Penyusun
Redrik Irawan
Lanneke Tristanto
Tommy Virlanda WN
Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Tahun 2011, pada Paket Kerja
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jembatan Bentang Panjang (Kajian
Perencanaan Jembatan Cable-Stayed dan Jembatan Gantung).
Kementerian Pekerjaan Umum tidak menjamin akurasi data yang disampaikan dalam
publikasi ini, dan tanggung jawab atas data dan informasi sepenuhnya dipegang
oleh penulis.
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40293
Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
info@pusjatan.pu.go.id
FOOTER TITLE
Puslitbang Jalan dan Jembatan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah institusi riset
yang dikelola oleh Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia. Lembaga ini mendukung Kementerian PU dalam menyelenggara-
kan jalan di Indonesia dengan memastikan keberlanjutan keahlian, pengem-
bangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan infrastruktur.
Tim Teknis
Prof. (R). DR. Ir. M.Sjahdanulirwan, M.Sc. Ir. Yayan Suryana, M.Sc
Ir. Agus Bari Sailendra, MT DR. Ir. Rudy Hermawan, M.Sc
Ir. I Gede Wayan Samsi Gunarta, M.Appl.Sc Ir. Saktyanu, M.Sc
DR. Ir. Dadang Mohammad , M.Sc Ir. Herman Darmansyah
DR. Ir. Poernomosidhi, M.Sc Ir. Rachmat Agus
DR. Drs. Max Antameng, MA DR. Ir. Hasroel, APU
DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc DR. Ir. Chaidir Amin, M.Sc
Ir. Iwan Zarkasi, M.Eng.Sc
Prof. (R). Ir. Lanneke Tristanto Sub Tim Teknis
Prof. (R). DR. Ir. Furqon Affandi, M. Sc
Ir. GJW Fernandez Redrik Irawan, ST., MT.
Ir. Joko Purnomo, MT Prof. (R). Ir. Lanneke Tristanto
Ir. Soedarmanto Darmonegoro DR. Mardiana Oesman
Ir. Lanny Hidayat, M.Si DR. Soemargo
Ir. Moch. Tranggono, M.Sc DR. Johanes Adhiyoso
DR. Ir. Djoko Widayat, M.Sc DR. Paulus Kartawijaya
Redrik Irawan, ST., MT. Herbudiman, ST., MT.
DR. Ir. Didik Rudjito, M.Sc DR.Aswandy
DR. Ir. Triono Jumono, M.Sc DR. Bambang Hari Prabowo
Ir. Palgunadi, M.Eng, Sc Agus Sulistijawan, S.Si
DR. Ir. Doni J. Widiantono, M.Eng.Sc DR. Transmissia Semiawan
Ir. Teuku Anshar Ir. Koesno Agus
Ir. Hendro Mulyono Ir.Wahyudiana
Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.Sc Ir. Rahadi Sukirman
DR. Ir. Theo. A. Najoan Ir. Roeseno Wirapradja, M.Sc.
iv
FOOTER TITLE
v
Kata Pengantar
Akhirnya penulis ingin memberikan apresiasi atas kepada berbagai pihak yang terlibat
dalam penyusunan naskah ilmiah ini terutama kepada Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan
beserta seluruh jajarannya atas perhatian dan dukungannya. Semoga naskah ilmiah ini
dapat memberikan sumbangan bagi pengenalan wawasan pengetahuan yang diperlukan
untuk pengembangan teknologi jembatan.
Redrik Irawan
Penyusun
vii
Daftar Isi
Puslitbang Jalan dan Jembatan _____________________________ iii
Kata Pengantar___________________________________________ v
Daftar Isi_________________________________________________ vii
Daftar Gambar____________________________________________ viii
Daftar Tabel______________________________________________ x
Bab 1 Pendahuluan_________________________________________ 13
Latar Belakang........................................................................................................................13
Tujuan dan sasaran penulisan naskah ilmiah.................................................................15
Metodologi dan Sumber Data............................................................................................15
Sistematika Pembahasan.....................................................................................................15
Bab 2 Gambaran Umum dan Pemetaan________________________ 19
Deskripsi Isu, Permasalahan Utama dan Elemen Kunci yang Berkontribusi
terhadap Permasalahan................................................................................................19
Permasalahan Pokok dan Sumber-sumber Permasalahan (Variabel) dan
Interdependensinya.......................................................................................................23
Kondisi Ideal yang Diharapkan dari Masing-masing Elemen Kunci serta
Interaksi yang Diinginkan untuk Mengoptimalkan Sistem Solusi
terhadap Masalah Utama.............................................................................................23
Upaya-upaya Umum yang Telah Dilakukan untuk Menyelesaikan Sumber-
sumber Masalah dan Efektifitasnya...........................................................................24
Bab 3 Pengelolaan/Peningkatan Kinerja pada Tahap
Analisis Statis_________________________________________ 27
Penjelasan Umum dari Analisis Statis..............................................................................27
Aspek Penting dari Analisis Statis.....................................................................................28
Kinerja dan Ukuran Aspek Penting dari Analisis Statis..............................................30
Spesifikasi teknis yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Indikator
Efektivitas atau Pengendalian Mutu dari Analisis Statis.......................................46
Referensi Analisis Statis.......................................................................................................47
viii
Daftar Gambar
Gambar 1 Pencapaian Bentang Utama untuk Jembatan Gantung......................................14
Gambar 2 Pencapaian Bentang Utama untuk Jembatan Cable Stayed...............................14
Gambar 3 Bagan alir perencanaan jembatan kabel.................................................................21
Gambar 4 Jembatan Pasupati, bentang utama 106 m dan total 161m, menara dan
gelagar dari beton, prinsip kabel kaku....................................................................28
Gambar 5 Contoh tipikal untuk tiga keadaan batas perencanaan......................................29
Gambar 6 Contoh penampang melintang gelagar lantai tipe boks.....................................33
ix
Gambar 7 Jembatan lalu lintas ringan, bentang 240m dengan lebar bersih 2,5m di
Sukabumi. beban gandar maksimum 3 ton, prinsip gelagar kaku +
menara tinggi + kabel ekonomis..............................................................................33
