Anda di halaman 1dari 14

Pluneng adalah sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa

Tengah, Indonesia. Kelurahan Pluneng berbatasan dengan Desa Ngrundul di sebelah utara,
Kelurahan Nglinggi di sebelah timur, Kecamatan Klaten selatan di sebelah selatan, dan
Kelurahan Basin di sebelah barat.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Pembagian Administrasi
 2Sejarah
o 2.1Asal Mula Nama
 3Pariwisata
 4Obyek Wisata
o 4.1Pemandian Tirtomulyono
o 4.2Pemandian Tirtomulyani
 5Tradisi lokal
 6Makanan khas dan industri
o 6.1Makanan khas
o 6.2Industri
 7Pendidikan
 8Galeri gambar

Pembagian Administrasi[sunting | sunting sumber]


Kelurahan Pluneng dibagi menjadi 13 Desa, yaitu :

 Cinde
 Dawe
 Jati
 Karang Lor
 Karang Wetan
 Miren
 Ngebakan
 Ngemplak
 Pluneng
 Samberan
 Sawahan
 Simpar
 Tempel

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Asal Mula Nama[sunting | sunting sumber]
Menurut para orang tua di kelurahan Pluneng, kata "Pluneng" berasal dari kata "Nyemplung
Seneng", suku kata "plu" diambil dari kata "Nyemplung" dengan mengambil "plu" nya, dan suku kata
"neng" diambil dari kata "seneng" dengan mengambil "neng" nya. Kata "Nyemplung Seneng" sendiri
berarti "Jika masuk(ke dalam air) akan merasa senang" maksudnya adalah Jika ada orang yang
masuk(mandi) di pemandian yang ada di Pluneng diharapkan akan merasa senang.Para orang tua
zaman dahulu menamakannya "pluneng" karena memang di Kelurahan Pluneng ada dua buah
pemandian yang kini menjadi objek pariwisata yang ramai dikunjungi(Pembahasannya di sub
pariwisata).

Pariwisata[sunting | sunting sumber]


Obyek Wisata[sunting | sunting sumber]
Kelurahan Pluneng mempunyai beberapaobjek wisata, di antaranya merupakan pemandian atau
"umbul" .....

Pemandian Tirtomulyono[sunting | sunting sumber]


Luas 700 m2. Kedalaman 2 m. Objek wisata ini terletak di Desa Tempel. Pemandian ini biasanya
sering dinamakan "Umbul Lanang" oleh penduduk setempat. Pemandian Tirtamulyana berukuran
lebih besar daripada Pemandian Tirtomulyani. Dahulunya pemandian ini digunakan untuk
pemandian laki-laki dan perempuan, kemudian atas perintah sunan Paku Buwono X, antara laki-laki
dan perempuan tempatnya harus terpisah, selanjutnya para perempuan ditempatkan di pemandian
Tirtomulyani, yang berlokasi di sebelah timur pemandian Tirtomulyono.

 Setiap tahunnya di pemandian Tirtomulyono diadakan upacara adat "ciblon" sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan YME atas air melimpah yang tersedia di Pluneng. Setiap tahunnya
juga diadakan kegiatan "padusan", kegiatan ini diselenggarakan setiap bulan ramadan, tepatnya
satu atau dua hari sebelum Puasa ramadan.
Pemandian Tirtomulyani[sunting | sunting sumber]
Luas 400 m2. Kedalaman rata-rata 75 cm. Objek wisata ini terletak di Desa Karang Lor.Pemandian
ini biasanya sering dinamakan "Umbul Wedok" oleh penduduk setempat. Pada pemandian terdapat
Patung Budha yang berukuran besar. Konon menurut cerita penduduk setempat, Pemandian
Tirtomulyani ini dulunya dihuni oleh seekor ular nagaraksasa yang mengganggu kehidupan
masyarakat yang hidup di sekitar pemandian, karena setiap ada kambing atau sapi yang lewat, ular
naga tersebut akan langsung melahapnya.Sebelum Menjadi umbul Dulunya adalah tempat
Pemandian Hewan Ternak Milik Penduduk Sekitar yang Sekarang Menjadi Tempat Wisata
Pemandian Tiap Tahun Nya Di adakan Padusan Yang Sering Di Peringati Oleh Masyarakat Pluneng
3 Hari Sebelum Puasa.umbul wedok Ini Pasti Ramai Di kunjungi Kaula muda,anak-anak,Bahkan
Para Orang tua

Tradisi lokal[sunting | sunting sumber]


 Ciblon

Ciblon

Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun sungai.
Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga menghasilkan
suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh warga yang tinggal di pinggir
sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon biasanya dilakukan sambil mandi di
sungai atau di kolam.

