Anda di halaman 1dari 72

PERENCANAAN TEKNIS

JEMBATAN CABLE STAYED


Redrik Irawan Lanneke Tristanto Tommy Virlianda WN
PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN CABLE STAYED

Penyusun
Redrik Irawan
Lanneke Tristanto
Tommy Virlanda WN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN


Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum
www.pusjatan.pu.go.id
ii

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED

Redrik Irawan, Lanneke Tristanto, Tommy Virlanda WN


Desember, 2011

Cetakan Ke-1 2011, 70 halaman


© Pemegang Hak Cipta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

Cover Luar : Balerang Bridge : 1 of 6 karya haryadi be diunduh pada situs


http://www.panoramio.com/photo/52725222

No. ISBN : ISBN 978-602-8256-40-7


Kode Kegiatan : 11-PPK2-01-100-11
Kode Publikasi : IRE-TR-001A/ST/2011

Kata kunci : cable stayed, jembatan, perencanaan teknis

Ketua Program Penelitian:


Redrik Irawan, Puslitbang Jalan dan Jembatan

Ketua Sub Tim Teknis:


Redrik Irawan, Puslitbang Jalan dan Jembatan

Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Tahun 2011, pada Paket Kerja
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jembatan Bentang Panjang (Kajian
Perencanaan Jembatan Cable-Stayed dan Jembatan Gantung).

Pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini tidak menggambarkan pandangan


dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum, unsur pimpinan, maupun institusi
pemerintah lainnya.

Kementerian Pekerjaan Umum tidak menjamin akurasi data yang disampaikan dalam
publikasi ini, dan tanggung jawab atas data dan informasi sepenuhnya dipegang
oleh penulis.

Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi


secara eksklusif untuk perorangan dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan
yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan.Pengguna dibatasi dalam menjual kembali,
mendistribusikan atau pekerjaan kreatif turunan untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis
dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40293

Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
info@pusjatan.pu.go.id

FOOTER TITLE
Puslitbang Jalan dan Jembatan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah institusi riset
yang dikelola oleh Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia. Lembaga ini mendukung Kementerian PU dalam menyelenggara-
kan jalan di Indonesia dengan memastikan keberlanjutan keahlian, pengem-
bangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan infrastruktur.

Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indo-


nesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan untuk menghasilkan ino-
vasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar,
pedoman, dan manual. Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melaku-
kan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi yang memung-
kinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna.

KEANGGOTAAN TIM TEKNIS & SUB TIM TEKNIS

Tim Teknis

Prof. (R). DR. Ir. M.Sjahdanulirwan, M.Sc. Ir. Yayan Suryana, M.Sc
Ir. Agus Bari Sailendra, MT DR. Ir. Rudy Hermawan, M.Sc
Ir. I Gede Wayan Samsi Gunarta, M.Appl.Sc Ir. Saktyanu, M.Sc
DR. Ir. Dadang Mohammad , M.Sc Ir. Herman Darmansyah
DR. Ir. Poernomosidhi, M.Sc Ir. Rachmat Agus
DR. Drs. Max Antameng, MA DR. Ir. Hasroel, APU
DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc DR. Ir. Chaidir Amin, M.Sc
Ir. Iwan Zarkasi, M.Eng.Sc
Prof. (R). Ir. Lanneke Tristanto Sub Tim Teknis
Prof. (R). DR. Ir. Furqon Affandi, M. Sc
Ir. GJW Fernandez Redrik Irawan, ST., MT.
Ir. Joko Purnomo, MT Prof. (R). Ir. Lanneke Tristanto
Ir. Soedarmanto Darmonegoro DR. Mardiana Oesman
Ir. Lanny Hidayat, M.Si DR. Soemargo
Ir. Moch. Tranggono, M.Sc DR. Johanes Adhiyoso
DR. Ir. Djoko Widayat, M.Sc DR. Paulus Kartawijaya
Redrik Irawan, ST., MT. Herbudiman, ST., MT.
DR. Ir. Didik Rudjito, M.Sc DR.Aswandy
DR. Ir. Triono Jumono, M.Sc DR. Bambang Hari Prabowo
Ir. Palgunadi, M.Eng, Sc Agus Sulistijawan, S.Si
DR. Ir. Doni J. Widiantono, M.Eng.Sc DR. Transmissia Semiawan
Ir. Teuku Anshar Ir. Koesno Agus
Ir. Hendro Mulyono Ir.Wahyudiana
Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.Sc Ir. Rahadi Sukirman
DR. Ir. Theo. A. Najoan Ir. Roeseno Wirapradja, M.Sc.
iv

FOOTER TITLE
v

Kata Pengantar

Penulisan naskah ilmiah dibuat dengan tujuan untuk menguraikan aspek-aspek


yang harus dikaji dalam melakukan perencanaan teknis jembatan cable-stayed, yang
dilatarbelakangi oleh peningkatan pembangunan jembatan kabel bentang panjang
yang dapat diindikasikan dengan pertumbuhan penyediaan infrastruktur berdasarkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bernilai positif dari tahun ke tahun. Dimana
melalui perencanaan teknis yang dimaksud dapat memberikan panduan penerapan
jembatan cable-stayed bagi para pengelola jembatan terutama ketika harus melakukan
pembinaan dan pengawasan dari perencanaan dan pelaksanaan konstruksi
jembatan kabel bentang panjang. Selain itu pengembangan perencanaan teknis dapat
memperbaiki kemampuan perancangan komponen struktur jembatan bentang panjang
sehingga pada akhirnya didapatkan suatu bentuk struktur yang semakin handal
dan berkelanjutan.
Naskah ilmiah ini disusun dengan melakukan kajian terhadap beberapa aspek penting
yaitu : 1) kajian analisa struktur statis; 2) kajian metode konstruksi; 3) kajian analisa struktur
dinamis berdasarkan referensi perencanaan jembatan kabel bentang panjang yang ada di
dalam dan luar negeri.
Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah perlunya dilakukan kajian yang lebih detail
pada: 1) aksi yang saling terkait dari karakteristik sistem lantai, sistem tata letak kabel untuk
jembatan kabel stay, bentuk pilon, dan kekakuan masing-masing elemen sistem lantai dan
pilon, serta hubungan antara pilon dengan dengan sistem lantai, panjang bentang sisi, dan
sistem perletakan dan sokongan antara pada tahap analisis struktur statis; 2) penggunaan
metode dengan perancah dan metode kantilever berimbang; dan 3) pengujian aerodinamis
dan perangkat penyeimbang getaran, dan pengidentifikasian frekuensi natural pada tahap
analisis struktur dinamis.
vi

Akhirnya penulis ingin memberikan apresiasi atas kepada berbagai pihak yang terlibat
dalam penyusunan naskah ilmiah ini terutama kepada Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan
beserta seluruh jajarannya atas perhatian dan dukungannya. Semoga naskah ilmiah ini
dapat memberikan sumbangan bagi pengenalan wawasan pengetahuan yang diperlukan
untuk pengembangan teknologi jembatan.

Bandung, Desember 2011

Redrik Irawan
Penyusun
vii

Daftar Isi
Puslitbang Jalan dan Jembatan _____________________________ iii
Kata Pengantar___________________________________________ v
Daftar Isi_________________________________________________ vii
Daftar Gambar____________________________________________ viii
Daftar Tabel______________________________________________ x
Bab 1 Pendahuluan_________________________________________ 13
Latar Belakang........................................................................................................................13
Tujuan dan sasaran penulisan naskah ilmiah.................................................................15
Metodologi dan Sumber Data............................................................................................15
Sistematika Pembahasan.....................................................................................................15
Bab 2 Gambaran Umum dan Pemetaan________________________ 19
Deskripsi Isu, Permasalahan Utama dan Elemen Kunci yang Berkontribusi
terhadap Permasalahan................................................................................................19
Permasalahan Pokok dan Sumber-sumber Permasalahan (Variabel) dan
Interdependensinya.......................................................................................................23
Kondisi Ideal yang Diharapkan dari Masing-masing Elemen Kunci serta
Interaksi yang Diinginkan untuk Mengoptimalkan Sistem Solusi
terhadap Masalah Utama.............................................................................................23
Upaya-upaya Umum yang Telah Dilakukan untuk Menyelesaikan Sumber-
sumber Masalah dan Efektifitasnya...........................................................................24
Bab 3 Pengelolaan/Peningkatan Kinerja pada Tahap
Analisis Statis_________________________________________ 27
Penjelasan Umum dari Analisis Statis..............................................................................27
Aspek Penting dari Analisis Statis.....................................................................................28
Kinerja dan Ukuran Aspek Penting dari Analisis Statis..............................................30
Spesifikasi teknis yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Indikator
Efektivitas atau Pengendalian Mutu dari Analisis Statis.......................................46
Referensi Analisis Statis.......................................................................................................47
viii

Bab 4 Pengelolaan/Peningkatan Kinerja pada Tahap


Metode Konstruksi____________________________________ 49
Penjelasan Umum dari Metode Konstruksi (ESDEP, 2004).......................................49
Aspek penting dari Metode Konstruksi (Gimsing,1983)............................................51
Kinerja dan Ukuran Aspek Penting dari Metode Konstruksi....................................56
Spesifikasi teknis yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Indikator
Efektivitas atau Pengendalian Mutu dari Metode Konstruksi............................59
Referensi Metode Konstruksi.............................................................................................59
Bab 5 Pengelolaan/Peningkatan kinerja pada Tahap
Analisis Dinamis_______________________________________ 61
Penjelasan Umum dari Analisis Dinamis........................................................................61
Aspek Penting Dari Analisis Dinamis .............................................................................62
Kinerja dan Ukuran Aspek Penting dari Analisis Dinamis - Pengidentifikasian
frekuensi natural.............................................................................................................65
Spesifikasi Teknis yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Indikator
Efektivitas atau Pengendalian Mutu dari Analisis Dinamis.................................67
Referensi Analisis Dinamis.................................................................................................67
Bab 6 Penutup_____________________________________________ 69

Daftar Gambar
Gambar 1 Pencapaian Bentang Utama untuk Jembatan Gantung......................................14
Gambar 2 Pencapaian Bentang Utama untuk Jembatan Cable Stayed...............................14
Gambar 3 Bagan alir perencanaan jembatan kabel.................................................................21
Gambar 4 Jembatan Pasupati, bentang utama 106 m dan total 161m, menara dan
gelagar dari beton, prinsip kabel kaku....................................................................28
Gambar 5 Contoh tipikal untuk tiga keadaan batas perencanaan......................................29
Gambar 6 Contoh penampang melintang gelagar lantai tipe boks.....................................33
ix

Gambar 7 Jembatan lalu lintas ringan, bentang 240m dengan lebar bersih 2,5m di
Sukabumi. beban gandar maksimum 3 ton, prinsip gelagar kaku +
menara tinggi + kabel ekonomis..............................................................................33
Gambar 8 Perilaku kolom pada menara....................................................................................34
Gambar 9 Tipe menara..................................................................................................................35
Gambar 10 Perilaku deformasi lantai jembatan untuk beberapa sistem menara............35
Gambar 11 Sketsa pelimpahan gaya angin ke puncak menara............................................37
Gambar 12 Sketsa pelimpahan gaya gempa ke puncak menara..........................................37
Gambar 13 Contoh aktual gaya awal vs gaya akhir cable-stayed keadaan batas layan,
urutan penarikan dari 1-5 sesuai pelaksanaan bentang utama secara
segmental dan kantilever, kabel 5ka dan 1ki mudah melepas karena gaya tarik
akhir berdekatan gaya tarik awal.............................................................................40
Gambar 14 Skema tipikal stay sebagai perletakan kaku pada beban tetap........................40
Gambar 15 Angkur blok sebelum dan sesudah didesain ulang...........................................44
Gambar 16 Pelat pengaku di pipa kabel.....................................................................................44
Gambar 17 Pelat pengaku di badan pilon.................................................................................45
Gambar 18 Konfigurasi beban hidup.........................................................................................47
Gambar 19 Metode pemasangan jembatan cable-stayed)....................................................48
Gambar 20 Pelaksanaan pemasangan segmen jembatan dengan penyokong
sementara......................................................................................................................50
Gambar 21 Contoh ilustrasi pemasangan satu segmen lantai dengan sokongan
sementara......................................................................................................................51
Gambar 22 Contoh ilustrasi pemasangan satu blok segmen lantai dengan
sokongan sementara...................................................................................................51
Gambar 23 Pemasangan kabel dua sisi dengan kantilever bebas berimbang dua sisi....52
Gambar 24 Pemasangan kabel dua sisi dengan kantilever bebas berimbang satu sisi...53
Gambar 25 Pemasangan satu blok besar segmen lantai pada metode kantilever bebas
berimbang.....................................................................................................................54
Gambar 26 Pemasangan pilon.....................................................................................................54
x

Gambar 27 Pemasangan segmen lantai dengan kantilever bebas berimbang..................55


