Anda di halaman 1dari 12

LINGKUNGAN DAN FUNGSI PENGAUDITAN

 Made Swari Praba Waloka (1707532129)


 Made Adi Saputra Karya (1707532132)
 I Wayan Agung Shinta Kusumawardani (1707532137)

KELAS: E4

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS , UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM NON REGULER
SEMESTER GENAP 2019
1. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik
1.1 Pengertian Audit
Menurut Arens et al. (2010:4) auditing kegiatan mengumpulkan dan
mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independent.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Agoes (2012:4) berpendapat bahwa auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan
dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Menurut R.K Mautz, Husain A sharaf (1993) mendefinisikan auditing sebagai
rangkaian praktek dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya sedikit
butuh penjelasan, diskripsi, rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal
sebagai teori.
Menurut The American Accounting Association’s Committee on Basic
Auditing Concepts (Auditing: Theory And Practice, edisi 9, 2001:1-2) audit
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan
tujuan umtuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
auditing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan dan evaluasi bukti
tentang informasi yang ditemukan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk
menentukan dan melaporkan pendapat atas kewajaran suatu laporan keuangan atas
dasar derajat kesesuaian yang telah ditetapkan.
1.2 Profesi Akuntan Publik
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi yang mendalam.
Akuntan publik adalah akuntan independen yang memberikan jasa akuntansi
tertentu dan menerima pembayaran atas jasa yang telah diberikannya. Semakin
besar perusahaan, maka dana untuk mengaudit yang diperlukan tentunya
semakin besar. Akuntan publik berperan sebagai pihak independen dalam
menilai kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dengan demikian, bukan hanya keahlian yang dituntut dari
seorang akuntan publik, tetapi juga kejujuran (integritas) dalam melakukan
pekerjaan. Hal ini penting karena pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan sangat bergantung pada pendapat/opini akuntan publik.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia,
seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian
Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh
sebutan "CPA Indonesia" (sebelum tahun 2007 disebut "Bersertifikat Akuntan
Publik" atau BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh IAPI. Sertifikat akuntan
publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin
praktik sebagai akuntan publik dari Kementrian Keuangan. Bidang jasa yang
digeluti dalam profesi akuntan publik meliputi:
a. Jasa atestasi.
Kantor-kantor akuntan publik yang ada saat ini dapat memberikan
jasa-jasa penjamin, salah satunya adalah jasa atestasi. Jasa atestasi adalah
jenis jasa penjamin yang dilakukan kantor akuntan publik dengan
menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang
keandalan pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Jasa atestasi
diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan sebagai
pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi)
suatu satuan usaha telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Ada
empat bentuk jasa atestasi :
a) Audit Atas Laporan Keuangan Historis
Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk
jasa atestasi yang dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini
auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan
pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Keyakinan yang diberikan
pada audit adalah keyakinan positif (possitive assurance).
b) Pemeriksaan (Examination)
Auditor dalam melaksanakan penugasan jasa ini akan
memberikan pendapat atas asersi-asersi suatu pihak sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Keyakian yang diberikan adalah
keyakinan positif. Tingkat keyakinan pemeiksaan berada dibawah
audit.
c) Review Atas Laporan Keuangan Historis
Review atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari
jasa atestasi, yang diberikan kantor-kantor akuntan public. Banyak
perusahaan non publik menginginkan jaminan atas laporan
keuangannya dengan biaya murah, audit atas laporan keuangan
menghasilkan jaminan yang tinggi sedangkan review hanya
menghasilkan jaminan yang moderat atas laporan keuangan, dan
untuk mendapatkan jaminan demikian dibutuhkan bukti yang lebih
sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah cukup
memadai dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya
pemeriksaannya lebih murah.
d) Prosedur yang telah disepakati bersama (agreed upon Procedures)
Lingkup kerja jasa ini lebih sempit daripada audit maupun
examination. Sebagai contoh auditor dank lien sepakat bahwa
prosedur tertentu akan dilakukan atas elemen tertentu akan
dilakukan atas elemen tertentu laporan keuangan misalnya akun
atau rekening kas dan surat berharga. Kesimpulan yang dibuat
berbentuk ringkasan temuan, keyakinan negatif atau keduanya.

b. Jasa non-atestasi
Jasa nonatestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang
didalamnya akuntan public tersebut tidak memberikan suatu pendapat,
keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Ada
tiga jenis jasa non atestasi :
 Jasa Akuntansi
Jasa akuntansi dapat diberikan melalui aktivitas pencatatan,
penjurnalan, posting, jurnal penyesuain dan penyusunan laporan
keuangan klien (jasa kompilasi) serta perancangan sistem
akuntansi klien.
 Jasa Perpajakan.
Jasa perpajakan meliputi pengisian surat laporan pajak, dan
perencanaan pajak. Selain itu dapat bertindak sebagai penasehat
dalam masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila
perusahaan yang menerima jasa sedang mengalami permasalahan
dengan kantor pajak.
 Jasa Konsultasi Manajemen
Jasa konsultasi manajemen atau management advisory
services (MAS) merupakan fungsi pemberian konsultasi dengan
memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien untuk
peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk
mencapai tujuan perusahaan klien.

