Anda di halaman 1dari 48

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN PREEKLAMSIA/EKLAMSIA


PADA IBU BERSALIN DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2018

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh:

Ngatini

NIM :201711137

PROGRAM STUDI JENJANG DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN 2018

i
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN PREEKLAMSIA/EKLAMSIA


PADA IBU BERSALIN DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2018

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh:

Ngatini

NIM :201711137

PROGRAM STUDI JENJANG DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN 2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN KTI

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN


PREEKLAMSIA/EKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RUANG
BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL TAHUN 2018

Disusun oleh :

Ngatini

NIM :201711137

Telah Disetujui pada:

Pembimbing

Agnes Mahayanti, NS., M.Kep


NIP: 1999 50001

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Tak lupa pula shalawat serta salam
penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti
saat ini.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Faktor Penyebab Kejadian
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalinan di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Tahun 2018” ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna
memperoleh Derajat Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan dukungannnya. Serta seluruh pihak-pihak yang telah berperan serta
dalam membantu penyelesaian Karya Tulis ini. Ucapan terimakasih diberikan kepada:
1. Agnes Mahayanti, NS., M.Kep, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan karya
tulis ini.
2. Ana Setiyorini APP., M.Kes , selaku dosen penguji atas saran, kritik dan
masukannya.
3. dr. Gandung Bambang Hermanto, selaku direktur RSUD Panembahan Senopati yang
telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.
4. Kedua putra -putri tercinta, Erika Diana Wati dan Ganang Andi Kusuma yang telah
memberi dukungan moral, material, dan senantiasa mendoakan untuk
terselesaikannya karya tulis ini.
5. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis
dalam meyelesaikan pendidikannya.
6. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

iv
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan juga mengharapkan karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan terutama ilmu
keperawatan. Terimakasih.

Yogyakarta, 17 April2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ vi
DAFTAR BAGAN .............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ ix
BAB I..................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 3
E. Ruang Lingkup ........................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
A. Preeklamsia / Eklamsia .............................................................................................. 5
B. Kerangka Teori / Kerangka Konsep ......................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................................ 18
A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 18
B. Populasi dan Sampel................................................................................................. 19
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................. 21
D. Variabel Penelitian ................................................................................................... 21
E. Definisi Operasional ................................................................................................. 22
F. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data ................................................................. 23
G. Analisis Data ............................................................................................................ 23
H. Etika Penelitian ......................................................................................................... 23
BAB IV ................................................................................................................................ 24
HASIL PENELITIAN ......................................................................................................... 24
BAB V ................................................................................................................................. 29
PEMBAHASAN.................................................................................................................. 29
BAB VI ................................................................................................................................ 31
KESIMPULAN dan SARAN .............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 32

vi
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Teori ......................................................................................................... 17

Bagan 2. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 18

Bagan 3. Desain penelitian cross-sectional faktor risiko kejadian preeklamsia/eklamsia pada


ibu bersalin ............................................................................................................................... 19

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan penyakit kronis ............ 27

Tabel 2. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan riwayat komplikasi ...... 27

Tabel 3. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan usia .............................. 27

Tabel 4. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan paritas .......................... 27

Tabel 5. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan KB ............................... 28

Tabel 6. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan ANC ............................ 28

Tabel 7. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan faktor tak terduga . Error!
Bookmark not defined.

Tabel 8. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan pendidikan ................... 28

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 6. Kartu Bimbingan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) masih menjadi salah satu masalah kesehatan ibu dan anak di
Indonesia. Tingginya AKI di Indonesia yakni mencapai 359 per 100.000 Kelahiran
Hidup (KH), masih jauh dari target Millnium Development Goals (MDGs) pada
tahun 2015 yaitu AKI sampai pada 102 per 100.000 KH. Tertinggalnya Indonesia
dalam pencapaian AKI berbanding terbalik dengan posisi negara lain termasuk di
sesama ASEAN , Indoesia tetap yang tertinggi meskipun AKI yang digunakan telah
moderasi perhitungannya sekalipun oleh Kementerian Kesehatan sehigga mnjadi 267
per 100.000 KH.
Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 39%, ekslampsi 24% ,
infeksi 7% , partus lama 5%, abortus 5 % dan lainya 33% . Sementara AKI 2015
82% terjadi pada persalinan ibu berusia muda 14-20 tahun, kondisi tersebut ditunjang
dengan sosial ekonomi sebagian kemiskinan , fasilitas kesehatan dan tenaga
kesehatan yang belum tersebar secara merata tenaga kesehatan di seluruh wilayah
Indonesia (SDKI, 2012).
Berdasarkan data dari BidanPraktekSwasta, angka kematian ibu di DIY berada
pada angka 104 per 100.000 KH, menurun dari 114 per 100.000 KH pada tahun 2004.
Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan
kabupaten/kota pada tahun 2011 mencapai 56 kasus , meningkat dibandingkan tahun
2010 sebanyak 43 kasus. Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan
menurun , namun terjadi fluktuasi dalam 3-5 tahun terakhir,, bahkan berdasarkan
kasusnya dilaporkan mengalami peningkatan (Profil Kesehatan Provinsi DIY, 2012).
Di Kabupaten Bantul Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015 lebih baik
dibandingkan 2014. Hal ini ditandai dengan turunnya angka kematian ibu , jika pada
tahun 2014 sebesar 104,7 per 100.000 KH yaitu sejumlah 14 kasus, sedangkan pada
tahun 2015 sebanyak 11 kasus sebesar 87,5 per 100.000 KH. Hasil Audit Maternal

1
Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada tahun 2015
adalah Pre Eklampsi Berat (PEB) sebanyak 36 % (4 kasus), perdarahan sebanyak
27% (3 kasus), TB paru 18 % (2 kasus), dan emboli air ketuban 9% (1 kasus) (Profil
Kesehatan Kabupaten Bantul, 2016).
Deteksi dan penatalaksanaan dini pada bayi yang memiliki resiko sangat penting
dalam penatalaksanaan preeklampsi/eklamsia. Ibu harus mendapatkan tindak lanjut
secara teraturdan diberikan instruksi yang jelas kapan harus kembali ke pelayanan
kesehatan. Penyuluhan ke anggota keluarga sangat penting , tidak hanya mereka
memahami pentingnya tanda-tanda perkembangan preeklampsia/eklamsia, tetapi
untuk meningkatkan dukungan sosial jika dibutuhkan hospitalisasi dan perubahan
aktivitas kerja (Prawirohardjo, 2009).
Peeklampsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara
berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi dinegara berkembang
dibandingkan pada negara maju. Kejadian preeklampsia dipengaruhi oleh umur,
hipertensi sebelumya, faktor genetik, dan lingkungan. Kehamilan dengan
preeklampsi lebih umum terjadi pada primigravida, sedangkan pada
multigravidaberhubungan dengan penyakit hipertensi kronis, diabetes militus, dan
penyakit ginjal. Pada primigravida atau pada ibu yang pertama hamil sering
mengalami stress dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi
dalam kehamilan atau biasanya disebut preeklampsia. Primigravida juga merupakan
salah satu terjadinya preeklampsia Pada primigravida frekuensi preeklampsia
meningkat dibandingkan pada multigravida terutama pada primigravida muda
disebabkan oleh berbagai faktor (SDKI, 2012).
Berdasarkan data studi pendahuluan dari RSUD Panembahan Senopati Bantul
tahun 2017 pada tanggal 20 Januari 2018 mendapatkan hasil bahwa terdapat 419
kasus preeklampsia/eklampsia dari 2834 kasus persalinan di RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Dari hasil studi pendahuluan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitain tentang gambaran faktor penyebab kejadian preeklampsia pada ibu
bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2017.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Faktor Penyebab Kejadian