Gambar 28 Skema bangunan bawah..........................................................................................57
Gambar 29 Skema pemasangan gelagar tepi............................................................................57
Gambar 30 Skema pemasangan kolom menara......................................................................57
Gambar 31 Skema pemasangan bentang utama secara segmental, penarikan awal
cable-stayed mulai dari menara sampai gelagar tersambung...........................57
Gambar 32 Tipikal tahapan pemasangan bentang utama dan penarikan
cable-stayed...................................................................................................................58
Gambar 33 Penstabilan sementara oleh kabel tie-down.......................................................63
Gambar 34 Kabel ikat melawan getaran yang disebabkan oleh air hujan dan angin pada
Dames Point Bridge....................................................................................................65
Gambar 35 Pengujian beban-getar prototipe Jembatan Bailey modifikasi kabel............67

Daftar Tabel
Tabel 1 Lendutan teoritis akibat berat sendiri gelagar pada..................................................59
Tabel 2 Kecepatan Angin Flutter Kritis —Sidney Lanier Bridge..........................................64
xi

FOOTER TITLE
xii

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


13

Bab 1

Pendahuluan

Latar Belakang

P
erencanaan teknis dalam struktur jembatan memegang peranan
yang penting karena perencanaan teknis akan menentukan
kinerja jembatan yang diinginkan dari suatu fenomena beban
yang teridentifikasi. Sayangnya ketentuan seperti itu sampai saat ini
tidak didapatkan secara luas untuk jembatan bentang panjang khususnya
jembatan kabel yang secara garis besar terdiri dari jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed. Beberapa ketentuan perencanaan teknis untuk
bentang panjang mungkin sudah dibahas pada spesifikasi desain atau
peraturan bentang standar seperti pada spesifikasi perancangan untuk
jembatan dari AASHTO dan National Standard of Canada atau European
Standard. Tetapi hal itu masih belum mencukupi terutama persyaratan
kinerja jembatan bentang panjang yang berkaitan dengan kenyamanan
dan kestabilan struktur.
Sampai saat ini masing-masing untuk jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed telah dibangun jembatan yang mempunyai

PENDAHULUAN
14

Gambar 1 Pencapaian Bentang Utama untuk Jembatan Gantung (www.structurae.de)

Gambar 2 Pencapaian Bentang Utama untuk Jembatan Cable Stayed


(www.structurae.de)

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


15

panjang bentang utama adalah sebesar Metodologi dan Sumber Data


1991 meter dan 1088 meter yang terletak
Desain riset yang dipergunakan
masing-masing di Jepang dan RRC. Dimana
dalam penyusunan naskah ilmiah bersifat
perkembangan dan distribusi bentang
studi non-eksperimental dengan pema-
utama untuk masing-masing jembatan
paran yang bersifat deskriptif terhadap
dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar
beberapa hal diterapkan dalam melakukan
2. Di samping itu dengan perkembangan
perencanaan jembatan cable-stayed. Data
inovasi jembatan kabel dengan sistem
penjangkaran sendiri untuk jembatan utama yang diperlukan adalah ketentuan
gantung atau penjangkaran ke tanah untuk referensi perencanaan jembatan kabel
jembatan cable-stayed menuntut pengkajian yang memperlihatkan adanya berbagai
kinerja yang lebih detail dan lebih kompleks. perencanaan praktis dan teoritis. Data
Hal inilah yang mendorong dilaku- tersebut digunakan sebagai dasar dalam
kan pengidentifikasian berbagai ketentuan menentukan instrumen yang harus
mengenai jembatan bentang panjang tahun dielaborasi menjadi suatu aspek penting
ini dengan tujuan akhir untuk mendapatkan yang dipaparkan dalam beberapa bagian
gambaran yang utuh mengenai perenca- dalam naskah ilmiah ini. Selama proses
naan teknis jembatan bentang panjang penyusunan hambatan paling utama
secara detail. adalah mendapatkan peraturan suatu
institusi pemerintah yang memaparkan
Tujuan dan sasaran penulisan secara detail mengenai jembatan kabel.
naskah ilmiah
Untuk mengatasi hal tersebut beberapa
Tujuan dari penulisan ini adalah aspek penting dielaborasi dari berbagai
menguraikan langkah-langkah tipikal yang referensi yang sesuai yang dipublikasi dan
diperlukan untuk dapat menerapkan suatu dapat diakusisi secara penuh.
konstruksi jembatan Sasaran dari penulisan
Sistematika Pembahasan
ini adalah :
1. Menguraikan konsep perencanaan Sistematika pembahasan:
analisis statis 1. Bab 1 : Pendahuluan, yang berisi : i)
2. Menguraikan konsep metode konstruksi Latar Belakang, ii) Tujuan dan Sasaran
sebagai bahan penentuan perencanaan Penulisan; iii) Metodologi dan Sumber
3. Menguraikan konsep perencanaan data; dan iv) Sistematika Pembahasan;
analisis dinamis 2. Bab 2 : Gambaran Umum dan Pemetaan

PENDAHULUAN
16

Masalah yang terdiri dari ; i) Deskripsi 4. Bab 4 : Pengelolaan/ Peningkatan


Isu, Permasalahan Utama dan Elemen Kinerja pada Tahap Metode Konstruksi
Kunci yang Berkontribusi terhadap yang terdiri dari i) Penjelasan Umum
Permasalahan; ii) Permasalahan Pokok dari Metode Konstruksi; ii) Aspek pent-
dan Sumber-sumber Permasalahan ing dari Metode Konstruksi; iii) Kinerja
(Variabel) dan Interdependensinya; dan Ukuran Aspek Penting dari Metode
iii) Kondisi ideal yang Diharapkan Konstruksi; iv) Spesifikasi teknis yang
dari Masing-masing Elemen Kunci Dapat Digunakan untuk Mengukur
serta Interaksi yang Diinginkan Indikator Efektivitas atau Pengendalian
untuk Mengoptimalkan Sistem Solusi Mutu dari Metode Konstruksi;
terhadap Masalah Utama; iv) Upaya- 5. Bab 5 : Pengelolaan/ Peningkatan
upaya Umum yang Telah Dilakukan Kinerja pada Tahap Analisis Dinamis
untuk Menyelesaikan Sumber-sumber yang terdiri dari i) Penjelasan Umum
Masalah dan Efektifitasnya; dari Analisis Dinamis; ii) Aspek pen-
3. Bab 3 : Pengelolaan/ Peningkatan ting dari Analisis Dinamis; iii) Kinerja
Kinerja pada Tahap Analisis Statis yang dan Ukuran Aspek Penting dari Anali-
terdiri dari : i) Penjelasan Umum dari sis Dinamis; iv) Spesifikasi teknis yang
Analisis Statis; ii) Aspek penting dari Dapat Digunakan untuk Mengukur
Analisis Statis; iii) Kinerja dan Ukuran Indikator Efektivitas atau Pengendalian
Aspek Penting dari Analisis Statis; Mutu dari Analisis Dinamis.
iv) Spesifikasi teknis yang Dapat 6. Bab 6 : Penutup yang memaparkan
Digunakan untuk Mengukur Indika- mengenai : i) rangkuman pembahasan;
tor Efektivitas atau Pengendalian Mutu ii) hasil kajian; dan iii) pengkajian lebih
dari Analisis Statis; lanjut yang diperlukan.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


17

PENDAHULUAN
18

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


19

Bab 2

Gambaran Umum
dan Pemetaan
Permasalahan
Deskripsi Isu, Permasalahan Utama dan Elemen Kunci
yang Berkontribusi terhadap Permasalahan
Deskripsi Isu

R
ekayasa jembatan dengan sistem cable-stayed, yang merupakan
salah satu teknologi jembatan kabel, telah semakin berkembang
pesat dan sangat menarik perhatian para arsitek dan para insinyur
sipil. Jembatan cable-stayed diminati, mengingat tampilan akhir yang
berkesan sederhana tetapi mengandung unsur estetis yang tinggi serta
ketangguhannya secara struktural yang tidak diragukan.
Setelah sistem cable-stayed diperkenalkan, rekayasa teknologi
telah menghasilkan kreasi-kreasi dari struktur tipe baru yang memiliki
karakteristik yang sangat baik dan keuntungan yang sangat besar. Dan
yang paling menonjol adalah karakteristik-karakteristik secara struktural,
efisiensi dan pengaplikasian yang sangat luas. Karakteristik struktural
dasar, alasan pembangunan secara cepat serta keberhasilan dari jembatan .
Sistem cable-stayed menghadirkan suatu sistem ruang, yang terdiri
dari balok-balok pengaku (stiffening girder), lantai jembatan baja atau

GAMBARAN UMUM DAN PEMETAAN PERMASALAHAN


20

beton dan bagian-bagian pendukung seperti lantai ortotropik dan gelagar yang menerus
pilon yang beraksi pada tekanan dan kabel- yang ditopang oleh kabel pengaku. Pada
kabel miring yang beraksi pada tegangan. aplikasi pembangunan, sistem cable stayed
Karakteristik utama dari sistem cable-stayed pada jembatan memberikan tambahan
ini adalah aksi yang integral dari balok- nilai secara ekonomis yang sangat tinggi,
balok pengaku dan prestressed ataupun terutama dari penghematan yang didapat
post-tensioning kabel, yang berjalan turun dari waktu pengerjaan yang relatif cepat.
dari puncak menara ke titik-titik angker Sistem pada jembatan merupakan
pada balok-balok pengaku. Kuat tekan suatu pilihan yang layak untuk diper-
secara horisontal yang dikarenakan aksi timbangkan, karena sistem ini bukan saja
kabel diambil alih oleh balok-balok pengaku memenuhi seluruh kebutuhan fungsi
dan angker-angker yang tidak masif yang pada jembatan dan seluruh persyaratan
sangat diperlukan. Pengenalan dari sistem strukturalnya, tetapi juga memberikan
ortotropik telah menghasilkan penemuan- tambahan nilai baik dari segi arsitektur
penemuan baru dari tipe-tipe superstruktur maupun segi finansial.
yang dengan mudah akan membawa Tahapan umum perencanaan, seba-
gaya-gaya horisontal dari kabel-kabel gaimana yang terlihat pada Gambar 3,
pengaku dengan hampir tanpa penambahan meliputi:
bahan baku, bahkan untuk bentang yang 1. Konsep disain struktur jembatan yang
sangat panjang. meliputi faktor:
Karakteristik struktural lainnya dari a. Dimensi dan geometri dari struktur
sistem cable-stayed adalah bahwa sistem ini jembatan
secara geometris tidak berubah di bawah b. Susunan kabel penggantung
pembebanan pada berbagai posisi pada c. Dimensi dan geometri dari lantai
jembatan, dan seluruh kabel ada dalam jembatan
posisi tegang. d. Dimensi dan geometri dari pilon
Sistem pun dapat diterapkan pada 2. Perhitungan awal struktur jembatan
bentang menengah, panjang bahkan sangat akibat beban permanen pada jembatan,
panjang. Pada sistem lainnya, dengan yang terdiri dari:
bentang yang sangat panjang, memerlukan a. Perhitungan struktur untuk lantai
gelagar yang sangat besar pula. Sistem kendaraan
memberikan solusi dalam hal ini, yaitu b. Perhitungan struktur untuk menara
dengan sistem struktural yang terdiri dari atau pilon

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


21

KONSEP PERENCANAAN
GEOMETRI STRUKTUR, SUSUNAN KABEL PENGGANTUNG
DIMENSI LANTAI DAN MENARA

PERHITUNGAN AWAL
STRUKTUR LANTAI, STUKTUR MENARA, DIMENSI KABEL

PENYESUAIAN KEBUTUHAN
KABEL PENGGANTUNG

PERHITUNGAN STRUKTUR
KABEL AKIBAT BEBAN TETAP
DAN DEFORMASI

PERHITUNGAN STRUKTUR
KABEL AKIBAT BEBAN LAYAN

PERHITUNGAN
1. MODIFIKASI
STRUKTUR
STRUKTUR
JEMBATAN

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN AKIBAT BEBAN DINAMIS

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PADA TAHAP PELAKSANAAN

Gambar 3 Bagan alir perencanaan jembatan kabel

GAMBARAN UMUM DAN PEMETAAN PERMASALAHAN


22

c. Perhitungan kebutuhan dari susunan b. Perhitungan struktur untuk menara


kabel penggantung atau pilon
3. Penyesuaian dimensi dan geometri c. Perhitungan kebutuhan dari susunan
struktur jembatan akibat beban kabel penggantung
permanen 9. Penyesuaian dimensi dan geometri
4. Perhitungan struktur jembatan akibat struktur jembatan akibat beban pelak-
beban layan pada jembatan, yang terdiri sanaan
dari:
a. Perhitungan struktur untuk lantai Permasalahan Utama
kendaraan Permasalahan utama dari penerapan
b. Perhitungan struktur untuk menara jembatan tipe ini adalah :
atau pilon 1. Jembatan ini dibangun dengan biaya
c. Perhitungan kebutuhan dari susunan konstruksi yang tinggi yang terlihat
kabel penggantung dari signifikansi kuantitas penggunaan
5. Penyesuaian dimensi dan geometri bahan-bahan konstruksi, sehingga
struktur jembatan akibat beban layan diperlukan metode perencanaan dan
6. Perhitungan struktur jembatan akibat pelaksanaan yang akurat dan penggu-
beban dinamis pada jembatan, yang naan bahan-bahan konstruksi dengan
terdiri dari: spesifikasi kinerja tinggi.
a. Perhitungan struktur untuk lantai 2. Dampak ekonomi dan sosial yang akan
kendaraan timbul mulai dari pengadaan lahan,
b. Perhitungan struktur untuk menara pelaksanaan konstruksi, dan pengope-
atau pilon rasian jembatan.
c. Perhitungan kebutuhan dari susunan
kabel penggantung Elemen kunci
7. Pemilihan Metoda Pelaksanaan Elemen kunci dari perencanaan
Jembatan jembatan tipe ini adalah :
8. Perhitungan struktur jembatan akibat 1. Analisis Statis
beban pelaksanaan pada jembatan, yang 2. Metode Konstruksi
terdiri dari: 3. Analisis Dinamis
a. Perhitungan struktur untuk lantai
kendaraan

