Wiraswasta 23 (8.2)
Dosen/Guru 2 (0.7)
Mahasiswa/Pelajar 6 (2.1)
Pekerja lepas 74 (26.4)
Ibu rumah tangga/Tidak
127 (45.4)
bekerja
N 280 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Dari hasil penelitian pada 280 responden dalam penggunaan obat


antibiotik tanpa resep dokter sebanyak 280 (100,0%) orang memilih obat
amoksisilin dan sebanyak 24 (28,6%) orang menggunakan obat siprofloksasin.
Dilihat dari frekuensi penggunaan Antibiotik sebanyak 116 (41,4%) orang
membeli tanpa resep dokterkurang dari 3 kali dalam 6 bulan terakhir, 94 (33,6%)
orang membeli 3-5 kali dan 70 (25,0%) orang membeli lebih dari 5 kali. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
Pertimbangan dari penggunaan antibiotik tanpa resep dokter, sebanyak 264
(94,3%) orang memilih karena inidikasi. Dan sebanyak 249 (88,9%) orang
24

memiliki alasan karena pengalaman penggunaan antibiotik sebelumnya. adapun


berdasarkan indikasinya, sebanyak 162 (57,9%) orang menggunakan antibiotik
karena keluhan sakit dan nyeri, 126 (45,0%) orang batuk dan 110 orang (39,3%)
demam. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
Dari 280 responden, sebanyak 256 (91,4%) orang mengetahui penggunaan
(dosis, cara pakai) antibiotik berdasarkan pengalaman sebelumnya. Dari hasil
penelitian terhadap 280 responden, diketahui bahwa semua responden
memperoleh antibiotik tanpa resep dokter dari apotek. Sebanyak 256 (91,4%)
orang memutuskan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter dikarenakan lebih
praktis dan juga hemat waktu. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
Sebanyak 264 (94,3%) orang dari 280 responden memiliki persepsi
sembuh jika menggunakan antibiotik. Dari 280 responden, 154 (55,0%) orang
berpendapat penggunaan antibiotik tanpa resep dokter merupakan praktik yang
dapat diterima, 71 (25,4%) orang berpendapat merupakan praktik yang dilarang
dan sisanya berpendapat tidak tahu. Menurut 234 (83,6%) orang berharap
program penyuluhan tentang penggunaan antibiotik dapat dilaksanakan di fasilitas
kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
25

Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Puskesmas


Katapang Kabupaten Bandung pada Bulan April 2016

Ya Tidak
Karakteristik
n (%) n (%) Jumlah (%)
Penggunaan Antibiotik dalam 6 bulan
280 (86.2) 45 (13.8) 325 (100.0)
terakhir
Pemilihan jenis Antibiotik
Amoksisilin 280 (100.0) 0 - 280 (100.0)
Siprofloksasin 24 (8.6) 256 (91.4) 280 (100.0)
Frekuensi pembelian Antibiotik
< 3 kali 116 (41.4) 164 (58.6) 280 (100.0)
3-5 kali 94 (33.6) 186 (66.4) 280 (100.0)
> 5 kali 70 (25.0) 210 (75.0) 280 (100.0)
Indikasi Antibiotik
Sakit dan Nyeri 162 (57.9) 118 (42.1) 280 (100.0)
Demam 110 (39.3) 170 (60.7) 280 (100.0)
Sakit tenggorokan 40 (14.3) 240 (85.7) 280 (100.0)
Batuk 126 (45.0) 154 (55.0) 280 (100.0)
Pilek 47 (16.8) 233 (83.2) 280 (100.0)
Pertimbangan pemilihan Antibiotik
Jenis Antibiotik 185 (66.1) 95 (33.9) 280 (100.0)
Merk Antibiotik 185 (66.1) 95 (33.9) 280 (100.0)
Harga Antibiotik 169 (60.4) 111 (39.6) 280 (100.0)
Indikasi 264 (94.3) 16 (5.7) 280 (100.0)
Pengalaman pribadi 249 (88.9) 31 (11.1) 280 (100.0)
Perkiraan sendiri 209 (74.6) 71 (25.4) 280 (100.0)
Sumber informasi penggunaan
Antibiotik
Perkiraan sendiri 209 (74.6) 71 (25.4) 280 (100.0)
Pengalaman sebelumnya 256 (91.4) 24 (8.6) 280 (100.0)
Sarana mendapatkan Antibiotik tanpa
resep dokter
Apotek 280 (100.0) 0 - 280 (100.0)
Penghentian penggunaan Antibiotik
< 3 hari 46 (16.4) 234 (83.6) 280 (100.0)
3-6 hari (dihabiskan) 181 (64.6) 99 (35.4) 280 (100.0)
Tepat setelah gejala sakit hilang 67 (23.9) 213 (76.1) 280 (100.0)
26

Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Puskesmas


Katapang Kabupaten Bandung pada Bulan April 2016(Lanjutan)

Ya Tidak
Karakteristik
n (%) n (%) Jumlah (%)
Persepsi penggunaan Antibiotik
Hemat waktu 256 (91.4) 24 (8.6) 280 (100.0)
Hemat uang 185 (66.1) 95 (33.9) 280 (100.0)
Lebih praktis 256 (91.4) 24 (8.6) 280 (100.0)

Pengalaman sebelumnya 224 (80.0) 56 (20.0) 280 (100.0)

Persepsi penggunaan Antibiotik


Sembuh 264 (94.3) 16 (5.7) 280 (100.0)
Biasa saja 16 (5.7) 264 (94.3) 280 (100.0)
Pengetahuan penggunaan Antibiotik
tanpa resep dokter dari sudut pandang
kesehatan
Dapat diterima 154 (55.0) 126 (45.0) 280 (100.0)
Dilarang 71 (25.4) 209 (74.6) 280 (100.0)
Tidak tahu 55 (19.6) 225 (80.4) 280 (100.0)
Program yang diharapkan Masyarakat
Penyuluhan di Fasilitas Kesehatan 234 (83.6) 46 (16.4) 280 (100.0)
Pembagian Brosur/Leaflet 24 (8.6) 256 (91.4) 280 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa semua responden menggunakan


antibiotik amoksisilin secara mandiri dalam 6 bulan terakhir dan yang
menggunakan antibiotik siprofloksakin sebanyak 24 (8,6%) orang. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.5.
27

Tabel 4.5 Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Pemilihan Jenis


Antibiotik di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung
pada Bulan April 2016

Pemilihan jenis Antibiotik


Karakteristik Amoksisilin Siprofloksasin
n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 131 (46.8) 9 (37.5)
Wanita 149 (53.2) 15 (62.5)
Umur (Tahun)
17 – 35 107 (38.2) 10 (41.7)
36 – 55 129 (46.1) 11 (45.8)
56 – 65 28 (10.0) 2 (8.3)
> 65 16 (5.7) 1 (4.2)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 57 (20.4) 7 (29.2)
SMP/MTs/Sederajat 71 (25.4) 6 (25.0)
SMA/MA/Sederajat 129 (46.1) 11 (45.8)
Diploma 3 (1.1) 0 -
Sarjana 20 (7.1) 0 -
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (1.8) 0 -
Karyawan Swasta 43 (15.4) 6 (25.0)
Pengusaha/Wiraswasta 23 (8.2) 3 (12.5)
Dosen/Guru 2 (0.7) 1 (4.2)
Mahasiswa/Pelajar 6 (2.1) 0 -
Pekerja lepas 74 (26.4) 7 (29.2)
Ibu rumah tangga/Tidak
127 (45.4) 7 (29.2)
bekerja
N 280 (100.0) 24 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Dari 280 responden, 64 (55,2%) orang wanita dan 52 (44,8%) orang pria
membeli Antibiotik kurang dari 3 kali, 48 (51,1%) orang pria dan 46 (48,9%)
orang wanita membeli antibiotik 3-5 kali dan 39 (55,7%) orang wanita dan 31
(44,3%) orang pria membeli antibiotik lebih dari 5 kali. Dari 280 responden yang
berusia 36-55 tahun sebanyak 52 (44,8%) orang membeli antibiotik kurang dari 3
kali, 45 (38,8%) orang berusia 17-35 tahun dan 11 (9,5%) orang berusia 56-65
28

tahun. Untuk frekuensi pembelian antibiotik berdasarkan tingkat pendidikan 280


responden, 51 (44,0%) orang lulusan SMA, 34 (29,3%) orang lulusan SMP dan 22
(19,0%) orang lulusan SD membeli antibiotik kurang dari 3 kali. Dari 280
responden dengan status pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja 54 (46,6%)
orang, 28 (24,1%) orang pekerja lepas dan 20 (17,2%) orang karyawan swasta
membeli antibiotik kurang dari 3 kali. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Berdasarkan


