Oleh :
SURYA FAHROZI
081001267
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK YANG DIPEROLEH SECARA BEBAS
DI KECAMATAN BINJAI TIMUR
Yang dipersiapkan Oleh :
Surya Fahrozi
081001267
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk menyelesaikan
Pendidikan Program S-1
ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
ANTIBIOTIK
YANG
DIPEROLEH
: SURYA FAHROZI
NIM
: 081001267
Pembimbing
Penguji
iii
ABSTRAK
Penurunan keefektifan berbagai jenis antibiotik semakin meningkat karen
a banyak mikroorganisme yang sudah menjadi resisten terhadap antibiotik.
Hal ini disebabkan oleh karena antibiotik dapat diperoleh tanpa resep dokter
sehingga terjadi penggunaan yang tidak tepat seperti tidak teratur makan obat dan
tidak menyelesaikan pengobatan, karena sudah merasa sembuh atau tidak mampu
membiayai pengobatan sampai selesai. Penggunaan antibiotik dipengaruh oleh
beberapa faktor, seperti pengetahuan dokter dan pasien tentang antibiotik, status
ekonomi, masyarakat dan kondisi karakteristik pelayanan sistem kesehatan,
regulasi lingkungan di suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya
tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh
secara bebas di Kecamatan Binjai Timur.
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan dengan tekhnik
sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Total 100 sukarelawan
bersedia melibatkan diri dimasukkan dalam penelitian ini. Seluruh sukarelawan
dikehendaki untuk mengisi identitas diri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada di dalam kuesioner penelitian yang dibagikan. Analisis jumlah dan
frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat dan jawaban-jawaban responden
menggunakan deskriptif.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai
Timur pada umumnya berada di tingkat pengetahuan sedang, yaitu sebanyak 60
orang (60%) responden. Disarankan kepada pemerintah Kota Binjai agar lebih
memperhatikan penerapan undang-undang perdagangan obat keras untuk
mencegah peningkatan resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik. Saran
kepada peneliti lainnya, diharapkan penelitian ini dapat diteliti lebih jauh dengan
jumlah sampel yang lebih besar atau diteliti mengenai tingkat pengetahuan
masyarakat dari segi faktor lainnya dengan penggunaan antibiotik yang diperoleh
secara bebas di Kota Binjai.
Kata kunci : antibiotik, penggunaan bebas, tingkat pengetahuan.
ABSTRACT
iv
Decrease
worked up
since
effectiveness
various
type
antibiotic
progressively
one that
by
have
as
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan berkatNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program S-1 di
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul TINGKAT
PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
YANG DIPEROLEH SECARA BEBAS DI KECAMATAN BINJAI TIMUR,
Penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, oleh karena itu dalam
kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.
2.
Bapak dr. Adri Syahreza sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan, kritik, saran dan
kesabaran beliau dalam proses pengerjaan dari awal hingga proposal
3.
4.
5.
6.
dan kepada seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Abang, kakak dan adik tercinta Maulidia, Silvi, Mufarizuddin, Saumi, Angga,
Gita, Ainun, Tasya, Aswin, Ilham, Aulia, Liza, Hafiz yang telah memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
vi
7.
Cinta dan sayang untuk Nur Marisya Ramadhani yang selalu menemani
penulis dalam suka maupun duka serta memberi dukungan dan semangat
8.
9.
Ilmiah ini dengan sebaik mungkin, maka hanya demikianlah yang dapat Penulis
sajikan dan Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................
ii
ABSTRAK .............................................................................................
iii
ABSTRACT ..........................................................................................
iv
vii
vii
DAFTAR TABEL...................................................................................
ix
1.1
1.2
1.3
1.4
2.1
Antibiotik ...................................................................................
2.1.1
Definisi .......................................................................................
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
10
2.2
13
2.3
13
2.4
15
16
3.1
16
3.2
16
3.3
17
3.4
17
3.4.1
17
viii
3.4.2
17
3.5
17
3.6
18
3.7
19
3.8
19
3.9
20
21
4.1
Hasil Penelitian...........................................................................
21
4.1.1
21
4.1.2
21
4.1.3
24
Pembahasan.................................................................................
25
28
5.1
Kesimpulan..................................................................................
28
5.2
Saran............................................................................................
28
29
4.2
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan
20
Tabel 4.1
21
Tabel 4.2
22
ix
Tabel 4.3
22
Tabel 4.4
23
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
23
24
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik merupakan obat yang sering diresepkan dokter untuk
mengobati penyakit infeksi. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
indikasi, tidak tepat dosis dan tidak tepat cara pemberiannya akan meningkatkan
kejadian resistensi kuman terhadap antibiotik, sehingga menyebabkan kegagalan
pengobatan.
Antibiotik tidak mengurangi dampak negatif dari berbagai penyakit
infeksi yang sebelumnya tidak dapat diobati. Namun, pada awal abad ke-21
banyak antibiotik yang keefektifannya mulai menurun, karena banyak
mikroorganisme sudah resisten terhadap antibiotik.(1)
Dari sebuah penelitian resistensi bakteri Streptococcus pneumoniae yang
berasal dari 11 negara di Asia terhadap beberapa jenis antibiotik, Vietnam
menempati persentase tertinggi untuk resistensi terhadap penisilin dan
erythromycin, sedangkan tingkat tertinggi dari resistensi terhadap ciprofloxacin
diduduki oleh Hong Kong.(2)
Penggunaan
antibiotik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pengetahuan dokter dan pasien tentang antibiotik, status ekonomi, masyarakat dan
kondisi karakteristik pelayanan sistem kesehatan, dan regulasi lingkungan di suatu
negara. Antibiotik yang digunakan secara bebas tanpa resep dokter, sering
menyebabkan kesalahan dalam penggunaannya, antara lain sering tidak teratur
makan obat dan tidak menyelesaikan pengobatan, karena sudah merasa sembuh
atau tidak mampu membiayai pengobatan sampai selesai. Kondisi ini
menyebabkan tidak tuntasnya proses eradikasi bakteri, yang terjadinya proses
mutasi kuman, sehingga menjadi kebal atau resisten terhadap antibiotik tersebut.
Jika pasien terinfeksi kembali oleh bakteri yang sama yang resistensi terhadap
antibiotik atau jika bakteri tersebut menginfeksi individu yang lain, maka
pengobatannya menjadi sulit. Untuk mengatasi hal ini diperlukan antibiotik
golongan atau jenis lain, yang lebih sensitif dan lebih mahal.(1)
b.
c.
d.
e.
1.4 Manfaat
a.
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Kota Binjai untuk lebih
memperhatikan penjualan antibiotik secara bebas yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Antibiotik
2.1.1
Defenisi
Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang dihasilkan
2.1.2
Mekanisme Kerja
Cara kerjanya yang terpenting adalah perintangan sintesa protein,
2.
3.
4.
5.
Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan suatu keadaan tidak terganggunya
mikroba
oleh
antimikroba.
Resistensi
antibiotik
dapat
terjadi
karena
mencegah molekul-molekul polar berukuran besar memasuki sel. Molekulmolekul polar berukuran kecil, termasuk banyak antibiotik, masuk kedalam sel
melalui saluran yang terbuat dari protein yang disebut porin. Jika saluran porin
yang tepat tidak ada, atau terjadi mutasi, atau hilang, maka hal tersebut dapat
memperlambat laju, atau sama sekali mencegah masuknya obat kedalam sel,
sehingga akan menurunkan konsentrasi efektif obat pada lokasi target. Jika targt
berada dalam sel dan obat memerlukan transport aktif untuk melewati membran
sel, maka mutasi atau kondisi lingkungan yang menghentikan mekanisme
transport ini dapat menyebabkan resistensi.(5)
b) Inaktivasi obat
Variasi dari mekanisme ini adalah gagalnya sel bakteri untuk mengubah obat
inaktif menjadi metabolit aktif. Perubahan pada target tersebut dapat terjadi akibat
mutasi target alami, modifikasi target, dan substitusi target asal yang rentan
dengan alternatif lain yang resisten. Mekanisme resistensi ini terjadi akibat
menurunnya pengikatan obat oleh target kritis atau substitusi dengan target baru
yang tidak dapat mengikat obat yang ditujukan untuk target asalnya.(5)
c)
2.1.4
Efek Samping
Umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi atau efek. Kegunaan
terapi suatu obat tergantung selektivitas aksinya, sehingga merupakan efek yang
paling menonjol dan hanya pada suatu kelompok sel atau fungsi organ. Efek atau
aksi pokok adalah satu satunya efek pada letak primer bila ada satu efek yang
digunakan untuk terapi disebut efek terapi. Sedangkan efek samping adalah efek
suatu obat yang tidak termasuk kegunaan terapi.(11)
Efek samping penggunaan antimkroba dikelompokkan menurut :
a. Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan
sistem imun tubuh hospes, terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat.
Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.
b. Reaksi idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik
terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam
akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim G6PD.
c. Reaksi toksik
Pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada
hospes ditimbulkan oleh semua jenis antimikroba. Yang mungkin dapat dianggap
relatif tidak toksik sampai kini ialah golongan penisilin. Dalam menimbulkan efek
toksik, masing-masing antimikroba dapat memiliki predileksi terhadap organ atau
sistem tertentu pada tubuh hospes.
d. Perubahan biologi dan metabolik pada hospes
Penggunaan antimikroba, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu
keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat
jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik
mikroflora normal dapat terjadi di saluran cerna, nafas dan kelamin, dan pada
kulit. Pada beberapa keadaan perubahan ini dapat terjadi menimbulkan super
infeksi yaitu suatu infeksi baru yang terjadi akibat terapi infeksi primer dengan
suatu antimikroba. Mikroba penyebab superinfeksi biasanya ialah jenis mikroba
Faktor
Pasien
Yang
Mempengaruhi
Farmakodinamik
Dan
Farmakokinetik
Adapun yang mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat
sebagai berikut :
a) Umur
Neonatus pada umumnya memiliki organ atau sistem tubuh yang belum
berkembang sepenuhnya. Umpamanya fungsi glukuronidasi oleh hepar belum
cukup lancar, sehingga memudahkan terjadinya efek toksik oleh kloramfenikol.
Orang yang berusia lanjut sering mengalami kemunduran fungsi organ atau sistem
tertentu, sehingga reaksi tubuh terhadap pemberian obat berubah, baik dalam segi
farmakodinamik maupun segi farmokinetik. Untuk kedua golongan umur tersebut
di atas, posologi obat, termasuk antimikroba, harus disesuaikan dengan keadaan
masing masing.(6)
b) Kehamilan
Pemberian obat pada ibu hamil harus disertai pertimbangan kemungkinan
terjadinya efek samping pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil pada umumnya
lebih peka terhadap pengaruh obat tertentu, termasuk antimikroba. Sedangkan
kemungkinan timbulnya pada fetus, tergantung pada daya obat menembus sawar
uri serta usia janin. Pemberian streptomisin pada ibu yang hamil tua dapat
menimbulkan ketulian pada bayi yang dilahirkan, sedangkan pemberian
antimikroba pada kehamilan trisemester pertama harus diingat bahaya
teratogenesisnya.(6)
c)
Genetik
Adanya perbedaan antar ras dapat menimbulkan perbedaan reaksi terhadap
obat. Sebagai contoh defisiensi enzim G6PD dapat menimbulkan hemolisis akibat
pemberian sulfonamid, kloramfenikol, dapson atau nitrofurantoin.(6)
10
Faktor farmakokinetik
Tidak semua bagian tubuh dapat ditembus dengan mudah oleh antimikroba.
Jaringan prostat ialah contoh organ yang sulit dicapai oleh kebanyakan obat
dengan kadar yang adekuat.(6)
f)
dengan sendirinya menyatakan bahwa setiap antimikroba yang tercantum itu akan
memberi efektivitas klinik yang sama.(6)
g) Faktor pasien
Keadaan umum yang buruk dan gangguan mekanisme pertahanan tubuh
(selular dan humoral) merupakan faktor penting yang menyebabkan gagalnya
terapi antimikroba.(6)
2.1.7
a) Indikasi
Penggunaan terapeutik antimikroba di klinik bertujuan membasmi mikroba
penyebab infeksi. Penggunaan antimikroba ditentukan berdasarkan indikasi
dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
1) Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh
adanya mikroba dalam tubuh hospes, dan bukan berdasarkan atas
kehadiran mikroba tersebut semata-mata.
2) Efek terapi antimikroba pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai
akibat kerja antimikroba terhadap biomekanisme mikroba, dan tidak
terhadap biomekanisme tubuh hospes.
3) Antimikroba dapat dikatakan bukan merupakan obat penyembuh
penyakit infeksi dalam arti kata sebenarnya. Antimikroba hanyalah
11
12
berat
lainnya
memerlukan
kombinasi
antimikroba,
karena
13
1)
2)
3)
Untuk
Ciprofloxacin,
prevalensi
resistensi
terhadap
antibiotik
undangundang St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949 tentang obat keras.
Antibiotik termasuk salah satu jenis obat-obat keras, hal ini dijelaskan dalam pasal
1 ayat 1a yang berbunyi: Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan
untuk keperluan teknik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksi dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak,
yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Department van
Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2. Pada ayat 1k dilampirkan bahwa
obat-obat keras terbagi dalam dua daftar yaitu : daftar obat-obatan G (berbahaya)
dan daftar obat-obatan W (peringatan). Antibiotik termasuk dalam daftar obatobatan G dimana pada kemasannya terdapat label lingkaran merah dengan huruf
K ditengahnya.
14
15
Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
Pengetahuan
Pemberian
antibiotik
Tanpa resep
Resistensi
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tingkat pengetahuan
masyarakat Kecamatan
Binjai Timur tentang
antibiotik yang
diperoleh secara bebas
Defenisi Operasional
Pengetahuan masyarakat adalah kumpulan informasi tentang antibotik
yang diperoleh secara bebas oleh masyarakat Kecamatan Binjai Timur, yang
diukur dengan menggunakan kuesioner rancangan penulis dengan skala ukur.
Aspek pengukuran yang dilakukan berdasarkan jawaban responden dan
seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda.
Jawaban yang tepat diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tepat akan diberi nilai
0. Dari penetapan nilai tersebut, maka skor yang didapat dijumlahkan dan dibuat
persentase sebagai berikut :
Rumus :
S
x
x 100%
r
Keterangan :
S = skor
x = Jawaban yang benar
r = jumlah nilai maksimum (10).
Menurut Pratomo pengetahuan dikategorikan sebagai berikut13 :
1.
17
2.
3.
3.3
3.4.2
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2012.
3.5
Kecamatan Binjai Timur, yang berjumlah 51.367 warga dengan catatan laki-laki :
25.137 dan perempuan: 26.230 orang. Hasil populasi ini diambil dari 7 Kelurahan:
Kelurahan Tanah Tinggi berjumlah
: 7207 orang
Kelurahan Timbang Langkat berjumlah : 4368 orang
Kelurahan Mencirim berjumlah
: 8707 orang
Kelurahan Tunggurono berjumlah : 8224 orang
Kelurahan SM Rejo berjumlah
: 8611 orang
Kelurahan Dataran Tinggi berjumlah
: 5362 orang
Kelurahan Sumber Karya berjumlah
: 8888 orang
Jumlah sampel diambil secara proposional dengan teknik pengambilan
sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Cara menentukan besar
sampel sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
18
N = jumlah Populasi
n = jumlah Sampel
d = derajat kesalahan yang diinginkan = 0,1
Berdasarkan rumus tersebut dapat dicari jumlah sampelnya, maka :
n = 99,80
n adalah jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu sebanyak 100
orang yang diambil dengan menggunakan metode probability sampling dengan
teknik simple random sampling.
3.6
kuesioner yang telah dirancang dan disiapkan oleh peneliti, dan diberikan kepada
respon yang terpilih.
3.7
a.
Coding
aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka
pengolahan data, baik secara manual atau dengan menggunakan komputer.
c.
d.
Tabulasi : data yang terkumpul dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.
Data yang dikumpulkan dari hasil quesioner kemudian diolah dengan
metode komputer program SPSS 17.0 release for Windows (Stastitical Product
and Service Solution). Kemudian data dianalisis secara deskriptif.
3.8
Kerangka Operasional
19
Populasi
Sampel
Analisis data
3.9
Jadwal Pelaksanaan
Jadwal Kegiatan
Penyusunan proposal
Seminar proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Seminar hasil
Waktu
April 2011
Juli 2011
Februari 2012
Februari 2012
Maret 2012
April 2012
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
didalam kota Binjai dengan luas wilayah 21,70 Km 2. Luas wilayah kecamatan ini
banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, sekolah, tempat
ibadah, dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
4.1.2
21
Frekuensi (Orang)
36
%
36%
Perempuan
64
64%
Frekuensi (Orang)
21
%
21%
22-26
18
18%
27-31
6%
32-36
8%
37-41
14
14%
42-46
12
12%
47-51
10
10%
52-56
6%
>57
Total
5
100
5%
100%
Frekuensi (Orang)
7
%
7%
SMP/Sederajat
7%
22
SMA/Sederajat
39
39%
Perguruan Tinggi/Sederajat
Total
47
100
47%
100%
Frekuensi (Orang)
28
%
28%
Wiraswasta
46
46%
8%
Lain-lain
Total
18
100
18%
100%
Frekuensi (Orang)
13
%
13%
Rp. 2.500.000-Rp.3.500.000
27
27%
Rp. 1.500.000-Rp.2.500.000
22
22%
38
100
38%
100%
23
Rp.3.500.000, 22 orang (22%) responden berpenghasilan Rp.1.500.000Rp.2.500.000 dan 13 orang (13%) responden berpenghasilan > Rp.3.500.000.
4.1.3
Pertanyaan Pengetahuan
Pengertian antibiotik
Penggunaan antibiotik
Penyakit yang memerlukan
antibiotik
Asal petunjuk antibiotik
Efek penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dosis
Penghentian
penggunaan
antibiotik
Efek samping antibiotik
Pasien yang tidak selamanya
9
10
Salah
Benar
Jumlah
(Skor 0)
N
%
48
48%
38
38%
(Skor 1)
N
%
52 52%
62 62%
N
100
100
Total
%
100%
100%
47
47%
53
53%
100
100%
8%
92
92%
100
100%
24
24%
76
76%
100
100%
77
77%
23
23%
100
100%
57
57%
43
43%
100
100%
46
46%
54
54%
100
100%
10
10%
90
90%
100
100%
83
83%
17
17%
100
100%
24
Frekuensi (Orang)
24
%
24%
Sedang
60
60%
Buruk
Total
16
100
16%
100%
25
kemampuan
untuk
menggunakannya.
Menurut
pendapat
26
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam
Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
2.
3.
Bagi peneliti selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih
memperdalam cakupan penelitiannya, khususnya dalam hal pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas,
sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Antimicrobial Resistance: World Health Organization; 2002.
2. Song JH, Jung SI, Ko KS, Kim NY, Son JS, Chang HH, et al. High Prevalence
of Antimicrobial Resistance among Clinical Streptococcus pneumoniae
Isolates in Asia (an ANSORP Study). Antimicrobial Agents and Chemotherapy.
2004 Jun; 48.
3. Volpato DE, Souza BVd, Rosa LGD, Melo LH, Daudt CAS, Deboni L. Use of
Antibiotics without Medical Prescription. The Brazilian Journal of Infectious
Diseases. 2005 Aug; 9(3).
4. Undang-Undang Obat Keras (St. No. 419 tgl. Desember 1949). [Online]. [cited
2011 4 10. Available from: http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/UU-4191949Ordonansi ObatKeras.pdf.
5. Hardman JG, Limbird LL, editors. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi. 10th ed. Jakarta: EGC; 2008.
6. Farmakologi Dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen Farmakologi &
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
7. Tjay TH, Rahardja K. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan Dan EfekEfek Sampingnya. 6th ed. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2009.
8. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 10th ed. Jakarta: EGC; 2010.
9. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Kinik. 6th ed. Jakarta: EGC; 1998.
10. Ballington DA, Laughlin MM. Pharmacology for Technicians. 2nd ed. New
Delhi: New Age International; 2005.
11. Anief M. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. 3rd ed. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press; 1997.
12. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika;
2004.
13. Pratomo H. Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat Jakarta: UI-Press; 1986.
29
I. DATA PRIBADI
Nama
Jenis kelamin
: Pria / Wanita
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Tahun
Antibiotik adalah.......
A. obat untuk membunuh kuman
B. obat untuk membunuh virus
C. obat untuk menurunkan demam
2.
3.
Menurut anda penyakit dibawah ini yang memerlukan antibiotika adalah .....
A. TBC (Tuberkulosis paru)
B. asma
C. kanker
4.
30
5.
Apa yang akan terjadi jika penggunaan antibiotika tidak tepat dosis ataupun
cara pemilihannya ?
A. kuman akan kebal terhadap antibiotika
B. kuman menjadi lbih mudah terbunuh oleh antibiotika
C. jumlah kuman berkurang
6.
7.
8.
9.
31
1.
2.
3.
Data Pribadi
Nama
: Surya Fahrozi
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan
1.
SDN 023897
2.
3.
Riwayat Pelatihan
1. Seninar
2. Baksos
4.
Riwayat Organisasi
1. OSIS