2
Preeklamsi/Eklamsia Pada Ibu Bersalin Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum
Daerah PanembahanSenopatiBantul”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab kejadian
preeklampsia/eklamsia pada ibu bersalin diruang bersalin RSUD Panembahan
Senopati Bantul 2017.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab kejadian
preeklamsia/eklamsia berdasarkan status kesehatan meliputi penyakit kronik dan
riwayat komplikasi, status reproduksi meliputi umur dan paritas, perilaku
pemeriksaan antenatal care, dan karakteristik responden meliputi pendidikan dan
status pekerjaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penulis berharap hasil penelitian nantinya akan bermanfaat sebagai referensi
tambahan dalam kajian tentang tindakan keperawatan gambaran faktor penyebab
kejadian preeklamsia/eklamsia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Penelitian ini akan dapat dijadikan gambaran informasi serta untuk
meningkatkan manajemen keperawatan yang diterapkan oleh lahan praktek
terkait dengan faktor penyebab kejadian preeklamsia/eklamsia.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini akan dapat dijadikan gambaran informasi, penambah
wawasanbahan bacaan dan dokumen.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan sumber dalam menyusun karya
tulis ilmiah lain sehingga dapat memperkuat gambaran faktor penyebab
kejadian preeklamsia dan eklamsia.
E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

3
Lingkup materi dalam penelitian ini adalah preeklamsia/eklamsia yang
merupakan salah satu kajian dalam ilmu keperawatan maternitas.
2. Ruang Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini yaitu semua ibu bersalin yang mengalami
preeklamsia/eklamsia di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2017.
3. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medis RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
4. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian dilakukan pada tanggal ...........

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
A.Preeklamsia / Eklamsia

1. Pengertian
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, preeklamsia adalah toksemia (keracunan)
pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi , oedema, dan proteinururia.
Eklamsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita
hamil atau masa nifas dengan disertai hipertensi , oedema, atau proteinuria.
Preeklamsia/eklamsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah , protein urine dan oedema, yang kadang-
kadang disertai komplikasi sampai koma. Sindroma preeklamsia ringan seperti
hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan sehingga tanpa disadari
dalam waktu singkat dapat timbul preeklamsia berat , bahkan eklamsia
(Prawirohardjo, 2008).
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang timbul setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang
cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
protein didalam urine (proteinuria)(Feryanto, 2013).
Hipertensi biasanya timbul terlebih dahulu dari tanda-tanda lain. Untuk
menegakkan diagnosis preeklamsia , kenaikkan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau
lebih diatas tekanan darah normal si ibu, ataumencapai 140 mmHg atau lebih
(Rachimbadhi, 2009).
Oedema merupakan akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam
jaringan, umumnya ditampakkan dengan adanya pembengkakan ektremitas dan
wajah. Kenaikkan berat badan 0,5 kg setiap minggu dalam kehamilan masih
dianggap normal, tetapi bila kenaikkan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia (Rachimbadhi, 2009).
Proteinuria merupakan konsentrasi protein sebesar 0,3gr/l atau lebih yang terdapat
pada urine. Wanita yang menderita preeklamsia jarang mengalami proteinuria
sebelum ada kenaikkan dalam tekanan darahnya. Jika proteinuria terjadi, sedangkan
tekanan darahnya normal, kemungkinan terjadi infeksi saluran kemih , penyakit
ginjal, atau kontaminasi pada spesimen (WHO, 2010).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh
kehamilan. Istilah kesatuan penyakit harus diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya

5
sama dan bahwa eklamsia merupakan peningkatan yang lebih beratdan berbahaya
dari preeklamsia (Rachimbadhi 2009).
2. Faktor Risiko Preeklamsia/Eklamsia
Wanita hamil cenderung mudah dan mengalami preeklamsia bila mempunyai
faktor risiko preeklamsia, faktor tersebut antara lain : usia < 20 tahun atau > 35 tahun,
frekuensi ANC, paritas, riwayat preeklamsia/eklamsia sebelumnya, riwayat penyakit
hipertensi, kehamilan molla, kehamilan kembar, riwayat penyakit diabetes millitus,
riwayat penyakit jantung, obesitas (Saifuddin, 2011). Adapun faktor risiko yang
mungkin berperan dapat melalui peran determinan yang dapat mempengaruhi
terjadinya komplikasi kehamilan seperti preeklamsia/eklamsia yang menjadi faktor
utama yang menyebabkan angka kematian ibu tinggi disamping perdarahan dan
infeksi persalinan. Determinan tersebut antara lain :
a. Determinan proksi
Determinan proksi dipengaruhi oleh determinan antara dan meliputi :
1) Kejadian kehamilan
Wanita yang hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi
preeklamsia/eklamsia , sedangkan wanita yangtidak hamil tidak memiliki
risiko tersebut (Rozikhan, 2008).
2) Komplikasi kehamilan dan persalinan
Komplikasi ini merupakan penyebab langsung kematian ibu yaitu
perdarahan, infeksi, eklamsia, partus macet, abortus dan ruptus uteri
(Saifuddin, 2011).
b. Determinan Antara
Determinan antara dipengaruhi oleh determinan kontekstual dan meliputi:
1) Status kesehatan
a) Gizi
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah
juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah
yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin
gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam
tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga
dapat menyumbangkan terjadinya preeklamsia/eklamsia (Cunningham
dkk, 2009)

6
b) Riwayat komplikasi
Penyulit yang pernah terjadi pada saat persalinan maupun masa
kehamilan sebelumnya. Contohnya seperti preeklamsia/eklamsia,
perdarahan, partus macet, atau partus lama (UNICEF, 2012).
c) Penyakit kronik
Suatu penyakit yang diderita dalam waktu yang sudah lebih dari 3
bulan sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering
kambuh. Contohnya, hipertensi,penyakit jantung, diabetes millitus, dan
TBC (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
2) Status reproduksi
a) Faktor usia
Usia diklasifikasikan menurut kesehatan reproduksi menjadi 2 , yaitu
usia reproduksi sehat dan usia reproduksi tidak sehat. Usia reproduksi
sehat memiliki batasan 20-30 tahun sedangkan usia <20 tahun atau >35
tahun disebut dengan usia reproduksi tidak sehat. Usia reproduksi sehat
merupakan usia yang aman untuk proses kehamilan (Rochjati, 2011).
Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklamsia/eklamsia.
Menurut studi di Bangkok, wanita hamil dengan usia <20 tahun
cenderung mengalami preeklamsia/eklamsia, begitu pula dengan wanita
hamil >35 tahun. Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk
melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% sampai 20%
bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak
(Rochjati, 2011).
b) Paritas
Faktor yang mempengaruhi preeklamsia/eklamsia frekuensi
primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida,
terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan
mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa
persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada
The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan
pertama ririko terjadinya preeklamsia/eklamsia 3,9%, kehamilan kedua
1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8% (Rozikhan, 2010).
3) Perilaku sehat

