Anda di halaman 1dari 329

PROFIL KESEHATAN MALUKU

TAHUN 2013

DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU


2014

i
TIM PENYUSUN

Pengarah
dr. Meikyal Pontoh, M.Kes
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

Ketua
Hasan Mulud, SH
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

Anggota
Helda de Jong, SKM, M.Kes; Regginald Pattiasina; Ny. J. Lekatompessy;
Hervino Haurissa; Jane Pakaila, SKM; Hasan Wally; Sony Lokollo, SKM; Daimon
Hehamony, Amd.KL; Christina Panjaitan, SKM; Dewi Puspitarini, S.Psi;
Dominggus Jotlely, SKM; Rinny Hukubun, SKM; Ismail Angkotasan, SKM.

Kontributor
Sekretariat; Bidang Pelayanan Kesehatan; Bidang Penanggulangan Penyakit
dan Bencana; Bidang Farmasi dan Makanan; Bidang Pemberdayaan dan
Promosi Kesehatan

Redaksi
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Jl. Dewi Sartika Karang Panjang, Ambon 97121
Telp : (0911) 355668 – 355158 – 314764 – 345924
Fax : (0911) 355986
Email : plan_dinkes_maluku@yahoo.co.id

ii
KATA PENGANTAR

SEKRETARIS DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan Profil Kesehatan Maluku 2013 ini dengan baik. Profil Kesehatan
Maluku merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang terkait
dengan situasi dan kondisi kesehatan yang relatif komprehensif. Sumber data
Profil Kesehatan Maluku berasal dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku serta serta institusi lain yang memiliki data terkait bidang
kesehatan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Maluku dapat membantu kita
dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu
kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya, mengukur capaian
pembangunan kesehatan di Maluku, serta sebagai dasar untuk perencanaan
program pembangunan kesehatan selanjutnya.

Buku Profil Kesehatan Maluku 2013 ini disajikan dalam bentuk cetakan dan soft
copy (CD). Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik
pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat serta
berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Maluku.

iii
Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan
datang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil
Kesehatan Maluku 2013 ini, kami mengucapkan terima kasih.

Ambon, Oktober 2014


Sekretaris Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku

HASAN MULUD, SH
NIP. 19621119 199103 1 005

iv
KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU

Data dan informasi merupakan salah satu komponen krusial dalam


pembangunan kesehatan yang berperan pada tahap perencanaan sebelum
pengambilan keputusan dilakukan. Oleh karena itu, Saya menyambut gembira
atas terbitnya Profil Kesehatan Maluku 2013. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan secara gamblang mengamanatkan bahwa setiap
orang berhak atas informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab. Dengan demikian sudah menjadi tugas kita bersama selaku
pemangku kepentingan di sektor kesehatan untuk menyediakan data dan
informasi yang berkualitas.

Profil Kesehatan Maluku 2013 sebagai media publikasi data dan informasi
kesehatan terus melakukan perbaikan dan pembenahan sehingga dapat
menyajikan data dan informasi yang lebih berkualitas, valid, dan konsisten.
Pemenuhan kelengkapan data dan ketepatan waktu pengiriman data baik dari
segi cakupan wilayah maupun indikator merupakan masalah utama yang ditemui
dalam proses penyusunan Profil Kesehatan Maluku.

Oleh karena itu, dibutuhkan penguatan komitmen terhadap integrasi data


dan informasi serta koordinasi antara provinsi dan kab/kota.

v
Apresiasi yang setinggi-tingginya Saya berikan kepada semua pihak yang
berperan dalam proses penyusunan Profil Kesehatan Maluku 2013 dari hulu
sampai hilir. Saya sangat berharap publikasi ini bisa menjadi acuan dalam hal
data dan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap upaya
pembangunan kesehatan di Maluku.

Ambon, Oktober 2014


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku

dr. MEIKYAL PONTOH, M.Kes


NIP. 19631027 199703 2 001

vi
DAFTAR SINGKATAN

ACLS : Advanced Cardiac Life Support


AFP : Acute Flaccid Paralysis
AHH : Angka Harapan Hidup
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKABA : Angka Kematian Balita
AKB : Angka Kematian Bayi
-Infant Mortality Rate (IMR)
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
-Infant Uterine Device (IUD)
AKI : Angka Kematian Ibu
-Maternal Mortality Rate (MMR)
AKN : Angka Kematian Neonatal
-Neonatal Mortality Rate
AMI : Annual Parasite Incidence
ASI Ekslusif : Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lain kepada bayi
sejaklahir sampai usia 6 bulan
AVLOS : Average Length of Stay = Rata-rata lamanya
lamanya pasien dirawat)
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BCG : Bacille Calmette Guerin
BOK : Bantuan Operasional Kesehatan
BOR : Bed Occupancy Ratio = angka penggunaan
tempat tidur
BPS : Badan Pusat Statistik
BTA+ : Basil Tahan Asam positif
BTO : Bed Turn Over
CBR : Crude Birth Rate = Angka Kelahiran Kasar
CDR : Case Detection Rate
CFR : Case Fatality Rate

vii
CNR : Case Notification Rate
CR : Cure Rate = Angka Kesembuhan
DAK : Dana Alokasi Khusus
DBD : Demam Berdarah Dengue
DBK : Daerah yang Bermasalah Kesehatan
DO Rate : Drop Out Rate
DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse
DPT : Diphteri Pertusis Tetanus
DTPK : Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
GDR : Gross Death Rate= Angka Kematian Umum
Hb : Haemoglobin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IKOT : Industri Kecil Obat Tradisional
IMS : Infeksi Menular Seksual
IOT : Industri Obat Tradisional
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
IR : Incidence Rate
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IUD : Intra Uterine Device
Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jampersal : Jaminan Persalinan
K1 : Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan
ibu Hamil pertama kali pada masa kehamilan
K4 : Kontak minimal empat kali selama masa
kehamilan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal, yang terdiri atas minimal satu kali
kontakpada trimester pertama, satukali pada
trimester kedua dan duakali pada trimester
ketiga
KB : Keluarga Berencana
KEP : Kurang Energi Protein

viii
KF3 : Kunjungan Nifas; pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan
s.d3 hari; pada minggu ke II, dan pada
minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A
2 kali serta persiapan dan/atau pemasangan
KB pasca persalinan
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KLB : Kejadian Luar Biasa
KN1 : Kunjungan Neonatus 1; pelayanan kesehatan
neonatal dasar. Kunjungan ke 1 (pertama)
pada6-24 jam setelah lahir
KN Lengkap : Kunjungan Neonatus Lengkap; pelayanan
kesehatan neonatal dasar meliputi ASI
ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, pemberian
vitamin K1 injeksi bila tidakdiberikan pada
saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1
bila tidak diberikan pada saat lahir, dan
manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan
sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24
jamsetelah lahir, pada 3-7 hari dan pada 28
hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas
kesehatanmaupun kunjungan rumah
Kunjungan Bayi : Kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di
sarana pelayanan. Setiap bayi memperoleh
memperoleh pelayanan keseahatan minimal 4
kaliyaitu satu kali pada umur 29 hari - 3
bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, 1 kali
pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan
tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar
(BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak),
stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh

ix
kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan
perawatan kesehatan bayi
LOS : Length of Stay; Rata-rata lama perawatan
Seorang pasien
MDG : Millenium Development Goals
MOP : Metode Operatif Pria; cara kontrasepsi
dengantindakan pembedahan pada saluran
sperma
MOW : Metode Operatif Wanita; cara kontasepsi
dengantindakan pembedahan pada saluran
telur wanita
MP ASI : Makanan Pendamping Asi Susu Ibu
NCDR : Newly Case Detection Rate
NDR : Net Death Rate
OAT : Obat Anti Tuberkolosis
ODHA : Orang dengan HIV/AIDS
P4K : Program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi
PD3I :Penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi
PDBK :Penanggulangan Daerah Bermasalah
Kesehatan
PHBS : Perilaku hidup bersih dan sehat
PKPR : Pelayanan kesehatan peduli remaja
PMS : Penyakit menular seksual
Polindes : Pondok bersalin desa
POMP : Pemberian obat missal pencegahan program
untuk filariasis
PONED : Pelayanan emergensi obstetric dan neonatal
dasar
PONEK : Pelayanan emergensi obstetric dan neonatal
Komprehensif

x
Posbindu : Pos pembinaan terpadu
Poskesdes : Pos kesehatan desa
Posyandu : Pos pelayanan terpandu
PN (salinakes) : Persalinan oleh tenaga kesehatan
PSN : Pemberantasan sarang nyamuk
PTT : Pegawai Tidak Tetap
PUS : Pasangan usia subur
Puskesmas : Pusat kesehatan masyarakat
PWS KIA :Pemantauanwilayah setempat kesehatan ibu
dananak
RDT : Rapid Diagnostic Test
RITL : Rawat inap tingkat lanjut
RITP : Rawat inap tingkat pertama
RJTL : Rawat jalan tingkat lanjut
SEARO : WHO South East Asia Regional Office
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SR : Success Rate
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TB : Tuberkolosis
TFR : Total Fertility Rate = Angka fertilitastotal;
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan setiap
wanita
TN : Tetanus Neonaturum
TOGA : Tanaman obat keluarga
TOI : Turn Over Interval=tenggang perputaran;
rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya
TPT : Tingkat pendidikan tertinggi
TT : Tetanus Toksoid

xi
UCI : Universal Child Immunization; tercapainya
imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-
11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan
anaksekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar
lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1
dosis campak.Pada ibu hamil dan wanita usia
subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak
sekolah tingkat dasarVmeliputi 1 dosis DT, 1
dosis campak dan 2 dosis TT.
UHH : Usia Harapan Hidup; jumlah rata-rata usia
yangdiperkirakan pada seseorang atas dasar
angka kematian pada masa tersebut yang
cenderung tidak berubah di masa mendatang
UKBM : Upaya Kesehatan Masyarakat Bersumberdaya
Masyarakat; Bentuk UKBM yang adalah
Poskesdes, Polindes, Pos UKK, Poskestren,
TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lain-lain
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
VAR : Vaksin Anti Rabies
VCT : Voluntary, Counseling, and Testing
WHO : World Health Organization
WUS : Wanita Usia Subur; keadaan organ
reproduksinyaberfungsinya dengan baik
antara umur 20-45 tahun

xii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Singkatan
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Daftar Isi

BAB 1 DEMOGRAFI
A. KEADAAN PENDUDUK
B. KEADAAN EKONOMI
C. KEADAAN PENDIDIKAN
D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB 2 SARANA KESEHATAN


A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
1. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)
2. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)
3. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja
4. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga
5. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan
terhadap Anak (KtA)
6. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer
B. RUMAH SAKIT
1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit
2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)

xiii
C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin
3. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
E. INSTITUSI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN POLTEKKES
1. Jumlah Poltekkes
2. Peserta Didik
3. Lulusan

BAB 3 TENAGA KESEHATAN


A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
B. TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PEGAWAI
TIDAK TETAP (PTT)
C. TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PENUGASAN
KHUSUS
D. REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN


A. ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN
B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
BIDANG KESEHATAN
C. JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
D. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN

xiv
BAB 5 KESEHATAN KELUARGA
A. KESEHATAN IBU
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan
5. Pelayanan Kontrasepsi
B. KESEHATAN ANAK
1. Berat Badan Lahir Bayi
2. Penanganan Komplikasi Neonatal
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal
4. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
5. Proses Bayi Mulai Mendapat ASI
6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 – 59 Bulan
8. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
9. Imunisasi
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
b. Universal Child Immunization
10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
11. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat
12. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
C. STATUS GIZI
1. Status Gizi Balita
2. Status Gizi Penduduk Dewasa

xv
BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
A. PENGENDALIAN PENYAKIT
1. PenyakitMenular
a. Tuberkulosis Paru
b. HIV & AIDS
c. Pneumonia
d. Kusta
e. Diare
f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
g. Demam Berdarah Dengue (DBD)
h. Chikungunya
i. Filariasis
j. Malaria
k. Rabies
l. Leptospirosis
2. PENYAKIT TIDAK MENULAR
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
b. Penyakit Kanker
c. Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik
d. Penyakit Kronis dan Degeneratif
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Air Minum
2. SanitasiLayak
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,


jumlah rumah tangga dan kepadatan pendudukProvinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur,
rasio beban tanggungan, rasio jenis kelamin Provinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok
umur Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 4 Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek
huruf menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 5 Persentase penduduk laki-laki dan perempuan 10 tahun ke
atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 7 Jumlah kematian bayi dan balita menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 9 Jumlah kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB Paru
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 11 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA+
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA+ menurut
jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan infeksi menular seksual
(IMS) lainnya menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013

xvii
Lampiran 15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut
jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut
jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 19 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut
jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis
kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 24 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis
kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 26 Bayi berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 27 Status gizi balita menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu nifas di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Provinsi
Maluku Tahun 2013

xviii
Lampiran 30 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet FE1 dan FE3 di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 31 Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatus risiko
tinggi/komplikasi ditangani menurut jenis kelamin di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan
ibu nifas menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun
2013
Lampiran 33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 36 Cakupan kunjungan neonatus menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Lampiran 38 Cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Maluku Tahun
2013
Lampiran 39 Cakupan imunisasi DPT, HB dan campak pada bayi
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 40 Cakupan imunisasi BCG dan polio pada bayi menurut jenis
kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 41 Jumlah bayi yang diberi ASI EKSLUSIF menurut jenis
kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 42 Pemberian makanan pendamping ASI anak usia 6-23 bulan
keluarga miskin menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin di Provinsi
Maluku Tahun 2013

xix
Lampiran 45 Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis
kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan
pelayanan gawat darurat (gadar) level I di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 50 Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis
KLB di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 52 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut jenis kelamin
di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 53 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan
setingkat menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun
2013
Lampiran 54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 55 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar
menurut jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (Dan
hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, jenis
kelamin di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin (Dan
hamper miskin) menurut strata jenis kelamin menurut strata
sarana kesehatan, jenis kelamin di Provinsi Maluku Tahun
2013
Lampiran 58 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan kunjungan
gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan di Provinsi
Maluku Tahun 2013

xx
Lampiran 59 Angka kematian pasien di rumah sakit di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 61 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan
sehat di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 62 Persentase rumah sehat di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang
digunakan di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang
digunakan di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi
dasar di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 67 Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan
(TUPM) sehat di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 69 Ketersediaan obat di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 70 Jumlah sarana pelanyanan kesehatan menurut kepemilikan
di Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes
dan memiliki 4 spesialis dasar di Provinsi Maluku Tahun
2013
Lampiran 72 Jumlah posyandu menurut strata di Provinsi Maluku Tahun
2012
Lampiran 73 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 74 Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan Provinsi Maluku
Tahun 2013
Lampiran 75 Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan Provinsi
Maluku Tahun 2013

xxi
Lampiran 76 Jumlah tenaga kefarmasian dan gizi di sarana kesehatan
Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 77 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di
sarana kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 78 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapis di sarana
kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2013
Lampiran 79 Anggaran kesehatan di Provinsi Maluku Tahun 2013

xxii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Desa dan Kelurahan Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 1.3 Piramida Penduduk Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 1.4 Kepadatan Penduduk di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 1.5 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut
Pendidikan di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 1.6 Garis Kemiskinan di Provinsi Maluku Tahun 2007-2013
Gambar 1.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang
Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 1.8 Persentase Penduduk yang menyelesaikan Tingkat
Pendidikan di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 1.9 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Maluku Tahun
2009-2013
Gambar 1.10 Usia Harapan Hidup Waktu Lahir (Dalam Tahun) di Provinsi
Maluku Tahun 2011-2013
Gambar 2.1 Jumlah Puskesmas di Provinsi Maluku Tahun 2012-2013
Gambar 2.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk di Provinsi Maluku
Tahun 2012-2013
Gambar 2.3 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 2.4 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap di
Provinsi Maluku Tahun 2012-2013
Gambar 2.5 Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit per 1.000
Penduduk Di Provinsi Maluku Tahun 2011-2013
Gambar 2.6 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas Di Provinsi Maluku
Tahun 2013

xxiii
Gambar 2.7 Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 2.8 Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 2.9 Persentase Desa Siaga Aktif Di Provinsi Maluku Tahun
2011-2013
Gambar 2.10 Persentase Posyandu Menurut Strata Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 2.11 Rasio Posyandu Terhadap Desa/Keluaran Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 2.12 Jumlah Peserta Didik Diploma III Poltekkes Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 2.13 Jumlah Lulusan Diploma III Poltekkes Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 3.1 Rasio Dokter Umum Terhadap 100.000 Penduduk Di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 3.2 Rasio Dokter Gigi Terhadap 100.000 Penduduk Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 3.3 Rasio Perawat Terhadap 100.000 Penduduk Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 3.4 Rasio Bidan Terhadap 100.000 Penduduk Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 3.5 Rasio Dokter Umum Di Puskesmas Terhadap Jumlah
Puskesmas Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 3.6 Rasio Dokter Gigi Di Puskesmas Terhadap Jumlah
Puskesmas Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 3.7 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Di Puskesmas
Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 3.8 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Di Rumah Sakit
Di Provinsi Maluku Tahun 2013

xxiv
Gambar 3.9 Jumlah Dokter Umum PTT, Dokter Gigi PTT dan Bidan PTT
Aktif Menurut Kriteria Wilayah Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 3.10 Jumlah Penugasan Khusus Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 3.11 Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Surat Tanda
Registrasi Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 4.1 Alokasi dan realisasi anggaran dana dekonsentrasi Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 4.2 Anggaran Dana Tugas Pembantuan Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 4.3 Anggaran Dana Alokasi Khusus Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 4.4 Anggaran APBD Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 4.5 Alokasi Dana Jamkesmas dan Jampersal Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 4.6 Jumlah Kunjungan RJTP, RITPdan RITL Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 4.7 Anggaran Dana Bantuan Operasional Kesehatan Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 5.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 Di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 Ideal
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.4 Proporsi Kelahiran 1 Januari 2010 Sampai Saat Wawancara
Berdasarkan Tempat Persalinan Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 5.5 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 dan Cakupan
Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Provinsi
Maluku Tahun 2011-2013

xxv
Gambar 5.6 Proporsi Kelahiran Pada Periode 1 Januari 2010 sampai
dengan Wawancara Menurut Penolong Persalinan dengan
Kualifikasi Tertinggi dan Terendah Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 5.7 Cakupan Kunjungan Nifas(KF3) Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 5.8 Cakupan Penangganan Komplikasi Kebidanan Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 5.9 Penyebab Kematian Ibu Di Indonesia Tahun 2010
Gambar 5.10 Proporsi Kelahiran Menurut Kepemilikan Buku KIA dan Isian
5 Komponen P4K Berdasarkan Hasil Observasi Lembar
Amanat PersalinanDari Yang Dapat Menunjukkan Buku KIA
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.11 Persentase Pemakaian Alat/Cara KB Pasa Wanita Usia
Subur Yang Berstatus Kawin Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 5.12 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.13 Persentase Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.14 Persentase Berat Badan Lahir Rendah Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.15 Cakupan Penangganan Komplikasi Neonatal Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Pada Anak Umur 0-59 Bulan
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.18 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.19 Proporsi Kunjungan Neonatus Lengkap Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013

xxvi
Gambar 5.20 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota Di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.21 Persentase Bayi Mulai Mendapat ASI Kurang Dari 1 Jam
Pertama (Inisiasi Menyusu Dini)Cakupan Kunjungan Bayi
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.22 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi 0-6 Bulan
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi (6-11
Bulan) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 5.24 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.25 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.26 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.27 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan
Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.28 Prevalensi Status Gizi Balita (BB/U) Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 5.29 Persentase Balita Dengan Tinggi Badan Di Bawah Normal
Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur TB/U Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.30 Prevalensi Status Gizi BB/TB < 2 SD Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.31 Prevalensi Status Gizi Buruk, BB Lebih, Obesitas Penduduk
Dewasa (> 18 Tahun) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 5.32 Prevalensi Obesitas Sentral Penduduk Umur ≥ 15 Tahun
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013

xxvii
Gambar 5.33 Prevalensi Risiko KEK Wanita Hamil Umur 15-49 Tahun
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 5.34 Prevalensi Resiko KEK Wanita Usia Subur (WUS) 15-49
Tahun Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 5.35 Prevalensi Wanita Hamil Berisiko Tinggi (Tinggi Badan <
150 cm) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 6.1 Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB BTA
+ Di Provinsi Maluku Tahun 2010-2013
Gambar 6.2 Prevalensi TB Paru Berdasarkan Diagnosis dan Gejala TB
Paru Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 6.3 Jumlah Kasus AIDS Di Provinsi Maluku Tahun 2008-2013
Gambar 6.4 Jumlah Kasus HIV Di Provinsi Maluku Tahun 2008-2013
Gambar 6.5 Angka Kematian Akibat AIDS Di Provinsi Maluku Tahun
2008-2012
Gambar 6.6 Jumlah Kasus Pneumonia Yang Ditemukan dan Ditanggani
Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.7 Period Prevalence Pneumonia Berdasarkan
Diagnosis/Gejala Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 6.8 Angka Penemuan Kasus Baru/Newly Case Detection Per
100.000 Penduduk Di Provinsi Maluku Tahun 2010-2013
Gambar 6.9 Angka Prevalensi Penyakit Kusta Di Provinsi Maluku Tahun
2009-2013
Gambar 6.10 Jumlah Kasus Diare Yang Ditangani Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 6.11 Period Prevalence Diare (> 2 Minggu – 1 Bulan Sebelum
Wawancara) Menurut Gejala Di Provinsi Maluku Tahun 2013

xxviii
Gambar 6.12 Angka Kesakitan (IR) Demam Berdarah Dengue
Per 100.000 Penduduk Tahun 2010-2013
Gambar 6.13 Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue Di Provinsi
Maluku Tahun 2010-2012
Gambar 6.14 Jumlah Kasus Filariasis Di Provinsi Maluku Tahun
2010 – 2013
Gambar 6.15 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API)
Per 1.000 Penduduk beresiko di Provinsi Maluku Tahun
2008-2013
Gambar 6.16 Insidens Malaria menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 6.17 Proporsi penderita malaria dengan pengobatan efektif
dengan pemberian ACT menurut Kabupaten/Kota Di
Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.18 Prevalensi stroke pada umur ≥15 tahun (%) berdasarkan
diagnosis dokter menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 6.19 Prevalensi penyakit jantung koroner pada umur ≥ 15 tahun
berdasarkan diagnosis dokter/gejala menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.20 Prevalensi hipertensi pada umur ≥ 18 tahun berdasarkan
wawancara menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 6.21 Prevalensi Penyakit Kanker (%) berdasarkan diagnosis
dokter/gejala menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku
Tahun 2013
Gambar 6.22 Prevalensi diabetes pada umur ≥ 15 tahun berdasarkan
diagnosis dokter/gejala menurut kabupaten/kota di Provinsi
Maluku Tahun 2013
Gambar 6.23 Prevalensi PPOK pada umur > 30 Tahun berdasarkan
gejala (%) menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 Di Provinsi
Maluku

xxix
Gambar 6.24 Prevalensi penyakit asma berdasarkan gejala (%) menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2013 Di Provinsi Maluku Tahun
2013
Gambar 6.25 Proporsi Penduduk berumur ≥ 10 Tahun yang merokok tiap
hari menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013
Gambar 6.26 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Sumber Air
Minum Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.27 Proporsi Rumah Tangga yang mengolah air minum sebelum
diminum Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.28 Proporsi Rumah berdasarkan cara pengolahan air minum
sebelum diminum Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.29 Proporsi Rumah Tangga yang memiliki akses terhadap
sumber air minum Improved berdasarkan criteria JMP WHO-
UNICEF 2006 Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.30 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Penggunaan Fasilitas
Buang Air Besar Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.31 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Tempat Buang
Air Besar Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.32 Proporsi Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan
Akhir Tinja Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.33 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap
Fasilitas Sanitasi Improved Berdasarkan Kriteria JMP WHO-
UNICEF 2006 Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Gambar 6.34 Persentase Rumah Tangga yang Ber PHBS Di Provinsi
Maluku Tahun 2013

xxx
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut


Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Produktif dan Non
Produktif Di Provinsi Maluku Tahun 2013
Tabel 1.2 Perkembangan Angkatan Kerja, Penduduk yang bekerja
dan pengangguran terbuka Di Provinsi Mluku Tahun 2012-
2013
Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Menurut Kepemilikan
Di Provinsi Maluku Tahun 2013

xxxi
BAB I
DEMOGRAFI

Sesuai SK Gubernur Nomor 125.a Tahun 2013 tentang Penetapan


Jumlah, Nama dan Nomor Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi
Maluku tahun 2013, maka secara administratif Provinsi Maluku terbagi atas 9
Kabupaten yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Seram
Bagian Barat, Buru, Buru Selatan, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat,
Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya dan 2 Kota yaitu Kota Ambon dan Kota Tual.
118 Kecamatan, 1.135 desa dan 34 kelurahan.

Menurut letak astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara


20 30’ -90 Lintang Selatan dan 1240-1360 Bujur Timur yang berbatasan dengan
Laut Seram di sebelah utara, Lautan Indonesia dan Laut Arafura di sebelah
selatan, Pulau Irian/Provinsi Papua di sebelah Timur dan Pulau Sulawesi/Laut
Sulawesi disebelah Barat.

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 1.412


pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang tergolong
pulau besar. Luas wilayah Provinsi Maluku adalah 581.376 km2 yang terdiri dari
luas lautan 527.191 km2 (90,7%) dan luas daratan 54.185 km2 (9,3%). Hal ini
berarti 90% dari wilayah Maluku adalah lautan. Rincian pembagian wilayah
administrasi pemerintahan per Kabupaten/Kota tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar 1.1 dan lampiran tabel 1.

1
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 1.1
JUMLAH DESA DAN KELURAHAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

A. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk Maluku berdasarkan Maluku Dalam Angka Tahun 2010
mencapai 1.504.994 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Sesuai hasil proyeksi, penduduk Maluku sebanyak 1.533.506 jiwa pada
tahun 2011, meningkat menjadi 1.608.786 jiwa pada tahun 2012 dan 1.628.413
jiwa pada tahun 2013.

Hasil estimasi jumlah penduduk Maluku sesuai data dari BPS Provinsi
Maluku sebesar 1.628.413 jiwa yang terdiri yang terdiri atas jumlah penduduk
laki-laki sebesar 821.611 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 806.802 jiwa
Jumlah penduduk di Maluku meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan
kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat
dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat.

2
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota dapat
dilihat pada Lampiran 2

GAMBAR 1.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

Pada Gambar 1.2 jumlah penduduk tertinggi di Maluku terdapat di Kota Ambon
dengan jumlah penduduk sebesar 379.615 dan Maluku Tengah sebesar
367.177. Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kabupaten Buru
Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 57.188 dan Kota Tual sebesar 64.032

3
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam
bentuk piramida penduduk. Piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya
penduduk laki-laki dan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk
perempuan. Piramida tersebut menggambarkan struktur penduduk yang terdiri
dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini dapat
dipergunakan menjadi dasar kebijakan bagi kependudukan, sosial, budaya, dan
ekonomi.

GAMBAR 1.3
PIRAMIDA PENDUDUK PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

4
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pada gambar 1.3 menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dari pada perempuan. Dari 1.628.413 jiwa penduduk Maluku, penduduk berusia
0-14 tahun sebanyak 551.789 jiwa, yang berusia produktif (15-64 tahun)
sebanyak 1.011.005 jiwa dan yang berusia tua (≥ 65 tahun) sebanyak 65.619
jiwa.

Struktur penduduk Provinsi Maluku diatas termasuk struktur penduduk


muda. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang
masih tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia
produktif terutama pada kelompok umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun, baik laki-
laki maupun perempuan.

Jumlah penduduk golongan usia tua juga cukup besar, terutama


perempuan. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan
hidup, terutama perempuan. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk
usia tua. Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat dimaknai sebagai
meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi
juga dapat dimaknai sebagai beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak
produktif lagi

Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat di pelajari dengan


menggunakan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-
rata jumlah penduduk per 1 kilometer persegi. Kepadatan rata-rata penduduk di
Maluku berdasarkan hasil estimasi Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku
sebesar 30 penduduk per km2. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan
dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk.

5
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 1.4
KEPADATAN PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

Pada gambar 1.4, kepadatan penduduk di Maluku belum merata. Kepadatan


penduduk tertinggi terdapat di Kota Ambon sebesar 1.006.94 penduduk per km2.
Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
sebesar 10.40 penduduk per km2.

Untuk pemerataan penduduk di Maluku dapat digunakan cara, antara lain


: transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke
tempat yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah
jmaupun keinginan diri sendiri; pemerataan lapangan kerja, pengendalian jumlah
penduduk dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program keluarga
berencana atau penundaan umur nikah pertama.

6
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban
Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka
yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif
(umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang
yang termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun). Secara kasar perbandingan
angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur
produktif terhadap umur non produktif. Angka ini dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara.
Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban
yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase
dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi.

TABEL 1.1
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
MENURUTJENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN
NON RODUKTIF DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

USIA L P L+P

0-14 Tahun 283,753 268,036 551,789

15-64 Tahun 506,896 504109 1,011,005

65 Tahun ke atas 30,962 34657 65,619

Jumlah 821,611 806,802 1,628,413


Angka beban tanggungan 62.09 60.05 61.07
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

7
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pada Tabel 1.1, Angka Beban Tanggungan penduduk Maluku pada tahun 2013
sebesar 61,07. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Maluku yang produktif, di
samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 61,07 orang yang
belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka
Angka Beban Tanggungan laki-laki sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan
perempuan.

Pada tahun 2013, angka beban tanggungan laki-laki sebesar 62,09, yang
berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, di samping
menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 62,09 penduduk laki-laki
yang belum/sudah tidak produktif lagi.

Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian


yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang
kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya
pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui
upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi
tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti
sektor penididikan, sektor ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki
peranan yang cukup besar. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan
ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan
kesehatan.

8
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data dari
BPS, Besaran Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Maluku pada tahun 2013
atas dasar harga berlaku mencapai 13.254.347 (juta rupiah), mengalami
peningkatan sebesar 15,49% dari tahun 2012 yang hanya sebesar 11.468.769
(juta rupiah). Kemudian bila PDRB ini dilihat atas dasar harga konstan 2000,
maka PDRB pada tahun 2013 adalah sebesar 5.111.309 juta rupiah atau
mengalami kenaikan sebesar 5,14% dari tahun 2012 yang sempat mencapai
4.861.350 (juta rupiah).

Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 laju pertumbuhan penduduk
lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan pendapatan regional
perkapita. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2009 sampai dengan tahun
2013 secara berturut-turut adalah sebesar 2,58%; 6,18%, 2,25%, 2,54% dan
0,77% Sementara laju pertumbuhan pendapatan regional Perkapita selama
kurun waktu 2009 sampai dengan 2013 secara berturut-turut yaitu 2,76%;
0,57%; 3,87 %; 5,42% dan 4,21%.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di


Maluku. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar
tenaga kerja, namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena
hanya penduduk yang masuk usia kerja yang dapat menawarkan tenaganya di
pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang
termasuk angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri
terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari
pekerjaan. Mereka yang sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan
suatu usaha dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka.

9
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
TABEL 1.2
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2012– 2013
KEADAAN 2012 2013
Jumlah Angkatan Kerja 659.953 663.481
Tingkat Partisipasi Angkatan 63,71 62,31
Kerja (%)
Jumlah Penduduk yang Bekerja 610 362 598.792

Pengangguran Terbuka 38.925 38.295


Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

Pada Tabel 1.2 dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan di Maluku pada Tahun
2013. Jumlah angkatan kerja di Maluku tahun 2013 mencapai 663.481 orang,
lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun 2012
sebanyak 659.953 orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Maluku pada tahun
2013 mencapai 598.792 orang, lebih sedikit jika dibandingkan tahun 2012.
Berdasarkan tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2013 sebesar 62,31%
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 63,71%

Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalah


pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan. Persentase pengangguran
terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah
angkatan kerja. Pengangguran terbuka di sini didefinisikan sebagai orang yang
sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga
yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan
pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai
bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau
mengurus rumah tangga.

10
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 1.5
PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT
PENDIDIKAN DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

Pada Gambar 1.5, dapat dilihat bahwa pengangguran tertinggi ada pada
penduduk yang pendidikan pada tingkat SLTA dengan presentase sebesar
66,89% dan terendah pada penduduk yang berpendidikan pada tingkat SD
sebesar 0,12%

Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi


kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai
kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi
hak‐hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang bermartabat.

11
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang
perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena
data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini
didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Kemiskinan dipahami sebagai
ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran.

Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar


kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang
harus dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan
minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara
penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut
dengan garis kemiskinan. Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan
tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan.

GAMBAR 1.6
GARIS KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2007 – 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2013

12
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Gambar 1.6 menunjukkan peningkatan garis kemiskinan di Maluku Pada tahun
2013, jumlah penduduk miskin di Maluku adalah penduduk dengan tingkat
pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp 296.778 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar Rp 280.693 per kapita per bulan.
Perhitungan garis kemiskinan dilakukan 2 kali pengukuran penduduk miskin,
yaitu bulan Maret dan September. Pengukuran dibedakan atas wilayah desa dan
kota. Pada perhitungan kondisi Maret 2013, kategori penduduk miskin di desa
adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp
285.967 dan penduduk miskin di kota adalah mereka dengan tingkat
pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp 315.012

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi
pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan
salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran
pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan
salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah.

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan


kecerdasan dan keterampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus
terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki
seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal.

13
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu
negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara tersebut. Indikator pendidikan
lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase penduduk berumur
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.

Penggunaan AMH adalah untuk :


1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf,
terutama di daerah perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang
tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD;
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap
informasi dari berbagai media;
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Angka melek huruf mencerminkan potensi perkembangan intelektual
sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin besar angka
melek huruf diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan sehingga
tingkat kesejahteraan dapat semakin meningkat.

14
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 1.7
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
MELEK HURUF MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 2012

Dari gambar 1.7 dapat dilihat bahwa persentase penduduk berumur 10 tahun ke
atas yang melek huruf sebesar 81,27% lebih tinggi dibandingkan tahun 2012
sebesar 41,03%. Data dan informasi mengenai angka melek huruf dapat dlihat
pada lampiran tabel 4.

15
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 1.8
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENYELESAIKAN TINGKAT
PENDIDIKAN DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 2012

Dari data Kabupaten/Kota yang masuk, persentase penduduk Maluku yang


berusia 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan
yakni SD/MI dengan presentase sebesar 34,34% dan terendah pada tingkat
universitas dengan presentase sebesar 1,68%. Data dan informasi dapat dilihat
pada lampiran tabel 5.

16
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan suatu
ukuran standard pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia
(IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan
empat indikator, yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup
merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan capaian pembangunan di
bidang pendidikan. Sedangkan indikator kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup lebih layak. Gambar 1.9 berikut ini menyajikan
capaian IPM di Provinsi Maluku tahun 2011 sampai dengan tahun 2013.

GAMBAR 1.9
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2009-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2014

17
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 1.9 dapat dilihat bahwa capaian IPM di Maluku tahun 2013 sebesar
72,7 mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 71,87 dan 2012 sebesar
74,42. IPM dikategorikan dalam 3 tingkat, yaitu IPM Tinggi (IPM ≥ 80), Sedang
(IPM 50-79,99) dan IPM rendah (IPM < 50). Berdasarkan kategori tersebut IPM
Provinsi Maluku berada pada IPM sedang sebesar 72,7.

Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia


sebagai perspektif pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi seiring
dengan peningkatan sumber daya manusia. Beberapa faktor penting dalam
pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah
pendidikan dan kesehatan. Kedua faktor ini merupakan kebutuhan dasar
manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya dalam
pembangunan. Pendidikan tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf sedangkan pembangunan bidang kesehatan tercermin dalam usia
harapan hidup waktu lahir.

Usia Harapan Hidup (UHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata


penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian)
menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan yang menunjukkan
kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. UHH merupakan alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya

18
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 1.10
USIA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (DALAM TAHUN)
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011 - 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, 2014

Dari gambar 1.10 menunjukkan Usia Harapan Hidup di Provinsi Maluku selama
tahun 2011-2013 yang memperlihatkan peningkatan Usia Harapan Hidup. Pada
tahun 2011 UHH di Provinsi Maluku adalah 67,60 tahun, meningkat menjadi
67,64 tahun pada tahun 2012 dan 67,84 tahun pada tahun 2013.

Meningkatnya Usia Harapan Hidup di Provinsi Maluku dipengaruhi oleh


meningkatnya derajat kesehatan antara lain menurun Angka Kematian Balita,
Angka Kematian Ibu. Selain itu dipengaruhi juga oleh peningkatan anggaran
kesehatan seperti Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

19
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
BAB II
SARANA KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh


keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang dibahas pada pada
bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan
kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari : puskesmas,
Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas mendefinisikan puskesmas adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan
kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan


kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer, dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer,
puskesmas berkewajiban memberikan upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan.

20
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Upaya kesehatan wajib terdiri dari
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya perbaikan gizi
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan

Jumlah puskesmas di Maluku sampai dengan Desember 2013 sebanyak


189 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 62 unit puskesmas rawat inap dan 127 unit
puskesmas non rawat inap. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012
yaitu sebanyak 176 unit. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, jumlah puskesmas
memang mengalami peningkatan seperti yang terdapat pada gambar berikut.

GAMBAR 2.1
JUMLAH PUSKESMAS DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2012-2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013

21
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 2.1 menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2013. Peningkatan jumlah puskesmas tidak
mengindikasikan secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas
mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat.
Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya kebutuhan
pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000 penduduk dapat dilihat pada
gambar 2.2.

GAMBAR 2.2
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2012-2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

22
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 2.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013, rasio puskesmas per
30.000 penduduk di Provinsi Maluku sebesar 3.48, dengan rasio tertinggi adalah
Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 8,11 per 30.000 penduduk sedangkan rasio
terendah di Kota Ambon sebesar 1,74 per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas
per 30.000 penduduk belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar.

GAMBAR 2.3
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

23
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Kepulauan Aru memiliki rasio
tertinggi sebesar 8,11 per 30.000 dan rasio terendah di Kota Ambon sebesar
1,74 per 30.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena jumlah dan kepadatan
populasi yang tinggi. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, memang
memiliki angka yang rendah, namun demikian dalam hal keberadaan pelayanan
kesehatan dasar, Kota Ambon memiliki kondisi baik yang berasal dari penyedia
sektor swasta.

Kondisi seperti ini sebetulnya tetap harus diperhatikan, karena meskipun


kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh sektor swasta, suatu
wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggungjawab
upaya kesehatan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan


kesehatan dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang
diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas
tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi
perhatian dari Pemerintah. Bagi daerah yang termasuk DTPK, Dana Alokasi
Khusus (DAK) diberikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
pembangunan pustu dan puskesmas serta peningkatan puskesmas non rawat
inap menjadi puskesmas rawat inap. Bagi daerah di luar kategori DTPK, DAK
bisa digunakan untuk rehabilitasi puskesmas/rumah dinas, dan peningkatan
PONED. Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan
non rawat inap dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.

24
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 2.4
JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2012-2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013

Pada gambar 2.4 dapat dilihat bahwa jumlah puskesmas rawat inap menurun
dari 63 unit pada tahun 2012 menjadi 62 unit pada tahun 2013 karena adanya
peningkatan puskesmas menjadi Rumah Sakit. Peningkatan jumlah juga terjadi
pada puskesmas rawat inap yaitu dari113 unit pada tahun 2012 menjadi 127 unit
pada tahun 2013.

Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas


juga menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat berupa berupa Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR), Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Olahraga, dan tatalaksana
kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA).

25
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya kesehatan kerja
dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki banyak pusat
industri.

1. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi


Dasar (PONED)
Salah satu upaya pengembangan puskesmas yang penting adalah
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Upaya
kesehatan ini dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat kepada
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses masyarakat
yang semakin mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat
berkontribusi kepada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB).

Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar minimal terdapat 4


Puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota. Tahun 2013 jumlah puskesmas
yang mampu PONED sebanyak 33 unit (17%) dari 189 unit puskesmas yang
ada di Provinsi Maluku.

Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED berbeda


dengan konsep yang digunakan puskesmas rawat inap. Konsep rawat inap pada
Puskesmas PONED adalah perawatan inap kepada pasien pasca tindakan
emergensi (one day care). Dengan demikian, puskesmas non rawat inap yang
memiliki tempat tidur dan mampu melakukan tindakan emergensi obstetri dan
neonatal dasar, dapat menyelenggarakan PONED

26
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
2. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Sejak tahun 2003 telah dikembangkan program Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR). Upaya pelayanan kesehatan ini diselenggarakan di
puskesmas yang terdiri dari penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk
pemeriksaan penunjang, konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS) pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya serta pelayanan
rujukan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di dalam dan di luar gedung ini
memiliki sasaran kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah seperti
kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja masjid/gereja/vihara/pura,
pondok pesantren, asrama dan kelompok remaja lainnya. Sejak tahun 2009
diupayakan kabupaten/kota minimal memiliki 4 puskesmas mampu tata laksana
pelayanan kesehatan peduli remaja. Hingga tahun 2013 Provinsi Maluku
memiliki 48 unit (25%) puskesmas mampu PKPR

3. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja juga berlaku bagi setiap
orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja dan juga bagi
kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat, laut, maupun
udara serta Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Upaya kesehatan kerja di puskesmas diselenggarakan sesuai dengan


keadaan dan permasalahan yang ada di wilayah puskesmas atau spesifik lokal.
Dengan demikian sampai saat ini upaya kesehatan kerja di puskesmas lebih
dititikberatkan pada wilayah industri. Pembinaan upaya kesehatan kerja
dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayanan kesehatan kerja, seperti
pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam bidang kesehatan
kerja, pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan fasilitas
pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan
sehat dan produktif termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja dan
pembinaan pelayanan kesehatan kerja di sektor informal dan formal termasuk
27
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
perkantoran serta pembinaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dengan
fokus kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Sampai dengan tahun 2013 puskesmas yang memiliki pelayanan upaya
kesehatan kerja sebesar 11 unit.

4. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga


Upaya kesehatan olahraga diselenggarakan bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya
dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga
melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga seperti tercantum dalam Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009. Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan
di pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas maupun pelayanan kesehatan
rujukan.

Upaya kesehatan olahraga yang diselenggarakan di puskesmas meliputi


pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga
berupa pendataan kelompok, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan olahraga, ditujukan pada kelompok olahraga di sekolah, klub jantung
sehat, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu hamil, kelompok senam
diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran
jasmani jemaah calon haji, fitness center dan kelompok olahraga/latihan fisik
lain.

Pelayanan kesehatan olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga,


pengukuran tingkat kebugaran jasmani, penanganan cedera olahraga akut dan
sebagai tim kesehatan pada event olahraga. Namun sampai dengan tahun 2013
puskesmas di Provinsi Maluku belum menyelenggarakan pelayanan upaya
kesehatan olahraga

28
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
5. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak
(KtA)
Anak merupakan salah satu aset berharga dalam pembangunan
kesehatan. Tindak kekerasan terhadap anak sangat berdampak pada kesehatan
anak yang menjadi korban. Dengan demikian, dibutuhkan pelayanan kesehatan
secara komprehensif dan berkualitas. Pelayanan kesehatan bagi korban KtA
dapat diberikan melalui pelayanan di tingkat dasar, salah satunya puskesmas.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah menetapkan agar setiap
kabupaten/kota harus memiliki minimal 2 (dua) puskesmas mampu tatalaksana
kasus kekerasan terhadap anak. Jumlah puskesmas mampu tatalaksana KtA
sampai dengan tahun 2013 sebesar 62 unit

6. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer


Program pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang dan
mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Pelayanan kesehatan tradisional
merupakan pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Pengobatan secara tradisional dilakukan penelitian dan
bila dapat dibuktikan secara ilmiah menjadi pengobatan tradisional yang aman
dan bermanfaat sehingga dapat diterapkan di fasilitas kesehatan sebagai
pengobatan alternatif dan komplementer.

Unit yang melakukan penelitian/pengkajian/pengujian ini yaitu Sentra


Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). Fungsi
lainnya dari Sentra P3T yaitu pelayanan kesehatan tradisional, institusi
pendidikan dan pelatihan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan
bermanfaat, dan menyelenggarakan jaringan informasi dan dokumentasi
pelayanan kesehatan tradisional. Pada tahun 2013 terdapat 59 puskesmas dan
10 kabupaten/kota dengan tenaga kesehatan puskesmas yang sudah dilatih
pengobatan tradisional.

29
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
B. RUMAH SAKIT
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga
diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif.
Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui
rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan
rujukan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang


Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan,
yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah
rumah sakit yang dikelola Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat
nirlaba sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh
bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.

1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit


Rumah sakit publik di Indonesia dikelola oleh Kementerian Kesehatan,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri, kementerian lain
serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Jumlah
rumah sakit publik di Maluku sampai dengan tahun 2013 sebanyak 20 unit, yang
terdiri atas Rumah Sakit Umum (RSU) berjumlah 19 unit dan Rumah Sakit
Khusus (RSK) berjumlah 1 unit.

Berbeda dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh
BUMN dan swasta (perorangan, perusahaan dan swasta lainnya). Pada tahun
2013 terdapat 7 rumah sakit privat di Maluku. Jumlah rumah sakit publik maupun
privat dapat dilihat pada tabel 2.1

30
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013
Pengelola/Kepemilikan 2013
1 Publik
Kementerian Kesehatan dan Pemerintah 16
Provinsi/ Kabupaten/Kota
TNI/Polri 4
Kementerian Lain 0
Swasta Non Profit 0
Jumlah Publik 20
2 Privat 0
BUMN 0
Swasta 7
Jumlah Privat 7
Jumlah 27
Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit umum sebanyak 26 unit dan rumah
sakit khusus sebanyak 1 unit. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat
dilihat dari rasio tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di
rumah sakit di Maluku pada tahun 2013 adalah 0,91 per 1.000 penduduk. Rasio

31
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
ini lebih rendah dibandingkan tahun 2012 sebesar 1,11 per 1.000 penduduk.
Dapat dilihat pada gambar 2.5

GAMBAR 2.5
RASIO JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
PER 1.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2011 – 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Rumah sakit juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan


kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada
tahun 2013, terdapat , 3 unit kelas B, 5 unit RS kelas C, 18 unit RS kelas D, dan
sebanyak 1 unit RS belum ditetapkan kelasnya

32
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 2.6
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013

Dari gambar 2.6 dapat dilihat bahwa Rumah Sakit kelas D memiliki persentase
tertinggi sebesar 66,7%. sedangkan persentase terendah adalah rumah sakit
yang belum ditetapkan kelasnya sebesar 3,7%

2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif


(PONEK)
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif adalah
upaya yang dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Anak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kematian ibu dan
anak banyak terjadi di Rumah Sakit. Kontribusi Rumah Sakit terhadap Angka
Kematian Ibu sebesar 40-70%, persalinan di rumah sebesar 20-35%, dan
persalinan yang terjadi di perjalanan sebesar 10-18% (Lancet, 2005). Dengan
melihat fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa dibutuhkan adanya upaya
penurunan AKI yang difokuskan di rumah sakit.

33
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Salah satu program kesehatan yang dilaksanakan untuk menurunkan kematian
ibu adalah implementasi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK). Jumlah Rumah Sakit PONEK sampai dengan tahun
2013 di Provinsi Maluku sebanyak 8 unit.

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan
dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat
esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian
penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi
pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus,
semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar
dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya
yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah
menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga
keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping
tenaga pengelola yang terlatih.

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan


Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan
untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat
kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau
penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan
pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga
penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian
dan alat kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan.

34
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak
Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT),
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan Produksi
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan Industri Kosmetika. Jumlah
sarana produksi pada tahun 2013 sebesar 1 unit. Jumlah sarana produksi
kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2013 terdapat pada gambar 2.7

GAMBAR 2.7
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh
Ditjen Binfar dan Alkes antara lain yaitu : Pedagang Besar Farmasi (PBF),
Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2013 sebanyak 303 unit. Gambar
2.8 menyajikan jumlah sarana distribusi kefarmasian pada tahun 2013.

35
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 2.8
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin


Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang
lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu
dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus
dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis
tahun 2010-2014 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada
tahun 2014 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%.
Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan
adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan
kesehatan dasar.

36
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi
tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-
langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang.

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Maluku,


dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau
ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan.

Jumlah jenis obat yang dipantau adalah 152 jenis obat dan vaksin yang
terdiri dari 144 jenis obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 8 jenis vaksin
untuk imunisasi dasar.

D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER MASYARAKAT


Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui
konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat
berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM
antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes), dan RW/desa/kelurahan siaga aktif. RW/Desa/kelurahan Siaga
Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans
berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit,
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Pada tahun 2013 terdapat 517 Desa Siaga Aktif
dengan persentase sebesar 69,77% sedangkan persentase pada tahun 2012
sebesar 61,79%. Hal ini berarti adanya peningkatan pada tahun 2013, dapat
dilihat pada gambar 2.9

37
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 2.9
PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2011- 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Jenis UKBM lainnya adalah Poskesdes, yaitu UKBM yang dibentuk di


desa untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa
sehingga mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar. Kegiatan utama poskesdes yaitu pelayanan kesehatan bagi masyarakat
desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu
menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans
lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan
kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Jumlah poskesdes yang
beroperasi pada tahun 2013 sebanyak 387 unit.

38
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah
posyandu. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Posyandu memiliki 5 program
prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta
pencegahan dan penanggulangan diare. Pada tahun 2013 terdapat 2.137
Posyandu di Provinsi Maluku yang terdiri dari 47,54% posyandu pratama,
35,75% posyandu madya, 14,93% posyandu purnama dan 1,78% posyandu
mandiri.

GAMBAR 2.10
PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

39
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pada gambar 2.10 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu
pratama dan proporsi terendah adalah posyandu mandiri. Dengan demikian
diperlukan upaya intensif untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri. Dalam
menjalankan fungsinya, perlu diketahui rasio kecukupan posyandu terhadap
masyarakat yang ada. Pada tahun 2013, dengan jumlah posyandu sebanyak
2.137 unit, maka rasio posyandu terhadap jumlah desa/kelurahan adalah 1,82 .

GAMBAR 2.11
RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 2.11 di dilihat bahwa Kota Ambon memiliki rasio tertinggi yaitu 5,72
Data/informasi lebih rinci mengenai jumlah UKBM menurut Kabupaten/Kota
tahun 2013 terdapat pada Lampiran 72

40
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
E. INSTITUSI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN POLTEKKES

1. Jumlah Poltekkes
Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan
yang memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan
tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan
yang berkualitas pula. Kementerian Kesehatan RI merupakan institusi dari sektor
pemerintah yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang
berkualitas tersebut.

Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis terdiri dari


Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non
Poltekkes). Kementerian Kesehatan melakukan pembinaan terhadap institusi
Poltekkes. Sampai dengan Desember 2013, terdapat 1 Poltekkes di Maluku
yang terdiri dari 5 jurusan/program studi pada strata Diploma III.

2. Peserta Didik
Peserta didik pada Diploma III yang dimiliki oleh Poltekkes di Maluku pada
tahun 2013 terdiri dari peserta didik tingkat I (tahun ajaran 2011/2012), tingkat II
(tahun ajaran 2012/2013), dan tingkat III (tahun ajaran 2013/2014) yaitu
berjumlah 2.239 orang. Jumlah tersebut terdiri 765 peserta didik tingkat I, 786
peserta didik tingkat II, dan 688 peserta didik tingkat III. Jumlah peserta didik
terbanyak berasal dari Program Studi Keperawatan sebanyak 991 peserta didik
sedangkan jumlah peserta didik terendah berasal dari program studi analis
sebanyak 136 peserta didik.

41
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 2.12
JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Politeknik Kesehatan Maluku, 2013

3. Lulusan
Peserta didik yang telah selesai menempuh pendidikan akan menjadi
lulusan Poltekes. Jumlah lulusan pada tahun 2013 adalah sebanyak 509 orang.
Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 411 orang.
Sesuai dengan jumlah peserta didik yang memiliki jumlah terbesar dari program
studi keperawatan. Hal serupa juga terjadi pada jumlah lulusan dengan jumlah
lulusan terbanyak adalah program studi keperawatan sebanyak 252 orang.

42
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 2.13
JUMLAH LULUSAN DIPLOMA III POLTEKKES
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Politeknik Kesehatan Maluku, 2013

43
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
BAB III
TENAGA KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21


menyebutkan bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem


Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan
dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta
terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan yang
disajikan pada bab ini lebih diutamakan pada kelompok tenaga kesehatan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis.

Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga


kesehatan di seluruh wilayah Maluku dilakukan dengan cara pengumpulan data
pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi.

Pengumpulan data tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang


berstatus PNS daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta.
Metode pengumpulan data yang digunakan melalui mekanisme pemutakhiran
data mulai dinas kesehatan kabupaten/kota bersama UPTD, Lembaga Teknis
Daerah, RS TNI/POLRI dan Swasta dan dikelola oleh dinas kesehatan provinsi
(Bagian Perencanaan/SDMK) dan melapor ke Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDMK)
Kementerian Kesehatan RI melalui Sistem Informasi SDMK.

44
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan
kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pendataan
tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku menggunakan pendekatan tenaga kesehatan yang
melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.

Berdasarkan pendekatan tersebut, pada tahun 2013 jumlah SDM


Kesehatan yang tercatat sebanyak 7.169 tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
terdiri atas 584 tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi),
3.715 perawat, 1.380 bidan, 245 kefarmasian, 394 gizi, 329 kesmas, 316
sanitarian, 180 teknisi medis, 26 fisioterapis. Rincian lengkap mengenai
rekapitulasi sumber daya manusia kesehatan menurut jenis tenaga dapat dilihat
pada Lampiran 74-78.

Berdasarkan jumlah dokter dan jumlah penduduk disusun rasio dokter per
100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Maluku pada tahun 2013 sebesar 25
dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum terhadap jumlah
penduduk menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2013 terlihat pada gambar 3.1

45
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 3.1
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa kabupaten/kota dengan rasio dokter umum
terhadap 100.000 penduduk tertinggi terdapat di Maluku Tenggara sebesar 39
sedangkan terendah terdapat di Kota Ambon sebesar 8 dokter umum per
100.000 penduduk.

Rasio dokter gigi terhadap jumlah penduduk menurut kabupaten/kota pada


tahun 2013 terlihat pada gambar 3.2.

46
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 3.2
RASIO DOKTER GIGI TERHADAP 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa jumlah dokter gigi pada tahun 2013 tercatat
sebanyak 103 orang dengan jumlah penduduk 1.628.413 orang, maka rasio
dokter gigi sebesar 6 dokter gigi per 100.000 penduduk. Hal ini berarti 1 dokter
gigi melayani 15.810 orang.

47
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang
terdiri dari tenaga perawat dan bidan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat menyatakan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah perawat pada
tahun 2013 tercatat sebanyak 3.715 orang. Rasio perawat terhadap jumlah
penduduk menurut kabupaten/kota pada tahun 2013 terlihat pada gambar 3.3

GAMBAR 3.3
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

48
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 3.3 dapat dilihat bahwa Rasio perawat terhadap penduduk di
Maluku tahun 2013 sebesar 228 perawat per 100.000 penduduk. Kabupaten/
Kota dengan rasio tertinggi terdapat di Kabupaten Kepualuan Aru sebesar 364
perawat per 100.000 penduduk, sedangkan Kabupaten/Kota dengan rasio
perawat terendah terdapat di Kota Ambon sebesar 59 perawat per 100.000
penduduk.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan menyatakan bahwa
yang dimaksudkan dengan bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah
negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di
register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung
jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas,
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawatdaruratan. Jumlah bidan di Maluku pada tahun 2013 tercatat sebanyak
1.380 orang, dengan rasio bidan terhadap penduduk sebesar 85 bidan per
100.000 penduduk. Rasio bidan terhadap jumlah penduduk menurut
kabupaten/kota pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 3.4

49
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 3.4
RASIO BIDAN TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 3.4 dapat dilihat bahwa kabupaten/kota dengan rasio bidan
terhadap penduduk tertinggi terdapat di Kabupaten Buru sebesar 129 bidan per
100.000 penduduk sedangkan rasio bidan terhadap penduduk terendah terdapat
di Kota Ambon sebesar 30 bidan per 100.000 penduduk.

50
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Kinerja
dari puskesmas sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang
dimiliki, terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2013, terdapat
3.886 orang yang bertugas di puskesmas. Dari seluruh jumlah tenaga
kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas sebanyak 234 orang,
dengan rasio 1 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum di puskesmas
terhadap jumlah puskesmas tahun 2013 menurut kabupaten/kota dapat dilihat
pada gambar 3.5.

GAMBAR 3.5
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

51
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 3.5 terlihat bahwa ada 1 kabupaten/kota yang tidak mencukupi
Rasio dokter umum terhadap puskesmas yakni Kabupaten Maluku Tenggara
Barat.

Jumlah dokter gigi yang bertugas di puskesmas pada tahun 2013


sebanyak 78 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas di
Maluku (189) maka dapat diartikan bahwa hampir seluruh puskesmas tidak
memiliki dokter gigi dengan rasio 0 dokter gigi per puskesmas. Rasio dokter gigi
di puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun 2013 menurut kabupaten/kota
dapat dilihat pada gambar 3.6

GAMBAR 3.6
RASIO DOKTER GIGI DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

52
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 3.6 terlihat bahwa ada 3 Kabupaten/Kota yang terpenuhi Rasio
dokter gigi terhadap puskesmas yakni Kabupaten Maluku Tenggara, Kota
Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah sedangkan Kabupaten/Kota yang lain
belum terpenuhi rasio dokter gigi terhadap puskesmas. Jumlah tenaga
kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada gambar 3.7

GAMBAR 3.7
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 3.7 dapat dilihat bahwa jumlah jenis tenaga terbanyak di seluruh
puskesmas yakni perawat sebanyak 2.037 orang dan tidak ada tenaga dokter
spesialis di seluruh puskesmas.

53
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit menyatakan bahwa
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sumber daya manusia
kesehatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Sumber
daya manusia kesehatan yang bertugas di rumah sakit pada tahun 2013
berjumlah 2.632 orang.

GAMBAR 3.8
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI RUMAH SAKIT
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

54
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 3.8 dapat dilihat bahwa jenis tenaga kesehatan terbanyak yang
bertugas di rumah sakit adalah perawat sebanyak 1.515 orang dan terendah
adalah dokter gigi dan fisioterapis masing-masing sebanyak 21 orang.

B. TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PEGAWAI TIDAK TETAP


(PTT)
Permasalahan distribusi tenaga kesehatan masih merupakan isu yang
sampai saat ini masih ada dalam sistem kesehatan di Indonesia. Indonesia
mempunyai ciri geografis yang khusus antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya dan keadaan sosial ekonomi yang menunjukkan perbedaan yang
cukup tinggi ditambah dengan desentralisasi yang belum mampu menunjukkan
hasil yang diharapkan dalam menyelesaikan permasalahan pemerataan tenaga
kesehatan, terutama pada daerah terpencil, sangat terpencil, dan perbatasan.

Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan terutama


puskesmas dan jaringannya pada daerah terpencil/sangat terpencil, tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (DTPK) serta daerah bermasalah kesehatan (DBK),
salah satunya diisi dengan cara pengangkatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan
Penugasan Khusus. Pemenuhan tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri
dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan bidan.
Konstribusi yang diberikan cukup besar pengaruhnya dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Sampai dengan 31 Desember 2013 tercatat sebanyak
524 tenaga kesehatan PTT Pusat yang masih aktif bertugas dengan komposisi
dokter umum sejumlah 173 orang, dokter gigi sejumlah 65 orang dan bidan
sejumlah 286 orang. Jumlah tenaga kesehatan PTT Pusat yang masih aktif
dapat dilihat pada gambar 3.9.

55
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 3.9
JUMLAH DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Kesehatan


Provinsi Maluku, 2013

C. TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PENUGASAN KHUSUS


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa yamg dimaksudkan
dengan penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus tenaga
kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan, Daerah Bermasalah Kesehatan serta Rumah Sakit
Kelas C dan D di kabupaten yang memerlukan pelayanan medik spesialistik.
Jenis tenaga kesehatan yang dapat diangkat dalam penugasan khusus pada
fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari Residen dan tenaga kesehatan dengan
pendidikan diploma III.

56
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Residen merupakan dokter umum/dokter gigi yang sedang menempuh
pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis. Tenaga kesehatan dengan
pendidikan diploma III terdiri dari bidan, perawat, sanitarian, tenaga gizi, dan
analis kesehatan. Tenaga kesehatan penugasan khusus ditempatkan pada (1)
Puskesmas dan jejaringnya, (2) Rumah Sakit Kelas C dan D yang telah memiliki
peralatan kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi serta fasilitas lain
sesuai kebutuhan medik spesialistik (tidak termasuk Rumah Sakit Bergerak), (3)
Rumah Sakit yang membutuhkan jenis pelayanan medik spesialistik tertentu.
Selama tahun 2013 telah dilakukan pengangkatan penugasan khusus sebanyak
44 orang, yang terdiri dari 21 perawat, 9 tenaga gizi, 13 tenaga kesehatan
lingkungan, 1 analis kesehatan. Jumlah pengangkatan penugasan khusus dapat
dilihat pada gambar 3.10

GAMBAR 3.10
JUMLAH PENUGASAN KHUSUS DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum, Dinas Kesehatan Provinsi


Maluku, 2013

57
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
D. REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
Registrasi tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian)
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 dan
direvisi dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib


memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Untuk mendapatkan STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan


sertifikat kompetensi. STR berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang
setiap lima tahun. Sampai dengan Desember 2013 jumlah tenaga kesehatan
yang sudah menerima STR di Provinsi Maluku sebanyak 1.675 orang. Informasi
jumlah tenaga kesehatan yang sudah memilki STR dapat dilihat pada gambar
3.11

58
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 3.11
JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA
REGISTRASI DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Sekretariat Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

59
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen


pembiyaan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan
pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan
terdiri dari pembiayaan bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber
masyarakat

A. ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN


Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 mengalokasikan anggaran
dana Dekonsentrasi untuk Provinsi Maluku sebesar Rp. 25.017.296.000,- dapat
dilihat pada gambar 4.1 dan lampiran tabel 79

GAMBAR 4.1
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DANA DEKOSENTRASI
DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

60
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa realisasi dana dekonsentrasi tahun 2013
sebesar Rp.22.143.026.218 (88,51%).

Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 juga mengalokasikan dana


Tugas Pembantuan dapat dilihat pada gambar 4.2

GAMBAR 4.2
ANGGARAN DANA TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa realisasi Dana Tugas Pembantuan tahun
2013 untuk TP Rumah Sakit sebesar Rp.23.734.235.000,- (88,7%), realisasi TP
Puskesmas dan Ambulatory sebesar Rp.4.796.429.000,- (88,50%) dan TP
Penyehatan Lingkungan sebesar Rp.1.391.135.000,- (81,20%)

61
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Tahun 2013 juga Kementerian Kesehatan RI juga mengalokasikan Dana
Alokasi Khusus dapat dilihat pada gambar 4.3

GAMBAR 4.3
ANGGARAN DANA ALOKASI KHUSUS PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa realisasi Dana Alokasi Khusus tahun 2013
untuk DAK Pelayanan Dasar sebesar Rp.30.629.004.390,- (70,54%), realisasi
DAK Pelayanan Kesehatan Rujukan sebesar Rp. 18.149.062.435,- (88,45%) dan
realisasi DAK Pelayanan Kesehatan Farmasi sebesar Rp. 21.649.456.617,-
(80,65%)

62
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
BIDANG KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber
pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, swasta dan sumber lain. Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja
pegawai). Anggaran APBD Kesehatan Provinsi Maluku dapat dilihat pada tabel
4.4

GAMBAR 4.4
ANGGARAN APBD KESEHATAN PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

63
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
C. JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sampai dengan Desember 2013 terdapat 754.627 orang yang memiliki
jaminan kesehatan. Salah satu program jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah adalah Jamkesmas. Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien. Jamkesmas diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu,
menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran
di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin.
Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses
pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan
jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan
perlindungan finansial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit. Alokasi dana
jamkesmas dan jampersal di Provinsi Maluku pada tahun 2013 sebesar Rp.
51.713.440.000,-. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5

GAMBAR 4.5
ALOKASI DANA JAMKESMAS DAN JAMPERSAL DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

64
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa realisasi dana jamkesmas dan jampersal
sebesar Rp.37.721.345.408,- (72,94%).

Cakupan program Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan dasar di


puskesmas dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di
pelayanan kesehatan di Puskesmas terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama
(RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) sedangkan kunjungan di
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Lanjut
(RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Gambar 4.6 memperlihatkan
jumlah kunjungan peserta jamkesmas dan jampersal di puskesmas dan rumah
sakit.

GAMBAR 4.6
JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

65
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Sejak tahun 2011 telah dilakukan perluasan program Jamkesmas dengan
diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sesuai dengan surat edaran
Menkes RI Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tentang Jaminan Persalinan.
Jampersal adalah pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB
pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal melingkupi seluruh
ibu yang belum memiliki jaminan kesehatan.

Jumlah kunjungan Jampersal tertinggi terdapat pada pelayanan Ante


Natal Care (K1 dan K4) sebanyak 71.465 kunjungan, pasca persalinan sebanyak
31.362 kunjungan, dan persalinan normal sebanyak 31.187 kunjungan.
Kunjungan pada ANC yang tinggi diharapkan dapat membantu menurunkan
komplikasi maternal dan neonatal serta kematian ibu dan anak melalui
pendeteksian dini kehamilan berisiko tinggi.

D. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN


Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan dana dari
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan
kabupaten/kota untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat melalui kegiatan Puskesmas untuk mendukung
tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan
tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan
kualitas manajemen puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat
puskesmas dan lokakarya mini puskesmas, meningkatkan upaya untuk
menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya,
dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif yang dilakukan oleh puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan
posyandu.

66
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan
promotif dan preventif meliputi KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat,
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan
upaya kesehatan lain sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah
setempat dengan tetap mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Kesehatan serta target MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015.

Pada proses pelaksanaan, penyaluran dana BOK melalui Tugas


Pembantuan telah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan. Realisasi
pemanfaatan dana BOK pada tahun 2013 sebesar Rp 35.156.381.457 dari
alokasi sebesar Rp 39.422.000.000,- dengan persentase realisasi 89,18%.

GAMBAR 4.7
ANGGARAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN
PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

67
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI
disamping Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar
BOK dimanfaatkan dengan optimal oleh puskesmas. Dinas kesehatan provinsi
sebagai perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta
yaitu melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota.
Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader kesehatan tidak
lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses
pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan
dana utama penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun
hanya dana tambahan yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab
semua permasalahan kesehatan. Sumber pembiayaan kesehatan yang utama
tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

68
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
BAB V
KESEHATAN KELUARGA

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari


sekelompok orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dan biasanya memiliki hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan
saling ketergantungan. Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam
mempengaruhi status kesehatan diantara anggotanya. Diantara fungsi keluarga
dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan gizi dan merawat serta
melindungi kesehatan para anggotanya.

Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status
kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan.
Hal tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator
yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas
pelayanan kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan itu sendiri.

A. KESEHATAN IBU
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, Angka Kematian Ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sebesar 359 per 100.000 Kelahiran Hidup. Angka ini masih cukup tinggi
apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga. Sejak tahun 1990
upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan menganggap bahwa
setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum
dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood
initiative ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996
oleh Presiden yang melibatkan berbagi sektor pemerintahan di samping sektor
kesehatan.

69
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian
ibu adalah penempatan bidan di tingkat desa secara merata yang bertujuan
untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke
masyarakat.

Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi


sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi
Making Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan
meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini
dilaksanakan di provinsi dan kabupaten/kota dengan jumlah kematian ibu dan
neonatal yang besar, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi
tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia
berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka
kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan
angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan.

Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal


melalui program EMAS dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir
minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas
(PONED).
2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan
Rumah Sakit.

Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab


untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan
ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan memperoleh cuti hamil
dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana.

70
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada
kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal
2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24minggu - lahir). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan
dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu :


a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb),
j) Pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya); dan
k) Tatalaksana kasus.

71
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4
kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di
satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Gambaran cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 5.1.

GAMBAR 5.1
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

72
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pada gambar 5.1 dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4
relatif rendah, yakni di Kab. Seram Bagian Timur dengan K1 (69,36%) dan K4
(60,76) . Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil di Maluku tahun 2013 untuk
K1 sebesar 89,55% dan sebesar K4 77,54%

Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan untuk semakin


mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan
antenatal. Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan
Desember 2013, tercatat terdapat 189 Puskesmas di seluruh Maluku.

Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk sudah


melampaui rasio ideal 3:30.000 penduduk. Demikian pula dengan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan
Posyandu. Sampai dengan tahun 2013, tercatat terdapat 387 Poskesdes yang
beroperasi dan 1.432 Posyandu di Maluku.

Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal juga makin diperkuat


dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan
diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana
keduanya saling bersinergi. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar
gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah,
sweeping kasus drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan
kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung paket
pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau
sweeping, baik pada kehamilan normal maupun kehamilan dengan risiko tinggi.
Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta
diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.

73
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.2
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 IDEAL
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.2 dapat dilihat bahwa perbedaan antara hasil pencatatan rutin
dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh
Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 ideal, data menurut
pencatatan rutin adalah 89,55%, sedangkan menurut Riskesdas 59,10%. Untuk
cakupan K4 idealnya, menurut pencatatan rutin adalah sebesar 77,54%,
sedangkan menurut Riskesdas adalah 55,80%. Perbedaan ini dikarenakan pada
Riskesdas 2013, sampel penelitian adalah ibu yang pernah hamil anak terakhir
sejak 1 Januari 2010 hingga pada saat wawancara dilakukan. Selain itu, masih
terdapat perbedaan persepsi di daerah mengenai definisi operasional dari
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4. Data dan informasi terkait
pelayanan kesehatan ibu hamil disajikan pada lampiran 28.

74
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan
adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan
kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui
indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan
Pn). Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah
dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih.

GAMBAR 5.3
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

75
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.3 dapat diketahui bahwa secara umum cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di Maluku hampir sama dengan tahun
sebelumnya. Cakupan Provinsi Maluku pada tahun 2013 sebesar 77,17 %, hal
ini mengalami penurunan dari tahun 2012 yakni 78,89 %,

Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada
tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong
persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian
pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa
seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan


bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga
kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa
sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah
tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya
dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.

Untuk daerah Maluku, kebijakan yang diambil untuk mendekatkan akses


masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan dengan mengembangkan program
Rumah Tunggu seperti yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada
bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran
persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan,
yaitu di Rumah Tunggu. Rumah Tunggu tersebut dapat berupa rumah tunggu
khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan.

76
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Selain itu, perhatian pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan
sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 juga telah meluncurkan Jaminan Persalinan
(Jampersal) yang merupakan jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Penyediaan Jampersal diyakini turut
meningkatkan cakupan Pn di seluruh Wilayah Indonesia. Keberhasilan
pencapaian target indikator Pn merupakan hasil dari kerja keras dan
pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta

GAMBAR 5.4
PROPORSI KELAHIRAN 1 JANUARI 2010 SAMPAI SAAT WAWANCARA
BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

77
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Berdasarkan gambar 5.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar kelahiran
dilakukan di Rumah Sakit yakni sebesar 20,4% sedangkan Polindes/Poskesdes
merupakan tempat bersalin yang paling sedikit, dimana hanya 0,1% saja yang
memanfaatkannya sebagai tempat bersalin. Namun masih terdapat 74,9% yang
melahirkan di rumah/lainnya.

GAMBAR 5.5
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN
PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2011-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.5 dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan ibu hamil, K4
mengalami penurunan sama halnya dengan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan.

78
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, di antaranya
agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana dini komplikasi yang dapat timbul
pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk bersalin di
tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka
faktor risiko dan kemungkinan komplikasi saat persalinan akan lebih sulit
diantisipasi.

GAMBAR 5.6
PROPORSI KELAHIRAN PADA PERIODE 1 JANUARI 2010 SD
WAWANCARA MENURUT PENOLONG PERSALINAN DENGAN
KUALIFIKASI TERTINGGI DAN TERENDAH
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dalam analisis Riskesdas, penolong persalinan dinyatakan dalam


penolong persalinan kualifikasi tertinggi dan kualifikasi terendah. Penolong
persalinan dengan kualifikasi tertinggi yakni apabila terdapat lebih dari satu
penolong maka dipilih yang kualifikasinya paling tinggi. Begitu juga dengan
kualifikasi yang terendah.

79
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.6 terlihat bahwa penolong persalinan dengan kualifikasi tertinggi
(51,1%) dan terendah (49,2%) dilakukan oleh bidan. Hasil tersebut juga
menunjukan bahwa pertolongan persalinan dengan kualifikasi tertinggi dan
terendah setelah bidan yakni dukun sebesar (37,2%) dan (37,5%). Namun
sebanyak (0,4%) kelahiran dilakukan oleh dokter umum dengan kualifikasi
tertinggi dan kualifikasi terendah sebesar (0,2%) .

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan, sedangkan yang dimaksudkan dengan Pelayanan kesehatan ibu
nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam
sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-
28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :


a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan


pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan
negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas
sesuai standar.

80
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.7
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI PROVINSI IMALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa capaian cakupan kunjungan nifas (KF3) di
Maluku sebesar 76,70%, mengalami penurunan dari tahun 2012 sebesar
80,38%. Hal ini disebabkan antara lain karena tidak terakses oleh tenaga
kesehatan.

Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan
terus dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu
lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk
di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas, di antaranya kegiatan sweeping
atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Dukungan Pemerintah makin meningkat sejak diluncurkannya Jampersal pada
tahun 2011, dimana pelayanan nifas termasuk paket manfaat yang dijamin oleh
Jampersal.

81
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung,
termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu
dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan
penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan
penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah
cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK).

Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan


pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin dan nifas)
dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di
Maluku tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 5.8.

GAMBAR 5.8
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013


82
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Gambaran mengenai cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada tahun
2013 menurut kabupaten/kota yang terlihat pada gambar 5.8 menunjukkan
bahwa cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Maluku tahun 2013
sebesar 33,00% dengan persentase tertinggi yaitu di Kota Tual (99,49%)
sedangkan cakupan terendah di Kabupaten Maluku Tenggara (20,06%).

Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi


dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di
Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga
penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi
cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin
meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010
disebabkan oleh HDK.

GAMBAR 5.9
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia, 2013

83
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Komplikasi dapat mengancam jiwa namun sebagian besar komplikasi dapat
dicegah dan ditangani bila :
1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan;
2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara
lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan
pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah
perdarahan pasca-salin;
3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi;
4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan
pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan rujukan;
5) proses rujukan efektif;
6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.

Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui :
1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani
kasus risiko tinggi secara memadai;
2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan
terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;
3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan
komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau.

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah


satunya melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu
upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta
menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal
dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric
dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).

84
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa
Siaga. P4K mulai diperkenalkan pada tahun 2007. Sampai dengan tahun 2013,
tercatat 839 desa/kelurahan telah melaksanakannya. .

Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu


membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan
meningkatkan kesiap-siagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Adapun upaya pemerintah terkait pelayanan kesehatan ibu dan bayi


adalah Standardisasi PONEK untuk rumah sakit yang dilakukan oleh Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Rujukan bekerjasama dengan organisasi profesi yang
terkait (POGI, IDAI dan IBI) serta Badan PPSDMKes Kemenkes RI. Lokakarya
PONEK dilakukan selama 5 hari, meliputi materi manajemen dan klinik PONEK
yang kemudian diikuti dengan latihan on the job training PONEK untuk
mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja Tim
PONEK rumah sakit. Berdasarkan data dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku, jumlah rumah sakit siap PONEK di Maluku sampai
dengan Desember 2013 sebanyak 8 rumah sakit sedangkan jumlah Puskesmas
PONED sampai dengan Desember tahun 2013 adalah 33 puskesmas.

Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang
merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus
kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level
fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan
ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat
menghasilkan suatu rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang.

85
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Kepemilikan buku KIA dan pelaksanaan P4K Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (Buku KIA) telah dirintis sejak 1997 dengan dukungan dari JICA (Japan
International Cooperation Agency). Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu
(hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita). Buku
KIA juga memuat informasi tentang cara memelihara dan merawat kesehatan ibu
dan anak. Setiap kehamilan mendapat 1 buku KIA.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


merupakan program terobosan Kementerian Kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat tentang kesehatan ibu sebagai upaya untuk menurunkan kematian
ibu (Factsheet Ditjen Bina Kesehatan Ibu). P4K adalah kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan, kader, tokoh agama/tokoh
masyarakat untuk meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam perencanaan persalinan, persiapan menghadapi komplikasi
kehamilan/persalinan, perencanaan penggunaan kontrasepsi pasca persalinan
bagi setiap ibu hamil dengan menggunakan media stiker sebagai penanda.
Wujud penerapan P4K tersebut juga dituliskan pada Buku KIA dalam lembar
“Amanat Persalinan”. Setiap kehamilan yang mendapat buku KIA dan membuat
perencanaan persalinan dituliskan pada lembar tersebut (Kementerian
Kesehatan, 1997)
.
Pada Riskesdas 2013, enumerator menanyakan kepemilikan Buku KIA.
Apabila responden bisa menunjukkan buku KIA, maka dilanjutkan dengan
observasi 5 komponen P4K terhadap lembar Amanat Persalinan yang terkait
dengan perencanaan persalinan, persiapan kegawatdaruratan dan perencanaan
KB yaitu :
1. Penolong persalinan (nama-nama tenaga kesehatan yang akan menangani
saat bersalin).
2. Dana persalinan (rencana sumber pembiayaan yang akan digunakan untuk
biaya persalinan).

86
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
3. Kendaraan/ambulans desa (kendaraan yang disiapkan untuk membawa ibu
hamil menuju tempat bersalin jika sewaktu-waktu akan melahirkan/perlu
rujukan)
4. Metode KB (rencana jenis KB yang akan dipilih setelah melahirkan)
5. Sumbangan darah (nama-nama calon donor darah) apabila sewaktu-waktu
terjadi kasus perdarahan/komplikasi lain yang memerlukan sumbangan
darah

GAMBAR 5.10
PROPORSI KELAHIRAN MENURUT KEPEMILIKAN BUKU KIA DAN ISIAN 5
KOMPONEN P4K BERDASARKAN HASIL OBSERVASI LEMBAR AMANAT
PERSALINAN DARI YANG DAPAT MENUNJUKKAN BUKU KIA
DI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Hasil analisis menunjukkan bahwa 62,9% mempunyai buku KIA, namun yang
bisa menunjukkan hanya 26,5%. Variasi kepemilikan buku KIA dan bisa
menunjukkan buku KIA menurut kabupaten/kota dengan cakupan terendah di
Kabupaten Seram Bagian Barat (0,3%) dan tertinggi di Kota Ambon (43,5%).

87
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.10 menunjukkan hasil observasi buku KIA terhadap 5 komponen
P4K yang menunjukkan bahwa isian penolong persalinan sebesar 21,6%,
kendaraan/ambulans desa sebesar 8,1%, metode KB pasca salin sebesar
11,2% dan 9,1% untuk isian sumbangan darah. Kelengkapan isian pada semua
komponen sebesar 6,6%

5. Pelayanan Kontrasepsi
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk
mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda
melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat
jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Keluarga
berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara
bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,
serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Baik suami maupun istri memiliki
hak yang sama untuk menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan
kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan
usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi
dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk
keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan.
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan
Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur
(WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun

88
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.11
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR
YANG BERSTATUS KAWIN DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Maluku, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.11 dapat kita lihat bahwa sebanyak 38,0% wanita usia subur
menggunakan kontrasepsi modern, dan hanya 0,3% yang menggunakan
kontrasepsi cara tradisional. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa sebanyak
26,4% dari wanita usia subur mengaku pernah menggunakan kontrasepsi,
sedangkan 35,4% wanita usia subur mengaku tidak pernah menggunakan
kontrasepsi.

89
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.12
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : BKKBN Provinsi Maluku, 2013

Dari gambar 5.12 dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan 47,99% dan metode
kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif adalah Metoda
Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,64%.

90
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.13
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI
DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.13 dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB baru adalah suntikan 45,38% dan metode
kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif adalah Metoda
Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,30%.

91
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan,
setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan


angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah
Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per
1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007
dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian
terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi.
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per
1000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi
baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs
menetapkan target terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian
anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.

Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai
indicator kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah
(BBLR), penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan
kesehatan bayi, inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian
vitamin A, penimbangan balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan
kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat, pelayanan
kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan pada kasus kekerasan anak,
dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan anak jalanan di panti.

92
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
1. Berat Badan Lahir Bayi
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1
jam pertama setelah lahir. Hubungan antara waktu kelahiran dengan umur
kehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (prematur),
yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) < 37 minggu (<259
hari). Bayi cukup bulan yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara
37-42 minggu (259 - 293 hari); dan bayi lebih bulan yaitu bayi yang dilahirkan
dengan masa gestasi > 42 minggu (>294 hari).

Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan


berdasarkan berat lahirnya:, yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat
lahir <2500 gram, bayi berat lahir sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999
gram, dan berat badan lebih, yaitu berat lahir ≥4000 gram. Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang
berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Persentase berat
bayi lahir rendah disajikan pada gambar 5.14

93
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.14
PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.14 dapat dilihat bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan
BBLR sebesar 2,19% Persentase BBLR tertinggi terdapat di Kota Tual (100%).
Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur
terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir
rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan
mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah
gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,
hematologi, gastro intestinal, ginjal dan termoregulasi.

Tabel 5.1 menyajikan persentase berat badan bayi baru lahir anak balita
menurut karakteristik

94
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Karakteristik pendidikan dan pekerjaan adalah gambaran dari kepala
rumah tangga. Menurut kelompok umur, persentase BBLR tidak menunjukkan
pola kecenderungan yang jelas. Persentase BBLR pada perempuan (16,3%)
lebih tinggi daripada laki-laki (6,2%) , namun persentase berat lahir ≥4000 gram
pada laki-laki (17,0%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (12,4%). Menurut
pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan terlihat adanya kecenderungan
semakin tinggi pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah
prevalensi BBLR. Menurut jenis pekerjaan, persentase BBLR tertinggi pada
anak balita dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja (21,0%), sedangkan
persentase terendah pada kelompok pekerjaan pegawai (5,3%). Persentase
BBLR di perdesaan (13,6%) lebih tinggi daripada di perkotaan (9,3%).

TABEL 5.1
PERSENTASE BERAT BADAN LAHIR ANAK UMUR 0-59 BULAN
MENURUT KARAKTERISTIK DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013
Ada Catatan
Karakteristik <2500 gr >2500-3999 gr >4000 gr
Kelompok Umur
0-5 bulan 5.5 82.7 11.8
6-11 bulan 19.8 64.5 15.7
12-23 bulan 7.4 75.7 16.9
24-35 bulan 7.8 78.3 14.0
36-47 bulan 10.4 73.0 16.6
48-59 bulan 22.6 64.6 12.8
Jenis Kelamin
Laki-laki 6.2 76.7 17.0
Perempuan 16.3 71.3 12.4
Pendidikan KK
Tidak sekolah 39.2 25.6 35.2
Tidak tamat SD 16.1 76.5 7.4
Tamat SD 3.4 89.7 7.0

95
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Tamat SLTP 13.2 54.3 32.5
Tamat SLTA 15.6 79.4 5.1
Tamat D1-D3/PT 1.8 72.9 25.3
Pekerjaan KK
Tidak bekerja 21.0 70.7 8.3
Pegawai 5.3 81.3 13.4
Wiraswasta 19.6 70.9 9.5
Petani/Nelayan/Buruh 9.3 72.6 18.1
Lainnya 65.6 34.5
Tempat Tinggal
Perkotaan 9.3 74.0 16.8
Perdesaan 13.6 74.3 12.0
Kuintil indeks
kepemilikan
Terbawah 21.1 58.2 20.7
Menengah bawah 11.7 77.9 10.4
Menengah 16.6 60.9 22.6
Menengah atas 7.1 79.4 13.5
Teratas 10.5 75.7 13.8
Maluku 11.1 74.1 14.8
Indonesia 10.2 85.0 4.8
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

2. Penanganan Komplikasi Neonatal


Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,
BBLR (berat lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan
kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada
pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

96
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi
berat lahir rendah dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat
dicegah dan ditangani.

Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan


tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk mencari
pertolongan kesehatan. Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah
penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau
komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana
pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.

Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM,


manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah,
pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar,
PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Pada gambar
5.15 disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi
menurut kabupaten/kota tahun 2013.

97
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.15
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami


peningkatan dari tahun 2012 sebesar 28,11% menjadi 28,55% pada tahun 2013.
Meskipun terjadi peningkatan capaian, namun masih terdapat disparitas yang
cukup besar antar kabupaten/kota. Capaian tertinggi ada pada Kabupaten Buru
Selatan dengan angka sebesar 100% sedangkan capaian terendah terdapat di
Kota Tual sebesar 17,52. Informasi lebih rinci menurut kabupaten/kota tentang
penanganan komplikasi neonatal terdapat pada lampiran 31.

98
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada
semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan
ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat,
bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan
risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru
lahir.

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada
masa neonates (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari.
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi
berat lahir rendah dan infeksi.

Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai


serangan komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam
minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika
terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat
segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat
menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi
untuk menurunkan kematian bayi baru lahir.

99
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan
dalam pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu
pertama dan satu kali pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu
pertama dan satu kali pada 8 – 28 hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan
neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari
dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program
Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang
komprehensif.

Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan


bayi baru lahir (umur 6 jam - 48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh
sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan
neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan
perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan
pada saat lahir.

Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi


neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir
memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-
48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai standar di satu wilayah
kerja pada satu tahun. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut
kabupaten/kota, digambarkan pada gambar 5.16

100
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.16
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.16 dapat dilihat bahwa cakupan indikator kunjungan neonatal
pertama di Provinsi Maluku tahun 2013 sebesar 95,21%. JIka dibandingkan
dengan tahun 2012, maka capaian kunjungan neonatal pertama mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 94,61%.

Pada Riskesdas 2013 dilakukan pengumpulan data kunjungan yang


meliputi kunjungan pada saat bayi berumur 6-48 jam (KN1), 3-7 hari (KN2), dan
8-28 hari (KN3). Persentase KN1 pada anak balita menurut kabupaten/kota
dapat dilihat pada gambar 5.17

101
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.17
PROPORSI KUNJUNGAN NEONATAL PADA ANAK UMUR 0-59 BULAN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes, Kemenkes RI 2014

Dari gambar 5.17 dapat dilihat bahwa persentase KN1 pada anak balita tertinggi
adalah Kota Tual Kota Tual sebesar 61,2% dan terendah adalah Kabupaten
Buru Selatan sebesar 6,2%. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut
kabupaten/kota di Maluku terdapat pada gambar 5.18

102
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.18
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.18 dapat dilihat bahwa capaian KN lengkap di Maluku pada tahun
2013 sebesar 94,35%. Capaian ini jika dibandingan dengan tahun 2012
mengalami kenaikan. KN lengkap pada tahun 2012 sebesar 92,71%. Kemudian
cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan peningkatan seiring dengan
pemberlakuannya kebijakan KN lengkap tahun 2008 yang mensyaratkan 3 kali
kunjungan diimplementasikan. Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan
neonatal dapat dilihat pada lampiran table 36. Berdasarkan Riskesdas 2013,
maka dapat dilihat proporsi kunjungan neonatal lengkap pada gambar 5.19

103
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.19
PROPORSI KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, Maluku 2013

Dari gambar 5.19 dapat dilihat bahwa persentase anak balita dengan kunjungan
neonates lengkap untuk Provinsi Maluku tahun 2013 sebesar 21,2% dengan
persentase tertinggi adalah Kota Tual sebesar 61,2% dan terendah adalah
Kabupaten Buru Selatan sebesar 6,2%.

104
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
4. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
gangguan kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita
harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi
optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator
yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan
balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai
dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan
(dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali, yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5
bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan,
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak),
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian
vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta
penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dan
lain-lain.

Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya


pemerintah dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas
hidup bayi.

105
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.20
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Pada gambar 5.20 dapat dilihat bahwa kunjungan bayi di Maluku tahun 2013
sebesar 45,82% dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi di Kabupaten Buru
sebesar 97.95% dan terendah pada Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar
62,66% sedangkan 5 kabupaten/kota tidak tersedia datanya.

106
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
5. Proses Bayi Mulai Mendapat Air Susu Ibu
Kategori proses bayi mulai mendapat air susu ibu (ASI) menurut
Riskesdas 2013 adalah kurang dari 1 jam (inisiasi menyusu dini/IMD), antara 1
sampai 6 jam, 7 sampai 23 jam, 24 sampai 47 jam dan sama dengan atau lebih
dari 47 jam. Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat
yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam
pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung
jawab terhadap produksi ASI.

Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah lahir secara


bermakna meningkatkan kesempatan hidup bayi. Jika bayi mulai menyusui
dalam waktu 1 jam setelah lahir, 22 % bayi yang meninggal dalam 28 hari
pertama (setara dengan sekitar satu juta bayi baru lahir setiap tahun di dunia)
sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai dalam satu hari
pertama, maka hanya 16 % bayi yang dapat diselamatkan.

Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah


dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif
baik bagi ibu maupun bayinya., bagi bayi kehangatan saat menyusu
menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan). Selain itu juga,
bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih kebal dari
bakteri lain di lingkungan. Dengan kontak pertama, bayi memperoleh kolostrum,
yang penting untuk kelangsungan hidupnya, dan bayi memperoleh ASI
(makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi
sehingga bayi akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan
menyusui. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah menyusui dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi
uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum).

107
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan “penyelamatan
kehidupan”, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi
yang meninggal sebelum usia satu bulan. Maka diharapkan semua tenaga
kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan dapat mensosialisasikan
program tersebut. Persentase proses mulai menyusu pada anak 0-23 bulan
menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 5.19

GAMBAR 5.21
PERSENTASE BAYI MULAI MENDAPAT ASI KURANG DARI 1 JAM
PERTAMA (INISIASI MENYUSU DINI) PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, Maluku 2013

108
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.21 hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses
mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak
umur 0-23 bulan di Maluku pada tahun 2013 sebesar 24,8%. Persentase proses
mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) tertinggi di
Kabupaten Buru Selatan sebesar 39,2% dan terendah di Kabupaten Kepualuan
Aru sebesar 1,6%.

6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah
menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan
meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi
mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembangnya. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang
mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi.
ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta
melindungi terhadap penyakit. Gambaran pemberian ASI eksklusif menurut
kabupaten/kota disajikan pada gambar 5.22

109
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.22
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.23 Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Maluku pada tahun 2013 sebesar 14,97% dengan persentase tertinggi
Kabupaten Buru sebesar 45,28% dan terendah Kabupaten Maluku Barat Daya
sebesar 0,95%

Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain :


a) Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg
tidak ada masalah medis
b) Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak
member kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk
melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum
tersedianya ruang laktasi dan perangkat pendukungnya

110
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
c) Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau
belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif,
yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d) Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
e) Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye
terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).

Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu:


a) Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif
b) Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Sampai tahun 2013 telah dilakukan pelatihan
konseling menyusui kepada 24 orang tenaga kesehatan.
c) Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu:
1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan
kepada semua staf pelayanan kesehatan ;
2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui tersebut;
3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan
manajemen menyusui;
4) Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan;
5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun
ibu dipisah dari bayinya;
6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;
7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);
8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;
9) Tidak memberi dot kepada bayi;
10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk
ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan;

111
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
d) Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif
e) KIE melalui media cetak dan elektronik
f) Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif
g) Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui
peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP
h) Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan,
klinik bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM
i) Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan,
melindungi, dan mendukung pemberian ASI
j) Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian
ASI
k) Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI
l) Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP
m) Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi
n) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
o) Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat
p) Perlindungan pekerja perempuan
q) Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran
susuformula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan
(codexalimentarius)
r) Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI

Data dan informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2013
terdapat pada lampiran tabel 41.

112
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 – 59 Bulan
Sampai dengan usia enam bulan, ASI merupakan sumber utama vitamin
A jika ibu memiliki vitamin A yang cukup berasal dari makanan atau suplemen.
Anak yang berusia enam bulan sampai lima tahun dapat memperoleh vitamin A
dari berbagai makanan seperti hati, telur, ikan, minyak sawit merah, mangga dan
papaya, jeruk, ubi, sayur daun berwarna hijau dan wortel. Anak memerlukan
vitamin A untuk membantu melawan penyakit, melindungi penglihatan mereka,
serta mengurangi risiko meninggal. Anak yang kekurangan vitamin A kurang
mampu melawan berbagai potensi penyakit yang fatal dan berisiko rabun senja.
Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul vitamin A dalam rangka mencegah
dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan
yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk
mengatasi masalah KVA pada masyarakat.

Di beberapa negara dimana kekurangan vitamin A telah terjadi secara


luas, dan anak sering meninggal karena diare, dan campak. Vitamin A dalam
bentuk kapsul dosis tinggi dibagikan dua kali dalam setahun kepada anak usia
enam bulan hingga lima tahun.

Diare dan campak dapat menguras vitamin A dari tubuh anak. Anak yang
menderita diare atau campak, atau menderita kurang gizi harus diobati dengan
suplemen vitamin A dosis tinggi yang bisa diperoleh dari petugas kesehatan
terlatih.

Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan
masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di
10 kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada
balita 0,13%, sedangkan hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan
prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%.

113
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan
gejala nyata, masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya
dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium.
Selain itu, sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi
masih ada yang dibawah 75%. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A
pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata
dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan
kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak.

Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan


dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu
nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh
vitamin A yang cukup melalui ASI. Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut
kabupaten/kota ditampilkan pada gambar 5.23

GAMBAR 5.23
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI (6-11 BULAN)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

114
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan di Maluku
tahun 2013 mencapai 64,00%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012
yang sebesar 51,15%, namun masih diperlukan upaya untuk meningkatkan
cakupan pemberian kapsul vitamin A yang dapat dilaksanakan melalui
peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang
cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.

8. Imunisasi
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi
penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada
populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia
sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.

Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa
penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak,
radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan
terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan
kecacatan atau kematian.

Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur,


masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh
manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan
antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang
disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi
“berinteraksi” dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini
disebabkan antibodi belum “mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen
yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori”
untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang
terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.

115
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian
vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan
“antigen” yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah
suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan.

a. Imunisasi Dasar pada Bayi


Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin
yang disuntikkan atau diteteskan melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis
masih menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis
sepanjang hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai dengan
seperempat dari jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang
menjadi kondisi penyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu
wajib diberikan imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah
penularan virus hepatitis dari ibu kepada anaknya.

Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis.


Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus
dapat menyebabkan kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus
menyebabkan kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat
mengakibatkan kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran
pernafasan dana dapat menyebabkan batuk hingga delapan minggu. Semua
anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah tungkai tiba-
tiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi polio, maka
satu orang akan menjadi cacat sepanjang hidupnya.

116
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi,
setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri
dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis
campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak
merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan
komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan
cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan
demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita. Persentase cakupan imunisasi campak di Maluku tahun 2013
dapat dilihat pada gambar 5.24

GAMBAR 5.24
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

117
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.24 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 Maluku memiliki
cakupan imunisasi campak pada tahun 2013 sebesar 88,64% dengan
persentase tertinggi di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 100% dan terendah
di Kabupaten Buru Selatan sebesar 42,68%. Cakupan pada tahun 2013
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 84,50%..

b. Universal Child Immunization


Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI.
UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-
11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap.

GAMBAR 5.25
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

118
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.25 persentase cakupan desa/kelurahan uci tahun 2013 di Maluku
sebesar 60,5% dengan persentase tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Barat
sebesar 100% dan terendah di Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar 20,6%.
Cakupan desa/kelurahan uci mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar
56,0%. Informasi terkait capaian desa UCI pada tahun 2013 menurut
Kabupaten/Kota terdapat pada lampiran tabel 38

Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai


dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat
bekerja secara optimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi
tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah yang
disebut dengan Drop Out (DO) imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi
DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi
campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1- Campak. Indikator ini diperoleh
dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap
cakupan imunisasi DPT/HB1. Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada
tahun 2013 sebesar 4,35%. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2012
sebesar 5,09%. DO Rate DPT/HB1-Campak menunjukkan kecenderungan
penurunan yang artinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
dasar secara lengkap.

9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat
penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan
kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran
anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Adapun
batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12
sampai dengan 59 bulan. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk
memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai
indikator-indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan
kesehatan bayi dan balita, salah satu diantaranya adalah pelayanan kesehatan
anak balita.

119
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
memperoleh :
1. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).
2. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan
Agustus
3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali
dalam setahun.
4. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2013 dapat
dilihat pada gambar 5.26

GAMBAR 5.26
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

120
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.26, cakupan pelayanan kesehatan anak balita tahun 2013 di
Maluku sebesar 54,05%. Persentase cakupan pelayanan kesehatan anak balita
tertinggi di Kabupaten Buru, Buru Selatan, Maluku Tenggara masing-masing
sebesar 100% dan terendah di Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 11,06%

10. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat


Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan
anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti
misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti
menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun,
karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah
gizi.

Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia
sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk
pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka
juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan
baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa
SD/sederajat kelas 1. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter
kecil). Tenaga kesehatan disini adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau
petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana
UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk
sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS.
Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid
kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan


kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada
umumnya.

121
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini
masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan
secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh
data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :


1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.

Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI


yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi
sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2013 di dapat dilihat
pada gambar 5.27

122
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.27
CAKUPAN SEKOLAH DASAR/SETINGKAT YANG MELAKSANAKAN
PENJARINGAN SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 MENURUT
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 5.27 di atas dapat dilihat bahwa cakupan SD atau sederajat yang
melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2013 di
Maluku sebesar 80,07% mengalami penurunan dibandingkan cakupan tahun
2012 yaitu sebesar 89 %.

123
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Adapun masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah
kurangnya tenaga di Puskesmas sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak,
sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu lebih
lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan baik.
Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di Puskesmas
namun di beberapa Kab/Kota, pengelola program UKS di kabupaten/kota berada
pada struktur organisasi yang berbeda sehingga menjadi penyebab koordinasi
pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan baik . Data dan informasi
tentang cakupan penjaringan siswa SD/sederajat kelas 1 menurut Kab/Kota
terdapat pada lampiran tabel 46.

11. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Salah satu upaya kesehatan anak yang ditetapkan melalui Instruksi
Presiden adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas.
Program ini mulai dikembangkan pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada remaja.

Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam


maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah
ataupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat
menjangkau semua kelompok remaja (10-19 tahun).

Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu :
1. Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah
berbasis agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) di sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;
2. Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari
jumlah murid di sekolah binaan; dan
3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling yang kontak dengan petugas PKPR.

124
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada
langkah promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan
keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja
yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga psikososial. Upaya
penjangkauan terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan
penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.

Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada


program PKPR. Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja
sebagai konselor sebaya yang diharapkan mampu menjadi agen pengubah di
kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat potensial karena adanya
kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya sebagai tempat
berdiskusi dan rujukan informasi.

Selain pemberian informasi dan edukasi serta konselor sebaya,


pelayanan kesehatan sekolah ini juga meliputi pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan
kasus-kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan
pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di
sekolah. Persentase puskesmas mampu tata laksana PKPR pada tahun 2013 di
Maluku sebesar 25,39%

Untuk keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR digunakan


strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan Akses dan Kualitas Penyelenggaraan PKPR
• Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terlatih tentang penyelenggraan
PKPR khususnya dalam memberikan konseling. Pelatihan di tingkat
provinsi didukung oleh dana dekon terutama untuk provinsi yang belum
mencapai target indikator Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 4
puskesmas mampu laksana PKPR.

125
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
• Pengembangan Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) agar mutu penyelenggaraannya PKPR terutama di Puskesmas
ditingkatkan mutunya secara berkesinambungan.
2. Kemitraan
Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor, Lintas Program, Lembaga Swadaya
Masyarakat, donor agency untuk meningkatnya komitmen, koordinasi dan
komunikasi terkait kegiatan kesehatan remaja.
3. Pemberdayaan Remaja
• Pelatihan Konselor remaja
• Melibatkan remaja dalam perencanaan dan pelaksanaan PKPR
4. Dukungan Manajemen
• Pembinaan Teknis Bagi Pengelola Program Anak Usia Sekolah Dan
Remaja di Provinsi dan kabupaten/kota.
• Penyediaan dan distribusi buku-buku pedoman/juknis, untuk memberikan
acuan/ panduan bagi pengelola program dalam melaksanakan PKPR.
• Penyediaan dan distribusi media KIE kesehatan remaja (poster, lembar
balik, puzzle, kartu kwartet, celemek dan panthom kesehatan reproduksi).

12. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan. Semua anak mempunyai hak untuk
mendapatkan perlindungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpastisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 131 Tentang Kesehatan


menyebutkan bahwa :
1. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan
berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak.

126
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
2. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun.
3. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang
tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Dari jutaan anak di dunia yang tidak mendapat perlindungan penuh,


banyak diantara mereka terlibat dalam kekerasan, terbuang, terlantar, dijadikan
pekerja, terabaikan dan dilecehkan. Berbagai bentuk kekerasan membatasi
kesempatan anak-anak untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang dan
mewujudkan impian mereka.

Menurut KOMNAS Perlindungan Anak (2006), pemicu kekerasan


terhadap anak diantaranya adalah : 1) Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu
dalam keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan
saudara yang lainnya. Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua, 2)
Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana
seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan
peranibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, 3) Faktor ekonomi,
yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. 4) Pandangan keliru tentang
posisi anak dalam keluarga.

Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu
apa-apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua.
Disamping itu, kekerasan pada anak terinspirasi dari tayangan-tayangan televisi
maupun media-media lainnya yang tersebar dilingkungan masyarakat.

127
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan terhadap
anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik
ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi,
komersial atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun
potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang
anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung
jawab.

Dalam bidang kesehatan, pemerintah melakukan intervensi dalam bentuk


penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang
terdiri dari pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas mampu tatalaksana
kekerasan terhadap anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit
untuk penanganan kasus rujukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi upaya
pencegahan, deteksi dan penanganan kasus termasuk rujukan oleh puskesmas
yang bekerjasama dengan Lintas Program/Lintas Sektor terkait melalui :
 Pelayanan di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)/Pusat Krisis Terpadu
(PKT) di RSUP/RS Swasta/RS Bhayangkara dan
 Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) di polres setempat.
 Lembaga Perlindungan Anak/LPA,
 Lembaga Bantuan Hukum/LBH,
 Rumah Perlindungan Trauma Center/RPTC,
 Rumah Perlindungan Sosial Anak/RPSA dan lain-lain

Pendekatan pelayanan kesehatan KtA di Puskesmas dilakukan melalui 3


aspek yaitu meliputi aspek medis (pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang),
aspek medikolegal (Visum etrepertum) dan aspek psikososial (rumah aman).
Penatalaksanaan kasus merupakan multidisiplin dengan melibatkan lembaga
pelayanan kesehatan, lembaga perlindungan anak, lembaga bantuan hukum,
aparat penegak hukum dan lembaga sosial lainnya, yang terbentuk dalam
mekanismes kerja jejaring.

128
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif
seperti penyuluhan mengenai dampak KtA terhadap tumbuh kembang anak baik
secara fisik maupun psikologis di sekolah melalui program UKS dan di tingkat
masyarakat melalui penyuluhan kepada ibu-ibu PKK dan lain-lain. Selain itu,
puskesmas juga memberikan pelayanan kuratif yaitu penanganan darurat medis,
pelayanan rehabilitatif dengan memberikan konseling. pelayanan rujukan
medikolegal dan psikososial.

Program KtA diarahkan untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan


secara komprehensif di pelayanan tingkat dasar dan rujukan. Target Puskesmas
mampu Tatalaksana KtA adalah setiap kabupaten/kota memiliki minimal 2
puskesmas Mampu tatalaksana KtA. Kriterianya adalah memiliki tenaga terlatih
tatalaksana kasus KtA yaitu dokter atau doker gigi dan perawat atau bidan dan
melakukan pelayanan rujukan kasus KtA.

Upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui


penyiapan fasilitator pusat dan daerah serta tenaga pemberi pelayanan di
puskesmas yang dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan (TOT) secara
berjenjang dalam rangka menyediakan Puskesmas Mampu Tatalaksana KtA
dengan menggunakan dana APBN maupun dekon. Selain itu, pada tahun 2012
– 2013 telah dilaksanakan penguatan pelayanan rujukan di rumah sakit. Hasil
cakupan Puskesmas Mampu Tatalaksana KtA pada tahun 2013 adalah 62
puskesmas .

Kekerasan terhadap anak merupakan tindak pidana berat, dalam Pasal


108 KUHAP ayat (3) menyatakan bahwa setiap pegawai negeri dalam rangka
melaksanakan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang
merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik
atau penyidik. Untuk itu, telah dibuat Permenkes nomor 68 tahun 2013 tentang
Kewajiban Pemberi layanan Kesehatan untuk memberikan informasi atas
adanya dugaan kekerasan terhadap anak. Diharapkan dengan Permenkes ini,
tenaga kesehatan di lapangan dapat bekerja secara profesional dan aman.

129
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Persentase puskesmas yang mampu melaksanakan tata laksana KTA di Maluku
tahun 2013 sebesar 32,80%

13. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti


Upaya kesehatan anak juga dilakukan untuk menjangkau kelompok yang
terpinggirkan yaitu anak terlantar dan anak jalanan. Kelompok umur remaja (usia
14 – 18 tahun) merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan. Masalah
kesehatan yang dihadapi anak jalanan terkait dengan perilaku hidup bersih dan
sehat. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa kondisi anak jalanan yang tidak
memiliki tempat tinggal yang sehat. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar
waktunya di jalanan yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap gangguan
kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit dan lain sebagainya.

Anak jalanan secara psikologis memiliki konsep diri negatif, tidak atau
kurang percaya diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan
emosi yang tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh
orang lain dan cenderung berperilaku antisocial (berkelahi, mencuri, merampas,
menggunakan NAPZA dan menjalankan bisnis NAPZA, dan perilaku seks
bebas).

Selain itu, anak dapat mengalami berbagai bentuk kekerasan baik fisik,
psikis dan seksual. Mereka juga dapat mengalami eksploitasi fisik dan seksual
terutama oleh orang dewasa hingga kehilangan nyawa, sehingga timbul masalah
kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual
(IMS/PMS) dan HIV/AIDS.

Upaya kesehatan bagi anak terlantar dilakukan pada kelompok-kelompok


sasaran seperti di panti/LKSA anak terlantar/anak jalanan, shelter, rumah
singgah dan lain-lain. Upaya kesehatan yang dilakukan mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui pelayanan kesehatan.

130
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas bekerjasama dengan unsur dari
sektor terkait dan LSM memberikan pelayanan kesehatan bagi anak terlantar
dan anak jalanan.

Puskesmas melakukan pembinaan kesehatan bagi bayi, balita, anak usia


sekolah dan remaja di panti (LKSA) adalah puskesmas yang melakukan
pelayanan kesehatan terhadap anak dipanti/LKSA serta diberikan berdasarkan
paket-paket pelayanan yang disesuaikan dengan kelompok usia anak yang
meliputi: Pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan anak balita dan
pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pengobatan, pelayanan imunisasi, pelayanan gizi, promosi kesehatan,
penyehatan lingkungan, pengendalian penyakit, kesehatan jiwa dan
pemeriksaan serta pemeliharaan kebersihan diri. Pada tahun 2013 di Provinsi
Maluku ada 74 puskesmas yang memiliki panti anak terlantar di wilayah
kerjanya.

C. STATUS GIZI

1. Status Gizi Balita


Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan
dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau
anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan
serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat.

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam MDGs


adalah status gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam
bentuk tiga indikator antropometri, yaitu : berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan
tinggi badan setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore)
menggunakan baku antropometri anak balita WHO 2005.
131
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dalam laporan ini ada beberapa istilah status gizi yang digunakan, yaitu :
Berat kurang : istilah untuk gabungan gizi buruk dan gizi kurang (underweight)
Pendek : istilah untuk gabungan sangat pendek dan pendek (stunting)
Kurus : istilah untuk gabungan sangat kurus dan kurus (wasting)

a. Status gizi balita menurut indikator BB/U


Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi
masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang
masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi
positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang
rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang
menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). Gambar 5.28
menyajikan prevalensi status gizi balita (BB/U).

GAMBAR 5.28
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA (BB/U) DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

132
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 5.28 dapat dilihat bahwa prevalensi status gizi balita (BB/U)
tertinggi di Maluku adalah gizi baik sebesar 67,2% dan mempunyai persentase
terendah yaitu gizi lebih sebesar 4,5%

b. Status gizi anak balita berdasarkan indikator TB/U


Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U)
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari
keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak
sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak
dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator status gizi
berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut
sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).
Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
mengakibatkan anak menjadi kurus.

Indikator BB/TB dan Indeks Masa Tubuh/U dapat digunakan untuk identifikasi
kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat
pada risiko berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa.

133
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.29
PERSENTASE BALITA DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH NORMAL
BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR TB/U
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.29 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 secara nasional terdapat
37,2% balita dengan tinggi badan di bawah normal yang terdiri dari 18,0% balita
sangat pendek dan 19,2% balita pendek. Untuk Maluku terdapat 40,6% balita
dengan tinggi badan di bawah normal yang terdiri dari 20,4% balita sangat
pendek dan 20,2% balita pendek. Masalah kesehatan masyarakat dianggap
berat bila prevalensi pendek sebesar 30–39% dan serius bila prevalensi pendek
≥40% (WHO 2010). Maluku termasuk kategori serius dengan presentase
prevalensi pendek sebesar 40,6%

134
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
c. Status gizi anak balita berdasarkan indikator BB/TB
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam
waktu yang tidak lama (singkat). Misalnya : terjadi wabah penyakit dan
kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Indikator BB/TB dan IMT/U dapat menggunakan untuk identifikasi kurus dan
gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko
berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Barker). Gambaran
balita kurus dengan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) pada tahun 2013
terdapat pada gambar 5.30

GAMBAR 5.30
PREVALENSI STATUS GIZI BB/TB <2 SD MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.30 dapat dilihat bahwa tahun 2013 di Maluku terdapat 16,2%
balita wasting (kurus) yang terdiri dari 10,1% balita kurus dan 6,1% sangat kurus.

135
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi
kurus antara 10,0-14,0%, dan dianggap kritis bila ≥15,0% (WHO 2010). Pada
tahun 2013, secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%,
yang artinya masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius. Untuk Provinsi Maluku masuk kategori kritis dan
kabupaten/kota yang masuk kategori serius adalah Kabupaten Maluku Barat
Daya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur,
Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Tenggara dan Kabupaten Maluku
Tengah.

2. Status Gizi Dewasa


Status gizi dewasa penduduk berumur >18 tahun terdiri dari :
a. Status gizi menurut Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kecenderungan
komposit TB dan IMT/U
b. Status gizi menurut lingkar perut (LP)
c. Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) wanita usia subur, wanita hamil dan
tidak hamil
d. Wanita hamil risiko tinggi (TB<150cm

1. Status gizi dewasa (>18 tahun) menurut Indeks Masa Tubuh (IMT)
dan kecenderungan komposit TB dan IMT/U

Gambar 5.31 menyajikan prevalensi penduduk umur dewasa kurus, gizi lebih
dan obesitas menurut IMT/U di masing-masing kabupaten/kota.

136
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.31
PREVALENSLENSI STATUS GIZI BURUK, BB LEBIH, OBESITAS
PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN) MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.31 dapat dilihat bahawa prevalensi penduduk dewasa kurus
sebanyak 12,1%, berat badan lebih 10,9% dan obesitas 14,1%. Prevalensi
penduduk kurus terendah ada di Kabupaten Seram Bagian Barat (8,6%) dan
tertinggi di Kabupaten Maluku Barat Daya (20,7%) sedangkan Prevalensi
penduduk obesitas terendah ada di Kabupaten Maluku Barat Daya (4,4%) dan
tertinggi di Kota Ambon (19,7%).

2. Status gizi dewasa berdasarkan indikator lingkar perut (LP)


Obesitas sentral dianggap sebagai faktor resiko yang berkaitan erat dengan
beberapa penyakit kronis. Untuk laki-laki dengan Lingkar Perut > 80 cm
dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia Pasifik, 2005). Prevalensi
obesitas sentral dapat dilihat pada gambar 5.32

137
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.32
PREVALENSI OBESITAS SENTRAL PENDUDUK UMUR ≥ 15 TAHUN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.32 dapat dilihat bahwa prevalensi obesitas sentral sebesar
26,6%, lebih tinggi dibandingkan dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%).
Untuk Maluku prevalensi obesitas sentral sebesar 28,2% lebih tinggi
dibandingkan angka nasional. Adapun presentase tertinggi ada di Kota Ambon
yaitu sebesar 38,2% dan terendah di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar
13,4%.

138
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
3. Status risiko kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur
(WUS) 15-49 tahun
Untuk menggambarkan adanya risiko KEK dalam kaitannya dengan
kesehatan reproduksi pada wanita hamil dan WUS digunakan ambang batas
nilai rerata LILA <23,5 cm. Gambar prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-
49 tahun dapat dilihat pada gambar 5.33

GAMBAR 5.33
PREVALENSI RISIKO KEK WANITA HAMIL UMUR 15-49 TAHUN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.33 dapat dilihat bahwa prevalensi risiko KEK wanita hamil umur
15-49 tahun di Maluku tahun 2013 sebesar 34,3% dengan prevalensi tertinggi di
Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 71,1% dan terendah di Kabupaten Seram
Bagian Barat sebesar 6,3%. Gambar 5.34 menunjukkan prevalensi risiko KEK
wanita usia subur (tidak hamil)

139
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.34
PREVALENSI RISIKO KEK WANITA USIA SUBUR (WUS) 15-49 TAHUN
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.34 dapat dilihat bahwa prevalensi risiko KEK wanita hamil umur
15-49 tahun di Maluku tahun 2013 sebesar 32,0%. Prevalensi risiko KEK
tertinggi di Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 46,9% dan terendah di
Kabupaten Buru Selatan sebesar 13,0%.

4. Wanita hamil berisiko tinggi


Pada Riskesdas 2013 disajikan prevalensi wanita hamil berisiko tinggi
yaitu wanita hamil dengan tinggi badan < 150 cm (WHO 2007). Gambar 5.35
menunjukkan prevalensi wanita hamil berisiko tinggi.

140
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 5.35
PREVALENSI WANITA HAMIL BERISIKO TINGGI (TINGGI BADAN <150CM)
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Dari gambar 5.35 di atas menunjukkan bahwa prevalensi wanita hamil berisiko
tinggi di Maluku sebesar 23,9% dengan persentase tertinggi di Kabupaten
Seram Bagian Barat sebesar 84,3% dan terendah di Kabupaten Maluku
Tenggara sebesar 5,6%.

141
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Dalam bab ini akan dibahas masalah kesehatan yang terkait dengan
pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan. Data mengenai pengendalian
penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit
menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan
melalui binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian, merupakan
indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat.

A. PENGENDALIAN PENYAKIT
Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas
pembangunan kesehatan nasional, pada sub bab ini juga dibahas pengendalian
penyakit di daerah tropis yang salah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga
neglected disease seperti filariasis.

1. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh
tuberkulosis dapat diukur dengan case notification rate (CNR) dan prevalensi
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu)
dan mortalitas /kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat
tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).

i. Kasus Baru BTA Positif


Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+)
sebanyak 1.508 kasus, jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan kasus baru
BTA+ yang ditemukan tahun 2012 yaitu sebesar 3.749 kasus. Jumlah kasus
tertinggi yang dilaporkan terdapat di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 562
kasus.

142
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
ii. Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien
baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah
tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan
kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka
ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Gambar 6.4 menunjukkan
angka notifikasi kasus baru Tb paru BTA+ dan angka notifikasi seluruh kasus Tb
per 100.000 penduduk dari tahun 2013. Angka notifikasi kasus BTA+ pada tahun
2013 di Maluku sebesar 103,5 per 100.000 penduduk.

iii. Angka Keberhasilan Pengobatan


Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.
Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan
pengobatan (success rate) yang diperoleh dari angka kesembuhan dan angka
pengobatan lengkap.

GAMBAR 6.1
ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2010-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

143
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.1 terlihat bahwa perkembangan angka keberhasilan pengobatan
tahun 2010-2013. Pada tahun 2013 angka keberhasilan pengobatan sebesar
60,18%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar
85%. Dengan demikian pada tahun 2013, Maluku belum mencapai standar
tersebut.

iv. Prevalensi tuberculosis


Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi Tb berdasarkan diagnosis
sebesar 1,7% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap 100.000
penduduk Maluku terdapat 170 orang yang didiagnosis kasus Tb oleh tenaga
kesehatan. Penyakit Tb paru ditanyakan pada responden untuk kurun waktu ≤ 1
tahun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh tenaga kesehatan melalui
pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya.

GAMBAR 6.2
PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB
PARU MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

144
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.2 dapat dilihat bahwa prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis
di Maluku sebesar 1,7%, gejala TB paru batuk ≥ 2 minggu sebesar 3,4% dan
batuk darah sebanyak 3,8%.

b. HIV & AIDS


HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum
memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode,
yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), Zero survey, dan
Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP)

i. Jumlah kasus HIV positif dan AIDS


Setelah tiga tahun berturut-turut (2008-2012) mengalami peningkatan
secara signifikan dan jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2013 mengalami
penurunan. Perkembangan HIV positif sampai tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar 6.3

145
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.3
JUMLAH KASUS AIDS DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2008-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Gambar 6.3 menunjukkan bahwa jumlah kasus AIDS tahun 2013 di Maluku
sebanyak 73 kasus dan jumlah ini menurun dibanding tahun 2012 dengan
jumlah kasus sebanyak 247 kasus. Penemuan kasus yang jumlahnya variatif
tersebut disebabkan karena telah terbentuknya layanan HIV di beberapa
Kab/Kota sehingga setiap 3 bulan akan selalu melakukan kegiatan mobile klinik.

146
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.4
JUMLAH KASUS HIV DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2008-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Gambar 6.4 dapat dilihat bahwa jumlah kasus HIV di Provinsi Maluku dari tahun
ke tahun sangat variatif. Jumlah kasus HIV tahun 2013 di Provinsi Maluku
sebanyak 258 kasus.

ii. Angka kematian akibat AIDS


Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS sejak 2008 semakin
meningkat seperti terlihat pada gambar 6.5

147
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.5
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS DI MALUKU TAHUN 2008-2012

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Gambar 6.5 menunjukka bahwa angka kematian akibat AIDS di Provinsi Maluku
pada tahun 2013 sebanyak 56 kasus dan mengalami peningkatan dibanding
tahun 2012 sebanyak 41 kasus. Hal ini disebabkan karena adanya penemuan
kasus baru secara dini melalui mobile klinik dan mobile utama di rumah sakit dan
puskesmas.

c. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus,
staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu
menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.
Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2
tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi dan gangguan imunologi). Jumlah kasus pneumonia yang
ditemukan dan ditanggani di Maluku tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 6.6

148
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.6
JUMLAH KASUS PNEUMONIA YANG DITEMUKAN DAN DITANGGANI
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 6.6 dapat dilihat bahwa jumlah kasus pneumonia yang ditemukan
dan ditanggani di Maluku tahun 2013 sebanyak 725 kasus. Penurunan kasus
pneumonia disebabkan karena tidak semua puskesmas di setiap kabupaten/kota
melapor sehingga terjadi penurunan kasus. Data dan infromasi lengkap kasus
pneumonia dapat dilihat pada lampiran tabel 11.

Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia


berdasarkan diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara dapat dilihat pada
gambar 6.7

149
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.7
PERIOD PREVALENCE PNEUMONIA BERDASARKAN DIAGNOSIS/GEJALA
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.7 di atas dapat dilihat bahwa period prevalence pneumonia
berdasarkan diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara di Maluku sebesar
0,2% sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 2,3%.

d. Kusta
Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit
Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami
proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman
kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa
inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.
Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi
progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak,
dan mata.

150
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta/Newly Case Detection Rate (NCDR) dapat
dilihat pada gambar 6.8

GAMBAR 6.8
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU/NEWLY CASE DETECTION RATE
PER 100.000 PENDUDUK DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2010-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 6.8 dapat dilihat bahwa selama periode 2008-2013, angka
penemuan kasus baru kusta pada tahun 2013 merupakan yang terendah yaitu
sebesar 23,03 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat 375
kasus baru kusta dan 314 kasus di antaranya merupakan tipe Multi Basiler
sedangkan menurut jenis kelamin ada 111 penderita berjenis kelamin laki-laki

151
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Angka Prevalensi Penyakit Kusta
Di Provinsi Maluku Angka prevalensi Penyakit Kusta pada tahun 2009 –
2013 berkisar antara 2,70 hingga 4,30 per 10.000 penduduk. Gambaran
prevalensi penyakit kusta kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 19
dan gambar 6.9

GAMBAR 6.9
ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2009-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

e. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.

Sampai saat ini Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di


Maluku. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan
terjadinya penyakit diare adalah rendahnya kualitas hidup bersih dan sehat
masyarakat pada umumnya dan khususnya hygiene perorangan, dan

152
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
penggunaan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan belum
membudaya pada masyarakat di pedesaan.

Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian


nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).

GAMBAR 6.10
JUMLAH KASUS DIARE YANG DITANGANI DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 6.10 dapat dilihat bahwa jumlah kasus diare yang ditangani di
Maluku tahun 2013 sebanyak 25.447 kasus. Terjadi penurunan kasus jika
dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 40.020 kasus. Penurunan ini terjadi
karena ada puskesmas yang tidak melapor, serta faktor lingkungan (sanitasi
dan gaya hidup) yang semakin membaik dan terintegrasi dengan program
kesehatan lingkungan.

153
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Menurut Riskesdas 2013, period prevalence diare pada seluruh kelompok
umur ( > 2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala di
Maluku sebesar 6.0%. Gambar 6.11 menggambarkan period prevalence diare
menurut kabupaten/kota di Maluku tahun 2013

GAMBAR 6.11
PERIOD PREVALENCE DIARE (> 2 MINGGU – 1 BULAN SEBELUM
WAWANCARA) MENURUT GEJALA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.11 dapat dilihat bahwa period prevalence diare tertinggi ada di
Kabupaten Buru Selatan yaitu sebesar 13,1 % dan terendah di Kabupaten
Maluku Tengah sebesar 3,2%.

154
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

i. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril.
Kasus Tetanus Neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang
khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 4 kasus Tetanus Neonatorum dengan
jumlah meninggal 0 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus
Neonatorum pada tahun 2013 sebesar 0%.

ii. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan
Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi
oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak
menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
tersebut seumur hidupnya.

Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 91 kasus campak dan jumlah ini
lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 29 kasus. Hal ini disebabkan
karena cakupan imunisasi 5 tahun terakhir rendah, selain itu status kurang gizi
dan gizi buruk di masyarakat masih tinggi. Jumlah kasus meninggal sebanyak 1
kasus, yang dilaporkan dari Kota Ambon. Case Fatality Rate (CFR) campak
pada tahun 2013 sebesar 1,10%.

Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus


klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan
dibuktikan adanya hubungan epidemiologis. Pada tahun 2013, jumlah KLB
campak yang terjadi sebanyak 2 kejadian yaitu di Kabupaten Maluku Tengah
dan Kota Ambon dengan jumlah kasus sebanyak 62 kasus.

155
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
iii. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada
umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Tidak ada kasus difteri selama
tahun 2013.

iv. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)


Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf
sehingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya
menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah,
sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan.

AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai,


lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi
secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh
akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan menetapkan non polio
AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2013,
non polio AFP Rate sebesar 2.90/100.000 populasi anak < 15 tahun yang berarti
Maluku telah mencapai standar minimal penemuan.

Bila dibandingkan dengan AFP Rate Nasional pada tahun 2011 yakni
sebesar 2.76 per 100.000 penduduk <15 tahun, tahun 2012 sebesar 2.73 per
100.000 penduduk <15 tahun dan tahun 2013 sebesar 2.62 per 100.000
penduduk <15 tahun, maka Non Polio AFP rate Maluku masih dibawah Non
Polio AFP rate Nasional. Hal ini berarti Provinsi Maluku harus meningkatkan
penemuan kasus AFP baik di Rumah Sakit maupun di masyarakat.

156
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans,
akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya
virus polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan
persyaratan yaitu diambil ≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0°C
- 8°C sampai di laboratorium. Informasi lebih rinci tentang jumlah kasus non
polio AFP Rate dapat dilihat di lampiran tabel 9 dan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran
tabel 21 dan 22.

g. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan
perilaku masyarakat.

Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 43


kasus dengan jumlah kematian 3 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 2,64
per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 6,98%). Hal ini menunjukkan
adanya penurunan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012
yang sebesar 178 kasus dengan IR 10,7 per 100.000 penduduk. Gambar Angka
kesakitan (IR) DBD tahun 2010-2013 dapat dilihat pada gambar 6.12.

157
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.12
ANGKA KESAKITAN (IR) DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2010-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Angka Kematian/Case Fatality Rate DBD di Provinsi Maluku sejak empat tahun
terakhir dapat dilihat pada gambar 6.13

158
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.13
CASE FATALITY RATE DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2010-2012

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Gambar 6.13 menunjukkan bahwa angka kematian/CFR di Maluku mengalami


peningkatan dari tahun 2012. Angka kematian/CFR tahun 2012 sebesar 4,49%
meningkat menjadi 6,98% pada tahun 2013. Kematian akibat DBD dikategorikan
tinggi jika CFR > 2%. Dengan demikian pada tahun 2013 Maluku termasuk
memiliki CFR tinggi sehingga masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah
sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain) termasuk peningkatan
sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di
sarana-sarana pelayanan kesehatan. Informasi lebih rinci menurut provinsi
terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat pada Lampiran tabel 23.

159
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Fluktuasi jumlah kasus dan kematian yang variatif tersebut disebabkan oleh :
1. Kurangnya partisipasi/peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian DBD, terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) meskipun pada umumnya pengetahuan masyarakat tentang
DBD dan cara pencegahannya sudah cukup tinggi.
2. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam
pengendalian DBD
3. Perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vektor DBD
menambah resiko penularan
4. Infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai, serta letak geografis
Maluku di daerah tropis mendukung perkembangbiakan vektor dan
pertumbuhan virus.

h. Chikungunya
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular
dengan gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada
sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam
pada kulit. Demam chik ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes
aegypty yang juga merupakan nyamuk penular penyakit demam berdarah
Dengue (DBD). Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan
sering menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya
demam chik yaitu rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan
kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan
nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Selama tahun 2013 tidak
ada laporan tentang kasus Chikungunya.

160
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
i. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing
filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis
menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam
tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing
dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan
di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.

GAMBAR 6.14
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2010 – 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

161
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.14 dapat dilihat bahwa jumlah kasus filariasis di Maluku tahun
2013 bila dibandingkan dengan tahun 2012, maka adanya peningkatan yang
cukup besar yaitu 17 kasus di tahun 2012 meningkat menjadi 172 kasus di
tahun 2013. Peningkatan jumlah kasus filariasis disebabkan karena peran aktif
dari kabupaten/kota untuk melapor. Selain itu pengobatan masal yang sudah
dilakukan selama ini masih terbatas pada Kota Ambon dan Maluku Tengah,
akan tetapi belum dilaksanakan secara maksimal dikarenakan tidak tersedianya
dana di kabupaten/kota untuk melaksanakan survey darah jari guna mengetahui
Microfilaria Rate (Mf Rate) yang dilanjutkan dengan pengobatan massal.

j. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan
oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik
laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak
dan orang dewasa.

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia. Penyakit tersebut juga dapat mempengaruhi angka kematian bayi,
anak dibawah umur lima tahun serta ibu hamil. Kejadian Luar Biasa (KLB) sering
terjadi di beberapa daerah akibat perubahan lingkungan dan perpindahan
penduduk serta terbatasnya pelayanan kesehatan masyarakat sehingga
menyebabkan kematian.

Penanggulangan Malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya


promotif, preventif dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang
optimal upaya preventif dan kuratif tersebut harus dilakukan secara profesional
dan terintegrasi dengan program lainnya.

162
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Provinsi Maluku merupakan daerah endemis malaria, saat ini sedang
dikembangkan sistem rujukan program yang mengacu pada sistem gugus.
Penegakan diagnosa penyakit malaria secara klinis (tanpa konfirmasi
laboratorium) akan memberikan gambaran angka malaria klinis yang terjadi di
masyarakat.

i. Angka Kesakitan Malaria


Berdasarkan laporan Profil kabupaten/kota, jumlah Angka Kesakitan API
(Annual Paracite Incidence) tahun 2008 sebesar 12,3/1000 penduduk, tahun
2009 sebesar 7,0/1000 penduduk, tahun 2010 sebesar 10,4/1000 penduduk,
pada tahun 2011 sebesar 9,1/1.000 penduduk, pada tahun 2012 sebesar
11,1/1000 penduduk dan pada tahun 2013 sebesar 11,5/1.000 penduduk .
Gambar 6.15 merupakan Angka Kesakitan Malaria/Annual Paracite Incidence di
Provinsi Maluku tahun 2008 – 2013.

GAMBAR 6.15
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2008-2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

163
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Menurut Riskesdas 2013, insiden malaria berdasarkan diagnosis
dokter/tenaga kesehatan dan diagnosis/gejala dapat dilihat pada gambar 6.16

GAMBAR 6.16
INSIDENS MALARIA MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.16 dapat dilihat bahwa insiden malaria di Maluku berdasarkan
diagnosis sebesar 1,2 % atau 12 per 1.000 penduduk sementara insiden
malaria berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 3,8% atau 38 per 1.000
penduduk.

164
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
ii. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat
harus benar dan cara minumnya harus tepat waktu, sesuai dengan acuan
program pengendalian malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT
(Artemicin-based Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan
obat harus diminum habis dalam 3 hari. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013,
dapat dilihat proporsi penderita malaria dengan pengobatan efektif yaitu dengan
pemberian ACT (Artemicin-based Combination Therapy) dapat dilihat pada
gambar 6.16

GAMBAR 6.17
PROPORSI PENDERITA MALARIA DENGAN PENGOBATAN EFEKTIF
DENGAN PEMBERIAN ACT MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

165
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Gambar 6.17 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013
pengobatan efektif pada penderita malaria Di Provinsi Maluku sebesar 44,6%.
Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria, jenis tes sediaan darah, dan
angka kesakitan dapat dilihat pada lampiran tabel 24.

k. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan
Rabdovirus) yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing,
kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya mengandung
virus. Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya
pengendalian rabies, yaitu: GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies), PET/Post
Exposure Treatment (penatalaksanaan kasus gigitan), dan kasus yang positif
rabies dan mati berdasarkan uji Lyssa.

Pada tahun 2013 di Provinsi Maluku dilaporkan kasus rabies akibat


gigitan hewan penular rabies sebanyak 1.528 kasus, yang diberikan vaksin anti
rabies sebanyak 1.275 kasus, yang meninggal akibat rabies berdasarkan uji
Lyssa sebanyak 11 orang, dan spesimen yang diperiksa sebanyak 195
spesimen. Untuk kabupaten/kota pada tahun 2013 kasus rabies akibat gigitan
hewan penular rabies paling tinggi terdapat di Kota Ambon yaitu sebanyak 525
kasus, yang diberikan vaksin terbanyak juga di kota Ambon sebanyak 350, yang
meninggal berdasarkan uji Lyssa terbanyak ada di Maluku Tengah yaitu
sebanyak 4 orang dan jumlah spesimen yang diperiksa terbanyak ada di Kota
Ambon sebanyak 126 spesimen. Kasus rabies di Provinsi Maluku masih tinggi
hal ini disebabkan :
1. Penyediaan logistik vaksin anti ranies masih kurang di Kabupaten/Kota
2. Kurangnya dana untuk pembelian vaksin untuk hewan penular rabies di
Kab/Kota
3. Kurannya peran serta masyarakat
4. Pengawasan lalu lintas hewan penular rabies masih lemah
.

166
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
l. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan zoonosis yang diakibatkan bakteri Leptospira
sp. Sumber infeksi pada manusia biasanya akibat kontak secara langsung atau
tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman,
di daerah yang beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim
panas dan musim gugur karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup Leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi
selama musim hujan. Jumlah kasus leptopirosis tahun 2013 yang dilaporkan
sebanyak 16 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 3 orang. Pada tahun
2013 Angka kematian (case fatality rate/CFR) akibat leptospirosis sebesar
18,7%.

Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian cukup efektif.


Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada upaya
penemuan dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian,
intervensi lingkungan untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat
persembunyaian tikus, dan vaksinasi hewan peliharaan terhadap Leptospira

2. PENYAKIT TIDAK MENULAR


Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik
lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan
membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Di Indonesia, penyakit menular
masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan
morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban
ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM
berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM
seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis
PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu
ekonomi penderita dan keluarganya.

167
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk
kecacatan permanen. Secara global, regional, dan nasional pada tahun 2030
diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular.

Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok dan keterpaparan
terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup,
kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya
pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak
menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.
Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM
sejak tahun 2005. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan
berupa promosi Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah
tembakau. Pemerintah Daerah di beberapa tempat telah menerbitkan peraturan
terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati
dalam Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk
pengaturan makanan berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang
gula, garam dan lemak dalam makanan yang dijual bebas.

Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik
pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan
seluruh lapisan masyarakat. Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan
dalam upaya untuk mengendalikan penyakit tidak menular pada tahun 2013
adalah sebagai berikut.
1. Posbindu PTM
Kegiatan yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 ini merupakan salah
satu wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring
dan tindak lanjut dini terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan
terintegrasi dengan kegiatan rutin di masyarakat, seperti di lingkungan
tempat tinggal dalam wadah desa/kelurahan siaga aktif.

168
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Selain itu, kegiatan tersebut pada saat ini telah dikembangkan pada
kelompok khusus seperti di Perusahaan Outobus (PO), kelompok
bimbingan ibadah haji (KBIH), sekolah, dan tempat kerja.

2. Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskemas


Pada tahun 2013 setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu puskesmas
dengan program unggulan pelayanan PTM yang dilengkapi dengan sumber
daya manusia yang terlatih PTM, fasilitas, dan peralatan untuk
penatalaksanaan kasus PTM. Upaya tersebut antara lain peningkatan
promosi kesehatan (health promotion) yang dilakukan melalui gaya hidup
sehat, melaksanakan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM dan
Pandu PTM, dan atau layanan khusus PTM lainnya (jantung, stroke,
Cedera, Tisan, skrining Thalasemia, SLE, kanker anak, layanan upaya
berhenti merokok, diet, aktivitas fisik, stres, Tisan, PAL, IVA + CBE,
rehabilitasi dan atau paliatif PTM).

3. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya
pengendalian faktor risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit
tidak menular.
Beberapa upaya yang telah dikembangkan adalah:
a. Pengembangan kawasan tanpa rokok
b. Upaya berhenti rokok di Fasyankes Primer
c. Kebijakan pengendalian rokok
d. Jajak pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan,
promosi dan sponsorship rokok.

4. Deteksi dini PTM pada saat arus mudik keagamaan (Lebaran dan Natal)
yang bekerja sama dengan Lintas Sektor (PT Jasa Raharja) dan Lintas
Program

169
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
(PJPD) yang menjadi tanggung jawab Sub Direktorat Penyakit Jantung Dan
Pembuluh Darah, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan meliputi hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit
jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, Penyakit Jantung Koroner (PJK),
kardiomipathy, penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark
miocard akut. Prioritas program pengendalian tahun 2010 memperhatikan pada
pengendalian faktor risiko PJPD berbasis masyarakat, deteksi dini, dan jejaring
kerja dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
 Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). Sampai dengan
tahun 2010, NSPK yang telah disusun berupa :
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009
Tentang Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 853/MENKES/SK/IX/2009
Tentang Jejaring Kerja Nasional
c. Buku pedoman “Pengendalian Hipertensi pada Ibu Hamil”
d. Buku Deteksi Dini Faktor Risiko penyakit Jantung dan pembuluh Darah

 Pengembangan SDM yang terdiri dari Training of Trainers (TOT).


 Penyediaan alat stimulan berupa masscrening yang terdiri dari timbangan
badan, alat ukur tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, cardiochek,
 Surveilans Epidemiologi. Kegiatan ini berupa penemuan dan tata laksana
penyakit jantung dan pembuluh darah. Salah satu kegiatan pokok
pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu penemuan dan
tatalaksana yang dilaksanakan melalui deteksi dini faktor risiko.
 Pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis
masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan peran serta masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan dengan melatih kader-kader Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu).

170
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
 Jejaring kerja berdasarkan faktor risiko PJPD. Kegiatan ini dilakukan
dengan menjalin kerjasama dengan lintas sektor, lintas program dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Gambaran prevalensi stroke di Maluku sebagai salah satu penyakit jantung dan
pembuluh darah hasil Riskesdas tahun 2013 menurut kabupaten/kota disajikan
pada gambar 6.18

GAMBAR 6.18
PREVALENSI STROKE PADA UMUR ≥ 15 TAHUN (‰) BERDASARKAN
DIAGNOSIS DOKTER MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

171
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.18 di atas dapat dilihat bahwa kabupaten/kota dengan prevalensi
stroke pada umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala di Maluku sebesar
4,2%.

Selain stroke, penyakit jantung koroner juga merupakan salah satu


penyakit jantung dan pembuluh darah. Gambaran prevalensi penyakit jantung
koroner berdasarkan Riskesdas tahun 2013 di Maluku menurut kabupaten/kota
dapat dilihat pada gambar 6.19

GAMBAR 6.19
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA UMUR ≥ 15 TAHUN
BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKUTAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

172
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.19 terlihat bahwa menurut Riskesdas tahun 2013, Provinsi
Maluku dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur ≥ 15 tahun
menurut diagnosis dokter/gejala sebesar 1,70% dengan prevalensi tertinggi ada
pada Kabupaten Seram Bagian Timur yaitu sebesar 5,10% sedangkan
prevalensi terendah ada di Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu sebesar 0%

GAMBAR 6.20
PREVALENSI HIPERTENSI PADA UMUR ≥ 18 TAHUN BERDASARKAN
WAWANCARA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.20 dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan


wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) pada
tahun 2013 di Maluku sebesar 6,8%.

173
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa kabupaten/kota dengan
prevalensi hipertensi pada umur ≥ 18 tahun berdasarkan wawancara yang
tertinggi pada tahun 2013 ada di Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 13,9%
sedangkan prevalensi terendah terdapat Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu
sebesar 0,8%.

b. Penyakit Kanker
Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis
kanker, tetapi saat ini masih diprioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia
yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan melalui
pengendalian faktor risiko dan peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi.
Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana yang
dilakukan di puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher
rahim menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan
krioterapi untuk IVA (lesipra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini
kanker payudara menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE).
Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-
unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan kelompok
survivor kanker di masyarakat. Selain itu, dilakukan juga pengembangan
registrasi kanker sebagai suatu system surveilans dengan menggunakan
software SriKanDI (Sistem Registrasi Kanker di Indonesia).

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara lain
1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko.
Sampai dengan tahun 2010 telah disusun Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak
yang terlibat dalam pengendalian kanker. Pengendalian faktor risiko kanker
juga dilakukan dengan memberikan konseling dan penyuluhan bagi
perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
di Puskesmas.

174
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
2. Penemuan dan tatalaksana kasus.
Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan
pada 2 kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker
leher rahim. Program ini dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan
sebagai program nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara Hj. Kristiani
Herrawati pada 21 April 2008. Program tersebut dikembangkan oleh
Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP). Sampai
dengan tahun 2013 program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
telah dilaksanakan di Provinsi dengan melatih dokter sebanyak 15 orang.
Gambaran mengenai prevalensi penyakit kanker berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 6.20

GAMBAR 6.21
PREVALENSI PENYAKIT KANKER (‰) BERDASARKAN DIAGNOSIS
DOKTER/GEJALA MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

175
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Berdasarkan gambar 6.21 dapat dilihat bahwa prevalensi penyakit kanker
menurut diagnosis dokter/gejala hasil Riskesdas tahun 2013 yang tertinggi
adalah Kabupaten Buru (1,8%) sedangkan prevalensi terendah terdapat di Kota
Tual, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru masing-
masing 0%.

c. Penyakit Diabetes Melitus dan penyakit metabolik


Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit
metabolik yang ditangani oleh Sub Direktorat Pengendalian Diabetes Melitus
dan Penyakit Metabolik adalah diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar
tiroid, dislipidemia, gangguan metabolisme kalsium, gangguan sekresi korteks
adrenal, dan gangguan kelenjar hipotalamus. Diabetes melitus disebabkan oleh
pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress.
Tujuan program pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik adalah
terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan
pengelola program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, LSM dan masyarakat.

Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah


dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok kegiatan yakni sebagai berikut.
1. Peningkatan kapasitas SDM
Upaya ini telah dilakukan melalui pelatihan terhadap 15 dokter umum.
2. Menjalin kemitraan
Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah
menjalin kemitraan dengan lintas program/lintas sektor melalui
pembentukan jejaring kelompok kerja diabetes melitus, pengembangan
partisipasi masyarakat dalam pengendalian diabetes dan penyakit
metabolik

176
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.22
PREVALENSI DIABETES PADA UMUR ≥ 15 TAHUN BERDASARKAN
DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.22 dapat dilihat bahwa prevalensi diabetes di Maluku


berdasarkan wawancara tahun 2013 sebanyak 2,1%. Prevalensi tertinggi
Diabetes pada umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala berdasarkan
hasil Riskesdas tahun 2013 adalah di Kabupaten Buru Selatan sebesar 5,3%
sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 0,7%

177
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
d. Penyakit Kronis dan Degeneratif
Lingkup pengendalian penyakit kronik dan degeneratif adalah Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK), osteoporosis, asma, gagal ginjal kronik,
thalasemia, SLE/Lupus, osteoartritis, dan rhinitis kronis. Kegiatan pengendalian
diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah dilaksanakan terdiri dari
pokok-pokok kegiatan sebagai berikut.
a. Deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) melalui pendekatan
praktis penyakit paru-paru (PAL).
b. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya
pengendalian faktor risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit
tidak menular.
Beberapa upaya yang telah dikembangkan antara lain : Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok.
Kemenkes RI menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai salah
satu upaya untuk melindungi masyarakat terhadap dampak paparan asap
rokok terhadap kesehatan. KTR adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan,
promosi dan penggunaan rokok. Ruang lingkup KTR meliputi tempat-
tempat umum, tempat kerja tertutup, sarana kesehatan,tempat proses
belajar-mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan
umum.
c. Sosialisasi PPOK
d. Membangun dan memperkuat jejaring kemitraan dengan departemen /
lembaga dan LSM

178
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Gambaran penyakit kronis dan degeneratif berdasarkan riskesdas 2013
adalah sebagai berikut.
a. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
PPOK adalah penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan
hambatan aliran udara khususnya udara ekspirasi dan bersifat progresif
lambat (semakin lama semakin memburuk), disebabkan oleh pajanan
faktor resiko seperti merokok, polusi udara di dalam maupun di luar
ruangan. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertenghan
dan tidak hilang dengan pengobatan. Didefinisikan sebagai PPOK jika
pernah mengalami sesak napas yang bertambah ketika beraktifitas
dan/atau bertambah dengan meningkatnya usia disertai batuk berdahak
atau pernah mengalami sesak napas disertai batuk berdahak dan nilai
Indeks Brinkman ≥ 200. Indeks Brinkman adalah jumlah batang rokok yang
diisap, dihitung sebagai lama merokok (dalam tahun) dikalikan dengan
jumlah rokok yang diisap per hari. Gambaran mengenai prevalensi PPOK
menurut kabupaten/kota pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 6.23

179
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.23
PREVALENSI PPOK PADA UMUR > 30 TAHUN BERDASARKAN GEJALA
(%) MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.23 dapat dilihat bahwa prevalensi PPOK pada umur > 30 tahun
berdasarkan gejala menurut hasil Riskesdas tahun 2013 di Maluku sebesar
4,3% dengan prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Buru Selatan yaitu sebesar
12,3% dan terendah ada di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 0,8%.

b. Asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas, dasar penyakit
ini adalah hiperaktifitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma
adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada
malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan.

180
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Gejala tersebut memburuk pada malam hari , adanya allergen (seperti
debu, asap rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala
hilang dengan atau tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika
pernah mengalami gejala sesak napas yang terjadi pada salah satu atau
lebih kondisi : terpapar udara dingin dan/atau debu dan/atau asap rokok
dan/atau stress dan/atau flu atau infeksi dan/atau kelelahan dan/atau
alergi obat dan/atau alergi makanan dengan disertai salah satu atau lebih
gejala ; dan/atau sesak napas menghilang dengan pengobatan dan/atau
sesak napas berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak
napas lebih berat dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika
pertama kali merasakan sesak napas saat berumur < 40 tahun (usia
serangan terbanyak). Gambaran mengenai prevalensi penyakit asma di
Maluku menurut kabupaten/kota tahun 2013 dapat dilihat pada gambar
6.24

GAMBAR 6.24
PREVALENSI PENYAKIT ASMA BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013


181
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.24 dapat dilihat bahwa prevalensi asma di Maluku tahun 2013
5,3% dengan prevalensi tertinggi penyakit asma berdasarkan gejala tahun 2013
ada di Kota Tual yaitu sebesar 10,2% sedangkan prevalensi terendah terdapat di
Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 1,4%.

c. Merokok
Informasi perilaku penggunaan tembakau dalam Riskesdas tahun 2013
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perilaku merokok dan perilaku penggunaan
tembakau dengan mengunyah. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang
ditimbulkan akibat merokok dan dengan metode mengunyah tembakau berbeda.
Perokok hisap menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan
sekitarnya, sedangkan mengunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya
sendiri.

GAMBAR 6.25
PROPORSI PENDUDUK BERUMUR ≥ 10 TAHUN YANG MEROKOK
TIAP HARI MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

182
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Dari gambar 6.25 dapat dilihat bahwa proporsi penduduk berumur ≥ 10 tahun
yang merokok setiap hari terbanyak berada di Kabupaten Kepulauan Aru dan
Buru Selatan masing-masing sebesar 27,5% dan terendah di Kabupaten Seram
Bagian Barat sebesar 18,7%.

B. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut WHO, ruang lingkup
kesehatan lingkungan diantaranya meliputi penyediaan air minum serta
pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran. Berdasarkan hal
tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan mengadakan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas 2013).
Tujuan dari Riskesdas 2013 topik kesehatan lingkungan adalah mengevaluasi
program yang sudah ada, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan
dijalankan, dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit
dan gangguan kesehatan.

1. Air Minum
Komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target
hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
air minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari
badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha
swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang
melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum.

183
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Tidak semua air dapat diminum, syarat-syarat kualitas air minum sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud, diantaranya adalah sebagai
berikut :
• Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;
• Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum
yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;
• Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;
• Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);
• Dan parameter tambahan lainnya.

Salah satu parameter air minum adalah parameter fisik. Parameter fisik
yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan.
Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari hal ini, maka sangat mungkin air
telah tercemar.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, kualitas fisik air minum di Maluku


termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa tidak
berbusa dan tidak berbau) sebesar 92,5%.

Pembahasan air minum meliputi, proporsi rumah tangga berdasarkan


jenis sumber air minum, proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air
minum, proporsi rumah tangga berdasarkan pengolahan air minum sebelum
diminum, proporsi rumah tangga berdasarkan cara pengolahan air minum
sebelum diminum, dan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap
sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-INICEF 2006 akan terlihat
pada gambar 6.26-6.29.

184
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.26
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR MINUM
DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.26 hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa proporsi rumah
tangga berdasarkan jenis sumber air minum di Maluku terbesar bersumber dari
ledeng/PDAM yaitu sebesar 26,6% dan terendah bersumber dari penampungan
air hujan yaitu sebesar 2,4%

Air yang layak diminum, mempunyai standar tertentu yaitu telah memenuhi
persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu
kesatuan. Jadi apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat
maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Agar air layak untuk diminum maka
diperlukan pengolahan air sebelum diminum.

185
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.27
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MENGOLAH AIR MINUM SEBELUM
DIMINUM DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.27 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 proporsi rumah tangga
yang mengolah air minum sebelum diminum. sebesar 87,8%. Proporsi terbesar
terdapat di Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu sebesar 98,4% dan terendah di
Kabupaten Buru sebesar 68,5%

186
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.28
PROPORSI RUMAH BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM
SEBELUM DIMINUM DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.28 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 proporsi rumah tangga
berdasarkan cara pengolahan air minum sebelum diminum yaitu dengan cara
dimasak sebesar 90,6%. Cara ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan
oleh rumah tangga. Persentase tertinggi terdapat di Kabupaten Maluku
Tenggara yaitu sebesar 98,0% dan terendah di Kabupaten Maluku Barat Daya
sebesar 67,5% sedangkan Pengolahan air diminum dengan cara disaring dan
tambah larutan tawas sebesar 0,1%.

187
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Berdasarkan kriteria dari JMP WHO-UNICEF 2006, akses ke sumber air minum
dibedakan menjadi dua, yaitu improved dan unimproved. Yang dimaksudkan
dengan Improved yaitu rumah tangga yang mempunyai akses ke sumber air
minum air ledeng/PDAM, sumur bor/pompa, sumur gali terlindung, mata air
terlindung, penampungan air hujan, air kemasan (hanya jika sumber air untuk
keperluan rumah tangga lainnya improved). Unimproved yaitu rumah tangga
yang mempunyai akses ke sumber air minum air kemasan, air isi ulang, air
ledeng eceran/membeli, sumur gali tidak terlindung dan mata air tidak terlindung,
air sungai/danau/irigasi.

GAMBAR 6.29
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP
SUMBER AIR MINUM IMPROVED BERDASARKAN KRITERIA
JMP WHO-UNICEF 2006 DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

188
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 yang terlihat pada gambar 6.29
menunjukkan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air
minum improved. Di Maluku proporsi rumah tangga yang telah memiliki akses
terhadap sumber air minum improved sebesar 68,5% dengan persentase
tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 77,5% dan presentase
terendah di Kabupaten Buru sebesar 55.0%

Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum yang
layak secara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak
kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :
1. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi
ulang sebagai sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang
tidak termasuk sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan
oleh pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap
sumber air yang digunakan untuk minum, belum memperhitungkan kondisi
rumah tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk
diminum;
2. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi
laju pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan
konsumsi;
3. Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada
tingkat operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan
pemeliharaan, rendahnya tarif, terbatasnya SDM yang kompeten dan
pengelolaan yang kurang efisien;
4. Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di
masyarakat, termasuk,sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP)
yang tidak terlindungi yang mencapai10,54%.

189
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
2. Sanitasi Layak
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya
kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari
turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum
bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa
penyakit

GAMBAR 6.30
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGGUNAAN
FASILITAS BUANG AIR BESAR DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

190
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Gambar 6.30 menunjukkan hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga
berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar. Proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri sebesar 62,3%, milik
bersama 5,3%, umum 9,1% dan buang air besar secara sembarangan sebesar
23,4%.

GAMBAR 6.31
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS TEMPAT
BUANG AIR BESAR DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.31 dapat dilihat bahwa jenis tempat buang air besar yang
digunakan, sebagian besar rumah tangga di Maluku menggunakan kloset
berjenis leher angsa sebesar yaitu 88,8%, plengsengan sebesar 5,4%,
cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai sebesar 3,0%, dan
cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar 2,9%.

191
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.32
PROPORSI RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
TINJA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Dari gambar 6.32 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil Riskesdas 2013 ada
66,5% rumah tangga di Maluku yang menggunakan tangki septik sebagai tempat
pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat
pembuangan akhir tinja SPAL sebesar 3,6%, kolam/sawah sebesar 0,3%,
sungai/danau/laut sebesar 11,7%, lubang tanah sebesar 4,2% dan pantai/tanah
lapang/kebun sebesar 13,3%.

192
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi dikatakan layak
apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama,
jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir
tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Untuk akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) digunakan
kriteria JMP WHO - Unicef tahun 2006. Menurut kriteria tersebut, rumah tangga
yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved adalah rumah tangga
yang menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri, jenis tempat buang air
besar jenis leher angsa atau plengsengan, dan tempat pembuangan akhir tinja
jenis tangki septik.

193
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.33
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP
FASILITAS SANITASI IMPROVED BERDASARKAN KRITERIA
JMP WHO-UNICEF 2006 DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Pada gambar 6.33 memperlihatkan bahwa proporsi rumah tangga yang memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi improved berdasarkan kriterian JMP WHO-
UNICEF 2006 di Maluku sebesar 54,2%. Proporsi tertinggi terdapat di Kota
Ambon sebesar 77,2%, sedangkan proporsi terendah terhadap fasilitas sanitasi
improved terdapat di Kabupaten Buru Selatan sebesar 23,3%

194
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak terus menerus dilakukan,
akan tetapi masih banyak kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut
antara lain :
1. Masih minimnya investasi sektor sanitasi, karena belum mempunyai nilai
ekonomis secara langsung,
2. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara
instan, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku
yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan
3. Belum meratanya ketersediaan sarana sanitasi yang mudah, murah, dan
terjangkau oleh masyarakat

Upaya terobosan/inovasi dalam rangka akselerasi pencapaian target


melalui pengalokasian dana APBN dalam bentuk kegiatan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAMSTBM) yang diharapkan
dapat meningkatkan akses penduduk terhadap sumber air dan sanitasi yang
layak melalui mekanisme Tugas Pembantuan dengan komponen kegiatan
Rehabilitasi Sarana Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan dan Pembangunan
Sarana Air Minum.

Selain itu dilakukan upaya penguatan Kemitraan Pemerintah – Swasta


(KPS) yakni melibatkan LSM Lokal/Nasional/Internasional, CSR (Corporate
Social Responsibility), donor agency internasional, seperti World Bank, ADB
yang diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas dan ICWRMIP, serta
kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana air minum
dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya perilaku hidup bersih dan
sehat bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan STBM

195
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah
stop Buang Air Besar Sembarangan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja
STBM atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau
rencana tindak lanjut. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan
air minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total
berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs.
Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu:
1. Stop buang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-
PHBS. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk
mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat indikator perilaku hidup bersih dan
sehat yang dipantau, yaitu
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan
orang yang ahli dalam membantu persalinan. Jika ada kelainan dapat
diketahui dan ditolong. Peralatan tenaga kesehatan aman, bersih, dan
steril.
2. Memberi bayi ASI eksklusif. Keunggulan ASI diantaranya kandungan
gizinya sesuai kebutuhan bayi, mengandung zat kekebalan, melindungi
alergi, terjamin kebersihannya, tidak basi, memperbaiki refleks menghisap,
menelan, dan pernapasan bayi.

196
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
3. Menimbang balita setiap bulan. Manfaat yang didapatkan diantaranya
mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mencegah gangguan
pertumbuhan balita, mengetahui balita sakit, berat badan dibawah garis
merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, penyuluhan gizi.
4. Menggunakan air bersih. Manfaat air bersih yaitu menghindarkan dari
gangguan penyakit seperti diare, kolera thypus dan lain-lain. Sumber air
bersih dari mata air, sumur atau pompa, ledeng, air hujan atau air
kemasan.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Mencuci tangan membunuh
kuman yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare,
ISPA, penyakit kulit.
6. Menggunakan jamban sehat. Syarat jamban sehat yaitu tidak mencemari
sumber air minum, tidak berbau, kotoran tidak dapaat dijamah serangga
dan tikus, tidak mencemari tanah sekitar, aman dan mudah dibersihkan,
dilengkapi dinding dan atap, penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap
air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
Menghindari gigitan nyamuk). Menguras dan menyikat tempat
penampungan air. Menutup rapat tempat penampungan air. Mengubur atau
menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari. Manfaat makanan berserat diantaranya
mencegah diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat
badan, membantu pembersihan racun, mencegah kanker, mengatasi
anemia, membantu perkembangan bakteri baik dalam usus.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Dilakukan sedikitnya 30 menit setiap
hari berupa pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga yang penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari.

197
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
GAMBAR 6.34
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG BER-PHBS DI PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota, 2013

Dari gambar 6.34 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013, persentase rumah
tangga yang ber-PHBS di Maluku sebesar 50,40% dengan persentase tertinggi
di Kabupaten Buru sebesar 79,06% dan terendah di Kota Tual sebesar 12,99%.

198
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
DAFTAR PUSTAKA

_________, Buku 1 Pokok – Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Maluku 2013,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2013
_________, Buku 2 Riskesdas Dalam Angka Provinsi Maluku 2013,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2013
_________, Dokumen Deskripsi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Provinsi Maluku Edisi 2013, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Tahun 2013
_________, Maluku dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku
Tahun 2014
_________, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2014
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Ambon Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat
Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Timur
Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Buru Selatan Tahun
2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tual Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara
Barat Tahun 2013

199
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Aru
Tahun 2013
_________,Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Barat Daya
Tahun 2013

200
Profil Kesehatan Maluku Tahun 2013


 
 (  
  (    (    (
      !
!,
  
 %"

 
   
 
!  !        

    
:$   
    
      

 ! ! "##$%% "% % &% "#'()& *#(+'+ +$"+ (%%)$'+
    (&'&$&# )& ) # ")#(## #'(&) +$)+ "$)#
"
  +(%+)$"& ' % ' )*("+ ""('"+ +$'& +$&&
+
   "('&$%* )% % )% %+('% %(#% &$%# )$&+
&   &(+))$++ * % * %(* #("% +$+ $''
)   
 "(#*%$&) #' % #' &#(** (%" &$% &$"
# !  &+$"' ) " ' )+(%" (+ &$" &$#
*    "(+%$) *'  ' '*(%#" '(* &$" *$#)
'    %(+&$'+ #*  #' %*())& %("" &$"& %$+%
%    )()'$%% #  ' **(#"' #(%& &$) +$)
    +(&*$%) # % # #(#%# +(""+ &$%% &$)&
 !, &+(*&$%% "& "+ )' ()*(+" "+('+* +$#& "%$%&

-. /0102-304
4045345 675235 08--09-2%"


       
 (! ! (

! (
! 
 ( !
!,
  
 %"

   
     
!  !
  
%+ &+ &++ +&)+ ;<)&  %+ &+ &++ +&)+
      
   
 ! ! "#'()& '()') ""(*% %()*# #(&' &('& *'(#* *()*" "(')" %())) *(*&*
    ")#(## (%+ +(%#% *+(*+ '(" *(*' *&(+'' '(*'* "'(*+& *"(&+# '()%
"
  )*("+ (+ (+& "#()&% (#' "("&) *&(&'* %('' %()# ")(*&" (#
+
   %+('% )('#+ ('&+ +(+" #(") ()&' &"("# )(#*) (%)' +("#+ )(#)
&   %(* #()# +())' '("*& #(#&& (# )()%* #(&) "(&+ *(*'' )(')%
)   
 &#(** +(")+ #(*** (*% "(&%* *% '("'% +('# )(')) (&* "(""
# !  )+(%" +(+& #(+%# &(#) "('%) '#% "(#%+ "(*'* #(%#' &('& +(+)
*    '*(%#" )(") (#'& '(*+& #()*# (+' +*(# &(') (%+" %(')+ *(*'"
'    %*())& #()* "(%" "(+"" *(+## ("*% &+(&*' #() ( "("%+ *(#"
%    **(#"' )(*% %() () )(%& (+& +&('%# &(*&& '(*&* %(' &(#%
    #(#%# +(*" *(&+ +(*'' )(%) (*% ")(%% +()&% *(%)" +("%) )(&*
 !, ()*(+" ''('*" *"(##% "*#(++* '(++* "%(') *() '&(% #(*) "*"(# %("'*
%

-. /0102-304
4045345 675235 08--09-2%"

=040402/ -809686"<>-809686':>-809686&(?054-3.30 / ()*(+"


"

       
 ! ! 
!,
  
 %"

   
! ! !  
    :  
    
 %+ ''('*" '&(% '&(%"
 &' '(##% *#(+" #'('"
" %+ '(%%% *&()#" #)()#"
+ &' *+(++ #'(%)* )"(&%
& %+ #+(+') #(' +)(+%*
) &' )#(*)" )*(%)' "&('"
# "%"+ )%(&+& )"(%)+ "()%'
* "&"' &"()" &+(*+ %*(++#
' +%++ +)(+#' +)(##+ '"(&"
% +&+' "'(*'# +%("& *%(+*
 &%&+ ""(##& "+(+%* )*(*"
 &&&' )(#'+ )(#+) &"(&+%
" )%)+ *('* *(*'" "#(*#&
+ )&)' ('%% "()* )(&*
& #%#+ '(* %(%%* '(")
) #&: *('"+ (%" '(')&
  *() *%)(*% ()*(+"

-. /0102-304
4045345 675235 08--09-2%"


   % 
   @    
  !
!,
  
 %"

   
%

    :  


!  !
  
 A  A  A
 @  @  @
      
 
 ! ! +('** +('+# ''$'# +("" +(' ''$'# *&("% *&("* ''$'#
            
"
          
+
   ")( )% %$# "+(*&& +# %$# #(%#) &%# %$#
&           
)   
 #(*& +(')# *'$)+ ""(&% "%("# '%$' )(%% &&(%+ '%$""
# !  ('# %(%) '+$% (+&+ '()#* *#$)+ +"(#& "'(#+% '%$*"
*            
'            
%    ""(# &(%+ #+$+# "() (#&) )'$' )+(*# +)(*)% #$*
            
 !, )(%)' "("+% *$+ )"('%# +(%' *$" &&('#) +#(++' *$#

-. / 6B5852033904020.-04264009-2%"


#

      
 ( !
!,
  
 %"

  
    :  
!  ! 



   
    
 

      
  

 ! !  & # % % + % &  %


    "" +  & # % #   
"
  # %  ) % + * % & +
+
   '  %  " % " & % &
&   ' "+ * +   " &) ' )&
)   
  *  ' & + ' "" & &*
# !  " % % ) * % + * % %
*    & % % % *  % *  %
'    " * * )  ) * % + +
%    + *  # & " & " & 
     &  &    # " #
 !, *' "+ +% #+ ' "& # ) #& #
 ! %$) "$%" "$' #$#+ $'+ %$)* )$'" $"% )$')

-. / 6B5852033904020.64009-2%"

4 02C02/2C00450215806 024 3.-4150403.8-424-2CC0.0 02?02C3.20 2?0156-8035


'

 

@!!!@!!!    !
!,
  
 %"

     

 @
!  ! 



D&  @!!! !!!

     
 ! !  %++ + "$*+
    "" *#  %$*
"
  # )"'&'  "$"
+
   ' "*#*" + %$"
&   ' +"%'+  +$)+
)   
  "+& % 
# !  " &'  +$++
*    & "&)  $*+
'    " "')"'  $&
%    + "&+ % 
     )%*# % 
 !, *' &&#) ) $'%

-. / 6B5852033904020.64009-2%"


4 02C02/
-80903-301080938- -903-3?02C01015E580?09 >0-33034 3.-44 03-03-3?02C154-021515

=040402/ -809686+<>-80921-1-D&409-201040.8"(?054-3.30 /
TABEL 10

JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KO
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH KASUS TB PARU


PREVALENSI (PER 100.000 JUMLAH KEMATIAN
JUMLAH PENDUDUK
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS KASUS BARU KASUS LAMA KASUS BARU + KASUS LAMA PENDUDUK) AKIBAT TB PARU
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KOTA AMBON 22 189,728 189,887 379,615 153 102 255 NA NA NA NA NA NA NA NA 797 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 185,499 181,678 367,177 NA NA 562 1 2 3 NA NA 565 NA NA 771 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 85,598 82,536 168,134 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA 353 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 53,371 51,531 104,902 NA NA NA NA NA 0 NA NA NA NA NA 220 0 0 0
5 BURU 9 61,608 58,573 120,181 94 52 146 1 0 1 95 52 147 154 89 252 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 29,390 27,798 57,188 13 16 29 5 2 7 18 18 36 61 65 120 3 0 3
7 KOTA TUAL 13 31,704 32,328 64,032 46 45 91 NA NA 0 NA NA 91 NA NA 134 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 48,117 49,956 98,073 78 65 143 99 95 194 177 160 337 368 320 206 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 54,589 54,076 108,665 85 50 135 5 1 6 90 51 141 165 94 228 1 0 1
10 KEPULAUAN ARU 24 45,907 42,832 88,739 75 52 127 NA NA 0 NA NA 127 NA NA 186 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 36,100 35,607 71,707 8 12 20 NA NA 0 NA NA 20 NA NA 151 1 0 1
JUMLAH PROV 189 821,611 806,802 1,628,413 552 394 1,508 111 100 211 380 281 1,464 46.25 34.83 89.90 5 0 5
ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK 67.2 48.8 92.6 KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK 0.31

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 1,628,413.00
TABEL 11

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

TB PARU
JUMLAH PERKIRAAN
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS KASUS BARU KLINIS BTA (+) ANGKA PENEMUAN KASUS (CDR)

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 398 399 797 NA NA 2,971 273 199 472 68.52 49.90 59.21
2 MALUKU TENGAH 33 390 382 771 NA NA 7,595 NA NA 562 NA NA 72.89
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 180 173 353 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 112 108 220 NA NA NA NA NA 102 NA NA 46.30
5 BURU 9 129 123 252 NA NA 601 44 27 71 34.01 21.95 28.13
6 BURU SELATAN 12 62 58 120 55 51 106 15 18 33 24.30 30.83 27.48
7 KOTA TUAL 13 67 68 134 18,746 19,142 37,888 0 0 0 0.00 0.00 0.00
8 MALUKU TENGGARA 15 101 105 206 85 75 160 78 65 143 77.19 61.96 69.43
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 115 114 228 0 0 0 85 49 134 74.15 43.15 58.72
10 KEPULAUAN ARU 24 96 90 186 300 354 654 75 52 127 77.80 57.81 68.15
11 MALUKU BARAT DAYA 12 76 75 151 93 88 181 20 22 42 26.38 29.42 27.89
JUMLAH PROV 189 1,725 1,694 3,420 19,279 19,710 50,156 590 432 1,686 34.20 25.50 49.30

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12

JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

TB PARU
BTA (+) DIOBATI KESEMBUHAN PENGOBATAN LENGKAP ANGKA KESUKSESAN
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS L P L+P Jumlah L P L+P L P L+P (SUCCESS RATE/SR)
yang
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P
diobati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KOTA AMBON 22 NA NA 876 467 NA NA 158 33.83 NA NA 50 31.65 NA NA 23.74
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 569 717 NA NA 526 73.36 NA NA 6 1.14 NA NA 93.50
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA NA 231 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 NA NA NA 100 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
5 BURU 9 NA NA 71 71 NA NA 8 11.27 NA NA 5 62.50 NA NA 18.31
6 BURU SELATAN 12 NA NA 49 48 NA NA 24 50.00 NA NA 24 100.00 NA NA 97.96
7 KOTA TUAL 13 NA NA 105 91 NA NA 78 85.71 NA NA 2 2.56 NA NA 76.19
8 MALUKU TENGGARA 15 NA NA 160 193 NA NA 139 72.02 NA NA 18 12.95 NA NA 98.13
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 NA NA 134 205 NA NA 120 58.54 NA NA 8 6.67 NA NA 95.52
10 KEPULAUAN ARU 24 NA NA 136 129 NA NA 74 57.36 NA NA 28 37.84 NA NA 75.00
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA 42 39 NA NA 19 48.72 NA NA 2 10.53 NA NA 50.00
JUMLAH PROV 189 NA NA 2,142 2,291 NA NA 1,146 50.02 NA NA 143 12.48 NA NA 60.18

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 13

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS
PENDERITA L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 NA NA 88,591 NA NA 8,859 11 3 14 0.16
2 MALUKU TENGAH 33 18,531 20,653 39,184 1,853 2,065 3,918 34 1.83 39 1.9 73 1.86
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 11,122 16,007 27,129 1,112 1,601 2,713 NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 6,746 6,617 13,363 675 662 1,336 NA NA NA
5 BURU 9 NA NA 12,513 NA NA 1,251 NA NA 66 5.27
6 BURU SELATAN 12 2,481 2,449 4,930 248 245 493 84 33.86 63 25.7 147 29.82
7 KOTA TUAL 13 3,598 4,249 7,847 360 425 785 2 0.56 1 0.2 3 0.38
8 MALUKU TENGGARA 15 3,950 4,196 8,146 395 420 815 11 2.78 9 2.1 20 2.46
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 6,802 5,343 12,145 680 534 1,215 151 22.20 146 27.3 297 24.5
10 KEPULAUAN ARU 24 6,643 4,427 11,070 664 443 1,107 38 5.72 38 8.6 76 6.87
11 MALUKU BARAT DAYA 12 5,303 6,111 11,414 530 611 1,141 14 2.64 15 2.5 29 2.54
JUMLAH PROV 189 65,176 70,052 236,332 6,518 7,005 23,633 345 5.29 314 4.48 725 3.07

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 14

JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH KASUS BARU


JUMLAH KEMATIAN AKIBAT
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS HIV AIDS AIDS
LAINNYA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 74 56 130 9 7 16 31 23 54 11 5 16
2 MALUKU TENGAH 33 0 9 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 4 4 0 0 0 5 0 5 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 6 6 12 1 3 4 0 0 0 1 3 4
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 13 14 1 15 8 2 10 0 0 0 9 2 11
8 MALUKU TENGGARA 15 14 17 31 1 1 2 0 0 0 0 1 1
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 13 11 24 4 4 8 21 1 22 3 2 5
10 KEPULAUAN ARU 24 6 23 29 3 16 19 1 5 6 2 4 6
11 MALUKU BARAT DAYA 12 3 1 4 10 2 12 2 0 2 8 5 13
JUMLAH PROV 189 130 128 258 37 36 73 60 29 89 34 22 56

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Ket: Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 15

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDS MENURUT JENIS KELAMIN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

DONOR DARAH
NO UNIT TRANSFUSI DARAH SAMPEL DARAH DIPERIKSA POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 PMI/Bank Darah Kota Ambon 6,093 92 6,185 6,583 108.04 95 6,678 20 0 20

2 RSUD Cendrawasih 309 41 350 309 100.00 41 350 0 0 0

3 RSUD Karel Sadsuitubun 894 76 970 1,153 88 1,241 6 0 6

4 RS Hati Kudus Langgur 132 0 132 157 0 157 1 0 1

JUMLAH 7,428 209 7,637 8,202 110 224 0 8,426 0 27 0 0 0 27 0

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 16

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

DIARE
JUMLAH PENDUDUK DIARE DITANGANI
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH PERKIRAAAN KASUS
L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 189,728 189,887 379,615 8025 8032 16,058 1,587 19.77 1,425 17.74 3,012 18.76
2 MALUKU TENGAH 33 185,499 181,678 367,177 7847 7685 15,532 1,743 22.21 1,667 21.69 3,410 21.96
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 85,598 82,536 168,134 3621 3491 7,112 2,209 61.01 2,249 64.42 4,458 62.68
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 53,371 51,531 104,902 2258 2180 4,437 NA NA NA
5 BURU 9 61,608 58,573 120,181 2606 2478 5,084 NA NA 2,053 40.38
6 BURU SELATAN 12 29,390 27,798 57,188 1243 1176 2,419 1,243 99.98 1,169 99.42 2,412 99.71
7 KOTA TUAL 13 31,704 32,328 64,032 1341 1367 2,709 NA NA 1,973 72.84
8 MALUKU TENGGARA 15 48,117 49,956 98,073 2035 2113 4,148 1,760 86.47 1,857 87.88 3,617 87.19
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 54,589 54,076 108,665 2309 2287 4,597 1,301 56.34 921 40.26 2,222 48.34
10 KEPULAUAN ARU 24 45,907 42,832 88,739 1942 1812 3,754 684 35.22 506 27.93 1,190 31.70
11 MALUKU BARAT DAYA 12 36,100 35,607 71,707 1527 1506 3,033 444 29.08 656 43.55 1,100 36.27
JUMLAH PROV 189 821,611 806,802 1,628,413 34,754 34,128 68,882 10,971 31.57 10,450 30.62 25,447 36.94

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 17

JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

KASUS BARU
Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS PB + MB
0-14 TAHUN • 15 TAHUN JUMLAH 0-14 TAHUN • 15 TAHUN JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
KOTA AMBON 22 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 72 0 0 72 0 0 82
2 MALUKU TENGAH 33 1 0 1 2 5 7 3 5 8 1 4 5 30 22 52 31 26 57 34 31 65
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0 4 4 8 0 0 0 0 0 0 12 15 27 16 19 35
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 5 1 6 4 2 6 9 3 12 2 3 5 23 20 43 25 23 48 34 26 60
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 6 0 0 6
7 KOTA TUAL 13 0 0 0 0 0 0 5 1 6 0 0 0 0 0 0 34 15 49 39 16 55
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 8 9 17 10 9 19 10 9 19
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 0 1 1 8 8 16 8 9 17 0 0 0 16 12 28 16 12 28 24 21 45
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 8 3 5 8
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PROV 189 6 2 8 14 15 29 29 22 61 5 7 12 77 63 215 82 70 314 111 92 375
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 13.51 11.40 23.03

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 18

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN CACAT TINGKAT 2
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA KUSTA
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 0 0 82 0 0 7 8.54 0 0 0 0.00
2 MALUKU TENGAH 33 34 31 65 2 5.88 4 12.90 6 9.23 0 0.00 0 0.00 0 0.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 16 19 35 0 0.00 0 0.00 2 5.71 0.00 0.00 2 5.71
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 34 26 60 7 20.59 4 15.38 11 18.33 2 5.88 1 3.85 3 5.00
6 BURU SELATAN 12 0 0 6 2 0 2 33.33 0 0 0 0.00
7 KOTA TUAL 13 39 16 55 0 0.00 0 0.00 5 9.09 0.00 0.00 4 7.27
8 MALUKU TENGGARA 15 10 9 19 2 20.00 0 0.00 2 10.53 1 10.00 0 0.00 1 5.26
9 MALUKU TENGGARA BA 13 24 21 45 0 0.00 1 4.76 1 2.22 0.00 0.00 0 0.00
10 KEPULAUAN ARU 24 3 5 8 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PROV 189 160 127 375 13 8.13 9 7.09 22 5.87 3 1.88 1 0.79 4 1.07

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 19

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

KASUS TERCATAT
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS PB MB JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 NA NA 10 NA NA 72 82
2 MALUKU TENGAH 33 11 1 12 70 52 122 81 53 134
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2 0 2 22 8 30 24 8 32
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
5 BURU 9 10 3 13 48 28 76 58 31 89
6 BURU SELATAN 12 4 1 5 2 4 6 6 5 11
7 KOTA TUAL 13 1 2 3 18 18 36 19 20 39
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 8 7 15 8 7 15
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 8 8 16 16 12 28 24 20 44
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 3 5 8 3 5 8
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 36 15 61 187 134 393 223 149 454
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 2.79

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 20

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN,KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


PENDERITA PB RFT PB PENDERITA MB RFT MB
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS
-1 L P L+P -2 L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KOTA AMBON 22 NA NA 7 NA NA 9 128.57 NA NA 96 NA NA 83 86.46
2 MALUKU TENGAH 33 0 0 0 10 1 11 NA NA NA 85 24 109
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2 0 2 0 0 0 22 8 30 NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 9 14 23 6 6 12 52.17 NA NA NA NA NA NA
5 BURU 9 4 1 5 4 1 5 100.00 37 27 64 29 22 51 79.69
6 BURU SELATAN 12 11 10 21 11 10 21 100.00 0 6 6 2 4 6 100.00
7 KOTA TUAL 13 2 1 3 2 1 3 100.00 23 15 38 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0 12 12 24 8 6 14 58.33
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 21 7 28 18 7 25 89.29 79 60 139 27 21 48 34.53
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 2 3 300.00
11 MALUKU BARAT DAYA 12 3 4 7 3 3 6 85.71 7 2 9 0 1 1 11.11
JUMLAH PROV 189 52 37 96 54 29 92 95.83 181 130 407 152 80 315 77.40

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013

Keterangan : Penderita PB tahun X - 1, Penderita MB tahun X - 2


X = tahun data.
TABEL 21

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS PERTUSIS
JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS MENING- JUMLAH KASUS MENING-
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P GAL L P L+P GAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0
JUMLAH PROV 189 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%)

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 22

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH KASUS PD3I

NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS CAMPAK


POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 KOTA AMBON 22 28 29 57 1 0 0 0 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 33 14 16 30 0 0 0 0 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARA 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PROV 189 44 47 91 1 0 0 0 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%) 1.10

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 23

JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 14 12 26 2 0 2 14.3 0.0 7.7
2 MALUKU TENGAH 33 0 0 0 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 1 1 0 0 0 0.0 0.0
5 BURU 9 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 1 0 1 0 0 0 0.0 0.0
7 KOTA TUAL 13 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 6 4 10 1 0 1 16.7 0.0 10.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 2 3 5 0 0 0 0.0 0.0 0.0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PROV 189 23 20 43 3 0 3 13.0 0.0 6.98
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 2.80 2.48 2.64

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MALARIA
PENDERITA
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS TANPA PEMERIKSAAN SEDIAAN DENGAN PEMERIKSAAN MENINGGAL CFR
DARAH SEDIAAN DARAH
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KOTA AMBON 22 NA NA 5,845 829 759 1,588 0 0 0 0.0 0.0 0.0

2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA 1,015 952 1,967 0 0 0 0.0 0.0 0.0


3 SERAM BAGIAN BARAT 17 5,855 6,427 12,282 5,184 5,737 10,921 0 0 0 0.0 0.0 0.0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,393 2,531 4,924 1,138 1,053 2,191 0 0 0 0.0 0.0 0.0
5 BURU 9 NA NA 996 465 310 775 0 1 1 0.0 0.3 0.1
6 BURU SELATAN 12 307 273 580 303 199 502 1 0 1 0.3 0.0 0.2
7 KOTA TUAL 13 275 296 571 275 296 571 0 0 0 0.0 0.0 0.0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 322 288 610 0 0 0 0.0 0.0 0.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 0 0 0 1,062 1,178 2,240 3 2 5 0.3 0.2 0.2
10 KEPULAUAN ARU 24 775 906 1,681 281 273 554 0 0 0 0.0 0.0 0.0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 1,553 1,514 3,067 1,377 1,254 3,542 3 0 3 0.2 0.0 0.1
JUMLAH PROV 189 11,158 11,947 29,946 12,251 12,299 25,461 7 3 10 0.8 0.5 0.0
ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 22.97 23.39 11.59

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 25

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PENDERITA FILARIASIS
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 KOTA AMBON 22 0 1 1 NA NA 171
2 MALUKU TENGAH 33 1 0 1 1 0 1
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 0 0 0 0 0 0
7 KOTA TUAL 13 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 0 0 0 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 0 0 0 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 0 0 0 0 0
JUMLAH PROV 189 1 1 2 1 0 172
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK PROV 0.12 0 10.56

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 26

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 3,633 3,054 6,687 3,573 98.35 3,054 100.00 6,627 99.10 146 4.09 113 3.70 259 3.91
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 7,533 NA NA 7,533 100.00 NA NA 60 0.80
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,694 2,188 3,882 NA NA NA 7 11 18
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 881 804 1,685 103 116 219 13.00 0 0 0
5 BURU 9 1,176 986 2,162 1,172 99.66 980 99.39 2,152 99.54 20 1.71 12 1.22 32 1.49
6 BURU SELATAN 12 618 698 1,316 436 70.55 566 81.09 1,002 76.14 11 2.52 13 2.30 24 2.40
7 KOTA TUAL 13 537 719 1,256 15 2.79 12 1.67 27 2.15 15 100.00 12 100.00 27 100.00
8 MALUKU TENGGARA 15 1,924 654 2,578 1,924 100.00 654 100.00 2,578 100.00 NA NA 6 0.23
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,178 1,117 2,295 NA NA NA NA NA NA
10 KEPULAUAN ARU 24 845 892 1,737 727 86.04 571 64.01 1,298 74.73 18 2.48 25 4.38 43 3.31
11 MALUKU BARAT DAYA 12 704 781 1,485 NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 13,190 11,893 32,616 7,950 60.27 5,953 50.05 21,436 65.72 217 2.73 186 3.12 469 2.19

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 27

STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BALITA

NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS BALITA DITIMBANG GIZI LEBIH GIZI BAIK GIZI KURANG GIZI BURUK
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 KOTA AMBON 22 15,950 17,356 33,306 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 13,490 13,520 27,010 32 0.2 24 0.2 56 0.2 12,562 93.1 12,475 92.3 25,037 92.7 862 6.4 980 7.2 1,842 6.8 34 0.3 41 0.3 75 0.3
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 6,970 7,070 14,040 38 0.5 23 0.3 61 0.4 4,158 59.7 4,720 66.8 8,878 63.2 398 5.7 411 5.8 809 5.8 2 0.0 3 0.0 5 0.0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 4,596 5,157 9,753 NA NA NA NA NA NA NA NA NA 2 0.0 3 0.0 5 0.1
5 BURU 9 2,459 2,516 4,975 121 4.9 124 4.9 245 4.9 2,203 89.6 2,234 88.8 4,437 89.2 123 5.0 128 251 5.0 12 0.5 30 1.2 42 0.8
6 BURU SELATAN 12 5,212 5,241 10,453 20 0.4 28 0.5 48 0.5 3,463 66.4 2,728 52.1 6,191 59.2 564 10.8 345 6.6 909 8.7 5 0.1 2 0.0 7 0.1
7 KOTA TUAL 13 2,360 2,697 5,057 NA NA NA NA NA NA NA NA NA 0 2 0.1 2 0.0
8 MALUKU TENGGARA 15 5,287 5,549 10,836 6 0.1 5 0.1 11 0.1 5,168 97.7 5,464 98.5 10,632 98.1 113 2.1 80 1.4 193 1.8 NA NA NA
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 5,219 5,260 10,479 60 1.1 38 0.7 98 0.9 4,982 95.5 4,955 94.2 9,937 94.8 201 3.9 230 4.4 431 4.1 7 0.1 6 0.1 13 0.1
10 KEPULAUAN ARU 24 2,996 1,995 4,991 NA NA NA NA NA NA NA NA NA 7 0.2 4 0.2 11 0.2
11 MALUKU BARAT DAYA 12 2,538 2,690 5,228 NA NA NA NA NA NA NA NA NA 4 0.2 6 0.2 10 0.2
JUMLAH PROV 189 67,077 69,051 136,128 277 0.4 242 0.4 519 0.38 32,536 48.51 32,576 47.2 65,112 47.83 2,261 33.9 2,174 25.5 4,435 3.26 73 0.1 97 0.1 170 0.12

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 28

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

IBU HAMIL IBU BERSALIN IBU NIFAS


NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DITOLONG MENDAPAT
JUMLAH K1 % K4 % JUMLAH % JUMLAH %
NAKES YANKES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KOTA AMBON 22 7,971 7,945 99.67 7,229 90.69 7,602 6,664 87.66 7,602 6,366 83.74
2 MALUKU TENGAH 33 10,153 8,767 86.35 7,911 77.92 9,740 7,576 77.78 9,740 7,481 76.81
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 5,481 4,917 89.71 4,251 77.56 5,231 3,773 72.13 5,004 3,736 74.66
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,640 1,831 69.36 1,604 60.76 2,640 1,631 61.78 2,640 1,626 61.59
5 BURU 9 3,008 2,610 86.77 2,154 71.61 2,870 1,987 69.23 2,870 1,918 66.83
6 BURU SELATAN 12 2,065 1,555 75.30 1,267 61.36 1,972 1,262 64.00 1,876 764 40.72
7 KOTA TUAL 13 1,620 1,416 87.41 1,111 68.58 1,547 1,100 71.11 1,547 1,273 82.29
8 MALUKU TENGGARA 15 2,717 2,717 100.00 2,420 89.07 2,602 2,284 87.78 2,537 2,537 100.00
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 2,739 2,566 93.68 1,922 70.17 2,615 2,271 86.85 2,614 2,304 88.14
10 KEPULAUAN ARU 24 2,001 1,868 93.35 1,540 76.96 1,911 1,428 74.73 1,911 1,438 75.25
11 MALUKU BARAT DAYA 12 1,970 1,747 88.68 1,439 73.05 1,881 1,365 72.57 1,881 1,407 74.80
JUMLAH PROV 189 42,365 37,939 89.55 32,848 77.54 40,611 31,341 77.17 40,222 30,850 76.70

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 29

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
HAMIL
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 KOTA AMBON 22 7,971 5,462 68.52 4,782 59.99 1,632 20.47 527 6.61 324 4.06 7,265 91.14
2 MALUKU TENGAH 33 10,153 7,930 78.10 7,111 70.04 0 0 0 0 0 0 7,111 70.04
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 5,481 4,443 81.06 2,250 41.05 608 11.09 157 2.86 205 3.74 3,220 58.75
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,640 1,639 62.08 1,531 57.99 296 11.21 97 3.67 9 0.34 1,933 73.22
5 BURU 9 3,008 2,610 86.77 2,154 71.61 0 0 0 0 79 2.63 2,233 74.24
6 BURU SELATAN 12 2,065 1,555 75.30 1,064 51.53 0 0 0 0 18 0.87 1,082 52.40
7 KOTA TUAL 13 1,620 947 58.46 526 32.47 268 16.54 150 9.26 227 14.01 1,171 72.28
8 MALUKU TENGGARA 15 2,717 1,292 47.55 1,782 65.59 60 2.21 30 1.10 2,170 79.87 4,042 148.77
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 2,739 2,103 76.78 1,157 42.24 614 22.42 430 15.70 453 16.54 2,654 96.90
10 KEPULAUAN ARU 24 2,001 627 31.33 425 21.24 242 12.09 125 6.25 136 6.80 928 46.38
11 MALUKU BARAT DAYA 12 1,970 687 34.87 454 23.05 0 0 0 0 135 6.85 589 29.90
JUMLAH PROV 189 42,365 29,295 69.15 23,236 54.85 3,720 8.78 1,516 3.58 3,756 8.87 32,228 76.07

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 31

JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATAL RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI
MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BUMIL NEONATAL RISTI/KOMPLIKASI DITANGANI


PERKIRAAN NEONATAL
JUMLAH BUMIL RISTI/ RISTI/KOMPLIKASI JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS RISTI/KOMPLIKASI
IBU HAMIL KOMPLIKASI DITANGANI L P L+P
6 % L P L+P L P L+P 6 % 6 % 6 %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 KOTA AMBON 22 7,971 1,594 634 39.77 3,633 3,054 6,687 545 458 1,003 188 34.50 156 34.05 344 34.30
2 MALUKU TENGAH 33 10,153 2,031 610 30.04 NA NA 7,533 NA NA 1,130 NA NA 262 23.19
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 5,481 1,096 0 1,694 2,188 3,882 254 328 582 0 0 0 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,640 528 132 25.00 881 804 1,685 132 121 253 0 0 0 0 0 0
5 BURU 9 3,008 602 378 62.83 1,176 986 2,162 176 148 324 47 26.64 34 22.99 81 24.98
6 BURU SELATAN 12 2,065 394 392 99.49 618 698 1,316 93 105 197 93 100 105 100 198 100
7 KOTA TUAL 13 1,620 324 65 20.06 537 719 1,256 81 108 188 17 21.10 16 14.84 33 17.52
8 MALUKU TENGGARA 15 2,717 543 0 1,924 654 2,578 289 98 387 0 0 0 0 68 17.58
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 2,739 548 393 71.74 1,178 1,117 2,295 177 168 344 124 70.18 141 84.15 265 76.98
10 KEPULAUAN ARU 24 2,001 400 105 26.24 845 892 1,737 127 134 261 57 44.97 40 29.90 97 37.23
11 MALUKU BARAT DAYA 12 1,970 394 87 22.08 704 781 1,485 106 117 223 26 24.62 23 19.63 49 22.00
JUMLAH PROV 189 42,365 8,473 2796 33.00 13,190 11,893 32,616 1,979 1,784 4,892 552 27.90 515 28.87 1,397 28.55

Sumber : Profil Dinas Kesehatan


Kab/Kota Tahun 2013
TABEL 32

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BAYI ANAK BALITA (1-4 TAHUN) IBU NIFAS


BAYI 6-11 BULAN MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A 2X MENDAPAT
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P JUMLAH VIT A
L P L+P 6 % 6 % 6 % L P L+P 6 % 6 % 6 % 6 %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KOTA AMBON 22 3,544 3,701 7,245 3,544 100.00 3,701 100.00 7,245 100.00 NA NA 88,591 12,549 12,063 24,612 27.78 7,602 6,685 87.94
2 MALUKU TENGAH 33 4,053 4,066 8,119 NA NA 3,594 44.27 18,531 20,653 39,184 NA NA 24,534 62.61 9,740 5,041 51.76
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2,566 2,426 4,992 2,021 78.76 2,212 91.18 4,233 84.80 52,526 55,632 27,129 11,582 22.05 11,445 20.57 23,027 84.88 5,004 3,736 74.66
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,383 1,314 2,697 NA NA NA 2,933 43,478 46,411 2,933 100.00 2,872 6.61 5,805 12.51 2,640 1,534 58.11
5 BURU 9 NA NA 2,734 705 689 1,394 50.99 NA NA 12,513 3,297 3,138 6,435 51.43 2,870 2,191 76.34
6 BURU SELATAN 12 818 836 1,654 699 85.45 578 69.14 1,277 77.21 2,481 2,449 4,930 2,054 82.79 2,239 91.43 4,293 87.08 1,876 1,157 61.67
7 KOTA TUAL 13 529 843 1,372 661 124.95 699 82.92 1,360 99.13 3,598 4,249 7,847 NA NA NA 1,547 1,273 82.29
8 MALUKU TENGGARA 15 1,295 1,175 2,470 1,135 87.64 1,135 96.60 2,270 91.90 3,950 4,196 8,146 3,458 87.54 3,282 78.22 6,740 82.74 2,592 2,531 97.65
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,228 1,263 2,491 840 68.40 829 65.64 1,669 67.00 6,802 5,343 12,145 4,919 72.32 4,859 90.94 9,778 80.51 2,614 1,037 39.67
10 KEPULAUAN ARU 24 1,091 729 1,820 442 40.51 442 60.63 884 48.57 6,643 4,427 11,070 3,890 58.56 3,777 85.32 7,667 69.26 1,911 1,629 85.24
11 MALUKU BARAT DAYA 12 896 893 1,789 NA NA NA 5,303 6,111 11,414 896 16.90 893 14.61 1,789 15.67 1,881 1,416 75.28
JUMLAH PROV 189 17,403 17,246 37,383 10,047 57.73 10,285 59.64 23,926 64.00 102,767 146,538 269,380 45,578 44.35 44,568 30.41 114,680 42.57 40,277 28,230 70.09

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 33

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP % MKJP
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS MKJP + NON
KON OBAT LAIN + NON
IUD % MOP % MOW % IM PLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % % % % JUMLAH % MKJP
DOM VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KOTA AMBON 22 2,561 6.93 144 0.39 1,646 4.46 2,958 8.01 7,309 19.78 17,258 46.72 10,574 28.62 1,802 4.88 0 - 0 0 29,634 80.22 36,943 100
2 MALUKU TENGAH 33 1,757 3.29 459 0.86 963 1.80 7,062 13.22 ##### 19.18 25,868 48.44 13,744 25.74 3,549 6.65 0 - 0 0 43,161 80.82 53,402 100
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 217 5.00 173 3.99 469 10.81 755 17.40 1,614 37.19 1,090 25.12 1,306 30.09 330 7.60 0 - 0 0 2,726 62.81 4,340 100
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 210 1.88 31 0.28 35 0.31 850 7.59 1,126 10.06 6,005 53.65 3,247 29.01 815 7.28 0 - 0 0 10,067 89.94 11,193 100
5 BURU 9 320 2.10 51 0.33 135 0.88 4,121 27.01 4,627 30.32 9,034 59.20 1,351 8.85 247 1.62 0 - 0 0 10,632 69.68 15,259 100
6 BURU SELATAN 12 325 3.67 104 1.17 51 0.58 933 10.53 1,413 15.94 3,923 44.27 2,579 29.10 947 10.69 0 - 0 0 7,449 84.06 8,862 100
7 KOTA TUAL 13 335 4.04 5 0.06 23 0.28 1,508 18.20 1,871 22.59 4,141 49.99 1,271 15.34 1,001 12.08 0 - 0 0 6,413 77.41 8,284 100
8 MALUKU TENGGARA 15 1,261 9.78 7 0.05 274 2.13 1,371 10.64 2,913 22.60 4,971 38.56 3,127 24.26 1,879 14.58 0 - 0 0 9,977 77.40 12,890 100
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 854 7.80 160 1.46 349 3.19 1,209 11.04 2,572 23.48 5,428 49.56 2,716 24.80 237 2.16 0 - 0 0 8,381 76.52 10,953 100
10 KEPULAUAN ARU 24 738 8.32 0 - 12 0.14 291 3.28 1,041 11.73 5,378 60.61 2,365 26.65 89 1.00 0 - 0 0 7,832 88.27 8,873 100
11 MALUKU BARAT DAYA 12 704 5.43 37 0.29 23 0.18 651 5.02 1,415 10.91 5,185 39.98 5,725 44.14 644 4.97 0 - 0 0 11,554 89.09 12,969 100
JUMLAH PROV 189 9,282 5.05 1,171 0.64 3,980 2.16 21,709 11.80 ##### 19.65 88,281 47.99 48,005 26.09 11,540 6.27 0 - 0 - 147,826 80.35 183,968 100

Sumber : BKKBN Provinsi Maluku Tahun 2013


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS
OBAT NON + NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % KONDOM % % LAIN NYA % JUMLAH % MKJP MKJP
VAGINA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KOTA AMBON 22 342 4.14 146 1.77 195 2.36 782 9.47 1,465 17.73 4,188 50.70 2,255 27.30 353 4.27 0 - 0 - 6,796 82.27 8,261 100
2 MALUKU TENGAH 33 275 1.67 13 0.08 164 1.00 1,902 11.58 2,354 14.33 8,185 49.84 4,590 27.95 1,293 7.87 0 - 0 - 14,068 85.67 16,422 100
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 47 1.08 0 - 8 0.18 527 12.08 582 13.35 1,595 36.57 1,524 34.95 660 15.13 0 - 0 - 3,779 86.65 4,361 100
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 111 1.68 23 0.35 22 0.33 287 4.34 443 6.71 2,691 40.73 1,966 29.76 1,507 22.81 0 - 0 - 6,164 93.29 6,607 100
5 BURU 9 37 0.75 0 - 18 0.36 281 5.66 336 6.77 2,457 49.50 1,285 25.89 886 17.85 0 - 0 - 4,628 93.23 4,964 100
6 BURU SELATAN 12 47 1.71 0 - 0 - 123 4.48 170 6.19 1,203 43.79 863 31.42 511 18.60 0 - 0 - 2,577 93.81 2,747 100
7 KOTA TUAL 13 175 7.42 0 - 35 1.48 246 10.43 456 19.34 851 36.09 658 27.91 393 16.67 0 - 0 - 1,902 80.66 2,358 100
8 MALUKU TENGGARA 15 181 2.75 5 0.08 51 0.78 600 9.13 837 12.74 2,324 35.37 2,084 31.72 1,325 20.17 0 - 0 - 5,733 87.26 6,570 100
9 MALUKU TENGGARA BARA 13 196 3.60 3 0.06 18 0.33 552 10.13 769 14.11 2,462 45.18 1,610 29.55 608 11.16 0 - 0 - 4,680 85.89 5,449 100
10 KEPULAUAN ARU 24 96 2.45 0 - 61 1.56 286 7.31 443 11.32 2,389 61.02 719 18.37 364 9.30 0 - 0 - 3,472 88.68 3,915 100
11 MALUKU BARAT DAYA 12 176 7.07 0 - 0 - 313 12.58 489 19.65 763 30.65 620 24.91 617 24.79 0 - 0 - 2,000 80.35 2,489 100
JUMLAH PROV 189 1,683 2.62 190 0.30 572 0.89 5,899 9.20 8,344 13.01 29,108 45.38 18,174 28.33 8,517 13.28 0 - 0 - 55,799 86.99 64,143 100

Sumber : BKKBN Provinsi Maluku Tahun 2013


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang
TABEL 35

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 68,992 8,874 12.86 32,679 47.37
2 MALUKU TENGAH 33 67,007 5,762 8.60 41,856 62.47
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 35,134 4,361 12.41 11,522 32.79
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 22,020 1,951 8.86 6,970 31.65
5 BURU 9 21,437 2,672 12.46 11,885 55.44
6 BURU SELATAN 12 18,722 9,167 48.96 6,850 36.59
7 KOTA TUAL 13 10,211 2,358 23.09 7,284 71.33
8 MALUKU TENGGARA 15 18,298 2,948 16.11 7,411 40.50
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 18,398 945 5.14 17,021 92.52
10 KEPULAUAN ARU 24 15,564 1,411 9.07 6,731 43.25
11 MALUKU BARAT DAYA 12 14,006 412 2.94 4,820 34.41
JUMLAH PROV 189 309,789 40,861 13.19 155,029 50.04

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 36

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH BAYI LAHIR HIDUP
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10.00 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 3,633 3,054 6,687 3,430 94.41 3,054 100.00 6,484 96.96 3,290 0.91 3,054 100.00 6,344 94.87
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 7,533 0 0 7,529 99.95 0 0 7,446 98.85
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,694 2,188 3,882 1,694 100.00 1,919 87.71 3,613 93.07 1,768 1.04 1,964 89.76 3,732 96.14
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 881 804 1,685 875 99.32 797 99.13 1,672 99.23 876 0.99 797 99.13 1,673 99.29
5 BURU 9 1,176 986 2,162 1,172 99.66 980 99.39 2,152 99.54 1,007 0.86 854 86.61 1,861 86.08
6 BURU SELATAN 12 618 698 1,316 388 62.78 344 49.28 732 55.62 581 0.94 364 52.15 945 71.81
7 KOTA TUAL 13 537 719 1,256 537 100.00 719 100.00 1,256 100.00 537 1.00 719 100.00 1,256 100.00
8 MALUKU TENGGARA 15 1,924 654 2,578 1,924 100.00 429 65.60 2,353 91.27 2,097 1.09 406 62.08 2,503 97.09
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,178 1,117 2,295 1,178 100.00 1,117 100.00 2,295 100.00 1,277 1.08 983 88.00 2,260 98.47
10 KEPULAUAN ARU 24 845 892 1,737 736 87.10 747 83.74 1,483 85.38 664 0.79 698 78.25 1,362 78.41
11 MALUKU BARAT DAYA 12 704 781 1,485 704 100.00 781 100.00 1,485 100.00 738 1.05 652 83.48 1,390 93.60
JUMLAH PROV 189 13,190 11,893 32,616 12,638 95.82 10,887 91.54 31,054 95.21 12,835 0.97 10,491 88.21 30,772 94.35

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 37

CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)


JUMLAH BAYI
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,544 3,701 7,245 NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 4,053 4,066 8,119 3,739 92.25 3,608 88.7 7,347 90.49
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2,566 2,426 4,992 NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,383 1,314 2,697 818 59.15 872 66.4 1,690 62.66
5 BURU 9 NA NA 2,734 1,423 1,255 2,678 97.95
6 BURU SELATAN 12 818 836 1,654 504 61.61 572 68.4 1,076 65.05
7 KOTA TUAL 13 529 843 1,372 NA NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 1,295 1,175 2,470 1,188 91.74 1,135 96.6 2,323 94.05
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,228 1,263 2,491 965 78.58 1,049 83.1 2,014 80.85
10 KEPULAUAN ARU 24 1,091 729 1,820 NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 896 893 1,789 NA NA NA
JUMLAH PROV 189 17,403 17,246 37,383 8,637 49.63 8,491 49.23 17,128 45.82

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 38

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH % DESA/KEL
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DESA/KEL UCI
DESA/KEL UCI

1 2 3 4 5 6
1 KOTA AMBON 22 50 45 90.0
2 MALUKU TENGAH 33 171 164 95.9
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 92 92 100.0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 160 33 20.6
5 BURU 9 82 42 51.2
6 BURU SELATAN 12 79 41 51.9
7 KOTA TUAL 13 29 25 86.2
8 MALUKU TENGGARA 15 191 84 44.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 79 66 83.5
10 KEPULAUAN ARU 24 119 81 68.1
11 MALUKU BARAT DAYA 12 117 34 29.1
JUMLAH PROV 189 1,169 707 60.5

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 39

CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BAYI DIIMUNISASI
DO RATE (%)
JUMLAH BAYI DPT1+HB1 DPT3+HB3 CAMPAK
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8.00 9 10.00 11 12.00 13 14 15 16.0 17 18.00 19 20 21 22 23 24.00 25 26 27
1 KOTA AMBON 22 3,544 3,701 7,245 3,544 100.00 3,373 91.14 6,917 95.47 3,544 100.0 3,561 96.2 7,105 98.07 3,544 100.0 3,485 94.2 7,029 97.02 0 (3.32) (1.62)
2 MALUKU TENGAH 33 4,053 4,066 8,119 4,053 100.00 4,066 ##### 8,119 ##### 4,053 100.0 4,066 100.0 8,119 100.00 4,053 100.0 4,066 100.0 8,119 100.00 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2,566 2,426 4,992 2,184 85.11 2,184 90.02 4,368 87.50 2,015 78.5 2,008 82.8 4,023 80.59 2,040 79.5 1,996 82.3 4,036 80.85 6.59 8.61 7.60
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,383 1,314 2,697 1,383 100.00 1,314 ##### 2,697 ##### 1,283 92.8 1,167 88.8 2,450 90.84 1,325 95.8 1,219 92.8 2,544 94.33 4.19 7.23 5.67
5 BURU 9 NA NA 2,734 1,247 1,180 2,427 88.77 1,101 990 2,091 76.48 1,020 993 2,013 73.63 18.20 15.85 17.06
6 BURU SELATAN 12 818 836 1,654 441 53.91 436 52.15 877 53.02 407 49.8 382 45.7 789 47.70 370 45.2 336 40.2 706 42.68 16.10 22.94 19.50
7 KOTA TUAL 13 529 843 1,372 529 100.00 836 99.17 1,365 99.49 529 100.0 839 99.5 1,368 99.71 529 100.0 780 92.5 1,309 95.41 0 6.70 4.10
8 MALUKU TENGGARA 15 1,295 1,175 2,470 1,256 96.99 1,151 97.96 2,407 97.45 1,295 100.0 1,175 100.0 2,470 100.00 1,295 100.0 1,172 99.7 2,467 99.88 (3.11) (1.82) (2.49)
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,228 1,263 2,491 1,076 87.62 1,208 95.65 2,284 91.69 986 80.3 848 67.1 1,834 73.63 1,050 85.5 1,108 87.7 2,158 86.63 2.42 8.28 5.52
10 KEPULAUAN ARU 24 1,091 729 1,820 876 80.29 667 91.50 1,543 84.78 730 66.9 641 87.9 1,371 75.33 714 65.4 616 84.5 1,330 73.08 18.49 7.65 13.80
11 MALUKU BARAT DAYA 12 896 893 1,789 830 92.63 807 90.37 1,637 91.50 665 74.2 658 73.7 1,323 73.95 743 82.9 681 76.3 1,424 79.60 10.48 15.61 13.01
JUMLAH PROV 189 17,403 17,246 37,383 17,419 100.09 17,222 99.86 34,641 92.67 16,608 95.4 16,335 94.8 32,943 88.12 16,683 95.9 16,452 95.4 33,135 88.64 4.23 4.47 4.35

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 40

CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI BCG POLIO3
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 3,544 3,701 7,245 3,544 100.00 3414 92.2 6958 96.04 1,801 50.8 1,307 35.3 3,108 42.90
2 MALUKU TENGAH 33 4,053 4,066 8,119 4,053 100.00 4066 100.0 8119 100.00 4,053 100.0 4,066 100.0 8,119 100.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2,566 2,426 4,992 1,949 75.95 2004 82.6 3953 79.19 2,142 83.5 2,133 87.9 4,275 85.64
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,383 1,314 2,697 1,354 97.90 1249 95.1 2603 96.51 1,194 86.3 1,134 86.3 2,328 86.32
5 BURU 9 NA NA 2,734 1,178 1154 2332 85.30 1,213 1,077 2,290 83.76
6 BURU SELATAN 12 818 836 1,654 440 53.79 442 52.9 882 53.33 384 46.9 496 59.3 880 53.20
7 KOTA TUAL 13 529 843 1,372 529 100.00 771 91.5 1300 94.75 529 100.0 843 100.0 1,372 100.00
8 MALUKU TENGGARA 15 1,295 1,175 2,470 1,200 92.66 1175 100.0 2375 96.15 1,295 100.0 1,175 100.0 2,470 100.00
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,228 1,263 2,491 1,083 88.19 1263 100.0 2346 94.18 1,050 85.5 1,174 93.0 2,224 89.28
10 KEPULAUAN ARU 24 1,091 729 1,820 755 69.20 645 88.5 1400 76.92 751 68.8 628 86.1 1,379 75.77
11 MALUKU BARAT DAYA 12 896 893 1,789 791 88.28 733 82.1 1524 85.19 686 76.6 701 78.5 1,387 77.53
JUMLAH PROV 189 17,403 17,246 37,383 16,876 96.97 16,916 98.09 33,792 90.39 15,098 86.76 14,734 85.43 29,832 79.80

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 41

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,544 3,701 7,245 428 12.08 443 11.97 871 12.02
2 MALUKU TENGAH 33 4,053 4,066 8,119 NA NA 330 4.06
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2,566 2,426 4,992 287 11.18 307 12.65 594 11.90
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,383 1,314 2,697 312 22.56 471 35.84 783 29.03
5 BURU 9 NA NA 2,734 0 1,238 1,238 45.28
6 BURU SELATAN 12 818 836 1,654 221 27.02 151 18.06 372 22.49
7 KOTA TUAL 13 529 843 1,372 151 28.54 165 19.57 316 23.03
8 MALUKU TENGGARA 15 1,295 1,175 2,470 390 30.12 381 32.43 771 31.21
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,228 1,263 2,491 121 9.85 123 9.74 244 9.80
10 KEPULAUAN ARU 24 1,091 729 1,820 29 2.66 31 4.25 60 3.30
11 MALUKU BARAT DAYA 12 896 893 1,789 10 1.12 7 0.78 17 0.95
JUMLAH PROV 189 17,403 17,246 37,383 1,949 11.20 3,317 19.23 5,596 14.97

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN KELUARGA MISKIN
MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

ANAK 6-23 BULAN


NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DARI KELUARGA MISKIN MENDAPAT MP-ASI %
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA 2,926 NA NA 72 NA NA 2.46
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 30,264 30,729 60,993 0 0 0
5 BURU 9 0 0 0 0 32 32
6 BURU SELATAN 12 864 908 1,772 766 822 1,588 88.66 90.53 89.62
7 KOTA TUAL 13 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 0 0 0 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
10 KEPULAUAN ARU 24 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 31,128 31,637 65,691 766 854 1,692 2.46 2.70 2.58

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 43

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 NA NA 88,591 15,014 14,742 29,756 33.59
2 MALUKU TENGAH 33 18,531 20,653 39,184 12,200 65.84 11,980 58.01 24,180 61.71
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 11,122 16,007 27,129 8,483 76.27 11,623 72.61 20,106 74.11
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 6,746 6,617 NA 0 0 0
5 BURU 9 NA NA 12,513 NA NA 12,513 100
6 BURU SELATAN 12 2,481 2,449 4,930 2,481 100 2,449 100 4,930 100
7 KOTA TUAL 13 3,598 4,249 7,847 1,817 50.50 2,487 58.53 4,304 54.85
8 MALUKU TENGGARA 15 3,950 4,196 8,146 3,950 100 4,196 100 8,146 100
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 6,802 5,343 12,145 4,646 68.30 4,713 88.21 9,359 77.06
10 KEPULAUAN ARU 24 6,643 4,427 11,070 2,904 43.72 3,050 68.90 5,954 53.79
11 MALUKU BARAT DAYA 12 5,303 6,111 11,414 655 12.35 607 9.93 1,262 11.06
JUMLAH PROV 189 65,176 70,052 222,969 52,150 80.01 55,847 79.72 120,510 54.05

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 44

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BALITA
DITIMBANG BB NAIK BGM
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS BALITA YANG ADA
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KOTA AMBON 22 NA NA 88,591 15,950 17,356 33,306 37.60 NA NA NA 59 0.37 67 0.39 126 0.38
2 MALUKU TENGAH 33 18,531 20,653 39,184 13,745 74.17 13,411 64.93 27,156 69.30 13,745 100.00 11,728 87.45 25,473 93.80 NA NA 1,651 6.08
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 11,122 16,007 27,129 6,970 62.67 7,070 44.17 14,040 51.75 NA NA NA 81 1.16 105 1.49 186 1.32
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 6,746 6,617 13,363 NA NA NA NA NA NA 107 116 223
5 BURU 9 NA NA 12,513 2,459 4,975 7,434 59.41 1,707 69.42 1,775 35.68 3,482 46.84 55 2.24 59 1.19 114 1.53
6 BURU SELATAN 12 2,481 2,449 4,930 2,481 100.00 2,449 100.00 4,930 100.00 875 35.27 1,170 47.77 2,045 41.48 135 5.44 124 5.06 259 5.25
7 KOTA TUAL 13 3,598 4,249 7,847 2,360 65.59 2,697 63.47 5,057 64.45 NA NA NA 2 0.08 0 - 2 0.04
8 MALUKU TENGGARA 15 3,950 4,196 8,146 3,950 100.00 4,196 100.00 8,146 100.00 3,950 100.00 4,196 100.00 8,146 100.00 50 1.27 45 1.07 95 1.17
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 6,802 5,343 12,145 5,353 78.70 5,126 95.94 10,479 86.28 0 0 0 144 2.69 142 2.77 286 2.73
10 KEPULAUAN ARU 24 6,643 4,427 11,070 2,996 45.10 1,995 45.06 4,991 45.09 NA NA NA 48 1.60 53 2.66 101 2.02
11 MALUKU BARAT DAYA 12 5,303 6,111 11,414 2,538 47.86 2,690 44.02 5,228 45.80 NA NA NA 74 2.92 92 3.42 166 3.18
JUMLAH PROV 189 65,176 70,052 ###### 58,802 90.22 61,965 88.46 120,767 51.10 20,277 34.48 18,869 30.45 39,146 32.41 755 1.28 803 1.30 3,209 2.66

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 45

CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BALITA GIZI BURUK


MENDAPAT PERAWATAN
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P 6 % 6 % 6 %
1 2 3 4 5 6 7 8.00 9 10.00 11 12.00
1 KOTA AMBON 22 NA NA NA 19 9 28
2 MALUKU TENGAH 33 34 41 75 23 67.65 25 60.98 48 64.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 2 3 5 8 400.00 9 300.00 17 340.00
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2 3 5 2 100.00 3 100.00 5 100.00
5 BURU 9 12 30 42 10 83.33 6 20.00 16 38.10
6 BURU SELATAN 12 5 2 7 5 100.00 2 100.00 7 100.00
7 KOTA TUAL 13 0 2 2 0 2 100.00 2 100.00
8 MALUKU TENGGARA 15 NA NA NA 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 7 6 13 7 100.00 6 100.00 13 100.00
10 KEPULAUAN ARU 24 7 4 11 7 100.00 4 100.00 11 100.00
11 MALUKU BARAT DAYA 12 4 6 10 4 100.00 6 100.00 10 100.00
JUMLAH PROV 189 73 97 170 85 100.00 72 100.00 157 92.35

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 46

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,696 3,401 7,097 3,694 99.95 3,295 96.88 6,989 98.48
2 MALUKU TENGAH 33 4,202 3,822 8,024 4,202 100 3,822 100 8,024 100
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 1,750 1,740 3,490 1,750 100 1,740 100 3,490 100
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,231 1,979 4,210 1,987 89.06 1,778 89.84 3,765 89.43
5 BURU 9 NA NA 16,844 NA NA 2,106 12.50
6 BURU SELATAN 12 2,381 2,251 4,632 0 0 0
7 KOTA TUAL 13 742 679 1,421 742 100 679 100 1,421 100
8 MALUKU TENGGARA 15 1,484 1,493 2,977 556 37.47 599 40.12 1,155 38.80
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 1,893 1,722 3,615 603 31.85 564 32.75 1,167 32.28
10 KEPULAUAN ARU 24 1,756 1,320 3,076 1,114 63.44 1,074 81.36 2,188 71.13
11 MALUKU BARAT DAYA 12 1,385 1,396 2,781 1,385 100 1,396 100 2,781 100
JUMLAH PROV 189 21,520 19,803 41,323 16,033 74.50 14,947 75.48 33,086 80.07
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 74.50 75.48 80.07

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 47

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MURID SD DAN SETINGKAT


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12.00
1 KOTA AMBON 22 NA NA NA NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 NA NA NA NA NA NA
5 BURU 9 NA NA 16,844 0 94 2,106 12.50
6 BURU SELATAN 12 3,555 3,813 7,368 2,033 57.19 1,831 48 3,864 52.44
7 KOTA TUAL 13 NA NA NA NA NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 1,484 1,493 2,977 556 37.47 599 40 1,155 38.80
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 9,625 9,134 18,759 800 8.31 865 9 1,665 8.88
10 KEPULAUAN ARU 24 NA NA NA NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA NA NA NA NA
JUMLAH (KAB/KOTA) 189 14,664 14,440 45,948 3,389 23.11 3,389 23.5 8,790 19.13

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 48

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 3,365 1,962 5,327 2,838 84.34 1,770 90.21 4,608 86.50
2 MALUKU TENGAH 33 7,649 9,027 16,676 0 0 8,789 52.70
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 2,595 2,542 5,137 462 17.80 681 26.79 1,143 22.25
5 BURU 9 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 5,599 6,043 11,642 750 13.40 727 12.03 1,477 12.69
7 KOTA TUAL 13 2,237 2,654 4,891 2,237 100.00 2,654 100.00 4,891 100.00
8 MALUKU TENGGARA 15 3,163 4,290 7,453 3,163 100.00 3,792 88.39 6,955 93.32
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 4,656 4,544 9,200 500 10.74 627 13.80 1,127 12.25
10 KEPULAUAN ARU 24 296 423 719 296 100.00 423 100.00 719 100.00
11 MALUKU BARAT DAYA 12 162 162 324 92 56.79 93 57.41 185 57.10
JUMLAH PROV 189 29,722 31,647 61,369 10,338 34.78 10,767 34.02 29,894 48.71

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 49

PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %

1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM


2 RUMAH SAKIT JIWA
3 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA 1 1 100
4 PUSKESMAS PERAWATAN #DIV/0!
5 PUSKESMAS NON PERAWATAN #DIV/0!
6 KLINIK TNI/POLRI 0 0
7 KLINIK PERUSAHAAN 1 1
8 SARANA YANKES.LAINNYA 0 0
JUMLAH PROV 2 2 100

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 50

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


JENIS KEJADIAN LUAR JUMLAH PENDERITA ATTACK RATE (%) JUMLAH KEMATIAN CFR (%)
NO TERANCAM
BIASA JUMLAH JUMLAH
KEC DESA L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Leptospirosis 4 9 13 3 16 2 1 3 15.38 33.33 18.75
2 Diare 1 1 55 60 115 55 60 115 100 100 100
3 Diare 1 1 1,376 1,456 2,832 38 49 87 2.76 3.37 3.07 1 0 1 2.63 - 1.15
4 Campak 1 1 3,351 3,699 7,050 10 15 25 0.30 0.41 0.35 0 0 0 - - -

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 51

DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

DESA/KELURAHAN TERKENA KLB

JUMLAH RATA2 KEJADIAN


NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DESA/KELURAHAN DITANGANI <24
DESA/KELURAHAN JUMLAH %
KLB PER JUMLAH JAM
DESA/KELURAHAN

1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 50 8 0.16 8 100
2 MALUKU TENGAH 33 171 2 0.01 1 50
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 92 3 0.03 3 100
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 160 2 0.01 2 100
5 BURU 9 82 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 79 0 0 0
7 KOTA TUAL 13 29 1 0.03 1 100
8 MALUKU TENGGARA 15 191 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 79 2 0.03 1 50
10 KEPULAUAN ARU 24 119 1 0.01 1 100
11 MALUKU BARAT DAYA 12 117 1 0.01 1 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 189 1,169 20 0.02 18 90.00
TABEL 52

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS RASIO TUMPATAN/
TUMPATAN GIGI TETAP PENCABUTAN GIGI TETAP
PENCABUTAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA AMBON 22 NA NA 732 NA NA 7,240 0.1
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA 63 NA NA 78 0.8
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 102 139 241 168 198 366 0.6 0.7 0.7
5 BURU 9 80 52 132 81 62 143 1.0 0.8 0.9
6 BURU SELATAN 12 0 2 2 52 1 53 0.0 2.0 0.0
7 KOTA TUAL 13 NA NA 42 NA NA 394 0.1
8 MALUKU TENGGARA 15 NA NA 108 NA NA 905 0.1
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 11 14 25 264 281 545 0.0 0.0 0.0
10 KEPULAUAN ARU 24 NA NA 47 NA NA 124 0.4
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 193 207 1,392 565 542 9,848 0.3 0.4 0.1

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 53

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF)


JUMLAH JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 KOTA AMBON 22 200 - - 200 1.00 3,704 3,407 7,111 3,704 100.00 3,407 100.00 7,111 100.00 NA NA NA NA NA ####
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
5 BURU 9 121 9 7.44 432 3.57 NA NA 16,844 205 215 420 2.49 145 117 262 145 100.0 117 100.0 262 100.0
6 BURU SELATAN 12 81 23 28.40 13 0.16 3,214 3,642 6,856 1,050 32.67 1,779 48.85 2,829 41.26 377 384 761 13 3.4 18 4.7 31 4.1
7 KOTA TUAL 13 56 0 0 626 620 1,246 575 91.85 620 100.00 1,195 95.91 140 152 292 27 19.3 23 15.1 50 17.1
8 MALUKU TENGGARA 15 153 NA 106 0.69 1,484 1,493 2,977 556 37.47 599 40.12 1,155 38.80 NA NA NA NA NA NA
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 123 19 15.45 - 9,625 9,134 18,759 960 9.97 2,048 22.42 3,008 16.03 538 594 1,132 262 48.7 275 46.3 537 47.4
10 KEPULAUAN ARU 24 134 NA NA 327 351 678 95 29.05 21 5.98 116 17.11 NA NA NA NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 868 51 5.88 751 86.5 ##### 18,647 54,471 7,145 37.6 8,689 46.6 ##### 29.1 #### #### 2,447 447 37.3 433 34.7 #### 154.6

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PENYULUHAN KESEHATAN
JUMLAH SELURUH
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH KEGIATAN
KEGIATAN
PENYULUHAN
PENYULUHAN
MASSA
KELOMPOK
1 2 3 4 5
1 KOTA AMBON 22 NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 983 195
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 77 6
5 BURU 9 361 671
6 BURU SELATAN 12 41 34
7 KOTA TUAL 13 NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 6076 5046
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 301 397
10 KEPULAUAN ARU 24 NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA
SUB JUMLAH I 189 7839 6349
1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2 Rumah Sakit
JUMLAH PROV 7839 6349

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 55

CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS JAMINAN, JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KO
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR


JUMLAH PENDUDUK
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS ASKES JAMSOSTEK ASKESKIN/JAMKESMAS LAINNYA JUMLAH %
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KOTA AMBON 22 189,728 189,887 379,615 NA NA 40,663 0 NA NA 77,011 117,674 31.00
2 MALUKU TENGAH 33 185,499 181,678 367,177 0 0 0
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 85,598 82,536 168,134 5,050 6,144 11,194 0 15,741 33,631 49,372 472 222 694 21,263 39,997 61,260 24.84 48.46 36.44
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 53,371 51,531 104,902 NA NA NA 0 20,335 25,059 45,394
5 BURU 9 61,608 58,573 120,181 NA NA 3,523 0 23,313 21,779 45,092 48,615 40.45
6 BURU SELATAN 12 29,390 27,798 57,188 437 425 862 0 9,665 10,600 20,265 10,102 11,025 21,127 34.37 39.66 36.94
7 KOTA TUAL 13 31,704 32,328 64,032 ##### ##### 53,537 0 17,692 13,385 31,077 31,076 53,538 84,614 98.02 ##### 132.14
8 MALUKU TENGGARA 15 48,117 49,956 98,073 3,336 6,876 10,212 0 25,559 34,048 59,607 ##### ##### 50,909 52,308 68,420 120,728 ##### ##### 123.10
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 54,589 54,076 108,665 4,959 6,146 11,105 0 22,035 28,174 50,209 26,994 34,320 61,314 49.45 63.47 56.42
10 KEPULAUAN ARU 24 45,907 42,832 88,739 1,552 1,924 3,476 0 10,959 11,185 22,144 ##### ##### 63,146 37,770 50,996 88,766 82.28 ##### 100.03
11 MALUKU BARAT DAYA 12 36,100 35,607 71,707 NA NA NA 0 38,986 38,826 77,812
JUMLAH PROV 189 821,611 806,802 1,628,413 ##### ##### ####### 0 184,285 216,687 ####### ##### ##### ###### 179,513 258,296 604,098
PERSENTASE PROV 3.5 7.6 8.3 0.0 22.4 26.9 29.4 6.0 8.1 7.0 21.8 32.0 37.1 21.85 32.01 37.10

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 56

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KO
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)


MENDAPAT YANKES RAWAT JALAN
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DICAKUP ASKESKIN/JAMKESMAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
JUMLAH YANG ADA
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1) (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KOTA AMBON 22 NA NA 77,011 NA NA 77,011 100.00 NA NA NA NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 15,741 33,631 49,372 15,741 100.00 33,631 100.00 49,372 100.00 NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 20,335 25,059 45,394 20,335 100.00 25,059 100.00 45,394 100.00 27,890 137.15 28,662 114.38 56,552 124.58 8 0.04 6 0.02 14 0.0
5 BURU 9 23,313 21,779 45,092 23,313 100.00 21,779 100.00 45,092 100.00 NA NA 45,092 100.00 NA NA NA
6 BURU SELATAN 12 9,665 10,600 20,265 9,305 96.28 8,898 83.94 20,265 100.00 7,170 74.19 7,132 67.28 14,302 70.57 14 0.14 11 0.10 25 0.1
7 KOTA TUAL 13 17,692 13,385 31,077 17,692 100.00 13,385 100.00 31,077 100.00 NA NA NA NA NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 25,559 34,048 59,607 25,559 100.00 34,048 100.00 59,607 100.00 52,258 204.46 37,458 110.02 89,716 150.51 881 3.45 1,084 3.18 1,965 3.3
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 22,035 28,174 50,209 22,035 100.00 28,174 100.00 50,209 100.00 18,974 86.11 25,889 91.89 44,863 89.35 NA NA NA
10 KEPULAUAN ARU 24 10,959 11,185 22,144 10,959 100.00 11,185 100.00 22,144 100.00 NA NA NA NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 38,986 38,826 77,812 38,986 100.00 38,826 100.00 77,812 100.00 NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 184,285 216,687 477,983 183,925 99.80 214,985 99.21 477,983 100.00 106,292 57.68 99,141 45.75 250,525 52.41 903 0.49 1,101 0.51 2,004 0.4

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 57

CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN


MENDAPAT YANKES RAWAT INAP
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
JUMLAH YANG ADA
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1) (PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA AMBON 22 NA NA 77,011 NA NA NA NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 15,741 33,631 49,372 NA NA NA NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 20,335 25,059 45,394 247 1.21 208 0.83 455 1.00 8 0.04 6 0.02 14 0.03
5 BURU 9 23,313 21,779 45,092 98 0.42 55 0.25 153 0.34 14 0.06 12 0.06 26 0.06
6 BURU SELATAN 12 9,665 10,600 20,265 13 0.13 9 0.08 22 0.11 4 0.04 4 0.04 8 0.04
7 KOTA TUAL 13 17,692 13,385 31,077 NA NA NA NA NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 25,559 34,048 59,607 93 0.36 182 0.53 275 0.46 172 0.67 227 0.67 399 0.67
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 22,035 28,174 50,209 115 0.52 202 0.72 317 0.63 NA NA NA
10 KEPULAUAN ARU 24 10,959 11,185 22,144 NA NA NA NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 38,986 38,826 77,812 NA NA NA NA NA NA
JUMLAH PROV 189 184,285 216,687 477,983 566 0.31 656 0.30 1,222 0.26 198 0.11 249 0.11 447 0.09

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 58

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

JUMLAH
NO KAB/KOTA
PUSKESMAS
1 KOTA AMBON 22 118,850 162,533 281,383 167 316 483 355 280 635
2 MALUKU TENGAH 33 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 20,480 22,268 42,748 235 250 485 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 1,651 5,319 6,970 43 133 176 18 17 35
5 BURU 9 23,066 20,764 43,830 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 12 5,127 6,092 11,219 16 11 27 68 39 107
7 KOTA TUAL 13 47,845 60,528 108,373 123 285 408 37 9 46
8 MALUKU TENGGARA 15 60,095 72,203 132,298 364 503 867 166 148 314
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 31,987 41,081 73,068 236 271 507 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 24 34,971 39,774 74,745 63 59 122 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 12 1,536 1,412 2,948 155 156 311 0 0 0
SUB JUMLAH I 345,608 431,974 777,582 1,402 1,984 3,386 644 493 1,137
NO KAB/KOTA JUMLAH RS
1 KOTA AMBON 11 68,458 66,335 134,793 17,314 18,417 35,731 85,774 84,806 170,580
2 MALUKU TENGAH 4 NA NA NA NA NA NA NA NA NA
3 SERAM BAGIAN BARAT 1 1,761 2,439 4,200 471 702 1,173 0 0 0
4 SERAM BAGIAN TIMUR 1 743 1,066 1,809 348 367 715 0 0 0
5 BURU 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 BURU SELATAN 1 1,021 1,276 2,297 873 729 1,602 0 0 0
7 KOTA TUAL 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 MALUKU TENGGARA 15,516 19,352 34,868 3,844 5,209 9,053 0 0 0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 4,628 5,110 9,738 783 1,180 1,963 0 0 0
10 KEPULAUAN ARU 1 6,242 6,858 13,100 1,091 1,482 2,573 0 0 0
11 MALUKU BARAT DAYA 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II 98,369 102,436 200,805 24,724 28,086 52,810 85,774 84,806 170,580
1
2
3
4

SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0


JUMLAH PROV 443,977 534,410 978,387 26,126 30,070 56,196 86,418 85,299 171,717
JUMLAH PENDUDUK PROV 821,611 806,802 1,628,413 821,611 806,802 1,628,413
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 54.0 66.2 60.1 3.2 3.7 3.5

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 59

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

PASIEN KELUAR (HIDUP + PASIEN KELUAR MATI


JUMLAH PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO NAMA RUMAH SAKITa JENIS RSb MATI) • 48 JAM DIRAWAT
TEMPAT TIDUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 RSUD dr.M.Haulussy Umum 353 6,656 9,388 16,044 456 353 809 269 229 498 6.85 3.76 5.04 4.04 2.44 3.10
2 RS Khusus Daerah RS jiwa 72 973 1,132 2,105 15 5 20 4 1 5 1.54 0.44 0.95 0.41 0.09 0.24
3 RS Tk. III dr.J.Latumeten RS TNI/POLRI 148 2,345 1,976 4,321 30 23 53 22 21 43 1.28 1.16 1.23 0.94 1.06 1.00
4 RS dr.F.X.Soeharjo RS TNI/POLRI 21 NA NA 1,329 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
5 RS Bayangkara RS TNI/POLRI 76 825 627 1,452 20 19 39 805 605 1,410 2.42 3.03 2.69 97.58 96.49 97.11
6 RS Sumber Hidup RS Swasta 60 NA NA 2,982 NA NA 75 NA NA 40 NA NA 2.52 NA NA 1.34
7 RS Hative Passo RS Swasta 50 NA NA 2,615 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
8 RS Al Fatah RS Swasta 84 800 857 1,657 12 18 30 9 9 18 1.50 2.10 1.81 1.13 1.05 1.09
9 RS Bakti Rahayu RS Swasta 60 5,715 4,490 10,205 NA NA 6 NA NA 10,205 NA NA 0.06 NA NA 100.00
10 RS Lanud Pattimura RS TNI/POLRI NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
11 RS Tulehu Umum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
12 RS Masohi Umum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
13 RS Saparua Umum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
14 RS Banda Umum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
15 RSUD Piru Umum 50 471 702 1,173 23 21 44 10 10 20 4.88 2.99 3.75 2.12 1.42 1.71
16 RSUD Bula Umum 75 348 367 715 12 8 20 10 8 18 3.45 2.18 2.80 2.87 2.18 2.52
17 RSUD Namlea Umum 54 310 385 695 13 3 16 0 0 0 4.19 0.78 2.30 NA NA NA
18 RSUD Namrole Umum 30 789 1,057 1,846 11 9 20 4 3 7 1.39 0.85 1.08 0.51 0.28 0.38
19 RSUD Maren Umum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
20 RSUD Karel Sadsuitubun Umum 117 2,226 3,130 5,356 123 106 229 51 35 86 5.53 3.39 4.28 2.29 1.12 1.61
21 RS Hati Kudus Langgur RS Swasta 99 1,606 2,236 3,842 25 32 57 16 25 41 1.56 1.43 1.48 1.00 1.12 1.07
22 RS St Yusup RS Swasta NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
23 RSUD dr.P.P.Magreti Umum 60 783 1,180 1,963 30 26 56 20 13 33 3.83 2.20 2.85 2.55 1.10 1.68
24 RS Bergerak Saumlaki Umum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
25 RS Fatima RS Swasta NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
26 RSUD Cendrwasih Umum 60 1,091 1,482 2,573 24 38 62 12 46 58 2.20 2.56 2.41 1.10 3.10 2.25
27 RS Bergerak MBD Umum 12 163 164 327 5 9 14 3 5 8 3.07 5.49 4.28 1.84 3.05 2.45
PROV 1,481 25,101 29,173 61,200 799 670 1,550 1,235 1,010 12,490 3.2 2.3 2.53 4.92 3.46 20.41

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
b Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)
TABEL 60

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH PASIEN
JUMLAH
JUMLAH PASIEN PASIEN
PASIEN HARI
NO NAMA RUMAH SAKITa JENIS RSb TEMPAT KELUAR KELUAR BOR LOS TOI
KELUAR PERAWAT
TIDUR (HIDUP + MATI • 48
MATI AN
MATI) JAM
1 2 3 4 5 6 7 8 9.00 10.00 11.00
1 RSUD dr.M.Haulussy Umum 353 16,044 809 498 86,255 66.94 5.38 2.65

2 RS Khusus Daerah RS jiwa 72 2,105 20 5 17,451 66.40 8.29 4.19

3 RS Tk. III dr.J.Latumeten RS TNI/POLRI 148 4,321 53 43 32,919 60.94 7.62 4.88

4 RS dr.F.X.Soeharjo RS TNI/POLRI 21 1,329 NA NA 219 2.86 0.16 5.60

5 RS Bayangkara RS TNI/POLRI 76 1,452 39 1,410 4,562 16.45 3.14 15.96

6 RS Sumber Hidup RS Swasta 60 2,982 75 40 13,679 62.46 4.59 2.76

7 RS Hative Passo RS Swasta 50 2,615 NA NA 6,865 37.62 2.63 4.35

8 RS Al Fatah RS Swasta 84 1,657 30 18 6,142 20.03 3.71 14.80

9 RS Bakti Rahayu RS Swasta 60 10,205 6 10,205 30,873 140.97 3.03 (0.88)

10 RS Lanud Pattimura RS TNI/POLRI NA NA NA NA NA NA NA NA

11 RS Tulehu Umum NA NA NA NA NA NA NA NA

12 RS Masohi Umum NA NA NA NA NA NA NA NA

13 RS Saparua Umum NA NA NA NA NA NA NA NA

14 RS Banda Umum NA NA NA NA NA NA NA NA

15 RSUD Piru Umum 50 1,173 44 20 5,700 31.23 4.86 10.70

16 RSUD Bula Umum 75 715 20 18 2,860 10.45 4.00 34.29

17 RSUD Namlea Umum 54 695 16 0 - - - 28.36

18 RSUD Namrole Umum 30 1,846 20 7 8,769 80.08 4.75 1.18

19 RSUD Maren Umum NA NA NA NA NA NA NA NA

20 RSUD Karel Sadsuitubun Umum 117 5,356 229 86 20,780 48.66 3.88 4.09

21 RS Hati Kudus Langgur RS Swasta 99 3,842 57 41 15,798 43.72 4.11 5.29

22 RS St Yusup RS Swasta NA NA NA NA NA NA NA NA

23 RSUD dr.P.P.Magreti Umum 60 1,963 56 33 5,032 22.98 2.56 8.59

24 RS Bergerak Saumlaki Umum NA NA NA NA NA NA NA NA

25 RS Fatima RS Swasta NA NA NA NA NA NA NA NA

26 RSUD Cendrwasih Umum 60 2,573 62 58 12,060 55.07 4.69 3.82

27 RS Bergerak MBD Umum 12 327 14 8 827 18.88 2.53 10.87


PROV 1481 61200 1550 12490 198965 36.81 3.25 5.58

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
b Jenis rumah sakit RS umum atau RS khusus, untuk RS khusus sebutkan jenis kekhususannya (RS Jiwa, RS TB Paru, RS Kusta, dll)
TABEL 61

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

RUMAH TANGGA
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU BER PHBS * %
DIPANTAU
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 76,197 57,269 75.16 30,923 54.00
2 MALUKU TENGAH 33 28,724 13,228 46.05 6,432 48.62
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 43,505 11,946 27.46 4,045 33.86
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 19,397 5,970 30.78 1,514 25.36
5 BURU 9 24,952 13,695 54.89 10,827 79.06
6 BURU SELATAN 12 20,471 12,997 63.49 6,539 50.31
7 KOTA TUAL 13 20,833 4,705 22.58 611 12.99
8 MALUKU TENGGARA 15 24,051 9,810 40.79 5,872 59.86
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 21,312 9,790 45.94 3,809 38.91
10 KEPULAUAN ARU 24 14,862 2,058 13.85 738 35.86
11 MALUKU BARAT DAYA 12 7,073 806 11.40 391 48.51
JUMLAH PROV 189 301,377 142,274 47.21 71,701 50.40

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 62

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

RUMAH
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS JUMLAH YANG JUMLAH YANG JUMLAH YANG % RUMAH
% DIPERIKSA
ADA DIPERIKSA SEHAT SEHAT
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 55,751 55,751 100.00 47,701 85.56
2 MALUKU TENGAH 33 76,639 50,565 65.98 31,452 62.20
3 SERAM BAGIAN BARAT 17
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 17,349 3,437 19.81 799 23.25
5 BURU 9 24,765 14,931 60.29 4,659 31.20
6 BURU SELATAN 12 10,513 4,742 45.11 2,495 52.61
7 KOTA TUAL 13 9,710 9,710 100.00 7,907 81.43
8 MALUKU TENGGARA 15 18,026 15,734 87.29 11,177 71.04
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 22,170 16,804 75.80 8,754 52.09
10 KEPULAUAN ARU 24 15,425 15,425 100.00 5,192 33.66
11 MALUKU BARAT DAYA 12 13,006 13,006 100.00 4,848 37.28
JUMLAH PROV 189 263,354 200,105 75.98 124,984 62.46

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 63

PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH RUMAH/BANGUNAN DIPERIKSA RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK


NO KECAMATAN PUSKESMAS RUMAH/BANGUNAN
YANG ADA JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA AMBON 22 NA NA NA
2 MALUKU TENGAH 33 76,639 50,565 65.98 33,875 66.99
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 NA NA NA
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 17,349 3,437 19.81 2,971 86.44
5 BURU 9 24,765 14,931 60.29 NA
6 BURU SELATAN 12 10,513 4,742 45.11 3,697 77.96
7 KOTA TUAL 13 NA NA NA
8 MALUKU TENGGARA 15 17,897 13,946 77.92 8,674 62.20
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 22,170 NA NA
10 KEPULAUAN ARU 24 NA NA NA
11 MALUKU BARAT DAYA 12 NA NA NA
JUMLAH PROV 189 169,333 87,621 51.74 49,217 56.17

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 64

PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH JENIS SARANA AIR BERSIH


JUMLAH KELUARGA %
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA KEMASAN LEDENG SPT SGL MATA AIR PAH LAINNYA JUMLAH
YANG ADA SUMBER AIR DIPERIKSA
BERSIHNYA JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 KOTA AMBON 22 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! 15,108 #DIV/0! #DIV/0!
2 MALUKU TENGAH 33 59,078 39,400 66.69 3,304 0.08 17,532 44.50 1,057 2.68 10,273 26.07 - - 1,287 3.27 5,947 0.15 39,400 100.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 18,735 17,584 93.86 - - 478 2.72 - - 4,041 22.98 10 0.06 56 0.32 95 0.01 4,680 26.62
5 BURU 9 40,512 38,210 94.32 0 - 2,157 5.65 0 - 10,273 26.89 175 0.46 28 0.07 6,469 0.17 19,102 49.99
6 BURU SELATAN 12 13,699 6,803 49.66 - - 519 7.63 2 0.03 3,364 49.45 104 1.53 - - 10 0.00 3,999 58.78
7 KOTA TUAL 13 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
8 MALUKU TENGGARA 15 25,015 23,889 95.50 2 0.00 6,199 25.95 - - 2,576 10.78 2,268 9.49 906 3.79 564 0.02 12,515 52.39
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 24,710 6,129 24.80 - - 4,951 80.78 - - 2,245 36.63 19 0.31 334 5.45 - 7,549 123.17
10 KEPULAUAN ARU 24 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
11 MALUKU BARAT DAYA 12 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH PROV 189 181,749 132,015 72.64 3,306 2.50 31,836 24.12 1,059 0.80 32,772 24.82 2,576 1.95 17,719 13.4 13,085 9.9 87,245 66.09

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 65

PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH SUMBER AIR MINUM KELUARGA


KELUARGA DENGAN
KELUARGA SUMBER AIR MINUM
LEDING LEDING SUMUR MATA AIR SUMUR TAK MATA AIR TAK
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DIPERIKSA AIR KEMASAN AIR ISI ULANG POMPA AIR HUJAN AIR SUNGAI LAIN-LAIN TERLINDUNG
SUMBER AIR METERAN ECERAN TERLINDUNG TERLINDUNG TERLINDUNG TERLINDUNG
MINUMNYA JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 28 29 30 31
1 KOTA AMBON 22 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ##### #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ##### - #DIV/0!
2 MALUKU TENGAH 33 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ##### #DIV/0! #DIV/0! ##### - #DIV/0!
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ##### #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 3,437 - - 492 14.31 0 - - 58 1.69 2,425 70.56 26 0.76 79 2.30 142 4.13 2,588 75.30
5 BURU 9 38,120 0 - 0 - 21,175 55.55 0 - 1 0.00 1,163 3.05 175 0.46 28 0.07 2,247 5.89 822 2.16 224 0.59 6,469 16.97 22,542 59.13
6 BURU SELATAN 12 6,803 - - - 0 - 635 9.33 2 0.03 1,962 28.84 52 0.76 - 87 1.28 471 6.92 44 0.65 337 4.95 2,651 38.97
7 KOTA TUAL 13 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ##### 18,502 #DIV/0! 395 #DIV/0! 6,387 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 25,284 #DIV/0!
8 MALUKU TENGGARA 15 19,382 2 0.01 267 2,408 12.42 2,115 10.91 - - 717 3.70 1,350 6.97 880 4.54 1,074 5.54 1,001 5.16 - 43 0.22 7,470 38.54
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 6,129 - - 5 0.08 4,952 80.80 - - - - 1,564 25.52 19 0.31 334 5.45 681 11.11 6 0.10 3 0.05 6,869 112.07
10 KEPULAUAN ARU 24 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ##### #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
11 MALUKU BARAT DAYA 12 #DIV/0! #DIV/0! ##### - #DIV/0!
JUMLAH PROV 189 73,871 2 0.00 764 1.03 28,535 38.6 2,750 3.7 61 0.08 26,333 35.65 2017 2.73 7,708 10.43 4,089 5.54 2,300 3.11 271 0.37 6,991 9.46 67,404 91.25

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 66

PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUTKABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JAMBAN TEMPAT SAMPAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH


JUMLAH KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS SEHAT KELUARGA MEMILIKI SEHAT SEHAT
KELUARGA DIPERIKSA MEMILIKI DIPERIKSA DIPERIKSA MEMILIKI
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 KOTA AMBON 22 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 MALUKU TENGAH 33 59,078 49,682 84.10 31,797 64.00 27,331 85.95 49,682 84.10 31,581 63.57 18,644 59.04 49,682 84.10 26,169 52.7 15,999 61.1
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 18,735 17,349 92.60 1,126 6.49 244 21.67 3,337 17.81 2,367 70.93 1,050 44.36 3,337 17.81 721 21.6 242 33.6
5 BURU 9 40,512 6,712 16.57 2,588 38.56 1,893 73.15 6,712 16.57 6,059 90.27 2,503 41.31 6,712 16.57 2,428 36.2 1,489 61.3
6 BURU SELATAN 12 13,699 6,803 49.66 3,398 49.95 2,609 76.78 9,917 72.39 1,353 13.64 323 23.87 9,917 72.39 3,156 31.8 1,513 47.9
7 KOTA TUAL 13 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
8 MALUKU TENGGARA 15 25,015 17,366 69.42 12,493 71.94 10,558 84.51 17,881 71.48 11,835 66.19 8,552 72.26 13,719 54.84 6,223 45.4 4,602 74.0
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 24,710 7,114 28.79 9,536 134.05 3,451 36.19 129 0.52 573 444.19 80 13.96 149 0.60 1,267 850.34 42 3.3
10 KEPULAUAN ARU 24 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
11 MALUKU BARAT DAYA 12 0 #DIV/0!
JUMLAH PROV 189 181,749 105,026 57.79 60,938 58.02 46,086 75.63 87,658 48.23 53,768 61.34 31,152 57.94 83,516 45.95 39,964 47.9 23,887 59.8

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 67

PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

HOTEL RESTORAN/R-MAKAN PASAR TUPM LAINNYA JUMLAH TUPM

JUMLAH YG

JUMLAH YG

JUMLAH YG

JUMLAH YG

JUMLAH YG
DIPERIKSA

DIPERIKSA

DIPERIKSA

DIPERIKSA

DIPERIKSA
% SEHAT

% SEHAT

% SEHAT

% SEHAT

% SEHAT
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SEHAT

SEHAT

SEHAT

SEHAT

SEHAT
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24
1 KOTA AMBON 22 50 50 43 86.00 731 273 273 100.00 #DIV/0! #DIV/0! 781 323 316 97.83
2 MALUKU TENGAH 33 51 13 9 69.23 #DIV/0! 14 6 4 66.67 #DIV/0! 65 19 13 68.42
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 17 17 12 70.59 72 65 10 15.38 5 5 1 20.00 64 30 7 0.23 158 117 30 25.64
5 BURU 9 24 21 0 - 82 39 57 146.15 10 10 0 - - - - #DIV/0! 116 70 57 81.43
6 BURU SELATAN 12 11 11 10 90.91 23 23 21 91.30 5 3 3 100.00 6 6 5 0.83 45 43 39 90.70
7 KOTA TUAL 13 8 8 8 100.00 31 31 6 19.35 #DIV/0! #DIV/0! 39 39 14 35.90
8 MALUKU TENGGARA 15 10 10 10 100.00 58 58 58 100.00 8 8 7 87.50 14 12 10 0.83 90 88 85 96.59
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 10 10 6 60.00 46 32 12 37.50 4 4 1 25.00 - - - #DIV/0! 60 46 19 41.30
10 KEPULAUAN ARU 24 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0!
11 MALUKU BARAT DAYA 12 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH PROV 189

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 68

PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

INSTALASI
SARANA PELAYANAN
PENGOLAHAN AIR SARANA PENDIDIKAN SARANA IBADAH PERKANTORAN SARANA LAIN JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS KESEHATAN
MINUM
JUMLAH DIBINA % JUMLAH DIBINA % JUMLAH DIBINA % JUMLAH DIBINA % JUMLAH DIBINA % JUMLAH DIBINA % JUMLAH DIBINA %
1 2 3 4 2 6 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KOTA AMBON 22 33 33 100.00 308 307 99.68 391 383 732 723 98.77
2 MALUKU TENGAH 33 84 48 57.14 1 - - 437 189 43.25 29 29 100.00 - - - - - - 551 266 48.28
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - - #DIV/0!
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 54 54 100.00 8 6 75.00 241 52 21.58 239 38 15.90 92 29 5 1 639 180 28.17
5 BURU 9 48 - 3 1 33.33 113 - #DIV/0! 164 1 0.61
6 BURU SELATAN 12 45 35 77.78 7 6 85.71 125 79 63.20 93 11 11.83 101 4 2 - 373 135 36.19
7 KOTA TUAL 13 14 13 92.86 #DIV/0! 79 66 83.54 #DIV/0! 93 79 84.95
8 MALUKU TENGGARA 15 102 94 92.16 5 5 100.00 225 212 94.22 209 196 93.78 56 54 38 22 635 583 91.81
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 96 85 88.54 #DIV/0! 284 210 73.94 111 74 66.67 117 608 369 60.69
10 KEPULAUAN ARU 24 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - - #DIV/0!
11 MALUKU BARAT DAYA 12 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 189 #DIV/0!

Sumber: …………………….. (sebutkan




   !  


    
 

  

  

 $  
 

 
    

       
       

   
       
   
 
   
  
   

   !  
 
    
 
      
 
  
 "
 
    
   
  " 
 
 
 

#
   
 

#
 "  
 

 " #   
 
 #  
  ! #  
 

 
 
 "$

  # #  
  # 
%#  

&'()*+*,-./#.012
)2)31410
1(&514)0
,4113&0 


 !  
  # " 
   
 #   
   # 
  

  

 
  
    9 :   # 

 
  6   6
      
   
  7# 8 7# 8

   
 7# 8 7# 8

   

  7# 8 7# 8

 
    

 9

: 7# 8 7# 8

&'()*+*,-./#.012
)2)31410
1(&514)0
,4113&0 
TABEL 72

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

POSYANDU POSYANDU
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH AKTIF
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA AMBON 22 167 58.39 72 25.17 41 14.34 6 2.10 286 100 47 16.43
2 MALUKU TENGAH 33 136 31.55 233 54.06 58 13.46 4 0.93 431 100 431 100.00
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 141 63.23 82 36.77 0 0 223 100 223 100.00
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 48 25.13 110 57.59 33 17.28 0 191 100 33 17.28
5 BURU 9 5 4.17 81 67.50 34 28.33 0 120 100 34 28.33
6 BURU SELATAN 12 104 89.66 12 10.34 0 0 116 100 91 78.45
7 KOTA TUAL 13 90 100.00 0 0 0 90 100 90 100.00
8 MALUKU TENGGARA 15 13 5.88 100 45.25 98 44.34 10 4.52 221 100 108 48.87
9 MALUKU TENGGARA BARAT 13 21 16.80 38 30.40 48 38.40 18 14.40 125 100 66 52.80
10 KEPULAUAN ARU 24 139 90.26 8 5.19 7 4.55 0 154 100 149 96.75
11 MALUKU BARAT DAYA 12 152 84.44 28 15.56 0 0 180 100 180 100.00
JUMLAH PROV 189 1016 47.54 764 35.75 319 14.93 38 1.78 2137 100 1452 67.95
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1.33

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 73

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS DESA/ DESA SIAGA DESA SIAGA AKTIF
POSKESDES POSYANDU
KELURAHAN JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KOTA AMBON 22 50 50 100.00 50 100.00 50 47
2 MALUKU TENGAH 33 171 171 100.00 65 38.01 122 431
3 SERAM BAGIAN BARAT 17 92 92 100.00 92 100.00 50 223
4 SERAM BAGIAN TIMUR 19 160 84 52.50 68 80.95 4 33
5 BURU 9 82 82 100.00 22 26.83 22 34
6 BURU SELATAN 12 79 25 31.65 18 72.00 6 91
7 KOTA TUAL 13 29 21 72.41 21 100.00 33 90
8 MALUKU TENGGARA 15 191 96 50.26 86 89.58 56 108
9 MALUKU TENGGARA BAR 13 79 74 93.67 49 66.22 NA 66
10 KEPULAUAN ARU 24 119 31 26.05 31 100.00 31 149
11 MALUKU BARAT DAYA 12 117 15 12.82 15 100.00 13 180
JUMLAH PROV 189 1,169 741 63.39 517 69.77 387 1,452

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab/Kota Tahun 2013


TABEL 74

JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

R SPESIALIS a DOKTER UMUM JUMLAH DOKTER GIGI b


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 14 9 10 11
1 KOTA AMBON 0 0 0 7 19 26 7 19 26 2 10 12
2 MALUKU TENGAH 0 0 0 86 3 89 86 3 89 40 0 40
3 SBB 0 0 0 4 12 16 4 12 16 2 3 5
4 SBT 0 0 0 10 7 17 10 7 17 0 3 3
5 BURU 0 0 0 13 0 13 13 0 13 2 0 2
6 MALRA 0 0 0 6 16 22 6 16 22 3 5 8
7 KEP. ARU 0 0 0 7 8 15 7 8 15 0 4 4
8 MTB 0 0 0 2 2 4 2 2 4 0 0 0
9 TUAL 0 0 0 4 9 13 4 9 13 0 3 3
10 MBD 0 0 0 0 7 7 0 7 7 0 1 1
11 BURSEL 0 0 0 5 7 12 5 7 12 0 0 0
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 144 90 234 144 90 234 49 29 78
1 RSUD dr. M. Haulussy 14 10 24 2 12 14 16 22 38 0 4 4
2 RS Tulehu 0 0 0 4 6 10 4 6 10 0 2 2
3 RS Khusus Daerah Provinsi Maluku 2 1 3 3 4 7 5 5 10 0 0 0
4 Rumkit Tk. III dr. J. A. Latumeten 11 2 13 4 1 5 15 3 18 1 2 3
5 Rumkit Al dr. F. X. Suhardjo 2 0 2 1 0 1 3 0 3 1 2 3
6 RS Bhayangkara Ambon 2 0 2 0 5 5 2 5 7 0 1 1
7 RSU Masohi 2 0 2 6 14 20 8 14 22 0 0 0
8 RS Saparua 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1
9 RS Banda 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0
10 RS Piru 0 0 0 7 0 7 7 0 7 1 0 1
11 RS Bula 1 0 1 2 3 5 3 3 6 0 0 0
12 RSU Namlea 3 0 3 4 4 8 7 4 11 0 1 1
13 RSU Karel Sadsuitubun 2 0 2 1 10 11 3 10 13 1 0 1
14 RS Cenderawasih Dobo 0 0 0 4 2 6 4 2 6 0 1 1
15 RSUD dr. P. P. Magretty 0 2 2 4 2 6 4 4 8 1 0 1
16 RS Bergerak Saumlaki 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 RSUD Bergerak Tiakur 0 0 0 1 1 2 1 1 2 0 0 0
18 RSUD Namrole 0 0 0 0 6 6 0 6 6 0 0 0
19 RS Al Fattah 9 1 10 0 6 6 9 7 16 0 0 0
20 RS Sumber Hidup 1 1 2 2 5 7 3 6 9 0 1 1
21 RS BHAKTI Rahayu 9 2 11 0 4 4 9 6 15 0 0 0
22 RS Hative Passo 2 2 4 1 1 2 3 3 6 0 0 0
23 RS Hati Kudus 1 0 1 2 0 2 3 0 3 0 1 1
24 RS Fatimah 0 0 0 2 0 2 2 0 2 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 61 21 82 50 89 139 111 110 221 5 16 21

SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0 0 0 1 3 4 1 3 4 0 0 0

1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0


2 Laboratorium Kesehatan 0 0 0 1 1 2 1 1 2 0 0 0
Balai Penelitian dan Pelatihan
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kesehatan
#REF! 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT (Poltekkes) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 0 0 0 11 11 22 11 11 22 1 3 4
Dinkes Provinsi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota Ambon 0 0 0 1 3 4 1 3 4 0 1 1
Maluku Tengah 0 0 0 1 1 2 1 1 2 0 0 0
Seram Bagian Barat 0 0 0 4 2 6 4 2 6 0 0 0
Seram Bagian Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Buru 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
Maluku Tenggara 0 0 0 2 1 3 2 1 3 0 0 0
Kep. Aru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Maluku Tenggara Barat 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 1
Kota Tual 0 0 0 1 2 3 1 2 3 1 0 1
Maluku Barat Daya 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
Buru Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 61 21 82 206 193 399 267 214 481 55 48 103

Sumber: Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013


Keterangan : a termasuk S3
b termasuk Dokter Gigi Spesialis
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

BIDAN PERAWAT
NO UNIT KERJA
DIII SARJANA KEPERAWATAN a DIII PERAWAT DI PERAWAT b JUMLAH PERAWAT GIGI
BIDAN JUMLAH
BIDAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 15 16 17
1 KOTA AMBON 54 57 111 0 0 0 13 70 83 14 97 111 14 97 194 4 13 17
2 MALUKU TENGAH 253 98 351 0 0 0 62 9 71 216 3 219 216 3 290 0 0 0
3 SBB 82 47 129 2 4 6 27 76 103 69 68 137 71 72 246 2 2 4
4 SBT 15 26 41 0 0 0 52 104 156 10 23 33 10 23 189 0 0 0
5 BURU 32 93 125 0 0 0 69 0 69 62 0 62 62 0 131 1 0 1
6 MALRA 68 8 76 0 0 0 11 73 84 35 71 106 35 71 190 3 1 4
7 KEP. ARU 25 4 29 0 1 1 10 27 37 97 114 211 97 115 249 1 1 2
8 MTB 19 13 32 0 1 1 16 49 65 38 64 102 38 65 168 4 6 10
9 TUAL 23 13 36 0 1 1 9 60 69 20 17 37 20 18 107 1 0 1
10 MBD 31 10 41 1 0 1 20 39 59 53 43 96 54 43 156 0 1 1
11 BURSEL 11 19 30 0 0 0 19 47 66 6 5 11 6 5 77 0 0 0
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 613 388 1001 3 7 10 308 554 862 620 505 1125 623 512 1997 16 24 40
1 RSUD dr. M. Haulussy 24 50 74 5 11 16 37 148 185 17 83 100 22 94 301 0 2 2
2 RS Tulehu 9 26 35 2 3 5 4 69 73 4 19 23 6 22 101 0 0 0
3 RS Khusus Daerah Provinsi Maluku 3 1 4 1 2 3 17 34 51 2 2 4 3 4 58 0 0 0
4 Rumkit Tk. III dr. J. A. Latumeten 5 8 13 0 1 1 18 46 64 15 5 20 15 6 85 1 0 1
5 Rumkit Al dr. F. X. Suhardjo 1 0 1 0 0 0 5 4 9 2 2 4 2 2 13 1 0 1
6 RS Bhayangkara Ambon 1 6 7 1 1 2 6 18 24 8 7 15 9 8 41 0 0 0
7 RSU Masohi 14 11 25 4 3 7 35 105 140 8 17 25 12 20 172 1 2 3
8 RS Saparua 13 2 15 0 0 0 3 4 7 17 23 40 17 23 47 0 0 0
9 RS Banda 0 1 1 0 0 0 3 5 8 2 1 3 2 1 11 0 0 0
10 RS Piru 4 5 9 5 0 5 13 14 27 4 10 14 9 10 46 0 0 0
11 RS Bula 1 10 11 0 4 4 8 47 55 4 9 13 4 13 72 0 1 1
12 RSU Namlea 6 16 22 2 2 4 7 54 61 6 14 20 8 16 85 0 1 1
13 RSU Karel Sadsuitubun 22 0 22 0 0 0 1 39 40 10 32 42 10 32 82 1 2 3
14 RS Cenderawasih Dobo 10 3 13 3 4 7 5 17 22 11 18 29 14 22 58 0 1 1
15 RSUD dr. P. P. Magretty 16 7 23 0 2 2 5 35 40 3 22 25 3 24 67 0 3 3
16 RS Bergerak Saumlaki 0 1 1 0 1 1 2 7 9 0 0 0 0 1 10 0 0 0
17 RSUD Bergerak Tiakur 0 2 2 0 0 0 3 2 5 1 2 3 1 2 8 0 0 0
18 RSUD Namrole 2 16 18 0 7 7 4 28 32 1 4 5 1 11 44 0 0 0
19 RS Al Fattah 0 12 12 0 0 0 6 24 30 4 14 18 4 14 48 0 0 0
20 RS Sumber Hidup 4 2 6 0 0 0 4 42 46 1 11 12 1 11 58 0 0 0
21 RS BHAKTI Rahayu 0 4 4 0 0 0 2 11 13 0 2 2 0 2 15 0 0 0
22 RS Hative Passo 1 5 6 0 3 3 2 18 20 0 8 8 0 11 31 0 0 0
23 RS Hati Kudus 0 2 2 0 1 1 2 26 28 0 3 3 0 4 32 0 0 0

24 RS Fatimah 1 0 1 0 0 0 1 10 11 1 2 3 1 2 14 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 137 190 327 23 45 68 193 807 1000 121 310 431 144 355 1499 4 12 16
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0 0 0 1 0 1 5 21 26 3 11 14 4 11 41 0 0 0
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Laboratorium Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6 7 1 6 8 0 0 0
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan 0 0 0 1 0 1 5 20 25 2 5 7 3 5 33 0 0 0
Gudang Farmasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 32 20 52 1 4 5 32 40 72 28 17 45 61 61 122 0 0 0
Dinkes Provinsi 0 2 2 0 0 0 4 0 4 2 2 4 2 2 8 0 0 0
Kota Ambon 2 1 3 0 1 1 5 5 10 2 1 3 2 2 14 0 0 0
Maluku Tengah 3 3 6 0 0 0 4 5 9 0 0 0 0 0 9 0 0 0
Seram Bagian Barat 1 3 4 0 0 0 6 2 8 2 1 3 2 1 11 0 0 0
Seram Bagian Timur 3 0 3 0 0 0 3 4 7 0 1 1 0 1 8 0 0 0
Buru 5 3 8 0 0 0 1 4 5 4 3 7 4 3 12 0 0 0
Maluku Tenggara 1 2 3 0 1 1 0 2 2 0 2 2 0 3 5 0 0 0
Kep. Aru 4 0 4 0 0 0 2 1 3 7 3 10 7 3 13 0 0 0
Maluku Tenggara Barat 2 3 5 0 0 0 0 1 1 3 0 3 3 0 4 0 0 0
Kota Tual 3 0 3 0 0 0 2 0 2 4 3 7 4 3 9 0 0 0
Maluku Barat Daya 5 0 5 0 0 0 3 1 4 1 1 2 1 1 6 0 0 0
Buru Selatan 3 3 6 1 2 3 2 15 17 3 0 3 4 2 23 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 782 598 1380 28 56 84 538 1422 1960 772 843 1615 1338 2321 3659 20 36 56

Sumber: Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013


Keterangan : a termasuk S2 dan S3
b termasuk SLTA, D-I, dan D-II

*bidan pns
TABEL 76

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

TENAGA KEFARMASIAN TENAGA GIZI


NO UNIT KERJA APOTEKER DAN D-III FARMASI DAN ASS
JUMLAH D-IV/SARJANA GIZI a DI DAN D-III GIZI JUMLAH
SARJANA FARMASI a APOTEKER
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 KOTA AMBON 2 6 8 3 11 14 5 17 22 0 3 3 1 28 29 1 31 32
2 MALUKU TENGAH 0 0 0 1 0 1 1 0 1 24 0 24 22 0 22 46 0 46
3 SBB 0 10 10 0 1 1 0 11 11 0 0 0 2 20 22 2 20 22
4 SBT 0 4 4 0 0 0 0 4 4 0 0 0 2 15 17 2 15 17
5 BURU 1 0 1 4 0 4 5 0 5 0 0 0 11 0 11 11 0 11
6 MALRA 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 14 16 2 14 16
7 KEP. ARU 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 4 7 3 4 7
8 MTB 0 1 1 0 1 1 0 2 2 0 0 0 1 17 18 1 17 18
9 TUAL 0 8 8 1 2 3 1 10 11 0 0 0 1 13 14 1 13 14
10 MBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 18 20 2 18 20
11 BURSEL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 15 19 4 15 19
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 3 31 34 9 15 24 12 46 58 24 3 27 51 144 195 75 147 222
RSUD dr. M. Haulussy 0 14 14 2 9 11 2 23 25 0 2 2 5 20 25 5 22 27
RS Tulehu 1 7 8 0 0 0 1 7 8 0 0 0 2 12 14 2 12 14
RS Khusus Daerah Provinsi Maluku 0 2 2 0 0 0 0 2 2 0 1 1 1 9 10 1 10 11
Rumkit Tk. III dr. J. A. Latumeten 1 1 2 5 3 8 6 4 10 0 0 0 1 1 2 1 1 2
Rumkit Al dr. F. X. Suhardjo 1 0 1 1 2 3 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RS Bhayangkara Ambon 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RSU Masohi 0 6 6 0 2 2 0 8 8 0 2 2 0 4 4 0 6 6
RS Saparua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1
` RS Banda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2
RS Piru 2 3 5 0 0 0 2 3 5 0 0 0 1 3 4 1 3 4
RS Bula 0 4 4 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 4 4 0 4 4
RSU Namlea 0 6 6 0 4 4 0 10 10 0 0 0 1 5 6 1 5 6
RSU Karel Sadsuitubun 3 5 8 1 6 7 4 11 15 0 3 3 1 7 8 1 10 11
RS Cenderawasih Dobo 1 3 4 0 0 0 1 3 4 3 2 5 1 3 4 4 5 9
RSUD dr. P. P. Magretty 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6 6 0 6 6
1 RS Bergerak Saumlaki 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RSUD Bergerak Tiakur 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1
RSUD Namrole 0 4 4 0 0 0 0 4 4 0 1 1 1 9 10 1 10 11
1 RS Al Fattah 1 4 5 0 0 0 1 4 5 0 0 0 0 4 4 0 4 4
RS Sumber Hidup 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 RS BHAKTI Rahayu 0 1 1 1 1 2 1 2 3 0 0 0 0 2 2 0 2 2
RS Hative Passo 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1
1 RS Hati Kudus 0 2 2 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RS Fatimah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 12 63 75 11 28 39 23 91 114 3 11 14 15 93 108 18 104 122
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0 2 2 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 9 9 0 9 9
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 0 2 2 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 7 7 0 7 7
2 Laboratorium Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Balai Penelitian dan Pelatihan
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2
Kesehatan
4 Gudang Farmasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 13 48 61 4 6 10 17 54 71 0 0 0 6 35 41 6 35 41
Dinkes Provinsi 0 3 3 0 1 1 0 4 4 0 0 0 0 5 5 0 5 5
Kota Ambon 1 2 3 2 0 2 3 2 5 0 0 0 1 1 2 1 1 2
Maluku Tengah 2 3 5 1 1 2 3 4 7 0 0 0 1 2 3 1 2 3
Seram Bagian Barat 2 13 15 0 0 0 2 13 15 0 0 0 1 2 3 1 2 3
Seram Bagian Timur 0 4 4 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 3 3 0 3 3
Buru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 4 1 3 4
Maluku Tenggara 1 12 13 1 2 3 2 14 16 0 0 0 1 3 4 1 3 4
Kep. Aru 1 4 5 0 1 1 1 5 6 0 0 0 1 2 3 1 2 3
Maluku Tenggara Barat 1 4 5 0 0 0 1 4 5 0 0 0 0 3 3 0 3 3
Kota Tual 3 3 6 0 0 0 3 3 6 0 0 0 0 4 4 0 4 4
Maluku Barat Daya 2 0 2 0 1 1 2 1 3 0 0 0 0 2 2 0 2 2
Buru Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0 5 5
JUMLAH (KAB/KOTA) 28 144 172 24 49 73 52 193 245 27 14 41 72 281 353 99 295 394
TABEL 77

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

TENAGA KESMAS TENAGA


NO UNIT KERJA SARJANA KESMAS a D-III KESMAS b JUMLAH SANITASI
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KOTA AMBON 0 5 5 0 0 0 0 5 5 9 23 32
2 MALUKU TENGAH 3 1 4 0 0 0 3 1 4 20 0 20
3 SBB 0 8 8 0 0 0 0 8 8 9 14 23
4 SBT 4 16 20 0 0 0 4 16 20 7 12 19
5 BURU 5 0 5 0 0 0 5 0 5 11 1 12
6 MALRA 1 3 4 0 0 0 1 3 4 5 4 9
7 KEP. ARU 1 3 4 0 0 0 1 3 4 4 2 6
8 MTB 0 4 4 0 0 0 0 4 4 10 4 14
9 TUAL 2 12 14 0 0 0 2 12 14 0 4 4
10 MBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 11 21
11 BURSEL 1 0 1 0 0 0 1 0 1 6 4 10
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 17 52 69 0 0 0 17 52 69 91 79 170
1 RSUD dr. M. Haulussy 5 12 17 0 0 0 5 12 17 7 8 15
2 RS Tulehu 3 5 8 0 0 0 3 5 8 3 6 9
3 RS Khusus Daerah Provinsi Maluku 3 1 4 0 0 0 3 1 4 2 4 6
4 Rumkit Tk. III dr. J. A. Latumeten 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0
5 Rumkit Al dr. F. X. Suhardjo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 RS Bhayangkara Ambon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 RSU Masohi 7 5 12 0 0 0 7 5 12 3 5 8
8 RS Saparua 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 0 2
8 RS Banda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
9 RS Piru 1 3 4 0 0 0 1 3 4 2 2 4
10 RS Bula 2 5 7 0 0 0 2 5 7 2 3 5
11 RSU Namlea 1 7 8 0 0 0 1 7 8 1 4 5
12 RSU Karel Sadsuitubun 1 8 9 0 0 0 1 8 9 1 0 1
13 RS Cenderawasih Dobo 1 4 5 0 0 0 1 4 5 2 1 3
14 RSUD dr. P. P. Magretty 1 7 8 0 0 0 1 7 8 2 2 4
15 RS Bergerak Saumlaki 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 RSUD Bergerak Tiakur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 RSUD Namrole 1 9 10 0 0 0 1 9 10 0 7 7
17 RS Al Fattah 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2
18 RS Sumber Hidup 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0
19 RS BHAKTI Rahayu 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
20 RS Hative Passo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 RS Hati Kudus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 RS Fatimah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 28 68 96 0 0 0 28 68 96 29 43 72
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 2 7 9 0 0 0 2 7 9 3 5 8
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 0 2 2 0 0 0 0 2 2 1 1 2
2 Laboratorium Kesehatan 1 1 2 0 0 0 1 1 2 0 1 1
3 Balai Penelitian dan Pelatihan Kesehatan 1 4 5 0 0 0 1 4 5 2 3 5
4 Gudang Obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 48 105 153 0 2 2 48 107 155 35 31 66
1 Dinkes Provinsi 8 36 44 0 0 0 8 36 44 5 4 9
2 Kota Ambon 3 5 8 0 0 0 3 5 8 6 5 11
3 Maluku Tengah 3 12 15 0 0 0 3 12 15 4 5 9
4 Seram Bagian Barat 5 2 7 0 0 0 5 2 7 4 3 7
5 Seram Bagian Timur 5 12 17 0 0 0 5 12 17 2 4 6
6 Buru 3 9 12 0 0 0 3 9 12 6 2 8
7 Maluku Tenggara 5 3 8 0 0 0 5 3 8 2 2 4
8 Kep. Aru 2 6 8 0 0 0 2 6 8 2 1 3
9 Maluku Tenggara Barat 5 2 7 0 1 1 5 3 8 1 1 2
10 Kota Tual 2 6 8 0 1 1 2 7 9 1 1 2
11 Maluku Barat Daya 3 2 5 0 0 0 3 2 5 2 3 5
12 Buru Selatan 4 10 14 0 0 0 4 10 14 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 95 232 327 0 2 2 95 234 329 158 158 316

Sumber: Sub Bagian Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013


Keterangan: a termasuk S2 dan S3
TABEL 78

JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

TENAGA TEKNISI MEDIS


NO UNIT KERJA FISIOTERAPIS
ANALIS LAB. TEM & P.RONTG P.ANESTESI JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KOTA AMBON 0 7 7 0 0 0 0 0 0 0 7 7 0 0 0
2 MALUKU TENGAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 SBB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SBT 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
5 BURU 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
6 MALRA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 KEP. ARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
8 MTB 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
9 TUAL 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 1 1
10 MBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
11 BURSEL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 3 9 12 0 0 0 0 0 0 3 9 12 0 5 5
1 RSUD dr. M. Haulussy 0 4 4 9 9 18 3 3 6 12 16 28 2 2 4
2 RS Tulehu 0 3 3 3 3 6 1 0 1 4 6 10 0 3 3
3 RS Khusus Daerah Provinsi Maluku 0 0 0 1 2 3 0 0 0 1 2 3 0 2 2
4 Rumkit Tk. III dr. J. A. Latumeten 0 0 0 3 0 3 0 0 0 3 0 3 0 1 1
5 Rumkit Al dr. F. X. Suhardjo 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2 1 0 1
6 RS Bhayangkara Ambon 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
7 RSU Masohi 1 2 3 3 3 6 1 1 2 5 6 11 1 2 3
8 RS Saparua 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
8 RS Banda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 RS Piru 2 1 3 3 0 3 2 0 2 7 1 8 0 0 0
10 RS Bula 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 2 2 0 0 0
11 RSU Namlea 0 4 4 2 6 8 2 0 2 4 10 14 0 0 0
12 RSU Karel Sadsuitubun 2 3 5 4 0 4 0 1 1 6 4 10 0 0 0
13 RS Cenderawasih Dobo 1 1 2 2 1 3 1 0 1 4 2 6 0 0 0
14 RSUD dr. P. P. Magretty 1 0 1 1 4 5 2 0 2 4 4 8 0 4 4
15 RS Bergerak Saumlaki 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0
15 RSUD Bergerak Tiakur 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0
16 RSUD Namrole 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 RS Al Fattah 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
18 RS Sumber Hidup 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
19 RS BHAKTI Rahayu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 RS Hative Passo 0 0 0 1 2 3 0 0 0 1 2 3 0 0 0
21 RS Hati Kudus 0 0 0 5 2 7 0 0 0 5 2 7 0 3 3
22 RS Fatimah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 8 22 30 41 34 75 13 5 18 62 61 123 4 17 21
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0 8 8 1 3 4 0 0 0 1 11 12 0 0 0
1 Balai Kesehatan Paru Masyarakat 0 2 2 1 3 4 0 0 0 1 5 6 0 0 0
2 Laboratorium Kesehatan 0 6 6 0 0 0 0 0 0 0 6 6 0 0 0
Balai Penelitian dan Pelatihan
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kesehatan
4 Gudang Obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 2 4 6 3 1 4 0 0 0 5 5 10 0 0 0
1 Dinkes Provinsi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Kota Ambon 0 3 3 3 1 4 0 0 0 3 4 7 0 0 0
3 Maluku Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Seram Bagian Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Seram Bagian Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Buru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Maluku Tenggara 2 1 3 0 0 0 0 0 0 2 1 3 0 0 0
8 Kep. Aru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Maluku Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kota Tual 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Maluku Barat Daya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Buru Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 13 43 56 45 38 83 13 5 18 71 86 157 4 22 26
Tabel 79

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD PROVINSI 17,404,514,341 6.70

2 APBN : 242,369,473,587 93.30


Dana Dekonsentrasi 25,017,296,000 9.63
Dana Alokasi Khusus (DAK) 90,783,587,587 34.95
Jamkesmas dan Jampersal 51,713,440,000 19.91
Dana Tugas Pembantuan 35,433,150,000 13.64
BOK 39,422,000,000 15.18

3 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)


(sebutkan project dan sumber dananya)

4 SUMBER PEMERINTAH LAIN

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 259,773,987,928

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 159,525.86

Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013

Anda mungkin juga menyukai