Anda di halaman 1dari 31

POLITEKNIK NEGERI

SAMARINDA T L

T L

RENCANA
PARIT 0+000

P-2 T L

N 303493.873 020
E 518687.664
Z 45.851

RENCANA
P-1 T L
PARIT
N 303472.487
E 518630.790
Z 49.324
RENCANA
PARIT

BM-1
N 303516.077
E 518741.488
Z 49.161

RENCANA
PARIT

55

50 BUDI NUGROHO
45

40
PIPA BAJA Ø50cm - 36 m PIPA BAJA Ø50cm - 12 m

35

PERANCANGAN
JEMBATAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji , kami haturkan kehadirat Allah swt atas selesainya penulisan
Buku Ajar Perancangan Jembatan, Program Studi Rekayasa Jalan dan
Jembatan S1-Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda tahun
2016. Penyusunan buku ajar ini disusun dengan berdasarkan beberapa sumber
referensi, peraturan/standard dan merujuk pada kurikulum Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan standard kompetensi kerja Nasional Indonesia
(SKKNI)

Adapun isi buku ajar ini diacu berdasarkan kompetensi dan capaian
pembelajaran yang telah disepakati dalam KKNI bahwa lulusan program Studi
Rekayasa Jalan dan jembatan harus mempunyai kemampuan merancang
jembatan dengan skala menengah.

Akhirnya, semoga buku ajar ini dapat dipakai dan diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar khususnya mata kuliah perancangan jembatan sebagai
pedoman acuan baik oleh pengajar dan mahasiswa pada Program Studi
Rekayasa Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Samarinda, sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten, professional dan
berdaya saing.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Samarinda, Oktober 2016

Penyusun,

Budi Nugroho, ST, M.Eng

NIP19720614 200003 1 001


PROSES PERENCANAAN JEMBATAN

Kompetensi Dasar :
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Tahapan perencanaan jembatan,
pemilihan lokasi, layout dan faktor pertimbangan pemilihan lay out

Materi /Pokok Bahasan:


Kaidah Perencanaan
Tahapan Perencanaan
Pemilihan Lokasi Jembatan
Lay Out Jembatan
Pertimbangan Lay Out Jembatan Melintas Sungai
BAB II

PROSES PERENCANAN JEMBATAN

2.1 Kaidah Perencanaan

Proses perencanaan jembatan perlu dipahami terlebih dahulu sebelum


melakukan penghitungan dan pemilihan bentuk struktur sehingga perencanaan yang
dihasilkan dapat memenuhi fungsi struktur, bentuk yang sesuai, efisien dan punya
fungsi estetika untuk itu dipandang perlu untuk mempelajari /melaksanakan proses
perencanaan jembatan dengan mengunakan standarisasi sesuai spesifikasi
serencanaan teknik jembatan.
Proses perencanaan jembatan perlu dipahami terlebih dahulu sebelum
melakukan penghitungan dan pemilihan bentuk struktur sehingga perencanaan yang
dihasilkan dapat memenuhi fungsi struktur, bentuk yangt sesuai, efisien dan punya
fungsi estetika untuk itu dipandang perlu untuk mempelajari /melaksanakan proses
perencanaan jembatan dengan mengunakan standarisasi sesuai spesifikasi
serencanaan teknik jembatan.
Maksud dari seluruh tahapan perencanaan adalah untuk menemukan struktur
yang akan memenuhi pokok-pokok perencanaan, Yaitu :
1. KekuatanUnsur Struktural dan Stabilitas Keseluruhan
Struktur harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban pada
kondisi ultimate dan struktur sebagai satu kesatuan harus stabil pada pembebanan
tersebut
2. Kelayanan Struktural
Bangunan bawah dan pondasi harus berada dalam keadaan layan pada beban
batas beban layan. Hal ini berarti struktur tidak boleh mengalami retakan,
lendutan atau getaran sedemekian sehingga masyarakat menjadi khawatir atau
jembatan menjadi tidak layak untuk penggunaan atau mempunyai pengurangan
berarti dalam umur kelayanan
3. Keawetan
Bahan yang dipilih harus sesuai untuk lingkungan, missal jembatan rangka baja
yang di galvanisasi tidak merupakan bahan terbaik untuk penggunaan di dalam
lingkungan laut agresif garam yang dekat pantai
4. Kemudahan Konstruksi
Pemilhan rencana harus mudah dilaksanakan, rencana yang sulit akan dapat
menyebabkan waktu pengerjaan yang lama dan peningkatan biaya, sehingga
harus di hindari sedapat mungkin.
5. Ekonomis dapat diterima
Rencana termurah yang sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya
umumnya yang dipilih. Penekanan harus di berikan pada biaya umur total
struktur yang mencakup biaya pemeliharaan dan tidak hanya biaya permulaan
konstruksi.
6. Estetika
Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan
untuk dilihat.

