Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Renoe Cris Binanto
1112210101
ABSTRACT
The purpose of this paper is to determine how Statistical Process Control (SPC) to
optimezed and control the process.The research carried out by using descriptive methods and
literatures. The results showed that there is Statistical Process Control is a statostoc tool
which most importan to control the quality, then there is a ways to help operating manager to
evaluate product quality or delivered through operating characteristic curve. Statistical
Process Control can give a benefit for company so they can be better and reach success
through technique in SPC which can be use by manager in organization.
Key words
ABSTRAK
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Statistical Process Control
(SPC) Untuk Mengoptimalkan dan Mengendalikan Proses. Metode penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Pengendalian Proses secara Statistik merupakan alat statistik yang terpenting dalam
mengendalikan mutu, demikian juga terdapat cara-cara untuk dapat menolong manajer
operasi untuk mengevaluasi mutu produksi atau kiriman barang melalui Kurva Karakteristik
Operasi. Pengendalian Proses secara Statistik memberikan manfaat untuk kemajuan
organisasi untuk mencapai sukses melalui teknik teknik yang ada dalam SPC yang dapat
digunakan oleh manajer dalam organisasi agar dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Kata kunci
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan lancar. Dalam
makalah ini penulis membahas mengenai Statistical Process Control (SPC) Untuk
Mengoptimalkan dan Mengendalikan Proses.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan khususnya mengenai bagaimana mengoptimalkan dan mengendalikan proses
dengan menggunakan alat Statistical Process Control.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberti manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ....................................................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................................
1.2 Masalah Pokok Penelitian ........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
1.5 Keterbatasan Penelitian .............................................................................
BAB 2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Desain Makalah .........................................................................................
2.2 Tahap Pengumpulan Data ...........................................................................
BAB 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Persyaratan Kondisional Pengukuran Kualitas ..........................................
3.2 Pengukuran Performansi Kualitas ..............................................................
3.3 Aspek-Aspek Pengukuran Kualitas ...........................................................
3.4 Pengendalian Proses Secara Statistik ........................................................
3.5 Diagram Pengendalian ..............................................................................
3.6 Teorema Batas- batas Kendali yang terpusat ............................................
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................................
4.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
ii
iii
iv
v
6
6
6
7
7
8
8
9
9
10
12
13
16
26
26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneilitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1.3.1 Tujuan untuk pembaca
Adapun tujuan dari penelitian ini yang didapat yaitu untuk mengetahui
bagaimana dan juga mengetahui lebih jauh mengenai Statistical Process Control
(SPC) Untuk Mengoptimalkan dan Mengendalikan Proses. Sehingga hasil dari
penelitian ini dapat menjadi masukan kepada seluruh pelajar.
1.3.2 Tujuan untuk penulis
Bagi penulis sendiri, tujuan dari melaksanakan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana Statistical Process Control (SPC) Untuk
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan pemahaman mengenai Statistical Process Control (SPC) Untuk
Mengoptimalkan dan Mengendalikan Proses,
2) Memberikan pemahaman mengenai Mutu Melalui Pengendalian Proses secara
Statistik,
3) Memberikan pemahaman mengenai Peranan Proses Pengenddalian Statistik
dalam Operasi,
1.5
Keterbatasan Penelitian
Agar penelitian lebih fokus dan untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan,
maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah:
1) Pengendalian Proses secara Statistik (Statistical Process ContolSPC),
2) Persyaratan kondisional pengukuruan kualitas,
3) Pengukuran performansi kualitas,
4) Aspek-aspek program pengukuran kualitas
5) Teknik pengawasan kualitas secara statistik
BAB 2
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
2.1 Desain Makalah
Desain makalah ini dalam arti luas adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
suatu penelitian, sedangkan dalam arti sempit dan khusus desain makalah merupakan
rencana tentang tata cara mengumpulkan dan menganalisis data agar secara ekonomis
serta serasi dengan jenis atau tujuan penelitian.
Objek makalah dalam pembahasan makalah ini adalah untuk mempelajari
Statistical Process Control (SPC) Untuk Mengoptimalkan dan Mengendalikan Proses.
2.2
BAB 3
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1
3.2
diterima pemasok, siklus waktu produk, anyaknya persediaan barang setengah jadi,
dan lain-lain,
2) Pengukuran pada tingkat output, mengukur karakteristik output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan.
Beberapa contoh ukuran pada tingkat output adalah banyaknya unit pproduksi yang
tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang diterapkan, yaitu banyaknya produk
cacat, tingkat efektivitas dan efisiensi produksi, kualitas dari produk yang
dihasilkan, dan lain-lain,
3) Pengukuran pad atingkat outcome, yaitu mengukur bagaimana baiknya suatu
produk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, jadi mengukur tingkat
kepuasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pelanggan
pada tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi
kualitas. Beberapa contoh ukuran pada tingkat outcome adalah banyaknya, keluhan
pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan oleh pelanggan,
tingkat ketepatan waktu penyerahan sesuai dengan waktu yang dijanjikan, dan lainlain
.