2. Hubungan Audit dengan Disiplin Ilmu yang Lainnya


Auditing, suatu disiplin ilmu yang terkait tetapi terpisah dari akuntansi.
Auditing adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan
keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini, yang masuk
akal tapi tidak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan kesesuiannya dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum. Berdasarkan pernyataan mengenai definisi
auditing, dapat kita hubungkan antara akuntansi dan auditing. Dua ilmu ini saling
terkait satu sama lain, Secara umum hubungan antara auditing dan accounting dapat
dijelaskan sebagai berikut, Accounting adalah suatu proses menghasilkan data dan
informasi dalam bentuk Financial Statement. Sedangkan Auditing adalah suatu proses
mengevaluasi informasi dan menghasilkan kesimpulan (opini / rekomendasi) yang
membandingkan antara fakta dan kriteria. Tahapan dalam audit terjadi setelah tahapan
akuntansi selesai dilaksanakan, karena dalam melakukan audit di perlukan Laporan
Keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Proses Akuntansi
bersifat konstruktif, diawali dengan mengumpulkan bukti pembukuan (bukti – bukti
transaksi), bukti pembukuan dicatat dalam bentuk Special Journal (Jurnal Penjualan,
Jurnal Pembelian, Jurnal Penerimaan Kas, dan Jurnal Pengeluaran Kas).
Setelah semua transaksi dicatat pada masing – masing kolom Special Journal,
Tiap – tiap jurnal dicatat dalam General Ledger, dan dilakukan penyesuaian pada
transaksi yang memerlukan penyesuaian. Melalui transaksi yang telah disesuaikan
dapat diperoleh Trial Balance yang terdiri atas Aktiva dan Passiva dari suatu
perusahaan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan Worksheet, kemudian diperoleh
Financial Statement (Laporan Keuangan) yang akan menjadi bahan bukti untuk
melakukan audit. Financial Statement yang dihasilkan dari proses akuntansi, akan
mengalami tahap audit. Audit terhadap Laporan Keuangan diperlukan karena, (1) Ada
potensi konflik antara penyedia informasi dengan pengguna informasi, (2) Informasi
mempunyai konsekuensi ekonomi yang sangat penting bagi business maker, (3)
Keahlian sering menghendaki informasi disajikan dan diverifikasi, (4) User sering
tercegah mempunyai hubungan langsung dengan informasi. Dalam melakukan audit
harus sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan seperti standar umum,
kerja lapangan dan standar pelaporan.