Di pluneng, seni ciblon dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian pada umumnya. pentas seni
Ciblon diselenggarakan setiap tahun sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas terssedianya air
yang melimpah di wilayah Pluneng. Pentas seni Ciblon diselenggarakan apada malam hari di
pemandian Tirtomulyana dihadapan ratusan penonton. bersama dengan musik ciblon ini biasanya
diiringi oleh lagu-lagu daerah, yang isinya tentang ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Pementasan
Seni ciblon juga disertai dengan pementasan seni rakyat yang lain, seperti karawitan, tarian,
srunthul, dolanan anak, dan sarasehan.

 Padusan

Padusan diartikan sebagai mandi besar sebelum menyambut bulan Ramadahan, dalam tradisi
rakyat yang diselenggarakan setiap tahunnya ini, para warga di Pluneng berkumpul di
Pemamandian untuk bersuci menyambut bulan Ramadahan secara bersama-sama, mereka terjun
ke dalam air dan mandi bersama, tanpa membeda-bedakan status sosial, hal ini ditujukan untuk
mempererat hubungan antar warga sekaligus sebagai ritual pensucian diri.

 Nyadran / Sadranan

Nyadran merupakan tradisi lokal di Kelurahan Pluneng yang diadakan setiap tahunnya, tepatnya
beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Tradisi Nyadran diadakan oleh penduduk lokal sebagai
tanda syukur ke hadirat Tuhan YME atas rezeki yang telah dilimpahkan. Nyadran juga
diselenggarakan sebagai upacara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Hidangan
dalam tradisi Nyadran berupa nasi, sayuran dan buah-buahan.

 Merti Desa

Merti Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa. Kegiatan ini
dilakukan werga secara gotong royong, tujuannya supaya senantiasa mendapat berkah dan
perlindungan dari Tuhan YME.

 Sambatan

Sambatan merupakan kegiatan yang dilakukan para warga secara gotong royong dalam rangka
memperbaiki salah satu rumah warga. hal ini menunjukkan bahwa di dukuh Pluneng aspek
kagotongroyongan dan solidaritas masih sangat kental.

 Kumbakarnan

Tradisi ini merupakan kegiatan yang dilakukan para warga dalam rangka mempersiapkan hajatan
yang akan diadakan salah satu warganya, khususnya hajatan perkawinan. Dalam tradisi
kumbakarnan, para warga dikumpulkan dan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya
masing-masing. Istilah Kumbakarnan sendiri muncul karena pada tradisi ini, warga yang datang
disediakan makanan yang berlimpah, layaknya ketika raja Kumbakarna akan diangkat menjadi
senopati perang dalam perang Bharatayuda.

 Miwit

Miwit merupakan tradisi lokal yang diadakan oleh para petani, tradisi miwit dilaksanakan sebelum
petani mulai memanen padi di sawahnya, tradisi ini diadakan secara individual, yaitu petani yang
akan panen memasak berbagai macam sayur(biasanya gudangan atau pecel) untuk dibagikan
kepada anak-anak yang mengikuti miwit. Upacara Miwit diadakan di sawah yang akan dipanen
padinya. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, petani meletakkan sebungkus nasi lengkap
dengan sayuran di sudut-sudut sawah.

Makanan khas dan industri[sunting | sunting sumber]


Makanan khas[sunting | sunting sumber]
Makanan yang sangat khas di Kelurahan Pluneng adalah "kimpling". Kimpling dibuat dari ketela
pohon yang dihaluskan, kemudian dipipihkan dan diberi rempah-rempah, lalu dijemur, setelah kering
digoreng. Ketimpling biasanya dinikmati setelah mandi di pemandian, karena ketimpling mampu
menghangatkan tubuh yang kedinginan.

Industri[sunting | sunting sumber]


 Kerajinan Kemoceng dari bulu ayam

Pusat kerajinan kemoceng dari bulu ayam Milik Bp.Toha terdapat di dukuh Sawahan, pemasaran
kerajinan ini mencpai daerah Jogjakarta dan Solo.

