E Book Perancangan Jembatan PDF
E Book Perancangan Jembatan PDF
SAMARINDA T L
T L
RENCANA
PARIT 0+000
P-2 T L
N 303493.873 020
E 518687.664
Z 45.851
RENCANA
P-1 T L
PARIT
N 303472.487
E 518630.790
Z 49.324
RENCANA
PARIT
BM-1
N 303516.077
E 518741.488
Z 49.161
RENCANA
PARIT
55
50 BUDI NUGROHO
45
40
PIPA BAJA Ø50cm - 36 m PIPA BAJA Ø50cm - 12 m
35
PERANCANGAN
JEMBATAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji , kami haturkan kehadirat Allah swt atas selesainya penulisan
Buku Ajar Perancangan Jembatan, Program Studi Rekayasa Jalan dan
Jembatan S1-Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda tahun
2016. Penyusunan buku ajar ini disusun dengan berdasarkan beberapa sumber
referensi, peraturan/standard dan merujuk pada kurikulum Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan standard kompetensi kerja Nasional Indonesia
(SKKNI)
Adapun isi buku ajar ini diacu berdasarkan kompetensi dan capaian
pembelajaran yang telah disepakati dalam KKNI bahwa lulusan program Studi
Rekayasa Jalan dan jembatan harus mempunyai kemampuan merancang
jembatan dengan skala menengah.
Akhirnya, semoga buku ajar ini dapat dipakai dan diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar khususnya mata kuliah perancangan jembatan sebagai
pedoman acuan baik oleh pengajar dan mahasiswa pada Program Studi
Rekayasa Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Samarinda, sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten, professional dan
berdaya saing.
Penyusun,
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Tahapan perencanaan jembatan,
pemilihan lokasi, layout dan faktor pertimbangan pemilihan lay out
Tahapan perencanaan bersifat uji coba yang dimulai dari suatu definisi
masalah dan berkembang dalam hasil yang berguna setelah beberapa percobaan dan
modifikasi. Tahapan tersebut dijelaskan dalam Gambar 2.1
2.2 Tahapan Perencanaan
Proses perencanaan sebuah jembatan paling tidak harus melalui tahapan tahapan berikut ( Lihat diagram alir berikut
Gambar 2.1 )
PENDAHULUAN SURVEY TAHAP SURVEY TAHAP TAHAP PENYELESAIAN AKHIR
DETAIL PERENCANAAN
PENDAHULUAN
SURVEY TOPOGRAFI
2. Survey Detail
a) Survey Topografi
Survey ini meliputi ;
1) Pengukuran poligon
2) Pengukuran situasi jembatan
3) Potongan melintang dan memanjang jalan atau rencana as jembatan
4) Potongan melintang dan memanjang sungai
5) Pemasangan patok ukur /CP (Control Point) dan patok titik tetap
utama/BM (Bench Mark)
Sebagai catatan titik BM adalah titik tetap sebagai titik control horizontal
dan vertical. BM tersebut akan digunakan sebagai titik titik acuan pada
saat pekerjaan ini berlangsung dan digunakan untuk kepentingan saat
konstruksi yang akan dating. Karena fungsi BM sebagai acuan titik
control horizontal dan vertical, maka stabilitas BM pada tempatnya sangat
penting.
Titik tetap atau Bench Mark (BM) terbuat dari beton dengan ukuran 20 cm x 20 cm
x 100 cm. BM dilengkapi baut diatasnya, diberi tanda silang pada kepala baut
sebagai penanda centering serta di beri penamaan pada bagian samping. BM ini
dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncuk diatas permukaan lebih
kurang 20 cm.
Pemasangan BM dipilihakan pada tempat tempat yang selain strategis dan mudah
di temukan kembali dalam pencariannya, selain itu juga BM akan dipasang pada
areal pengukuran sebagai titik tetap polygon utama maupun pengukuran beda
ketinggian, dengan rentang jangkauan antar BM lebih kurang 2,5 KM. BM dicat
warna biru serta dibuatkan dokumentasi dan deskripsinya .
Hasil analisa survey topografi tentunya sangat diperlukan untuk mengetahui
elevasi data yang akurat, sehingga didapatkan desain jembatan yang
memenuhi persyaratan baik dari sisi teknis maupun sisi kenyamanan
Titik tetap lainnya yang merupakan pasangan BM adalah titik tetap penanda
arah azimuth atau yang lebih dikenal dengan nama control point (CP). CP ini
dibuat dengan menggunalan paralon berdiameter 10 cm yang diisi cor semen
dengan panjang lebih kurang 80 cm, serta ditanam sedemikian rupa sehingga
yang muncul di permukaan setinggi lebih kurang 20 cm.
Control point dipasang saling terlihat terhadap BM, mudah ditemukan
kembali, dipasang pada yang stabil dan aman, serta di beri kode atau nomer
yang ada hubungannya dengan nomor atau kode BM yang menjadi
pasangannya, sehingga kan mempermudah pemahaman atau hubungan antara
CP dan BM satu dengan CP atau BM lainnya.
c) Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium dilakukan untuk
memperoleh kondisi tanah pada rencana telapak pondasi dan pilar jembatan
berupa kedalaman tanah keras, jenis dan tekstur tanah, kekuatan struktur/daya
dukung melalui kegiatan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan test sondir/test pit
2) Pelaksanaan test boring untuk mengambil contoh tanah dan uji SPT
3) Pengamatan struktur tanah, karakteristik, warna dan tipe tanah
4) Anlisa Lab untuk mengetahui index properties tanah dan kharakteristik
tanah
Tabel 2.1 Contoh rekap hasil uji sondir
Pick Up, Mobil Hantaran dan Box 153 1.0 153 405.95
Pada proses desain akhir, untuk pelaksanaan membutuhkan final data yang
diambil dari desain awal, misalnya ; pada desain awal direncanakan 2 pilar dan 2
abutment, maka penyelidikan tanah (soil investigation) dilakukan pada tempat
pilar dan abutment tersebut.
Pada umumnya final data terdiri dari hal-hal sebagai berikut ;
a) Pengukuran topografi, berupa situasi, penampang, garis ketinggian dan lain-
lain.
b) Penyelidikan geoteknik, berupa sondir, boring dan uji laboratorium untuk
mengetahui parameter tanah.
c) Penyelidikan air, berupa hidrologi, penggerusan (scouring), dll
d) Penyelidikan batuan jika diperlukan untuk penentuan daerah stabil,
penentuan arah retakan dari batuan, kekerasan batuan dll.
e) Foto udara, hanya diperlukan bila lokasi proyek cukup besar.
Desain akhir dhasilkan dari desain awal dan final data, serta mencakup seluruh
aspek perencanaan sampai detail-detailnya yaitu pada :
1) Bangunan Atas : Lapisan aus, lantai kendaraan, sandaran, balok memanjang
& melintang, pengaku atau diafragma, balok utama, ikatan angin atas dan
bawah, portal ujung, ikatan rem, kabel utama, kabel angin, shear connector,
exspansion join.
2) Landasan : Landasan sendi, rol atau elastomer
3) Bangunan bawah : Kepala jembatan (abutment), Pilar.
4) Pondasi : Pondasi langsung, sumuran, tiang pancang.
5) Bangunan pengaman : Bangunan pengaman superstructure,
substructure,oprit, dan pondasi.
6) Penentuan : Lebar jembatan, kelas jembatan, material jembatan, penampang
dan detail lengkap.
2. Aspek Lalu-Lintas
Aspek ini harus memperhitungkan kelancaran fungsi transportasi baik lalu-lintas
kendaraan maupun pejalan kaki (pedestrians) yang melintasi sebuah jembatan.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap lebar jembatan optimum agar dapat
melayani lalu lintas yang optimum pula. Disamping itu juga harus dipikirkan tipe
jembatan yang akan digunakan mengingat kompleksitas lalu lintas kedepannya.
Pendekatan ekonomi perlu diperhatikan, dengan pertimbangan biaya seminimum
mungkin.
3. Aspek Estetika
Pada daerah perkotaan desain jembatan tidak hanya didasarkan pada structural
dan pelayanan transportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan artistik. Aspek
estetika pada jembatan di perkotaan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan dalam perencanaan. Kesesuaian estetika dan arsitektural jembatan
akan memberikan suatu nilai lebih pada jembatan yang dibangun ditengah kota.
Banyak jembatan di kota-kota dunia membuktikan telah menjadi ikon atau
landmark bagi kota tersebut.
Biaya konstruksi jalan persatuan panjang dinotasikan dengan K H, dan biaya konstruksi
jembatan persatuan panjang KB
Panjang jalur alternative I dinotasikan dengan H1 dan alternative II, H2, dan panjang
jembatan pada jalur I, L1 sedangkan alur II dinotasikan dengan L2. Maka biaya konstruksi
jalan jalur I setidak-tidaknya harus lebih kecil atau sama dengan jalur II, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut ini :
Bila diambil , K =
Akan didapatkan :
(H1 – H2) ≤ (K-1)(L2 – L1)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa biaya konstruksi penambahan panjang jalur jalan
masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya penambahan panjang jembatan. Oleh karena itu
dalam hal ini perlu dibuat suatu keputusan yang cermat dan seksama oleh para ahli jembatan
dan ahli jalan.
Gambar 2.14 Layout jembatan yang melintasi sungai dan lembah datar
(Bambang Supriyadi,2000)
2. Sungai dan tributary. Pada daerah ini kemungkinan akan banyak terjadi sedimentasi,
jembatan sebaiknya tidak ditempatkan secara langsung disebelah hilir mulut tributary
seperti ditunjukkan potongan 1-1 Gambar 2.15 Tidaklah tepat pula, bila ditempatkan dekat
hulu percabangan sungai (potongan II-II, Gambar 2.15). Oleh karena itu, dipilih bagian
sungai yang tidak memiliki percabangan sehingga hanya ada satu jembatan yang perlu
dibangun.