3. Perkembangan Audit
3.1 Sejarah fungsi pengauditan
Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke-15. Tahun kelahiran
pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai
sumber dapat diketahui bahwa pada sekitar awal abad ke-15 jasa auditor telah mulai
digunakan di Inggris. Meskipun pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang
lalu, namun perkembangan yang pesat baru terjadi pada abad ini.
3.2 Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900
Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari inggris. Akuntansi
sebagai profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad
ke-19. Para akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit
sebagaimana yang berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada
waktu itu harus tunduk pada undang-undang yang disebut Companiest Act. Menurut
undang-undang tersebut, semua perusahaan publik harus diaudit. Ketika fungsi audit
mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk pelaporan model Inggris turut diadopsi
pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama dengan yang
berlaku di Inggris. Sebagaimana yang telah disebutkan, di Inggris semua perusahaan
publik harus diaudit, sedangkan di Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib
diaudit. Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang
disebut Securities and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum
mengenai manfaat pendapat auditor atas laporan keuangan.
Tidak hanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas laporan
yag diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad ke-19
menjadi beraneka ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca saja, tapi ada pula
yang berupa audit atas semua rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan
secara menyeluruh dan mendalam. Auditor biasanya mendapat penugasan dari
manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan, dan laporan hasil audit biasanya
dialamatkan kepada pihak intern perusahaan, bukan kepada pemegang saham.
Pemberian laporan kepada para pemegang saham pada waktu itu tidak biasa
dilakukan. Para manajer perusahaan hanya menginginkan untuk mendapat jaminan
dari auditor bahwa kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi.
3.3 Perkembangan di Abad Ke-20
Memasuki abad ke-20, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan
selama masa itu jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Jumlah
pemegang saham juga semakin bertambah dan mereka sudah mulai menerima laporan
auditor. Kebanyakan pemegang saham baru ini tidak memahami makna pekerjaan
seorang auditor, dan kesalahpahaman melanda banyak pihak termasuk para pimpinan
perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa pendapat auditor
adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.
Profesi akuntansi di Amerika berkembang dengan pesat setelah berakhirnya
perang dunia I. Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor masih
terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan
Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh
American Institute Of Accountant (yang selanjutnya berubah menjadi American
Institute Of Certified Public Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi
himbauan tentang perlunya akuntansi yang seragam, tetapi tulisan tersebut
sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca.
Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi
akuntansi di Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan selama
abad kedua puluh.
Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti
pedoman resmi. Akan tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat
mengembangkan redaksi laporan yang umum digunakan melalui AICPA. Redaksi
atau susunan kalimat laporan yang umum saat ini telah makin diperbaharui sehingga
pembuatan laporan hasil audit tidak lagi merupakan pekerjaan mengarang kalimat
dalam laporan, melainkan merupakan proses pengambilan keputusan. Alternatif
bentuk tipe laporan yang dapat dipilih auditor tidak banyak, dan sekali auditor
memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal memilih
jenis laporan yang telah dirancang untuk menyatakan pendapat tersebut.
3.4 Perkembangan Pengauditan di Indonesia
Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan
Belanda, jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi
dengan sendirinya hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang
beroperasi di Indonesia pada waktu itu, mengikuti model pembukuan seperti yang
berlaku di negaranya. Situasi seperti itu berlangsung hingga Indonesia merdeka.
Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun lima puluahn, yaitu ketika
semakin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal,
terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.
Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun
1973, yaitu ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan Prinsip-prinsip
Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan
norma tersebut hampir sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit
yang berlaku di Amerika Serikat. Penetapan prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan
di Indonesia terutama dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mensyaratkan
perusahaan yang akan menjual sahamnya di pasar modal untuk memiliki laporan
keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan terjadi dalam dunia perbankan
sejak tahun 1988 semakin menuntut dilakukannya audit atas laporan keuangan bagi
perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan kredit ke bank. Pada
tahun 1955 lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu
perseroan terbatas untuk menyusun laporan keuangan dan jika perseroan merupakan
perusahaan publik, maka laporan keuangannya wajib diaudit oleh akuntan public.
Pada tahun yang sama lahir pula Undang-undang Pasar Modal yang semakin
meningkat peran akuntansi dan pengauditan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan
yang sahamnya dijual di pasar modal (perusahaan publik).
Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di Indonesia,
IAI telah berkali-kali melakukan penyempurnaan dan pemutahiran prinsip akuntansi
dan norma pemeriksaan akuntan agar dapat mengakomodasi perkembangan yang
sangat pesat dalam dunia usaha, ,dengan tetap mengacu pada perkembangan yang
terjadi di Amerika Serikat dan profesi akuntansi internasional. Pada tahun 1994 IAI
melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan standar audit yang disebut
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Professional Akuntan Publik
(SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk oleh IAI secara
terus menerus menerbitkan Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (SPAP) yang
hingga saat ini telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia
memasuki abad 21 ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak
kesalahpahaman terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami
benar. Situasi demikian Nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus
Bank Summa, skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan
sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai pihak. Kebanyakan komentar tersebut
mencerminkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja mengenai makna pendapat
auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetapi juga mengenai perbedaan
antara berbagai jenis audit yang bisa dilakukan seorang auditor.

4. Peran Audit dalam Suatu Negara


4.1 Peran Audit dalam Instansi Pemerintahan
Setiap akhir tahun anggaran, Pemerintah Pusat wajib menyampaikan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebagai bentuk pertanggungjawaban publik. Setelah pemerintah menyampaikan
laporan keuangan, maka BPK akan melakukan kegiatan audit sebagai salah satu
bentuk evaluasi dan pengawasan terhadap kinerja dan akuntabilitas pemerintah. Hasil
audit BPK yang berupa opini, temuan, dan rekomendasi tindak lanjut temuan
kemudian diberikan kepada pemerintah sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan
pelaksanaan kegiatan tahun-tahun anggaran selanjutnya. Hasil audit tersebut juga
akan menjadi bahan informasi bagi masyarakat untuk melakukan penilaian terhadap
kinerja pemerintahan selama ini sehingga dapat menentukan pilihan politik mereka di
masa yang akan datang. Adapun peran audit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peranan auditor pada tahap perencanaan. Dalam tahap ini seluruh
kebijakan publik yang telah disusun pemerintah perlu direview secara
independen oleh auditor untuk mendapatkan gambaran yang lebih objektif
mengenai kebijakan publik yang akan diambil oleh pemerintah. Dalam tahap
perencanaan, kegiatan auditor yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu: (a)
analisis proposal anggaran yang disampaikan oleh pemerintah dan (b) review
terhadap proposal kebijakan yang disusun oleh pemerintah. Kedua, kegiatan
auditor ini ditujukan untuk menghasilkan saran, pandangan, ataupun alternatif
kebijakan yang mungkin dapat digunakan oleh pemerintah sebagai bahan
untuk memperbaiki perencanaan yang telah disusun. Dengan adanya peranan
auditor dalam perencanaan maka pemerintah dapat menghindari permasalahan
yang terjadi dalam perencanaan antara lain yaitu: (1) kebijakan yang
menguntungkan pihak tertentu (preferred policies) dan (2) data yang bias.
Peranan auditor dalam tahap ini hanya sebatas pada review dan asistensi saja.
Oleh karena perlu diingat bahwa auditor tidak berhak mengajukan usulan
kebijakan secara resmi kepada institusi legislatif sehingga pengambil
keputusan tetap berada di tangan pemerintah.
2. Peranan auditor pada tahap pelaksanaan. Fungsi auditor dalam tahap ini
difokuskan untuk mengawasi proses pelaksanaan kebijakan dan anggaran yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah dan legislatif. Dalam proses pelaksanaan
anggaran, proses eksekusi kegiatan dan administrasi keuangan negara menjadi
fokus utama dalam pengawasan yang dilakukan oleh auditor. Dalam hal ini
auditor intern pemerintah yang ada di dalam setiap Kementerian/Lembaga
memiliki peranan yang cukup penting mengingat mereka merupakan institusi
pengawasan yang terintegrasi dengan executing agency. Kegiatan utama yang
dilakukan oleh auditor dalam tahap pelaksanaan anggaran adalah asistensi dan
konsultasi pengelolaan kegiatan baik dari administratif maupun substantif dan
monitoring dan evaluasi kegiatan secara integral. Kedua macam kegiatan ini
ditujukan agar pengelolaan kegiatan tetap berjalan pada koridor perencanaan
yang telah ditetapkan. Selain itu kegiatan auditor tersebut ditujukan juga untuk
mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan. Dengan adanya
monitoring dan evaluasi yang terintegrasi dengan kegiatan maka executing
agency dapat segera melakukan tindakan korektif sehingga output dan tujuan
dari pelaksanaan kegiatan tetap dapat dicapai.
3. Peranan auditor pada tahap pertanggungjawaban. Dalam tahapan
pertanggungjawaban peranan auditor sebenarnya saat ini sudah dijalankan
sepenuhnya oleh institusi pengawasan dan pemerikasaan yang telah ada.
Dalam tahap pertanggungjawaban auditor berperan untuk melakukan post
audit atas implementasi kegiatan dan pengelolaan keuangan negara dalam satu
tahun anggaran. Kegiatan post audit yang dilakukan oleh auditor ditujukan
untuk memberikan opini atas kinerja dan laporan keuangan yang telah disusun
oleh pemerintah. Hasil dari pemeriksaaan kemudian dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dalam menjalankan
pemerintahan negara.
4.2 Peran Audit pada Instansi Swasta
Auditing dilaksanakan dalam rangka membandingkan kesesuaian antara kebijakan
yang berlaku dalam suatu entitas swasta terhadap pelaksanaan yang sebenarnya terjadi
untuk melihat efektifitas dan efisiensi entitas.
Auditor dapat memberikan penilaian yang objektif dan relavan baik atas pelaporan
keuangan, operasional, dan kepatuhan atas prosedur yang berlaku yang dilaksankan
oleh pihak manajemen (audit), karena posisinya yang independen dan memiliki
kompetisi yang cukup, tidak perlu terbebani dengan aktivitas yang tidak dia lakukan
(aktivitas yang diaudit )
Auditing adalah hilir dari serangkaian proses yang dilaksanakan, sehingga audit
yang baik dapat menjamin entitas tersebut mampu sustainable. Menginformasikan
keadaan yang sebenarnya mengenai besaran untung atau rugi, posisi yang harus
diperbaiki, dan yang mengalami kemajuan, dapat dijadikan acuan bagi entitas tersebut
untuk bertindak restropektif, memprioritaskan aktivitas yang dianggap perlu, dan
mengestimasi aktivitas strategis. Pada akhirnya hasil dari audit akan menjadi acuan
bagi pengguna laporan keuangan entitas swasta dalam menjalankan usahanya, menilai
kinerja perusahaan, mempengaruhi keputusan investasi, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kegiatan perekonomian secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A; Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Yusuf,2009, Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach, An Indonesian Adaption, Prentice Hall
International Edition Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Sugiyarto,Ardi. 2010. Merancang Ulang Peran Auditor Dalam Pengelolaan Keuangan


Negara.http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Merancang%20Ulang%20Peran%20A
uditor%20Dalam%20Pengelolaan%20Keuangan%20Negara.pdf

Setyorini,Dhyah. 2010. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dhyah%20Setyorini,%20M.Si.,%20Ak./1.
%20Pengauditan%20dan%20Profesi%20Akuntan%20Publik.pdf.

Anda mungkin juga menyukai