Gambar 8 Perilaku kolom pada menara....................................................................................34
Gambar 9 Tipe menara..................................................................................................................35
Gambar 10 Perilaku deformasi lantai jembatan untuk beberapa sistem menara............35
Gambar 11 Sketsa pelimpahan gaya angin ke puncak menara............................................37
Gambar 12 Sketsa pelimpahan gaya gempa ke puncak menara..........................................37
Gambar 13 Contoh aktual gaya awal vs gaya akhir cable-stayed keadaan batas layan,
urutan penarikan dari 1-5 sesuai pelaksanaan bentang utama secara
segmental dan kantilever, kabel 5ka dan 1ki mudah melepas karena gaya tarik
akhir berdekatan gaya tarik awal.............................................................................40
Gambar 14 Skema tipikal stay sebagai perletakan kaku pada beban tetap........................40
Gambar 15 Angkur blok sebelum dan sesudah didesain ulang...........................................44
Gambar 16 Pelat pengaku di pipa kabel.....................................................................................44
Gambar 17 Pelat pengaku di badan pilon.................................................................................45
Gambar 18 Konfigurasi beban hidup.........................................................................................47
Gambar 19 Metode pemasangan jembatan cable-stayed)....................................................48
Gambar 20 Pelaksanaan pemasangan segmen jembatan dengan penyokong
sementara......................................................................................................................50
Gambar 21 Contoh ilustrasi pemasangan satu segmen lantai dengan sokongan
sementara......................................................................................................................51
Gambar 22 Contoh ilustrasi pemasangan satu blok segmen lantai dengan
sokongan sementara...................................................................................................51
Gambar 23 Pemasangan kabel dua sisi dengan kantilever bebas berimbang dua sisi....52
Gambar 24 Pemasangan kabel dua sisi dengan kantilever bebas berimbang satu sisi...53
Gambar 25 Pemasangan satu blok besar segmen lantai pada metode kantilever bebas
berimbang.....................................................................................................................54
Gambar 26 Pemasangan pilon.....................................................................................................54
x
Daftar Tabel
Tabel 1 Lendutan teoritis akibat berat sendiri gelagar pada..................................................59
Tabel 2 Kecepatan Angin Flutter Kritis —Sidney Lanier Bridge..........................................64
xi
FOOTER TITLE
xii
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
P
erencanaan teknis dalam struktur jembatan memegang peranan
yang penting karena perencanaan teknis akan menentukan
kinerja jembatan yang diinginkan dari suatu fenomena beban
yang teridentifikasi. Sayangnya ketentuan seperti itu sampai saat ini
tidak didapatkan secara luas untuk jembatan bentang panjang khususnya
jembatan kabel yang secara garis besar terdiri dari jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed. Beberapa ketentuan perencanaan teknis untuk
bentang panjang mungkin sudah dibahas pada spesifikasi desain atau
peraturan bentang standar seperti pada spesifikasi perancangan untuk
jembatan dari AASHTO dan National Standard of Canada atau European
Standard. Tetapi hal itu masih belum mencukupi terutama persyaratan
kinerja jembatan bentang panjang yang berkaitan dengan kenyamanan
dan kestabilan struktur.
Sampai saat ini masing-masing untuk jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed telah dibangun jembatan yang mempunyai
PENDAHULUAN
14
PENDAHULUAN
16
PENDAHULUAN
18
Bab 2
Gambaran Umum
dan Pemetaan
Permasalahan
Deskripsi Isu, Permasalahan Utama dan Elemen Kunci
yang Berkontribusi terhadap Permasalahan
Deskripsi Isu
R
ekayasa jembatan dengan sistem cable-stayed, yang merupakan
salah satu teknologi jembatan kabel, telah semakin berkembang
pesat dan sangat menarik perhatian para arsitek dan para insinyur
sipil. Jembatan cable-stayed diminati, mengingat tampilan akhir yang
berkesan sederhana tetapi mengandung unsur estetis yang tinggi serta
ketangguhannya secara struktural yang tidak diragukan.
Setelah sistem cable-stayed diperkenalkan, rekayasa teknologi
telah menghasilkan kreasi-kreasi dari struktur tipe baru yang memiliki
karakteristik yang sangat baik dan keuntungan yang sangat besar. Dan
yang paling menonjol adalah karakteristik-karakteristik secara struktural,
efisiensi dan pengaplikasian yang sangat luas. Karakteristik struktural
dasar, alasan pembangunan secara cepat serta keberhasilan dari jembatan .
Sistem cable-stayed menghadirkan suatu sistem ruang, yang terdiri
dari balok-balok pengaku (stiffening girder), lantai jembatan baja atau
beton dan bagian-bagian pendukung seperti lantai ortotropik dan gelagar yang menerus
pilon yang beraksi pada tekanan dan kabel- yang ditopang oleh kabel pengaku. Pada
kabel miring yang beraksi pada tegangan. aplikasi pembangunan, sistem cable stayed
Karakteristik utama dari sistem cable-stayed pada jembatan memberikan tambahan
ini adalah aksi yang integral dari balok- nilai secara ekonomis yang sangat tinggi,
balok pengaku dan prestressed ataupun terutama dari penghematan yang didapat
post-tensioning kabel, yang berjalan turun dari waktu pengerjaan yang relatif cepat.
dari puncak menara ke titik-titik angker Sistem pada jembatan merupakan
pada balok-balok pengaku. Kuat tekan suatu pilihan yang layak untuk diper-
secara horisontal yang dikarenakan aksi timbangkan, karena sistem ini bukan saja
kabel diambil alih oleh balok-balok pengaku memenuhi seluruh kebutuhan fungsi
dan angker-angker yang tidak masif yang pada jembatan dan seluruh persyaratan
sangat diperlukan. Pengenalan dari sistem strukturalnya, tetapi juga memberikan
ortotropik telah menghasilkan penemuan- tambahan nilai baik dari segi arsitektur
penemuan baru dari tipe-tipe superstruktur maupun segi finansial.