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


23

Permasalahan Pokok dan lapangan tidak tertarik untuk mempelajari


Sumber-sumber Permasalahan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi
(Variabel) dan Interdependen- jembatan bentang panjang dan membuat
sinya tidak cukup ekonomisnya penyediaan
peralatan yang diperlukan untuk membuat
Permasalahan pokok dan sumber-
sumber permasalahan (variabel) dan konstruksi jembatan bentang panjang
interdependensinya: di Indonesia.
1. Keterbatasan ketentuan yang dibakukan Kondisi Ideal yang Diharap-
untuk perencanaan dan pelaksaanan kan dari Masing-masing Ele-
jembatan kabel yang mengakomodasi men Kunci serta Interaksi yang
ketersediaan sumber daya yang ada Diinginkan untuk Mengopti-
di Indonesia malkan Sistem Solusi terhadap
2. Keterbatasan sumber daya yang Masalah Utama.
mempunyai pengalaman memimpin
Kondisi ideal yang diharapkan dari
suatu proyek perencanaan dan pelak-
masing-masing elemen kunci serta interaksi
sanaan, serta pengawasan konstruksi
yang diinginkan untuk mengoptimalkan
jembatan kabel.
sistem solusi terhadap masalah utama. :
Interdependensinya 1. Tersedianya sumber daya perencana dan
Mi n i m ny a p e nge t a hu an d an pelaksana konstruksi jembatan bentang
pengetahuan mengidentifikasi pengelolaan panjang dengan kualitas internasional
proyek jembatan bentang panjang, akhirnya yang berkelanjutan;
membuat para pengelola jembatan tidak 2. Tersedianya ketentuan sebagai dasar
mampu membuat suatu proposal jembatan pengetahuan para pemangku kebija-
kabel yang cukup komprehensif yang kan dan pengelola jembatan dalam
mampu diterapkan di lapangan. Oleh karena memahami konsep penerapan jembatan
itu, proyek perencanaan dan pelaksana bentang panjang;
konstruksi jembatan bentang panjang hanya 3. Tersedianya peralatan konstruksi
sedikit. Hal ini yang pada akhirnya membuat jembatan bentang panjang dengan biaya
sumber daya engineer yang tersedia di yang ekonomis.

GAMBARAN UMUM DAN PEMETAAN PERMASALAHAN


24

Upaya-upaya Umum yang Telah 3. Peningkatan kompetensi pelaksana


Dilakukan untuk Menyelesaikan jembatan lokal di mana jembatan
Sumber-sumber Masalah dan bentang panjang kemungkinan dapat
Efektifitasnya dilaksanakan melalui pendidikan
informal atau kesempatan ikut dalam
Upaya-upaya umum yang telah
konstruksi proyek-proyek jembatan
dilakukan untuk menyelesaikan sumber-
bentang panjang secara mandiri atau
sumber masalah adalah :
melalui pembinaan konsultan nasional
1. Sosialisasi mengenai kajian studi kelaya-
yang lebih maju sumber dayanya agar
kan , jembatan bentang panjang pada
didapat suatu peningkatan pemahaman
daerah-daerah yang mempunyai konsep
perencanaan jembatan bentang panjang.
pengembangan jaringan jalan yang
akan melintasi suatu lebar sungai atau
halangan spasial lainnya dengan bentang
lebih dari 150 meter, agar mereka
mampu memahami dan membuat
proposal yang cukup komprehensif
tentang penerapan jembatan bentang
panjang.
2. Sosialisasi mengenai mata pelajaran
jembatan khususnya jembatan bentang
panjang di perguruan tinggi agar maha-
siswa lebih tertarik untuk mempelajari
perencanaan dan konstruksi jembatan
bentang panjang. Hal ini cukup efektif
juga diberlakukan pada universitas yang
berada daerah-daerah yang mempunyai
ketahanan ekonomis yang cukup baik,
sehingga akhirnya akan dihasilkan
sumber daya manusia yang cocok untuk
membangun daerah tersebut.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


25

GAMBARAN UMUM DAN PEMETAAN PERMASALAHAN


26

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


27

Bab 3

Pengelolaan/
Peningkatan Kinerja
pada Tahap
Analisis Statis

Penjelasan Umum dari Analisis Statis

J
embatan cable-stayed menjadi pelopor dalam pembangunan jembatan
bentang panjang. Kabel stay adalah kabel eksternal dengan dwi fungsi.
Kabel stay berfungsi sebagai perancah dalam pemasangan gelagar
lantai dengan sistem kantilever bertahap dan sebagai perletakan elastis/
pegas atau pilar antara dalam struktur akhir. Bentang yang dicapai dengan
sistem cable-stayed adalah empat kali bentang gelagar sederhana bila
dimensi dipertahankan sama.
Kabel eksternal bergetar bebas dan fatik akibat perulangan beban.
Dengan demikian tegangan akhir kabel dibatasi maksimum 45% tegangan
putus (= 45%x1860 MPa) untuk kondisi daya layan, dan maksimum 60%
tegangan putus untuk kondisi ultimit. Tegangan awal kabel direncanakan
20-30% tegangan putus agar mampu menahan beban pelaksanaan
dan pelayanan.
Jembatan cable-stayed kuat terhadap gempa karena letak pusat massa
yang rendah, tetapi peka terhadap penurunan diferensial. Penurunan

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


28

Gambar 4 Jembatan Pasupati, bentang utama 106 m dan total 161m, menara dan
gelagar dari beton, prinsip kabel kaku

fondasi menara menarik kabel kebawah berkisar antara 1/50-1/100. Juga terdapat
sehingga menyebabkan pertambahan gaya pilihan untuk mempertinggi menara agar
tarik dalam cable-stayed. mereduksi keperluan tinggi gelagar lantai.
Kabel stay kuat terhadap gaya tarik Setiap jembatan cable-stayed yang selesai
aksial akibat pembebanan lalu lintas dibangun dengan demikian ciptaan dengan
normal, tetapi lemah terhadap gaya tekan karakteristik tersendiri sebagaimana yang
dan momen akibat gaya angin. Getaran terlihat Gambar 4.
dan goyangan akibat angin mempengaruhi Interaksi antara kabel, gelagar lantai
stabilitas aerodinamis jembatan cable-stayed dan menara dalam kinerja struktural secara
bentang panjang. keseluruhan dipengaruhi oleh tiga keadaan
batas berikut :
Aspek Penting dari Analisis
1. Gelagar lantai sangat kaku (Gambar
Statis
5a) dengan jumlah kabel terbatas seba-
Terdapat banyak kemungkinan untuk gai perletakan elastis antara di tempat
membuat sistem cable-stayed dengan dimana tidak mungkin dibangun
tiga pilihan bebas yang juga dapat saling pilar, yang serupa sistem ekstradosed.
digabung. Pilihan dimensi mencakup Menara relatif langsing dan tidak perlu
rasio kelangsingan h/L (tinggi gelagar tinggi karena hanya memikul momen
lantai terhadap bentang utama) yang lentur kecil.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


29

menara beton
tinggi gelagar lantai kaku dari beton 2.8 m
16,5m
1(a)

69,5m 140m 69,5m

tinggi gelagar lantai dari beton 0.6 m Menara kaku dari beton

1(b) 29,1m

56,5m 139,5m 56,5m

menara beton

1(c) kabel kaku 19,5m

tinggi gelagar lantai d ari


beton 1,5m

blok jangkar

20m 79m 20m

Gambar 5 Contoh tipikal untuk tiga keadaan batas perencanaan

2. Menara sangat kaku (Gambar 5b) yang memikul momen arah memanjang dengan
gelagar lantai relatif langsing yang memikul momen arah melintang kecil terutama
bila jarak antara kabel dibuat berdekatan.
3. Kabel sangat kaku (Gambar 5c) sebagai elemen stabilitas struktural. Bentang
samping umumnya dibuat lebih pendek dari setengah bentang utama agar kabel
jangkar tidak kehilangan gaya tarik, dan seringdigunakan blok jangkar/pilar jang-
kar. Blok atau pilar jangkar/antara mengurangi lendutan bentang utama sehingga
dimensi gelagar lantai dapat direduksi, dan digunakan untuk memperoleh stabilitas
bentang utama yang panjang. Dengan demikian menara dan gelagar lantai menjadi
relatif langsing.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


30

Kinerja dan Ukuran Aspek dengan resiko yang kecil dari perubahan
Penting dari Analisis Statis karena erosi;
7. Lokasi harus terlindung dan seminimal
Perencanaan dilakukan berdasarkan
mungkin terkena pengaruh angin;
beberapa aspek berikut ini:
8. Lokasi harus memberikan jalan masuk
1. Lokasi Jembatan
yang baik untuk material dan pekerja;
2. Layout Jembatan
9. Akan sangat membantu bila terdapat
3. Sistem lantai jembatan
penyedia material setempat yang
4. Sistem menara jembatan
mungkin digunakan dalam konstruksi
5. Sistem kabel penggantung
seperti pasir dan batu;
6. Beban jembatan 10. Lokasi harus mendukung masyarakat
7. Tahapan umum perencanaan setempat.
8. Pemodelan analisis struktur Beban Rencana
Lokasi Jembatan Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas
Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas aspek ini adalah :
aspek ini adalah : 1. Beban rencana individual
1. Panjang bentang terpendek yang mung- a. Beban permanen
kin dari jembatan; i. Berat Sendiri
2. Jembatan harus berada pada bagian ii. Beban mati tambahan
lurus dari sungai atau arus, jauh dari b. Beban lalu lintas
cekungan tempat erosi dapat terjadi; i. Beban Hidup
3. Pilih lokasi dengan kondisi fondasi yang ii. Faktor Beban Dinamis
baik untuk penahan kepala jembatan; c. Beban dari lingkungan
4. Lokasi harus sedekat mungkin dengan i. Beban Angin
jalan masuk yang ada atau lintasan ii. Beban Gempa
lurus; •• Beban Horizontal Statis Ekivalen
5. Lokasi harus memberikan jarak bebas •• Beban Vertikal Statis Ekivalen
yang baik untuk mencegah banjir dan •• Tekanan Air Lateral Akibat
harus meminimalisasi kebutuhan untuk Gempa
pekerjaan tanah pada jalan masuk untuk 2. Kombinasi beban
menaikkan permukaan pada jembatan; a. Kombinasi untuk aksi tetap.
6. Arus sungai harus memiliki penguraian b. Perubahan aksi tetap terhadap
yang baik dan jalan aliran yang stabil waktu.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


