RMK 1 Pengauditan 1
RMK 1 Pengauditan 1
KELAS: E4
b. Jasa non-atestasi
Jasa nonatestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang
didalamnya akuntan public tersebut tidak memberikan suatu pendapat,
keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Ada
tiga jenis jasa non atestasi :
Jasa Akuntansi
Jasa akuntansi dapat diberikan melalui aktivitas pencatatan,
penjurnalan, posting, jurnal penyesuain dan penyusunan laporan
keuangan klien (jasa kompilasi) serta perancangan sistem
akuntansi klien.
Jasa Perpajakan.
Jasa perpajakan meliputi pengisian surat laporan pajak, dan
perencanaan pajak. Selain itu dapat bertindak sebagai penasehat
dalam masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila
perusahaan yang menerima jasa sedang mengalami permasalahan
dengan kantor pajak.
Jasa Konsultasi Manajemen
Jasa konsultasi manajemen atau management advisory
services (MAS) merupakan fungsi pemberian konsultasi dengan
memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien untuk
peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk
mencapai tujuan perusahaan klien.
3. Perkembangan Audit
3.1 Sejarah fungsi pengauditan
Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke-15. Tahun kelahiran
pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai
sumber dapat diketahui bahwa pada sekitar awal abad ke-15 jasa auditor telah mulai
digunakan di Inggris. Meskipun pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang
lalu, namun perkembangan yang pesat baru terjadi pada abad ini.
3.2 Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900
Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari inggris. Akuntansi
sebagai profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad
ke-19. Para akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit
sebagaimana yang berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada
waktu itu harus tunduk pada undang-undang yang disebut Companiest Act. Menurut
undang-undang tersebut, semua perusahaan publik harus diaudit. Ketika fungsi audit
mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk pelaporan model Inggris turut diadopsi
pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama dengan yang
berlaku di Inggris. Sebagaimana yang telah disebutkan, di Inggris semua perusahaan
publik harus diaudit, sedangkan di Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib
diaudit. Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang
disebut Securities and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum
mengenai manfaat pendapat auditor atas laporan keuangan.
Tidak hanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas laporan
yag diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad ke-19
menjadi beraneka ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca saja, tapi ada pula
yang berupa audit atas semua rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan
secara menyeluruh dan mendalam. Auditor biasanya mendapat penugasan dari
manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan, dan laporan hasil audit biasanya
dialamatkan kepada pihak intern perusahaan, bukan kepada pemegang saham.
Pemberian laporan kepada para pemegang saham pada waktu itu tidak biasa
dilakukan. Para manajer perusahaan hanya menginginkan untuk mendapat jaminan
dari auditor bahwa kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi.
3.3 Perkembangan di Abad Ke-20
Memasuki abad ke-20, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan
selama masa itu jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Jumlah
pemegang saham juga semakin bertambah dan mereka sudah mulai menerima laporan
auditor. Kebanyakan pemegang saham baru ini tidak memahami makna pekerjaan
seorang auditor, dan kesalahpahaman melanda banyak pihak termasuk para pimpinan
perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa pendapat auditor
adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.
Profesi akuntansi di Amerika berkembang dengan pesat setelah berakhirnya
perang dunia I. Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor masih
terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan
Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh
American Institute Of Accountant (yang selanjutnya berubah menjadi American
Institute Of Certified Public Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi
himbauan tentang perlunya akuntansi yang seragam, tetapi tulisan tersebut
sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca.
Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi
akuntansi di Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan selama
abad kedua puluh.
Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti
pedoman resmi. Akan tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat
mengembangkan redaksi laporan yang umum digunakan melalui AICPA. Redaksi
atau susunan kalimat laporan yang umum saat ini telah makin diperbaharui sehingga
pembuatan laporan hasil audit tidak lagi merupakan pekerjaan mengarang kalimat
dalam laporan, melainkan merupakan proses pengambilan keputusan. Alternatif
bentuk tipe laporan yang dapat dipilih auditor tidak banyak, dan sekali auditor
memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal memilih
jenis laporan yang telah dirancang untuk menyatakan pendapat tersebut.
3.4 Perkembangan Pengauditan di Indonesia
Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan
Belanda, jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi
dengan sendirinya hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang
beroperasi di Indonesia pada waktu itu, mengikuti model pembukuan seperti yang
berlaku di negaranya. Situasi seperti itu berlangsung hingga Indonesia merdeka.
Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun lima puluahn, yaitu ketika
semakin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal,
terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.
Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun
1973, yaitu ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan Prinsip-prinsip
Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan
norma tersebut hampir sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit
yang berlaku di Amerika Serikat. Penetapan prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan
di Indonesia terutama dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mensyaratkan
perusahaan yang akan menjual sahamnya di pasar modal untuk memiliki laporan
keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan terjadi dalam dunia perbankan
sejak tahun 1988 semakin menuntut dilakukannya audit atas laporan keuangan bagi
perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan kredit ke bank. Pada
tahun 1955 lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu
perseroan terbatas untuk menyusun laporan keuangan dan jika perseroan merupakan
perusahaan publik, maka laporan keuangannya wajib diaudit oleh akuntan public.
Pada tahun yang sama lahir pula Undang-undang Pasar Modal yang semakin
meningkat peran akuntansi dan pengauditan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan
yang sahamnya dijual di pasar modal (perusahaan publik).
Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di Indonesia,
IAI telah berkali-kali melakukan penyempurnaan dan pemutahiran prinsip akuntansi
dan norma pemeriksaan akuntan agar dapat mengakomodasi perkembangan yang
sangat pesat dalam dunia usaha, ,dengan tetap mengacu pada perkembangan yang
terjadi di Amerika Serikat dan profesi akuntansi internasional. Pada tahun 1994 IAI
melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan standar audit yang disebut
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Professional Akuntan Publik
(SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk oleh IAI secara
terus menerus menerbitkan Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (SPAP) yang
hingga saat ini telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia
memasuki abad 21 ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak
kesalahpahaman terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami
benar. Situasi demikian Nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus
Bank Summa, skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan
sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai pihak. Kebanyakan komentar tersebut
mencerminkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja mengenai makna pendapat
auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetapi juga mengenai perbedaan
antara berbagai jenis audit yang bisa dilakukan seorang auditor.
Arens, Alvin A; Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Yusuf,2009, Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach, An Indonesian Adaption, Prentice Hall
International Edition Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.