yang dengan mudah akan membawa Tahapan umum perencanaan, seba-
gaya-gaya horisontal dari kabel-kabel gaimana yang terlihat pada Gambar 3,
pengaku dengan hampir tanpa penambahan meliputi:
bahan baku, bahkan untuk bentang yang 1. Konsep disain struktur jembatan yang
sangat panjang. meliputi faktor:
Karakteristik struktural lainnya dari a. Dimensi dan geometri dari struktur
sistem cable-stayed adalah bahwa sistem ini jembatan
secara geometris tidak berubah di bawah b. Susunan kabel penggantung
pembebanan pada berbagai posisi pada c. Dimensi dan geometri dari lantai
jembatan, dan seluruh kabel ada dalam jembatan
posisi tegang. d. Dimensi dan geometri dari pilon
Sistem pun dapat diterapkan pada 2. Perhitungan awal struktur jembatan
bentang menengah, panjang bahkan sangat akibat beban permanen pada jembatan,
panjang. Pada sistem lainnya, dengan yang terdiri dari:
bentang yang sangat panjang, memerlukan a. Perhitungan struktur untuk lantai
gelagar yang sangat besar pula. Sistem kendaraan
memberikan solusi dalam hal ini, yaitu b. Perhitungan struktur untuk menara
dengan sistem struktural yang terdiri dari atau pilon
KONSEP PERENCANAAN
GEOMETRI STRUKTUR, SUSUNAN KABEL PENGGANTUNG
DIMENSI LANTAI DAN MENARA
PERHITUNGAN AWAL
STRUKTUR LANTAI, STUKTUR MENARA, DIMENSI KABEL
PENYESUAIAN KEBUTUHAN
KABEL PENGGANTUNG
PERHITUNGAN STRUKTUR
KABEL AKIBAT BEBAN TETAP
DAN DEFORMASI
PERHITUNGAN STRUKTUR
KABEL AKIBAT BEBAN LAYAN
PERHITUNGAN
1. MODIFIKASI
STRUKTUR
STRUKTUR
JEMBATAN
Bab 3
Pengelolaan/
Peningkatan Kinerja
pada Tahap
Analisis Statis
J
embatan cable-stayed menjadi pelopor dalam pembangunan jembatan
bentang panjang. Kabel stay adalah kabel eksternal dengan dwi fungsi.
Kabel stay berfungsi sebagai perancah dalam pemasangan gelagar
lantai dengan sistem kantilever bertahap dan sebagai perletakan elastis/
pegas atau pilar antara dalam struktur akhir. Bentang yang dicapai dengan
sistem cable-stayed adalah empat kali bentang gelagar sederhana bila
dimensi dipertahankan sama.
Kabel eksternal bergetar bebas dan fatik akibat perulangan beban.
Dengan demikian tegangan akhir kabel dibatasi maksimum 45% tegangan
putus (= 45%x1860 MPa) untuk kondisi daya layan, dan maksimum 60%
tegangan putus untuk kondisi ultimit. Tegangan awal kabel direncanakan
20-30% tegangan putus agar mampu menahan beban pelaksanaan
dan pelayanan.
Jembatan cable-stayed kuat terhadap gempa karena letak pusat massa
yang rendah, tetapi peka terhadap penurunan diferensial. Penurunan
Gambar 4 Jembatan Pasupati, bentang utama 106 m dan total 161m, menara dan
gelagar dari beton, prinsip kabel kaku
fondasi menara menarik kabel kebawah berkisar antara 1/50-1/100. Juga terdapat
sehingga menyebabkan pertambahan gaya pilihan untuk mempertinggi menara agar
tarik dalam cable-stayed. mereduksi keperluan tinggi gelagar lantai.
Kabel stay kuat terhadap gaya tarik Setiap jembatan cable-stayed yang selesai
aksial akibat pembebanan lalu lintas dibangun dengan demikian ciptaan dengan
normal, tetapi lemah terhadap gaya tekan karakteristik tersendiri sebagaimana yang
dan momen akibat gaya angin. Getaran terlihat Gambar 4.
dan goyangan akibat angin mempengaruhi Interaksi antara kabel, gelagar lantai
stabilitas aerodinamis jembatan cable-stayed dan menara dalam kinerja struktural secara
bentang panjang. keseluruhan dipengaruhi oleh tiga keadaan
batas berikut :
Aspek Penting dari Analisis
1. Gelagar lantai sangat kaku (Gambar
Statis
5a) dengan jumlah kabel terbatas seba-
Terdapat banyak kemungkinan untuk gai perletakan elastis antara di tempat
membuat sistem cable-stayed dengan dimana tidak mungkin dibangun
tiga pilihan bebas yang juga dapat saling pilar, yang serupa sistem ekstradosed.
digabung. Pilihan dimensi mencakup Menara relatif langsing dan tidak perlu
rasio kelangsingan h/L (tinggi gelagar tinggi karena hanya memikul momen
lantai terhadap bentang utama) yang lentur kecil.
menara beton
tinggi gelagar lantai kaku dari beton 2.8 m
16,5m
1(a)
tinggi gelagar lantai dari beton 0.6 m Menara kaku dari beton
1(b) 29,1m
menara beton
blok jangkar
2. Menara sangat kaku (Gambar 5b) yang memikul momen arah memanjang dengan
gelagar lantai relatif langsing yang memikul momen arah melintang kecil terutama
bila jarak antara kabel dibuat berdekatan.
3. Kabel sangat kaku (Gambar 5c) sebagai elemen stabilitas struktural. Bentang
samping umumnya dibuat lebih pendek dari setengah bentang utama agar kabel
jangkar tidak kehilangan gaya tarik, dan seringdigunakan blok jangkar/pilar jang-
kar. Blok atau pilar jangkar/antara mengurangi lendutan bentang utama sehingga
dimensi gelagar lantai dapat direduksi, dan digunakan untuk memperoleh stabilitas
bentang utama yang panjang. Dengan demikian menara dan gelagar lantai menjadi
relatif langsing.