3.3.1 Ukuran Sasaran Prestasi Strategi Produksi Just in Time
Tabel VII.1
Ukuran Sasaran Prestasi Strategi Produksi Just in Time
Sasaran just in Time
Ukuran
Ukuran
Ukuran
Prestasi rendah Prestasi
Prestasi
Sedang
tinggi
Arus perputaran inventori
<10x
10-25x
>25x
Work in process
2 minggu
1 minggu
1 hari
Reduksi siklus waktu
25%
25-75%
>75%
Reduksi scrap & rework
30%
30-80%
>80%
Reduksi basis pemasok
25%
25-50%
>50%
Banyaknya
pemasok
mengikuti 25%
25-75%
>75%
strategi just in time
Perbaikan kualitas
50%
75%
100%
Banyaknya bagian yang diterima 25%
25-75%
>75%
tanpa inspeksi
Reduksi ruang pabrik
25%
25-50%
>97%
Linearitas output pabrik
85%
85-97%
>97%
Peningkatan produktivitas
25%
25-50%
>50%
Reduksi overhead
20%
20-50%
>50%
Sumber: hermandez (1995), Just in time manufacturing
Catatan: -Perbaikan mutu diukur melallui persentase reduksi banyaknya produk
cacat
-Peningkatan produktivitas diukur melalui berbagai cara, seperti jumlah
produksi per jam kerja, hasil penjualan per tenaga kerja, hasil penjualan
per total biaya, dan lain-lain.
3.3
1997: 128). Dalam organisasi bisnis, aspek internal dapat berupa tingkat1
kecacatan produk, biaya-biaya karena kualitas jelek, seperti pekerjaan ulang,
cacat, dan lain-lain, sedangkan aspek eksternal dapat berupa kepuasan
pelanggan, pangsa pasar, dan lain-lain. Riset kepuasan pelanggan sebagai suatu
alat untuk menjaring informasi tentang keinginan pelanggan harus dirancang
mengikuti beberapa prinsip dasar berikut.
1. Riset harus berfokus pada harapan pelanggan yang berkaitan dengan kualitas
dan jenis produk yang diinginkan serta persepsi pelanggan tentang apa yang
pelanggan yakini akan diperolehnya kalau mereka mengkonsumsi produk,
bukan pada persepsi produsen (perusahaan) terhadap apa yang sedang
ditawarkannya.
2. Riset harus berfokus pada kualitas produk, bukan pada kesalahan-kesalahan
individual atau perusahaan.
3. Seluruh karyawan harus dilibatkan dalam mengembangkan ukuran-ukuran
kepuasan pelanggan sehingga ukuran-ukuran itu akan menjadi lebih relevan
dengan pekerjaan mereka sehari-hari.
4. Data kualitatif dan kuantitatif harus dikumpulkan.
5. Pertanyaan-pertanyaan dalam survei harus spesifik serta mudah untuk
mengumpulkan dan mencatat data itu.
6. Instrumen riset harus dirancang sedemikian rupa sehingga manajemen dan
atau karyawan dapat mengambil tindakan berdasarkan hasil riset.
7. Penghargaan atau sistem insentif terhadap perubahan positif yang didasarkan
pada hasil-hasil dari survei konkret dan cukup berharga atau bernilai.
Pengukuran yang dilakukan seharusnya mempertimbangkan setiap aspek
dari proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai
kualitas. Melalui suatu survei pendahuluan yang bersifat eksploratif dapat
diifentifikasi semua attribut produk yang menentukan kepuasan pelanggan dan
persepsi pelanggan tentang nilai kualitas produk. Atribut-atribut ini merupakan
basis dari instrumen riset. Atribut-atribut ini kemudian merupakan oasis dari
setiap perusahaan. Pada umumnya, atribut yang dipertimbangkan dalam
pengukuran kualitas adalah sebagai berikut.
1. Kualitas produk, mencakup hal-hal berikut.
a. Performansi, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
b. Features, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
c. Keandalan, berkaitan dengan tingkat kegagalan dalam penggunaan
produksi
d. Serviceability, berkaitan dengan kemudahan dan ongkos perbaikan.
e. Konformitas, berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan pelanggan.
f. Durability, berkaitan dengan daya tahan atau masa pakai produk.
g. Estetika, berkaitan dengan desain dan pembungkusan dari produk.
h. Kualitas yang dirasakan bersifat subjektif, berkaitan dengan peranan
pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga
moral, dan lain-lain.
2. Dukungan pelayanan purnajual, terutama yang berkaitan dengan waktu
penyerahan dan bantuan yang diberikan, mencakup beberapa hal berikut.