Frekuensi Pembelian Obat pada Masyarakat di Puskesmas Katapang
Kabupaten Bandung

Frekuensi pembelian Antibiotik


Karakteristik < 3 kali 3-5 kali > 5 kali
n (%) n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 52 (44.8) 48 (51.1) 31 (44.3)
Wanita 64 (55.2) 46 (48.9) 39 (55.7)
Umur (Tahun)
17 – 35 45 (38.8) 34 (36.2) 28 (40.0)
36 – 55 52 (44.8) 45 (47.9) 32 (45.7)
56 – 65 11 (9.5) 9 (9.6) 8 (11.4)
> 65 8 (6.9) 6 (6.4) 2 (2.9)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 22 (19.0) 18 (19.1) 17 (24.3)
SMP/MTs/Sederajat 34 (29.3) 23 (24.5) 14 (20.0)
SMA/MA/Sederajat 51 (44.0) 45 (47.9) 33 (47.1)
Diploma 2 (1.7) 0 - 1 (1.4)
Sarjana 7 (6.0) 8 (8.5) 5 (7.1)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 1 (0.9) 2 (2.1) 2 (2.9)
Karyawan Swasta 20 (17.2) 14 (14.9) 9 (12.9)
Pengusaha/Wiraswasta 8 (6.9) 9 (9.6) 6 (8.6)
Dosen/Guru 4 (3.4) 1 (1.1) 1 (1.4)
Mahasiswa/Pelajar 1 (0.9) 0 - 1 (1.4)
Pekerja lepas 28 (24.1) 25 (26.6) 21 (30.0)
Ibu rumah tangga/Tidak
54 (46.6) 43 (45.7) 30 (42.9)
bekerja
N 116 (100.0) 94 (100.0) 70 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)
29

Dari 280 responden, sebanyak 91 (56,2%) orang wanita dan 71 (43,8%)


orang pria menggunakan antibiotik untuk sakit dan nyeri, 59 (53,6%) orang pria
dan 51 (46,6%) orang wanita menggunakan antibiotik untuk demam, 28 (70,0%)
orang wanita dan 12 (30,0%) orang pria menggunakan antibiotik untuk sakit
tenggorokan, 67 (53,17%) orang pria dan 59 (46,83%) orang wanita menggunakan
antibiotik untuk batuk dan 24 (51,06%) orang pria dan 23 (48,94%) orang wanita
menggunakan antibiotik untuk pilek. Sedangkan responden yang ada pada rentang
usia 36-55 tahun, berturut-turut sebanyak 74 (45,7%) orang, 50 (45,5%) orang, 16
(40,0%) orang, 63 (50,0%) dan 22 (46,81%) orang menggunakan antibiotik untuk
sakit dan nyeri, demam, sakit tenggorokan, batuk dan pilek. Untuk responden
dengan tingkat pendidikan SMA, sebanyak 74 (45,7%) orang menggunakan
antibiotik untuk sakit dan nyeri, 54 (42,86%) orang menggunakan antibiotik untuk
batuk dan 49 (44,5%) orang untuk demam. Pada responden dengan status
pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja sebanyak 72 (44,4%) orang
menggunakan antibiotik untuk sakit dan nyeri. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7.
Dari 280 responden, sebanyak 143 (54,17%) orang wanita dan 121
(45,83%) orang pria menggunakan antibiotik dengan pertimbangan berdasarkan
indikasi, 101 (54,6%) orang wanita dan 84 (45,5%) orang pria menggunakan
antibiotik dengan pertimbangan berdasarkan jenis antibiotik dan 98 (53,0%) orang
wanita dan 87 (47,0%) orang pria menggunakan antibiotik dengan pertimbangan
berdasarkan merk antibiotik. Sedangkan responden yang ada pada rentang usia
36-55 tahun, sebanyak 125 (47,35%) orang, 121 (45,83%) orang berstatus
pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja menggunakan antibiotik dengan
pertimbangan berdasarkan indikasi. Sedangkan lulusan SMA sebanyak 74
(40,0%) orang menggunakan antibiotik dengan pertimbangan berdasarkan jenis
antibiotik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.7 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Berdasarkan Indikasi Penggunaannya
Indikasi Antibiotik
Karakteristik Sakit dan Nyeri Demam Sakit Tenggorokan Batuk Pilek
N (%) N (%) n (%) n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 71 (43.8) 59 (53.6) 12 (30.0) 67 (53.17) 24 (51.06)
Wanita 91 (56.2) 51 (46.4) 28 (70.0) 59 (46.83) 23 (48.94)
Umur (Tahun)
17 - 35 60 (37.0) 41 (37.3) 15 (37.5) 52 (41.27) 19 (40.43)
36 - 55 74 (45.7) 50 (45.5) 16 (40.0) 63 (50.00) 22 (46.81)
56 - 65 17 (10.5) 13 (11.8) 6 (15.0) 6 (4.76) 2 (4.26)
> 65 11 (6.8) 6 (5.5) 3 (7.5) 5 (3.97) 4 (8.51)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 33 (20.4) 25 (22.7) 14 (35.0) 25 (19.84) 10 (21.28)
SMP/MTs/Sederajat 42 (25.9) 29 (26.4) 8 (20.0) 35 (27.78) 13 (27.66)
SMA/MA/Sederajat 74 (45.7) 49 (44.5) 16 (40.0) 54 (42.86) 21 (44.68)
Diploma 1 (0.6) 0 - 1 (2.5) 2 (1.59) 0 -
Sarjana 12 (7.4) 7 (6.4) 1 (2.5) 10 (7.94) 3 (6.38)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (3.1) 1 (0.9) 0 - 2 (1.59) 1 (2.13)
Karyawan Swasta 22 (13.6) 19 (17.3) 8 (20.0) 27 (21.43) 11 (23.40)
Pengusaha/Wiraswasta 15 (9.3) 10 (9.1) 4 (10.0) 8 (6.35) 3 (6.38)
Dosen/Guru 1 (0.6) 1 (0.9) 1 (2.5) 1 (0.79) 1 (2.13)
Mahasiswa/Pelajar 2 (1.2) 2 (1.8) 0 - 4 (3.17) 0 -
Pekerja lepas 45 (27.8) 31 (28.2) 10 (25.0) 32 (25.40) 11 (23.40)
Ibu rumah tangga/Tidak
72 (44.4) 46 (41.8) 17 (42.5) 52 (41.27) 20 (42.55)
bekerja
N 162 (100.0) 110 (100.0) 40 (100.0) 126 (100.00) 47 (100.00)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

29

30
Tabel 4.8 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Berdasarkan Pertimbangan Pemilihan Antibiotik
Pertimbangan pemilihan Antibiotik
Karakteristik Jenis Antibiotik Merk Antibiotik Harga Antibiotik Indikasi Pengalaman Pribadi
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 84 (45.4) 87 (47.0) 78 (46.2) 121 (45.83) 117 (46.99)
Wanita 101 (54.6) 98 (53.0) 91 (53.8) 143 (54.17) 132 (53.01)
Umur (Tahun)
17 - 35 66 (35.7) 64 (34.6) 60 (35.5) 97 (36.74) 96 (38.55)
36 - 55 89 (48.1) 90 (48.6) 81 (47.9) 125 (47.35) 115 (46.18)
56 - 65 15 (8.1) 16 (8.6) 13 (7.7) 26 (9.85) 23 (9.24)
> 65 15 (8.1) 15 (8.1) 15 (8.9) 16 (6.06) 15 (6.02)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 33 (17.8) 25 (13.5) 14 (8.3) 25 (9.47) 10 (4.02)
SMP/MTs/Sederajat 42 (22.7) 29 (15.7) 8 (4.7) 35 (13.26) 13 (5.22)
SMA/MA/Sederajat 74 (40.0) 49 (26.5) 16 (9.5) 54 (20.45) 21 (8.43)
Diploma 1 (0.5) 0 - 1 (0.6) 2 (0.76) 0 -
Sarjana 12 (6.5) 7 (3.8) 1 (0.6) 10 (3.79) 3 (1.20)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 2 (1.1) 2 (1.1) 2 (1.2) 5 (1.89) 5 (2.01)
Karyawan Swasta 27 (14.6) 26 (14.1) 26 (15.4) 37 (14.02) 38 (15.26)
Pengusaha/Wiraswasta 14 (7.6) 16 (8.6) 13 (7.7) 22 (8.33) 22 (8.84)
Dosen/Guru 2 (1.1) 2 (1.1) 2 (1.2) 2 (0.76) 2 (0.80)
Mahasiswa/Pelajar 2 (1.1) 3 (1.6) 2 (1.2) 5 (1.89) 4 (1.61)
Pekerja lepas 50 (27.0) 53 (28.6) 46 (27.2) 72 (27.27) 66 (26.51)
Ibu rumah tangga/Tidak
88 (47.6) 83 (44.9) 78 (46.2) 121 (45.83) 112 (44.98)
bekerja
n 185 (100.0) 185 (100.0) 169 (100.0) 264 (100.00) 249 (100.00)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)
30

31
32

Dari 280 responden 134 (52,3%) orang wanita dan 122 (47,7%) orang pria
mendapatkan informasi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter berdasarkan
pengalaman sebelumnya dan sebanyak 110 (52,6%) orang wanita dan 99 (47,4%)
orang pria menggunaan antibiotik tanpa resep dokter berdasarkan perkiraan
sendiri. Sedangkan responden yang ada pada rentang usia 36-55 tahun, sebanyak
118 (46,1%) orang mendapatkan informasi penggunaan antibiotik tanpa resep
dokter berdasarkan pengalaman sebelumnya dan sebanyak 101 (48,3%) orang
menggunaan antibiotik tanpa resep dokter berdasarkan perkiraan sendiri. Dari 280
responden, 115 (44,9%) orang dengan status pekerjaan ibu rumah tangga/tidak
bekerja mendapatkan informasi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter
berdasarkan pengalaman sebelumnya dan 94 (45,0%) orang menggunaan
antibiotik tanpa resep dokter berdasarkan perkiraan sendiri. Sedangkan lulusan
SMA sebanyak 118 (46,1%) orang mendapatkan informasi penggunaan antibiotik
tanpa resep dokter berdasarkan pengalaman sebelumnya. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Berdasarkan