7
a) Pemeriksaan antenatal
preeklamsia/eklamsia merupakan komplikasi kehamilan
berkelanjutan yang dapat dicegah dengan antenatal care. Melalui
antenatal care yang rutin , faktor risiko preeklamsia/eklamsia dapat
didteksi lebih dini . menurut penelitian 70% pasien primigrafida yang
menderita preeklamsia , 90% dari mereka tidak melaksanankan
pemeriksaan aneatal care (Rozikhan, 2009). Pengawasan kehamihalan
sesuai kebijakan program , dilakukan paling sedikit 4 kai selama hamil,
yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada
trimester III (Saiduddin, 2011).
b) Penggunaan alat kontrasepsi
Pelayanan KB mampu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan ,
sehingga mempunya kontribusi cukup besar terhadap kematian ibu
terkomplikasi, namun perkiraan kontribusi pelayanan KB terhadap
kematian yang disebabkan oleh komplikasi obstetrik lainnya, antara lain
eklamsia 20% (Rozikhan, 2009).
4) Faktor tak diduga / tidak diketahui
Penyebab yang tidak terdiagnosis sebelumnya akan terjadi pada saat
persalinan seperti KPD dan kontraksi yang tidak adekuat (Saifuddin, 2011).

c. Determinan kontekatual
1) Tingkat pendidikan
Wanita yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan dirinya. Hasil penelitian Agung Sudpriandono dan
Sulchan Sooewan menyebutkan bahwa 80 (49,7%) kasus preeklamsia berat
mempunyai pendidikan kurang dari 12 tahun, dibanding 72 (44,2%) kasus bukan
preeklamsia beratmempunyai pendidikan lebih dari 12 tahun (Rozikhan, 2009).
2) Faktor sosial ekonomi
Hal yang sering disampaikan bahwa kehidupan sosial ekonomi berhubungan
dengan angka kenaikan preeklamsia/eklamsia.meskipun Chesley tidak
sependapat, beberapa ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan sosial
ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang menderita preeklamsia, bahkan
setelah faktor ras turut dipertimbangkan. Masyarakat dengan status ekonomi

8
rendah tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis
walaupun tersedia. Sehingga berisiko mengalami eklamsia (Rozikhan 2009).
3) Pekerjaan
Aktifitas pekerjaanseseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan perdarahan,
seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari
pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan berdampak pada
konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi
kebutuhan selama proses kehamilan. Semuanya untuk kelancaran peredaran
darah dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsia
(Rozikhan , 2009). Ibu hamil yang bekerja memiliki resiko 4,173 kali untuk
mengalami kehamilan dengan preeklamsia dibandingkan dengan ibu hamil yang
tidak bekerja (Wulandari, Firnawati 2011).

3. Tanda dan Gejala Klinis Preeklamsia/Eklamsia


Gejala utama dari preeklamsia yaitu hipertensi, proteinuria, dan oedema yang
dijumpai gejala kejang-kejang atau eklamsia bila tidak mendapat penanganan medis
yang cepat dan tepat. Gejala-gejala dan tanda-tanda yang timbul pada saat
preeklamsia seperti oliguria, gangguan visus, dan nyeri epigastrum adalah sesuai
dengan kelainan-kelainan organ yang terjadi akibat preeklamsia (Tanjung 2011).
Biasanya tanda-tanda preeklamsia dalam urutan pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema , hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia
ringan tidak dijumpai gejala-gejala subyektif. Pada preeklamsia berat didapatkan
rasa sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual atau muntah.
Gejala-gejala ini ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklamsia akan timbul (Rachimbadhi 2009).
4. Klasifikasi Preeklamsia/Eklamsia
Menurut Manuaba (2010), preeklamsia digolongkan menjadi preeklamsia ringan dan
preeklamsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Preeklamsia Ringan
1) Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atai kenaikan 30 mmHg dari
tekanan normal yang diperiksa setiap 6 jam.
2) Tekanan diastolic mencapai 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dari tekanan
normal yang diperiksa setiap 24 jam.

9
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dari berat badan awal dalam satu
minggu.
4) Dijumpainya proteinuria dalam urine ≥ 0,3 gr/l.
b. Preeklamsia Berat
Bila salah satu diantara gejala dibawah ini ditemukan pada hamil ≥ 20 minggu
maka digolongkan sebagai preeklamsia berat :
1) Tekanan darah 160 mmHg diukur dalam keadaan rileks (minimal setelah
istirahat 10 menit).
2) Oligouria, volume urine kurang dari 400 cc/24 jam
3) Proteinuria lebih dari 3 gr/l
4) Keluhan subyektif seperti nyeri epigastium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, dan gangguan kesadaran
5) Gangguan visus dan serebral
6) Gangguan pertumbuhan janin intrauterine
7) Adanya HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low platelet
count) (Bekti 2008)
Peningkatan gejala dan tanda preeklamsia berat memberikan petunjuk akan
terjadinya eklamsia, yang mempunyai prognosa buruk dengan angka kematian
maternal dan bayi tinggi.
Berdasarkan waktu terjadinya , eklamsia dapat dibagi atas :
a. Eklamsia gravidarumyaitu eklamsia yang terjadi pada saat ibu hamil ≥20
minggu dimana kejadiannya 50% sampai 60%
b. Eklamsia parturientum yaitu eklamsia yang terjadi pada saat persalinan
dimana kejadiannya sekitar 30& sampai 35%
c. Eklamsia puerperium yaitu eklamsia yang terjadi pada saat persalinan berakhir
dimana kejadiannya sekitar 30% sampai 35%
Preeklamsia dibagi atas preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
Preeklamsia ringan bila tekanan darah diantara 140/90 dan 160/110 mmHg
sedangkan preeklamsia berat bila tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Disebut eklamsia apabila preeklamsia disertai gejala kejang (Tanjung,2009).
Menurut Hartini (2009), gejala-gejala eklamsia dibagi menjadi empat
tingkatan yaitu :
a. Stadium Invasi

10
Stadium ini masih awal, lira-kira berlangsung selama 30 detik.
Gejalanya yaitu mata terpaku dan terbuka tanpa melihat , kelopak mata dan
tangan bergetar dan kepala dipalingkan kanan dan kiri.
b. Stadium kejang tonik
Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik. Dimulai dari seluruh otot
badan kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke
dalam, pernapasan terhenti, muka kelihatan sianosis dan lidah dapat tergigit.
c. Stadium kejang klonik
Pada stadium ini dapat ditandai dengan otot yang berkontraksi berulang-
ulang dalam waktu cepat. Mulut dapat terbuka dan menutup, keluar ludah
yang berbusa dan lidah dapat tergigit. Pada organ mata dapat melotot dan
muka kelihatan sianosis. Kejadian ini berlangsung selama satu sampai dua
menit. Setelah kejang lalu penderita tidak sadar dan bernapas seperti
mendengkur.
d. Stadium koma
Stadium koma adalah stadium paling akhir. Koma biasanya berlangsung
selama beberapa menit sampai berjam-jam. Terkadang antara kesadaran akan
timbul sedangkan baru dan akhirnya ibu hamil tetap dalam keadaan koma.
Selama koma darah ibu yang mengalami eklamsia dapat meninggi, nadi cepat
dan suhu naik sampai 40°C.
Preeklamsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara.biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem,
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada waita berumur lebih dari 35 tahun.
Pada multipara penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan kehamilan
kembar, penyakit dabetes mellitus, hipertensi esensial, dan penyakit ginjal.
Menurut geoffrey, insiden preeklamsia cenderung meningkat pada ibu
yang melahirkan anak pertama dimana persalinan yang pertama biasanya
mempunyai resiko lebih tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3. Untuk
mencegah terjadinya preeklamsia adalah dengan selalu memantau tekanan
darah, membiasakan pola makan berkadar lemak rendah, perbanyak asupan
(kalsium ,vitamin C dan A), dan yang lebih penting adalah menghindari stress.
Preeklamsia yang dibiarkan akan berlanjut menjadi preeklamsia berat dan
kemudian menjadi eklamsia.