Kinerja dan Ukuran Aspek dengan resiko yang kecil dari perubahan
Penting dari Analisis Statis karena erosi;
7. Lokasi harus terlindung dan seminimal
Perencanaan dilakukan berdasarkan
mungkin terkena pengaruh angin;
beberapa aspek berikut ini:
8. Lokasi harus memberikan jalan masuk
1. Lokasi Jembatan
yang baik untuk material dan pekerja;
2. Layout Jembatan
9. Akan sangat membantu bila terdapat
3. Sistem lantai jembatan
penyedia material setempat yang
4. Sistem menara jembatan
mungkin digunakan dalam konstruksi
5. Sistem kabel penggantung
seperti pasir dan batu;
6. Beban jembatan 10. Lokasi harus mendukung masyarakat
7. Tahapan umum perencanaan setempat.
8. Pemodelan analisis struktur Beban Rencana
Lokasi Jembatan Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas
Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas aspek ini adalah :
aspek ini adalah : 1. Beban rencana individual
1. Panjang bentang terpendek yang mung- a. Beban permanen
kin dari jembatan; i. Berat Sendiri
2. Jembatan harus berada pada bagian ii. Beban mati tambahan
lurus dari sungai atau arus, jauh dari b. Beban lalu lintas
cekungan tempat erosi dapat terjadi; i. Beban Hidup
3. Pilih lokasi dengan kondisi fondasi yang ii. Faktor Beban Dinamis
baik untuk penahan kepala jembatan; c. Beban dari lingkungan
4. Lokasi harus sedekat mungkin dengan i. Beban Angin
jalan masuk yang ada atau lintasan ii. Beban Gempa
lurus; •• Beban Horizontal Statis Ekivalen
5. Lokasi harus memberikan jarak bebas •• Beban Vertikal Statis Ekivalen
yang baik untuk mencegah banjir dan •• Tekanan Air Lateral Akibat
harus meminimalisasi kebutuhan untuk Gempa
pekerjaan tanah pada jalan masuk untuk 2. Kombinasi beban
menaikkan permukaan pada jembatan; a. Kombinasi untuk aksi tetap.
6. Arus sungai harus memiliki penguraian b. Perubahan aksi tetap terhadap
yang baik dan jalan aliran yang stabil waktu.
panjang segmen lantai digunakan c. Faktor kritis lain dari jarak bebas
perhitungan rasio kelangsingan untuk perahu dan lokasi dari kepala
antara tinggi lantai dan jarak antar jembatan juga perlu diperiksa untuk
kabel penggantung. melihat kriteria mana yang mengatur
c. Nilai rasio kelangsingan adalah 1/50 tinggi minimum dek.
sampai dengan 1/70. 4. Desain Khusus Lantai Jembatan
d. Untuk kabel backstay yang diikatkan Tipe lantai ortotropik dapat diperhi-
pada peletakan di atas tanah, rasio tungkan untuk medapatkan nilai opti-
kelangsingan sampai dengan 1/100. mum antara kapasitas kekakuan sistem
e. Kekakuan lantai jembatan dipen- lantai kendaraan dan berat struktur
garuhi juga oleh: yang digunakan. Sistem lantai tipe ini
i. Sistem penggantung harus memperhitungkan semua elemen
ii. Lebar lantai jembatan dengan tata cara perencanaan yang lazim
2. Menentukan elevasi dek dan rasional.
Tinggi banjir rencana disarankan 5. Gelagar lantai dibuat dari beton dan/
menggunakan ketinggian rata-rata atau baja. Pada bentangan besar
periode 5 tahun. Ketinggian dari dek umumnya dipilih gelagar lantai dari baja.
harus menyediakan jarak bebas dengan Berat sendiri langsung berpengaruh
mempertimbangkan material yang pada keperluan kapasitas stay, menara
terbawa air banjir. dan fondasi.
3. Jarak bebas a. Besaran berikut dapat digunakan
Jarak bebas yang dianjurkan adalah: sebagai perkiraan awal untuk gelagar
a. Pada daerah yang agak datar ketika lantai fleksibel dengan tinggi gela-
air banjir dapat menyebar ke batas gar sekitar 1/100 terhadap panjang
ketinggian permukaan air dianjur- bentang utama L :
kan jarak bebas minimum 1 m; b. Lantai baja : 2,5-3,5 kN/m2, misalnya
b. Pada daerah berbukit dan memi- boks baja, rangka baja
liki kelandaian lebih curam ketika c. Lantai komposit baja-beton 6,5 – 8,5
penyebaran air banjir lebih terbatas, kN/m2, misalnya boks dengan flens
jarak bebas harus ditingkatkan. beton dan badan dari komponen
Jarak bebas lebih dari 5 m disaran- rangka baja, seperti yang terlihat
kan untuk daerah berbukit dengan pada Gambar 6.
arus sungai yang mengalir pada tepi d. Lantai beton 10,0-15 kN/m2,
jurang yang curam. misalnya boks beton
Gambar 7 Jembatan lalu lintas ringan, bentang 240 m dengan lebar bersih 2,5 m di Sukabumi.
beban gandar maksimum 3 ton, prinsip gelagar kaku + menara tinggi + kabel ekonomis
iv. Menara A
g. Gambaran umum perilaku defor- a) Jembatan gantung konvensional
masi lantai jembatan untuk beberapa b) Jembatan cable-stayed dengan sus-
jenis menara dan sistem kabel pensi lateral vertikal
H angin
H angin
beban
ikatan hidup
melintang
berat sendiri/tetap
a. lantai merupakan kesatuan monoli- kan antara lantai jembatan dan menara.
tik dengan menara, dengan keun- Kabel penggantung meneruskan beban-
tungan besarnya momen berkurang; beban yang bekerja pada lantai jembatan
b. lantai melayang melalui menara, pada menara jembatan. Secara umum
struktur tidak tertahan mempunyai kabel penggantung harus mempunyai
keuntungan pengaruh rangkak- kapasitas terhadap gaya-gaya aksial yang
susut, perubahan temperatur dan bekerja pada jembatan. Terdiri dari 2
gempa berkurang; bagian yaitu kabel backstay dan kabel
c. lantai berada diatas perletakan di midstay. Hal yang berpengaruh pada
menara, dengan keuntungan struk- penentuan dimensi kabel penggantung;
tur lebih banyak tumpuan tetap. 2. Rumus pendekatan : jumlah kabel pada
bentang sisi lebih besar dari setengah
Sistem kabel penggantung jumlah kabel pada bentang tengah;
Kinerja dan ukuran-ukuran efektifitas 3. Bahan baja yang diperlukan :
aspek ini adalah : a. Material baja struktur, profil dan
1. Kabel penggantung (stays) merupakan pelat mengacu pada ASTM A36 dan
elemen jembatan yang menghubung- mempunyai tegangan leleh minimal
E
Etan =
γ 2a2 E b. Sudut antara sumbu kabel dan lantai
1+
12σ 13 jembatan arah memanjang jembatan
11. Di Indonesia digunakan tipe kabel
(Rumus 2a)
untaian yang ekonomis, tetapi peka
terhadap korosi yang diatasi dengan
Untuk perhitungan yang lebih teliti, maka
perlindungan efektif. Untaian mem-
dengan iterasi diperhitungkan berdasarkan
punyai kualitas yang sangat bervariasi
kekakuan aksial kabel memakai Eeq dimana
karena dibuat oleh banyak produsen,
kekakuan diketahui dari persamaan Etan
sehingga pengujian laboratorium harus
8. Angkur dengan mutu kabel yang
dilakukan terlebih dahulu;
terbentuk dari kuantitas baja karbon
12. Angkur prategang menggunakan baji
dan hampir 5 kali lebih besar dari baja
dan lebih sesuai untuk kabel yang terikat
struktur biasa maka kabel tidak bisa
dalam beton. Kabel stay bebas bergetar
dihubungkan dengan menggunakan
sehingga perulangan beban membuat
cara pengelasan. Kabel terikat pada suatu
angkur cepat fatik. Jembatan Bailey
sistem angkur dimana baji menjepit
tipe cable-stayed dengan kabel dari 2-3
kabel pada blok angkur.
untaian dapat menggunakan angkur
9. Sistem angkur terdiri dari: prategang yang di-modifikasi dengan
a. Angkur Hidup adalah sistem dimana peredam elastomer di ujung kabel. Pada
lokasi gaya kabel dapat disesuaikan; jembatan kabel kecil/sederhana, angkur
b. Angkur Mati ad al ah sistem hidup ditempatkan di gelagar agar lebih
dimana lokasi kabel terikat secara praktis dalam pelaksanaan penarikan
permanent; kabel. Jembatan cable-stayed umumnya
c. Blok angkur adalah bagian yang menggunakan angkur hidup di puncak
menghubungkan sistem kabel menara dan angkur mati di gelagar, dan
dengan elemen struktur yang mengi- perlu platform di menara untuk pelak-
kat pada struktur lantai jembatan sanaan penarikan kabel;
dan menara. 13. Angkur cable-stayed yang standar
10. Hal yang diperhatikan dalam perenca- menfasilitasi 9-108 untaian. Tipe paling
naan sistem angkur adalah: kecil dapat digunakan untuk menjang-
a. Sudut antara sumbu kabel dan lantai kar 1-9 untaian, yang untuk kabel kecil
jembatan arah melintang jembatan. kurang ekonomis;
tinggi
menara
33m
14. Detail dudukan angkur pada gelagar momen akan berkurang bila jarak
dan menara merupakan titik hubungan stay diperdekat (Gambar 13). Dalam
utama yang memikul dan menyalurkan pelaksanaan pemasangan lantai secara
seluruh beban jembatan kedalam struk- kantilever dianggap bahwa setiap cable-
tur, sehingga harus dibuat kuat-kaku dan stayed memikul berat satu tahapan yang
tahan fatik. Pendetailan dudukan angkur sesuai dengan berat lantai antara dua stay
perlu perhatian khusus; dalam arah memanjang. Pemberian gaya
15. Jembatan cable-stayed merupakan sistem awal stay sedemikian rupa agar elemen
redundan tinggi. Lintasan gaya terutama baru dapat dipasang tepat, dan sumbu
ditentukan oleh kekakuan relatif elemen memanjang jembatan relatif rata atau
pemikul beban, yaitu cable-stayed, sesuai lawan lendutan pabrikasi pada
menara dan gelagar lantai. Dimensi saat lantai selesai terpasang. Gaya stay
akhir kabel harus ditentukan dengan di bentang utama diperkirakan sebesar
perhitungan uji-coba dimensi gelagar reaksi perletakan bentang sederhana
lantai terhadap menara dan terhadap (Gambar 14) dengan Rumus 3 sampai
gaya awal dan gaya akhir kabel sehingga dengan Rumus 5.
keseimbangan struktur terjamin pada Ng,i= Rg,i / sin αi (Rumus 3)
tiap tahap pelaksanaan sampai jembatan dengan pengertian :
berfungsi. Contoh tipikal bentang 300m Ng,i : gaya kabel utama
(Gambar 13) menggunakan prinsip Rg,i : re aksi p erletakan b entang
gelagar kaku (tinggi boks baja 3m = 1/50 sederhana akibat berat sendiri
L), dengan pilar jangkar untuk menjaga dan beban tetap
stabilitas dan mengurangi lendutan α i : sudut stay terhadap sumbu
bentang utama. Tipikal tersebut dengan memanjang jembatan
bentang lebih pendek sebesar 250m σg=σijin [g / (g+q) ] (Rumus 4)
(62,5m+125m+62,5m) masih cukup dengan pengertian :
stabil tanpa pilar jangkar. Pilar jangkar σg = tegangan ijin kabel akibat berat
sering diperlukan untuk pencapaian sendiri dan beban tetap
bentang panjang; g = berat sendiri dan beban tetap
Dimensi awal kabel diperkirakan q = beban hidup merata
sebagai berikut : σijin = tegangan ijin kabel akibat beban
Pada beban tetap, gelagar lantai dianggap total = 0,45 σputus kabel
menerus pada perletakan kaku dan Ai=α Ng,i / σg (Rumus 5)
Tampak Samping
Bab 4
Pengelolaan/
Peningkatan Kinerja
pada Tahap
Metode Konstruksi
Penjelasan Umum dari Metode Konstruksi (ESDEP)
S
ukses dari jembatan cable-stayed adalah pengembangan yang luas
yang berhubungan degan prosedur pemasangan yang efisien yang
membuat ciri dari tipe jembatan ini. Dengan demikian, suatu
jembatan cable-stayed dapat dipasang dengan membuat kantilever bebas
dari pilon, yang mana secara simetrik dalam dua arah (Gambar 19a) atau
hanya ke dalam bentang utama (Gambar 19b). Pada kasus Gambar 19b.
bentang samping dipasang sebagai jembatan gelagar normal.
Dengan kantilever ganda, Gambar 19a, harus diingat bahwa kesta-
bilan seluruhnya pada tahap pelaksanaan bergantung pada kekakuan
lentur dan penjepitan pilon untuk sementara. Setelah pemasangan dan
penarikan kabel selesai, jepit sementara di pilon dapat dibongkar. Dalam
beberapa kasus kekakuan ini menentukan perancangan pilon.
Dengan membuat kantilever hanya ke dalam bentang utama
(Gambar 19b) cable-stayed secara umum dipasang pada keduanya
sehingga susunan kipas atau harpa dari bentang samping ditentukan
secara serempak dengan yang berasal dari bentang utama
semuanya ditentukan dengan penarikan akhir pada beban mati elemen struktural
cable-stayed selama pemasangan. Suatu bukanlah salah, tetapi adalah sangat tidak
distribusi optimum akibat momen akibat ekonomis dalam banyak kasus.
beban mati dapat, oleh karena itu, dica-
Aspek penting dari Metode
pai dengan penentuan tegangan kabel
Konstruksi (Gimsing 1983)
yang awal.
Analisis-analisis yang diperlukan dari Untuk metode konstruksi dengan
tahapan pemasangan mungkin dilaksana- menggunakan perancah sementara,
kan “mundur”, yaitu. pada pemilihan awal sebagaimana yang terlihat pada Gambar
suatu distribusi momen akibat beban mati 20, kinerja dari aspek penting metode
dan kemudian “bergerak mundur” oleh konstruksi adalah :
“penghilangan” struktur di dalam tahapan 1. Penyediaan peralatan yang memadai
yang sama sebagaimana yang diasumsikan untuk menyokong metode konstruksi
untuk pemasangan. Beberapa perangkat yang diperlukan baik dengan metode
lunak dapat menganalisis mulai tahapan pemasangan satu segmen lantai atau
pelaksanaan sampai jembatan selesai dan pemasangan dengan pengangkatan
berfungsi, seperti membangun jembatan berat untuk satu blok besar segmen
dalam komputer. lantai, sebagaimana yang terlihat pada
Untuk menentukan momen akibat Gambar 21 dan Gambar 22;
beban mati yang diterapkan pada struktur
Gambar 26 (kanan)
Pemasangan pilon (HSBE)
Gambar 25 (atas)
Pemasangan satu blok besar
segmen lantai pada metode
kantilever bebas berimbang
(HSBE)
Gambar 27 Pemasangan
segmen lantai dengan
kantilever bebas berimbang
(HSBE)
pemasangan satu segmen lantai atau gunakan derrick crane yang diope-
pemasangan dengan pengangkatan rasikan di bagian lantai jembatan,
berat untuk satu blok besar segmen sebagaimana yang terlihat pada
lantai, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 27;
Gambar 25; 6. Pemasangan dan penarikan kabel awal
2. Perhitungan analisis detail menge- untuk menyalurkan momen lentur dari
nai bentuk perubahan lawan lendut
gelagar, Umumnya proses penegangan
jembatan cable-stayed akibat metode
kabel dikerjakan setengah ketika proses
konstruksi yang dipilih mulai dari
kantilever berjalan dan setengahnya lagi
ketika disokong oleh perancah semen-
ketika crane dipindahkan;
tara sampai dengan pelepasan perancah
7. Kekakuan dari elemen lantai perlu
sementara dan penegangan akhir;
diperhitungkan ketika proses kantilever
3. Pemasangan pilon, sebagaimana yang
terlihat pada Gambar 26; berlangsung;
4. Pe m a s a n g a n p e r t a m a d e n g a n 8. Jarak antar cable-stayed untuk meng-
penyokong utama sementara pada pier efisienkan penggunaan sokongan
yang permanen; sementara;
5. Pemasangan dengan kantilever bebas 9. Derajat kekakuan penjepitan antara
berimbang dimulai oleh dengan meng- pilon dengan gelagar.
10. Jepit sementara di menara menahan gelagar selama penarikan kabel dan dibebaskan
setelah gelagar tersambung di tengah bentang utama. Berbagai program komputer
juga memerlukan masukan jepit sementara tersebut untuk melakukan analisis tahapan
kantilever seimbang sesuai kondisi pelaksanaan aktual.
Tabel 1 Lendutan teoritis akibat berat sendiri gelagar pada penarikan awal kabel stay secara
bertahap sesuai skema Gambar 31
Bab 5
Pengelolaan/
Peningkatan Kinerja
pada Tahap
Analisis Dinamis
G
elagar pengaku dari suatu jembatan cable-stayed biasanya
didukung pada menara dan pada pilar akhir. Tergantung pada
tipe dari perletakan atau tumpuan yang digunakan, perilaku
dinamik struktur tersebut dapat sungguh yang berbeda. Jika tumpuan
yang sangat lunak digunakan, gelagar pengaku bertindak seperti suatu
pendulum. Frekuensi dasarnya akan sangat rendah. Memperkaku
tumpuan dan perletakan dapat meningkatkan frekuensi secara signifikan.
Beban seismik dan aerodinamik adalah kedua beban dinamik utama
untuk dipertimbangkan di dalam perancangan jembatan cable-stayed.
Bagaimanapun, kedua beban sering kali mempunyai kebutuhan yang
berlawanan pada struktur. Untuk kestabilan aerodinamika suatu struktur
yang lebih kaku lebih disukai. Tetapi pada perancangan seismik, kecuali
jika jembatan diletakan pada tanah yang sangat lunak, suatu jembatan
yang lebih fleksibel akan memiliki lebih sedikit respon. Beberapa penye-
suaian antara dua kebutuhan perancangan ini diperlukan.
Karena cara tersebut dua beban Hal ini mungkin disebabkan jembatan
dinamik ini mengeksitasi struktur dalam cable-stayed yang sangat langsing. Pelajaran-
bentuk yang berbeda, peralatan mekanis pelajaran yang dipelajari dari permasala-
khusus dapat digunakan untuk membantu han aerodinamika pada jembatan gantung
struktur tersebut untuk melakukan penye- menghantarkan insinyur-insinyur untuk
suaian pada kedua kondisi beban. Respon mencemaskan jembatan cable-stayed.
aerodinamika terbangkitkan secara lambat. Pada kenyataannya, jembatan cable-
Untuk beban jenis ini gaya dalam hubu- stayed, terutama jembatan cable-stayed
ngan diperlukan untuk memperkecil vibrasi beton, telah ditemukan secara mengejutkan
yang terbangkitkan relatif kecil. Gempa stabil secara aerodinamis. Meski perkiraan
bumi terjadi tiba-tiba. Terutama respon bahwa jembatan cable-stayed tidak dapat
pada jembatan akan muncul tiba-tiba jika serius bergetar di bawah angin karena
gerakan seismik juga berisi masa bebas interferens dari modus-modus yang tidak
yang besar. Sebagai konsekuensi, suatu berhubunganyang ada dalam suatu struk-
peranti yang menghubungkan gelagar dan tur tidaklah benar, sangat sedikit beberapa
menara, yang akan pecah pada suatu gaya jembatan cable-stayed ditemukan rentan
yang ditentukan tertentu akan membantu terhadap aksi angin setelah konstruksi.
menanggapi beban seismik dan aerodi- Perilaku aerodinamika superior dari
namik. Akibat aksi aerodinamika, peranti jembatan cable-stayed adalah satu alasan
tersebut akan menekan permulaan getaran untuk ini. Tetapi pelajaran yang dipelajari
seperti hubungan yang membuat struk- dari jembatan gantung sudah mendidik
tur lebih kaku. Di bawah beban seismik, banyak insinyur sehingga mereka menya-
hubungan tersebut memutuskan beban dari permasalahan aerodinamika dan
yang ditentukan dan struktur menjadi lebih dapat mengidentifikasi penampang yang
fleksibel. Hal ini mengurangi frekuensi dasar lebih baik menghadapi aksi angin. Lebar
jembatan tersebut. sistem lantai yang lebih luas untuk jembatan
cable-stayed paling modern juga membuat
Aspek Penting Dari Analisis
struktur lebih stabil.
Dinamis (Tang 2000)
Beberapa jembatan-jembatan lakukan
Kestabilan aerodinamik jembatan memerlukan perlakuan khusus melawan
cable-stayed merupakan suatu perhatian terhadap aksi aerodinamika. Annacis
yang utama untuk banyak insinyur jembatan Island Bridge menambahkan fairing angin
di awal pembangunan jembatan tersebut. pada bentang utamanya; Quincy Bridge
menambahkan pelat vertikal pada gelagar Tingkat yang paling tinggi untuk jembatan
pengaku sebagai tambahan terhadap fairing cable-stayed di dalam daerah angin yang
horisontal. Longs Creek Bridge mempunyai kencang memerlukan tie-downs angin untuk
bagian ujung angin yang diruncingkan pada menstabilkan struktur melawan buffeting.
masing-masing sisi dari gelagar pengaku. Kembali ke tahun 1960-an, terpikirkan
Selama perancangan Knie Bridge pada bahwa suatu struktur tidak akan bergetar
awal tahun 1960-an, suatu studi terowongan di suatu aliran turbulen. Bagaimanapun,
angin dilaksanakan untuk mendapatkan struktur ditemukan mempunyai suatu
suatu solusi yang baik untuk meningkatkan massa intensitas dan frekuensi yang tertentu
kestabilan aerodinamika jembatanpada di suatu angin turbulen, buffeting mungkin
kasus respon-respon yang ditemukan untuk muncul. Dalam banyak kesempatan, respon
tidak dapat diterima. Di antara berbagai buffeting dari suatu jembatan cable-stayed
alternatif, bagian ujung yang diruncingkan
selama konstruksi dapat sungguh parah
adalah opsi yang paling efisien.
kecuali jika tindakan yang spesifik diambil
Oleh karena itu gagasan sama ini
untuk menstabilkan struktur.
digunakan di dalam banyak jembatan cable-
Cara paling efisien untuk mensta-
stayed dan jembatan gantung.
bil-kan struktur melawan buffeting
Walaupun suatu jembatan cable-stayed
adalah dengan meningkatkan frekuensi
kebanyakan stabil dalam kondisi akhir,
dasarnya dengan menggunakan tie-downs,
hal itu sering berbahaya selama tahapan
Gambar 33. Kebanyakan tie-downs adalah
konstruksi. Selama konstruksi Knie Bridge,
kabel sederhana tujuh strand kawat yang
ikatan angin bagian bawah ditambahkan
diangker ke fundasi tiang, beban berat,
untuk menyediakan kekakuan puntiran
angker tanah seperti pada Annacis dan
yang diperlukan di dalam gelagar pengaku
Baytown – LaPorte Bridges. Menstabilkan
untuk menghapuskan kemungkinan flutter.
Tabel 2 Kecepatan Angin Flutter Kritis —Sidney Lanier Bridge (Tang 2000)
Rasio redaman(% dari redaman kritis) 0,5 % 1,0 % 2,0 % 3,0 % 4,0 %
Kecepatan angin flutter kritis, km/h 160 180 230 340 450
menara dengan menggunakan kabel back- rendah. Bagaimanapun, flutter adalah suatu
stay dapat juga mempunyai efek yang sama gejala yang diwakili oleh amplitudo besar;
seperti pada ALRT Fraser River dan East koefisien redaman aktual jauh lebih tinggi.
Huntington Bridges. Flutter dipertimbangkan sebagai
Penggunaan tie-downs dapat juga peristiwa ekstrim alami yang mungkin
membantu mengurangi momen lentur terjadi setiap 1000 sampai 2000 tahun.
yang tak seimbang di dalam menara selama Di mana tidak akan juga ada orang di
konstruksi yang tidak dapat dipisahkan di jembatan di bawah angin kencang seperti
suatu metoda kantilever. itu. Oleh karena itu, osilasi amplitudo besar
Jumlah peredaman dapat mempunyai dengan retakan beton dan kelelehan parsial
suatu pengaruh yang menentukan pada baja dipertimbangkan dapat diterima.
perilaku aerodinamika dari jembatan Di bawah kondisi-kondisi seperti itu, reda-
cable-stayed, terutama di kecepatan angin man meningkat dengan signifikan. Suatu
flutter kritis. Sebagai konsekuensi, asumsi jembatan cable-stayed, menjadi struktur
dari rasio redaman yang sesuai adalah yang sangat redundan yang memungkin
sangat penting di dalam perancangan. banyak sendi plastis untuk terbentuk,
Tabel 2 menunjukkan kecepatan angin menyediakan keuntungan yang menen-
flutter kritis untuk Sidney Lanier Bridge, tukan dibandingkan dengan jembatan
Georgia, berdasarkan pada hasil pengujian gelagar umum dan jembatan gantung
model sectional. konvensional.
Secara praktis semua pengukuran Suatu rasio redaman 5% biasanya
lapangan dari rasio redaman jembatan diasumsikan pada analisis seismik, yang
cable-stayed dilaksanakan dengan amplitudo mana adalah suatu peristiwa kejadian
kecil. Secara umum, besar rasio yang dida- alam ekstrim yang serupa. Suatu nilai dari
patkan menjadi antara 0,5 dan 1,0%. Nilai- 2 sampai 4% mungkin dapat diasumsikan
nilai yang terukur seperti itu berhubungan secara konservatif untuk jembatan cable-
dengan perilaku dari respon vortex-shedding stayed beton. Redaman yang lebih tinggi
yang amplitudonya rendah, yang biasanya juga dapat dicapai dengan pemasangan
terjadi pada kecepatan angin yang relatif redaman buatan.
Pengetahuan tentang vibrasi kabel juga ridges di permukaan kabel telah juga dite-
telah maju secara ekstensif. Masalah getaran mukan efektif.
kabelstay pertama nampak di Neuenkamp
Bridge. Masalah tersebutlah merupakan
kemunculan getaran dari dua kabel dalam
lokasi secara paralel dan horisontal. Masalah
itu merupakan masalah baru pada saat itu.
Masalah Itu dikenali, dan kemudian getaran
lebih lanjut ditekan dengan menghubung-
kan sepasang kabel bersama-sama dengan
suatu peredam. Konsep ini digunakan
untuk beberapa jembatan lain yang diba-
ngun sesudahnya.
Getaran kabel yang parah diamati
pada Brotone Bridge. Peredam dipasang
dan mereka sukses dalam menekan getaran
seperti itu. Konsep yang sama digunakan
untuk Sunshine Skyway.
Vibrasi-vibrasi yang diakibatkan
oleh air hujan dan angin ditemukan dalam Gambar 34 Kabel ikat melawan getaran
beberapa jembatan-jembatan. Gejala ini yang disebabkan oleh air hujan dan angin
muncul hanya selama hujan rintik-rintik pada Dames Point Bridge (Tang 2000)
patokan praktis dalam evaluasi hasil uji getar seperti yang terlihat pada Gambar 35,
di lapangan dan penilaian kondisi jembatan berupa pengujian beban-getar prototipe
cable-stayed. tahun 1997.
Bab 6
Penutup
P
erencanaan teknis dalam struktur jembatan memegang peranan
yang penting karena perencanaan teknis akan menentukan
kinerja jembatan yang diinginkan dari suatu fenomena beban
yang teridentifikasi. Sayangnya ketentuan seperti itu sampai saat ini
tidak didapatkan secara luas untuk jembatan bentang panjang khususnya
jembatan kabel yang secara garis besar terdiri dari jembatan gantung dan
jembatan cable-stayed. Beberapa ketentuan perencanaan teknis untuk
bentang panjang mungkin sudah dibahas pada spesifikasi desain atau
peraturan bentang standar seperti pada spesifikasi perancangan untuk
jembatan dari AASHTO dan National Standard of Canada atau European
Standard. Tetapi hal itu masih belum mencukupi terutama persyaratan
kinerja jembatan bentang panjang yang berkaitan dengan kenyamanan
dan kestabilan struktur. Sampai saat ini masing-masing untuk jembatan
gantung dan jembatan cable-stayed telah dibangun jembatan yang mempu-
nyai panjang bentang utama adalah sebesar 1991 meter dan 1088 meter
yang terletak masing-masing di Jepang dan RRC.
PENUTUP
70
Di samping itu dengan perkemba- pilon, dan kekakuan masing- masing elemen
ngan inovasi jembatan kabel dengan sistem sistem lantai dan pilon, serta hubungan
penjangkaran sendiri untuk jembatan antara pilon dengan dengan sistem lantai,
gantung atau penjangkaran ke tanah untuk panjang bentang sisi, dan sistem perletakan
jembatan cable-stayed menuntut pengkajian dan sokongan antara pada tahap analisis
kinerja yang lebih detail dan lebih kompleks. struktur statis; 2) penggunaan metode
Hal inilah yang mendorong dilakukan dengan perancah dan metode kantilever
pengidentifikasian berbagai ketentuan berimbang; dan 3) pengujian aerodinamis
mengenai jembatan bentang panjang tahun dan perangkat penyeimbang getaran, dan
ini dengan tujuan akhir untuk mendapatkan pengidentifikasian frekuensi natural pada
gambaran yang utuh mengenai perenca- tahap analisis struktur dinamis.
naan teknis jembatan bentang panjang Oleh sebab itu, pada jembatan kabel
secara detail. diperlukan: i) pengkajian jembatan cable-
Pengkajian dilakukan dengan melaku- stayed dengan metode analisis orde kedua
kan studi perbandingan berbagai macam perlu dilakukan juga untuk mengantisipasi
referensi yang dianggap dapat mewakili : (a) pengaruh ketidak-linieran yang dapat
untuk menghasilkan kesimpulan bahwa : menghasilkan perubahan lendutan kabel
1) Respon jembatan kabel sangat ditentukan pada semua kondisi batas; (b) deformasi dari
oleh aksi yang saling terkait antara sistem lantai pada semua kondisi batas; (c) ketidak-
lantai, kabel dan pilon; 2) Simulasi karak- linearan bahan pada kondisi batas ultimit;
teristik jembatan begitu kompleks termasuk (d) perubahan pengaruh gaya akibat defleksi
kombinasi penempatan beban lalu-lintas pada bagian ujung cable-stayed mengguna-
dan kekakuan masing-masing elemen kan teori defleksi besar; (e) pengaruh dari
sistem lantai dan pilon, serta hubungan hilangnya gaya kabel ; dan (f) perencanaan
antara pilon dengan dengan sistem lantai; penggantian kabel ; ii) pengkajian jembatan
3) Pengidentifikasi pembebanan angin gantung yang menerapkan teori defleksi
sangat tergantung dari pengukuran angin di besar untuk mengakomodasi beban torsi
lapangan yang mewakili dan kekompleksan dan beban lateral dengan menggunakan
pengujian terowongan angin. bahan yang linear elastik dan ketidak-
Hasil yang diperoleh dari kajian ini linearan geometrik; iii) pengkajian secara
adalah perlunya dilakukan kajian yang lebih intensif jembatan akibat beban-beban
detail pada: 1) aksi yang saling terkait dari dinamis untuk mengidentifikasi fenomena
karakteristik sistem lantai, sistem tata letak beban dinamis yang saling terkait dengan
kabel untuk jembatan cable-stayed, bentuk kefleksibelan jembatan kabel.