 Kerajinan ukir kayu

Berpusat di dukuh Ngemplak, kayu-kayu biasanya diukir menjadi mainan anak-anak, seperti mobil-
mobilan, kapal, dan perahu. pemasarannya mencapai daerah Jogjakarta dan sekitar Klaten.

Hampir setiap wilayah di kabupaten Klaten terdapat sumber mata air


alami yang dimanfaatkan oleh warga sekitar. Tak terkecuali di daerah
Kebonarum tepatnya desa Pluneng terdapat sumber mata air yang
dgunakan untuk sarana air bersih dan pemandian umum. Konon
pemandian yang memiliki nama Umbul Pluneng ini telah ada
sejak ratusan tahun yang lalu dan bertahan hingga saat ini.
Pemandian Umbul Pluneng berada di dusun Tempel, desa Pluneng, kecamatan
Kebonarum, kabupaten Klaten. Terdapat dua tempat pemandian umum bernama
Umbul Tirto Mulyana (Umbul Gedhe) dan Umbul Tirto Mulyani.
Untuk menuju ke Pemandingan Umbul Pluneng, rutenya cukup mudah dengan melewati Pabrik Gula
Gondang Baru ke arah utara. Selanjutnya akan menemui pertigaan besar dan mengambil jalan ke
kanan hingga tiba sebuah pohon beringin di persimpangan jalan. Ambil jalan lurus kemudian belok ke
kiri hingga menemui gapura Pemandian Umbul Pluneng. Dari gapura tersebut belok ke kiri memasuki
jalan kampung hingga ujung dan tiba di pintu masuk Pemandian Umbul Pluneng.

Pintu masuk Pemandian Umbul Pluneng dari kejauhan hanya tampak seperti pagar rumah biasa.
Tidak tampak lahan parkir kendaraan seperti pemandian umum, kolam renang, atau obyek wisata
pada umumnya. Namun setelah tiba di pintu masuk akan tampak kolam pemandian yang jernih dan
segar. Saya pun langsung disambut petugas jaga dan membayar retribusi masuk Pemandian Umbul
Pluneng.

Umbul Tirto Mulyana (Tirto Mulyono) yang sering disebut sebagai Umbul Lanang
atau Umbul Gedhe memiliki luas area 700 meter dan dibagi menjadi tiga bagian.
terdapat kolam kecil dengan kedalaman 1 meter untuk anak-anak, 2 meter untuk
remaja, dan 2.5 meter untuk dewasa atau yang telah mahir berenang. Kondisi air
kolam pemandian cukup bening hingga tampak dasar kolam.

Pemandian Umbul Pluneng yang saya kunjungi adalah pemandian umum Umbul Tirto Mulyana atau
lebih dikenal dengan pemandian Umbul Gedhe. Penggunaan nama Umbul Gedhe dikarenakan
pemandian Umbul Tirto Mulyana lebih luas dibandingkan Umbul Tirto Mulyani. Tidak heran bila Umbul
Tirto Mulyana lebih berpotensi dikembangkan sebagai obyek wisata air atau kolam renang.

Fasilitas pendukung pemandian umum Umbul Tirto Mulyana sudah cukup baik dengan menyediakan
6 buah kamar bilas sekaligus kamar ganti, tempat duduk disekeliling kolam, area parkir motor, dan
persewaan ban karet. Cukup layak digunakan sebagai tempat wisata pemandian untuk umum dan
keluarga. Tidak sepertipemandian Umbul Ponggok yang minim fasilitas dan hanya mengandalkan
wisata bawah air yang banyak terdapat bermacam-macam ikan air tawar.

Dalam sejarahnya, pada zaman dahulu pemandian Umbul Pluneng digunakan


untuk pemandian laki-laki dan perempuan. Atas perintah Sunan Pakubuwono X,
antara laki-laki dan perempuan tempatnya harus terpisah. Para perempuan
ditempatkan di pemandian Tirto Mulyani, yang berlokasi di sebelah timur
pemandian Tirto Mulyana.

Walaupun siang hari, air pemandian Umbul Tirto Mulyana ini terasa dingin dan segar karena selalu
mengalir dari sumber mata air. Kondisinya selalu bersih karena dibagian ujung terdapat pintu
pembuangan air menuju selokan yang mengarah ke persawahan. Sama seperti pemandian umum di
Klaten yang lain, dasar pemandian Umbul Pluneng Tirto Mulyana masih tersusun dari tumpukan batu-
batu sungai berwarna gelap.

Meski terkesan menarik, Umbul Tirto Mulyana ini terkesan lebih gersang dibandingkan Umbul
Ponggok karena tidak ada pohon disekeliling pemandian. Meski sudah ada bilik teduh, fungsi pohon
perindah memang tidak tergantikan. Jangan harap menemukan ikan liar yang berkeliaran di dasar
kolam karena kita tidak akan menemuinya seperti di Umbul Ponggok. Meski demikian tempat ini masih
menjadi salah satu pilihan sebagai tempat belajar selam dan snorkeling.

Setiap pemandian umum atau umbul di Klaten memiliki daya tarik yang berbeda antara satu tempat
dengan tempat yang lain. Seperti halnya pemandian Umbul Pluneng memiliki daya tarik sebagai
pemandian umum yang murah dengan fasilitas yang cukup lengkap. Selain itu, di pemandian Umbul
Pluneng Tirto Mulyana ini terdapat tradisi unik bernama Tradisi Ciblon sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Tuhan YME atas air melimpah yang tersedia di Pluneng. Selain itu menjelang bulan
ramadhan, pemandian ini juga ramai digunakan sebagai tempat padusan untuk membersihkan diri.
(text/foto: annosmile)
https://teamtouring.net/pemandian-umbul-pluneng-tirto-mulyana-klaten.html

Kebonarum ~ Warga masyarakat Klaten sudah sepatutnya bersukur kepada Tuhan YME,atas kemurahan
rizky yang telah diberikanNya diantaranya berupa sumber air bersih yang cukup berlimpah.Tentu tidak
asing lagi bagi warga Klaten dan sekitarnya nama-nama sumber air alami seperti
Jolotundo,Cokrotulung,Brintik dan Pluneng.Sumber air yang berupa umbul ini difungsikan untuk
destinasi pariwisata dan wahana olah raga air yang sangat menarik.
Khusus umbul Pluneng berada di padukuhan Pluneng,desa Pluneng,kecamatan Kebonarum ,kabupaten
Klaten.Lokasinya cukup strategis ,dan mudah di jangkau dengan kendaraan roda dua maupun
empat.Kira-kira 5 kilometer arah barat dari kota Klaten atau 3 kilometer utara Pabrik Gula Gondangbaru
melewati jalan yang cukup mulus.

Ada dua pemandian di lokasi ini,yang pertama berada di sisi timur jalan dengan nama Umbul Tirto
Mulyani,atau lebih dikenal dengan sebutan Umbul Cilik.Ada juga warga yang menamainya Umbul
Wadon.Memiliki kedalaman air sekitar 1,5 meter.Kejernihan air umbul ini menyebabkan terlihatnya
dasar kolam secara jelas.Disebut umbul Wadon karena pemandian ini banyak dimanfaatkan oleh kaum
perempuan.Kolam pemandian terbagi dua bagian dan ditengahnya terdapat sebuah arca kuna yang
masih utuh.

Umbul Gedhe sebagai wahana wisata dan olahraga air di Pluneng,Kebonarum,Klaten (foto WS)

Yang kedua berlokasi di barat jalan tepatnya dipinggir barat kampung terkenal dengan nama Umbul
Tirto Mulyo atau familiar dengan sebutan Umbul Gedhe.Pemandian umbul besar ini terbagi menjadi tiga
bagian,pertama untuk orang dewasa dengan kedalaman air 2,5 meter,kedua untuk remaja kedalaman
air 2meter dan ketiga untuk anak-anak antara 1 – 1,5 meter.Seperti Tirto Mulyani disini kebeningan air
umbul juga menyebabkan terlihat benda-benda yang berada didasar kolam secara jelas.

Pengeloaan pemandian dilakukan oleh pemerintah desa Pluneng bekerja sama dengan pihak
ketiga.Setiap orang yang masuk ke Pemandian utamanya Umbul Gedhe diwajibkan membayar retribusi
sebesar Rp 5.000,00,termasuk biaya parkir .Fasilitas yang disediakan berupa kamar ganti busana dan
parkir kendaraan didalam. Apabila ingin mencuci kendaraan juga disediakan jasa pencucian di komplek
pemandian dengan ongkos sangat murah yakni Rp 2.000,00 untuk roda dua dan Rp 3.000,00 untuk roda
empat.Disekitar pemandian umum juga banyak terdapat warung kuliner.Pokoknya,berwisata dan
berolahraga air di Pluneng dijamin Cespleng,demikian ungkapan promotif Widodo Danu warga dan
tokoh masyarakat di Kebonarum kepada kontributor klaten info.