Tahapan perencanaan bersifat uji coba yang dimulai dari suatu definisi
masalah dan berkembang dalam hasil yang berguna setelah beberapa percobaan dan
modifikasi. Tahapan tersebut dijelaskan dalam Gambar 2.1
2.2 Tahapan Perencanaan

Proses perencanaan sebuah jembatan paling tidak harus melalui tahapan tahapan berikut ( Lihat diagram alir berikut
Gambar 2.1 )
PENDAHULUAN SURVEY TAHAP SURVEY TAHAP TAHAP PENYELESAIAN AKHIR
DETAIL PERENCANAAN
PENDAHULUAN

SURVEY TOPOGRAFI

 Pengukuran titik control


PENGUMPULAN PETA DASAR
horizontal dan vertikal
 Pengukuran penampang dan
situasi
 Peta topografi  Pengukuran 200m kiri dan
 Peta geologi kanan sungai sepanjang jalan PENYIAPAN DRAFT LAPORAN
 Peta tata guna Lahan  Pengukuran 100 m kiri dan
 Peta curah hujan kanan as jalan  Dokumen tender
 Pengukuran 50 m kiri dan PERENCANAAN TEKNIS  Draft laporan akhir
kanan tepi sungai  Kriteria desain  Draft laporan teknis
 Perhitungan dan  Analisa data lapangan
penggambaran  Konsep perencanaan
KONSEP PENDAHULUAN/  Perhitungan teknis
-Bangunan bawah, atas dan pondasi
RECONNAISSANCE SURVEY GEOTEKNIK -Hidrologi
 Penentuan tipe b. atas dan -Bangunan pelengkap
UMUM bawah
 CPT dan SPT
 Penggambaran PENYERAHAN LAPORAN
 Elevasi muka jembatan -Elevasi dan pot melintang
 Pengambilan sampel
 Lokasi penyelidikan tanah -Lay out lokasi jembatan  Dokumen tender
 Foto dokumentasi  Pengujian laboratorium
-plan dan profil jembatan  Laporan akhir
-Detail abutmen/pylar  Laporan teknis
-Detail Balok/lantai  Gambar desain
-Detail Bangunan pelengkap  Penyerahn softcopy
SURVEY HIDROLOGI  Perhitungan volume dan biaya
PENGUMPULAN DATA  Karakteristik daerah aliran
PENDUKUNG  Karakteristik Sungai
 MAB dan MAN
 Data jaringan jalan  Analisa penampang sungai
 Data kondisi lalin
 Data lokasi material
 Harga satuan bahan Gambar 2.1 proses perencanaan jembatan
material dan upah
 Data survey terdahulu SURVEY LINGKUNGAN

 Survey aspek lingkungan


 Pengumpulan dok. amdal
Adapun garis besar pelaksanannya sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data Lapangan (Survey Data)
Survey Pendahuluan
Pada pelaksanaan survey ini meliputi pencatatan seluruh data fisik jembatan lama
dan kondisi sungai sebagai berikut :
a) Mengumpulkan dan mereview data-data lokasi pekerjaan dan situasinya
antara lain rencana as jembatan , jalan pendekat, jembatan existing, kondisi
hulu dan hilir sungai serta informasi lainnya secara umum dari segi
geografis, tata guna lahan, sosial ekonomi.
b) Menyiapkan peta dasar yang berupa peta topografi dan peta-peta pendukung
lainnya (peta geologi, tata guna tanah, hidrologi, dan sebagainya) yang
dipakai untuk menentukan lokasi jembatan yang sesuai.
c) Mengumpulkan dan mereview data lalu lintas.
d) Mempelajari dan menganalisa data curah hujan pada daerah rencana
jembatan melalui station-station pengamatan cuaca yang telah ada ataupun
pada Jawatan Meteorologi setempat, termasuk data banjir, erosi dan lain
sebagainya.
e) Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada daerah rencana
jembatan.
f) Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan
kemungkinan pemanfaatan material setempat.
g) Mengumpulkan data harga satuan material, upah buruh, biaya pembebasan
lahan dan sebagainya yang berkaitan dengan rencana pekerjaan.
h) Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang
bersangkutan dan khusus untuk kepentingan desain jembatan.
i) Memperhatikan usulan lainnya dari pihak-pihak terkait
j) Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
k) Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap
penting.
l) Membuat laporan lengkap dan memberi saran yang diperlukan untuk
pelaksaaan survei dan pekerjaan konstruksi, dengan memperbandingkan
alternatif lokasi jembatan yang diambil.
Gambar 2.2 Contoh Peta Topografi 1 : 10.000 Daerah Kawasan
Perencanaan Jembatan