11
Penanganan dan perawatan kehamilan dengan preeklamsia ringan adalah
berobat jalan , pantangan garam. Dapat diberikan obat penenang dan diuretik
(meningkatkan pengeluaran air seni), kontrol setiap minggu.Anjuran segera
kembali periksa bila gejalanya makin parah. Sedangkan pada preeklamsia
berat adalah dengan masuk rumah sakit dalam kamar isolasi yang bebas dari
sinar dan suara juga perawatan khusus. Dipasang infuse untuk mengatur
pengeluaran cairan, pemberian nutrisi, obat-obatan, dan mengatur elektrolit.
Pengawasan bisa dilakukan dalam waktu 2x24 jam. Bila keadaan bertambah
berat dilakukan induksi (dorongan) persalinan atau langsung dilakukan
operasi (Hartini, 2009).
5. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklamsia. Komplikasi bisa terjadi
pada ibu dan janin.
a. Komplikasi pada ibu
1) Eklamsia
Merupakan kasus akut pada penderita preeklamsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma, eklamsia selalu didahului oleh preeklamsia.
Kejang mungkin disebabkan oleh ensefalopati hipertensi , epilepsi,
tromboemboli, intoksikasi atau efek lepas obat, sedangkan koma biasanya
mengikuti kejang pada eklamsia, tetapi koma dapat juga terjadi tanpa kejang
(Saiduddin, 2011).

2) Sidrom Hemolysis, elevated liver enzims, low platelet count (HELLP)


Pada preeklamsia sindrom HELLP terjadi karena adanya peningkatan
enzim hati dan penurunan trombosit, peningkatan enzim kemungkinan
disebabkan nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar.
Perubahan fungsi dan integritas hepar termasuk perlambatan eksresi
bromosulfoftalein dan peningkatan kadar aspartat amniotransferase serum
(Cunningham dkk, 2009).
3) Ablasi retina
Merupakan keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina.
Gangguan penglihatan pada wanita dengan preeklamsia juga dapat

12
disebabkan karena ablasi retina dengan kerusakan epitel pigmen retina karena
adanya peningkatan permeabilitas dinding pembulih darah akibat
penimbunan cairan yang terjadi pada proses peradangan (Cunningham dkk,
2009).
4) Gagal ginjal
Selama kehamilan normal , aliran darah ginjal dan laju filtraso
glomerulus meningkat cukup besar. Dengan timbulnya preeklamsia , perfusi
ginjal dan filtrasi glomerulus menurun. Pada sebagian besar wanita dengan
preeklamsia ringan sampai sedang laju filtrasi glomerulus terjadi akibat
berkurangnya volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua
kali lipat dibandingkan kadar normal selama hamil (Cunningham dkk, 2009).
5) Perdarahan otak
Perdarahan otak pada wanita dengan preeklamsia disebabkan
meningkatnya tekanan perfusi serebri yang diimbangi oleh peningkatan
resistensi serebrovaskuler serta meningkatnya kekakuan dinding arteri
serebrum dan vasokonstriksi sehingga menimbulkan nyeri kepala yang hebat
(Yulaikhak, 2009).
6) Edema paru
Penderita preeklamsia mempunyai resiko besar terjadinya edema paru
yang disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada
pembuluh darah kapiler paru dan menurunnya diuresis (Saifuddin, 2011).

b. Komplikasi pada janin


1) Infsufisiensi uteroplasenter akut atau kronis
Ditandai oleh sel-sel busa kaya lemak yang mencolok pada kehamilan
dengan preeklamsia , dengan pembuluh-pembuluh desidua diinvasi oleh
trofoblas endovaskuler. Perubahan awal meliputi kerusakan endotel,
perembesan konstituen plasma ke dalam dinding pembuluh, proliferasi sel
miointima, dan nekrosis medial (Cunningham dkk, 2009).
2) Pertumbuhan janin terhambat
Ibu hamil dengan preeklamsia dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat karena perubahan patologis pada plasenta , sehingga janin beresiko
terhadap keterbatasan pertumbuhan (Walsh, 2008).

13
3) Prematuritas
Preeklamsia akan mengakibatkan penurunan aliran darah ke plasenta,
selain itu kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
didapatkan pada preeklamsia/eklamsia, sehingga mudah terjadi persalinan
premature dan BBLR (Wiknjosastro, 2008).
6. Penatalaksanaan
Menurut Benson dan pernoll (2009) penatalaksanaan preeklamsia secara umum yaitu
a. Diet biasa tanpa pembatasan garam
b. Asupan cairan tidak dibatasi (tetapi asupan dan pengeluaran cairan dicatat)
c. Posisi miring ke samping meningkatkan aliran darah ke ginjal yang akan
mengurangi sebagian besar edema
d. Sediakan perawatan dan penanganan untuk komplikasi obstetris resiko tinggi
e. Tirah baring dan pengakhiran kehamilan

Penatalaksanaan preeklamsia menurut Wiknjosastro (2009) dibagi menjadi :


a. Preeklamsia ringan
Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan , lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
(1) Lakukan pemantauan tekanan darah , proteinuria , refleks dan konndisi janin
(2) Lebih banyak istirahat
(3) Diet biasa
(4) Tidak perlu pemberian obat

Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit :


(1) Diet biasa
(2) Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari
(3) Tidak memerlukan pengobatan
(4) Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
jantung atau gagal ginjal akut

jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan ,


nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklamsia berat , periksa ulang
2 kali seminggu, jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali

14
Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap rawat. Jika terdapat tanda pertumbuhan
janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika proteinuria
meningkat, kelola sebagai preeklamsia berat
Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan
(1) Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml
Ringer Laktat/Dekstrose 5% IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
(2) Jika servik belum matang , berikan prostaglandin , misoprostol atau kateter
foley, atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar
b. Preeklamsia berat
(a) Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
(1) Anti konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklamsia dan eklamsia.
i. Alternatif I dosis awal : MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%
selama 5 menit, segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4
(40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat/Ringer Laktat selama
6 jam. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4
(40 %) 2 g IV selama 5 menit.
ii. Dosis pemeliharaan : MgSO4 1 g/jam melalui infus Ringer
Asetat/Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam
pospartum.
iii. Alternatif II dosis awal : MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40 %
selama 5 menit, diikuti dengan MgSO4 (40 %) 5 g IM dengan
1 ml lignokain, pasien akan merasa agak panas pada saat
pemberian MgSO4, frekuensi pernafasan minimal 16
kali/menit
(b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
(c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
(d) Aspirasi mulut dan tenggorokan
(e) Baringkan pasien pada sisi kiri , kepala sedikit lebih tinggi untuk mengurangi
risiko aspirasi
(f) Berikan O2 4 – 6 liter/menit

15
B. Kerangka Teori / Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Presdiposisi
Diabetes
Hipertensi
Paritas

Kegagalan arteri
spiralis untuk berubah Iskemia
menjadi sinus plasenta
vaskuler

IUGR
Plasenta memproduksi
tromboplastin yang dapat
menyebabkan DIC, produksi renin16
sehingga terjadi vasokontriksi
Gangguan perfusi ginjal
Hipertensi Preeklamsia
Proteinuria
Edema

Jika tidak
diobati

Eklamsia
Bagan 1. Kerangka Teori
(Sumber: Kohn, 2008)

2. Kerangka Konsep

Status Kesehatan
Penyakit Kronik
Riwayat Komplikasi

Status Reproduksi
Umur dan Paritas
Faktor Penyebab
Preeklamsia/Eklamsia
Perilaku Sehat
Penggunaan KB dan
Pemeriksaan Antenatal
17
Pendidikan

Keterangan: : :Tidak dianalisis hubungan

:Variabel yang diteliti

Gambar 2. Kerangka konsep kejadian pre-eklamsia/eklamsia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif kuantitatif.