1 M.N. Nasution 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.
rata-ratanya)
Deviasi Standar,
besar).
3.4.2VARIASI KHUSUS (yang ditimbulkan oleh gangguan pada proses)
Variasi yang timbul akibat gangguan pada sebuah proses dapat dilacak
penyebabnya. Faktor-faktor seperti peralatan mesin, peralatan yang distel salah,
karyawan penyebabnya. Faktor-faktor seperti peralatan mesin, peralatan yang
distel salah, karyawan yang lelah atau tidak terlatih, atau sekelompok bahan
baku yang baru, dapat menjadi sumber-sumber terjadinya variasi yang dapat
dihilangkan (assignable variations).
Variasi alami dan variasi yang dapat dihilangkan membedakan dua
pekerjaan yang harus dilakukan manajer operasi. Yang pertama adalah untuk
memastikan bahwa proses yang ada hanya akan mempunyai variasi alami yang
dapat beroperasi dibawah kendali. Yang kedua adalah keharusan,
mengidentifikasi dan menghapuskan variasi yang mengganggu kewajaran
proses supaya proses tersebut tetap terkendali.
3.5
Diagram Pengendalian
Proses pembuatan diagram pengendalian (peta kendali) proses didasarkan pada
konsep yang terlihat pada Gabar S3.2. gambar tersebut menunjukan tiga distribusi yang
merupakan hasil dari output tiga jenis proses. Dengan memplot 3 sampel dan kemudian
menguji karakteristik data yang dihasilkan untuk melihat apakah prosesnya dalam batas
kendali atau tidak. Tujuan membuat peta kendali adalah untuk membantu membedakan
mana variasi yang alami dan variasi yang dipengaruhi oleh sistem penyebab tertentu. Seperti
terlihat pada Gambar S3.2, suatu proses itu: (a) terkendali, dan prosess itu dapat berproduksi
dalam batas pengendalian, (b) terkendali, tetapi proses itu tidak dapat berproduksi dalam
batas pengendalian, atau (c) tidak terkendali. Sekarang akan dibahas bagaimana membuat
peta kendali yang membantu manajer operasi menjaga proses agar tetap terkendali
3.5.1 Diagram Pengendalian Variabel
Variabel adalah karakteristik yang mempunyai dimensi yang
berkesinambungan, Kemungkinan-kemungkinan terjadinya variabel tidak dapat
dikatak n (banyak kemungkinan). Contoh dari variabel adalah: berat, kecepatan,
2 Penghapusan sebab-sebab khusus membutuhkan usaha W. Edwards Deming mengamati bahwa
tingkat pengendalian statistik bukanlah tingkat alamiah proses manufaktur, tetapi suatu
pencapaian yang terjadi dengan menghapuskan, satu demi satu, dengan usaha yang tekun, sebabsebab khusus varriasi yang berlebihan. Lihat artikel On Some statistical Aicts Towards-Economic
Production Interfaces 5, no.4(195);5
, dan
range, R, digunakan untuk memonitor proses dengan dimensi tersebut. Peta- x
Gambar S3.2
Pengendalian Proses: Tiga jenis Output Proses
(a) terkendali
secara statistik
dan mampu.
Proses yang hanya
mempunyai
variabel alami dan
mampu
memproduksi
dalam batas-batas
kendali yang
ditetapkan
Ukuran
(berat, panjang, kecepatan, dsb)
(c) Tidak
terkendali. Proses
yang tidak
terkendali,
mempunyai
variasi yang
dan
x
n
x1 x2 x3
x4
sendiri,
, dan strandar deviasi
. Bila serangkaian sampel acak ( ,
,
,
dan
seterusnya) setiap ukuran n diambil dari sampel acak yang mana saja, sehingga distribusi
x1
normal s akan tampak seperti pada dasar grafik gambar 1. Karena ini merupakan distribusi
normal, kita dapat menyatakan bahwa:
3 x
x
Mean
x
Normal
Standar error
99,7% dari setiap x
Seragam
x
Berada antara + 3
95% berada di antara + 2
Tanpa menghiraukan distribusi populasi (beta, norma, atau serangan), masing-masing dengan
mean (
2 x
, bila di dalam
Bila kita mengetahui (dari data terdahulu)mengenai standar deviasi populasi proses,
, kita dapat menentukan batas kendali atas dan bawah dengan mengunakan rumus di
bawah ini:
z x
+
z x
-
Di mana,
x
x
n
x
= standar deviasi rata-rata sampel =
n
= ukuran sampel
Contoh S1 menunjukan bagaimana menentukan batas kendali untuk rata-rata (mean) sampel
dengan menggunakan deviasi standar.
Contoh S1
Berat boks Oat Flakes skala produksi yang besar diuji setiap jam. Untuk menentukan batas
kendali proses yang mencakup 99.7% rata-rata sampel, sampel terdiri 9 boks diseleksi secara
acak dan kemudian ditimbang. Di bawah ini adalah hasil penimbangan 12 jam terakhir:
Jam
Rata-rata 9 boks
Jam
Rata-rata 9 boks
Jam
Rata-rata 9 boks
1
2
3
4
17,1
16,8
14,5
14,8
5
6
7
8
16,5
16,4
15,2
16,4
9
10
11
12
16,3
16,5
14,2
17.3
Rata-rata berat dari ke-12 sampel di atas mudah dihitung: 16 ons dan standar deviasi
populasinya 1 ons. Berarti dipunyai
pengendaliannya:
UCLx
Batas kendali atas (
)=
x
= 16 ons,
= 16 + 3
= 16 3
= 16 + 3
z x
-
z x
LCL
1
3
= 16 - 3
1
3
= 17 ons
(S.1)
= 15 ons
(S.2)
Mengingat stadar deviasi prosesnya tidak ada atau sulit dihitung, biasanya dihitung
batas kendali dengan nilai selang (range) rata-rata, bukannya pada standar deviasi. Pada Tabel
1 memberikan informasi yang dibutuhkan agar dapat dihitung batas kendali berdasarkan nilai
selang rata-rata. Selang tersebut didefinisikan sebagi selisih antara anggota sampel terbesar
dan terkecil. Misalnya, bila boks terberat Oat Flakespada jam pertama pada contoh 1 di atas
adalah 19 ons, dan yang teringan adalah 14 ons, maka range pada jam itu adalah 5 ons. Dari
tabel 1 dan persamaannya diperoleh
UCL
x
UKURAN
SAMPEL, n
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
A2
(S.3)
Tabel S3.1
Faktor-faktor perhitungan batas-batas diagram pengendalian
FAKTOR RATASELANG ATAS,
SELANG
RATA,
25
1,880
1,023
0,729
0,577
0,483
0,419
0,373
0,337
0,308
0,266
0,235
0,212
0,194
A2
D4
D3
BAWAH,
0,180
0,153
3,268
2,574
2,282
2,114
2,004
1,924
1,863
1,826
1,777
1,716
1,671
1,636
1,608
1,586
1,541
0
0
0
0
0
0,076
0,136
0,184
0,223
0,284
0,329
0,364
0,392
0,414
0,549
Sumber: diambil dari special tehnical publication 15-c, QualityControl of Materials hal. 63,
72.
dan
LCL
x
A2
(S.4)
di mana
R
A2
UCLR
LCLR
di mana
UCLR
LCLR
D4
D4 R
(S.5)
D3 R
(S.6)
D3
dan
= nilai dari tabel S.1
Contoh 3 menunjukan bagaimana menentukan batas untuk selang (range) sampel dengan
menggunakan Tabel 1 dan selang rata-rata.
Contoh 3
Selang rata-rata proses adalah 5,3 pon. Bila ukuran sampelnya adalah 5, tentukan batas atas
dan batas bawah diagram pengendalian. Dengan melihat Tabel S3.1 untuk ukuran sampel 5,
D3
D4
ditemukan bahwa
= 2,144 dan
= 0. Selang batas kendali adalah:
UCLR
D4 R
=
= (2,114)(5,3 pon)
= 11,2 pon
D3 R
LCLR
=
= (0)(5,3 pon)
=0
Tahapan Yang Harus Diikuti Dalam Menggunakan Diagram Pengendalian. Lima tahapan
yang secara umum diikuti dalam menggunakan diagram- dan diagram -R:
1. Kumpulkan 20 sampai 25 sampel, masing-masing n=4 atau n=5 dari proses yang
stabil dan hitunglah rata-rata (mean) dan selang (range) masing-masing.
x
2. Hitunglah rata-rata keseluruhan ( dan R), tentukan batas kendali yang tepat,
niasanya pada tingkat 99,7%, dan hitung batas atas dan batas bawah awal. Bila proses
itu tidak stabil saat itu,untuk menghitung batasan gunakan rata-rata yang diinginka,
x
, bukannya .
3. Bukan grafik rata-rata dan selang sampel pada peta kendali yang bersangkutan dan
tentukan apakah rata-rata dan sleang itu berada di luar batas-batas yang dapat
diterima.
4. Selidiki titik-titik atau pola yang menujukan bahwa proses tersebut tidak terkendali.
5. Kumpulkan sampel-sampel tambahan dan, bila perlu, validasi ulang batas-batas
kendali dengan menggunakan data yang baru.
yang rusak (misalnya, jumlah jumlah boal lampu yang rusak pada sekelompok bola lampu,
atau jumlah surat atau catatan data entry yang pengetikannnya salah), diamana variabel
biasanya diukur panjang atau beratnya. Ada dua jenis peta kendali atribut: (1) diangram yang
mengukur persentase kerusakan dalam sampel disebut diagram-p, dan (2) diagram yang
menhitung jumlah yang rusak disebut diagram -c.