Sumber Informasi

Sumber informasi penggunaan Antibiotik


Karakteristik Pengalaman
Perkiraan Sendiri
Sebelumnya
n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 99 (47.4) 122 (47.7)
Wanita 110 (52.6) 134 (52.3)
Umur (Tahun)
17 – 35 77 (36.8) 99 (38.7)
36 – 55 101 (48.3) 118 (46.1)
56 – 65 17 (8.1) 23 (9.0)
> 65 14 (6.7) 16 (6.3)
33

Tabel 4.9 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Berdasarkan


Sumber Informasi (Lanjutan)

Sumber informasi penggunaan Antibiotik


Karakteristik Pengalaman
Perkiraan Sendiri
Sebelumnya
n (%) n (%)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 42 (20.1) 52 (20.3)
SMP/MTs/Sederajat 52 (24.9) 65 (25.4)
SMA/MA/Sederajat 100 (47.8) 118 (46.1)
Diploma 1 (0.5) 1 (0.4)
Sarjana 14 (6.7) 20 (7.8)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 3 (1.4) 5 (2.0)
Karyawan Swasta 30 (14.4) 40 (15.6)
Pengusaha/Wiraswasta 19 (9.1) 22 (8.6)
Dosen/Guru 2 (1.0) 2 (0.8)
Mahasiswa/Pelajar 3 (1.4) 4 (1.6)
Pekerja lepas 58 (27.8) 68 (26.6)
Ibu rumah tangga/Tidak
94 (45.0) 115 (44.9)
bekerja
N 209 (100.0) 256 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Dari 280 responden yang menggunakan antibiotik tanpa resep dokter,


terdiri dari 149 (53,2%) orang wanita dan 131 (46,8%) orang pria. Berdasarkan
usia, dari 280 responden, terdiri dari 129 (46,1%) orang 36-55 tahun, 107
(38,2%) orang berusia 17-35 tahun, dan 28 (10,0%) orang berusia 56-65 tahun.
Tingkat pendidikan responden, terdiri dari 129 (46,1%) orang lulusan SMA, 71
(25,4%) orang lulusan SMP, dan 57 (20,4%) orang lulusan SD. Berdasarkan
pekerjaannya, dari 280 responden terdiri dari 127 (45,4%) orang ibu rumah
tangga/tidak bekerja, 74 (26,4%) orang pekerja lepas, dan 43 (15,4%) orang
karyawan swasta mendapatkan antibiotik dari Apotek. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.10.
34

Tabel 4.10 Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sarana Penyedia Obat


Apotek
Karakteristik
n (%)
Jenis Kelamin
Pria 131 (46.8)
Wanita 149 (53.2)
Umur (Tahun)
17 – 35 107 (38.2)
36 – 55 129 (46.1)
56 – 65 28 (10.0)
> 65 16 (5.7)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 57 (20.4)
SMP/MTs/Sederajat 71 (25.4)
SMA/MA/Sederajat 129 (46.1)
Diploma 3 (1.1)
Sarjana 20 (7.1)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (1.8)
Karyawan Swasta 43 (15.4)
Pengusaha/Wiraswasta 23 (8.2)
Dosen/Guru 2 (0.7)
Mahasiswa/Pelajar 6 (2.1)
Pekerja lepas 74 (26.4)
Ibu rumah tangga/Tidak
127 (45.4)
bekerja
n 280 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Dari 280 responden, 93 (51,4%) orang wanita dan 88 (48,6%) orang pria
menghentikan penggunaan antibiotik setelah 3-6 hari (dihabiskan), 41 (61,2%)
orang wanita dan 26 (38,8%) orang pria menghentikan penggunaan antibiotik
tepat setelah gejala sakit hilang dan 24 (52,2%) orang wanita dan 22 (47,8%)
orang pria menghentikan penggunaan antibiotik dalam kurun waktu kurang dari 3
hari. Dari 280 responden yang berusia 36-55 tahun sebanyak 85 (47,0%) orang
menghentikan penggunaan antibiotik setelah 3-6 hari (dihabiskan). Berdasarkan
tingkat pendidikan 280 responden, 84 (46,4%) orang lulusan SMA, 48 (26,5%)
orang lulusan SMP dan 39 (21,5%) orang lulusan SD menghentikan penggunaan
35

antibiotik setelah 3-6 hari (dihabiskan). Dari 280 responden dengan status
pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja 81 (44,8%) orang menghentikan
penggunaan antibiotik setelah 3-6 hari (dihabiskan), 32 (47,8%) orang
menghentikan penggunaan antibiotik tepat setelah gejala sakit hilang dan 20
(43,5%) orang menghentikan penggunaan antibiotik dalam kurun waktu kurang
dari 3 hari. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Berdasarkan


Waktu Penghentian Obat

Penghentian penggunaan Antibiotik

Karakteristik Tepat setelah gejala sakit


< 3 hari 3-6 hari (dihabiskan)
hilang
N (%) n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 22 (47.8) 88 (48.6) 26 (38.8)
Wanita 24 (52.2) 93 (51.4) 41 (61.2)
Umur (Tahun) - - -
17 – 35 17 (37.0) 68 (37.6) 24 (35.8)
36 – 55 20 (43.5) 85 (47.0) 30 (44.8)
56 – 65 6 (13.0) 20 (11.0) 6 (9.0)
> 65 3 (6.5) 8 (4.4) 7 (10.4)
Pendidikan Terakhir - - -
SD/MI/Sederajat 8 (17.4) 39 (21.5) 13 (19.4)
SMP/MTs/Sederajat 11 (23.9) 48 (26.5) 17 (25.4)
SMA/MA/Sederajat 21 (45.7) 84 (46.4) 30 (44.8)
Diploma 0 - 2 (1.1) 1 (1.5)
Sarjana 6 (13.0) 8 (4.4) 6 (9.0)
Pekerjaan - - -
PNS/Polisi/TNI/BUMN 1 (2.2) 3 (1.7) 1 (1.5)
Karyawan Swasta 7 (15.2) 25 (13.8) 11 (16.4)
Pengusaha/Wiraswasta 6 (13.0) 14 (7.7) 5 (7.5)
Dosen/Guru 0 - 1 (0.6) 1 (1.5)
Mahasiswa/Pelajar 2 (4.3) 4 (2.2) 1 (1.5)
Pekerja lepas 10 (21.7) 53 (29.3) 16 (23.9)
Ibu rumah tangga/Tidak
20 (43.5) 81 (44.8) 32 (47.8)
bekerja
n 46 (100.0) 181 (100.0) 67 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)
36

Dari 149 responden wanita 135 (90,6%) orang menggunakan antibiotik


tanpa resep dokter karena persepsi lebih hemat waktu dan dari 131 responden pria
121 (92,4%) orang memiliki persepsi yang sama. Sedangkan untuk kelompok
umur, dari 129 responden 121 (93,8%) orang menggunakan antibiotik tanpa resep
dokter karena persepsi lebih praktis dan dari 129 responden lulusan SMA 117
(90,7%) orang memiliki persepsi yang sama. Dan dari 127 responden dengan
status pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja 114 (89,8%) orang menggunakan
antibiotik tanpa resep dokter karena persepsi lebih hemat waktu. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.12.
Dari 280 responden, sebanyak 264 responden memiliki persepsi bahwa
menggunakan antibiotik akan memberikan kesembuhan dan 16 responden
memiliki persepsi bahwa menggunakan antibiotik berefek biasa saja. Sebanyak
142 (53,8%) orang wanita memiliki anggapan menggunakan antibiotik selalu
menyembuhkan dan 122 (45,6%) orang pria memiliki anggapan yang sama. Dari
264 responden, 120 (45,5%) orang yang berusia 36-55 tahun beranggapan
menggunakan antibiotik selalu menyembuhkan dan 129 (48,9%) orang lulusan
SMA memiliki anggapan yang sama. Dan 121 (45,8%) orang dengan status
pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja juga memiliki anggapan menggunakan
antibiotik selalu memberikan kesembuhan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.12 Gambaran Persepsi Responden Terhadap Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung
Persepsi penggunaan Antibiotik
Karakteristik Hemat Waktu Hemat Uang Lebih Praktis Pengalaman sebelumnya Jumlah (%)
Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%)
Jenis Kelamin
Pria 121 (92.4) 10 (7.6) 89 (67.9) 42 (32.1) 121 (92.4) 10 (7.6) 101 (77.1) 30 (22.9) 131 (100.0)
Wanita 135 (90.6) 14 (9.4) 96 (64.4) 53 (35.6) 135 (90.6) 14 (9.4) 123 (82.6) 26 (17.4) 149 (100.0)
Umur (Tahun)
17 - 35 98 (91.6) 9 (8.4) 70 (65.4) 37 (34.6) 97 (90.7) 10 (9.3) 84 (78.5) 23 (21.5) 107 (100.0)
36 - 55 120 (93.0) 9 (7.0) 86 (66.7) 43 (33.3) 121 (93.8) 8 (6.2) 103 (79.8) 26 (20.2) 129 (100.0)
56 - 65 22 (78.6) 6 (21.4) 15 (53.6) 13 (46.4) 22 (78.6) 6 (21.4) 22 (78.6) 6 (21.4) 28 (100.0)
> 65 16 (100.0) 0 - 14 (87.5) 2 (12.5) 16 (100.0) 0 - 15 (93.8) 1 (6.3) 16 (100.0)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 53 (93.0) 4 (7.0) 40 (70.2) 17 (29.8) 52 (91.2) 5 (8.8) 47 (82.5) 10 (17.5) 57 (100.0)
SMP/MTs/Sederajat 65 (91.5) 6 (8.5) 44 (62.0) 27 (38.0) 66 (93.0) 5 (7.0) 53 (74.6) 18 (25.4) 71 (100.0)
SMA/MA/Sederajat 116 (89.9) 13 (10.1) 89 (69.0) 40 (31.0) 117 (90.7) 12 (9.3) 105 (81.4) 24 (18.6) 129 (100.0)
Diploma 2 (66.7) 1 (33.3) 0 - 3 (100.0) 1 (33.3) 2 (66.7) 2 (66.7) 1 (33.3) 3 (100.0)
Sarjana 20 (100.0) 0 - 12 (60.0) 8 (40.0) 20 (100.0) 0 - 17 (85.0) 3 (15.0) 20 (100.0)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (100.0) 0 - 2 (40.0) 3 (60.0) 5 (100.0) 0 - 5 (100.0) 0 - 5 (100.0)
Karyawan Swasta 40 (93.0) 3 (7.0) 28 (65.1) 15 (34.9) 38 (88.4) 5 (11.6) 31 (72.1) 12 (27.9) 43 (100.0)
Pengusaha/Wiraswasta 21 (91.3) 2 (8.7) 18 (78.3) 5 (21.7) 22 (95.7) 1 (4.3) 18 (78.3) 5 (21.7) 23 (100.0)
Dosen/Guru 2 (100.0) 0 - 2 (100.0) 0 - 2 (100.0) 0 - 2 (100.0) 0 - 2 (100.0)
Mahasiswa/Pelajar 5 (83.3) 1 (16.7) 4 (66.7) 2 (33.3) 5 (83.3) 1 (16.7) 3 (50.0) 3 (50.0) 6 (100.0)
Pekerja lepas 69 (93.2) 5 (6.8) 51 (68.9) 23 (31.1) 69 (93.2) 5 (6.8) 60 (81.1) 14 (18.9) 74 (100.0)
Ibu rumah tangga/Tidak
114 (89.8) 13 (10.2) 80 (63.0) 47 (37.0) 115 (90.6) 12 (9.4) 105 (82.7) 22 (17.3) 127 (100.0)
bekerja
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