Desain penelitian ini untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena
atau keaadan yang terjadi di dalam masyarakat obyektif.

Desain peneliian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Subyek Penelitian :
Seluruh ibu bersalin yang mengalami kejadian
18
preeklamsia /eklamsia tahun 2017
Faktor penyebab kejadian preeklamsia/ eklamsia

Status Kesehatan: Status Perilaku Karakteristik :


- Penyakit Reproduksi: - pemeriksaan
kronik - Umur antenatal care - pendidikan
- Riwayat - Paritas - Keluarga
komplikasi berencena

Bagan 3. Desain penelitian deskriptif kuantitatif faktor penyebab kejadian


preeklamsia/eklamsia pada ibu bersalin

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran dalam
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
bersalin yang mengalami kejadian preeklamsia/eklamsia di RSUD Panembahan
Senopati Bantul dari bulan Januari sampai Desember tahun 2017 dan tercatat di
rekam medik sebanyak 419 dengan data lengkap. Populasi tersebut selanjutnya
disebut subyek penelitian.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili dari populasi
yang ada (Notoatmodjo, 2012). Supaya penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian, untuk penentuan sampel yang dikehendaki dan menghindari

19
terjadinya bias maka diperlukan kriteria inklusi dan eksklusi untuk menentukan
apakah responden dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. (Hidayat, 2010)

Pada penelitian ini sampel harus memenuhi kriteria baik inklusi maupun eksklusi
dibawah ini:
a. Kriteria Inklusi
(1) Ibu postpartum dengan preeklampsi dan eklampsia sejak Januari -
Desember 2017.
(2) Data rekam medis lengkap
(3) Pasien berusia 20-35 tahun untuk reproduksi sehat, dan umur < 20 tahun
dan > 35 tahun untuk reproduksi tidak sehat.
(4) Penyakit kronis yang diteliti adalah diabetes melitus, hipertensi, dan
jantung
(5) Pasien pernah atau tidak pernah melakukan ANC
b. Kriteria eksklusi
(1) Ibu bersalin tidak pada bulan Januari-Desember 2018
(2) Data rekam medis tidak lengkap
(3) Perempuan memiliki penyakit ginjal, hati, autoimun, HIV.
(4) Pasien belum pernah melakukan ANC.

3. Besar sampel
Rumus besar sampel yang dapat digunakan menurun Slovin
𝑁
n:{1+𝑁(𝑑)2 }

Keterangan:
n: Sampel
N: populasi
d: Nilai presisi 95%
Sampel yang diambil secara acak sejumlah 205 subyek penelitian
4. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling teknik
sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik probability sampling yang

20
digunakan yaitu simple random sampling. Simple random sampling yaitu suatu
metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan cara diacak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi homogen (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, dilakukan
dengan menggunakan kertas yang dilipat sejumlah 205 subyek penelitian,
kemudian dilakukan pemilihan secara acak.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai tanggal .......
D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian adalah variabel bebas
(independen), variabel terikat (dependen), dan variabel pengganggu akan tetapi pada
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

Tabel 1. Variabel Penelitian


No Variable Definisi Operasional Skala Data Parameter
1 Variabel Penyakit kronik adalah Nominal (1) Ya, jika ada
terikat: suatu penyakit yang riwayat
penyakit diderita subyek penyakit
kronis penelitian sebelum dan kronik ;
selama kehamilan.
(2) Tidak, jika
tidak ada
penyakit
kronik.
2 Variabel Riwayat komplikasi Nominal (1) Ya, jika
terikat: yang dimaksud dalam ada riwayat
Riwayat kehamilan dan komplikasi ;
komplikasi persalinan yang lalu
adalah penyulit yang (2) Tidak, jika
pernah dialami oleh tidak ada
subyek penelitian komplikasi.
berdasarkan status
3 Variabel Umur ibu adalah lama Nominal (1) umur 20-35
terikat: umur hidup subyek penelitian tahun
ibu sejak dilahirkan sampai (reproduksi
penelitian dilakukan. sehat),

21
(2) umur < 20
tahun dan > 35
tahun
(reproduksi
tidak sehat).
4 Variabel Paritas adalah jumlah Nominal (1) paritas
terikat: paritas anak yang pernah berisiko
dilahirkan subyek (<2 atau >4),
penelitian baik hidup
maupun meninggal. (2) paritas yang
tidak berisiko
(2 – 4).
5 Variabel: Penggunaan KB Nominal (1) Ya, jika ibu
Keluarga dilakukan untuk memakai KB
berencana mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan, (2) Tidak, jika
KB dapat berupa IUD, ibu tindak
pil, suntik, susuk, melakukan KB
kondom
6 Variabel Pendidikan lebih tinggi Nominal (1) Pendidikan
terikat: cenderung lebih Ijazah SD,SMP
pendidikan memperhatikan
kesehatan dirinya. (2) pendidikan
ijazah SMA,PT

7 Variabel: Pemeriksaan antenatal Nominal (1) Jika sesuai


pemeriksaan care adalah kunjungan standar
antenatal care pemeriksaan kehamilan
yang dilakukan subyek (2) jika Tidak
penelitian selama hamil sesuai standar
sesuai standar (trimester
I minimal satu kali, (3)Tidak ANC
trimester II minimal
satu kali, trimester III
minimal dua kali).
Apabila kunjungan
ANC tidak memenuhi
kriteria diatas disebut
tidak sesuai standar,

E. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel perlu
adanyadefinisi operasional. Definisi operasional ini memberikan manfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument/alat ukur (Notoatmodjo, 2010).

22
F. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Peneliti mengurus perijinan untuk melakukan studi pendahuluan mulai dari
institusi pendidikan , kemudian ke bagian diklat RSUD Panembahan Senopati
Bantul, dan untuk perijinan penelitian sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
oleh Kabupaten Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data
sekunder yang berasal dari rekam medik ibu bersalin, data yang diperoleh akan
dicatat dalam master tabel kemudian diolah, pengambilan data akan dilakukan
peneliti sendiri, pengambilan data minimal 40 rekam medik dalam sehari supaya
dalam 6 kali akan sudah dapat selesai, kemudian data akan diolah dengan
komputer. Observasi yang dilakukan secara langsung pada rekam medis sampel
(pasien) yang . Setelah mendapatkan data dari rekam medis kemudian dianalis.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data
penelitian adalah Master Tabel.