Gambar 2.3 Contoh Peta Formasi Geologi 1 : 10.000 Daerah Kawasan


Perencanaan Jembatan
Data ini dikumpulkan selengkap mungkin untuk setiap jembatan. Dalam hal data
yang dikumpulkan kurang lengkap, maka kelengkapan data harus diperoleh dari
data sekunder atau unit yang terkait.

2. Survey Detail
a) Survey Topografi
Survey ini meliputi ;
1) Pengukuran poligon
2) Pengukuran situasi jembatan
3) Potongan melintang dan memanjang jalan atau rencana as jembatan
4) Potongan melintang dan memanjang sungai
5) Pemasangan patok ukur /CP (Control Point) dan patok titik tetap
utama/BM (Bench Mark)
Sebagai catatan titik BM adalah titik tetap sebagai titik control horizontal
dan vertical. BM tersebut akan digunakan sebagai titik titik acuan pada
saat pekerjaan ini berlangsung dan digunakan untuk kepentingan saat
konstruksi yang akan dating. Karena fungsi BM sebagai acuan titik
control horizontal dan vertical, maka stabilitas BM pada tempatnya sangat
penting.
Titik tetap atau Bench Mark (BM) terbuat dari beton dengan ukuran 20 cm x 20 cm
x 100 cm. BM dilengkapi baut diatasnya, diberi tanda silang pada kepala baut
sebagai penanda centering serta di beri penamaan pada bagian samping. BM ini
dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncuk diatas permukaan lebih
kurang 20 cm.

Pemasangan BM dipilihakan pada tempat tempat yang selain strategis dan mudah
di temukan kembali dalam pencariannya, selain itu juga BM akan dipasang pada
areal pengukuran sebagai titik tetap polygon utama maupun pengukuran beda
ketinggian, dengan rentang jangkauan antar BM lebih kurang 2,5 KM. BM dicat
warna biru serta dibuatkan dokumentasi dan deskripsinya .
Hasil analisa survey topografi tentunya sangat diperlukan untuk mengetahui
elevasi data yang akurat, sehingga didapatkan desain jembatan yang
memenuhi persyaratan baik dari sisi teknis maupun sisi kenyamanan
Titik tetap lainnya yang merupakan pasangan BM adalah titik tetap penanda
arah azimuth atau yang lebih dikenal dengan nama control point (CP). CP ini
dibuat dengan menggunalan paralon berdiameter 10 cm yang diisi cor semen
dengan panjang lebih kurang 80 cm, serta ditanam sedemikian rupa sehingga
yang muncul di permukaan setinggi lebih kurang 20 cm.
Control point dipasang saling terlihat terhadap BM, mudah ditemukan
kembali, dipasang pada yang stabil dan aman, serta di beri kode atau nomer
yang ada hubungannya dengan nomor atau kode BM yang menjadi
pasangannya, sehingga kan mempermudah pemahaman atau hubungan antara
CP dan BM satu dengan CP atau BM lainnya.

Gambar 2.4 Contoh Titik BM (Bench Mark)


Layout Patok CP Patok CP

Gambar 2.5 Patok CP


Gambar 2.6. Contoh Lay out exixting sebuah jembatan hasil dari pengukuran
topografi

Gambar2.7 Contoh long section exixting sebuah jembatan hasil dari


pengukuran topografi
Gambar 2.8 Contoh cross section arah hulu, hilir sungai exixting sebuah
jembatan hasil dari pengukuran topografi
Gambar 2.9 Contoh cross section arah jalan pendekat exixting sebuah
jembatan hasil dari pengukuran topografi
b) Survey Hidrologi
Penyelidikan hidrologi adalah untuk memperoleh data karakterstik sungai dan
cuaca / iklim yang meliputi :
1) Mangamati muka air banjir yang pernah terjadi, muka air normal dan
kecepatan air.
2) Mengamati sifat aliran dan benda hanyut yang terbawah air
3) Mengamati kondisi lereng dan stabilisasinya termasuk vegetasi yang ada
pada lereng.
Tujuan analisa hidrologi adalah :
 Menghitung debit banjir rencana selama periode 50 tahun
 Menghitung tinggi muka air banjir dan dibandingkan dengan data banjir
lapangan
 Menghitung scouring/penggerusan akibat kecepatan air
 Untuk menentukan elevasi perletakan jembatan dan rencana bentang

c) Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium dilakukan untuk
memperoleh kondisi tanah pada rencana telapak pondasi dan pilar jembatan
berupa kedalaman tanah keras, jenis dan tekstur tanah, kekuatan struktur/daya
dukung melalui kegiatan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan test sondir/test pit
2) Pelaksanaan test boring untuk mengambil contoh tanah dan uji SPT
3) Pengamatan struktur tanah, karakteristik, warna dan tipe tanah
4) Anlisa Lab untuk mengetahui index properties tanah dan kharakteristik
tanah
Tabel 2.1 Contoh rekap hasil uji sondir

Gambar 2.10 Contoh hasil pengujian sondir


Gambar 2.11 Contoh hasil pengujian Boring dan SPT
Tabel 2.2 Contoh hasil pengujian sampel tanah di laboratorium
d) Survey Lalu Lintas
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui jumlah satuan motor
penumpang (SMP) dari lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang melintas pada
ruas jalan lokasi rencana jembatan di bangun. Selain itu data lalu lintas dapat
dijadikan sebagai dasar untuk melakukan estimasi atau prediksi jenis
kendaraan yang sesuai dalam penentuan klas jembatan dan pembebanan
jembatan.
Adapun standard perhitungan harus merujuk Manual Kapasitas Jalan
Indonesia, 1997 (MKJI) dan Pedoman pencacahan survey lalu lintas secara
manual Pd T-19-2004-B
Adapun contoh formulir survey adalah sebagai berikut:

Gambar 2.12 Contoh Formulir Survey Lalu Lintas


Tabel 2.3 Conroh Hasil Perhitungan LHR

Lalin LHR (Smp/jam)


Jenis Kendaraan EMP
Harian 2016 2036

Sepeda Motor, Sekuter 644 1.0 644 1708.7

Sedan, Jeep dan Station Wagon 514 1.0 514 1363.8

Opelet, Suburbun, Combi 7 1.0 7 18.573

Pick Up, Mobil Hantaran dan Box 153 1.0 153 405.95

Bus Kecil 0 3.0 0 0

Bus Besar 0 3.0 0 0

Truck Ringan 2 Sumbu 1 3.0 3 7.9599

Truck Sedang 2 Sumbu 361 3.0 1083 2873.5

Truck 3 Sumbu 21 3.0 63 167.16

Truck Gandengan 4 3.0 12 31.84

Truck Semi Trailer 5 3.0 15 39.799

Kendaraan Tidak Bermotor, Sepeda 0 0.5 0 0

Jumlah 1710 2494 6617


3. Tahap Perencanaan /Evaluasi Data
Tahap ini dimaksudkan untuk mengkompilasi data yang ada sebagai bahan
masukan untuk membuat draft perencanaan. Data yang dimaksud adalah meliputi
, Data Topografi, Hidrologi, Data tanah (analisa Uji Lapangan dan Lab)dan data
lalu lintas

4. Tahap akhir/ DED (Detail Engineering Design)


Setelah semua data yang diperlukan untuk kegiatan perencanaan telah lengkap,
maka dilanjutkan ke tahapan penyusunan Draft Desain yang nantinya akan
menjadi data perencanan /Detail Engineering Design (DED) dalam hal ini,
penentuan jenis dan tipe jembatan, klas jembatan, panjang bentang jembatan,
lebar jembatan, penentuan dimensi abutment dan pilar jembatan, jenis pondasi
jenmbatan, dan perhitungan struktur jembatan berdasarkan data-data lapangan
yang ada. Setelah berdasarkan hasil perhitungan memenuhi syarat-syarat
keamanan dan standar yang berlaku, maka dilakukan penggambaran detail
struktur jembatan baik bangunan atas, bangunan bawah, pondasi, dan bangunan
pelengkap jembatan. Setelah penggambaran selesai dilakukan proses perhitungan
kuantitas atau volume pekerjaan untuk disusun menjadi rencana anggaran biaya
berdasarkan standar analisa pekerjaan dan dengan menggunakan harga satuan
berdasarkan Harga Satuan Patokan Setempat yang sesuai dengan lokasi rencana
jembatan direncanakan.

Pada proses desain akhir, untuk pelaksanaan membutuhkan final data yang
diambil dari desain awal, misalnya ; pada desain awal direncanakan 2 pilar dan 2
abutment, maka penyelidikan tanah (soil investigation) dilakukan pada tempat
pilar dan abutment tersebut.
Pada umumnya final data terdiri dari hal-hal sebagai berikut ;
a) Pengukuran topografi, berupa situasi, penampang, garis ketinggian dan lain-
lain.
b) Penyelidikan geoteknik, berupa sondir, boring dan uji laboratorium untuk
mengetahui parameter tanah.
c) Penyelidikan air, berupa hidrologi, penggerusan (scouring), dll
d) Penyelidikan batuan jika diperlukan untuk penentuan daerah stabil,
penentuan arah retakan dari batuan, kekerasan batuan dll.
e) Foto udara, hanya diperlukan bila lokasi proyek cukup besar.

Hasil dan saran-saran ;

Dari (a) diperoleh


- Perbaikan trace jalan/jembatan
- Letak jembatan baru ( perlu/tidak perlu relokasi)
- Penampang-penampang sungai
- Clarance jembatan
Dari (b) diperoleh
- Kedalaman, macam & varian pondasi
- Settlement pondasi
- Pengamanan jembatan
Dari (c) diperoleh
- Kedalaman penggerusan (vertical)
- Lebar penggerusan (horizontal)
- Bentuk dan macam pengamanan sungai
Dari (d) diperoleh
Letak daerah yang stabil, bebas dari pelapukan , retakan dan sebagainya.

Desain akhir dhasilkan dari desain awal dan final data, serta mencakup seluruh
aspek perencanaan sampai detail-detailnya yaitu pada :
1) Bangunan Atas : Lapisan aus, lantai kendaraan, sandaran, balok memanjang
& melintang, pengaku atau diafragma, balok utama, ikatan angin atas dan
bawah, portal ujung, ikatan rem, kabel utama, kabel angin, shear connector,
exspansion join.
2) Landasan : Landasan sendi, rol atau elastomer
3) Bangunan bawah : Kepala jembatan (abutment), Pilar.
4) Pondasi : Pondasi langsung, sumuran, tiang pancang.
5) Bangunan pengaman : Bangunan pengaman superstructure,
substructure,oprit, dan pondasi.
6) Penentuan : Lebar jembatan, kelas jembatan, material jembatan, penampang
dan detail lengkap.

2.3 Pemilihan Lokasi Jembatan


Penentuan lokasi jembatan, biasanya dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
- Teknik ( aliran sungai, Keadaan tanah )
- Lalu-lintas,Sosial ( tingkat kebutuhan lalu lintas )
- Estetika , dll
1. Aspek Teknis
Pada aspek teknis harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Penentuan geometri struktur, alinenemen horizontal dan alinemen vertical,
sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
- Pemilihan system utama jembatan dan posisi dek
- Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika,
arsitektural dan biaya konstruksi.
- Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur bawah, terutama
tipe pilar dan abutment.
- Pendetailan struktur atas seperti sandaran, parapet, penerangan dan tipe
perkerasan .
- Pemilhan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan
pertimbangan structural dan estetika.

2. Aspek Lalu-Lintas
Aspek ini harus memperhitungkan kelancaran fungsi transportasi baik lalu-lintas
kendaraan maupun pejalan kaki (pedestrians) yang melintasi sebuah jembatan.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap lebar jembatan optimum agar dapat
melayani lalu lintas yang optimum pula. Disamping itu juga harus dipikirkan tipe
jembatan yang akan digunakan mengingat kompleksitas lalu lintas kedepannya.
Pendekatan ekonomi perlu diperhatikan, dengan pertimbangan biaya seminimum
mungkin.

3. Aspek Estetika
Pada daerah perkotaan desain jembatan tidak hanya didasarkan pada structural
dan pelayanan transportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan artistik. Aspek
estetika pada jembatan di perkotaan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan dalam perencanaan. Kesesuaian estetika dan arsitektural jembatan
akan memberikan suatu nilai lebih pada jembatan yang dibangun ditengah kota.
Banyak jembatan di kota-kota dunia membuktikan telah menjadi ikon atau
landmark bagi kota tersebut.

2.4 Lay-Out Jembatan


Setelah lokasi jembatan ditentukan, varibel berikutnya yang penting pula
sebagai pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat. Pada
awal perkembangan sistem jalan raya, standar jalan raya lebih rendah dari jembatan.
Biaya investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya jalan raya.
Sebagai konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada tempat yang
ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek, fondasi dapat dibuat
sehematnya, dan melintasi sungai dengan layout berbentuk square layout.
Dalam proses perencanaan terdapat dua sudut pandang yang berbeda antara
seorang ahli jalan dan ahli jembatan (Troitksy, 1994). Berikut ini diberikan beberapa
ilustrasi beberapa perbedaan kepentingan antara seorang ahli jalan dan jembatan.
1. Pandangan Ahli Jembatan. Perlintasan yang tegak lurus sungai, jurang atau jalan
rei lebih sering dipilih, daripada perlintasan yang membentuk alinemen yang
miring. Penentuan ini didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi. Waddel (1916)
menyatakan bahwa struktur yang dibuat pada alinemen yang miring adalah
abominasi dalam lingkup rekayasajembatan.
2. Struktur jembatan sederhana. Merupakan suatu kenyataan untuk struktur
jembatan yang relatif sederhana sering diabaikan terhadap alinemen jalan. Para
ahli jalan raya sering menempatkan alinemen jalan sedemikian sehingga struktur
jembatan merupakan bagian penuh dari alinemen rencana jalan tersebut.
Sehingga apabila melalui sungai seringkali kurang memperhatikan layout secara
cermat.
3. Layout jembatan bentang panjang. Sebagai suatu struktur bertambahnya tingkat
kegunaan jalan dan panjang bentang merupakan hal yang cukup penting untuk
menentukan layout. Pada kasus seperti ini dalam menentukan bagaimana layout
jembatan yang sesuai perlu diselaraskan oleh kedua ahli tersebut guna menekan
biaya konstruksi. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salahsatunya adalah
sudut yang dibentuk terhadap bidang alinemen.

Dari keterangan-keterangan diatas, dapat dikatakan bahwa bentang jembatan


dengan skewed layout lebih panjang dibanding dengan square layout. Dapat
diketahui hubungan antara besarnya sudut yang dibentuk terhadap biaya konstruksi
jalan dan jembatan. Untuk memberikan pengertian skewed layout dan square layout
lihat Gambar 2.13 berikut :

Gambar 2.13 Perbandingan square layout dan skewed layout


(Bambang Supriyadi,2000)
Dari Gambar 2.13 diatas , bila panjang bentang square layout L dengan biaya C, maka
pada skewed layout bentang jembatan menjadi L.sec Ø. Bila melihat alternative pemilihan
lokasi dan layout pada Gambar tersebut perlu dikaji secara numeris tentang perbandingan
biaya konstruksi akibat pemanjangan jalur jalan dan bentang jembatan . Secara numeris dapat
diberikan gambaran sebagai berikut ini :

 Biaya konstruksi jalan persatuan panjang dinotasikan dengan K H, dan biaya konstruksi
jembatan persatuan panjang KB
 Panjang jalur alternative I dinotasikan dengan H1 dan alternative II, H2, dan panjang
jembatan pada jalur I, L1 sedangkan alur II dinotasikan dengan L2. Maka biaya konstruksi
jalan jalur I setidak-tidaknya harus lebih kecil atau sama dengan jalur II, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut ini :

(H1 – L1)KH + L1KB ≤ (H2-L2)KH + L2KB


(H1 – H2)KH (KB – KH) (L2 – L1)
Bila dibagi dengan KH, menjadi :

(H1 – H2) ≤ ( )(L2-L1)

Bila diambil , K =

Akan didapatkan :
(H1 – H2) ≤ (K-1)(L2 – L1)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa biaya konstruksi penambahan panjang jalur jalan
masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya penambahan panjang jembatan. Oleh karena itu
dalam hal ini perlu dibuat suatu keputusan yang cermat dan seksama oleh para ahli jembatan
dan ahli jalan.