37
38
38

Tabel 4.13 Gambaran Persepsi Responden Terhadap Hasil Pengobatan pada


Pengguna Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Puskesmas Katapang
Kabupaten Bandung

Persepsi penggunaan Antibiotik


Karakteristik Sembuh Biasa saja
n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 122 (46.2) 9 (56.3)
Wanita 142 (53.8) 7 (43.8)
Umur (Tahun)
17 – 35 102 (38.6) 5 (31.3)
36 – 55 120 (45.5) 9 (56.3)
56 – 65 26 (9.8) 2 (12.5)
> 65 16 (6.1) 0 -
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 57 (21.6) 7 (43.8)
SMP/MTs/Sederajat 71 (26.9) 6 (37.5)
SMA/MA/Sederajat 129 (48.9) 11 (68.8)
Diploma 3 (1.1) 0 -
Sarjana 20 (7.6) 0 -
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (1.9) 0 -
Karyawan Swasta 41 (15.5) 2 (12.5)
Pengusaha/Wiraswasta 21 (8.0) 2 (12.5)
Dosen/Guru 2 (0.8) 0 -
Mahasiswa/Pelajar 5 (1.9) 1 (6.3)
Pekerja lepas 69 (26.1) 5 (31.3)
Ibu rumah tangga/Tidak
121 (45.8) 6 (37.5)
bekerja
N 264 (100.0) 16 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Dari 280 responden 84 (54,5%) orang wanita dan 70 (45,5%) orang pria
memiliki anggapan bahwa penggunaan antibiotik tanpa resep dokter merupakan
praktik yang dapat diterima. Sedangkan 37 (52,1%) orang pria dan 34 (47,09%)
orang wanita memiliki anggapan bahwa penggunaan antibiotik tanpa resep dokter
merupakan praktik yang dilarang dan 31 (56,4%) orang wanita dan 24 (43,6%)
orang pria menjawab tidak tahu. Dari 280 responden, 72 (46,8%) orang yang
berusia 36-55 tahun, 51 (33,1%) orang lulusan SMA dan 70 (45,5%) orang
dengan status pekerjaan ibu rumah tangga/tidak bekerja memiliki anggapan
39

bahwa penggunaan antibiotik tanpa resep dokter merupakan praktik yang dapat
diterima. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Praktik Penggunaan


Antibiotik Tanpa Resep Dokter dari Sudut Pandang Kesehatan
Dapat diterima Dilarang Tidak tahu
Karakteristik
N (%) n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 70 (45.5) 37 (52.1) 24 (43.6)
Wanita 84 (54.5) 34 (47.9) 31 (56.4)
Umur (Tahun)
17 - 35 55 (35.7) 30 (42.3) 22 (40.0)
36 - 55 72 (46.8) 33 (46.5) 24 (43.6)
56 - 65 14 (9.1) 1 (1.4) 2 (3.6)
> 65 13 (8.4) 1 (1.4) 2 (3.6)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 22 (14.3) 18 (25.4) 17 (30.9)
SMP/MTs/Sederajat 34 (22.1) 23 (32.4) 14 (25.5)
SMA/MA/Sederajat 51 (33.1) 45 (63.4) 33 (60.0)
Diploma 2 (1.3) 0 - 1 (1.8)
Sarjana 7 (4.5) 8 (11.3) 5 (9.1)
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 2 (1.3) 1 (1.4) 2 (3.6)
Karyawan Swasta 23 (14.9) 16 (22.5) 4 (7.3)
Pengusaha/Wiraswasta 16 (10.4) 3 (4.2) 4 (7.3)
Dosen/Guru 2 (1.3) 0 - 0 -
Mahasiswa/Pelajar 1 (0.6) 3 (4.2) 2 (3.6)
Pekerja lepas 40 (26.0) 19 (26.8) 15 (27.3)
Ibu rumah tangga/Tidak
70 (45.5) 29 (40.8) 28 (50.9)
bekerja
n 154 (100.0) 71 (100.0) 55 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)

Dari 280 responden 122 (52,0%) orang wanita dan 112 (48,0%) orang pria
mengharapkan adanya penyuluhan mengenai penggunaan antibiotik di fasilitas
kesehatan dan sebanyak 13 (54,2%) orang pria dan 11 (45,8%) orang wanita
mengharapkan adanya pembagian brosur/leaflet mengenai penggunaan antibiotik.
Dari 280 responden, 70 (47,0%) orang yang berusia 36-55 tahun, 106 (45%)
40

orang lulusan SMA dan 107 (46,0%) orang dengan status pekerjaan ibu rumah
tangga/tidak bekerja mengharapkan adanya penyuluhan mengenai penggunaan
antibiotik di fasilitas kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Gambaran Program yang Diharapkan Masyarakat Terkait dengan


Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Puskesmas Katapang
Kabupaten Bandung

Program yang diharapkan masyarakat


Karakteristik
Penyuluhan di Fasilitas Kesehatan Pembagian Brosur/Leaflet
n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Pria 112 (48) 13 (54.2)
Wanita 122 (52) 11 (45.8)
Umur (Tahun)
17 - 35 89 (38) 10 (41.7)
36 - 55 110 (47) 12 (50.0)
56 - 65 21 (9) 1 (4.2)
> 65 14 (6) 1 (4.2)
Pendidikan Terakhir
SD/MI/Sederajat 49 (21) 6 (25.0)
SMP/MTs/Sederajat 61 (26) 6 (25.0)
SMA/MA/Sederajat 106 (45) 11 (45.8)
Diploma 1 (0) 1 (4.2)
Sarjana 17 (7) 0 -
Pekerjaan
PNS/Polisi/TNI/BUMN 5 (2) 0 -
Karyawan Swasta 35 (15) 5 (20.8)
Pengusaha/Wiraswasta 19 (8) 0 -
Dosen/Guru 2 (1) 0 -
Mahasiswa/Pelajar 3 (1) 1 (4.2)
Pekerja lepas 63 (27) 6 (25.0)
Ibu rumah tangga/Tidak
107 (46) 12 (50.0)
bekerja
n 234 (100) 24 (100.0)
(Sumber: Data primer Tahun 2016)
41