Diagram-P.
Cara utama untuk mengendalikan atribut adakah dengan menggunaka diagram-p. Walupun
atribut yang baik ataupun buruk, mengikuti distribusi binomial, pendekatan dengan distribusi
normal dapat diggunakan untuk menghitung batas-batas diagram-p, bila ukuran sampelnya
besar. Prosedurnya mirip dengan pendekatan diagram-, yang juga mendasarkan pada
teorema kecenderungan batas terpusat (central limit theorem).
Rumus untuk batas atas dan batas bawah diagram-p adalah:
^
p z p
UCLp
(S.7)
^
p z p
LCL p
=
di mana
(S.8)
p
Z
^
p
= deviasi standar distribusi sampel.
Diperkirankan dengancara:
^
p(1 p)
p
n
(S.9)
di mana n = ukuran setiap sampel.
Contoh 4 menenjukan bagaimana menentukan batas kendali untuk diagram-p untuk standar
deviasi di atas.
Contoh 4
Karyawan data entry di ARCO memasukan data beribu arsip asuransi setiap harinya.
Sampel dari pekerjaan 20 karyawan ditunjukan pada tabel dibawah ini. Seratus arsip yang
dimasukkan oleh setiap karayawan diuji secara teliti untuk untuk memastikan tidak ada
kesalahan. Kemudian dihitung proporsi yang tidak memenuhi syarat di setiap sampel.
Tentukan batas kendali yang mencakup 99,7% variasi acak dalam proses pemasukan
data pada saat variasi itu terkendali.
Nomer Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3
3
2
6
1
8
7
5
4
11
3
0
4
80
Bagian
Yang
Memenuhi Syarat
Jumlah Salah ke
6
5
0
1
4
2
5
Tidak
0,01
0,04
0,02
0,05
0,03
0,03
0,02
0,06
0,01
0,08
0,07
0,05
0,04
0,11
0,03
0,00
0,04
0,06
0,05
0,00
Total kesalahan
Total arsip yang diuji
80
(100)( 20)
=
= 0,04
(0,04)(1 0,04)
100
p
=
UCLp
= 100
p z 0,04 3(0,02) 0,10
=
LCL p
p z ^ 0,04 3(0,02) 0
p
=
(karena persentase tidak dapat negatif)
Saat memplotbatas kendali dan bagian sampelyang tidak memenuhi syarat, ditemukan
hanya satu karyawan pemasuk data (nomor 17) yang tidak terkendali. Perusahaan dapat
menguji perkerjaan masing-masing secara lebih dekat untukmelihat masalah serius yang ada
(lihat Gambar S3.4).
Gambar S3.4
Diangram-p Untuk Data Entry Pada Contoh 4
0.12
UCL p 0,10
0.1
0.08
0.06
p 0,04
0.04
0.02
0
0
10
15
20
25
LCL p 0
Nomor
Sampel
Diagram-C. Pada contoh 4, dihitung data jumlah arsip yyang dimasukna ke komputer secara
tidak benar. Arsip yang dianggap rusak adalah yang tidak benar memasukan datanya.
Meskipun demikian, arsip yang rusak ini dapat megandung lebih dari satu kerusakan. Untuk
mengendalikan proses semacam ini digunakan diagram-c untuk mengandalikan jumlah yang
rusak per unit hasil suatu proses (atau pe arsip asuransi dalam kasus di atas).
Peta kendalai untuk rusak (arsip yang rusak) berguna untuk memonitor proses dimana
bisa terjadi sejumlah besar kemungkinan kesalahan tetapi jumlah yang benar-benar terjadi
relati kecil. Atribut rusak itu bisa berupa kesalahan kata-kata di koran, arus yang tidak
sempurna di microchip, meja yang tidak rata, atau hamburger tidak ada timunnya.
Distribusi Poison, yang varianya sama dengan rata-ratanya (mean), merupakan dasar
dari diagram-c. Karena c adalah angka rata-rata kerusakan per unit, standar deviasinya sama
c
dengan
. Untuk menghitung 99,7% sebagia batas kendali proses utnuk digaram-c,
digunaka rumus:
c3 c
(S.10)
Contoh 5 menunjukan bagaimana kita dapat menentukan batasan pengendalia untuk diagram
c.
Contoh 5
Red Tob Cab Company setiap hari menerima bebrapa keluhan mengenai perilau sopir.
Selama periode 9 hari (hari merupakan unit ukurannya), pemilik menerima telepon sebanyak:
3, 0, 8, 9, 6, 7, 4, 9, 8, dari penumpang yang tidak puas, dengan total sejumlah 54 keluhan.
Untuk menghitung batas batas kendali poses sebesar 99,7%, ditetapkan
54
c
6
9
keluhan per hari
Maka,
Setelah pemilik memplot diagram pengendalian yang merangkum data-data ini dan
memasukannnya ke dalam loker para sopir, jumlah telepon yang diterima menurun menjadi
rata-rata 3 keluhan per hari.
Sampling penerimaan
Sampling penerimaan adalah bentuk pengujian yang mencakup kegiatan mengambil sampel
acak dari kumpulan atau lot produk yang telah selesai diproduksi dan mengukurnya
menurut standar yang telah ditentukan sebelumnya. Sampling lebih ekonomis daripada
melakukan inspeksi 100%. Kualitas sampel digunakan untuk menilai mutu setiap barang
yang ada dikumpulan tersebut. Walaupun atribut maupun variabel dapat di inspeksi lewat
sampling penerimaan, inspeksi atribut lebih banyak digunakan di dunia usaha dan
diilustrasikan di bagian ini.
Sampling penerimaan dapat diterapkan pada saat bahan mentah tiba di pabrik, selama
proses produksi, atau inspeksi akhir, tetapi biasanya sampling penerimaan ini digunakan
untuk mengendalikan lot barang-barang yang darang. Kumulan barang yang ditolak,
berdasarkan tingkat temuan produk yang rusak pada sampel yang diterima, bisa (1)
dikembalikan kepada pemasok (2) diinspeksi lagi seluruhnya 100% untuk menghilangkan
seluruh produk yang rusak, dengan biaya penyortiran yang dibebankan kepada pemasok.
Meskipun demikian, sampling penerimaan bukan merupakan penggantidari pengendalian
proses yang memadai. Malahan, pendekatan yang kini dipakai adalah para pemasok
membentuk pengendalian mutu secara statistik, agar sampling penerimaan bisa dihindari.4
Kurva Karakteristik Operasi
Kurva karakteristik operasi (operating characteristic-OC) menjelaskan tentang baik suatu
rencana penerimaan membedakan antara lot yang baik dengan lot yang tidak baik. Suatu
kurva itu menggambarkan rencana tertentu, yaitu, kombinasi dari n (ukuran sampel) dan c
(tingkat penerimaan). Kurva itu ditunjukan untuk menunjukan kemungkinan rencana tersebut
menerima lot dengan tingkat mutu yang beragam.
Dalam sampling penerimaan, ada dua pihak yang terkibat, biasanya mencakup produsen dan
konsumen. Dalam menspesifikasi rencana sampling, setiap pihak ingin menghindari
kesalahan bahwa ia telah menolak lot yang baik (risiko produsen). Hal ini terjadi karena
produsen biasanya bertanggung jawab mengganti produk yang rusak yang ada di lot yang
ditolak atau mengeluarkan biaya untuk mengirim lot yang barubagi konsumen. Di pihak lain,
konsumen ingin menghindari kesalahan bahwa ia menerima lot yang jelek, karena produk
rusak yang ditemukan dalam yang telah diterima biasanya merupakan tanggung jawab
konsumen (risiko konsumen). Kurava Karakteristik Operasi menentukan bentuk rencana
sampling tertentu, termasuk risiko pengambilan keputusan yang salah.
Gambar S3.5 dapat digunakan untuk menggabarkan suatu rencana sampling dengan
lebih rinci. Pada gambar ini, ada empat gambar yang dilukiskan.
4 Mutu bukan suatu kebetulan akan tetapi merupakan hasil dari usaha yang
menggunakan pemikiran. John Ruskin
AQL (acceptable quality level) adalah tingkat mutu rendah yang masih bisa diterima.
Kita bersedia menerima lot yang tingkat mutunya sebesar AQL ini. Bila AQL=20 buah
produk rusak dalam lot yang terdiri dari 1000 barang atau suku cadang, maka AQLnya adalah
20/1000=2% tingkat kerusakan.
LPTD (lot tolerance perfect defective) adalah tingkat mutu lot yang dianggap jelek.
Kita menolak lot dengan tingkat mutu sebesar LPTD. Bila tingkat yang disetujui adalah 70
produk rusak dalam lot 1000 unit, maka LPTDnya adalah 70/1000 = 7% poduk catat.5
Untuk membuat rencana sampling, produsen dan konsumen harus mendefinisikan bukan
hanya lot yang tidak baik melalui AQL dan LPTD, tetapi juga harus merinci tingkat risiko.