31

c. Kombinasi pada keadaan batas a. Optimasi kabel


daya layan. b. Topografi daerah lokasi rencana
d. K o m b i n a s i p a d a k e a d a a n jembatan
batas ultimate. c. Kondisi geoteknik tanah
e. Berdasarkan tegangan kerja, dalam d. Penentuan geometri sudut kabel.
tinjauan terbatas. Sudut kabel optimum arah meman-
Layout Jembatan jang adalah 45 derajat
Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas 4. Jarak titik angkur pada lantai jembatan
aspek ini adalah : ditentukan oleh panjang segmen lantai
1. Layout jembatan harus disesuaikan jembatan yang akan digunakan. Hal ini
dengan lokasi jembatan akan dibangun. berpengaruh pada kapasitas lantai ken-
Hal ini berpengaruh pada performa daraan dan metoda perakitan jembatan.
struktur jembatan terutama dalam Sistem lantai jembatan
aspek pelaksanaan dan aspek ekonomi. Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas
Tinjauan geometris struktur terdiri dari aspek ini adalah :
layout melintang jembatan dan layout 1. Tinggi Lantai Kendaraan
memanjang jembatan. a. Lantai jembatan/deck merupa-
2. Untaian grup kabel penggantung, secara kan elemen yang memiliki nilai
umum grup kabel penggantung memi- kekakuan yang dapat menerima
liki dua sisi atau berada pada ujung tepi beban jembatan terutama kapasitas
lantai kendaraan dari arah melintang lentur lantai jembatan. Pengurangan
jembatan. Selain tipe dua sisi, terdapat jumlah kabel penggantung dapat
pemasangan kabel dalam satu sisi grup mengakibatkan kebutuhan penam-
kabel pengantung yang berada pada pang deck semakin besar. Lebar
bagian tengah lantai kendaraan pada lantai kendaraan disesuaikan pada
arah memanjang jembatan. Panjang dimensi dari jenis pilon atau menara
bentang jembatan sangat berpengaruh yang akan dipakai.
pada penentuan tipe untaian kabel. b. Kekakuan lantai/deck ditentukan
Layout kabel secara melintang dapat oleh dimensi penampang lantai.
disusun dari satu sisi, dua sisi atau Semakin besar penampang lantai
banyak sisi. jembatan maka berat sendiri struk-
3. Pemilihan layout memanjang dipe- tur lantai semakin besar. Untuk
ngaruhi oleh: mendapatkan nilai optimum antara

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


32

panjang segmen lantai digunakan c. Faktor kritis lain dari jarak bebas
perhitungan rasio kelangsingan untuk perahu dan lokasi dari kepala
antara tinggi lantai dan jarak antar jembatan juga perlu diperiksa untuk
kabel penggantung. melihat kriteria mana yang mengatur
c. Nilai rasio kelangsingan adalah 1/50 tinggi minimum dek.
sampai dengan 1/70. 4. Desain Khusus Lantai Jembatan
d. Untuk kabel backstay yang diikatkan Tipe lantai ortotropik dapat diperhi-
pada peletakan di atas tanah, rasio tungkan untuk medapatkan nilai opti-
kelangsingan sampai dengan 1/100. mum antara kapasitas kekakuan sistem
e. Kekakuan lantai jembatan dipen- lantai kendaraan dan berat struktur
garuhi juga oleh: yang digunakan. Sistem lantai tipe ini
i. Sistem penggantung harus memperhitungkan semua elemen
ii. Lebar lantai jembatan dengan tata cara perencanaan yang lazim
2. Menentukan elevasi dek dan rasional.
Tinggi banjir rencana disarankan 5. Gelagar lantai dibuat dari beton dan/
menggunakan ketinggian rata-rata atau baja. Pada bentangan besar
periode 5 tahun. Ketinggian dari dek umumnya dipilih gelagar lantai dari baja.
harus menyediakan jarak bebas dengan Berat sendiri langsung berpengaruh
mempertimbangkan material yang pada keperluan kapasitas stay, menara
terbawa air banjir. dan fondasi.
3. Jarak bebas a. Besaran berikut dapat digunakan
Jarak bebas yang dianjurkan adalah: sebagai perkiraan awal untuk gelagar
a. Pada daerah yang agak datar ketika lantai fleksibel dengan tinggi gela-
air banjir dapat menyebar ke batas gar sekitar 1/100 terhadap panjang
ketinggian permukaan air dianjur- bentang utama L :
kan jarak bebas minimum 1 m; b. Lantai baja : 2,5-3,5 kN/m2, misalnya
b. Pada daerah berbukit dan memi- boks baja, rangka baja
liki kelandaian lebih curam ketika c. Lantai komposit baja-beton 6,5 – 8,5
penyebaran air banjir lebih terbatas, kN/m2, misalnya boks dengan flens
jarak bebas harus ditingkatkan. beton dan badan dari komponen
Jarak bebas lebih dari 5 m disaran- rangka baja, seperti yang terlihat
kan untuk daerah berbukit dengan pada Gambar 6.
arus sungai yang mengalir pada tepi d. Lantai beton 10,0-15 kN/m2,
jurang yang curam. misalnya boks beton

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


33

Gambar 7 Jembatan lalu lintas ringan, bentang 240 m dengan lebar bersih 2,5 m di Sukabumi.
beban gandar maksimum 3 ton, prinsip gelagar kaku + menara tinggi + kabel ekonomis

6. Dalam perhitungan pendekatan, besaran Sistem menara jembatan


momen inersia dari rangka baja dapat Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas
diperhitungkan dengan pengaruh luas aspek ini adalah :
batang tepi atas dan batang tepi bawah 1. Pemilihan bentuk menara berpengaruh
terhadap garis berat longitudinal rata- pada deformasi bentuk sistem lantai
rata pada pertengahan tinggi rangka, jembatan yang kaku;
seperti pada Gambar 7. Pengaruh 2. Struktur jembatan cable stayed yang
inersia diagonal dan besaran inersia terdiri dari banyak bentang akan
terhadap sumbu sendiri dapat diabaikan. menghasilkan perilaku struktur yang
Perhitungan berat sendiri mencakup berbeda;
semua batang rangka ditambah 3. Perencanaan kolom harus memper-
perkiraan persentase 30% untuk ikatan timbangkan :
pengaku, pelat simpul, sambungan a. Kolom merupakan elemen
koppel, dan baut. yang menerima gaya tekan dan

flens atas pelat beton atau baja

badan rangka beton atau baja

flens bawah pelat beton atau baja

Gambar 6 Contoh penampang melintang gelagar lantai tipe boks

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


34

Gambar 8 Perilaku kolom pada menara

momen akibat pengaruh gaya arah memanjang jembatan dimana pada


kabel penggantung. ujung jembatan digunakan peletakan
b. Untuk geometri dan layout sendi. Panjang efektif adalah 0,7 kali
yang asimetris maka perlu tinggi menara;
perhitungan kapasitas torsi ☐☐ Gambar (c) menjelaskan tekuk pada
dari menara menara dimana lantai jembatan tidak
Gambar 8 menjelaskan beberapa hal : terikat pada arah memanjang jembatan.
☐☐ Gambar (a) menjelaskan tekuk yang Tekuk terjadi akibat adanya pergerakan
terjadi pada menara dimana titik menara ke arah memanjang jembatan
kumpul kabel penggantung terdapat di dan panjang efektif pilon adalah dua kali
ujung menara dan menara berdiri bebas tinggi menara.
sehingga resultan gaya kabel berada 4. Sebagai acuan awal untuk penentuan
pada sumbu jembatan. Panjang tekuk tinggi menara dapat diperoleh Rumus 1.
untuk model tersebut sama dengan h = 1/3 x bentang (Rumus 1)
tinggi menara (L c). Untuk kondisi 5. Penentuan tipe menara yang akan diren-
yang khusus dari keadaan tersebut canakan dipengaruhi oleh:
maka panjang efektif mencapai 2 kali a. Lebar rencana lantai jembatan
tinggi menara; b. Ruang bebas antara lantai jembatan
☐☐ Gambar (b) menjelaskan tekuk pada dan kolom menara

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


35

Gambar 9 Tipe menara

c. Layout memanjang kabel


d. Layout melintang kabel, sudut
terhadap lantai jembatan
arah melintang
a)
e. Konstruksi menara harus cukup kaku
dan mempunyai stabilitas terhadap
lantai jembatan karena perilaku
lantai jembatan dianalogikan sebagai
benda yang terapung dan terikat
oleh kabel penggantung di setiap b)
penghubungnya.
f. Dimana tipe menara, seperti yang
terdapat pada Gambar 9, yang ada :
i. Menara tunggal
ii. Menara Ganda
iii. Menara Portal c)

iv. Menara A
g. Gambaran umum perilaku defor- a) Jembatan gantung konvensional
masi lantai jembatan untuk beberapa b) Jembatan cable-stayed dengan sus-
jenis menara dan sistem kabel pensi lateral vertikal

penggantung dijelaskan dalam c) Jembatan cable-stayed yang dilengkapi


pilon bentuk A
Gambar 10.
6. Menara jembatan cable-stayed menahan Gambar 10 Perilaku deformasi lantai jembatan
tekanan tinggi karena memikul hampir untuk beberapa sistem menara (Walther 1988)
semua berat sendiri/tetap dan beban

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


36

hidup yang berada pada struktur. melintang berguna untuk menjaga


Menara umumnya langsing sehingga stabilitas serta menghemat dimensi
stabilitas menjadi dominan; kolom menara. Momen lentur akibat
7. Beton mempunyai sifat tidak linier, beban tetap memberikan kontribusi
sedangkan baja umumnya linier. berarti pada lentur total. Pengecekan
Disain menara beton lebih rumit kapasitas daya pikul dalam arah
dari menara baja karena memerlukan melintang dihitung secara manual.
pengecekan analisis tingkat kedua. Model 3D digunakan untuk tujuan lain
Kolom menara yang terdiri dari profil seperti analisis frekuensi lentur natural
baja yang dibungkus dalam beton dalam arah melintang jembatan;
umumnya bersifat linier. Untuk kondisi 10. Menara dalam arah memanjang dapat
pelaksanaan di Indonesia, lebih aman menjadi kritis di bagian dasar kolom
menggunakan bahan baja atau komposit yang terbebani paling berat. Ikatan
baja-beton untuk struktur menara; pengaku antar kabel (Gambar 11)
8. Menara dalam arah memanjang stabil dapat meningkatkan redaman dan
oleh keseimbangan konfigurasi cable- mengurangi getaran kabel karena terjadi
stayed. Selain ini menara ditahan kerjasama kabel secara keseluruhan yang
oleh tekanan akibat beban tetap dan mendukung keadaan batas daya layan
hidup. Disain arah memanjang secara maupun ultimit;
mendasar mengendalikan tegangan dan 11. Menara dalam arah melintang dihitung
lendutan. Momen lentur menara pada dengan model 2D freebody rangka sebi-
beban tetap sedapat mungkin hilang dang (Gambar 12). Beban gempa adalah
dan terimbangi oleh kabel utama dan beban ultimit (faktor beban = 1) yang
kabel jangkar; dikombinasikan dengan berat sendiri
9. Menara dalam arah melintang dihitung struktur pada tingkat daya layan (faktor
dengan model 2D freebody rangka beban = 1). Gaya kabel arah vertikal
sebidang (Gambar 9). Stabilitas arah
akibat berat sendiri/tetap dikombinasi-
melintang dipengaruhi oleh gaya angin
kan dengan gaya horizontal ekuivalen
yang dianggap bekerja melalui titik
gempa, yang merupakan perkalian
hubungan kabel di puncak menara. Gaya
koefisien gempa statis ekuivalen (0,10-
kabel arah vertikal akibat berat sendiri/
0,35) dengan gaya kabel vertikal akibat
tetap dan beban hidup dikombinasikan
berat sendiri/tetap.
dengan gaya horizontal akibat angin.
12. Tipe hubungan antara menara dan gela-
Menara dapat dibuat dengan kolom
gar lantai dapat dibuat sebagai berikut :
bebas atau sistem portal. Ikatan

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


37

H angin
H angin
beban
ikatan hidup
melintang

berat sendiri/tetap

Gambar 11 Sketsa pelimpahan gaya angin ke puncak menara

Gambar 12 Sketsa pelimpahan gaya gempa ke puncak menara

a. lantai merupakan kesatuan monoli- kan antara lantai jembatan dan menara.
tik dengan menara, dengan keun- Kabel penggantung meneruskan beban-
tungan besarnya momen berkurang; beban yang bekerja pada lantai jembatan
b. lantai melayang melalui menara, pada menara jembatan. Secara umum
struktur tidak tertahan mempunyai kabel penggantung harus mempunyai
keuntungan pengaruh rangkak- kapasitas terhadap gaya-gaya aksial yang
susut, perubahan temperatur dan bekerja pada jembatan. Terdiri dari 2
gempa berkurang; bagian yaitu kabel backstay dan kabel
c. lantai berada diatas perletakan di midstay. Hal yang berpengaruh pada
menara, dengan keuntungan struk- penentuan dimensi kabel penggantung;
tur lebih banyak tumpuan tetap. 2. Rumus pendekatan : jumlah kabel pada
bentang sisi lebih besar dari setengah
Sistem kabel penggantung jumlah kabel pada bentang tengah;
Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas 3. Bahan baja yang diperlukan :
aspek ini adalah : a. Material baja struktur, profil dan
1. Kabel penggantung (stays) merupakan pelat mengacu pada ASTM A36 dan
elemen jembatan yang menghubung- mempunyai tegangan leleh minimal