2.5 Pertimbangan Lay-Out Jembatan Melintas Sungai


Kondisi umum yang membatasi penempatan jembatan diatas sungai dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Persilangan pada sungai (main channel) dan lembah datar (valley flats) layout jembatan
sebaiknya ditempatkan pada bagian lembah yang sempit dan sungainya cukup lebar
(Gambar 2.14). Persilangan antara sungai jembatan demikian membentuk siku (square
layout). Bila layout berupa skew layout akan terjadi gerusan pada pilar, dan akibatnya akan
tererosi pada bagian dasarnya. Kondisi ini akan lebih berbahaya bila arus sungai
mempunyai kecepatan yang sangat tinggi.

Gambar 2.14 Layout jembatan yang melintasi sungai dan lembah datar
(Bambang Supriyadi,2000)

2. Sungai dan tributary. Pada daerah ini kemungkinan akan banyak terjadi sedimentasi,
jembatan sebaiknya tidak ditempatkan secara langsung disebelah hilir mulut tributary
seperti ditunjukkan potongan 1-1 Gambar 2.15 Tidaklah tepat pula, bila ditempatkan dekat
hulu percabangan sungai (potongan II-II, Gambar 2.15). Oleh karena itu, dipilih bagian
sungai yang tidak memiliki percabangan sehingga hanya ada satu jembatan yang perlu
dibangun.

Gambar 2.15 Perlintasan jembatan pada sungai dan tributary


(Bambang Supriyadi,2000)
3. Sungai permanen. Perubahan arus atau arus yang berkelok-kelok (meandering stream)
seringkali mengharuskan persilangan jembatan lebih panjang sehingga biaya konstruksi
akan mahal. Selain panjangnya bentang jembatan, pilar yang dibuat akan sangat dalam.
Pada Gambar 2.16 ditunjukkan beberapa tipikal (A dan B) pada kondisi sungai yang
berbeda-beda. Sketsa A adalah tipikal melintang saluran utama dengan kondisi lereng
yang stabil ditepi kanannya dan bantaran yang datar disisi lainnya. Bila saluran utama
sungai stabil dan permanen, maka cukup dibangun dua bentang jembatan dan pada sisi
bantaran dihubungkan dengan viaduct, sehingga biaya konstruksi persatuan panjang dapat
lebih kecil.
Bila arus sungai berubah-ubah sepanjang bantaran selama perkiraan umur jembatan (life
time of bridge), lebih tepat dibangun sketsa tipikal B. Kondisi ini akan lebih
menguntungkan agar daerah bantaran jembatan tipikal A tidak mengalami kerusakan
akibat gerusan dan erosi di dasar sungai.

Gambar 2.16 Alternatif perlintasan jembatan di atas sungai permanen


(Bambang Supriyadi,2000)
4. Pengalihan/perbaikan aliran sungai. Pada sungai dengan tipikal meander sangat tidak
efisien bila dibangun jembatan mengikuti jumlah sungai yang akan dilintasi. Untuk itu
sebaiknya dibuat sudetan untuk merubah arah aliran sungai yang berkelok-kelok, sehingga
jembatan dibangun dalam jumlah yang lebih sedikit (Gambar 2.17a)
Pengalihan atau perbaikan aliran sungai dimungkinkan pula dibuat pada persilangan yang
membentuk sudut tertentu (skewed layout). Pada keadaan seperti ini, justru kebalikan dari
kasus yang pertama, alur sungai dapat dibuat berkelok-kelok dan pada bagian persilangan
dibuat siku (square layout) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17b. Pengalihan atau
perbaikan aliran sungai tersebut perlu memperhatikan aspek hidraulika sungai.

Gambar 2.17 Pengalihan atau perbaikan alur sungai


(Bambang Supriyadi,2000)
Contoh soal untuk elaborasi kompetensi mahasiswa/i:
1. Sebutkan data-data pendukung dalam melaksanakan survey pendahuluan.
2. Jelaskan dengan singkat tentang survey pendahuluan dalam proses perencanaan jembatan
3. Terangkan kegunaan penyelidikan tanah dalam proses perencanaan sebuah jembatan, dan
uji apa saja yang diperlukan untuk perencanaan jembatan.
4. Jelaskan kegunaan survey hidrologi terkait dalam perencanaan jembatan
5. Jelaskan kegunaan survey lalu lintas dalam perencanaan jembatan.

Soal latihan ( Bahan Diskusi group)


1. Jelaskan dan uraikan proses perencanaan sebuah jembatan, sehingga didapatkan suatu
desain yang optimal sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai