NIM : 1410425736
KELAS : F AKUNTANSI
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan
dari organisasi di mana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui
keberadaannya. Dengan demikian, definisi akuntansi keperilakuan adalah suatu studi
tentang perilaku akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi
akuntansi dan pelaporan. Akuntansi keperilakuan menekankan pada pertimbangan dan
pengambilan keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi akuntansi
(misalnya partisipasi penganggaran, keketatan anggaran, dan karakter sistem
informasi) dan fungsi auditing terhadap perilaku, misalnya pertimbangan (judgment)
dan pengambilan keputusan auditor dan kualitas pertimbangan dan keputusan auditor,
dan pengaruh dari keluaran dari fungsi-fungsi akuntansi berupa laporan keuangan
terhadap pertimbangan pemakai dan pengambilan keputusan.
Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi
dan sistem sosial kita. Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks
dan bentuk dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Manajemen,pengguna
dan personel sistem diperlukan dalam pengembangan sistem.umumnya kelompok
perancang atau tim proyek pengembangan sistem meliputi para pemakai, analis, dan
wakil manajemen untuk mengidentifikasikan kebutuhan pemakai
sistem, mengembangkan spesifikasi teknis dan mengimplementasikan sistem baru.
Keterlibatan karyawan perlu di lakukan secara terus menerus setelah sistem tersebut
diimplementasikan.
Individu Individu
Pembelajaran *Kepuasan Keraja
Motivasi * Pengambilan Keputusan
Individu * Penilaian Kinerja
Emosi * Pengukuran Sikap
Persepsi * Pemilihan Karyawan
Pelatihan * Desain Kerja
Efektiitas Kepemimpinan * Tekanan Kerja
b. Kontribusi Sosiologi
Kelompok
Perubahan Perilaku
Perubahan Sikap
Komunikasi
Proses Kelompok
Pengambilan Keputusan Kelompok
6) Teori Akuntansi Keprilakuan
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Selama tahap penetapan tujuan baik tujuan umum ataupun tujuan khusus dari
manajemen puncak diterjemahkan kedalam target-target yang pasti dan dapat diukur
bagi organisasi serta bagi setiap submit utama.
Keselarasan Tujuan
Masalah utam dalam penetapan tujuan adalah mencapai suatu tingkat keselarasan
tujuan atau kompatibilitas yang mungkin diantara tujuan-tujuan organisasi, subunit-
subunit, dan anggota-anggota yang turut berpartisipasi.
Partisipasi
Adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih
pihak di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap
mereka yang membuatnya.
Manfaat Partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan menjadi
terlibat secara emosi dan bukan dalam pekerjaan mereka. Pada dasarnya partisipasi
dapay meningkatkan moral dan mendorong insiatif yang lebih besar pada semua
tingkatan manajemen.
Bahkan dalam kondisi yang paling ideal sekalipun, partisipasi dalam penetapan
tujuan mempunyai keterbatasan tersendiri. Karena proses partisipasi memberikan
kekuasaan kepada para manajer untuk menetapkan hasil isi dari anggaran mereka,
kekuasaan ini bisa digunakan dengan cara yang memiliki konsekuensi disfungsional
bagi organisasiitu sendiri.
Tahap implementasi
Pengkomunikasian Anggaran
Tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan karyawan secara
continue terhadap pencapaian tuuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi
kinerja, kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna
menentukan bidang-bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan
menyarankan tindakan yang sesuai untuk memperbaiki kinerja yang dibawah
standar.
Laporan-laporan Kinerja
Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan menjaga agar karyawan termotivasi
ke arah pencapaian sasaran,laporan kinerja sebaiknya disusun dan didistribusikan
paling tidak secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas hasil kinerja telah
berulang kali ditunjukkan dalma studi empiris. Penerbitan laoran kinerja secara
berkala dan tepat waktu akan mempengaruhi dan mendorong pada moral karyawan.
Asas-Asas Pengendalian
2. Asas efisiensi
Teknik control yang paling efektif ialah mengusahakan adanya bawahan yang
berkualitas baik.
9. Asas standar
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan
dipergunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan
terhadap faltor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
3. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian
disetujui oleh manajemen puncak. Setelah disetujui, anggaran harus
dikomunikasikan kepada penyelia dan karyawan yang kinerjanya dikendalikan.
1. Penetapan tujuan
2. Implementasi
Tahap Implementasi
1. Ukuran
Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluang dan suatu hambatan. Ukuran
dipandang sebagai peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi dan
bukan sebagai strategi pengendalian. Ukuran dapat menjadi suatu hambatan jika
pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya eliminasi terhadap strategi
pengendalian. Ketika ukuran menjadi sesuatu yang penting dalam melakukan
pembatasan konteks, ukuran juga banyak dikaitkan dengan variabel-variabel lainnya.
Kondisi ini membuat ukuran tidak dapat memisahkan diri menjadi satu variabel saja.
Hal ini membuatnya menjadi tidak mungkin untuk mengisolasi setiap faktor tunggal,
seperti ukuran, sebagai sesuatu yang dominan.
2. Stabilitas Lingkungan
Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain
pengendalian dalam lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dalam lingkungan
eksogen dapat dinilai dari kekuatan gerakan yang secara eksternal menghasilkan
produk-produk yang memerlukan suatu tanggapan. Derajat stabilitas lingkungan
dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat terhadap perubahan lingkungan.
Suatu lingkungan eksogen yang stabil diasumsikan dalam banyak pembahasan
sistem biaya standard dan analisis hubungan atas varians biaya. Asumsi ini
memunculkan fakta yang terpisah antara operasi yang sementara dengan lingkungan
bisnis yang menuntut adanya perubahan secara terus menerus.
3. Motif Keuangan
Keberadaan dari motif keuangan tentunya bukanlah penghalang untuk menggunakan
ukuran-ukuran penilaian akuntansi terhadap produktivitas. Pada sisi lain, jelas
bahwa system pengendalian dan didasarkan pada motif dan ukuran-ukuran
profitabilitas sering kali tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada konteks
nirlaba (nonprofit). Ukuran-ukuran laba adalah penting dan meskipun sulit dapat
menjadi indikator dari keberhasilan.
4. Faktor-faktor Proses
Suatu faktor proses penting dalam pegendalian biaya-biaya yang tidak dapat
dihindari dan biaya-biaya untuk melakukan rekayasa adalah biaya variable. Strategi
pengendalian biaya untuk proses strategi biaya variable sering kali berbeda dalam
hal substansi dengan startegi pengendalian biaya yang disesuaikan, seperti aplikasi
biaya tetap.
Management By Exeption
Hal diatas mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya pada
wilayah dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran.
Sayangnya, hanya perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang telah
jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung jawab
seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan.
Manajer tingkat bawah cenderung melihat laporan semacam ini sebagai hukuman
dan bukan sebagai informasi. Untuk mengubah pandangan semacam ini, maka
sistem penghargaan perusahaan haruslah mensejajarkan pencapaian target dengan
kinerja sukses.
Management By Objective
Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi management by objective. Hal ini
merupakan pendekatan manajemen yang dirancang untuk mengatasi kesalahan
tanggapan manusiawi yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan operasi
berdasarkan dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO
memfasilitasi keinginan untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan
bawahannya sebuah kesempatan untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan
kegiatan bagi pusat tanggung jawab masing-masing.
Kebetulan Antara Jaringan Pertanggungjawaban dengan Struktur
Organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian organisasi
ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat tanggungjawab yang selaras
dengan struktur organisasi. Niat manejemen tingkat atas untuk mendelegasikan
dijelaskan melalui hierarki kewenangan atau struktur organisasi. Namun demikian,
banyak organisasi yang dilanda kelemahan yang hebat mengenai delegasi. Hal ini
berakibat pada usaha saling melewati tugas dan tanggung jawab.
Penerimaan Tanggung Jawab
Hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi tanggung jawab adalah
penerimaan dari manajer tanggung jawab atas tanggung jawab yang dilimpahkan
secara adil serta keinginannya untuk tetap dijaga akuntabilitasnya. Keinginan
manajer untuk menerima tanggung jawab bergantung atas bagaimana mereka
mempersepsikan penentuan dan pengendalian atas manusia dan sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas.
4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur , anggaran
berfungsi sebagai standar terhadap hasil operasi aktual dapat dibandingkan. Hal ini,
merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari manajer pusat biaya dan laba.
Tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh tujuan anggota organisasi yang terkadang
mencerminkan kebutuhan individual dan tujuan pribadi yang saling bertentangan
anggota organisasi yang dominan. Tujuan organisasi ditentukan melalui negoisasi.
Tawar-menawar dan perdagangan pengaruh adalah hambatan yang dikenakan oleh
berbagai partisipan dan lingkungan eksternal maupun internal.
b. Keselarasan Tujuan
Partisipasi adalah suatu “proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian
atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan
terhadap mereka yang membuatnya”. Dengan kata lain manajer tingkat bawah dan
karyawan memiliki suara dalam proses manajemen. Keterlibatan tersebut dapat
berupa kehadiran pada pertemuan-pertemuan anggaran sampai pada partisipasi
dalam diskusi yang berkaitan dengan kewajararan dari kuota penjualan dan target
produksi, serta pada hak untuk melakukan negoisasi dalam menetapkan sasaran dari
orang itu sendiri. Partisipasi telah menunjukkan damapk positif terhadap sikap
karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerja
sama di antara manajer. Namun ketika partisipasi diterapkan pada situasi yang salah,
partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan untuk mencapai tujuan
organisasi.
Dalam organisasi besar dan birokratis yang dikelola secara sentral, partisipasi dalam
menentukan tujuan dan menetapkan sasaran akan terbatas pada sekelompok
eksekutif puncak. Manajemen puncak akan menyusun anggaran dan meneruskan ke
bawah hierarki sebagai perintah yang harus dipatuhi dan anggaran digunakan
sebagai alat untuk mengendalikan pengeluaran orang dan memotivasi kinerja yang
optimum.
Ketidakberhasilan partisipasi adalah tidak ada usaha serius yang dibuat untuk
menjamin partisipasi dan kerja sama dari para manajer tingkat yang bawah dan
karyawan. Agar partisipasi menjadi efektif, partisipasi harus memiliki input “rill”
terhadap keputusan dan pandangan mereka harus memiliki bobot tertentu dalam
hasil akhir.
d. Manfaat Partisipasi
Manfaat dari partisipasi yang berhasil antara lain, partisipan menjadi terlibat secara
emosi bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan mereka. Partisipasi meningkatkan
moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkatan manajemen,
meningkatkan rasa kesatuan kelompok, meningkatkan kerjasama antar anggota
kelompok dalam penetapan tujuan (internalisasi tujuan), penurunan tekanan dan
kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran. Partisipasi juga dapat menurunkan
ketidakadilan yang dianggap ada dalam alokasi sumber daya organisasi diantara
subunit organisasi dan menghindari permasalahan potensial yang berkaitan dengan
anggaran karena masing-masing mengetahui permasalahan antar departemen.
Kinerja dan prestasi karyawan akan meningkat apabila mereka terlibat secara aktif
dalam penyusunan anggaran pada unit organisasi dimana mereka bekerja, anggaran
menjadi lebih realistis juga akan meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas dan
tanggungjawab yang dibebankan kepadanya sehingga pada akhirnya akan
menimbulkan komitmen organisasional pada karyawan karena anggaran yang ada
juga merupakan tujuannya.