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


38

240 MPa dengan Fy = 36 ksi dan Fu berat sendiri yang mengakibatkan


= 58 -80 ksi; adanya kurva pada saat kabel terpasang
b. Baut mutu tinggi menggunakan tipe pada struktur jembatan.
A325 (ASTM), Kuat Tarik Minimum 6. Untuk jembatan dengan bentang sampai
120/105 ksi; dengan 150 m maka pengaruh berat
c. Baut penahan dan jangkar mempu- sendiri kabel bisa diabaikan. Tetapi
nyai tegangan leleh minimal 500
untuk bentang yang lebih panjang maka
MPa;
pengaruh kekakuan kabel akibat berat
d. Pengelasan disesuaikan dengan tebal
sendiri diperhitungkan.
pelat dan mutu baja;
7. Perhitungan dilakukan dengan memasu-
4. Bahan kabel prategang yang diperlukan :
kan nilai modulus elastisitas kabel E ke
a. Bahan kabel dapat dipabrikasi
dalam modulus elastisitas ekivalen Eeq
dengan kekuatan atau mutu tinggi;
b. Dengan kapasitas yang sama mem- menurut Rumus 2.
E
punyai berat dan penampang 25-35% Eeq =
γ a
2 2
σ1 + σ 2
dari kapasitas baja pada umumnya; 1+ E
c. Strand baja terdiri dari 7 (tujuh) 24 σ 12σ 22
kawat dengan tegangan putus mini- (Rumus 2)
mal 1860 MPa (A416-270); dengan pengertian:
d. Diameter nominal strand baja adalah γ = berat jenis material kabel
12,7 mm;
a = proyeksi horizontal kabel
e. Untuk perlindungan terhadap korosi
σ1 = Tegangan akibat beban mati awal
maka dianjurkan menggunakan
σ2= Tegangan akibat beban mati akhir
strand yang bergalvanis, diselubungi
(akibat beban mati dan beban hidup)
oleh grease atau material grout dan
Persamaan (2) merupakan secant
berselubung polyethylene (HDPE);
modulus, dan iterasi pada analisis struk-
f. Selubung HDPE juga berfungsi
untuk mengurangi efek beban tur dimana σ2 adalah variable yang tidak
dinamis pada struktur jembatan diketahui pada kondisi inisial.
akibat angin. Untuk jembatan dengan proyeksi
5. Pada analisis kabel penggantung, kabel horizontal 250-300 m maka diambil
diasumsikan hanya menerima gaya tarik. σ2 = σ1 = σ, sehingga diperoleh Rumus
Pada kenyataannya kabel mempunyai 2a yaitu :

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


39

E
Etan =
γ 2a2 E b. Sudut antara sumbu kabel dan lantai
1+
12σ 13 jembatan arah memanjang jembatan
11. Di Indonesia digunakan tipe kabel
(Rumus 2a)
untaian yang ekonomis, tetapi peka
terhadap korosi yang diatasi dengan
Untuk perhitungan yang lebih teliti, maka
perlindungan efektif. Untaian mem-
dengan iterasi diperhitungkan berdasarkan
punyai kualitas yang sangat bervariasi
kekakuan aksial kabel memakai Eeq dimana
karena dibuat oleh banyak produsen,
kekakuan diketahui dari persamaan Etan
sehingga pengujian laboratorium harus
8. Angkur dengan mutu kabel yang
dilakukan terlebih dahulu;
terbentuk dari kuantitas baja karbon
12. Angkur prategang menggunakan baji
dan hampir 5 kali lebih besar dari baja
dan lebih sesuai untuk kabel yang terikat
struktur biasa maka kabel tidak bisa
dalam beton. Kabel stay bebas bergetar
dihubungkan dengan menggunakan
sehingga perulangan beban membuat
cara pengelasan. Kabel terikat pada suatu
angkur cepat fatik. Jembatan Bailey
sistem angkur dimana baji menjepit
tipe cable-stayed dengan kabel dari 2-3
kabel pada blok angkur.
untaian dapat menggunakan angkur
9. Sistem angkur terdiri dari: prategang yang di-modifikasi dengan
a. Angkur Hidup adalah sistem dimana peredam elastomer di ujung kabel. Pada
lokasi gaya kabel dapat disesuaikan; jembatan kabel kecil/sederhana, angkur
b. Angkur Mati ad al ah sistem hidup ditempatkan di gelagar agar lebih
dimana lokasi kabel terikat secara praktis dalam pelaksanaan penarikan
permanent; kabel. Jembatan cable-stayed umumnya
c. Blok angkur adalah bagian yang menggunakan angkur hidup di puncak
menghubungkan sistem kabel menara dan angkur mati di gelagar, dan
dengan elemen struktur yang mengi- perlu platform di menara untuk pelak-
kat pada struktur lantai jembatan sanaan penarikan kabel;
dan menara. 13. Angkur cable-stayed yang standar
10. Hal yang diperhatikan dalam perenca- menfasilitasi 9-108 untaian. Tipe paling
naan sistem angkur adalah: kecil dapat digunakan untuk menjang-
a. Sudut antara sumbu kabel dan lantai kar 1-9 untaian, yang untuk kabel kecil
jembatan arah melintang jembatan. kurang ekonomis;

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


40

tinggi
menara
33m

Gambar 13 Contoh aktual gaya awal vs gaya akhir cable-stayed keadaan


batas layan, urutan penarikan dari 1-5 sesuai pelaksanaan bentang utama
secara segmental dan kantilever, kabel 5ka dan 1ki mudah melepas karena
gaya tarik akhir berdekatan gaya tarik awal

Kabel jangkar Kabel bentang utama


Sudut rata-rata β Sudut rata-rata α
A = G1/(sin β..σg) Ai = Rg.i /(sin α..σg)

Gambar 14 Skema tipikal stay sebagai perletakan


kaku pada beban tetap

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


41

14. Detail dudukan angkur pada gelagar momen akan berkurang bila jarak
dan menara merupakan titik hubungan stay diperdekat (Gambar 13). Dalam
utama yang memikul dan menyalurkan pelaksanaan pemasangan lantai secara
seluruh beban jembatan kedalam struk- kantilever dianggap bahwa setiap cable-
tur, sehingga harus dibuat kuat-kaku dan stayed memikul berat satu tahapan yang
tahan fatik. Pendetailan dudukan angkur sesuai dengan berat lantai antara dua stay
perlu perhatian khusus; dalam arah memanjang. Pemberian gaya
15. Jembatan cable-stayed merupakan sistem awal stay sedemikian rupa agar elemen
redundan tinggi. Lintasan gaya terutama baru dapat dipasang tepat, dan sumbu
ditentukan oleh kekakuan relatif elemen memanjang jembatan relatif rata atau
pemikul beban, yaitu cable-stayed, sesuai lawan lendutan pabrikasi pada
menara dan gelagar lantai. Dimensi saat lantai selesai terpasang. Gaya stay
akhir kabel harus ditentukan dengan di bentang utama diperkirakan sebesar
perhitungan uji-coba dimensi gelagar reaksi perletakan bentang sederhana
lantai terhadap menara dan terhadap (Gambar 14) dengan Rumus 3 sampai
gaya awal dan gaya akhir kabel sehingga dengan Rumus 5.
keseimbangan struktur terjamin pada Ng,i= Rg,i / sin αi (Rumus 3)
tiap tahap pelaksanaan sampai jembatan dengan pengertian :
berfungsi. Contoh tipikal bentang 300m Ng,i : gaya kabel utama
(Gambar 13) menggunakan prinsip Rg,i : re aksi p erletakan b entang
gelagar kaku (tinggi boks baja 3m = 1/50 sederhana akibat berat sendiri
L), dengan pilar jangkar untuk menjaga dan beban tetap
stabilitas dan mengurangi lendutan α i : sudut stay terhadap sumbu
bentang utama. Tipikal tersebut dengan memanjang jembatan
bentang lebih pendek sebesar 250m σg=σijin [g / (g+q) ] (Rumus 4)
(62,5m+125m+62,5m) masih cukup dengan pengertian :
stabil tanpa pilar jangkar. Pilar jangkar σg = tegangan ijin kabel akibat berat
sering diperlukan untuk pencapaian sendiri dan beban tetap
bentang panjang; g = berat sendiri dan beban tetap
Dimensi awal kabel diperkirakan q = beban hidup merata
sebagai berikut : σijin = tegangan ijin kabel akibat beban
Pada beban tetap, gelagar lantai dianggap total = 0,45 σputus kabel
menerus pada perletakan kaku dan Ai=α Ng,i / σg (Rumus 5)

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


42

dengan pengertian : pulih karena beban vertikal yang dipikul


Ai= luas kabel utama oleh stay yang miring menyebabkan
α = fraksi beban yang dipikul oleh cable- gaya normal tekan dalam lantai yang
stayed (0 <α<1), 1 bila kabel sangat membesar kearah menara. Bila lendutan
kaku, 0 bila gelagar sangat kaku jembatan akibat perpanjangan stay
Ng,i = gaya kabel utama menjadi besar, kombinasi dengan gaya
Kabel jangkar dianggap memikul normal dapat menyebabkan momen
secara tidak langsung bagian dari dan deformasi tidak linier tingkat
bentang utama/tengah yang tidak kedua ’second order’. Untuk menjaga
terimbangi oleh bentang samping perhitungan linier, lendutan tidak
(bagian c 1). Tegangan dalam kabel boleh melampaui batasan sebagai
j a n g k a r d ip e r k i r a k a n d e n g a n berikut : lendutan lantai akibat beban
memproyeksikan gaya G1 dalam arah lalu lintas ≤ (1/400) L bentang utama
stay tersebut (skema tipikal yang tidak dan lendutan menara akibat beban lalu
sama dengan contoh aktual Gambar 14). lintas ≤ (1/400) h tinggi menara. Batasan
Kabel jangkar diperkirakan dengan tersebut mengijiinkan lendutan lebih
Rumus 6. besar untuk gelagar lantai dibanding
Aj = G1 / (sin βj.σg) (Rumus 6) gelagar kaku karena perletakan
dengan pengertian : pegas cable-stayed membuat gelagar
Aj = luas kabel jangkar menjadi fleksibel.
βj = sudut kabel jangkar Penyetelan gaya awal stay harus
G1 = lawan beban = (G).(d2/d1) memenuhi salah satu pilihan berikut :
G= beban tidak terimbangi = g.c1 a. Pada beban tetap, gelagar lantai
Pada beban lalu lintas, lantai hampir horisontal, dan hanya terjadi
menyalurkan beban antara stay yang lendutan akibat beban hidup yang
bekerja sebagai perletakan elastis. diatasi dengan lawan lendutan saat
Simpangan vertikal yang terjadi fabrikasi gelagar lantai
menghasilkan lenturan dalam kerangka, atau
yang ditambahkan pada simpangan b. Pada beban tetap, lendutan diusa-
beban tetap. Menara yang ditahan secara hakan sekecil mungkin, yang ber-
elastis oleh stay mengalami lentur dan sama lendutan beban hidup diatasi
deformasi horizontal, yang menambah dengan lawan lendutan saat fabrikasi
simpangan tersebut. Keseimbangan gelagar lantai

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


43

selain ini : 16. Keperluan cable-stayed dipengaruhi oleh


gaya awal stay menurut cara penyetelan berat, tipe lantai dan cara pelaksanaan.
a) atau b) untuk setiap kondisi pelaksa- Lantai baja atau komposit baja-beton
naan dan pembebanan harus memenuhi menggunakan sedikit kabel dengan
keadaan batas lain sebagai berikut : jarak 15-25 m. Lantai beton perlu
i. gaya akhir stay ≤ 0,45 tegangan menggunakan banyak kabel dengan
putus strand untuk keadaan batas jarak 5-10 m.
daya layan 17. Disain banyak kabel mempunyai keun-
ii. gaya akhir stay ≤ 0,60 tegangan putus tungan sebagai berikut :
strand untuk keadaan batas ultimit, a. Banyak kabel membuat banyak
yang umumnya aman bila keadaan perletakan elastis/pegas yang
daya layan terpenuhi (butir i) mereduksi lentur memanjang dalam
iii. gaya stay selalu tarik, tidak melepas/ lantai selama pelaksanaan dan sete-
nol/tertekan, yang sering terjadi lah jembatan berfungsi, sehingga
pada kabel tengah bentang utama pelaksanaan secara segmental kanti-
dan kabel berdekatan menara lever bebas menjadi ekonomis tanpa
karena perbedaan antara gaya awal ada keperluan penyangga tambahan.
dan akhir tidak jauh (Gambar 11), b. Penampang kabel lebih kecil
diatasi dengan penyetelan gaya awal dibanding struktur dengan kabel
kabel bersangkutan dan kabel terkonsentrasi sehingga memper-
disampingnya. mudah pemasangan dan penjang-
iv. keseimbangan struktur dengan karan kabel.
menjaga lendutan gelagar dan c. Penggantian kabel yang relatif
menara dalam batas ijin mudah, menjadi alternatif
Disain jembatan kabelstay merupakan terhadap cara perlindungan kabel
proses uji–coba yang sangat dipermudah terhadap korosi
dengan penggunaan perangkat lunak 18. Disain angkur yang menempel pada
komputer. Bagaimanapun canggihnya bagian rangka dapat dibuat sebagaimana
perhitungan mesin, disain keseluruhan yang terlihat pada Gambar 15 di hala-
struktur dan berbagai komponennya tetap man berikut. Pendesain ulang masih
memerlukan pengalaman, intuisi dan dapat dilakukan sebelum dilakukan
kreativitas dari ahli teknik. Ahli teknik fabrikasi final untuk mengakomodasi
berperan setiap waktu dalam proses peren- optimasi teknik pemasangan kabel.
canaan sampai pelaksanaan.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