4.2 Pembahasan
Penelitian mengenai profil penggunaan antibiotik tanpa resep dokter ini
dilakukan terhadap masyarakat yang berberkunjung ke Puskesmas Katapang
Kabupaten Bandung pada Bulan April 2016. Puskesmas Katapang merupakan
salah satu dari beberapa puskesmas terbesar yang ada di Kabupaten Bandung.
Puskesmas Katapang memiliki jumlah pengunjung ± 4000 orang setiap bulannya.
Hal ini menjadi dasar yang diyakini peneliti bahwa Puskesmas Katapang
Kabupaten Bandung merupakan lokasi yang memenuhi kriteria penelitian ini.
Jumlah sampel yang diamati dalam penelitian ini sudah memenuhi jumlah
sampel yang dipersyaratkan yaitu 280 orang. Sampel penelitian diambil dengan
teknik kuota sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
menetapkan sejumlah anggota secara quotum atau jatah. Anggota populasi mana
pun yang akan diambil tidak menjadi soal, karena yang menjadi fokus adalah
jumlah quotum yang ditetapkan dapat terpenuhi. Teknik kuota sampling sesuai
untuk diterapkan pada penelitian ini karena memberikan jumlah sampel yang
representatif terhadap hasil penelitian yang bersifat deskriptif (Notoatmodjo,
2012).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Tujuan
digunakannya kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah untukmemperoleh
suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo,
2012). Kuesioner yang digunakan adalah lembar isian yang memuat pertanyaan
mengenai pola penggunaan antibiotik tanpa resep dokter yang kemudian dikaitkan
dengan karakteristik sosiodemografi. Dilakukan uji validitas dan reliabilitas
terhadap kuesioner yang diujikan terhadap 20 responden. Dari 15 pertanyaan
didapatkan 12 pertanyaan yang valid dan reliabel. Dimana nilairhitung dari uji
validitas terhadap 12 pertanyaan lebih besar dari rtabel yaitu 0,444. Dan untuk uji
reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbanch sebesar 0,963 yang berarti 12
pertanyaan yang diujikan reliabel katrena nilai koefisien reliabilitas lebih besar
dari 0,719.
Dalam penelitian ini diperoleh 280 responden yang terdiri dari 149
(53,2%) orang adalah wanita dan 131 (46,8%) orang adalah pria. Hal ini
42

dikarenakan populasi wanita lebih banyak dibandingkan pria. Sebuah penelitian


menyatakan bahwa perbedaan biologis antara pria dan wanita mengenai sistem
kekebalan tubuh mempengaruhi kerentanan terkenanya penyakit menular
(Wizemann dan Pardue, 2001). Adapun wanita memang lebih peduli terhadap
kesehatannya, bahwa perempuan lebih banyak melakukan pengobatan secara
mandiri (Syeima, 2013).
Berdasarkan pengelompokan umur, dipilih responden yang berusia 17
tahun keatas. Dikarenakan pada umur 17 tahun ke atas termasuk kedalam
kelompok usia dewasa (Kemenkes, 2014). Dimana pada usia tersebut, manusia
dapat dipercaya secara psikis. Sebanyak129 (46,1%) orang berusia 36-55 tahun,
107 (38,2%) orang berusia 17-35 tahun dan sebanyak 28 (10,0%) orang berusia
56-65 tahun. Rentang usia36-55 tahun merupakan usia dimana kebanyakan orang
mulai merasakan penurunan kesehatan sehingga menyebabkan peningkatan
penggunaan obat secara mandiri (Syeima 2013).
Berdasarkan tingkat pendidikan responden, jumlah responden dengan
lulusan SMA sebanyak 129 (46,1%), lulusan SMP sebanyak 71 (25,4%) orang,
dan lulusan SD sebanyak 57 (20,4%) orang. Masyarakat yang memiliki
pendidikan minimal SMA lebih aktif dan berani untuk mengambil resiko
didasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki, sedangkan semakin tinggi
pendidikan maka pengetahuan mengenai hal yang lebih benar dan alamiah
mempengaruhi cara berpikir dalam mengambil suatu keputusan. Orang yang telah
mengalami program pendidikan tinggi, biasanya meneladani salah satu disiplin
ilmu (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan status pekerjaan, 127 (45,4%) orang ibu rumah tangga/tidak
bekerja, 74 (26,4%) orang pekerja lepas, dan 43 (15,4%) orang karyawan swasta
pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan antibiotik. Tingginya angka
pengangguran dan banyaknya kawasan industri di Kabupaten Bandung menjadi
faktor pendukung. Pada tahun 2009 tingkat pengangguran terbuka mencapai 12,51
%. Angka pengangguran ini pada umumnya didominasi oleh wanita, hal ini
disebabkan karena lapangan kerja yang ada belum sesuai dengan ketersediaan
kualitas tenaga kerja wanita di Kabupaten Bandung (RKPD, 2012).Sesuai dengan
43

profesinya, orang tidak terlepas dari masalah-masalah yang bersangkutan dengan


profesi masing-masing. Semakin seringnya terpapar pada masalah-masalah
tersebut, akan mendorong keinginan untuk segera mendapatkan solusi
(Notoatmodjo, 2012).
Antibiotik yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah amoksisilin
(100%) dan sebesar 8,6% yaitu 24 orang menggunakan antibiotik siprofloksasin.
Terdiri dari 149 (53,2%) orang adalah wanita dan 131 (46,8%) orang adalah pria
yang pernah menggunakan amoksisilin. Sebanyak 15 (62,5%) orang adalah
wanita dan 9 (37,5%) orang adalah pria yang pernah menggunakan siprofloksasin.
Amoksisilin banyak diresepkan oleh dokter karena antibiotik amoksisilin
merupakan lini pertama untuk pengobatan penyakit infeksi dan termasuk kedalam
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Obat esensial adalah obat terpilih yang
paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis,
profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan
sesuai dengan fungsi dan tingkatnya. Siprofloksasin juga termasuk kedalam
DOEN akan tetapi antibiotik ini bukan merupakan antibiotik pilihan utamauntuk
infeksi (Kemenkes, 2013). Akan tetapi penggunaan amoksisilin dan siprofloksasin
pada pengobatan mandiri bukanlah hal yang tepat. Meskipun dua jenis antibiotik
ini merupakan obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
akan tetapi pada penggunaan yang tidak sesuai dapat timbul efek samping yang
tidak diinginkan seperti reaksi alergi yang merupakan bentuk efek samping yang
paling sering dijumpai pada pengguna amoksisilin (H. Yati, 2012). Dan yang
terpenting adalah dalam penggunaan kedua antibiotik ini yang tidak rasional dapat
mengakibatkan resistensi (Setiabudy, 2012).
Dari 280 responden, berdasarkan frekuensi penggunaan antibiotik
sebanyak 116 (41,4%) orang membeli tanpa resep dokter kurang dari 3 kali dalam
6 bulan terakhir, 94 (33,6%) orang membeli 3-5 kali dan 70 (25,0%) orang
membeli lebih dari 5 kali. Adanya pelaksanaan program berobat gratis untuk
penduduk yang berada di wilayah Kecamatan Katapang. Tentu saja hal ini
menjadi faktor pendorong rendahnya frekuensi pembelian antibiotik tanpa resep
dokter. Juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan hal-
44

hal yang tercantum dalam pedoman pelayanan kefarmasian untuk terapi


antibiotik, salah satunya adalah pengendalian frekuensi penggunaan antibiotik
yang secara bebas (Kemenkes, 2011)..
Antibiotik sering diindikasikan tidak tepat oleh masyarakat. Hal ini
terbukti dari 280 responden sebanyak 162 (57,9%) orangmenggunakan antibiotik
untuk mengobati sakit dan nyeri, 126 (45,0%) orang menggunakan antibiotik
untuk mengobati batuk, dan 47 (16,8%) orang menggunakan antibiotik untuk
mengobati pilek. Untuk amoksisilin indikasi yang tepat adalah digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran pernafasan, saluran kemih, kulit, jaringan lunak yang
disebabkan oleh bakteri gram negatif. Karena amoksisilin merupakan antibiotik
yang memiliki spektrum kerja yang luas, maka penggunaan amoksisilin untuk
berbagai nyeri yang tidak disebabkan oleh infeksi bakteri, akan menjadi
pengobatan yang tidak tepat dan kerap akan meningkatkan resiko resistensi
antibiotik (Tjay dan Kirana Rahardja, 2007).
Batuk merupakan refleks alami dari tubuh untuk mengeluarkan zat asing
yang ada dalam tubuh yang memungkinkan melalui oral. Penggunaan antibiotik
untuk gejala penyakit seperti batuk merupakan praktik yang kurang tepat. Apabila
gejala batuk yang timbul disebabkan oleh bakteri seperti kasus batuk pada pasien
tuberkulosis, maka dibutuhkan pengobatan menggunakan antibiotik (Setiabudy,
2012).
Berdasarkan pertimbangan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter,
sebanyak 264 (94,3%) orang memilih karena inidikasi. Dan sebanyak 249
(88,9%) orang memiliki alsan karena pengalaman penggunaan antibiotik
sebelumnya. adapun berdasarkan indikasinya, sebanyak 162 (57,9%) orang
menggunakan antibiotik. Hal ini dikarenakan perilaku manusia berfokus pada
masalah-masalah yang ditemui. Semakin seringnya terpapar pada masalah-
masalah tersebut, akan mendorong keinginan untuk segera mendapatkan solusi
utama merunut pada masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2012). Untuk alasan
lebih praktis, hemat waktu dan hemat uang hanyalah faktor ikutan untuk sebagian
individu dalam mencari solusi.
45