Risiko produsen ( ) adalah kemungkinan menolak lot yang baik. Hal ini alah risiko
karena mengambil sampel secara acak sehingga proporsi produk yang catat lebih tinggi dari
populasi seluruh unit. Lot dengan tingkat mutu AQL yang dapat diterima tetap mempunya
kemungkinan ditolak sebesar
risiko produsen pada tingkat
0,05
Risiko Produsen
Kemungkinan
penerimaan
0,10
Persentase/kerusakan
(defect)
Lot yang
baik
AQL
Daerahtak berbeda
(Indiference zone)
LTPD
Lot cacat/rusak
Gambar S3.5
Kurva Karakteristik Operasi Yang Menunjukan Risiko Konsumen Dan Risiko Produsen
5 2 tabel yang paling sering digunakan untuk rencana penerimaan adalah :
Military Standards Sampling Procedures and tables for Inspection bY attributes
(MIL-STD-105) (Washington DC. : US Government Printing Office, 1963); dan H F.
Dodge dan H.G Romig, Sampling and Double Sampling, edisi ke-2 (New York:
Wiley and Sons, 1959).
Suatu yang baik dari keterangan rencana penerima ini mempunyai kurang atau sama dengan
2% tingkat kesalahan lot yang jelek mempunyai tingkat kesalahan 7% atau lebih.
Risiko konsumen
adalah kemungkinan menerima lot yang jelek. Hal ini adalah
risiko mengambil sampel acak yang menyebabkan kita melihat proporsi kerusakan (cacat)
yang lebih rendah dari keseluruhan unit populasi. Nilai umum dari resiko konsumen dalam
0,10
rencana sampling adalah
atau 10%.
Dalam statistik, kemungkinan menolak lot yang baik di sebut kesalahan tipe I.
Kemungkinan menerima kumpulan yang buruk disebut kesalahan tipe II.
Rencana sampling dan Kurva karakteristik Operasi dapat dikembangkan dengan
menggunakan komputer, dengan meggunakan tabel-tabel publikasi US Military Standard
MIL-STD-105 atau tabel Dodge-Roming, atau dengan penghitungan yang menggunakan
distribusi binomial atau Poisson.6
Mutu Rata-rata Hasil Proses yang Lolos (Average Outgoing Quality/AOQ)
Pada kebanyakan rencana sampling, saat kumpulan (lot) ditolak, seluruh lot akan diperiksa
lagi dan semua produk yang rusak akan diganti. Penggunaan teknik penggantian ini
meningkatkan mutu yang bisa di terima (yang sampai di tangan konsumen) rata-rata (AOQ)
dalam hal persentase produk yang rusak. Malahan bila (1) rencana sampling apa pun yang
menggantikan semua produk rusak yang ditemukan dan (2) persentase sesungguhnya cacat
yang di terima pada lot, maka mungkin sekali untuk menentukan AOQ dalam persentase
produk cacat. Persamaan untuk AOQ adalah:
AOQ
( Pd )( Pa )( N n)
N
S.11
di mana
Pd
= Persentase produk cacat yang sebenarnya
Pa
N
n
Nilai maksimum kurva AOQ sesuai dengan persentase produk cacat terbesar atau mutu ratarata terendah dari rencana samplingnya. Nilai ini disebut AOQL (average outgoing quality
limit).
Sampling penerimaan berguna untuk menyeleksi lot yang datang. Bila unit-unit
produk cacat digantikan dengan yang bagus, sampling penerimaan membantu peningkatan
mutu lot dengan menurunkan persentase produk cacat dari unit lot yang keluar.7
Barry Render. Dan Jay Heizer. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Jakarta:
Salemba Empat.
7
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Diagram pengendalian proses menolong manajer operasi membedakan variasi
alami dengan variasi yang ditimbulkan oleh gangguan (variasi khusus) pada proses.
Diagram-X dan diagram-R digunakan untuk sampling variabel dan diagram-p serta
diagram-c digunakan untuk sampling atribut. Kurva Karakteristik Operasi (OC)
membantu sampling penerimaan dan memberikan manajer suatu teknik untuk
mengevaluasi mutu produksi atau kiriman baran. Oleh karena itu, Pengendalian Proses
secara Statistik (SPC) dan sampling penerimaan merupakan alat statistik yang
terpenting dalam mengendalikan mutu.
4.2
Saran
Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk mencapai konsistensi dan
kinerja yang lebih baik.
Pengurangan waktu yang berarti dalam penyelesaian masalah kualitas, serta
pengurangan biaya pembuangan produk cacat, pengerjaan ulang terhadap produk cacat,
inspeksi ulang, dan sebagainya.
Membangun Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan
produk dalam memenuhi spesifikasi pelanggan. Serta membuat organisasi lebih
berorientasi pada data statistik dari pada hanya beberapa asumsi saja.
Perbaikan proses, sehingga kualitas produk menjadi lebih baik, biaya lebih rendah, dan
produktivitas meningkat.
Melakukan pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan untuk memberikan pengertian
yang jelas mengenai alat dan teknik pengendalian proses statistik yang dapat
memberikan kompetensi bagi organisasi seperti histogram, Pareto chart, diagram
sebab-akibat, dan sebagainya.
Daftar Istilah
Average outgoing quality (AOQ) Persentase produk yang rusak dalam rata-rata produk
yang diterima
Diagram proses Grafik yang menggambarkan urutan langkah/tahap suatu proses, produksi,
penundaan, inspeksi, penyimpanan, perjalanan.
Diagram proses Teknik yang sistematik yang digunakan untuk menentukan (di mana)
masalah mutu pada perusahaan manufaktur; dikenal juga sebagai diagram tulang iklan.
Diagram-C Bagan pengendalian kualitas atas produksi/unit yang rusak.
Diagram-R Suatu grafik pengendalian proses mengidentifikasikan bahwa
keuntungan/kerugian pada kesatuan produksi telah timbul.
Diagram-x Grafik pengendalian kualitas variabel yang mengindikasikan kapan perubahan
timbul pada saat proses produksi terpenting.
Just-in-time (JIT) Jumlah inventori/barang persediaan yang cukup untuk tetap bisa
berproduksi.
Kurva karakteristik operasi Grafik yang menggambarkan seberapa baik mengaplikasikan
rencana dengan membandingkan hasil yang baik dan yang buruk.
Sampling penerimaan Suatu metode yang menghitung sampel acak dari atau batch suatu
produk X standar penetapannya.
Teori batasan terpusat unit yang menjadi pusat penggerak.
Tingkat kualitas yang diterima Tingkat kualitas dari berbagai barang yang ditinjau.
Variabilitas Deviasi dari proses optimum produk tepat waktu.
Variasi alami Penganekaragaman yang mempengaruhi hampir setiap tingkatan pada proses
produksi, dan memang sudah diperkirakan akan terjadi, dikenal juga sebagai sebab biasa.
Variasi gangguan proses Variasi suatu proses produksi yang dapat dilacak melalui sebab
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Render, Barry. Dan Jay Heizer. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Besterfield, D.H. Quality Control, edisi II. Englewood Cliffs, NJ Prentice Hall, 1986.
Runger, G.C Montgomery, Adaptive Sampling Enhancements for Shewhart Chaarts. IIE
Transcantion 25, no. 3 (Mei 1993): 41-51.
Kumar S, dan Y.P Gupta. Statistical Process Control at Motorolas Austin Assembly Plant.
Interfaces 23, no (Maret-April 1993): 84-92.
Nasution, M N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.
LAMPIRAN
Frekuens
i
Ukuran
Ideal
(sasaran)
Kurva Normal
yang
didiskusikan
3
Bila kurva dipersempit, maka lebih banyak keluaran proses berada dalam kisaran ideal
dan lebih sedikit yang jatuh diluar batas 3 semula pada gambar VII.1. Dalam
gambar VII.2, kurva akan menjadi lebih sempit. Jika batas asli menghasilkan 2700 unit
yang dikesampingkan dari 1.000.000 unit, proses perbaikan yang diilustrasikan pada
gambar VII.2 mungkin menguranginya sampai 2700 unit atau bahkan kurang yang
dikesampingkan. Ini berarti produk akan menjadi konsisten bermutu tinggi dan produk
yang rusak makin berkurang.
Gambar VII.2
Kurva Distribusi Frekuensi Dipersempit (variasi Lebih Kecil) Berhubungaan
dengan Gambar VII.1
sasaran
Frekuen
si
Batas
asli
3 dari gambar
VII.1. Juga lebih banyak
dipusatkan secara ketat
disekitar ukuran ideal
Perencanaan
Tanggung Jawab
Manajemen puncak
Manajemen puncak
Tenaga ahli intern atau
konsultan
Komite SPC, tenaga ahli
intern atau konsultan
Qualitiy assurance
Manajemen
Pelaksanaan
Komite
SPC,
operator
pemasok dan pelanggan
operator dengan bantuan
Tindakan
1. Komitmen spc
2. Membentuk komite SPC
3. Pelatihan komite SPC
4. Menetapkan tujuan SPC
5. Identifikasi proses sasaran
6. Pelatihan operator mesin dan
personil pendukung
7. Memastikan kemampuan ukuran
dan metode mengulang dan
memproduksi kembali
8. Mendelegasikan tanggung jawab
kepada operator sebagai peran
kunci
9. Bagian arus proses
10. Menghilangkan
sebab-sebab
khusus dari variasi
tenaga ahli
Tenaga ahli intern atau
konsultan
Operator
Operator dan ahli operatorr
Komite
SPC
Manajemen
Operator dengan
kebutuhan
Semua
dan
sesuai
Sumber : dikutip dari Nasution, M N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia
Indonesia, hlm 127-129.
3)
BIODATA PENULIS
1) Nama
NPM
No. HP
E-mail