Salah seorang pengunjung dari Jogonalan mengatakan mandi di Umbul Pluneng yang alami sangat
terasa lebih nyaman dan bersih,berbeda dengan pemandian buatan yang kini menjamur di
Klaten.Warga lain Mbah Wiedada Sikenong yang kini berusia 65 tahun,mengaku sejak umur 10 tahun
telah biasa berenang di Pluneng ,dengan naik sepeda angin dari Sikenong kota Klaten yang berjarak 5 km
an.Bahkan Wiedada yang saat ini bermukim di Jakarta masih ingat betul 55 tahun yang lalu didekat
Umbul Cilik tumbuh pohon durian yang rimbun,sekarang pohon itu telah ditebang dan sehingga terasa
gersang serta panas,katanya di jejaring sosial paska bernostalgia di Pluneng.

http://karangnongko.klaten.info/2013/09/pluneng-pemandian-alam-untuk-wisata-dan.html

Wisata Air Pemandian Alam Pluneng, Klaten

Hi...Hallo para pembaca dan penikmat petualangan bersepeda goweswisata :)

Pada Hari minggu kemarin (18/01/15) kami mencoba melakukan ekspansi mencari lokasi-lokasi yang
asyik dan bisa menjadi alternatif bagi kalian semua jika ingin melakukan gowes wisata. Kali ini yang
menjadi tujuan kami adalah sebuah lokasi wisata berupa pemandian alam yang berada di Pluneng,
Kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia

Walaupun di bulan Januari ini cuaca sangat tidak jelas (terkadang sangat panas di siang hari lalu
mendadak turun hujan di sore hingga malam harinya) namun tema destinasi goweswisata pada bulan ini
adalah tempat-tempat yang berhubungan dengan air

Kelurahan Pluneng, yang menurut cerita para warga lokal, khususnya yang berusia sepuh berasal dari
kata "Nyemplung Seneng" mempunyai arti jika kita masuk (kedalam air) maka akan merasa senang,
maksudnya adalah jika ada orang yang masuk (mandi) di pemandian yang ada di Pluneng, diharapkan
setelahnya akan merasa senang, karena memang di Kelurahan Pluneng sendiri ada dua buah pemandian
(umbul) yang saat ini menjadi obyek pariwisata yang cukup ramai dikunjungi

Untuk menuju tempat ini rutenya cukup mudah, jika kita start dari Kota Jogja maka melalui jalan Jogja-
Solo hingga tiba di Pabrik Gula Gondangan kemudian belok ke kiri (arah menuju Deles Indah), ikuti jalan
saja sampai mentok pertigaan pasar (jika kekiri mmenuju arah Deles Indah, ke kanan menuju Klaten),
ambil ke kanan terus melewati jembatan, nanti ada pertigaan pohon beringin besar disisi kiri jalan
(Candi Merak), terus saja sedikit lagi sampai bertemu pertigaan berikutnya, nah di pertigaan inilah kita
belok kiri ikuti jalan, melewati bank BRI Kebonarum, terus sedikit maka sampailah kita di gerbang masuk
Desa Wisata Pemandian Alam Pluneng, Dari gerbang ini kira-kira 100m nanti ada gang (jalan masuk) di
sisi kiri (ada banyak mobil dan motor parkir), sampailah kita di lokasi ini
Untuk retribusinya jika kita menggunakan sepeda sepertinya gratis hehe...(tapi kami sengaja membayar
Rp 1000/sepeda, untuk sumbangsih warga yang ramah dan mengelola tempat ini), untuk motor dikenai
tarif Rp 2000,- sedangkan entahlah kalau untuk mobil

Untuk masuk ke Umbulnya sendiri (yang saya kunjungi adalah umbul Tirto Mulyono atau Umbul Gedhe /
Umbul Lanang) biayanya adalah Rp 4000,-/orang, dan jika kita ingin menyewa ban pelampung maka
disediakan juga dengan biaya Rp 2000/ban

Umbul ini sendiri terbagi menjadi 3 bagian yaitu, kolam untuk anak kecil dengan kedalaman sekitar 60-
80cm, kemudian kolam kedua dengan kedalaman sekitar 1,5m, dan kolam utama yang berukuran paling
luas dengan kedalaman sekitar 2m

Kolam paling dangkal untuk anak-anak

Kolam kedua dengan kedalaman 1,5m

Kolam utama dengan kedalaman 2m - 2,5m

Tempat ini juga sering digunakan oleh beberapa anggota militer sebagai tempat untuk latihan berenang
dan menyelam. Oya karena sumber air dai kolam ini berasal dari mata air maka pastinya bebas kaporit
dan sangat segar, selain yang pastinya juga dingin. Dengan air kolam yang sangat jernih dan terdapat
ikan-ikan kecil didalamnya maka jika kita menyelam kita bisa melihat ikan-ikan tersebut di dalam air. Jika
biasanya di kolam-kolam renang umum buatan dasar dari kolam menggunakan keramik, maka di tempat
ini dasar kolam masih berupa pasir dan kerikil (mungkin itu juga sebabnya masih banyak ikan kecil
didalamnya)

Tidak bisa berenang? takut tenggelam? jangan kuatir, tinggal sewa ban pelampung

Untuk fasilitas kamar mandinya sendiri kita tidak perlu kuatir karena sudah tersedia ditempat ini (walau
mungkin memang masih perlu pembenahan, terutama untuk kamar mandi pria), setidaknya dengan
biaya yang cukup terjangkau kita bisa berenang sepuasnya, tidak mengherankan jika di hari libur tempat
ini ramai dikunjungi oleh keluarga yang membawa serta anaknya (mengajari berenang)

Fasilitas kamar mandi yang tersedia

Dengan parkir sepeda yang aman, warga yang ramah, dan tiket masuk yang hmmmm...(irit), tempat ini
cukup kami rekomendasikan bagi kalian yang suka main air atau berenang, tentunya mengasyikkan
bukan setelah gowes lalu menyegarkan diri dengan berenang (tinggal ditambahi dengan aktivitas lari
maka sudah mirip seperti triathlon hehe)
Diperjalanan pulang istirahat dulu sembari jajan

Alasan sebenarnya kami jajan karena ada yang menarik perhatian (perhatikan tanda panah hehe...)

Wisata Air Pemandian Umbul Pluneng Klaten

Wisata Air berupa Pemandian atau yang disebut Umbul di desa Pluneng, Klaten memang menyajikan
kesegaran air yang alami. Mata air dari dalam tanah yang ditampung dalam sebuah kolam ikan, karena
memang ada ikan kecil kecil nya, hahaha.. Di desa pluneng ada dua pemandian yang berdekatan

Pemandian Tirtomulyono

Pemandian ini terletak di Desa Tempel, Kelurahan Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa
Tengah. Lokasinya berada di dekat Gereja Roh Katholik Kebonarum, jika ingin kesana mudah jalannya
kok, bisa melalui pertigaan PG.Gondang, ke utara, ikuti jalan aspal saja, nanti ada pertigaan di desa
basin, belok kanan, terus melewati jembatan, ada pertigaan ringin kiri jalan, lurus saja nanti jarak 200m
ada pertigaan lagi agak serong, ambil jalan lurus, jangan serong kanan ya, kemudian ada pertigaan lagi
silahkan belok kiri, maka akan sampai di dusun Tempel, Pluneng.

Pemandian ini memiliki Luas 700 m2 dan kedalaman Kedalaman 2 m. biasanya sering dinamakan
"Umbul Lanang" oleh penduduk setempat. Pemandian Tirtamulyana berukuran lebih besar daripada
Pemandian Tirtomulyani. Dahulunya pemandian ini digunakan untuk pemandian laki-laki dan
perempuan, kemudian atas perintah sunan Paku Buwono X, antara laki-laki dan perempuan tempatnya
harus terpisah, selanjutnya para perempuan ditempatkan di pemandian Tirtomulyani, yang berlokasi di
sebelah timur pemandian Tirtomulyono.

Setiap tahunnya di pemandian Tirtomulyono diadakan upacara adat "ciblon" sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan YME atas air melimpah yang tersedia di Pluneng. Setiap tahunnya juga diadakan
kegiatan "padusan", kegiatan ini diselenggarakan setiap bulan ramadhan, tepatnya satu atau dua hari
sebelum Puasa ramadhan.