Adapun alasan dan pertimbangan dalam penggunaan serta pemilihan


antibiotik tanpa resep dokter yang banyak dipilih responden adalah dari
pengalaman sebelumnya. Hal demikian dikarenakan manusia cenderung
mengulangi perilaku di masa lalu. Prediksi perilaku masa depan dapat dilakukan
melalui pengalaman terhadap perilaku masa lalu. Keberhasilan dari perilaku masa
lalu memicu individu untuk mengulangi perilaku tersebut (Prihadi, 2014).
Peran fasilitas kesehatan yaitu apotek sebagai penyedia obat perlu menjadi
perhatian, karena semua responden yang diwawancarai dengan kuesioner
menjawab apotek adalah sarana yang mendukung pembelian antibotiktanpa resep
dokter. Seperti yang kita tahu bahwa antibiotik merupakan obat yang tidak boleh
digunakan untuk pengobatan mandiri, hal ini pun diperkuat berdasarkan peraturan
bahwa antibiotik, khususnya amoksisilin dan siprofloksasin tercantum dalam
Daftar Obat Wajib Apotek. Perilaku tenaga kefarmasian di apotek menjadi faktor
penyebab masyarakat berani bahkan menganggap pembelian antibiotik tanpa
resep dokter merupakan praktik yang bisa diterima dan selanjutnya menjadi
perilaku yang biasa. Tenaga kesehatan perlu diberikan edukasi dan informasi
berupa seminar/lokakarya tentang pengendalian resistensi antibiotik serta
pencegahan dan pengendalian infeksi. Kegiatan edukasi yang disertai dengan
sosialisasi tentang kebijakan dan prosedur restriksi antibiotik dapat meningkatkan
efektivitas edukasi. Akan menjadi perilaku yang tepat apabila seorang tenaga
teknis kefarmasian menolak melayani pembelian antibiotik tanpa resep dokter.
Dan kemudian memberikan edukasi terkait dengan penggunaan antibiotik pada
masyarakat sebagai upaya untuk membantu menurunkan risiko kerugian yang
diakibatkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat (Kemenkes, 2011).
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan
antibiotik adalah ketepatan dosis obat. Penggunaan antibiotik yang lama akan
menimbulkan masalah seperti efek samping yang merugikan bahkan
mengakibatkan kerusakan organ serta mengganggu flora usus normal yang ada
pada tubuh. Sama hal nya jika menggunakan antibiotik tidak tepat berdasarkan
syarat terapi. Amoksisilin dan siprofloksasin termasuk kedalam antibiotik yang
memiliki pola aktivitas serta strategi terapi yang tergantung pada kadar dan lama
46

paparan (penggunaan) (Kemenkes, 2011). Maka dari itu penghentian penggunaan


antibiotik akan mempengaruhi ketepatan dosis penggunaan agar tercapai efek
terapi, serta meminimalkan risiko resistensi antibiotik.
Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa penggunaan antibiotik
tanpa resep dokter merupakan praktik yang dapat diterima. Akan tetapi tidak
sedikit responden yang tahu bahwa penggunaan antibiotik tanpa resep dokter
merupakan praktik yang dilarang. Hanya saja para responden mengaku bahwa
hemat waktu, hemat biaya, dan lebih praktis selalu menjadi pembenaran.
Diakui oleh masyarakat sendiri mengenai perlunya himbauan mengenai
informasi yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik yang aman, tepat dan
memiliki khasiat terapi. Program yang dapat dilakukan bisa berupa
penyuluhan/pembagian brosur/leaflet tentang penggunaan antibiotik. Adapun
dalam melakukan pelayanan resep, seorang tenaga teknik kefarmasian diharapkan
mampu untuk memberikan edukasi/konseling saat melakukan pelayanan resep.
Seperti yang kita kenal dengan sebutan “Three Prime Questions”, yaitu
menanyakan keluhan apa saja yangpasien rasakan saat memutuskan untuk
berobat ke dokter, menanyakan apakah dokter sudah menjelaskan kegunaan obat
yang diresepkan, dan menanyakan apakah pasien mempunyai riwayat allergi
terhadap obat yang diresepkan (antibiotik). Hal ini akan membantu pemantauan
penggunaan/diagnosis terhadap penggunaan antibiotik di masyarakat (Kemenkes,
2007).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 280 responden di Puskesmas
Katapang Kabupaten Bandung, yang banyak menggunakan antibiotik tanpa resep
dokter terdiri dari 149 (53,2%) orang adalah wanita dan 131 (46,8%) orang adalah
pria., kelompok umur 36-55 tahun sebanyak 129 (46,1%) orang, 17-35 tahun
sebanyak 107 (38,2%) orang dan 56-65 tahun sebanyak 28 (10,0%) orang, tingkat
pendidikan lulusan SMA sebanyak 129 (46,1%), lulusan SMP sebanyak 71
(25,4%) orang, dan lulusan SD sebanyak 57 (20,4%) orang. dan memiliki status
pekerjaan sebagaiibu rumah tangga/tidak bekerja sebanyak 127 (45,4%) orang,
pekerja lepas sebanyak 74 (26,4%) orang, dan karyawan swasta sebanyak 43
(15,4%) orang. Jenis antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin dan
siprofloksasin. Alasan dari penggunaan antibiotik tanpa resep dokter adalah
berdasarkan pengalaman kesembuhan sebelumnya, hemat waktu serta lebih
praktis. Gejala yang paling banyak diobati dengan antibiotik adalah sakit dan
nyeri, batuk dan pilek. Lama penggunaan antibiotik yang dipilih adalah selama 3-
6 hari/hingga antibiotik habis, tepat setelah gejala sakit hilang dan < dari 3 hari.
Sarana untuk mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter yang dipilih adalah
apotek.

5.2 Saran
Perlu diadakan suatu program dalam meningkatkan ketepatan dalam
penggunaan antibiotik yang rasional pada masyarakat agar dapat mengurangi
resiko resistensi antibiotik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan penggunaan antibiotik dengan sosiodemografi.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, R. 2012. Antibiotic abuse in developing countries [Editorial].


Pharmaceut Reg Afairs. 1(2):e106.
Abdulah, R., M. I. Barliana, I. S. Pradipta, E. Halimah, A. Diantini and K. Lestari.
2014. Assessment of patient care indicators at community pharmacies in
Bandung city, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Helath.
45(5):1196-201.
Baltazar, F., Azevedo, M.M., Pinheiro, C., Yaphe, J., 2009, Portuguese students'
knowledge of antibiotics: a cross-sectional study of secondary school and
university students in Braga, 1-6 , BMC Public Health, Portugal. BMGF,
2002, Antibiotic strategies, (http://www.bmgf.gv.at) (diakses 28 Januari
2016)
Calva, J. dan R. Bojalil. 1996. Antibiotic use in a periurban community in
Mexico: a household and drugstore survey. Soc Sci Med. 42(8): 1121-
1128.
Champion, V. L. and C.S. Skinner. 2008. Models of Individual Behavior. In: K.
Glanz, B. K. Rimer and K. Viswanath (Editors). Health Behavior and
Health Education. 4th edition. John willey: USA. 41-67.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.
Fernandez, Beatrix Anna Maria. 2013, Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep
Di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat-NTT,Vol 2(2), Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
Hadi, U., D.O. Duerink, E. S. Lestari, N. J. Nagelkerke, S. Werter, M. Keuter, E.
Suwandojo, E. Rahardjo, B. Pvd, I. C. Gyssens. 2008. Survey of antibiotic
65 use of individuals visiting public healthcare facilities in Indonesia. Int J
Infect Dis. 12 :622-29.
Hadi, U., E.P Kolopaking, W. Gardjito, I.C. Gyssens and P.J. van den Broek.
2006. Antimicrobial resistance and antibiotic use in low-income and
developing countries. Folia Medica Indonesia. 43(3): 183-95.
Hadi, U., P. Van den Broek, E. P. Kolopaking, N. Zairina, W. Gardjito and I. C.
Gyssens. 2010. Cross-sectional study of availability and pharmaceutical
quality of antibiotics requested with or without prescription (over the
counter) in Surabaya, Indonesia. BMC Infectious Disease. 10:203

48
49

Insany, Annisa Noor. 2015.Perilaku Swamedikasi Antibiotik Masyarakat Kota


Bandung Tahun 2014: Studi Survey Di Fasilitas Kesehatan Sub Wilayah
Kota (Swk) Arcamanik Dan Cibeunying. Jatinangor: Fakultas Farmasi
Unpad.
Kartajaya, H., Taufik, J. Mussry, I. Setiawan, B. Asmara, N. T. Winasis, B.E.
Satria, I. I. Jie, L. Yulianti and A. Darmaja. 2011. Self-Medication, who
benefits and who is at loss?. Markplus Insight. 4-6.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Berita Negara Republik
Indonesia: Pedoman Penggunaan Antibiotik. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 874.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik IndonesiaNomor 312/Menkes/Sk/Ix/2013Tentang Daftar Obat
Esensial Nasional 2013
Kotwani, A and K. Holloway. 2011. Trends in antibiotic use among outpatients in
New Delhi, india. BMC Infectious Disease. 11(99): 1-9.

Kotwani, A., R. R. Chaudhury and K. Holloway. 2012. Antibiotic-prescribing


practiced primary care prescribers for acute diarrhea in New Delhi, India.
Value in Health 5: 116-119.
Lim, C.J., M. Kwong, R.L. Stuart, K.L. Buising, N.D. Friedman, N. Bennett, A.C.
Cheng, A.Y. Peleg, C. Marshall and D.CM. Kong. 2014. Antimicrobial
stewardship in residential aged care facilities: need and readiness
assessment. BMC Infectious Disease. 14: 410..
Notoatmodjo, S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan, 124-125, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Odili, V. U., A. I. Akpe, M. E. Arigbe-Osula and P. O Igbinaduwa. 2010. Pattern
of antibiotic prescription at the general practice clinic of the University of
Benin teaching hospital. ISSN:0975-8585. 1(4): 1-10
Okeke, Iruka N. 2003. Factors Contributing to the Emergence of Resistance
[Prosiding] [online]. Tersedia: http:
//www.nap.edu/openbook.php?record_id=10651&page=130. (Diakses 8
Februari 2016)
Oyetunde, O., Olugbake, O., Famudehin, K., F., 2010, Evaluation of use of
antibiotic without prescription among young adults, African Journal of
Pharmacy and Pharmacology Vol. 4(10), Nigeria.
Pradipta I.S. , E. Ronarsih, A. D.Kartikawati, H. Hartanto, R. Amelia, E. Febrina,
et al. 2015. Three years of antibacterial consumption in Indonesian
50