G. Analisis Data
Analisis data deskriptif berfungsi meringkas, mengklasifikasikan, menyajikan
data, yang merupakan langkah awal dari uji analisis (Hidayat, 2011).
𝑓
Rumus: p = 𝑛 x 100%

Keterangan
p: presentasi
f: frekuensi subyek dengan kejadian preeklamsia-eklamsia
n: jumlah sampel
Variabel yang diteliti adalah penyakit kronis, riwayat komplikasi, umur ibu,
paritas, pemeriksaan antenatal, pendidikan, dan KB.
H. Etika Penelitian
Teori tentang etika ataupun metode banyak sekali, salah satu yang sering
digunakan dalam penelitian medis dan praktik klinis disebut principlism. Empat
etika penelitian dasar itu meliputi:
1. Respect for autonomy

23
Peneliti harus menjaga kerahasiaan dan selalu menepati janji (Beauchamp
and Childress, 2009).
2. Beneficence
Mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat penelitian terhadap
risikonya, dan peneliti harus bertindak dengan cara yang menguntungkan
pasien (Beauchamp and Childress, 2009).
3. Non maleficence
Semua penelitian ataupun pengobatan yang melibatkan bahaya, meskipun itu
dalam batas minimal, harus tetap memberikan manfaat lebih besar daripada
kerugiannya (Beauchamp and Childress, 2009).
4. Justice
Dalam mendistribusikan manfaat, dan risiko penelitian secara adil, gagasan
bahwa semua pasien yang berada dalam posisi yang sama harus diperlakukan
dengan cara yang sama pula (Beauchamp and Childress, 2009).

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum tempat penelitian


Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul terletak di Jalan
Doktor Wahidin Sudiro Husodo, Bantul, Trirenggo, Kec. Bantul, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kode Pos 55714.RSUD Panembahan Senopati Bantul berdiri
sejak tahun 1953 sebagai RS hongeroedem (HO), tahun 1956 resmi menjadi RS
Kabupaten dengan jumlah sebanyak 60 TT, tahun 1967 bertambah menjadi 90 TT.
Pada tanggal 1 April 1982 dari RS Kabupaten diresmikan Kabupaten Bantul Type
D, tanggal 26 Februari 1993 ditetapkan sebagai RS Type C (SK Menkes RI Nomor
202/Menkes/SK/11/1993)
Tanggal 29 Maret 2003 berubah nama menjadi RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Tanggal 31 Januari 2007 tentang Peningkatan Kelas RSUD Panembahan
Senopati Bantul dari Type C menjadi Kelas B Non Pendidikan. Tahun 2012
mendapatkan akreditasi sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

24
Nomor : HK.03.05/III/431/12 tentang Penetapan Rumah Sakit Pendidikan Utama
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama.Tanggal 14 April 2015 telah
mendapatkan Sertifikat Akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
dengan predikat "Paripurna".
Tujuan didirikan Rumah Sakit ini adalah Mewujudkan proses pelayanan yang
berkualitas, mewujudkan karyawan yang produktif dan berkomitmen mewujudkan
proses pelaporan dan akses informasi yang cepat dan akurat, mewujudkan rumah
sakit jejaring pelayanan pendidikan, mewujudkan pelayanan non fungsional untuk
kepuasan pelanggan. Berkaitan tuigas dan tujuan RSUD Panembahan Senopati maka
proses persalinan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati merupakan
persalinan aman dan melahirkan bayi hidup dan sehat.
Berdasarkan rekam medis RSUD Panembahan Senopati Bantul diketahui
bahwa angka kejadian preeklamsia atau eklamsia tahun 2017 sejumlah 419.

B. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu sebagai berikut:


1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mengajukan judul, konsultasi judul, persetujuan judul
dan mengurus surat izin studi pendahuluan ke Institusi, untuk memperoleh data
penelitian di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Menyusun proposal
penelitian yang akan digunakan dalam melaksanakan setiap langkah dan kegiatan
penelitian.

2. Tahap pelaksanaan
a. Sebelum Penelitian
Peneliti melakukan proses perijinan penelitian dan peneliti melakukan
konfirmasi waktu dan jalannya penelitian kepada bagian pendidikan dan
penelitian dan bagian bidang keperawatan RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Dimana peneliti sudah menyepakati dan menyamakan apersepsi atau
pendapatnya dalam melakukan penelitian di RSUD Panembahan Senopati

25
Bantul. Setelah di setujui judul sesuai penelitian, peneliti mengurus surat
perijianan dari Institusi Pendidikan ke BAPPEDA Bantul. Menurut surat
yang dikeluarkan oleh BAPPEDA Bantul, surat tersebut memiliki tembusan
ke Bupati Bantul sebagai laporan ijin, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Bantul, Dinas Kesehatan Bantul, RSUD Panembahan Senopati Bantul, Ketua
Stikes Panti Rapih Yogyakarta. Peneliti menyerahakan surat-surat tersebut
kepada lembaga tembusan yang terkait.

b. Saat Penelitian
Peneliti melakukan pengambilan sampel penelitian dan instrument yang
digunakan saat penelitian, penelitian akan dilakukan oleh peneliti
mengobservasi secara langsung penelitian. Peneliti mengamati dari awal
bagian di rekam medis sampai bagian akhir, peneliti mengamati kelengkapan
data rekam medis dan kemudian dapat diambil untuk diobservasi sebagai
sampel penelitian.

3. Tahap Akhir

Peneliti melakukan pemeriksaan dan kelengkapan data dari hasil observasi


yang telah dilakukan baik data primer dan data skunder. Kemudian membuat laporan
hasil penelitian dan mengkulsultasikan hasil penelitian kepada dosen pembimbing,
Selanjutnya data diolah dengan menggunakan master tabel, disusun dan disajikan
dalam bentuk laporan dan selanjutnya diseminarkan dan yang paling akhir adalah
melakukan perbaikan atau revisi dari hasil yang telah diseminarkan

C. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yaitu meneliti tentang faktor
penyebab kejadian preeklamsia/eklamsia di Rumah Sakit Panembahan Senopati
2018, penelitian dilakukan selama 6 hari pada tanggal 30 April – 5 Mei 2018 dengan
subyek penelitian sebanyak 205 . Penyajikan data dilakukan menggunakan tabel
distribusi frekuensi yang disajikan sebagai berikut.

26
Tabel 2. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan penyakit kronis
No Penyakit kronis Jumlah %
1 Ya (Ada) riwayat penyakit kronis 118 57,56
2 Tidak (Tidak ada) riwayat penyakit kronis 87 42,24
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa subyek penelitian memiliki 57,56%


yang mengalami penyakit kronis.

Tabel 3. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan riwayat komplikasi


No Riwayat komplikasi Jumlah %
1 Ya (Ada) riwayat komplikasi 121 59,02
2 Tidak (Tidak ada) riwayat komplikasi 84 40,98
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa subyek penelitian memiliki 59,02%


yang terdapat riwayat komplikasi.

Tabel 4. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan umur


No Umur Jumlah %
1 Umur reproduksi sehat (20-35 tahun) 79 38,53
2 Umur reproduksi tidak sehat (<20 / >35 126 61,47
tahun)
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa subyek penelitian sebanyak 61,47


yang mengalami preeklamsia atau eklamsia usia pada usia reproduksi tidak sehat.

Tabel 5. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan paritas


No Paritas Jumlah %
1 Tidak berisiko (2-4) 88 42,92
2 Berisiko (<2 / >4) 117 57,08
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

27
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa subyek penelitian memiliki 57,08%
memiliki paritas berisiko.

