Anda di halaman 1dari 41

1

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN


ANTIBIOTIK YANG DIPEROLEH SECARA BEBAS
DI KECAMATAN BINJAI TIMUR

Oleh :
SURYA FAHROZI
081001267

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK YANG DIPEROLEH SECARA BEBAS
DI KECAMATAN BINJAI TIMUR
Yang dipersiapkan Oleh :
Surya Fahrozi
081001267

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk menyelesaikan
Pendidikan Program S-1

Medan, 18 Mei 2012


Disetujui,
Dosen Pembimbing

( dr. Adri Syahreza)

ii

LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL

: TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG


PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK

YANG

DIPEROLEH

SECARA BEBAS DI KECAMATAN BINJAI TIMUR


NAMA

: SURYA FAHROZI

NIM

: 081001267

Pembimbing

Penguji

( dr. Adri Syahreza )

( dr. Indira Julia, MKT )

Medan, 18 Mei 2012


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara

( dr. H. Rahmat Nasution. DTM&H, MSc, Sp.Park )

iii

ABSTRAK
Penurunan keefektifan berbagai jenis antibiotik semakin meningkat karen
a banyak mikroorganisme yang sudah menjadi resisten terhadap antibiotik.
Hal ini disebabkan oleh karena antibiotik dapat diperoleh tanpa resep dokter
sehingga terjadi penggunaan yang tidak tepat seperti tidak teratur makan obat dan
tidak menyelesaikan pengobatan, karena sudah merasa sembuh atau tidak mampu
membiayai pengobatan sampai selesai. Penggunaan antibiotik dipengaruh oleh
beberapa faktor, seperti pengetahuan dokter dan pasien tentang antibiotik, status
ekonomi, masyarakat dan kondisi karakteristik pelayanan sistem kesehatan,
regulasi lingkungan di suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya
tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh
secara bebas di Kecamatan Binjai Timur.
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan dengan tekhnik
sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Total 100 sukarelawan
bersedia melibatkan diri dimasukkan dalam penelitian ini. Seluruh sukarelawan
dikehendaki untuk mengisi identitas diri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada di dalam kuesioner penelitian yang dibagikan. Analisis jumlah dan
frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat dan jawaban-jawaban responden
menggunakan deskriptif.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai
Timur pada umumnya berada di tingkat pengetahuan sedang, yaitu sebanyak 60
orang (60%) responden. Disarankan kepada pemerintah Kota Binjai agar lebih
memperhatikan penerapan undang-undang perdagangan obat keras untuk
mencegah peningkatan resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik. Saran
kepada peneliti lainnya, diharapkan penelitian ini dapat diteliti lebih jauh dengan
jumlah sampel yang lebih besar atau diteliti mengenai tingkat pengetahuan
masyarakat dari segi faktor lainnya dengan penggunaan antibiotik yang diperoleh
secara bebas di Kota Binjai.
Kata kunci : antibiotik, penggunaan bebas, tingkat pengetahuan.
ABSTRACT

iv

Decrease
worked up

since

effectiveness

various

type

antibiotic

there are many microorganism

resistant to antibiotic. Thing

this was caused

progressively

one that
by

have

as

since antibiotic gets

gotten without recipe doctor so imprecise purpose happening as disordered as


salving eating and not solves cure, since have perceived

cure or can't fund cure

until all through. Antibiotic purpose at affecting by many factors, as gnostic as


doctor and patient about antibiotic, state economy,

society and condition of

systems ministering characteristic health, regulasi environmentally at a state. This


research intent to see marks sense societies gnostic zoom about acquired antibiotic
purpose wholly independently at Binjai's district East.
This observational design is observational descriptive with tekhnik
sampling that is utilized is simple random is sampling. Full scale 100 volunteer
have the honour to involve self are inserted deep observational it. All volunteer is
wanted to fill id self and answers aught question in dispensed research kuesioner.
Analisis totals and gnostic zoom frequency society and respondent answer utilize
descriptive.
Of research result is gotten that societies gnostic zoom about acquired
antibiotic purpose wholly independently at Binjai's district East in a general way
is at science zoom be, which is as much 60 person (60%) respondent. Suggested
to Binjai's City government that more paying attention salving trade law
implement hard to prevent resistensi's step-up microorganism to antibiotic. Tips to
another researcher, expected by this research get farther been analyzed with
greater sample amount or is analyzed about society science zoom of another factor
facet with acquired antibiotic purpose wholly independently at Binjai's City.
Key word: antibiotic, free purpose, gnostic zoom.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan berkatNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program S-1 di
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul TINGKAT
PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
YANG DIPEROLEH SECARA BEBAS DI KECAMATAN BINJAI TIMUR,
Penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, oleh karena itu dalam
kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.

Bapak dr. H. Rahmat Nasution, DTM&H, MSc, Sp.ParK, selaku Dekan


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.

2.

Bapak dr. Adri Syahreza sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan, kritik, saran dan
kesabaran beliau dalam proses pengerjaan dari awal hingga proposal

3.
4.

penelitian ini dapat diselesaikan.


Bapak dr. Jensen Lautan, M.Kes selaku tim penyusun karya tulis ilmiah ini.
Teristimewa Ayahanda Aiptu Suhendro dan Ibunda tersayang Maria Ulfah
yang dengan sabar memberikan dukungan moril dan materil serta limpahan

5.

kasih sayang kepada penulis.


Selanjutnya kepada yang saya hormati nenek saya Hj. Musnik beserta
keluarga besar almarhum Soeroso dan keluarga besar almarhum Muhammad
Djamil atas dukungan doa restu baik nasihat maupun petunjuk kepada penulis

6.

dan kepada seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Abang, kakak dan adik tercinta Maulidia, Silvi, Mufarizuddin, Saumi, Angga,
Gita, Ainun, Tasya, Aswin, Ilham, Aulia, Liza, Hafiz yang telah memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

vi

7.

Cinta dan sayang untuk Nur Marisya Ramadhani yang selalu menemani
penulis dalam suka maupun duka serta memberi dukungan dan semangat

8.

yang tiada henti-hentinya kepada penulis.


Teman-teman ( Dwi, Lia Purwanti, Nancy Christina, Marisa, T. Zulfa
Hasdiani, Sundari, Sri Rahayu Saragi, Tri Jenny, Surya Indah Putra,
Syahputra, Syawalina Fitri, Doni, Noya, Isti, Nia ) yang membantu penulis

9.

dalam menyelsaikan proposal penelitian ini.


Bapak/Ibu yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini yang
namanya tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun Karya Tulis

Ilmiah ini dengan sebaik mungkin, maka hanya demikianlah yang dapat Penulis
sajikan dan Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 18 Mei 2012


Penulis
Surya Fahrozi

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................

ii

ABSTRAK .............................................................................................

iii

ABSTRACT ..........................................................................................

iv

vii

KATA PENGANTAR ...........................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vii

DAFTAR TABEL...................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................

1.1

Latar Belakang ............................................................................

1.2

Rumusan Masalah .......................................................................

1.3

Tujuan Penelitian ........................................................................

1.4

Manfaat Penelitian ......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

2.1

Antibiotik ...................................................................................

2.1.1

Definisi .......................................................................................

2.1.2

Mekanisme Kerja .......................................................................

2.1.3

Resistensi Antibiotik ..................................................................

2.1.4

Efek Samping .............................................................................

2.1.5

Faktor Pasien Yang Mempengaruhi Farmakodnamik Dan


Farmakokinetik ...........................................................................

2.1.6

Sebab Kegagalan Terapi .............................................................

2.1.7

Penggunaan Antimikroba Di Klinik ...........................................

10

2.2

Epidemiologi Kejadian Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik

13

2.3

Peraturan Mengenai Distribusi Antibiotik .................................

13

2.4

Kerangka Teori ..........................................................................

15

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................

16

3.1

Kerangka Konsep Penelitian.......................................................

16

3.2

Definisi Penelitian ...... ................................................................

16

3.3

Desain atau jenis penelitian.........................................................

17

3.4

Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................

17

3.4.1

Lokasi Penelitian ........................................................................

17

viii

3.4.2

Waktu Penelitian ........................................................................

17

3.5

Populasi dan Sampel Penelitian .................................................

17

3.6

Teknik Pengumpulan Data .........................................................

18

3.7

Pengolahan dan Analisa Data ....................................................

19

3.8

Kerangka Operasional ................................................................

19

3.9

Jadwal Pelaksanaan ....................................................................

20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................

21

4.1

Hasil Penelitian...........................................................................

21

4.1.1

Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................

21

4.1.2

Deskripsi Karakteristik Responden.............................................

21

4.1.3

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Antibiotik Yang


Diperoleh Secara Bebas Di Kecamatan Binjai Timur.................

24

Pembahasan.................................................................................

25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................

28

5.1

Kesimpulan..................................................................................

28

5.2

Saran............................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

29

4.2

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Nomor

Judul

Halaman

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan

20

Tabel 4.1

Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

21

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

22

ix

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

22

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

23

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan


Penghasilan Rata-Rata

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan


Pertanyaan Kuesioner

Tabel 4.7

23
24

Distribusi Responden Berdasarkan


Tingkat Pengetahuan

25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik merupakan obat yang sering diresepkan dokter untuk
mengobati penyakit infeksi. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
indikasi, tidak tepat dosis dan tidak tepat cara pemberiannya akan meningkatkan
kejadian resistensi kuman terhadap antibiotik, sehingga menyebabkan kegagalan
pengobatan.
Antibiotik tidak mengurangi dampak negatif dari berbagai penyakit
infeksi yang sebelumnya tidak dapat diobati. Namun, pada awal abad ke-21
banyak antibiotik yang keefektifannya mulai menurun, karena banyak
mikroorganisme sudah resisten terhadap antibiotik.(1)
Dari sebuah penelitian resistensi bakteri Streptococcus pneumoniae yang
berasal dari 11 negara di Asia terhadap beberapa jenis antibiotik, Vietnam
menempati persentase tertinggi untuk resistensi terhadap penisilin dan
erythromycin, sedangkan tingkat tertinggi dari resistensi terhadap ciprofloxacin
diduduki oleh Hong Kong.(2)
Penggunaan
antibiotik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pengetahuan dokter dan pasien tentang antibiotik, status ekonomi, masyarakat dan
kondisi karakteristik pelayanan sistem kesehatan, dan regulasi lingkungan di suatu
negara. Antibiotik yang digunakan secara bebas tanpa resep dokter, sering
menyebabkan kesalahan dalam penggunaannya, antara lain sering tidak teratur
makan obat dan tidak menyelesaikan pengobatan, karena sudah merasa sembuh
atau tidak mampu membiayai pengobatan sampai selesai. Kondisi ini
menyebabkan tidak tuntasnya proses eradikasi bakteri, yang terjadinya proses
mutasi kuman, sehingga menjadi kebal atau resisten terhadap antibiotik tersebut.
Jika pasien terinfeksi kembali oleh bakteri yang sama yang resistensi terhadap
antibiotik atau jika bakteri tersebut menginfeksi individu yang lain, maka
pengobatannya menjadi sulit. Untuk mengatasi hal ini diperlukan antibiotik
golongan atau jenis lain, yang lebih sensitif dan lebih mahal.(1)

Untuk melawan masalah-masalah yang disebabkan oleh muncul dan


menyebarnya resistensi antibiotik, pada tahun 2001, WHO meluncurkan strategi
global pertama yang dikenal sebagai WHO Global Strategy for Containment of
Antimicrobial Resistance. Hal ini menekankan bahwa resistensi antibiotik
merupakan masalah global yang harus diperhatikan seluruh negara. Strategi
tersebut menganjurkan intervensi yang dapat memperlambat dan mengurangi
penyebaran resistensi antibiotik. Intervensi yang dapat diterapkan di seluruh
negara tersebut berupa pengenalan perundang-undangan dan peraturan mengenai
perkembangan, perijinan, distribusi dan perdagangan antibiotik. Meskipun
undang-undang tersebut ada, masih banyak apotek di berbagai negara yang
melakukan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. (1)
Menurut Volpato, 74% dan 107 apotek yang dikunjungi di Joinville,
Brazil termasuk 88% apotek, yang didaftar oleh Municipial Health Secretary
bersedia untuk menjual antibiotik tanpa resep dokter.(3)
Di Indonesia, undang-undang yang mengatur penjualan antibiotik tertulis
dalam undang-undang obat keras St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949, yang
pada pasal 1 melampirkan bahwa salah satu obat keras adalah obat yang mampu
mendesinfeksi seperti antibiotik.(4)
Penelitian mengenai perdagangan bebas antibiotik di Indonesia masih
sangat sedikit, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara
bebas di Kecamatan Binjai Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Tingginya prevalensi infeksi meningkatkan penggunaan antibiotik.
Penggunaan antibiotik diperoleh secara bebas tanpa resep dokter mengakibatkan
penggunaan yang tidak tepat indikasi, tidak tepat dosis, tidak tepat cara dan waktu
pemberiannya oleh pengguna. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab
meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik. Oleh karena itu ingin
diketahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang
diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai Timur.
1.3 Tujuan Penelitian

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang


diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai Timur.
Tujuan khusus :
a.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang


dikonsumsi secara bebas.

b.

Untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat yang menggunakan


antibiotik secara bebas.

c.

Untuk mengetahui jenis pekerjaan masyarakat yang menggunakan antibiotik.

d.

Untuk mengetahui jenis kelamin yang lebih sering menggunakan antibiotik.

e.

Untuk mengetahui penghasilan rata-rata yang menggunakan antibiotik.

1.4 Manfaat
a.

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Kota Binjai untuk lebih
memperhatikan penjualan antibiotik secara bebas yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b.

Sebagai masukan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan penerapan


undang-undang obat keras dalam suatu pelayanan kesehatan.

c.

Sebagai masukan bagi penyusunan atau pelaksanaan program terhadap


penggunaan antibiotik yang rasional untuk masyarakat awam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Antibiotik

2.1.1

Defenisi
Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang dihasilkan

berbagai jenis mikroorganisme (bakteri, fungi, dan aktinomisetes) yang menekan


mikroorganisme lainnya. Namun, penggunaannya secara umum sering kali
memperluas istilah antibiotik sehingga meliputi senyawa antimikroba sintetik,
seperti sulfonamide dan quinolone. Ratusan antibiotik telah berhasil diidentifikasi
dan dikembangkan sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapi penyakit infeksi.(5)
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik
dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari-hari antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba
(misalnya sulfonamide dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.
(6)

2.1.2

Mekanisme Kerja
Cara kerjanya yang terpenting adalah perintangan sintesa protein,

sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalnya kloramfenikol,


tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida dan linkomisin.(7) Berdasarkan mekanisme
kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok:
1.

Mengganggu metabolisme sel mikroba (sulfonamide dan trimetoprin)

2.

Menghambat sintesis dinding sel mikroba (penisilin dan sefalosporin)

3.

Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba (polimiksin, zatzat polien


dan imidazol)

4.

Menghambat sintesis protein sel mikroba (erytrhtomycin, tetrasiklin dan


kloramfenikol)

5.

Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba (golongan


kuinolon dan rifampisin).(6)

Mekanisme kerja setiap antibiotik berbeda-beda. Salah satu jenis


antibiotik misalnya penisilin, seperti semua antibiotik 1-laktam, menghambat
pertumbuhan bakteri dengan mengganggu reaksi tranpeptidasi dalam sintesis
dinding sel bakteri.(8) Khasiat bakterisida dalam fase pertumbuhan kuman,
berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk
ketangguhan dindingnya. Kepekaannya terhadap beta-laktamse lebih rendah
daripada penisilin. Tetrasiklin mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya
sintesa protein kuman.(7) Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis
protein kuman, umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi yang tinggi
kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid.(6) Mekanisme kerja dari
sulfonamid menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat dihidropteroat
sintase dan produksi folat. Trimetoprim secara selektif menghambat asam
dihidrofolat reduktase bakteri, yang mengubah asam dihidrofolat menjadi asam
tetrahidrofolat, suatu tahap menuju sintesis purin dan pada akhirnya sintesis
DNA. Mekanisme kerja kuinolon menyekat sintesis DNA bakteri dengan
menghambat topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomerase IV bakteri.
Mekanisme kerja rifampisin sangat aktif terhadap sel yang sedang tumbuh.
Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan
mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan)
rantai dalam sintesis RNA.(8) Polimiksin bersifat bakterisida. Polimiksin melekat
pada membran sel bakteri yang kaya dengan fosfatidiletanolamin dan
mengganggu sifat osmotik serta mekanisme transport pada membran.(9)
2.1.3

Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan suatu keadaan tidak terganggunya

mikroba

oleh

antimikroba.

Resistensi

antibiotik

dapat

terjadi

karena

penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan, penggunaan


antibiotik yang tidak menyelesaikan pengobatan antibiotik, sehingga bermutasi
dan menjadi resisten.(10)

Agar suatu antibiotik efektif, antibiotik tersebut harus mencapai


targetnya, berikatan dengannya, dan mengganggu fungsinya. Resistensi bakteri
terhadap senyawa antimikroba terbagi dalam 3 kelompok umum yaitu, obat tidak
mencapai targetnya, obat tidak aktif, dan target berubah.(5)
Secara garis besar kuman dapat menjadi resisten terhadap suatu
antimikroba melalui tiga mekanisme :
a)

Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba.(6)


Membran luar bakteri gram-negatif merupakan sawar permeabilitias yang

mencegah molekul-molekul polar berukuran besar memasuki sel. Molekulmolekul polar berukuran kecil, termasuk banyak antibiotik, masuk kedalam sel
melalui saluran yang terbuat dari protein yang disebut porin. Jika saluran porin
yang tepat tidak ada, atau terjadi mutasi, atau hilang, maka hal tersebut dapat
memperlambat laju, atau sama sekali mencegah masuknya obat kedalam sel,
sehingga akan menurunkan konsentrasi efektif obat pada lokasi target. Jika targt
berada dalam sel dan obat memerlukan transport aktif untuk melewati membran
sel, maka mutasi atau kondisi lingkungan yang menghentikan mekanisme
transport ini dapat menyebabkan resistensi.(5)
b) Inaktivasi obat
Variasi dari mekanisme ini adalah gagalnya sel bakteri untuk mengubah obat
inaktif menjadi metabolit aktif. Perubahan pada target tersebut dapat terjadi akibat
mutasi target alami, modifikasi target, dan substitusi target asal yang rentan
dengan alternatif lain yang resisten. Mekanisme resistensi ini terjadi akibat
menurunnya pengikatan obat oleh target kritis atau substitusi dengan target baru
yang tidak dapat mengikat obat yang ditujukan untuk target asalnya.(5)
c)

Mikroba mengubah tempat ikatan (dinding site) antimikroba


Mekanisme ini terlihat pada S. aureus yang resisten terhadap metisilin

(MRSA). Kuman ini mengubah Penicillin Binding Proteinnya (PBP) sehingga


afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik beta laktam yang lain.(6)

2.1.4

Efek Samping
Umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi atau efek. Kegunaan

terapi suatu obat tergantung selektivitas aksinya, sehingga merupakan efek yang
paling menonjol dan hanya pada suatu kelompok sel atau fungsi organ. Efek atau
aksi pokok adalah satu satunya efek pada letak primer bila ada satu efek yang
digunakan untuk terapi disebut efek terapi. Sedangkan efek samping adalah efek
suatu obat yang tidak termasuk kegunaan terapi.(11)
Efek samping penggunaan antimkroba dikelompokkan menurut :
a. Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan
sistem imun tubuh hospes, terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat.
Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.
b. Reaksi idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik
terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam
akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim G6PD.
c. Reaksi toksik
Pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada
hospes ditimbulkan oleh semua jenis antimikroba. Yang mungkin dapat dianggap
relatif tidak toksik sampai kini ialah golongan penisilin. Dalam menimbulkan efek
toksik, masing-masing antimikroba dapat memiliki predileksi terhadap organ atau
sistem tertentu pada tubuh hospes.
d. Perubahan biologi dan metabolik pada hospes
Penggunaan antimikroba, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu
keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat
jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik
mikroflora normal dapat terjadi di saluran cerna, nafas dan kelamin, dan pada
kulit. Pada beberapa keadaan perubahan ini dapat terjadi menimbulkan super
infeksi yaitu suatu infeksi baru yang terjadi akibat terapi infeksi primer dengan
suatu antimikroba. Mikroba penyebab superinfeksi biasanya ialah jenis mikroba

yang menjadi dominan pertumbuhannya akibat penggunaan antimikroba,


umpamanya candidiasis sering timbul sebagai akibat penggunaan antibiotik
berspektrum luas, khususnya tetrasiklin.(6)
2.1.5

Faktor

Pasien

Yang

Mempengaruhi

Farmakodinamik

Dan

Farmakokinetik
Adapun yang mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat
sebagai berikut :
a) Umur
Neonatus pada umumnya memiliki organ atau sistem tubuh yang belum
berkembang sepenuhnya. Umpamanya fungsi glukuronidasi oleh hepar belum
cukup lancar, sehingga memudahkan terjadinya efek toksik oleh kloramfenikol.
Orang yang berusia lanjut sering mengalami kemunduran fungsi organ atau sistem
tertentu, sehingga reaksi tubuh terhadap pemberian obat berubah, baik dalam segi
farmakodinamik maupun segi farmokinetik. Untuk kedua golongan umur tersebut
di atas, posologi obat, termasuk antimikroba, harus disesuaikan dengan keadaan
masing masing.(6)
b) Kehamilan
Pemberian obat pada ibu hamil harus disertai pertimbangan kemungkinan
terjadinya efek samping pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil pada umumnya
lebih peka terhadap pengaruh obat tertentu, termasuk antimikroba. Sedangkan
kemungkinan timbulnya pada fetus, tergantung pada daya obat menembus sawar
uri serta usia janin. Pemberian streptomisin pada ibu yang hamil tua dapat
menimbulkan ketulian pada bayi yang dilahirkan, sedangkan pemberian
antimikroba pada kehamilan trisemester pertama harus diingat bahaya
teratogenesisnya.(6)
c)

Genetik
Adanya perbedaan antar ras dapat menimbulkan perbedaan reaksi terhadap

obat. Sebagai contoh defisiensi enzim G6PD dapat menimbulkan hemolisis akibat
pemberian sulfonamid, kloramfenikol, dapson atau nitrofurantoin.(6)

d) Keadaan Patologik Tubuh Hospes


Keadaan patologik tubuh hospes dapat mengubah farmakodinamik dan
farmakokinetik antimikroba tertentu. Keadaan fungsi hati dan ginjal penting
diketahui dalam pemberian obat, termasuk pemberian antimikroba, sebab kedua
organ tersebut berpengaruh besar pada farmakokinetik obat. Gangguan pada hepar
dapat menyebabkan gangguan pada biotransformasi maupun pada ekskresi obat
melalui empedu. Jadi, sama dengan pemberian obat lain, pada pemberian
antimikroba sebaiknya selalu diperhatikan kemungkinan adanya gangguan fungsi
organ atau sistem tubuh, khususnya hati dan ginjal, guna mendapatkan efek terapi
optimal.(6)
2.1.6

Sebab Kegagalan Terapi


Adapun sebab kegagalan terapi adalah sebagai berikut :

a) Dosis yang kurang


Dosis suatu antimikroba seringkali tergantung dari tempat infeksi, walaupun
kuman penyebabnya sama. Sebagai contoh dosis penisilin G yang diperlukan
untuk mengobati meningitis oleh pneumokokus jauh lebih tinggi daripada dosis
yang diperlukan untuk pengobatan infeksi saluran nafas bawah yang disebabkan
oleh kuman yang sama.(6)
b) Masa terapi yang kurang
Konsep lama yang menyatakan bahwa untuk tiap jenis infeksi perlu diberikan
antimikroba tertentu selama jangka waktu tertentu kini telah ditinggalkan. Pada
umumnya, para ahli cenderung melakukan individualisasi masa terapi yang sesuai
dengan tercapai respons klinik yang memuaskan.(6)
c)

Adanya faktor mekanik


Abses, benda asing, jaringan nekrotik, sekuester tulang, batu saluran kemih,

mukus yang banyak, dan lain-lain, merupakan faktor-faktor yang dapat


menggagalkan terapi dengan antimikroba. Tindakan mengatasi faktor mekanik
tersebut yaitu pencucian luka, debridemen, insisi, dan lain-lain, sangat
menentukan keberhasilan mengatasi infeksi.(6)

10

d) Kesalahan dalam menetapkan etiologi


Demam tidak selalu disebabkan oleh kuman. Virus, jamur, parasit, reaksi
obat, dan lain-lain dapat meningkatkan suhu badan. Pemberian antimikroba yang
lazim diberikan dalam keadaan ini tidak bermanfaat.(6)
e)

Faktor farmakokinetik
Tidak semua bagian tubuh dapat ditembus dengan mudah oleh antimikroba.

Jaringan prostat ialah contoh organ yang sulit dicapai oleh kebanyakan obat
dengan kadar yang adekuat.(6)
f)

Pilihan antimikroba yang kurang tepat


Suatu daftar antimikroba yang dinyatakan efektif dalam uji kepekaan tidak

dengan sendirinya menyatakan bahwa setiap antimikroba yang tercantum itu akan
memberi efektivitas klinik yang sama.(6)
g) Faktor pasien
Keadaan umum yang buruk dan gangguan mekanisme pertahanan tubuh
(selular dan humoral) merupakan faktor penting yang menyebabkan gagalnya
terapi antimikroba.(6)
2.1.7

Penggunaan Antimikroba Di Klinik


Adapun penggunaan antimikroba di klinik adalah:

a) Indikasi
Penggunaan terapeutik antimikroba di klinik bertujuan membasmi mikroba
penyebab infeksi. Penggunaan antimikroba ditentukan berdasarkan indikasi
dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
1) Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh
adanya mikroba dalam tubuh hospes, dan bukan berdasarkan atas
kehadiran mikroba tersebut semata-mata.
2) Efek terapi antimikroba pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai
akibat kerja antimikroba terhadap biomekanisme mikroba, dan tidak
terhadap biomekanisme tubuh hospes.
3) Antimikroba dapat dikatakan bukan merupakan obat penyembuh
penyakit infeksi dalam arti kata sebenarnya. Antimikroba hanyalah

11

menyingkatkan waktu yang diperlukan tubuh hospes untuk sembuh dari


suatu penyakit infeksi.
Gejala demam yang merupakan salah satu gejala sistemik penyakit
infeksi paling umum, tidak merupakan indikator yang kuat untuk pemberian
antimikroba. Pemberian antimikroba berdasarkan adanya demam tidak bijaksana,
karena :
1) Pemberian antimikroba yang tidak pada tempatnya dapat merugikan
pasien (berupa efek samping), dan masyarakat sekitarnya (berupa masalah
resistensi).
2) Demam dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi virus, yang
cukup tinggi angka kejadiannya dan tidak dipercepat penyembuhannya
dengan pemberiaan antimikroba yang lazim.
3) Demam dapat juga terjadi pada penyakit non-infeksi, yang dengan
sendirinya bukan indikasi pemberian antimikroba.
Kesimpulannya indikasi untuk memberikan antimikroba pada seorang
pasien haruslah dipertimbangkan dengan seksama, dan sangat tergantung pada
pengalaman pengamatan klinik dokter yang mengobati pasien.(6)
b) Pilihan Antimikroba Dan Posologi
Memilih antimikroba berdasarkan luas spektrum antimikrobanya, tidak
dibenarkan karena hasil terapi tidak lebih unggul daripada hasil terapi dengan
antimikroba berspektrum sempit, sedangkan superinfeksi lebih sering terjadi
dengan antimikroba berspektrum luas. Antimikroba yang mutakhir misalnya
sefalosporin generasi III, fluorokuinolon, aminoglikosida yang baru dan lain-lain,
tidak terlalu sering digunakan untuk keperluan rutin. Tindakan ini perlu untuk
menjaga supaya tetap tersedia antimikroba efektif bila timbul masalah resistensi
dalam kurun waktu tertentu.
Keadaan tubuh hospes perlu dipertimbangkan untuk dapat memilih
antimikroba yang tepat. Misalnya untuk pasien penyakit infeksi yang juga
mempunyai penyakit ginjal, jika diperlukan jenis tetrasiklin sebagai antimikroba
maka sebaiknya dipilih doksisiklin yang paling aman di antara tetrasiklin lainnya.

12

Doksisiklin bekerja secara bakteriostatik dengan mencegah sintesa protein


mikroorganisme. Doksisiklin mempunyai spektrum kerja yang luas terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif.(6)
c) Kombinasi Antimikroba
Kombinasi antimikroba yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat
memberi manfaat klinik yang besar. Terapi kombinasi antimikroba yang tidak
terarah akan meningkatkan biaya dan efek samping, menyeleksi galur kuman yang
resisten terhadap banyak antimikroba, dan tidak meningkatkan efektivitas terapi.
Indikasi penggunaan kombinasi adalah:
1) Pengobatan infeksi campuran
Beberapa infeksi tertentu dapat disebabkan oleh lebih dari satu jenis
mikroba yang peka terhadap antimikroba yang berbeda. Dalam hal ini
diperlukan pemberian kombinasi antimikroba sesuai dengan kepekaan kuman
penyebab infeksi campuran tersebut.
2) Pengobatannya awal pada infeksi berat yang etiologinya belum jelas
Beberapa infeksi berat misalnya septikemia, meningitis purulenta dan
infeksi

berat

lainnya

memerlukan

kombinasi

antimikroba,

karena

keterlambatan pengobatan dapat membahayakan jiwa pasien, sedangkan


kuman penyebab belum diketahui. Kombinasi antimikroba disini diberikan
dalam dosis penuh. Bila hasil pemeriksaan mikrobiologi telah diperoleh maka
antimikroba yang tidak diperlukan dapat dihentikan pemberiaannya.
3) Mendapatkan efek sinergi
Sinergi terjadi bila kombinasi antimikroba menghasilkan efek yang lebih
besar daripada sekedar efek aditif saja terhadap kuman tertentu.
4) Memperlambat timbulnya resistensi
Bila mutasi merupakan mekanisme timbulnya resistensi terhadap suatu
antimikroba maka secara teoritis kombinasi antimikroba merupakan cara
efektif untuk memperlambat resistensi.(6)
d) Profilaksis Antimikroba
Secara garis besar profilaksis antimikroba untuk kasus bukan bedah diberikan
untuk 3 tujuan, yaitu :

13

1)

Melindungi seseorang yang terpajan ( exposed ) kuman tertentu.

2)

Mencegah infeksi bakterial sekunder pada seseorang yang sedang


menderita penyakit lain.

3)

Mencegah endokarditis pada pasien kelainan katup atau struktur jantung


lain yang akan menempuh prosedur yang sering menimbulkan bakterimia.
(6)

2.2 Epidemiologi Kejadian Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik


Menurut suatu penelitian di 11 Negara Asia, dan 685 jenis bakteri
Streptococcus Pneumoniae yang berasal dari 11 Negara di Asia diperoleh bahwa
bakteri dan Vietnam memiliki prevalensi resistensi tertinggi terhadap Peniciline
(71,4%), diikuti oleh Korea (54,8%), Hong Kong (43,2%), dan Taiwan (38,6%).
Selain itu prevalensi resistensi terhadap Erythromycine juga sangat tinggi di
Vietnam (92,1%), Taiwan (86%), Korea (80.6%), Hong Kong (76,8%), dan Cina
(73,9%).

Untuk

Ciprofloxacin,

prevalensi

resistensi

terhadap

antibiotik

menunjukkan Hong Kong menduduki tingkat tertinggi (11,8%), kemudian Sri


Lanka (9,5%), Filiphina (9,1%), dan Korea (6,5%).(2)
2.3

Peraturan Mengenai Distribusi Antibiotik


Peraturan mengenai distribusi antibiotik di Indonesia tertulis dalam

undangundang St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949 tentang obat keras.
Antibiotik termasuk salah satu jenis obat-obat keras, hal ini dijelaskan dalam pasal
1 ayat 1a yang berbunyi: Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan
untuk keperluan teknik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksi dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak,
yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Department van
Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2. Pada ayat 1k dilampirkan bahwa
obat-obat keras terbagi dalam dua daftar yaitu : daftar obat-obatan G (berbahaya)
dan daftar obat-obatan W (peringatan). Antibiotik termasuk dalam daftar obatobatan G dimana pada kemasannya terdapat label lingkaran merah dengan huruf
K ditengahnya.

14

Peraturan mengenai distribusi obat-obat keras daftar G tertulis dalam


pasal 3 dan 5 yaitu :
a) Pasal 3
Ayat 1 Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk
penjualan dan bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam
jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa
bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakaian pribadi, adalah dilarang,
larangan ini tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui. Apotekerapoteker yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.
Ayat 2 Penyerahan dan bahan-bahan G, yang menyimpang dan resep Dokter,
Dokter Gigi, Dokter Hewan dilarang, larangan ini tidak berlaku bagi penyerahan
kepada pedagang-pedagang besar yang diakui, Apoteker-apoteker, Dokter-dokter
Gigi dan Dokter-dokter Hewan demikian juga tidak terhadap penyerahanpenyerahan menurut ketentuan pada pasal 7 ayat 5.
Ayat 3 Larangan-larangan yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak
berlaku untuk penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan Pasal 49 ayat 3
dan 4 dan Pasal 51 dan Reglement D.V.D..
Ayat 4 See.V.St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan sebagaimana
dimaksudkan pada ayat 2, jika berhubungan dengan penyerahan obat-obatan G
yang tertentu yang ditunjukkan olehnya harus ikut ditandatangani oleh seorang
petugas khusus yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini tidak terdapat maka
penyerahan obat-obatan G itu dilarang.
b) Pasal 5
Ayat 1 Pemasukan, Pengeluaran, Pengangkutan, atau suruh mengangkut
bahan-bahan G dilarang, terkecuali dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga
secara normal dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan
pemakaian pribadi.
Ayat 2 Larangan ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh pemerintah
atau pedagang-pedagang besar yang diakui atau pengangkutan-pengangkutan oleh
Apoteker-apoteker, Dokter-dokter yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.

15

Ayat 3 Dalam soal-soal khusus, Inspektur Farmasi D.V.G. di Jakarta dapat


memberikan kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini.
Pada pasal 12 tertulis bahwa jika terjadi pelanggaran terhadap
pasal-pasal tersebut maka pelaku akan dikenai hukuman penjara setinggitingginya 6 bulan atau denda uang setinggi-tingginya 5000 golden.(4)
2.4

Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
Pengetahuan

Pemberian
antibiotik

Tanpa resep

Resistensi

16

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian mengenai tingkat pengetahuan tingkat

pengetahuan masyarakat Kecamatan Binjai Timur tentang antibiotik yang


diperoleh secara bebas sebagai berikut :
Karakteristik data penelitian
Masyarakat
Antibiotik diperoleh
secara bebas
Kuesioner
penelitian
3.2

Tingkat pengetahuan
masyarakat Kecamatan
Binjai Timur tentang
antibiotik yang
diperoleh secara bebas

Defenisi Operasional
Pengetahuan masyarakat adalah kumpulan informasi tentang antibotik

yang diperoleh secara bebas oleh masyarakat Kecamatan Binjai Timur, yang
diukur dengan menggunakan kuesioner rancangan penulis dengan skala ukur.
Aspek pengukuran yang dilakukan berdasarkan jawaban responden dan
seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda.
Jawaban yang tepat diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tepat akan diberi nilai
0. Dari penetapan nilai tersebut, maka skor yang didapat dijumlahkan dan dibuat
persentase sebagai berikut :
Rumus :
S

x
x 100%
r

Keterangan :
S = skor
x = Jawaban yang benar
r = jumlah nilai maksimum (10).
Menurut Pratomo pengetahuan dikategorikan sebagai berikut13 :
1.

Baik, apabila total skor jawaban benar > 75%


Bila skor benar > 7 soal

17

2.

Sedang, apabila total skor jawaban benar 40%-75%


Bila skor benar 4-7 soal

3.

Buruk, apabila total skor jawaban benar < 40%


Bila skor benar < 4 soal

3.3

Desain atau jenis penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan suatu


keadaan secara objektif.
3.4
3.4.1

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur.

3.4.2

Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2012.

3.5

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh warga di

Kecamatan Binjai Timur, yang berjumlah 51.367 warga dengan catatan laki-laki :
25.137 dan perempuan: 26.230 orang. Hasil populasi ini diambil dari 7 Kelurahan:
Kelurahan Tanah Tinggi berjumlah
: 7207 orang
Kelurahan Timbang Langkat berjumlah : 4368 orang
Kelurahan Mencirim berjumlah
: 8707 orang
Kelurahan Tunggurono berjumlah : 8224 orang
Kelurahan SM Rejo berjumlah
: 8611 orang
Kelurahan Dataran Tinggi berjumlah
: 5362 orang
Kelurahan Sumber Karya berjumlah
: 8888 orang
Jumlah sampel diambil secara proposional dengan teknik pengambilan
sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Cara menentukan besar
sampel sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Keterangan :

18

N = jumlah Populasi
n = jumlah Sampel
d = derajat kesalahan yang diinginkan = 0,1
Berdasarkan rumus tersebut dapat dicari jumlah sampelnya, maka :

n = 99,80
n adalah jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu sebanyak 100
orang yang diambil dengan menggunakan metode probability sampling dengan
teknik simple random sampling.
3.6

Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

kuesioner yang telah dirancang dan disiapkan oleh peneliti, dan diberikan kepada
respon yang terpilih.
3.7
a.

Pengolahan dan Analisis Data


Editing

: untuk kelengkapan konsisten dan kesesuaian antara karakter yang

diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.


b.

Coding

: untuk menguantifikasi data kuantitatif atau untuk membedakan

aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka
pengolahan data, baik secara manual atau dengan menggunakan komputer.
c.

Cleaning : pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program


komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data.

d.

Tabulasi : data yang terkumpul dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.
Data yang dikumpulkan dari hasil quesioner kemudian diolah dengan

metode komputer program SPSS 17.0 release for Windows (Stastitical Product
and Service Solution). Kemudian data dianalisis secara deskriptif.
3.8

Kerangka Operasional

19

Populasi

Warga yang membeli antibiotik


secara bebas

Sampel

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisis data
3.9

Jadwal Pelaksanaan

Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jadwal Kegiatan
Penyusunan proposal
Seminar proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Seminar hasil

Waktu
April 2011
Juli 2011
Februari 2012
Februari 2012
Maret 2012
April 2012

20

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Deskripsi Lokasi Penelitian


Ditinjau dari letak geografisnya, Kecamatan Binjai Timur termasuk

didalam kota Binjai dengan luas wilayah 21,70 Km 2. Luas wilayah kecamatan ini
banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, sekolah, tempat
ibadah, dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai
berikut:
a.

Sebelah utara berbatasan dengan Binjai Utara

b.

Sebelah barat berbatasan dengan Binjai Kota

c.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Binjai Selatan

d.

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal

4.1.2

Deskripsi Karakteristik Responden


Responden yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang

membeli antibiotik secara bebas di lingkungan masyarakat Kecamatan Binjai


Timur. Data gambaran Karakteristik responden yang diamati adalah usia,
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

21

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
Laki-laki

Frekuensi (Orang)
36

%
36%

Perempuan

64

64%

Dari tabel 4.1 tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelamin


diketahui bahwa sampel yang diteliti dengan jumlah terbanyak berjenis kelamin
perempuan sebanyak 64 orang (64%), dan yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 36 orang (36%).
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Responden (Tahun)
17-21

Frekuensi (Orang)
21

%
21%

22-26

18

18%

27-31

6%

32-36

8%

37-41

14

14%

42-46

12

12%

47-51

10

10%

52-56

6%

>57
Total

5
100

5%
100%

Dari tabel 4.2 tentang distribusi responden berdasarkan umur diketahui


bahwa sampel yang diteliti berusia 17- 57 tahun keatas, dengan jumlah terbanyak
pada kelompok usia 17-21 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (21%) diikuti dengan
kelompok usia 22-26 tahun sebanyak 18 orang (18%).
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
SD

Frekuensi (Orang)
7

%
7%

SMP/Sederajat

7%

22

SMA/Sederajat

39

39%

Perguruan Tinggi/Sederajat
Total

47
100

47%
100%

Dari tabel 4.3 tentang distribusi responden berdasarkan tingkat


pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian memiliki
tingkat pendidikan Perguruan tinggi 47 orang (47%),dan 39 orang (39%) memiliki
tingkat pendidikan SMA/Sederajat.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Responden
PNS

Frekuensi (Orang)
28

%
28%

Wiraswasta

46

46%

Ibu Rumah Tangga

8%

Lain-lain
Total

18
100

18%
100%

Dari tabel 4.4 tentang distribusi responden berdasarkan pekerjaan


diketahui sebanyak 46 orang (46%) responden adalah wiraswasta. Sebanyak 28
orang (28%) responden pekerjaannya adalah PNS, 18 orang (18%) responden
pekerjaannya di bidang lain dan 8 orang (8%) responden adalah ibu rumah tangga.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata/Bulan
Penghasilan Responden
> Rp. 3.500.000

Frekuensi (Orang)
13

%
13%

Rp. 2.500.000-Rp.3.500.000

27

27%

Rp. 1.500.000-Rp.2.500.000

22

22%

< Rp. 1.500.000


Total

38
100

38%
100%

Dari tabel 4.5 tentang distribusi responden berdasarkan penghasilan


diketahui sebanyak 38 orang (38%) responden berpenghasilan < Rp.1.500.000.
Sebanyak 27 orang (27%) responden berpenghasilan adalah Rp.2.500.000-

23

Rp.3.500.000, 22 orang (22%) responden berpenghasilan Rp.1.500.000Rp.2.500.000 dan 13 orang (13%) responden berpenghasilan > Rp.3.500.000.

4.1.3

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Antibiotik Yang Diperoleh


Secara Bebas Di Kecamatan Binjai Timur

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner


No
1
2
3
4
5
6

Pertanyaan Pengetahuan
Pengertian antibiotik
Penggunaan antibiotik
Penyakit yang memerlukan
antibiotik
Asal petunjuk antibiotik
Efek penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dosis
Penghentian
penggunaan

antibiotik
Efek samping antibiotik
Pasien yang tidak selamanya

boleh dan harus berhati-hati

9
10

dalam pemberian antibiotik


Tempat penyimpanan
antibiotik
Golongan obat antibiotik

Salah

Benar

Jumlah

(Skor 0)
N
%
48
48%
38
38%

(Skor 1)
N
%
52 52%
62 62%

N
100
100

Total
%
100%
100%

47

47%

53

53%

100

100%

8%

92

92%

100

100%

24

24%

76

76%

100

100%

77

77%

23

23%

100

100%

57

57%

43

43%

100

100%

46

46%

54

54%

100

100%

10

10%

90

90%

100

100%

83

83%

17

17%

100

100%

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab


salah pada pertanyaan 10, yaitu sebanyak 83 orang (83%) responden, pertanyaan 6
sebanyak 77 orang (77%) responden dan pertanyaan 7 sebanyak 57 orang (57%)
responden. Mayoritas responden menjawab benar pada pertanyaan 4 sebanyak 92

24

orang (92%) responden, pertanyaan 9 sebanyak 90 orang (90%) responden dan


pertanyaan 5 sebanyak 76 orang (76%) responden.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan
Baik

Frekuensi (Orang)
24

%
24%

Sedang

60

60%

Buruk
Total

16
100

16%
100%

Pada tabel 4.7 tentang distribusi responden berdasarkan tingkat


pengetahuan, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian
ini memiliki pengetahuan yang sedang mengenai penggunaan antibiotik yaitu
sebanyak 60 orang (60%) responden. Kemudian, 24 orang (24%) responden
memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan 16 orang (16%) responden
memiliki tingkat pengetahuan buruk.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tingkat pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di
Kecamatan Binjai Timur mayoritas responden berpengetahuan kategori sedang.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 100 responden sebagian
besar berjenis kelamin perempuan yaitu, sebanyak 64 responden (64%), dan
sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki yaitu, sebanyak 36 responden (36%).
Menurut Hazriansyah (2006) bahwa wanita lebih sering mengkonsumsi obat
daripada laki-laki. Dari hasil penelitian bahwa wanita lebih sering mengkonsumsi
obat-obatan dibandingkan laki-laki dikarenakan wanita lebih peduli menjaga
kesehatan tubuhnya agar tidak terkena penyakit.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 100 responden sebagian besar
responden 17-21 tahun yaitu, sebanyak 21 responden (21%), dan sebagian kecil
responden berumur >57 tahun yaitu sebanyak 5 responden (5%). Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang, maka

25

kemampuan berfikir serta pengetahuan seseorang itu pasti semakin bertambah,


namun disaat seseorang tersebut lanjut usia maka kemampuan berfikir seseorang
akan melambat sehingga tidak mampu menampung informasi serta pengetahuan
baru. Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang sesuatu tanpa
mengharapkan

kemampuan

untuk

menggunakannya.

Menurut

pendapat

Notoadmodjo bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur.


Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan dalam menerima dan mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Dari tabel 4.3, 100 responden sebagian besar responden berpendidikan
perguruan tinggi yaitu, sebanyak 47 responden (47%), dan sebagian kecil
berpendidikan SD sebanyak 7 responden (7%) dan SMP sebanyak 7 responden
(7%). Dari hasil penelitian, dimana pendidikan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang serta kemampuan seseorang dalam menganalisis informasi
yang baru. Semakin tinggi pendidikannya maka seseorang akan cenderung
mendapat informasi baik orang lain maupun dari media informasi lainnya.
Menurut pendapat Nursalam melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh
informasi dengan cepat, tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya
seseorang memahami pengetahuan yang diperolehnya. Karena pendidikan yang
rendah mempengaruhi pemahaman seseorang dalam memperoleh pengetahuan.
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya.
Sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Dari tabel 4.4, 100 responden sebagian besar responden bekerja sebagai
wiraswasta yaitu, sebanyak 46 responden (46%) dan sebagian kecil bekerja
sebagai ibu rumah tangga yaitu, sebanyak 8 responden (8%). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan mempengaruhi tingkat pengetahuan. Menurut
Nurmaliza pekerja wiraswasta lebih banyak menghabiskan sebagian besar
waktunya di luar rumah sehingga memiliki kesempatan lebih besar untuk
mendapatkan sumber informasi tentang penggunaan antibiotik.

26

Dari tabel 4.5, 100 responden sebagian besar responden berpenghasilan


<Rp. 1.500.000 yaitu, sebanyak 38 responden (38%) dan sebagian kecil
berpenghasilan >Rp. 3.500.000

sebanyak 13 responden (13%). Dari hasil

penelitian yang didapat, penghasilan berpengaruh pada faktor penggunaan


antibiotik secara bebas karena masyarakat yang memiliki penghasilan rendah
lebih memilih untuk menggunakan antibiotik secara bebas tanpa resep dokter,
disebabkan tidak memiliki biaya yang lebih untuk berobat ke dokter. Menurut
Anggraini masyarakat berpenghasilan rendah lebih banyak mengkonsumsi
penggunaan antibiotik secara bebas, dikarenakan kurangnya faktor ekonomi
masyarakat untuk berobat ke dokter.
Dari tabel 4.7, 100 responden sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang sedang sebanyak 60 responden (60%) dan sebagian kecil
responden memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sebanyak 16 responden
(16%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kecamatan
Binjai Timur memiliki tingkat pengetahuan yang sedang, hal ini dipengaruhi oleh
umur, pendidikan, pekerjaan, media informasi yang didapat, dan sebagainya.
Menurut Ramadhani dalam satu komunitas setiap individu memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda pula, hal ini juga di pengaruhi oleh umur, pendidikan,
pekerjaan dan hal lain sebagainya.

27

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam

penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat


tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai
Timur pada umumnya berada di tingkat pengetahuan sedang, yaitu sebanyak 60
orang (60%) responden.
5.2

Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang


mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Adapun saran tersebut, yaitu :
1.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Binjai, khususnya pusat pelayanan


kesehatan yang memiliki wilayah kerja di Kecamatan Binjai Timur untuk
lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai penggunaan antibiotik
yang diperoleh secara bebas di masyarakat.

2.

Diharapkan kepada pembina puskesmas setempat agar membentuk dan


mendidik kader-kader khusus untuk menebarkan informasi mengenai efek
penggunaan antibiotik yang diperoleh di masyarakat sehingga dapat
menurunkan angka resistensi terhadap antibiotik.

3.

Bagi peneliti selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih
memperdalam cakupan penelitiannya, khususnya dalam hal pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas,
sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Antimicrobial Resistance: World Health Organization; 2002.
2. Song JH, Jung SI, Ko KS, Kim NY, Son JS, Chang HH, et al. High Prevalence
of Antimicrobial Resistance among Clinical Streptococcus pneumoniae
Isolates in Asia (an ANSORP Study). Antimicrobial Agents and Chemotherapy.
2004 Jun; 48.
3. Volpato DE, Souza BVd, Rosa LGD, Melo LH, Daudt CAS, Deboni L. Use of
Antibiotics without Medical Prescription. The Brazilian Journal of Infectious
Diseases. 2005 Aug; 9(3).
4. Undang-Undang Obat Keras (St. No. 419 tgl. Desember 1949). [Online]. [cited
2011 4 10. Available from: http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/UU-4191949Ordonansi ObatKeras.pdf.
5. Hardman JG, Limbird LL, editors. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi. 10th ed. Jakarta: EGC; 2008.
6. Farmakologi Dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen Farmakologi &
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
7. Tjay TH, Rahardja K. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan Dan EfekEfek Sampingnya. 6th ed. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2009.
8. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 10th ed. Jakarta: EGC; 2010.
9. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Kinik. 6th ed. Jakarta: EGC; 1998.
10. Ballington DA, Laughlin MM. Pharmacology for Technicians. 2nd ed. New
Delhi: New Age International; 2005.
11. Anief M. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. 3rd ed. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press; 1997.
12. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika;
2004.
13. Pratomo H. Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat Jakarta: UI-Press; 1986.

29

I. DATA PRIBADI
Nama

Jenis kelamin

: Pria / Wanita

Umur

Agama

Pendidikan

: SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi

Pekerjaan

Penghasilan

Tahun

II. PERTANYAAN PENGETAHUAN


Petunjuk: Jawablah pertanyaan yang benar sesuai dengan apa yang anda ketahui.
1.

Antibiotik adalah.......
A. obat untuk membunuh kuman
B. obat untuk membunuh virus
C. obat untuk menurunkan demam

2.

Antibiotika digunakan untuk ...


A. penyakit-penyakit karena infeksi karena bakteri
B. asma
C. kanker

3.

Menurut anda penyakit dibawah ini yang memerlukan antibiotika adalah .....
A. TBC (Tuberkulosis paru)
B. asma
C. kanker

4.

Dari manakah petunjuk antibiotik didapatkan.....


A. petunjuk dokter
B. petunjuk Suster
C. petunjuk masyarakat

30

5.

Apa yang akan terjadi jika penggunaan antibiotika tidak tepat dosis ataupun
cara pemilihannya ?
A. kuman akan kebal terhadap antibiotika
B. kuman menjadi lbih mudah terbunuh oleh antibiotika
C. jumlah kuman berkurang

6.

Kapan sebaiknya penggunaan antibiotika dihentikan ?


A. jika obat sudah habis
B. jika gejala klinis sudah hilang
C. jika ada efek samping

7.

Efek samping dari antibiotika adalah...


A. reaksi alergi dan toksik
B. mual dan muntah
C. pingsan

8.

Antibiotika tidak selamanya boleh diberikan dan harus berhati-hati pada


pasien..
A. ibu hamil dan orang tua
B. pasien yang sistem imunnya rendah seperti pada HIV/AIDS
C. bayi

9.

Dimanakah tempat pnyimpanan antibiotika yang baik...


A. terhindar dari sinar matahari
B. boleh terkena sinar matahari asal jangan terlalu lama
C. tempat lembab

10. Antibiotik termasuk jenis obat golongan.....


A. berbahaya
B. peringatan
C. tidak berbahaya

31

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

2.

3.

Data Pribadi
Nama

: Surya Fahrozi

Tempat/Tanggal Lahir

: Binjai, 27 Januari 1991

Alamat

: Jl. Ir. H. Juanda Gg. Sedar No. 34, Binjai

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Riwayat Pendidikan
1.

SDN 023897

2.

SMP Negeri 3 Binjai

3.

SMA Negeri 4 Binjai

Riwayat Pelatihan
1. Seninar
2. Baksos

4.

Riwayat Organisasi
1. OSIS

Anda mungkin juga menyukai