Community Health Centers: The application of anatomical therapeutic


chemical/defined daily doses and drug utilization 90% method to monitor
antibacterial use. J Family Community Med. 22(2):101-5.
Pradipta, I. S. 2012. Laporan Penelitian Hibah Fakultas Farmasi Unpad Tahun
2012: Pola Penggunaan Antibiotik di seluruh Puskesmas Kota Bandung
periode 2010-2012. Jatinangor: Fakultas Farmasi Unpad.
Pradipta, I. S. 2013a. Laporan Penelitian Hibah Fakultas Farmasi Unpad Tahun
2012: Studi Penggunaan obat melalui fasilitas kesehatan: Studi penilalian
pada puskesmas Kota Bandung. Jatinangor: Fakultas Farmasi Unpad.
Pradipta, I. S., A. T. Sandiana, E. Halimah, A. Diantini, K. Lestari and R.
Abdulah. 2013c. Microbial and resistance profile in isolate from adult
sepsis patients: An observational study at an Indonesian private hospital
during 2009-2012. Int J Pharm Sci Rev Res. 19(2):24-9.
Pradipta, I. S., D.C. Sodik, K. Lestari, I. Parwati, E. Halimah and A. Diantini.
2013b. Antibiotic Resistance in Sepsis Patients: Evaluation and
Recommendation of Antibiotic Use Based on Local Susceptibility Patterns
at an Indonesian Hospital. North Am J Med Sci. 5(6): 34-52.
Prihadi, Syaiful F. 2004. Assessment Centre: Identifikasi, Pengukuran, dan
Pengembangan Kompetensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sardjono TW. Neglected tropical diseases (NTDs), Why do we neglect them?
Joint National Congress of PETRI, PERPARI & PKWI, Bandung, 30
August – 2 September 2007
Sastramihardja, H.S. 2002. Buku Pedoman Kuliah Farmakologi Klinik,
Farmakologi III. Jilid I Edisi 2. Bandung : Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. 135.
Sawair F.A., Z.H. Baqain, A. A. Karaky and R. A. Eid. 2009. Assessment of self-
medication of antibiotics in a Jordanian population. Med Princ Pract.
18(1): 21-25.
Setiabudy, R. 2007. Antimikroba. Dalam: Setiabudy, R dan Nafrialdi (editor).
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 586-591.
Shehadeh, M., Suaifan, G., Darwis, R.M. , Wazaify, M., Zaru, L. & Alja’fari, S.,
2011, Knowledge, attitudes and behavior regarding antibiotics use and
misuse among adults in the community of Jordan.A pilot study,Vol
15(30), Saudi Pharmaceutical Journal, Saudi Arabia.
Siregar, Charles J. P. dan Endang Kumolosari. 2005. Farmasi Klinik: Teori dan
Penerapan. Jakarta: EGC
51

Spellberg, B., R. Guidos, D. Gilbert, J. Bradley, H. W. Bouncher, W. M. Scheld et


al. 2008. The epidemic of antibiotic-resistant infections: a call to action for
medical community from the infectious disease society of America. Clin
Infect Dis. 46(2): 155-64.
Supardi, S. dan M. Notosiswoyo. 2005. Pengobatan sendiri sakit kepala. Demam,
batuk dan pilek pada masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. ISSN: 1693-9883. 2(3):
134-144.
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2007.Obat-Obat Penting. Edisi ke-6.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tarigan, E. S. 2011. Profil penggunaan antibiotik di seluruh Apotek Kimia Farma
Bandung selama periode 2008-2010 [Skripsi]. Jatinangor: Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran.
The Infectious Diseases Society of America (IDSA). Antimicrobial Resistance
[online].Tersedia:http://www.idsociety.org/Topic_Antimicrobial_Resistanc
e/. (Diakses tanggal 8 Februari 2016)
The Infectious Diseases Society of America (IDSA). Diagnostics [online].
Tersedia: http://www.idsociety.org/Diagnostics/. (Diakses tanggal 8
Februari 2016)
World Health Organization (WHO). 2016. Infectious diseases [online]. Tersedia:
http://www.who.int/topics/infectious_diseases/en/. (Diakses tanggal 8
Februari 2016)
World Health Organization (WHO). 2014. WHO’s first global report on antibiotic
resistance reveals serious, worldwide threat to public health [online].
Tersedia: http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/amr-
report/en/. (Diakses 8 Februari 2016).
World Self-Medication Industry (WSMI). 2010. Responsible self-medication and
rationale use of medicine [online]. Tersedia:
http://www.wsmi.org/responsible-self-medication-and-rationale-use-of-
medicines-2/. (Diakses 8 Februari 2016).
LAMPIRAN

Lampiran 1Peta Lokasi Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung

52
53

Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan (PSP)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (PSP)


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,


mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin
timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah
dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari
keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini,
yang berjudul:
Profil Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Pada Masyarakat Yang
Berkunjung Ke Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung.
Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan
formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.
Saya setuju: Ya/Tidak*)

Tgl.: Tanda tangan (bila tidak bisa dapat


digunakan cap jempol)
Nama Peserta:
Usia:
Alamat:
Nama Peneliti:

Nama Saksi:

*) coret yang tidak perlu


54

Lampiran 3Kuesioner

KUESIONER

Petunjuk Pengisian

Untuk pertanyaan bertanda *), berilah tanda silang (X) pada jawaban Anda.

1. Nama Lengkap :
2. Alamat :

3. No. Telepon :

4. Usia* : A. 17 – 35 tahun
B. 36 – 55 tahun
C. 56 – 65 tahun
D. > 65 tahun
5. Jenis Kelamin* : A. Pria

B. Wanita
6. Pekerjaan* : A. Pelajar/mahasiswa E. PNS/Polisi/TNI/BUMN
B. Dosen/guru F. Ibu Rumah Tangga/Tidak bekerja
C. Pegawai Swasta G. Lainnya (sebutkan)____________
D. Pengusaha/wiraswasta

Apakah Anda A. Ya
bekerja sebagai B. Tidak
tenaga
kesehatan?*
7. Pendidikan : A. SD/MI/sederajat D. Diploma
Terakhir* B. SMP/MTs/lsederajat F. Sarjana
C. SMA/MA/sederajat
55

Kuesioner (Lanjutan)

KUESIONER

PETUNJUK UMUM
Sebelum mengisi kuesioner, Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk terlebih
dahulu membaca petunjuk pengisian hingga dimengerti. Jawablah setiap
pertanyaan dengan apa adanya sesuai dengan persepsi dan informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara/i dapatkan selama ini. Survey ini bukanlah sebuah tes
sehingga tidak ada jawaban yang salah. Bapak/Ibu/Saudara/i diwajibkan untuk
mengisi seluruh pertanyaan dalam kuesioner ini agar didapatkan hasil yang dapat
diolah dan dianalisa.
Petunjuk Pengisian
Untuk pertanyaan pilihan, berilah tanda silang (X) pada jawaban Anda.
Sedangkan untuk pertanyaan uraian, isilah dengan kalimat pernyataan sesuai
jawaban Anda
1) Apakah Anda pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter selama 6
bulan terakhir?
a. Ya
b. Tidak

2) Sebutkan nama antibiotik yang pernah Anda gunakan sendiri tanpa resep
dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Amoksisilin
b. Lainnya (sebutkan) __________________________

3) Berapa kali Anda pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter selama 6
bulan terakhir?
a. < 3 kali
b. 3-5 kali
c. > 5 kali
d. Tidak pernah

4) Apakah alasan utama Anda menggunakan antibiotik tanpa resep dokter?


(boleh pilih lebih dari satu)
a. Pengalaman kesembuhan pada penggunaan antibiotik sebelumnya
b. Hemat waktu
c. Hemat uang
d. Lebih praktis
e. Lainnya (sebutkan) _______________________
56

Kuesioner (Lanjutan)

5) Untuk keluhan/gejala apakah Anda menggunakan antibiotik tanpa resep


dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Pilek
b. Batuk
c. Demam
d. Sakit dan nyeri
e. Lainnya (sebutkan) ________________________

6) Darimanakah Anda mengetahui penggunaan antibiotik (dosis, cara pemakaian,


indikasi penggunaan, efek samping) yang tepat? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Dari pengalaman sebelumnya
b. Perkiraan sendiri
c. Lainnya (sebutkan) ________________________

7) Atas dasar pertimbangan apa Anda memilih antibiotik tanpa resep dokter
tersebut? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Jenis antibiotik
b. Merk antibiotik
c. Harga antibiotik
d. Penggunaan/indikasi
e. Pengalaman pribadi
f. Lainnya (sebutkan) _______________________

8) Dari mana Anda biasanya membeli/mendapatkan antibiotik untuk digunakan


tanpa resep dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Apotek
b. Lainnya (sebutkan) ________________________

9) Kapan biasanya Anda menghentikan penggunaan antibiotik yang digunakan


selama proses pengobatan tanpa resep dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
a. 3-6 hari
b. Tepat setelah gejala sakit hilang

10) Apakah setiap Anda sakit dapat sembuh dengan menggunakan antibiotik yang
Anda beli tanpa resep dokter ?
a. Ya
b. Tidak
57

Kuesioner (Lanjutan)

11) Menurut pendapat Anda, bagaimanakah perilaku penggunaan antibiotik tanpa


resep dokter dari sudut pandang kesehatan?
a. Praktik yang baik
b. Praktik yang bisa diterima
c. Praktik yang dilarang
d. Tidak tahu

12) Bentuk program seperti apakah yang Anda harapkan untuk meningkatkan
ketepatan penggunaan antibiotik? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Penyuluhan di fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, apotek, dll)
b. Pembagian brosur/leaflet di fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
apotek, dll)
c. Lainnya (sebutkan) _________________________
58

Lampiran 4 Surat Pernyataan Persetujuan yang Telah Diisi (PSP)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (PSP)

UNTUK IK UT SERTA DALAM


PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,


mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin
timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah
dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari
keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini,
yang berjudul:
Profil Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter Pada Masyarakat
Yang Berkunjung Ke Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung.
Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan
formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.
Saya setuju: Ya/Tidak*)

Tgl.: Tanda tangan (bila tidak bisa dapat


digunakan cap jempol)
Nama Peserta:
Usia:
Alamat:
Nama Peneliti:

Nama Saksi:
59

Lampiran 3 Kuesioner yang Telah Diisi

KUESIONER

Petunjuk Pengisian

Untuk pertanyaan bertanda *), berilah tanda silang (X) pada jawaban Anda.

1. Nama Lengkap :
2. Alamat :

3. No. Telepon :

4. Usia* : A. 17 – 35 tahun
B. 36 – 55 tahun
C. 56 – 65 tahun
D. > 65 tahun
5. Jenis Kelamin* : A. Pria

B. Wanita
6. Pekerjaan* : A. Pelajar/mahasiswa E. PNS/Polisi/TNI/BUMN
B. Dosen/guru F. Ibu Rumah Tangga/Tidak bekerja
C. Pegawai Swasta G. Lainnya (sebutkan)____________
D. Pengusaha/wiraswasta

Apakah Anda A. Ya
bekerja sebagai B. Tidak
tenaga
kesehatan?*
7. Pendidikan : A. SD/MI/sederajat D. Diploma
Terakhir* B. SMP/MTs/lsederajat F. Sarjana
C. SMA/MA/sederajat
60

Kuesioner yang Telah Diisi (Lanjutan)

KUESIONER

PETUNJUK UMUM
Sebelum mengisi kuesioner, Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk terlebih
dahulu membaca petunjuk pengisian hingga dimengerti. Jawablah setiap
pertanyaan dengan apa adanya sesuai dengan persepsi dan informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara/i dapatkan selama ini. Survey ini bukanlah sebuah tes
sehingga tidak ada jawaban yang salah. Bapak/Ibu/Saudara/i diwajibkan untuk
mengisi seluruh pertanyaan dalam kuesioner ini agar didapatkan hasil yang dapat
diolah dan dianalisa.
Petunjuk Pengisian
Untuk pertanyaan pilihan, berilah tanda silang (X) pada jawaban Anda.
Sedangkan untuk pertanyaan uraian, isilah dengan kalimat pernyataan sesuai
jawaban Anda
13) Apakah Anda pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter selama 6
bulan terakhir?
c. Ya
d. Tidak

14) Sebutkan nama antibiotik yang pernah Anda gunakan sendiri tanpa resep
dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
c. Amoksisilin
d. Lainnya (sebutkan) __________________________

15) Berapa kali Anda pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter selama 6
bulan terakhir?
e. < 3 kali
f. 3-5 kali
g. > 5 kali
h. Tidak pernah

16) Apakah alasan utama Anda menggunakan antibiotik tanpa resep dokter?
(boleh pilih lebih dari satu)
f. Pengalaman kesembuhan pada penggunaan antibiotik sebelumnya
g. Hemat waktu
h. Hemat uang
i. Lebih praktis
j. Lainnya (sebutkan) _______________________
61

Kuesioner yang Telah Diisi (Lanjutan)

17) Untuk keluhan/gejala apakah Anda menggunakan antibiotik tanpa resep


dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
f. Pilek
g. Batuk
h. Demam
i. Sakit dan nyeri
j. Lainnya (sebutkan) ________________________

18) Darimanakah Anda mengetahui penggunaan antibiotik (dosis, cara pemakaian,


indikasi penggunaan, efek samping) yang tepat? (boleh pilih lebih dari satu)
d. Dari pengalaman sebelumnya
e. Perkiraan sendiri
f. Lainnya (sebutkan) ________________________

19) Atas dasar pertimbangan apa Anda memilih antibiotik tanpa resep dokter
tersebut? (boleh pilih lebih dari satu)
g. Jenis antibiotik
h. Merk antibiotik
i. Harga antibiotik
j. Penggunaan/indikasi
k. Pengalaman pribadi
l. Lainnya (sebutkan) _______________________

20) Dari mana Anda biasanya membeli/mendapatkan antibiotik untuk digunakan


tanpa resep dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
c. Apotek
d. Lainnya (sebutkan) ________________________

21) Kapan biasanya Anda menghentikan penggunaan antibiotik yang digunakan


selama proses pengobatan tanpa resep dokter? (boleh pilih lebih dari satu)
c. 3-6 hari
d. Tepat setelah gejala sakit hilang

22) Apakah setiap Anda sakit dapat sembuh dengan menggunakan antibiotik yang
Anda beli tanpa resep dokter ?
c. Ya
d. Tidak
62

Kuesioner yang Telah Diisi (Lanjutan)

23) Menurut pendapat Anda, bagaimanakah perilaku penggunaan antibiotik


tanpa resep dokter dari sudut pandang kesehatan?
e. Praktik yang baik
f. Praktik yang bisa diterima
g. Praktik yang dilarang
h. Tidak tahu

24) Bentuk program seperti apakah yang Anda harapkan untuk meningkatkan
ketepatan penggunaan antibiotik? (boleh pilih lebih dari satu)
d. Penyuluhan di fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, apotek, dll)
e. Pembagian brosur/leaflet di fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
apotek, dll)
f. Lainnya (sebutkan) _________________________
63

Lampiran 6 Grafik Gambaran Sosiodemografi

Jenis Kelamin

47% Pria
53% Wanita

Pendidikan
1% 7%
SD/MI/Sederajat
21% SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/Sederajat
Diploma
46% 25% Sarjana
64

Lampiran 6 Grafik Gambaran Sosiodemografi (lanjutan)

Usia

6%
10%
17 - 35
38% 36 - 55
56 - 65
> 65

46%

Pekerjaan

2% PNS/Polisi/TNI/BUMN

15% Karyawan Swasta

Pengusaha/Wiraswasta
45% 8%
Dosen/Guru
1%
2% Mahasiswa/Pelajar

Pekerja lepas
27%
Ibu rumah
tangga/Tidak bekerja
65

Lampiran 7 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan


Pemilihan Jenis Antibiotik

300 280

250

200

150

100

50 24

0
Amoksisilin Siprofloksasin

Amoksisilin Siprofloksasin
66

Lampiran 8 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter


Berdasarkan Frekuensi Pembelian

140

120 116

100 94

80 70

60

40

20

0
< 3 kali 3-5 kali > 5 kali

< 3 kali 3-5 kali > 5 kali


67

Lampiran 9 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter


Berdasarkan Indikasi Penggunaannya

180
162
160
140 126
120 110
100
80
60 47
40
40
20
0
Sakit dan Demam Sakit Batuk Pilek
Nyeri tenggorokan
Sakit dan Nyeri Demam Sakit tenggorokan Batuk Pilek
68

Lampiran 10 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter


Berdasarkan Pertimbangan Pemilihan Antibiotik

300
264
249
250

200 185 185


169
150

100

50

0
Jenis Merk Harga Indikasi Pengalaman
Antibiotik Antibiotik Antibiotik pribadi
Jenis Antibiotik Merk Antibiotik Harga Antibiotik
Indikasi Pengalaman pribadi
69

Lampiran 11 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter


Berdasarkan Sumber Informasi

300
256
250
209
200

150

100

50

0
Perkiraan sendiri Pengalaman
sebelumnya
Perkiraan sendiri Pengalaman sebelumnya
70

Lampiran 12 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sarana


Penyedia Obat

300 280

250

200

150

100

50

0
Apotek

Apotek
71

Lampiran 13 Grafik Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter


Berdasarkan Lama Penggunaan Obat

200
181
180
160
140
120
100
80 67
60 46
40
20
0
< 3 hari 3-6 hari (dihabiskan) Tepat setelah gejala sakit
hilang
< 3 hari 3-6 hari (dihabiskan) Tepat setelah gejala sakit hilang
72

Lampiran 14 Grafik Gambaran Persepsi Responden Terhadap Penggunaan


Antibiotik Tanpa Resep Dokter

300
256 256
250 224

200 185

150

100

50

0
Hemat waktu Hemat uang Lebih praktis Pengalaman
sebelumnya
Hemat waktu Hemat uang Lebih praktis Pengalaman sebelumnya
73

Lampiran 15 Grafik Gambaran Persepsi Responden Terhadap Hasil


Pengobatan pada Pengguna Antibiotik

300
264
250

200

150

100

50
16
0
Sembuh Biasa saja

Sembuh Biasa saja


74

Lampiran 16 Grafik Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Praktik


Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

180
160 154

140
120
100
80 71

60 55

40
20
0
Dapat diterima Dilarang Tidak tahu

Dapat diterima Dilarang Tidak tahu


75

Lampiran 17 Grafik Gambaran Program yang Diharapkan Masyarakat


Terkait dengan Penggunaan Antibiotik

250 234

200

150

100

50
24

0
Penyuluhan di Fasilitas Pembagian Brosur/Leaflet
Kesehatan
Penyuluhan di Fasilitas Kesehatan Pembagian Brosur/Leaflet
76

Lampiran 18 Foto-foto Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai