Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

KONSEP, STRATEGI, UPAYA DAN KERJASAMA PEMBERANTASAN KORUPSI

Disusun Oleh:

Kelompok 1 PBAK Kelas 3B D-IV :

1. Andriani Kesuma N. F. P27220016148


2. Aniza Istiqomah P27220016152
3. Arswoto Ilham R. P27220016153
4. Dinda Shagun Tri S. P27220016160
5. Ellyana Afri P. P27220016163
6. Faza Lailatul H. P27220016165
7. Fina Tri Hastuti P27220016166
8. Kurniadi Aji P27220016170
9. Riska Handayani P27220016183
10. Virchanisa Sahra P27220016187
11. Wahyu Wiji Astuti P27220016188

PRODI DIV BERLANJUT NERS POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

SURAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim...

Alhamdulillahirobbil`alamin, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanahu wa


Ta’ala yang telah memberikan kemudahan dalam pengerjaan tugas Mata Kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi yang berjudul Konsep, Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi.

Tak lupa kami ucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen Mata
Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi, Bapak Martono, S.Kep., M.Pd. yang telah
memberikan bimbingan. Serta kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan, baik
berupa pendapat, saran dan motivasi.

Dalam tugas ini kami akan membahas tentang pemberantasan korupsi yang dimulai dari
pembuatan konsep, penyusunan strategi dan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi dari
bumi indonesia. Semoga pembahasan dalam makalah ini berguna bagai pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalan ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan
penulisan atau penyusunan makalah kami yang selanjutnya.

Terimakasih.

Surakarta, 12 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar belakang 4
B. Rumusan masalah 5
C. Tujuan 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6

A. Definisi korupsi 6
B. Pengertian konsep pemberantasan korupsi 6
C. Pengertian strategi pemberantasan korupsi 6
D. Pengertian upaya pemberantasan korupsi 7

BAB III PEMBAHASAN 8

A. Konsep pemberantasan korupsi 8


B. Strategi pemberantasan korupsi 9
C. Upaya penindakan korupsi 18
D. Upaya penindakan korupsi 20
E. Kerjasama Internasional 26

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 31

A. Kesimpulan 31
B. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merebaknya praktek korupsi yang terjadi dimana – mana merupakan fakta yang
sudah jelas terbukti. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas di masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang
terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana
yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat.

Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka
tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan
telah menjadi suatu kejahatan luar biasa.

Saat ini, korupsi sudah menjadi hal yang umum diperbincangkan dan banyak
dilakukan oleh kalangan pejabat, pegawai negeri, bahkan masyarakat kalangan
menengah kebawah sekalipun dinegara Indonesia ini. Korupsi seakan sudah menjadi
tradisi yang membudaya dalam bangsa indonesia.

Saat ini tingginya hutang negara indonesia membuat perkembangan negara


indonesia jelas sangat lambat. Namun, yang lebih memprihatinkan adalah dalam
kondisi ini bangsa indonesia yang melakukan tindak pidana korupsi justru makin tinggi.

Kapan negara kita akan berkembang lebih pesat menjadi negara maju bila hal ini
terus terjadi ?

Hal ini bukanlah merupakan tanggung jawab pemerintah atau aparatur negara
saja. Melainkan seluruh bangsa indonesia yang cinta kan bangsa dan tanah airnya. Oleh
kareba itu, dalam hal ini kita memerlukan suatu konsep, strategi dan upaya sebagai
bentuk nyata dari usaha pemberantasan korupsi.

Hal inilah akan coba kami bahas dalam makalah ini.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dirumuskan
dalam makalah adalah :
1. Bagaimana konsep pemberantasan korupsi ?
2. Bagaimana Strategi dalam pemberantasan korupsi ?
3. Apa upaya yang tepat dalam pencegahan korupsi ?

C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah adalah
untuk :
1. untuk mengetahui konsep pemberantasan korupsi
2. untuk mengetahui strategi pemberantasan korupsi
3. untuk mengetahui upaya pencegahan korupsi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan
atau kebobrokan.. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk,
curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-
norma agama, materil, mental dan umum.
Korupsi juga mencakup nepotisme atau sifat suka memberi jabatan kepada
kerabat dan famili saja, serta penggelapan uang negara. Dalam kedua hal ini terdapat
“perangsang dengan pertimbangan tidak wajar.” Jadi korupsi, sekalipun khusus terkait
dengan penyuapan dan penyogokan, adalah istilah umum yang mencakup
penyalahgunaan wewenang sebagai hasil pertimbangan demi mengejar keuntungan
pribadi, keluarga dan kelompok.

B. Pengertian Konsep pemberantasan korupsi


Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa
konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan
filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran
mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai
bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.
Dapat disimpulkan bakwa konsep pemberantasan korupsi adalah kerangka acuan
yang digunakan dalam pemberantasan korupsi. Segala bentuk pemberantaasan korupsi
yang akan dilakukan berdasarkan pada konsep yang telah disusun tersebut.

C. Pengertian Strategi pemberantasan korupsi


Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu tertentu.
Strategi pemberantasan korupsi adalah sistematika pemberantasan korupsi yang
telah dirancang dengan berbagai cara agar dapat diaplikasikan dan menghasilkan suatu
output yang ingin dicapai.

6
D. Pengertian Upaya pemberantasan korupsi
Upaya adalah usaha, ikhtiar, untuk mencapai suatu maksud, memecahkan
persoalan, mencari jalan keluar. (KBBI)
Upaya pemberantasan korupsi adalah bentuk implementasi dari konsep dan
strategi yang telah disusun untuk mencapai outpun yang telah direncanakan.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberantasan Korupsi

Di tangan siapakah keselamatan bangsa ini? Cengkeraman tangan-tangan kotor


para koruptor akan merenggut keselamatan dan masa depan bangsa, maka
pemberantasan korupsi menjadi harga mati untuk menyelamatkan masa depan. Coba
perhatikan generasi muda di bawah ini akankah mereka meraih masa depan gemilang
jika korupsi terus merajalela? Negara ini kaya raya, tetapi rakyatnya miskin karena
korupsi tak berkesudahan. Saat ini korupsi sudah sampai pada tingkatan terendah
sekalipun dan akan selalu ada di suatu negara. Mengapa demikian? Hal ini tidak bisa
dijawab secara sederhana mengapa korupsi terus berkembang demikian masif. Korupsi
terjadi pada semua aspek kehidupan masyarakat sehingga sangat sulit untuk diberantas.
Seperti benang kusut yang sulit diurai. Banyak strategi dan upaya dilakukan untuk
memberantas korupsi, tetapi perlu diingat bahwa strategi tersebut harus disesuaikan
dengan konteks masyarakat maupun organisasi yang dituju. Dengan kata lain, setiap
negara, masyarakat, maupun organisasi harus mencari strategi yang tepat untuk mencari
pemecahannya. Untuk melakukan pemberantasan korupsi yang sangat penting sekali
diingat adalah karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat serta lingkungan tempat
mereka bekerja.
Karena korupsi menyangkut semua aspek bidang kehidupan masyarakat,
sehingga sangat sulit diberantas. konsep pemberantasan korupsi harus disesuaikan
dengan konteks, masyarakat ataupun organisasi yang dituju. Berikut merupakan contoh
yang berkaitan dengan konsep pemberantasan korupsi berdasarkan konteks :
1. Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan memilih konsep
pemberantasan korupsi yang berorientasi pada hukun agama. Sehingga dalam
penyusunan konseppun akan mengacu pada hukum agama yang dianut.
2. Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan menyusun sebuah konsep
yang menitik beratkan pada nilai-nilai demokratis.

8
B. Strategi pemberantasan korupsi

Pasca-reformasi pemberantasan korupsi telah menjadi fokus utama pemerintah.


Berbagai upaya ditempuh baik untukmencegah maupun untuk menindak tindak pidana
korupsi secara serentak oleh pemegang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Di
dalam Rencana Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, ada enam
(6) strategi nasional yang telah dirumuskan guna mewujudkan tata kepemerintahan
yang bersih dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta
penanaman nilai budaya yang berintegritas. Strategi tersebut adalah:
1. Pencegahan
2. Penegakan hokum
3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan
4. Kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi
5. Pendidikan budaya antikorupsi
6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi dalam bukunya mengenai panduan memberantas
korupsi dengan mudah dan menyenangkan, mengelompokkan strategi pemberantasan
korupsi tersebut ke dalam 3 strategi berikut:
1. Strategi Represif
Strategi ini adalah strategi penindakan tindak pidana korupsi di mana
seseorang diadukan, diselidiki, disidik, dituntut, dan dieksekusi berdasarkan
saksi-saksi dan alat bukti yang kuat.
2. Strategi Perbaikan Sistem
Perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi. Caranya
dengan kajian sistem, penataan layanan publik melalui koordinasi, supervisi,
pencegahan, serta mendorong transparansi penyelenggara negara.
3. Strategi Edukasi dan Kampanye
Strategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang memiliki peran
strategis dalam pemberantasan korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun
perilaku dan budaya antikorupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisan
masyarakat sejak usia dini. Ketiga strategi tersebut harus dilaksanakan secara
bersamaan.

9
Strategi untuk mengontrol korupsi harus berfokus pada 2 unsur yakni peluang dan
keinginan. Peluang dapat dikurangi dengan cara mengadakan berubahan secara
sistematis, sedangkan keinginan dapat dikurangi dengan cara membalikkan situasi
kalkulasi resiko “untung rugi, resiko rendah” dengan cara menegakkan hukum,
memberikan hukuman dengan efek jera secara efektif, dan menegakkan mekanisme
akuntabilitas.
Memberantas korupsi bukanlah tujuan akhir, melainkan perjuangan melawan
perilaku jahat dalam pemerintah yang merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas,
yakni menciptakan pemerintahan yang efektif, adil, dan efisien melalui berbagai
strategi sebagai berikut.
1. Reformasi Birokrasi
Wewenang pejabat publik untuk mengambil keputusan dan kecenderungan
menyalahgunakannya dapat diperkecil dengan cara memodifikasi struktur organisasi
dan pengelolaan program-program publik. Perubahan ini akan memperkecil insentif
untuk memberi suap dan dapat memperkecil jumlah transaksi dan memperbesar
peluang bagi masyarakat unuk mendapat pelayanan publik yang baik.
Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara
untuk mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus
suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu
cara untuk menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan publik
adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang harus dikeluarkan oleh
seseorang untuk mengurus suatu hal seperti mengurus paspor, mengurus SIM,
mengurus ijin usaha atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dsb.
2. Budaya
Senjata yang paling ampuh dalam pertempuran melawan korupsi adalah
menumbuhkan kultur demokratis dan egaliter. Ciri kultur demokrasi adalah
keterbukaan dan pengabdian kepada keterbukaan. Pengawal keterbukaan yang
paling efektif adalah warga negara yang terhimpun dalam organisasi-organisasi yang
dibentuk untuk tujuan yang diharapkan. Dalam konteks ini pers yang bebas sangat
dibutuhkan. Tanpa kebebasan untuk mengajukan pertanyaan atau untuk mengadakan
perubahan, rakyat tetap tidak berdaya karena terperangkat dalam system demkrasi
yang dangkal.

10
3. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk
lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai contoh di
beberapa negara didirikan lembaga yang dinamakan Ombudsman. Lembaga ini
pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen
pada tahun 1809. Peran lembaga ombudsman yang kemudian berkembang pula di
negara lain--antara lain menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak
mengkomplain apa yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya.
Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi pada pemerintah dan
masyarakat serta mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan. Salah satu peran
dari ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta pengetahuan masyarakat
mengenai hak mereka untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari
pegawai pemerintah (UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga anti korupsi
yang bernama Independent Commission against Corruption (ICAC); di Malaysia
dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA). Kita sudah memiliki Lembaga yang
secara khusus dibentuk untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
4. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan
Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi resiko korupsi
adalah dengan memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum
Otonomi Daerah diberlakukan, umumnya semua kebijakan diambil oleh Pemerintah
Pusat. Dengan demikian korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota negara
atau di Jakarta. Dengan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, kantong
korupsi tidak terpusat hanya di ibukota negara saja tetapi berkembang di berbagai
daerah. Untuk itu kinerja dari aparat pemerintahan di daerah juga perlu diperbaiki dan
dipantau atau diawasi.
Lembaga yang harus perhatikan adalah dari tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya penegakan
hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus
korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat
buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih dapat
dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum harus
ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau
11
tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi,
atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi.
Di tingkat departemen, kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat
Jenderal harus ditingkatkan. Selama ini ada kesan bahwa lembaga ini sama sekali
‘tidak punya gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan pejabat tinggi.
Dalam berbagai pemberitaan di media massa, ternyata korupsi juga banyak
dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di daerah (DPRD).
Alih-alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota
parlemen justru melakukan berbagai macam korupsi yang ‘dibungkus’ dengan rapi.
Daftar anggota DPR dan DPRD yang terbukti melakukan korupsi menambah panjang
daftar korupsi di Indonesia. Untuk itu kita perlu berhati-hati ketika ‘mencoblos’ atau
‘mencontreng’ pada saat Pemilihan Umum. Jangan asal memilih, pilihlah wakil rakyat
yang punya integritas. Berhati-hati pula ketika DPR atau DPRD akan mengeluarkan
suatu kebijakan atau peraturan perundang-undangan. Salah-salah kebijakan tersebut
justru digunakan bagi kepentingan beberapa pihak bukan bagi kepentingan rakyat.
Untuk itulah ketika Parlemen hendak mengeluarkan sebuah kebijakan yang akan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak, masyarakat sipil (civil society) termasuk
mahasiswa dan media harus ikut mengawal pembuatan kebijakan tersebut.
5. Kelembagaan
Secara kelembagaaan ada fungsi-fungsi kunci yang harus dilakukan oleh
tulang punggung pemberantasan korupsi, baik pada tingkat prefentif, detektif,
maupun represif. Harmonisasi kinerja antara lembaga kejaksaan agung, POLRI,
badan pemeriksaan keuangan (BPK), dan KPK memegang peran penting dalam
mensukseskan pemberantasan. Hanya disayangkan, saat ini tumpang tindih
wewenang dan persaingan tidak sehat membayangi kinerja beberapa lembaga
tersebut. Perseteruan antara KPK dan POLRI, atau POLRI dan kejaksaan agung
merupakan salah satu contoh ketidak harmonisan tersebut.
6. Integrasi Sistem Pemberantasan Korupsi
Tujuan pokok pembangunan sistem integritas nasional adalah membuat
tindak pidana korupsi menjadi tindakan yang mempunyai “risiko tinggi” dan
memberi “hasil sedikit”. Sistem itu dirancang untuk memastikan jangan sampai
korupsi dapat terjadi, bukan mengandalkan sanksi hukum setelah korupsi terjadi.
Integrasi sistem pemberantasan korupsi mencakup pilar-pilar; eksekutif, parlemen,
peradilan, pelayanan publik, lembaga pengawas (BPK, KPK), masyarakat sipil dan
12
media massa. Integrasi sistem pemberantasan korupsi membutuhkan identifikasi
sistematis mengenai kelemahan dan peluang untuk memperkuat dan memperkokoh
setiap pilar sehingga bersamasama menjadi kerangka yang kokoh. Untuk
mewujudkan pelaksanaan proses kerja penanganan tindak pidana korupsi yang
lancar, perlu dibuat: Pertama, sistem dan prosedur kerja antar instansi yang terkait
dengan Core Unit. Kedua, standar pelaporan yang akan di pakai sebagai dokumen
antar instansi. Ketiga, penjadwalan pertemuan regular untuk pembahasan masalah-
masalah yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, agar dapat diwujudkan
persamaan persepsi atas suatu masalah.
7. Sumber Daya Manusia
Upaya untuk memberantas kemiskinan etika dan meningkatkan kesadaran
adalah mutlak diperlukan, karenanya sumber daya manusia yang unggul harus terus
di bangun terutama melalui pendidikan. Sumber daya masyarakat yang seperti itu
merupakan landasan yang sangat penting bagi sistem integritas nasional dalam
pemberantasan korupsi. Masyarakat yang kurang terdidik dan apatis tidak tahu hak-
haknya dan bersikap menyerah pada penyalahgunaan wewenang oleh pejabat,
sementara pejabat pemerintahan yang tidak berprinsip hanya akan mengikuti arus
dominan yang ada di lingkungan kerjanya tanpa bisa berpikir kritis dalam
memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya.
8. Infrastruktur
Infrastruktur yang di maksud disini adalah lembaga trias politika yang
meliputi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Berjalannya fungsi eksekutif, legislatif,
dan yudikatif pada koridor hak dan kewajibannya masing-masing akan memberikan
kontribusi yang diharapkan dalam pemberantasan korupsi. Sebaliknya jika tidak,
maka berarti infrastruktur politik nasional ini perlu dibenahi sehingga lembaga
tersebut berfungsi sebagaimana mestinya dan pada akhirnya mendukung upaya
pemberantasan korupsi nasional.
9. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik
sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau
tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada
peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika

13
kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya
kepada orang lain misalnya anggota keluarga.
a. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat,
daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi adalah
dengan melakukan lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi
otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan
atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang dapat
memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor
hal ini.
b. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota militer
baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini. Sebuah
sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan
anggota militer juga perlu dikembangkan. Selain sistem perekruitan, sistem
penilaian kinerja pegawai negeri yang menitikberatkan pada pada proses (proccess
oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu dikembangkan. Untuk
meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerja pegawai negeri, bagi pegawai
negeri yang berprestasi perlu diberi insentif yang sifatnya positif. Pujian dari
atasan, penghargaan, bonus atau jenis insentif lainnya dapat memacu kinerja
pegawai negeri. Tentu saja pemberian ini harus disertai dengan berbagai pra-
kondisi yang ketat karena hal ini juga berpotensi korupsi, karena salah-salah hal
ini justru dipergunakan sebagai ajang bagi-bagi bonus diantara para pegawai
negeri.
10. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat
untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah sistem
harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta
segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi
hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk
membuat kebijakan dan menjalankannya secara transparan. Pemerintah memiliki
kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan
akan dijalankan.
Isu mengenai public awareness atau kesadaran serta kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bagian
yang sangat penting dari upaya memberantas korupsi. Salah satu cara untuk
14
meningkatkan public awareness adalah dengan melakukan kampanye tentang bahaya
korupsi. Sosialisasi serta diseminasi di ruang publik mengenai apa itu korupsi,
dampak korupsi dan bagaimana memerangi korupsi harus diintensifkan. Kampanye
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media massa (baik cetak maupun
tertulis), melakukan seminar dan diskusi. Spanduk dan poster yang berisi ajakan
untuk menolak segala bentuk korupsi ‘harus’ dipasang di kantor-kantor pemerintahan
sebagai media kampanye tentang bahaya korupsi. Di beberapa negara termasuk
Indonesia, isu korupsi dimasukkan sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran atau
mata kuliah baik di tingkat sekolah dasar maupun menengah dan perguruan tinggi.
Sayangnya subjek ini belum diberikan secara nasional. Transparency International
juga mengeluarkan toolkit mengenai pendidikan anti korupsi untuk anak di tingkat
pendidikan dasar. Mata kuliah yang mahasiswa pelajari saat ini adalah salah satu
cara supaya mahasiswa dapat mengetahui selukbeluk korupsi dan meningkatkan
kepedulian serta kesadaran akan bahaya korupsi. Di beberapa sekolah didirikan
‘Kantin Kejujuran’ yang bertujuan untuk melatih kejujuran siswa.
Salah satu cara untuk ikut memberdayakan masyarakat dalam mencegah dan
memberantas korupsi adalah dengan menyediakan sarana bagi masyarakat untuk
melaporkan kasus korupsi. Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana
masyarakat dapat dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi
yang diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau disederhanakan
misalnya via telepon, surat atau telex. Dengan berkembangnya teknologi informasi,
media internet adalah salah satu mekanisme yang murah dan mudah untuk
melaporkan kasus-kasus korupsi.
Di beberapa Negara, pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’
tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi dengan
pemikiran bahwa bahaya korupsi dianggap lebih besar dari pada kepentingan
individu. Walaupun sudah memiliki aturan mengenai perlindungan saksi dan korban
yakni UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, masyarakat
Indonesia masih dihantui ketakutan akan tuntutan balik melakukan fitnah dan
pencemaran nama baik apabila melaporkan kasus korupsi.
Pers yang bebas adalah salah satu pilar dari demokrasi. Semakin banyak
informasi yang diterima oleh masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya
korupsi. Menurut Pope media yang bebas sama pentingnya dengan peradilan yang
independen. Selain berfungsi sebagai alat kampanye mengenai bahaya korupsi, media
15
memiliki fungsi yang efektif untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat
publik. Henry Grunwald, pemimpin redaksi Time menyatakan bahwa ‘pemerintahan
yang terpilih secara demokratis dan patuh sekalipun dapat dengan mudah menjadi
pemerintah yang korup apabila kekuasaannya tidak diawasi oleh pers yang bebas’.
Media mempunyai peranan khusus dalam perang melawan korupsi. Pejabat publik
mungkin lebih mudah tergoda untuk menyalahgunakan jabatan mereka untuk
kepentingan pribadi bila mereka yakin tidak ada resiko bahwa perbuatan mereka akan
terbongkar dan diungkapkan oleh pers (Pope: 2003). Namun media juga memiliki titik
lemah. Hal ini terjadi apabila media tersebut dimiliki oleh pemerintah. Umumnya
pemerintah adalah pemilik stasiun televisi dan radio terbesar dalam suatu negara. Kita
ambil contoh saja TVRI dan RRI. Karena milik pemerintah, tentu saja
independensinya tidak dapat terlalu diandalkan. Salah satu titik lemah lagi dari media
adalah pekerjaan jurnalisme yang berbahaya. Penculikan, penganiayaan dan
intimidasi terhadap jurnalis atau wartawan menjadi hal yang biasa (Pope : 2003).
Segala macam cara akan digunakan oleh mereka (terutama yang memiliki uang dan
kekuasaan) yang tidak ingin namanya tercoreng karena pemberitaan di media. Selain
itu banyak pula negara yang berupaya untuk melakukan penyensoran terhadap
informasi yang akan diberitakan oleh media atau bahkan pencabutan ijin usaha sebuah
media.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat lokal atau
internasional juga memiliki peranan penting untuk mencegah dan memberantas
korupsi. Mereka adalah bagian dari masyarakat sipil (civil society) yang
keberadaannya tidak dapat diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru
yang bergerak di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers yang
bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat
publik. Simak saja apa yang telah dilakukan oleh ICW (Indonesia Corruption Watch),
salah satu LSM lokal yang berkedudukan di Jakarta. LSM ini menjadi salah satu
garda terdepan yang mengawasi segala macam perbuatan pemerintah dan perilaku
anggota parlemen dan lembaga peradilan. Sama seperti pekerjaan jurnalisme yang
berbahaya, penculikan, penganiayaan dan intimidasi terhadap aktivis LSM sangat
sering terjadi.
Salah satu cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan atau mengoperasikan perangkat electronic surveillance. Electronic
surveillance adalah sebuah perangkat atau alat untuk mengetahui dan mengumpulkan
16
data dengan menggunakan peralatan elektronik yang dipasang pada tempat-tempat
tertentu. Alat tersebut misalnya audio-microphones atau kamera video (semacam
kamera CCTV atau Closed Circuit Television) atau data interception dalam kasus atau
di tempat-tempat di mana banyak digunakan telepon genggam dan electronic mail (e-
mail) atau surat elektronik. Namun di beberapa negara, penggunaan electronic
surveillance harus disetujui terlebih dahulu oleh Upaya Pemberantasan Korupsi
masyarakat, karena masyarakat tidak ingin pemerintah ‘memata-matai’ segenap
aktivitas dan gerak langkah yang mereka lakukan. Tindakan memata-matai atau
‘spying’ ini, dalam masyarakat yang demokratis dianggap melanggar hak asasi
terutama hak akan privacy. Dalam beberapa kasus, negara yang otoriter justru akan
menggunakan data yang terekam dalam electronic surveillance untuk melakukan
intimidasi terhadap rakyatnya.
11. Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.
Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya
mengandalkan satu instrumen hukum yakni Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Berbagai peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain
perlu dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-undangan yang harus ada untuk
mendukung pemberantasan korupsi adalah Undang-Undang Tindak Pidana Money
Laundering atau Pencucian Uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana
korupsi, perlu instrumen hukum berupa UU Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk
memberdayakan Pers, perlu UU yang mengatur mengenai Pers yang bebas.
Bagaimana mekanisme masyarakat yang akan melaporkan tindak pidana korupsi dan
penggunaan electronic surveillance juga perlu diatur supaya tidak melanggar privacy
seseorang. Selain itu hak warga negara untuk secara bebas menyatakan pendapatnya
harus pula diatur. Pasalpasal yang mengkriminalisasi perbuatan seseorang yang akan
melaporkan tindak pidana korupsi serta menghalang-halangi penyelidikan, penyidikan
dan pemeriksaan tindak pidana korupsi seperti pasal mengenai fitnah atau pencemaran
nama baik perlu dikaji ulang dan bilamana perlu diamandemen atau dihapuskan. Hal
ini bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak boleh takut
melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Selain itu, untuk mendukung
pemerintahan yang bersih, perlu instrumen Kode Etik atau code of conduct yang
ditujukan untuk semua pejabat publik, baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code
of conduct bagi aparat lembaga peradilan (kepolisian, kejaksaan dan pengadilan).
17
12. Monitoring dan Evaluasi
Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka mensukseskan
pemberantasan korupsi, yakni melakukan monitoring dan evaluasi. Tanpa melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan
korupsi, sulit mengetahui capaian yang telah dilakukan. Dengan melakukan
monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan yang
gagal. Untuk strategi atau program yang sukses, sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang
gagal, harus dicari penyebabnya. Pengalaman negara-negara lain yang sukses maupun
yang gagal dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya
maupun program pemberantasan korupsi di negara kita. Namun mengingat ada begitu
banyak strategi, cara atau upaya yang dapat digunakan, kita tetap harus mencari cara
kita sendiri untuk menemukan solusi memberantas korupsi.