Pemandian Tirtomulyani
Pemandian ini Luasnya 400 m2 dan yang pasti lebih dangkal daripada umbul yang satunya. Objek wisata
ini terletak di Desa Karang Lor, letaknya sebelah kanan jalan utama dari pluneng ke
jagalan,karangnongko. Pemandian ini biasanya sering dinamakan "Umbul Wedok" oleh penduduk
setempat. Pada pemandian terdapat Patung Budha yang berukuran besar. Konon menurut cerita
penduduk setempat, Pemandian Tirtomulyani ini dulunya dihuni oleh seekor ular naga raksasa yang
mengganggu kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar pemandian, karena setiap ada kambing atau
sapi yang lewat, ular naga tersebut akan langsung melahapnya.Sebelum Menjadi umbul Dulunya adalah
tempat Pemandian Hewan Ternak Milik Penduduk Sekitar yang Sekarang Menjadi Tempat Wisata
Pemandian Tiap Tahun Nya Di adakan Padusan Yang Sering Di Peringati Oleh Masyarakat Pluneng 3 Hari
Sebelum Puasa.umbul wedok Ini Pasti Ramai Di kunjungi Kaula muda,anak-anak,Bahkan Para Orang tua

Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama


TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Pemerintah Kabupaten
(Pemkab)Klaten mewacanakan pembangunan umbul Tirtomulyono di Desa
Pluneng, Kecamatan Kebonarum. Rencananya, sumber air tersebut akan
dilakukan taman wisata air atau water park.
Kepala Desa Pluneng, Wahyudi mengatakan konsep water park tersebut berasal
dari Pemkab Klaten.
Meski demikian, pihaknya berharap pengembangan umbul Tirtomulyono tetap
dikelola oleh Pemerintah Desa (Pemdes) setempat melalui Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes).
“Jika dikelola pihak ketiga di luar desa, kami khawatir pengembangan tidak
membawa dampak positif bagi masyarkat. Kan percuma saja kalau
dikembangkan tapi tidak bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat,”
ungkapnya, Senin (27/2/2017).
Menurutnya saat ini umbul Tirtomulyono dikelola oleh masyarakat melalui
mekanisme lelang. Adapun pemenang lelang harus merupakan warga setempat.
Dari pengelolaan tersebut, Desa Pluneng mendapatkan pemasukan sekitar Rp
112 juta dalam setahun.
“Kami akui jika dimaksimalkan, potensinya bisa mencapai Rp 400 juta. Untuk itu,
kami berharap dengan pengembangan tersebut, bisa mendongkrak pendapatan
asli desa,” katanya.
Pemandian Tirtomulyono memiliki tiga kolam dengan kedalaman dan ukuran
yang berbeda. Kolam paling besar memiliki ukuran 50x20 meter, dan paling kecil
berukuran 10x10 meter.
Adapun luas lahan pemandian umbul Tirtomulyono mencapai 1.000 meter
persegi. Wahyudi mengatakan sumber unggulan warga Pluneng itu berpotensi
untuk dikembangkan hingga 8.000 meter.
“Pengembangan bisa dilakukan dengan menggunakan tanah kas desa.
Sehingga sangat bisa dikembangkan, salah satunya bisa menjadi fasilitas
olahraga air dengan standar nasional,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga
(Disbudparpora) Klaten, Joko Wiyono mengatakan pemandian umbul
Tirtomulyono berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata air
andalan Klaten.
Pengembangannya akan mempertimbangkan kolam renang bertaraf nasional.
“Klaten belum memiliki kolam renang dengan standar kejuaran meski memiliki
potensi sumber daya air yang melimpah. Untuk itu diarahkan ke sana,”
ungkapnya.
Selain itu, umbul Tirtomulyono juga berpotensi untuk dijadikan
sebagai wisata water boom. Kendati demikian, pihaknya masih
mempertimbangkan kondisi mata air sendiri.
“Sehingga nanti lebih fokus pada keunggulan air untuk dibuat kolam yang
representatif sesuai standar,” ujarnya.
Adapun pengembangan umbul Tirtomulyono dianggarkan hingga Rp 2 miliar di
APBD 2017. (*)

Anda mungkin juga menyukai