44

Tampak Samping

Gambar 15 Angkur blok sebelum


dan sesudah didesain ulang

19. Pelat pengaku datar dan vertikal


dipasang pada struktur pilon dimak-
sudkan agar tidak terjadi tekuk
lokal pada pelat pilon dan sekaligus
memperbesar nilai inersia struktur
pilon. Hal ini dikarenakan gaya pada
pilon cukup besar yang meliputi gaya
aksial, lentur, geser dan torsi. Selain
pada pelat pilon juga dipasang pelat
pengaku pada pipa kabel strand
sehingga pelat pilon tidak punching
shear (jebol) dan tekuk lokal akibat
gaya terkonsentrasi pada end bearing
cable stay, seperti yang terlihat pada Perspektif
Gambar 16 dan Gambar 17.
Gambar 16 Pelat pengaku di pipa kabel

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


45

Gambar 17 Pelat pengaku di


badan pilon

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


46

Pemodelan analisis struktur batas daya layan, pengaruh jangka


Model analisis struktur secara umum panjang akibat rangkak dan susut beton,
dapat menggunakan model dua dimensi serta penurunan fondasi
ataupun model 3 dimensi dimana: 3. Beban sendiri/tetap bekerja pada
1. Pada analisis model 2 dimensi diperoleh seluruh bentang jembatan. Kombinasi
besarnya gaya kabel penggantung akibat beban hidup mengikuti 3 konfigurasi
beban vertikal dan pelaksanaan secara utama berikut :
kantilever pada lantai kendaraan. Selain a. beban hidup penuh pada bentang
itu diperoleh juga gaya aksial, gaya geser utama dan pinggir (kabel tengah
dan momen lentur lantai kendaraan maksimum),
dan menara. b. beban hidup pada bentang utama
2. Pada analisis model 2 dimensi perhi- (kabel jangkar maksimum),
tungan gaya-gaya lateral seperti angin c. beban hidup pada bentang pinggir
diperhitungkan melalui sub perhitungan (kabel tengah melepas) (Gambar 18).
freebody tersendiri. d. Jembatan bentang panjang perlu
3. Model analisis 3 dimensi memperhi- pengecekan stabilitas aerodinamis
tungkan torsi yang terjadi pada lantai
jembatan dan menara akibat gaya-
Spesifikasi teknis yang Dapat
gaya lateral. Digunakan untuk Mengukur In-
4. Program bantu perangkat lunak perhi- dikator Efektivitas atau Pengen-
tungan struktur 2 dan 3 dimensi dalian Mutu dari Analisis Statis
sangat diperlukan
Analisis jembatan cable-stayed terdiri Spesifikasi teknis, metoda, ataupun
dari beberapa tahapan yang dilakukan tata cara baku yang dapat digunakan
dalam perhitungan 2 D yang memadai, dan untuk mengukur indikator efektifitas atau
dijelaskan sebagai berikut : pengendalian mutu adalah :
1. Penentuan dimensi awal untuk gelagar 1. RSNI 2000 Standar Pembebanan untuk
lantai, menara dan kabelstay dengan Jembatan
perhitungan sederhana tanpa pengaruh 2. Sistem Manajemen Jembatan, 1992,
susut-rangkak jangka panjang, dengan Panduan Penyelidikan Jembatan
gaya awal stay (10-35% tegangan 3. CAN/CSA-S6-06 Canadian Highway
tarik putus) Bridge Design Code
2. Penentuan kekuatan dan deformasi
dengan perhitungan dalam keadaan

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


47

Gambar 18 Konfigurasi beban hidup

Referensi Analisis Statis


Referensi yang dipakai adalah :
Gimsing, Niels J. 1983. Cable Supported The European Steel Design Educationa;
Bridges : Concept and Design. New York: Programme (ESDEP). “ESDEP WG 15B
Wiley Interscience Publication. : Structural Systems: Bridges.” http://www.
O’ Connor, Collin. 1971. Design of Bridge fgg.uni-lj.si/kmk/esdep/master/wg15b/
Superstructures. New York : Wiley- toc.htm (diakses tahun 2011).
Interscience. Walther, René dan lain-lain. 1999. Cable
Tang, Man-Chung. 2000. Cable-Stayed Stayed Bridges, 2nd edition. London:
Bridges. Di dalam Bridge Engineering Thomas Telford.
Handbook, Diedit oleh Wai-Fah Chen
dan Lian Duan. Boca Raton: CRC Press.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS STATIS


48

Gambar 19 Metode pemasangan jembatan cable-stayed (ESDEP)

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


49

Bab 4

Pengelolaan/
Peningkatan Kinerja
pada Tahap
Metode Konstruksi
Penjelasan Umum dari Metode Konstruksi (ESDEP)

S
ukses dari jembatan cable-stayed adalah pengembangan yang luas
yang berhubungan degan prosedur pemasangan yang efisien yang
membuat ciri dari tipe jembatan ini. Dengan demikian, suatu
jembatan cable-stayed dapat dipasang dengan membuat kantilever bebas
dari pilon, yang mana secara simetrik dalam dua arah (Gambar 19a) atau
hanya ke dalam bentang utama (Gambar 19b). Pada kasus Gambar 19b.
bentang samping dipasang sebagai jembatan gelagar normal.
Dengan kantilever ganda, Gambar 19a, harus diingat bahwa kesta-
bilan seluruhnya pada tahap pelaksanaan bergantung pada kekakuan
lentur dan penjepitan pilon untuk sementara. Setelah pemasangan dan
penarikan kabel selesai, jepit sementara di pilon dapat dibongkar. Dalam
beberapa kasus kekakuan ini menentukan perancangan pilon.
Dengan membuat kantilever hanya ke dalam bentang utama
(Gambar 19b) cable-stayed secara umum dipasang pada keduanya
sehingga susunan kipas atau harpa dari bentang samping ditentukan
secara serempak dengan yang berasal dari bentang utama

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP METODE KONSTRUKSI


50

Gambar 20 Pelaksanaan pemasangan segmen jembatan dengan penyokong sementara


(Gimsing 1983)

Tipikalnya satu siklus pemasangan 3. Tegangan yang dikendalikan pada cable-


terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: stayed dengan menggunakan jack pada
1. Pembuatan kantilever gelagar pengaku angker yang aktif.
dari satu titik angker kabel ke titik 4. Menggerakkan crane ke bagian ujung
selanjutnya – dalam kebanyakan kasus gelagar pengaku .
dicapai dengan mengangkat unit-unit Dalam banyak kasus cable-stayed
gelagar pengaku dengan menggunakan dikenakan suatu gaya tarik maksimum sete-
crane derek yang diposisikan pada sistem lah membuat kantilever gelagar pengaku ke
lantai jembatan. titik angker kabel yang berikutnya. Sesudah
2. Pemasangan cable-stayed, sering kali itu, gaya tarik dikurangi ketika cable-stayed
yang dilaksanakan dengan membuka yang berikut sedang ditarik.
gulungan suatu strand yang difabrikasi Menjadi hal yang paling penting untuk
lebih dahulu dari suatu gulungan yang menyadari bahwa distribusi momen akibat
diposisikan pada sistem lantai jembatan. beban mati di dalam gelagar pengaku itu

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


51

Gambar 21 Contoh ilustrasi pemasangan Gambar 22 Contoh ilustrasi pemasangan


satu segmen lantai dengan sokongan satu blok segmen lantai dengan sokongan
sementara (Gimsing 1983) sementara (Gimsing 1983)

semuanya ditentukan dengan penarikan akhir pada beban mati elemen struktural
cable-stayed selama pemasangan. Suatu bukanlah salah, tetapi adalah sangat tidak
distribusi optimum akibat momen akibat ekonomis dalam banyak kasus.
beban mati dapat, oleh karena itu, dica-
Aspek penting dari Metode
pai dengan penentuan tegangan kabel
Konstruksi (Gimsing 1983)
yang awal.
Analisis-analisis yang diperlukan dari Untuk metode konstruksi dengan
tahapan pemasangan mungkin dilaksana- menggunakan perancah sementara,
kan “mundur”, yaitu. pada pemilihan awal sebagaimana yang terlihat pada Gambar
suatu distribusi momen akibat beban mati 20, kinerja dari aspek penting metode
dan kemudian “bergerak mundur” oleh konstruksi adalah :
“penghilangan” struktur di dalam tahapan 1. Penyediaan peralatan yang memadai
yang sama sebagaimana yang diasumsikan untuk menyokong metode konstruksi
untuk pemasangan. Beberapa perangkat yang diperlukan baik dengan metode
lunak dapat menganalisis mulai tahapan pemasangan satu segmen lantai atau
pelaksanaan sampai jembatan selesai dan pemasangan dengan pengangkatan
berfungsi, seperti membangun jembatan berat untuk satu blok besar segmen
dalam komputer. lantai, sebagaimana yang terlihat pada
Untuk menentukan momen akibat Gambar 21 dan Gambar 22;
beban mati yang diterapkan pada struktur

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP METODE KONSTRUKSI


52

Gambar 23 Pemasangan kabel dua sisi dengan kantilever


bebas berimbang dua sisi (Gimsing 1983)

2. Perhitungan analisis detail menge- 4. Pemasangan pertama dengan


nai bentuk perubahan lawan lendut penyokong utama sementara pada
jembatan cable-stayed akibat metode pier yang permanen ;
konstruksi yang dipilih mulai dari 5. Pemasangan cable-stayed. Dalam kasus
ketika disokong oleh perancah semen- ini kabel hanya perlu ditegangkan secara
tara sampai dengan pelepasan perancah moderat, sedangkan penegangan final
sementara dan penegangan akhir; akan dilakukan pada tahap berikutnya;
3. Pemasangan pilon;

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


53

Gambar 24 Pemasangan kabel dua sisi dengan kantilever


bebas berimbang satu sisi (Gimsing 1983)

6. Sesudah pemasangan semua cable- Untuk metode konstruksi dengan


stayed, penyokong utama sementara kantiliever bebas, sebagaimana yang terlihat
pada pier yang permanen dapat dipin- pada Gambar 23 dan Gambar 24, kinerja
dahkan dan beban akan tersalur ke dari aspek penting metode konstruksi
sistem kabel; adalah :
7. Pengaturan lalu-lintas kendaraan 1. Penyediaan peralatan yang memadai
atau kapal laut yang berada di bagian untuk menyokong metode konstruksi
bawah jembatan karena adanya peran- yang diperlukan baik dengan metode
cah sementara.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP METODE KONSTRUKSI


54

Gambar 26 (kanan)
Pemasangan pilon (HSBE)

Gambar 25 (atas)
Pemasangan satu blok besar
segmen lantai pada metode
kantilever bebas berimbang
(HSBE)

Gambar 26 Pemasangan pilon (HSBE)

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


55

Gambar 27 Pemasangan
segmen lantai dengan
kantilever bebas berimbang
(HSBE)

pemasangan satu segmen lantai atau gunakan derrick crane yang diope-
pemasangan dengan pengangkatan rasikan di bagian lantai jembatan,
berat untuk satu blok besar segmen sebagaimana yang terlihat pada
lantai, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 27;
Gambar 25; 6. Pemasangan dan penarikan kabel awal
2. Perhitungan analisis detail menge- untuk menyalurkan momen lentur dari
nai bentuk perubahan lawan lendut
gelagar, Umumnya proses penegangan
jembatan cable-stayed akibat metode
kabel dikerjakan setengah ketika proses
konstruksi yang dipilih mulai dari
kantilever berjalan dan setengahnya lagi
ketika disokong oleh perancah semen-
ketika crane dipindahkan;
tara sampai dengan pelepasan perancah
7. Kekakuan dari elemen lantai perlu
sementara dan penegangan akhir;
diperhitungkan ketika proses kantilever
3. Pemasangan pilon, sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 26; berlangsung;
4. Pe m a s a n g a n p e r t a m a d e n g a n 8. Jarak antar cable-stayed untuk meng-
penyokong utama sementara pada pier efisienkan penggunaan sokongan
yang permanen; sementara;
5. Pemasangan dengan kantilever bebas 9. Derajat kekakuan penjepitan antara
berimbang dimulai oleh dengan meng- pilon dengan gelagar.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP METODE KONSTRUKSI