Tabel 6. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan Keluarga Berencana


No Keluarga Berencana (KB) Jumlah %
1 Ya (Ada) melakukan KB 90 43,90
2 Tidak (Tidak ada) melakukan KB 115 56,10
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa subyek penelitian tidak melakukan KB


56,10%.

Tabel 7. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan ANC


No ANC Jumlah %
1 Sesuai standar 108 52,68
2 Tidak sesuai standar 90 43,90
3 Tidak ANC 7 3,42
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa subyek penelitian memiliki 43,90


melakukan ANC tidak sesuai sesuai standar dan tidak ANC 3,42%..

Tabel 8. Distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan pendidikan


No Pendidikan Jumlah %
1 Tidak sekolah, SD, SMP 99 48,29
2 SMA, PT 106 51,70
(Sumber: Data sekunder rekam medis RSUD Panembahan Senopati 2017)

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa subyek penelitian memiliki 48,29%


tidak sekolah, SD, dan SMP

28
BAB V
PEMBAHASAN

Kejadian preeklamsia atau eklamsia paling tinggi terjadi pada kelompok ibu dengan
umur reproduksi tidak sehat sebesar 61,47%. Yaitu pada usia <20 tahun atau >35 tahun.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan preeklamsia sebelum usia 20 tahun seperti yang
dilaporkan oleh Walker mungkin disebabkan oleh invasi trofoblas awal. Kegagalan invasi
secara normal pada sel trofoblas mengarahkan terjadinya maladaptasi dari arteriol spiral,
yang terkait dengan penyebab preeklamsia itu sendiri. Peeklamsia sering terjadi pada
populasi usia lebih dari 35 tahun, menurut Duckitt et al. Hal ini terjadi karena peningkatan
reaksi vena yang berperan terhadap faktor yang berkontribusi dalam pengembangan
preeklamsia (Kumari et al, 2016).

Faktor penyebab kejadian preeklamsia atau eklamsia terbanyak kedua adalah riwayat
komplikasi pada kehamilan terdahulu yaitu sebanyak 59,02%. Dari penelitian terdahulu

29
didapatkan bahwa abortus yang diinduksi merupakan faktor yang dapat menurunkan
kejadian preeklamsia pada primiparitas meskipun sampai sekarang mekanismenya belum
diketahui. Pada abortus spontan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan
perempuan yang belum pernah mengalami abortus spontan (Parker et al, 2015). Partus macet
dan perempuan dengan riwayat melahirkan secara cesarean berisiko terjadinya preeklamsia
(Levine et al, 2016).

Perempuan yang melakukan pemeriksaan antenatal care yang tidak sesuai standar
memiliki risiko terjadinya postpartum hemorrhage, eklamsia, dan perawatan unit perawatan
intensif dibandingkan dengan perempuan yang melakukan ANC yang sesuai standar.
Perempuan yang jumlah kunjungan ANC yang tidak sesuai standar memiliki resiko 12 kali
lipat terjadi preeklamsia, risiko 53 kali lipat terjadi kondisi dimana janin yang tidak sehat
dan risiko kematian neonatal yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yang melakukan ANC sesuai standar (Billano et al, 2014).

Kejadian preeklamsia pada perempuan dengan paritas <2 atau >4 pada penelitian ini
sebanyak 57,08% dari keseleruhan subyek penelitian Resiko terjadinya preeklamsia akan
menurun pada kehamilan kedua atau lebih. Kelahiran sebelumnya menawarkan
perlindungan substansial terhadap pre-eklampsia. Resiko preeklamsia pada primipara
diduga disebabkan karena terjadi keadaan anti-angiogenik. Pada primipara kadar soluble fms
like tyrosine kinase 1 (sFlt1) pada aliran darah lebih tinggi yang menyebabkan
ketidakseimbangan angigenik (Bdolah et al, 2014).

Kejadian preeklamsia pada perempuan yang memiliki faktor resiko penyakit kronis
sebelumnya pada penelitian ini sebanyak 57,56%. Menurut penelitian sebelumnya sebagian
besar subyek penelitian memiliki penyakit kronis sebelumnya sebelum terdiagnosis
preeklamsia. Penyakit medis ibu seperti hipertensi kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal
dan penyakit autoimun telah dianggap sebagai faktor risiko tinggi untuk preeklampsia.
Seseorang yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya merupakan faktor risiko untuk
terjadinya preeklamsia pada kehamilan di masa akan datang. Pada penelitian terdahulu
tingkat berulang kembalinya dari 10 – 65% kasus (Quan et al, 2018).

30
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab


kejadian preeklamsia/eklamsia di RSUD Panembahan Senopati yaitu terbanyak
berdasarkan umur sebesar 61,47% pada usia <20 atau >35 tahun, kemudian diikuti
dengan terdapat riwayat komplikasi sebesar 59,02%, riwayat penyakit kronik
57,56%, kehamilan berisiko dengan paritas <2 atau >4 sebesar 57, 08% , penggunaan
KB 56,10%, pendidikan SD SMP atau bahkan tidak mengeyam pendidikan sebanyak
48,59%, ANC tidak sesuai standar 43,90 dan tidak ANC 3,42%.

B. Saran
1. Bagi RSUD Panembahan Senopati

31
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang erat hubungan dengan kejadian preeklamsia dan
eklamsia sehingga ibu hamil dengan salah satu faktor ataupun lebih dapat
mendapatkan perhatian sehingga kejadian preeklamsia dan eklamsia dapat dicegah,
ataupun apabila sudah terkena preeklamsia jangan sampai penyakitnya bertambah
parah menjadi eklamsia

2. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan dapat melakukan faktor-faktor penyebab preeklamsia/eklamsia
lainnnya yang belum diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Billano, V.L., et al. 2014. Risk Factors of Pre-Eclampsia/Eclampsia and Its Adverse
Outcomes in Low- and Middle-Income Countries: A WHO Secondary Analysis.
Plos One. 9(3)

Bdolah, Y., et at. 2014. Relationship between nulliparity and preeclampsia may be explained
by altered circulating soluble fms-like tyrosine kinase 1. Journal Hypertension in
Pregnancy. 33(2): 250-9

Depkes. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Badan Pusat
Statistik.

32
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2011

Dinkes Bantul. Diunduh tanggal 5 Maret 2018 dari Profil Kesehatan Bantul Tahun 2015.

Dinkes DIY. Diunduh tanggal 5 Maret 2018 dari Profil Kesehatan Bantul Tahun 2012.

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia . Diunduh pada tanggal 5 Maret 2018 dari
http://www.depkes.go.id/

Levine, L.D., et al . 2016. nduction, labor length and mode of delivery: the impact on
preeclampsia-related adverse maternal outcomes. Journal of Perinatology. 36(9):
713–7

Manuaba, I.B.G. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Manuaba, I.B.G. 2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Manuaba, I.B.G. 2014. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S. 2009. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Kumari, N., et al. 2016. Relationship beetween Maternal Age and Preeclampsia. Journal of
Dental and Medical Sciences. 15(12):55-7.

Parker, S.E., et al. 2015. Induced Abortions and the Risk of Preeclampsia Among
Nulliparous Women. American Journal of Epidemiology. 182(8): 663–9.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Priharjo. 2008. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.

33
Quan, L.M. et al. 2018. An analysis of the risk factors of preeclampsia and prediction based
on combined biochemical indexes. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences.
34(2): 109-12

Saifudin, A.B. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

34
No No RM Faktor ibu
Penyakit Riwayat Umur Paritas KB Pendidikan Faktor tak ANC
kronis Komplikasi (Tahun) terduga / tak
diketahui
No No RM Ya Tdk Ya Tdk 20 <20/ 2-4 <2 / YaFaktor
Tdkibu SD SMA Ya Tdk Sesuai Tdk Tdk
Penyakit Riwayat -35Umur
>35 Paritas>4 KB Pendidikan
SMP PT Faktor tak standar ANC
sesuai ANC
kronis Komplikasi (Tahun) terduga / tak standar
1 XX-56-78 √ √ √ √ √ √ √diketahui √
2 XX-60-12 Ya √
Tdk Ya √
Tdk √
20 <20/ √
2-4 <2 / √
Ya Tdk SD √
SMA Ya √
Tdk √
Sesuai Tdk Tdk
3 XX-50-23 √ √ -35
√ >35 √ >4 √ SMP PT√ √ standar
√ sesuai ANC
4 XX-99-87 √ √ √ √ √ √ √ standar
26
5 XX-58-43
XX-67-78 √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √

27
6 XX-71-13
XX-37-10 √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √
28
7 XX-33-24
XX-56-00 √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √
29
8 XX-99-87
XX-87-65 √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √

30
9 XX-98-17
XX-34-56 √
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √

31
10 XX-17-18
XX-23-89 √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √

32
11 XX-36-82
XX-21-34 √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √
33
12 XX-37-03
XX-90-46 √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √

34
13 XX-13-04
XX-67-90 √
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √

35
14 XX-37-85
XX-45-76 √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√ √

36
15 XX-38-67
XX-23-90 √
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √

37
16 XX-37-86
XX-80-34 √
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √

38
17 XX-68-69
XX-67-80 √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √

39
18 XX-82-80
XX-10-12 √
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √
40
19 XX-32-98
XX-80-90 √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √

41
20 XX-28-50
XX-90-76 √
√ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √
42
21 XX-67-98
XX-78-98 √ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √

43
22 XX-19-18
XX=45-23 √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √ √

44
23 XX-87-93
XX-19-89 √
√ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
45
24 XX-93-66
XX-80=82 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
46
25 XX-84-56
XX-37-92 √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √

1
47 XX-64-00 √ √ √ √ √ √ √ √
48 XX-85-48 √ √ √ √ √ √ √ √

No No RM Faktor ibu
Penyakit Riwayat Umur Paritas KB Pendidikan ANC
kronis Komplikasi (Tahun)

Ya Tdk Ya Tdk 20 <20/ 2-4 <2 / Ya Tdk SD SMA Sesuai Tdk Tdk
-35 >35 >4 SMP PT standar sesuai ANC
standar
49 XX-75-43 √ √ √ √ √ √ √
50 XX-74-83 √ √ √ √ √ √ √
51 XX-92-49 √ √ √ √ √ √ √
52 XX-78-40 √ √ √ √ √ √
53 XX-91-24 √ √ √ √ √ √
54 XX-37-18 √ √ √ √ √ √ √
55 XX-43-34 √ √ √ √ √ √ √
56 XX-97-07 √ √ √ √ √ √ √
57 XX-73-97 √ √ √ √ √ √ √
58 XX-19-80 √ √ √ √ √ √ √
59 XX-64-86 √ √ √ √ √ √ √
60 XX-15-45 √ √ √ √ √ √ √ √
61 XX-42-74 √ √ √ √ √ √ √ √
62 XX-23-21 √ √ √ √ √ √ √
63 XX-30-48 √ √ √ √ √ √ √
64 XX-76-62 √ √ √ √ √ √ √
65 XX-17-47 √ √ √ √ √ √ √
66 XX-28-17 √ √ √ √ √ √ √
67 XX-57-74 √ √ √ √ √ √ √
2
68 XX-74-72 √ √ √ √ √ √ √
69 XX-39-47 √ √ √ √ √ √ √
70 XX-36-28 √ √ √ √ √ √ √
71 XX-30-87 √ √ √ √ √ √ √

FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN PREEKLAMSIA/EKLAMSIA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI TAHUN 2018

No No RM Faktor ibu
Penyakit Riwayat Umur Paritas KB Pendidikan ANC
kronis Komplikasi (Tahun)

Ya Tdk Ya Tdk 20 <20/ 2-4 <2 / Ya Tdk SD SMA Sesuai Tdk Tdk
-35 >35 >4 SMP PT standar sesuai ANC
standar
72 XX-54-45 √ √ √ √ √ √ √
73 XX-27-17 √ √ √ √ √ √ √
74 XX-52-33 √ √ √ √ √ √ √
75 XX-38-48 √ √ √ √ √ √ √
76 XX-86-15 √ √ √ √ √ √ √
77 XX-40-93 √ √ √ √ √ √ √
78 XX-87-14 √ √ √ √ √ √ √
79 XX-77-81 √ √ √ √ √ √ √
80 XX-27-90 √ √ √ √ √ √ √
81 XX-11-58 √ √ √ √ √ √ √
82 XX-69-75 √ √ √ √ √ √ √
83 XX-18-84 √ √ √ √ √ √ √
84 XX-27-92 √ √ √ √ √ √ √
85 XX-80-71 √ √ √ √ √ √ √
86 XX-42-40 √ √ √ √ √ √ √
3
87 XX-96-32 √ √ √ √ √ √ √
88 XX-29-65 √ √ √ √ √ √ √
89 XX-47-28 √√ √ √ √ √ √
90 XX-56-94 √ √ √ √ √ √
91 XX-87-46 √ √ √ √ √ √ √
92 XX-18-38 √ √ √ √ √ √ √
93 XX-97-97 √ √ √ √ √ √ √
94 XX-47-96 √ √ √ √ √ √ √

4
No No RM Faktor ibu
Penyakit Riwayat Umur Paritas KB Pendidikan ANC
kronis Komplikasi (Tahun)

Ya Tdk Ya Tdk 20 <20/ 2-4 <2 / Ya Tdk SD SMA Sesuai Tdk Tdk
-35 >35 >4 SMP PT standar sesuai ANC
standar
95 XX-97-81 √ √ √ √ √ √ √
96 XX-57-47 √ √ √ √ √ √ √
97 XX-38-25 √ √ √ √ √ √ √
98 XX-83-90 √ √ √ √ √ √ √
99 XX-47-36 √ √ √ √ √ √ √
100 XX-98-00 √ √ √ √ √ √ √
101 XX-07-04 √ √ √ √ √ √ √
102 XX-50-91 √ √ √ √ √ √ √
103 XX-27-90 √ √ √ √ √ √ √
104 XX-11-58 √ √ √ √ √ √ √
105 XX-64-34 √ √ √ √ √ √ √
106 XX-58-64 √ √ √ √ √ √ √
107 XX-20-73 √ √ √ √ √ √ √
108 XX-92-51 √ √ √ √ √ √ √
109 XX-46-29 √ √ √ √ √ √ √
110 XX-72-76 √ √ √ √ √ √ √
111 XX-41-36 √ √ √ √ √ √ √
112 XX-87-89 √√ √ √ √ √ √
113 XX-97-46 √ √ √ √ √ √
114 XX-63-85 √ √ √ √ √ √ √
115 XX-90-88 √ √ √ √ √ √ √
116 XX-95-26 √ √ √ √ √ √ √
117 XX-03-89 √ √ √ √ √ √ √

Anda mungkin juga menyukai