C. Upaya Penindakan Korupsi


Pada bagian ini akan diuraikan upaya-upaya yang merupakan perwujudan dari
strategi represif, yaitu upaya penindakan. Upaya represif atau upaya melalui jalur penal
yaitu upaya penanganan yang menitikberatkan pada sifat penumpasan setelah kejahatan
korupsi terjadi. Upaya ini dilakukan dengan cara menggunakan hukum pidana.
Melalui strategi represif, pihak yang berwenang misalnya Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menyeret koruptor ke meja hijau, membacakan tuntutan, menghadirkan
saksi saksi dan alat bukti yang menguatkan. Adapun tahapannya sebagai berikut.
1. Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan oleh masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi KPK,
namun untuk memutuskan apakah suatu pengaduan bisa dilanjutkan ke tahap
penyelidikan harus dilakukan proses verifikasi dan penelaahan.
2. Penyelidikan
Apabila penyelidik menemukan bukti permulaan yang cukup mengenai dugaan
tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja penyidik
melaporkan ke KPK.
3. Penyidikan
Dalam tahap penyidikan seorang yang ditetapkan tersangka tindak pidana korupsi
wajib memberikan keterangan kepada penyidik.

18
4. Penuntutan
Dalam tahap penuntutan, penuntut umum melimpahkan kasus ke pengadilan
Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan pelimpahan ini,
kewenangan penahanan secara yuridis beralih kepada hakim yang menangani.

5. Pelaksanaan Putusan Pengadilan (Eksekusi)


Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa.
Untuk itu panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa. Dalam memahami
upaya represif ini ada beberapa istilah status yang penting dipahami, yaitu sebagai
berikut:
a. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
b. Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
c. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di
sidang pengadilan.
d. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Upaya penindakan ini
diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap pelaku dan jajaran para
penguasa yang berpotensi melakukan tindak pidana korupsi.

Upaya penal (represif ) memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan


sehingga fungsinya seharusnya hanya digunakan secara subsider. Keterbatasan tersebut
adalah:

a. sanksi pidana merupakan sanksi yang paling tajam dalam bidang hukum
sehingga harus digunakan sebagai ultimatum remedium
b. secara operasional menuntut biaya tinggi
c. mengandung efek negatif misalnya overload di lembaga pemasyarakatan
d. penggunaan hukum pidana tidak menghilangkan kausa karena tidak
menangani sebab-sebab terjadinya kejahatan korupsi yang dianggap sangat
kompleks
e. hanya merupakan sebagian kecil dari kontrol social

19
f. sistem pemidanaan hanya individual dan fragmental tidak bersifat
struktural atau fungsional
g. efektivitas hukuman pidana bergantung pada banyak faktor dan masih
sering menjadi perdebatan.

D. Upaya pencegahan korupsi


Nasihat bijak mengatakan “mencegah lebih baik daripada mengobati” maka upaya
upaya pencegahan korupsi lebih baik daripada upaya represif. Benarkah demikian?
Pada awal sudah dikatakan bahwa upaya represif dan preventif harus dilaksanakan
secara bersamaan untuk menimbulkan daya ungkit besar terhadap pemberantasan
korupsi. Pencegahan ditujukan untuk mempersempit peluang terjadinya tindak pidana
korupsi pada tata kepemerintahan dan masyarakat, menyangkut pelayanan publik
maupun penanganan perkara yang bersih dari korupsi. Berikut adalah fokus kegiatan
prioritas pencegahan korupsi untuk jangka panjang (2012–2025) dan jangka
menengah (2012–2014) yang tertuang di dalam Rencana Strategi Nasional
Pemberantasan Korupsi.
1. Fokus Kegiatan Prioritas Jangka Panjang (2012– 2025)
a. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam administrasi dan
pelayanan publik, pengelolaan keuangan negara, penanganan perkara
berbasis teknologi informasi (TI) serta pengadaan barang dan jasa berbasis
TI baik di tingkat pusat maupun daerah.
b. Peningkatan efektivitas sistem pengawasan dan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan keuangan negara, serta
memasukkan nilai integritas dalam sistem penilaian kinerjanya.
1) Peningkatan efektivitas pemberian izin terkait kegiatan usaha,
ketenagakerjaan dan pertanahan yang bebas korupsi.
2) Peningkatan efektivitas pelayanan pajak dan bea cukai yang bebas
korupsi.
3) Penguatan komitmen antikorupsi di semua elemen eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.
4) Penerapan sistem seleksi/penempatan/promosi pejabat publik
melalui assessment integritas (tax clearance, clearance atas
transaksi keuangan, dll.) dan pakta integritas.

20
5) Mekanisme penanganan keluhan/pengaduan antikorupsi secara
nasional.
6) Peningkatan pengawasan internal dan eksternal serta memasukkan
nilai integritas ke dalam sistem penilaian kinerja.
7) Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
serta kinerja menuju opini audit wajar tanpa pengecualian dengan
kinerja prima.
8) Pembenahan sistem kepemerintahan melalui reformasi birokrasi
9) Pelaksanaan e-government.
2. Fokus Kegiatan Prioritas Jangka Menengah (2012– 2014)
a. Sistem pelayanan publik berbasis TI dengan fokus pada:
1) K/L dan Pemda di seluruh provinsi dengan memperhitungkan integrasi
internal kelembagaan yang telah memiliki target jelas sampai dengan
2014, dengan fokus pada pemberian perizinan.
2) Integrasi mekanisme penanganan keluhan/pengaduan terhadap upaya
PPK termasuk proses penegakkan hukum.
3) Membuka akses antarlembaga untuk menindaklanjuti pengaduan yang
disampaikan masyarakat.
4) Keterbukaan informasi dalam penanganan perkara (termasuk perkara
korupsi), perencanaan dan penganggaran pemerintah.
b. Keterbukaan standard operating procedure (prosedur pengoperasian
standar) penanganan perkara dan pemrosesan pihak yang
menyalahgunakan wewenang.
c. Penyempurnaan kode etik dengan sanksi yang jelas.
d. Pengendalian dan pengawasan proses pelayanan publik, penguatan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) serta publikasi penyalahgunaan
jabatan.
e. Implementasi UU Pelayanan Publik, keterbukaan dalam penunjukkan
pejabat publik dan penyelarasan UU Keuangan Pusat-Daerah.
f. Pembenahan sistem melalui reformasi birokrasi dengan fokus pada
lembaga penegak hukum dan peradilan.
g. Sertifikasi hakim Tindak Pidana Korupsi berdasarkan kompetensi dan
integritas.

21
h. Pengembangan sistem dan pengelolaan pengaduan internal dan eksternal
(termasuk masyarakat) atas penyalahgunaan kewenangan.
i. Pemantapan administrasi keuangan negara, termasuk penghapusan dana
off-budget dan memublikasikan penerimaan hibah/bantuan/donor di badan
publik dan partai politik.
j. Penyusunan dan publikasi laporan keuangan yang tepat waktu, dengan
opini WTP bagi K/L dan Pemda.
k. Pembatasan nilai transaksi tunai.
l. Penertiban dan publikasi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
bagi pejabat publik.
m. Penguatan mekanisme kelembagaan dalam perekrutan, penempatan,
mutasi dan promosi aparat penegakhukum berdasarkan hasil assessment
terhadap rekam jejak, kompetensi dan integritas sesuai kebutuhan lembaga
penegak hukum.
n. Transparansi dan akuntabilitas dalammekanisme pengadaan barang dan
jasa.
o. Transparansi dan akuntabilitas laporan kinerja tahunan K/L serta Pemda
yang dilaporkan dan dipublikasikan secara tepat waktu.
p. Penerapan Pakta Integritas.

Berikut adalah berbagai upaya pencegahan yang saat ini tengah dilaksanakan:

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi


a. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah eksis di negara kita sebagai
sebuah lembaga antikorupsi yang kokoh dan kuat sejak tahun 2003.
Apa yang saat ini telah dilaksanakan KPK dalam upaya pencegahan?
KPK telah melaksanakan Strategi Perbaikan Sistem dan juga strategi Edukasi
dan Kampanye.
Perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi.
Caranya dengan kajian sistem, penataan layanan publik melalui
koordinasi/supervisi pencegahan serta mendorong transparansi
penyelenggaraan negara. Lembaga lain yang juga harus memperbaiki sistem
kinerjanya adalah lembaga peradilan termasuk di dalamnya: kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan. Lembagalembaga ini adalah

22
jantung penegakkan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak),
jujur dan adil. Pada tingkat kementerian ada inspektorat jenderal yang harus
meningkatkan kinerjanya.
KPK melakukan kajian sistem dan kebijakan pada berbagai
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Dalam kajian tersebut KPK
melakukan analisis data, observasi langsung dan walkthrough test. Kajian
dilakukan dalam rangka mengidentifikasi kelemahan-kelemahan sistem atau
kebijakan yang berpotensi korupsi. Setelah itu, KPK memberikan rekomendasi
perbaikan agar dilaksanakan oleh kementerian, lembaga, atau pemerintah
daerah bersangkutan.
Edukasi dan kampanye yang dilakukan KPK merupakan bagian dari
upaya pencegahan memiliki peran strategis. Melalui edukasi dan kampanye
KPK berusaha membangun perilaku dan budaya antikorupsi. Program
kampanye dilakukan KPK melalui berbagai kegiatan yang melibatkan unsur
masyarakat serta melalui berbagai media cetak, elektronik dan online. Tujuan
dari rangkaian kampanye adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai korupsi dan dampak buruknya. Ujungnya adalah menumbuhkan
benih benih antikorupsi serta perlawanan terhadap korupsi. Program edukasi
dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk meluncurkan produk
antikorupsi, antara lain modul modul pendidikan antikorupsi.
b. Lembaga lain yang juga telah disediakan adalah lembaga Ombudsman yang
perannya adalah sebagai penyedia sarana bagi masyarakat yang hendak
mengadukan apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan pegawainya.
Lembaga ini juga berfungsi memberikan pendidikan pada pemerintah dan
masyarakat, mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga hukum.
c. Pada tingkat kementerian ditingkatkan kinerja lembaga Inspektorat Jenderal.
d. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik penting dibenahi sehingga
tidak memberi peluang untuk melakukan pungutan liar

23
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan semua
pejabat publik untuk mengumumkan dan melaporkan kekayaan yang dimilikinya
baik sebelum maupun sesudah menjabat. Hal ini diperlukan agar publik
mengetahui kewajaran peningkatan jumlah kekayaan terutama sesudah menjabat.
Hal ini diperlukan agar publik mengetahui kewajaran peningkatan jumlah
kekayaan terutama sesudah menjabat dan mendorong transparansi penyelenggara
negara KPK menerima laporan LHKPN dan laporan adanya gratifikasi.
Penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaannya, antara lain ketika
dimutasi, mulai melaksanakan jabatan baru atau pensiun.
a. Khusus untuk mengontrol pengadaan barang dan jasa oleh publik maka lelang
harus terbuka kepada publik. Masyarakat harus punya otoritas untuk
mengakses, memantau proses dan hasil pelelangan. Untuk itu, saat ini telah
dilakukan lelang dengan menggunakan LPSE.
b. Sistem rekrutmen, sistem penilaian kinerja pegawai negeri serta hasil kerja
perlu dibangun. Sistem penghargaan terhadap pegawai berprestasi perlu
dibangun.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Masyarakat hendaknya mempunyai akses untuk mendapatkan informasi.
Karena itu, harus dibangun sistem yang memungkinkan masyarakat dapat
meminta informasi tentang kebijakan pemerintah terkait kepentingan
masyarakat. Hal ini harus memberi kesadaran kepada pemerintah agar
kebijakan dijalankan secara transparan dan wajib menyosialisasikan kebijakan
tersebut kepada masyarakat.
b. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya korupsi
serta pemberdayaan masyarakat adalah salah satu upaya yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya korupsi. Untuk meningkatkan hal tersebut
kegiatan yang dapat dilakukan:
1) kampanye tentang bahaya korupsi
2) sosialisasi mengenai apa itu korupsi dan dampaknya serta cara
memerangi korupsi. Kampanye harus dilakukan di ruang publik, melalui
media cetak maupun elektronik, melalui seminar dan diskusi, dan lain-
lain. Spanduk, poster, banner yang berisikan ajakan untuk tidak
melakukan korupsi harus dipasang di kantor-kantor pemerintah.
24
c. Pemberdayaan masyarakat untuk ikut mencegah dan memerangi korupsi
adalah melalui penyediaan sarana bagi masyarakat untuk dapat dengan mudah
melaporkan kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang secara
bertanggung jawab. Mekanisme pelaporan harus mudah dilakukan misalnya
melalui telepon, internet, dan sebagainya.
d. Kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam menginformasikan
bahaya korupsi adalah penting dalam pencegahan korupsi, selain berfungsi
sebagai media kampanye antikorupsi, media juga efektif untuk melakukan
pengawasan terhadap perilaku pejabat publik.
e. Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs yang
berfungsi melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah
maupun parlemen, juga merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah
terjadinya korupsi. Salah satu contoh adalah Indonesia Corruption Watch
(ICW), yakni sebuah LSM lokal yang bergerak khusus dalam pemberantasan
dan pencegahan korupsi.
f. Cara lain dalam rangka mencegah korupsi adalah menggunakan electronic
surveillance yaitu sebuah perangkat untuk mengetahui dan mengumpulkan
data dengan dipasang di tempat tempat tertentu. Alat itu misalnya closed
circuit television (CCTV).
4. Pembuatan Instrumen Hukum
Instrumen hukum dalam bentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang telah ada juga telah didukung dengan instrumen hukum
lainnya. Contohnya, Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering, Undang-
Undang Perlindungan Saksi dan Korban, undang undang yang mengatur
kebebasan Pers, undang-undang yang mengatur mekanisme pelaporan korupsi
oleh masyarakat yang menjamin keamanan pelapor, dan lain-lain.
Selain daripada itu untuk dapat mencegah korupsi diperlukan produk hukum
berupa Kode Etik atau Code of Conduct agar tercipta pejabat publik yang bersih
baik pejabat eksekutif, legislatif ataupun aparat lembaga peradilan (kejaksaan,
kepolisian, dan pengadilan).

25
5. Monitoring dan Evaluasi
Salah satu kegiatan penting lainnya dalam mencegah dan memberantas
korupsi adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan
pemberantasan korupsi untuk menilai capaian kegiatan. Melalui penilaian ini
maka dapat diketahui strategi mana saja yang efektif dan efisien dalam mencegah
dan memberantas korupsi.
E. Kerjasama Internasional
1. Gerakan Organisasi Internasional
a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Setiap lima tahun PBB menyelenggarakan kongres tentang Pencegahan
Kejahatan dan Perlakuan terhadap penjahat. Dalam sebuah resolusinya Majelis
Umum PBB menegaskan perlunya pengembangan strategi global melawan
korupsi. Pemberantasan korupsi harus dilakukan multidisiplin dengan
memberikan pemahaman pada aspek dan dampak buruk korupsi dalam
berbagai tingkat. Pencegahan dan pemberantasan korupsi juga harus dilakukan
dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pencegahan korupsi di tingkat
nasional dan internasional.
Dalam Global Program Against Corruption dijelaskan bahwa korupsi
diklasifikasikan dalam berbagai tingkatan. Kongres PBB ke-10 menyatakan
bahwa perhatian perlu ditekankan pada apa yang disebut dengan Top Level
Corruption yaitu korupsi yang tersembunyi dalam jejaring yang tidak terlihat
secara kasatmata, meliputi penyalahgunaan kekuasaan, pemerasan, nepotisme,
penipuan, dan korupsi. Jenis korupsi ini paling berbahaya dan dapat
menimbulkan kerusakan sangat besar di suatu negara.
b. Bank Dunia (World Bank)
Bank Dunia dalam memberikan pinjaman mempertimbangkan tingkat
korupsi di suatu negara. Untuk hal itu, World Bank Institute mengembangkan
Anti-Corruption Care Program yang bertujuan untuk menanamkan kesadaran
mengenai korupsi serta pentingnya pelibatan masyarakat sipil untuk mencegah
dan memberantas korupsi.
Program yang dikembangkan Bank Dunia didasarkan pada premis
bahwa untuk memberantas korupsi secara efektif perlu dibangun tanggung
jawab bersama berbagai lembaga di masyarakat. Bank Dunia menyatakan
bahwa pendekatan untuk melaksanakan program antikorupsi dibedakan
26
menjadi dua (2) pendekatan, yaitu: pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up)
dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan dari bawah ke atas
didasarkan oleh asumsi berikut:
1) Semakin luas pemahaman yang ada, semakin mudah meningkatkan
kesadaran memberantas korupsi.
2) Adanya jejaring yang baik akan membantu pemerintah dan masyarakat
mengembangkan rasa saling percaya.
3) Penyediaan data mengenai efektivitas dan efisiensi pelayanan pemerintah
membantu masyarakat mengerti bahaya buruk dari korupsi.
4) Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan Bank Dunia akan dapat membantu
mempercepat pemberantasan korupsi.
5) Rencana aksi yang dipilih sendiri di sebuah negara akan memiliki trickle
down effect dalam arti masyarakat mengetahui pentingnya
pemberantasan korupsi.
Untuk pendekatan dari atas ke bawah dilakukan dengan melaksanakan
reformasi di segala bidang, baik hukum, politik, ekonomi, maupun
administrasi pemerintahan. Pendidikan antikorupsi adalah salah satu strategi
atau pendekatan dari atas ke bawah yang dikembangkan oleh Bank Dunia.

c. Masyarakat Uni Eropa


Di negara-negara Eropa gerakan pencegahan dan pemberantasan
korupsi telah dimulai sejak tahun 1996. Pemberantasan dilakukan dengan
pendekatan multidisiplin, monitoring yang efektif, dilakukan dengan
kesungguhan dan komprehensif.

2. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional


a. Transparency International
Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional
nonpemerintah yang berkantor pusat di Berlin Jerman yang memantau dan
memublikasikan hasil-hasil penelitian mengenai korupsi yang dilakukan oleh
korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional. Setiap tahun TI menerbitkan
Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) di negara negara seluruh
dunia.

27
TI membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di negara negara di dunia
berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat.
CPI membuat penilaian dengan range 1–10. Nilai10 adalah nilai tertinggi dan
terbaik, sedangkan semakin rendah nilainya ditempatkan sebagai yang paling
tinggi korupsinya. Dalam survei tersebut Indonesia setiap tahunnya menempati
peringkat sangat buruk dan buruk, namun sejak tahun 2009 sedikit membaik.
b. TIRI
TIRI/Making Integrity Work adalah sebuah organisasi independen
internasional nonpemerintah yang berkantor pusat di London dan banyak
perwakilannya di beberapa negara termasuk di Jakarta. Organisasi ini bekerja
dengan pemerintah, kalangan bisnis, akademisi dan masyarakat sipil untuk
melakukan sharing keahlian dan wawasan untuk mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengatasi korupsi dan
mempromosikan integritas.
Di Indonesia TIRI mengembangkan jejaring dengan berbagai universitas
untuk mengembangkan kurikulum pendidikan antikorupsi dengan nama I-IEN
(Indonesian-Integrity Education Network). TIRI berkeyakinan bahwa dengan
mengembangkan kurikulum Pendidikan Integritas dan atau Pendidikan Anti-
Korupsi di perguruan tinggi mahasiswa dapat memahami bahaya laten korupsi
bagi masa depan bangsa.
c. Instrumen Internasional Pencehagan Korupsi
1) United Nations Convention against Corruption (UNCAC)
UNCAC merupakan salah satu instrumen internasional yang sangat
penting dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi. Beberapa hal
penting yang diatur dalam konvensi adalah:
a) Masalah pencegahan
UNCAC mengemukakan bahwa perlu dikembangkan model-
model preventif sebagai berikut:
 pembentukan badan antikorupsi
 peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk
pemilu dan partai politik
 promosi terhadap efisiensi dan transparansi pelayanan public

28
 rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri)
dan mereka dilakukan berdasarkan prestasi
 adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai
negeri) dan mereka harus tunduk pada kode etik
 transparansi dan akuntabilitas keuangan public
 penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai
negeri yang korupsi
 dibuatnya persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang
sangat rawan seperti badan peradilan dan sektor pengadaan
public
 promosi dan pemberlakuan standar pelayanan public
 adanya keikutsertaan seluruh komponen masyarakat dalam
upaya untuk pencegahan korupsi yang efektif
 perlu ada seruan kepada negara-negara untuk secara aktif
melibatkan organisasi nonpemerintah (LSM)
 peningkatan kesadaran masyarakat terhadap korupsi termasuk
dampak buruk korupsi serta hal hal yang dapat dilakukan
masyarakat yang mengetahui telah terjadi tindak pidana
korupsi.
b) Kriminalisasi
Hal penting lain yang diatur dalam konvensi adalah mengenai
kewajiban negara untuk mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang
dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Perbuatan yang
dikriminalisasi tidak terbatas pada tindak pidana penyuapan dan
penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang perdagangan
termasuk penyembunyian dan pencucian uang hasil korupsi.
c) Kerja sama internasional
Negara-negara yang menandatangani konvensi bersepakat
untuk bekerja sama dalam setiap langkah pemberantasan korupsi
termasuk pencegahan, investigasi, dan melakukan penuntutan terhadap
pelaku korupsi. Mereka bersepakat untuk memberikan bantuan hukum
timbal balik dalam mengumpulkan bukti yang akan digunakan di
pengadilan serta mengekstradisi pelanggar. Negaranegara juga

29
bersepakat harus melakukan langkah langkah yang mendukung
penelusuran, penyitaan, dan pembekuan hasil tindak pidana korupsi.
d) Pengembalian aset-aset Negara
Kerja sama dalam pengembalian aset-aset hasil korupsi
terutama yang dilarikan dan disimpan di negara lain juga merupakan
hal sangat penting yang tertuang dalam konvensi. Untuk itu, setiap
negara harus menyediakan aturan-aturan serta prosedur guna
mengembalikan kekayaan, termasuk aturan dan prosedur yang
menyangkut hukum dan rahasia perbankan.
2) Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business
Transaction
Convention on Bribery of Foreign Public Official in International
Business Transaction adalah sebuah konvensi internasional. Konvensi antisuap
ini menetapkan standar-standar hukum yang mengikat negara-negara peserta
konvensi untuk mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap
dalam transaksi bisnis internasional.

Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan termasuk Politeknik Kesehatan yang


dikelola oleh Kementerian kesehatan telah berupaya melakukan berbagai kegiatan
pencegahan korupsi di dalam menjalankan sistem manajemennya. Berikut adalah
beberapa contoh upaya dimaksud.
1. Pimpinan memberikan contoh perilaku dan menjadi model pimpinan yang
bersih.
2. Menerapkan audit internal melalui Satuan Pengawas Internal dan Eksternal serta
Penjaminan Mutu.
3. Mendidik dan menyosialisasikan perilaku antikorupsi melalui larangan
pemberian hadiah atau imbalan apapun baik dalam bentuk spanduk, banner, dan
sebagainya.
4. Penerimaan uang kuliah dan kewajiban lainnya melalui Student Payment Center
(SPC).

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk
mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Korupsi dinilai dari sudut manapun
ia tetap suatu pelanggaran. Korupsi mengakibatkan kurangnya pendapatan Negara dan
kurangnya kepercayaan. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu
selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di
antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan
kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan berupaya menindak
dan mencegah tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti
di Indonesia yang memberikan hukum pidana kepada pelaku korupsi dan ditangani oleh
lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dll. Yang paling penting agar tidak terjadi korupsi
adalah disetiap diri harus memiliki nilai-nilai kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang
haram. Karena sejatinya orang yang memiliki harta yang halal adalah orang-orang yang
paling selamat agamanya, paling tenang hati dan pikirannya, paling lapang dadanya,
paling sukses kehidupannya, dipenuhi keberkahan dan kehormatan serta harga diri
bersih dan terjaga.

B. Saran
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara, terutama bagi negara
yang masih berkembang. Karena hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan negara. Sebagai insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala
tindakan yang menjurus pada tindak pidana korupsi demi kemajuan bangsa dan negara.

31
DAFTAR PUSTAKA

32

Anda mungkin juga menyukai