56

Kinerja dan Ukuran Aspek


Penting dari Metode Konstruksi 7. Pasang dengan bertahap gelagar bentang
Kinerja dan ukuran dari metode utama secara kantilever segmental dari
konstruksi diilustrasikan dalam contoh kedua sisi menara (Gambar 31) dan
tipikal tahapan konstruksi jembatan cable- pasang kabel secara kencang tangan
stayed dari bahan baja di bawah ini: mulai kabel no1. sampai no. 5 pada
1. Buat gelagar dan menara baja secara angkur mati di gelagar dan angkur
pabrikasi dalam segmen yang mudah hidup di menara. Pemasangan bentang
ditransportasi; utama secara kantilever dari sisi kiri dan
2. Persiapkan fondasi dan bangunan kanan : segmen pertama 15 m dengan
bawah serta pasang baut jangkar untuk pasangan kabel no.1, segmen ke-dua 12,5
perletakan (Gambar 28); m dengan pasangan kabel no.2, segmen
3. Pasang satu segmen kolom dasar menara ke-tiga 12,5 m dengan pasangan kabel
(panjang 5 m) pada dasar menara beri- no.3, segmen ke-empat 12,5 m dengan
kut dengan balok tumpuan untuk perle- pasangan kabel no. 4, segmen ke-lima 15
takan gelagar lantai (Gambar 28); m dengan pasangan kabel no.5, segmen
4. Pasang gelagar tepi dengan cara akhir 7,5 m (segmen penutup menjadi
peluncuran pada paking sementara di 2x7,5m = 15 m);
pangkal, pilar antara dan pilar utama. 8. Setiap pemasangan segmen kantilever
(Gambar 29); ditunjang oleh penarikan pasangan
5. Pasang perletakan rol dan sendi di kabel secara bersamaan dari sisi kiri dan
pangkal/kepala jembatan dan jepit kanan menara (Gambar 32 di halaman
sementara untuk menahan gelagar 56). Kabel sementara dapat dilepaskan
di menara selama penarikan kabel setelah pasangan kabel pertama ditarik;
berlangsung, serta pasang baut penahan 9. Penarikan kabel secara bertahap
gaya angkat gelagar di pilar jangkar disertai dengan monitoring pengu-
(Gambar 29); kuran lendutan teoritis s esu ai
6. Pasang kolom menara dan tarik Tabel 1 di halaman 59. Toleransi 25%
kabel sementara dengan wartel mur diperbolehkan untuk perbedaan antara
dari puncak menara ke pilar jangkar lendutan teoritis dan aktual/terukur
(Gambar 30); selama pelaksanaan;

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


57

Gambar 28 Skema bangunan bawah

Gambar 29 Skema pemasangan gelagar tepi

Gambar 30 Skema pemasangan kolom menara

Gambar 31 Skema pemasangan bentang utama secara segmental, penarikan awal


cable-stayed mulai dari menara sampai gelagar tersambung

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP METODE KONSTRUKSI


58

Gambar 32 Tipikal tahapan pemasangan bentang utama dan penarikan cable-stayed

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


59

10. Jepit sementara di menara menahan gelagar selama penarikan kabel dan dibebaskan
setelah gelagar tersambung di tengah bentang utama. Berbagai program komputer
juga memerlukan masukan jepit sementara tersebut untuk melakukan analisis tahapan
kantilever seimbang sesuai kondisi pelaksanaan aktual.

Tabel 1 Lendutan teoritis akibat berat sendiri gelagar pada penarikan awal kabel stay secara
bertahap sesuai skema Gambar 31

Gaya tarik awal kabel Pasangan


Lendutan y bentang L di Peralihan z per bidang kabel (kN) no kabel
Tahapan
lokasi x terhadap menara menara bentang pemberat ki & ki dan ka
bentang utama ka (=4 stay)
y (mm) x (m) z(mm) kiri kanan
I 3,8 15 -48 260 200 1
II -20 27,5 -60 320 250 2
III -47 40 -72 500 280 3
IV -98 52,5 -66 560 440 4
V -184 67,5 -74 770 325 5
VI=segmen -256 75 = tengah -56
Akhir bentang L

Spesifikasi teknis yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Indika-


tor Efektivitas atau Pengendalian Mutu dari Metode Konstruksi
Spesifikasi teknis, metoda, ataupun tata cara baku yang dapat digunakan untuk
mengukur indikator efektifitas atau pengendalian mutu adalah :
1. RSNI 2000 Standar Pembebanan untuk Jembatan
2. Sistem Manajemen Jembatan, 1992, Panduan Pelaksanaan Konstruksi Jembatan
3. AASHTO LRFD Standard Specifications for Highway Bridges 17th Edition. 2005.

Referensi Metode Konstruksi


Referensi yang dipakai adalah :
Gimsing, Niels J. 1983. Cable Supported Bridges : Concept and Design. New York : Wiley
Interscience Publication.
Honshu Shikoku Bridge Expressway Company Limited. “Construction Technology.” http://
www.jb-honshi.co.jp/english/technology/index.html (diakses tahun 2011).
Tang, Man-Chung. 2000. Cable-Stayed Bridges. Di dalam Bridge Engineering Handbook,
Diedit oleh Wai-Fah Chen dan Lian Duan. Boca Raton: CRC Press.
The European Steel Design Educational Programme (ESDEP). “ESDEP WG 15B : Structural
Systems: Bridges.” http://www.fgg.uni-lj.si/kmk/esdep/master/wg15b/toc.htm (diakses
tahun 2011).

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP METODE KONSTRUKSI


60

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


61

Bab 5

Pengelolaan/
Peningkatan Kinerja
pada Tahap
Analisis Dinamis

Penjelasan Umum dari Analisis Dinamis

G
elagar pengaku dari suatu jembatan cable-stayed biasanya
didukung pada menara dan pada pilar akhir. Tergantung pada
tipe dari perletakan atau tumpuan yang digunakan, perilaku
dinamik struktur tersebut dapat sungguh yang berbeda. Jika tumpuan
yang sangat lunak digunakan, gelagar pengaku bertindak seperti suatu
pendulum. Frekuensi dasarnya akan sangat rendah. Memperkaku
tumpuan dan perletakan dapat meningkatkan frekuensi secara signifikan.
Beban seismik dan aerodinamik adalah kedua beban dinamik utama
untuk dipertimbangkan di dalam perancangan jembatan cable-stayed.
Bagaimanapun, kedua beban sering kali mempunyai kebutuhan yang
berlawanan pada struktur. Untuk kestabilan aerodinamika suatu struktur
yang lebih kaku lebih disukai. Tetapi pada perancangan seismik, kecuali
jika jembatan diletakan pada tanah yang sangat lunak, suatu jembatan
yang lebih fleksibel akan memiliki lebih sedikit respon. Beberapa penye-
suaian antara dua kebutuhan perancangan ini diperlukan.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS DINAMIS


62

Karena cara tersebut dua beban Hal ini mungkin disebabkan jembatan
dinamik ini mengeksitasi struktur dalam cable-stayed yang sangat langsing. Pelajaran-
bentuk yang berbeda, peralatan mekanis pelajaran yang dipelajari dari permasala-
khusus dapat digunakan untuk membantu han aerodinamika pada jembatan gantung
struktur tersebut untuk melakukan penye- menghantarkan insinyur-insinyur untuk
suaian pada kedua kondisi beban. Respon mencemaskan jembatan cable-stayed.
aerodinamika terbangkitkan secara lambat. Pada kenyataannya, jembatan cable-
Untuk beban jenis ini gaya dalam hubu- stayed, terutama jembatan cable-stayed
ngan diperlukan untuk memperkecil vibrasi beton, telah ditemukan secara mengejutkan
yang terbangkitkan relatif kecil. Gempa stabil secara aerodinamis. Meski perkiraan
bumi terjadi tiba-tiba. Terutama respon bahwa jembatan cable-stayed tidak dapat
pada jembatan akan muncul tiba-tiba jika serius bergetar di bawah angin karena
gerakan seismik juga berisi masa bebas interferens dari modus-modus yang tidak
yang besar. Sebagai konsekuensi, suatu berhubunganyang ada dalam suatu struk-
peranti yang menghubungkan gelagar dan tur tidaklah benar, sangat sedikit beberapa
menara, yang akan pecah pada suatu gaya jembatan cable-stayed ditemukan rentan
yang ditentukan tertentu akan membantu terhadap aksi angin setelah konstruksi.
menanggapi beban seismik dan aerodi- Perilaku aerodinamika superior dari
namik. Akibat aksi aerodinamika, peranti jembatan cable-stayed adalah satu alasan
tersebut akan menekan permulaan getaran untuk ini. Tetapi pelajaran yang dipelajari
seperti hubungan yang membuat struk- dari jembatan gantung sudah mendidik
tur lebih kaku. Di bawah beban seismik, banyak insinyur sehingga mereka menya-
hubungan tersebut memutuskan beban dari permasalahan aerodinamika dan
yang ditentukan dan struktur menjadi lebih dapat mengidentifikasi penampang yang
fleksibel. Hal ini mengurangi frekuensi dasar lebih baik menghadapi aksi angin. Lebar
jembatan tersebut. sistem lantai yang lebih luas untuk jembatan
cable-stayed paling modern juga membuat
Aspek Penting Dari Analisis
struktur lebih stabil.
Dinamis (Tang 2000)
Beberapa jembatan-jembatan lakukan
Kestabilan aerodinamik jembatan memerlukan perlakuan khusus melawan
cable-stayed merupakan suatu perhatian terhadap aksi aerodinamika. Annacis
yang utama untuk banyak insinyur jembatan Island Bridge menambahkan fairing angin
di awal pembangunan jembatan tersebut. pada bentang utamanya; Quincy Bridge

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


63

Gambar 33 Penstabilan sementara oleh kabel tie-down (Tang 2000)

menambahkan pelat vertikal pada gelagar Tingkat yang paling tinggi untuk jembatan
pengaku sebagai tambahan terhadap fairing cable-stayed di dalam daerah angin yang
horisontal. Longs Creek Bridge mempunyai kencang memerlukan tie-downs angin untuk
bagian ujung angin yang diruncingkan pada menstabilkan struktur melawan buffeting.
masing-masing sisi dari gelagar pengaku. Kembali ke tahun 1960-an, terpikirkan
Selama perancangan Knie Bridge pada bahwa suatu struktur tidak akan bergetar
awal tahun 1960-an, suatu studi terowongan di suatu aliran turbulen. Bagaimanapun,
angin dilaksanakan untuk mendapatkan struktur ditemukan mempunyai suatu
suatu solusi yang baik untuk meningkatkan massa intensitas dan frekuensi yang tertentu
kestabilan aerodinamika jembatanpada di suatu angin turbulen, buffeting mungkin
kasus respon-respon yang ditemukan untuk muncul. Dalam banyak kesempatan, respon
tidak dapat diterima. Di antara berbagai buffeting dari suatu jembatan cable-stayed
alternatif, bagian ujung yang diruncingkan
selama konstruksi dapat sungguh parah
adalah opsi yang paling efisien.
kecuali jika tindakan yang spesifik diambil
Oleh karena itu gagasan sama ini
untuk menstabilkan struktur.
digunakan di dalam banyak jembatan cable-
Cara paling efisien untuk mensta-
stayed dan jembatan gantung.
bil-kan struktur melawan buffeting
Walaupun suatu jembatan cable-stayed
adalah dengan meningkatkan frekuensi
kebanyakan stabil dalam kondisi akhir,
dasarnya dengan menggunakan tie-downs,
hal itu sering berbahaya selama tahapan
Gambar 33. Kebanyakan tie-downs adalah
konstruksi. Selama konstruksi Knie Bridge,
kabel sederhana tujuh strand kawat yang
ikatan angin bagian bawah ditambahkan
diangker ke fundasi tiang, beban berat,
untuk menyediakan kekakuan puntiran
angker tanah seperti pada Annacis dan
yang diperlukan di dalam gelagar pengaku
Baytown – LaPorte Bridges. Menstabilkan
untuk menghapuskan kemungkinan flutter.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS DINAMIS


64

Tabel 2 Kecepatan Angin Flutter Kritis —Sidney Lanier Bridge (Tang 2000)

Rasio redaman(% dari redaman kritis) 0,5 % 1,0 % 2,0 % 3,0 % 4,0 %
Kecepatan angin flutter kritis, km/h 160 180 230 340 450

menara dengan menggunakan kabel back- rendah. Bagaimanapun, flutter adalah suatu
stay dapat juga mempunyai efek yang sama gejala yang diwakili oleh amplitudo besar;
seperti pada ALRT Fraser River dan East koefisien redaman aktual jauh lebih tinggi.
Huntington Bridges. Flutter dipertimbangkan sebagai
Penggunaan tie-downs dapat juga peristiwa ekstrim alami yang mungkin
membantu mengurangi momen lentur terjadi setiap 1000 sampai 2000 tahun.
yang tak seimbang di dalam menara selama Di mana tidak akan juga ada orang di
konstruksi yang tidak dapat dipisahkan di jembatan di bawah angin kencang seperti
suatu metoda kantilever. itu. Oleh karena itu, osilasi amplitudo besar
Jumlah peredaman dapat mempunyai dengan retakan beton dan kelelehan parsial
suatu pengaruh yang menentukan pada baja dipertimbangkan dapat diterima.
perilaku aerodinamika dari jembatan Di bawah kondisi-kondisi seperti itu, reda-
cable-stayed, terutama di kecepatan angin man meningkat dengan signifikan. Suatu
flutter kritis. Sebagai konsekuensi, asumsi jembatan cable-stayed, menjadi struktur
dari rasio redaman yang sesuai adalah yang sangat redundan yang memungkin
sangat penting di dalam perancangan. banyak sendi plastis untuk terbentuk,
Tabel 2 menunjukkan kecepatan angin menyediakan keuntungan yang menen-
flutter kritis untuk Sidney Lanier Bridge, tukan dibandingkan dengan jembatan
Georgia, berdasarkan pada hasil pengujian gelagar umum dan jembatan gantung
model sectional. konvensional.
Secara praktis semua pengukuran Suatu rasio redaman 5% biasanya
lapangan dari rasio redaman jembatan diasumsikan pada analisis seismik, yang
cable-stayed dilaksanakan dengan amplitudo mana adalah suatu peristiwa kejadian
kecil. Secara umum, besar rasio yang dida- alam ekstrim yang serupa. Suatu nilai dari
patkan menjadi antara 0,5 dan 1,0%. Nilai- 2 sampai 4% mungkin dapat diasumsikan
nilai yang terukur seperti itu berhubungan secara konservatif untuk jembatan cable-
dengan perilaku dari respon vortex-shedding stayed beton. Redaman yang lebih tinggi
yang amplitudonya rendah, yang biasanya juga dapat dicapai dengan pemasangan
terjadi pada kecepatan angin yang relatif redaman buatan.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


65

Pengetahuan tentang vibrasi kabel juga ridges di permukaan kabel telah juga dite-
telah maju secara ekstensif. Masalah getaran mukan efektif.
kabelstay pertama nampak di Neuenkamp
Bridge. Masalah tersebutlah merupakan
kemunculan getaran dari dua kabel dalam
lokasi secara paralel dan horisontal. Masalah
itu merupakan masalah baru pada saat itu.
Masalah Itu dikenali, dan kemudian getaran
lebih lanjut ditekan dengan menghubung-
kan sepasang kabel bersama-sama dengan
suatu peredam. Konsep ini digunakan
untuk beberapa jembatan lain yang diba-
ngun sesudahnya.
Getaran kabel yang parah diamati
pada Brotone Bridge. Peredam dipasang
dan mereka sukses dalam menekan getaran
seperti itu. Konsep yang sama digunakan
untuk Sunshine Skyway.
Vibrasi-vibrasi yang diakibatkan
oleh air hujan dan angin ditemukan dalam Gambar 34 Kabel ikat melawan getaran
beberapa jembatan-jembatan. Gejala ini yang disebabkan oleh air hujan dan angin
muncul hanya selama hujan rintik-rintik pada Dames Point Bridge (Tang 2000)

dengan kombinasi dari angin yang ringan.


Kinerja dan Ukuran Aspek
Masalah ini ditemukan disebabkan oleh
Penting dari Analisis Dinamis
perubahan bentuk air hujan yang menu-
- Pengidentifikasian frekuensi
tupi kabel. Meningkatkan peredaman
natural
kabel dapat menekan getaran ini. Mengikat
kabel bersama-sama dengan kawat-kawat, Frekuensi lentur dan torsi berdasar-
Gambar 34, dan mengalirkan air dari kabel kan lendutan berat sendiri/tetap di tengah
sebelum air berakumulasi adalah metoda- bentang utama dari hasil perhitungan
metoda semakin umum dan efektif dan statis dapat dip erkirakan dengan
untuk mengatasi masalah ini. Menambah- Rumus 7 dan Rumus 8 yang merupakan
kan lekukan atau betukan spiral-wound rumus eksperimental dari PWRI, Jepang.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS DINAMIS


66

fb = {(1,1) / 2π} . (g / δmaks)1/2 (Rumus 7) Uji-coba percobaan getar pada


ft = (bs / 2r). fb (Rumus 8) prototipe jembatan Bailey modifikasi
dengan pengertian : kabel dengan lendutan teoritis δmaks 0,05m
fb = frekuensi lentur paling kecil dalam arah di tengah bentang utama L = 33,55m
vertikal (frekuensi pertama) dalam Hertz memberikan hasil sebagai berikut :
ft = frekuensi torsi dalam arah vertikal a. Rumus 7 : fb = {(1,1)/2π}(9,81/0,05)1/2 =
dalam Hertz (= cps) 2,5 Hertz (aktual terukur 3,3 Hz> 2,5 Hz
δmaks = lendutan dalam arah vertkal di tengah persyaratan minimum)
bentang utama (L ) akibat berat sendiri/ b. Rumus 9 : fb = 33,8 x 33,55 -0,763 = 2,3
tetap dalam meter Hertz ~ hasil Rumus 7
g = gravitasi = 9,81 m/detik2 c. Redaman yang bersangkutan :
bs = jarak melintang antar bidang stay d. Rumus 11 : h = 0,0005+0,0148(2,3) =
r = jari-jari girasi dari gelagar lantai = 0,0345 = 3,45% (aktual terukur 3,5%
(momen inersia)/luas ~3,45%)
Dalam Rumus 7 terungkap bahwa
Pendekatan stabilitas aerodinamis
makin kecil lendutan, makin kaku jemba-
untuk contoh kasus jembatan Bailey
tan dan makin besar frekuensi. Tetapi bila
modifikasi kabel diperoleh sebagai berikut :
kabel direncanakan untuk memikul penuh
a. Rumus 9 : fb = 33,8 x (33,55) -0,763
berat sendiri/tetap dan lendutan menjadi
= 2,3 Hertz
hampir nol, digunakan Rumus 9 sampai
b. Rumus 10 : ft = 17,5 x (33,55)-0,453
dengan Rumus 10 yang merupakan rumus
= 3,56 Hertz
eksperimental dari PWRI, Jepang.
Rasio frekuensi teoritis torsi terhadap
fb=33,8L-0,763 (Rumus 9)
lentur ft/fb = 3,56/2,3 = 1,54< 2,5 (salah satu
ft=17,5L-0,453 (Rumus 10)
persyaratan agar aman terhadap angin flut-
h=0,0005+0,0148fb (Rumus 11)
ter) menunjukkan kepekaan aerodinamis.
dengan pengertian :
Sehingga perlu ditinjau rasio kelangsingan
L = bentang utama dalam meter
dari bentang utama 33,55 m terhadap lebar
h = redaman struktural berdasarkan fb
3,9m = 8,6 << 30 (aman terhadap angin
dalam %
flutter). Gelagar lantai dari rangka panel
Perumusan diatas memberikan nilai
terkecil yang harus dipenuhi dan menjadi Bailey juga aman terhadap angin vorteks,

patokan praktis dalam evaluasi hasil uji getar seperti yang terlihat pada Gambar 35,
di lapangan dan penilaian kondisi jembatan berupa pengujian beban-getar prototipe
cable-stayed. tahun 1997.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


67

Gambar 35 Pengujian beban-getar prototipe Jembatan Bailey modifikasi kabel

Spesifikasi Teknis yang Dapat 3. Pt T-06-2002-B Penilaian kondisi


Digunakan untuk Mengukur jembatan untuk bangunan bawah
Indikator Efektivitas atau Pe- dengan cara uji getar
ngendalian Mutu dari Analisis
Dinamis
Referensi Analisis Dinamis
Spesifikasi teknis, metoda, ataupun
Referensi yang dipakai adalah :
tata cara baku yang dapat digunakan
Kawashima, K., S. Unjoh, dan M. Tsuno-
untuk mengukur indikator efektifitas atau
moto. 1991. “Damping Characteristic of
pengendalian mutu adalah : Cable Stayed Bridges for Sesimic Design.”
1. ISO/TC 108/SC2 ,2002. ISO/DIS Journal of Research Public Works
18649:2002 Mechanical Vibration- Research Institute Dec 1991.
Evaluation of measurement result Walther, R., B. Houriet, P. Isler, dan J.P. Klein,
from Dynamics Tests and Investiga- 1999. Cable Stayed Bridges, 2nd edition.
tion on bridges, International London: Thomas Telford.
Standard Organization. Tang, Man-Chung. 2000. Cable-Stayed
2. Pt T-05-2002-B Penilaian kondisi Bridges. Di dalam Bridge Engineering
jembatan untuk bangunan atas dengan Handbook, Diedit oleh Wai-Fah Chen
cara uji getar dan Lian Duan. Boca Raton: CRC Press.

PENGELOLAAN/PENINGKATAN KINERJA PADA TAHAP ANALISIS DINAMIS


68

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


69

Bab 6

Penutup

P
erencanaan teknis dalam struktur jembatan memegang peranan
yang penting karena perencanaan teknis akan menentukan
kinerja jembatan yang diinginkan dari suatu fenomena beban
yang teridentifikasi. Sayangnya ketentuan seperti itu sampai saat ini
tidak didapatkan secara luas untuk jembatan bentang panjang khususnya
jembatan kabel yang secara garis besar terdiri dari jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed. Beberapa ketentuan perencanaan teknis untuk
bentang panjang mungkin sudah dibahas pada spesifikasi desain atau
peraturan bentang standar seperti pada spesifikasi perancangan untuk
jembatan dari AASHTO dan National Standard of Canada atau European
Standard. Tetapi hal itu masih belum mencukupi terutama persyaratan
kinerja jembatan bentang panjang yang berkaitan dengan kenyamanan
dan kestabilan struktur. Sampai saat ini masing-masing untuk jembatan
gantung dan jembatan cable-stayed telah dibangun jembatan yang mempu-
nyai panjang bentang utama adalah sebesar 1991 meter dan 1088 meter
yang terletak masing-masing di Jepang dan RRC.

PENUTUP
70

Di samping itu dengan perkemba- pilon, dan kekakuan masing- masing elemen
ngan inovasi jembatan kabel dengan sistem sistem lantai dan pilon, serta hubungan
penjangkaran sendiri untuk jembatan antara pilon dengan dengan sistem lantai,
gantung atau penjangkaran ke tanah untuk panjang bentang sisi, dan sistem perletakan
jembatan cable-stayed menuntut pengkajian dan sokongan antara pada tahap analisis
kinerja yang lebih detail dan lebih kompleks. struktur statis; 2) penggunaan metode
Hal inilah yang mendorong dilakukan dengan perancah dan metode kantilever
pengidentifikasian berbagai ketentuan berimbang; dan 3) pengujian aerodinamis
mengenai jembatan bentang panjang tahun dan perangkat penyeimbang getaran, dan
ini dengan tujuan akhir untuk mendapatkan pengidentifikasian frekuensi natural pada
gambaran yang utuh mengenai perenca- tahap analisis struktur dinamis.
naan teknis jembatan bentang panjang Oleh sebab itu, pada jembatan kabel
secara detail. diperlukan: i) pengkajian jembatan cable-
Pengkajian dilakukan dengan melaku- stayed dengan metode analisis orde kedua
kan studi perbandingan berbagai macam perlu dilakukan juga untuk mengantisipasi
referensi yang dianggap dapat mewakili : (a) pengaruh ketidak-linieran yang dapat
untuk menghasilkan kesimpulan bahwa : menghasilkan perubahan lendutan kabel
1) Respon jembatan kabel sangat ditentukan pada semua kondisi batas; (b) deformasi dari
oleh aksi yang saling terkait antara sistem lantai pada semua kondisi batas; (c) ketidak-
lantai, kabel dan pilon; 2) Simulasi karak- linearan bahan pada kondisi batas ultimit;
teristik jembatan begitu kompleks termasuk (d) perubahan pengaruh gaya akibat defleksi
kombinasi penempatan beban lalu-lintas pada bagian ujung cable-stayed mengguna-
dan kekakuan masing-masing elemen kan teori defleksi besar; (e) pengaruh dari
sistem lantai dan pilon, serta hubungan hilangnya gaya kabel ; dan (f) perencanaan
antara pilon dengan dengan sistem lantai; penggantian kabel ; ii) pengkajian jembatan
3) Pengidentifikasi pembebanan angin gantung yang menerapkan teori defleksi
sangat tergantung dari pengukuran angin di besar untuk mengakomodasi beban torsi
lapangan yang mewakili dan kekompleksan dan beban lateral dengan menggunakan
pengujian terowongan angin. bahan yang linear elastik dan ketidak-
Hasil yang diperoleh dari kajian ini linearan geometrik; iii) pengkajian secara
adalah perlunya dilakukan kajian yang lebih intensif jembatan akibat beban-beban
detail pada: 1) aksi yang saling terkait dari dinamis untuk mengidentifikasi fenomena
karakteristik sistem lantai, sistem tata letak beban dinamis yang saling terkait dengan
kabel untuk jembatan cable-stayed, bentuk kefleksibelan jembatan kabel.

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN CABLE STAYED


ISBN 978-602-8256-40-7

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN


Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum
www.pusjatan.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai