Anda di halaman 1dari 32

PEMANFAATAN CITRA MODIS UNTUK PEMBUATAN PETA PRAKIRAAN

DAERAH PENANGKAPAN IKAN (PPDPI)


DI BALAI RISET DAN OBSERVASI LAUT (BROL)

TUGAS KERJA PRAKTIK


LANGKAH PENGOLAHAN DATA KLOROFIL-A DAN SST CITRA MODIS
MENGGUNAKAN SEADAS DAN ARCMAP BESERTA PENYAJIANNYA

Oleh:
Firdausi Zahara Gandes
15115097

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018

1
Penjelasan Awal
Pembuatan Peta Daerah Penangkapan Ikan atau biasa disingkat dengan PPDPI
membutuhkan beberapa data diantaranya data suhu permukaan laut serta konsentrasi klorofil-
a yang bisa diperoleh dari citra MODIS Aqua/Terra. Pengolahan data tersebut untuk bisa
menjadi sebuah PPDPI akan melewati beberapa proses yaitu

a. Proses pembuatan grid potential fishing groung (PFG)


b. Proses pengolahan citra bagian 1 (menggunakan SeaDAS) yang meliputi (1) croping
band chl-a dan koreksi geometrik pada nc file klorofil-a dan (2) koreksi radiometrik
dan geometrik pada nc file SST
c. Proses pengolahan citra bagian 2 (menggunakan ArcMap) yang meliputi penentuan
sebaran klorofil-a dan daerah front
d. Pengolahan data angin dan gelombang
e. Penyajian peta

Serangkaian proses tersebut membutuhkan bahan yaitu

a. Data klorofil-a dan SST dari citra MODIS Aqua/Terra


b. Data angin dan gelombang
c. Logo instansi dan beberapa informasi yang akan ditampilkan di peta

Serta alat (perangkat) yang meliputi

a. Laptop/komputer
b. Perangkat lunak SeaDas
c. Perangkat lunak ArcMap (yang sudah terpasang toolbox Marine Geospatial Ecology
Tools

2
Langkah Pengerjaan
a. Proses Pembuatan Grid PFG (Potential Fishing Ground)
1. Masukkan SHP Indonesia

2. Buat file SHP baru untuk boundary Selat Bali dengan cara klik jendela
“Catalog”, lalu pilih file penyimpanannya, klik kanan lalu pilih “New
Shapefile”

Masukkan nama file yang akan dibuat, pilih feature type “Polygon”
lalu pilih WGS84 sebagai proyeksinya

3
3. Klik kanan pada layer boundary_bali klik “Edit”, lalu pilih “Start
Editing”. Buat segi empat sesuai dengan batas-batas koordinat Selat
Bali

4. Cari toolbox “Fishnet” di kolom search.

5. Buka toolbox “Fishnet”. Isi halaman output penyimpanan. Pada


Template Extent pilih file SHP boundary_bali yang sudah dibuat
sebelumnya, dua baris kolom kebawah akan terisi otomatis. Untuk Cell
Size Width & Heigth di isi nilai yang sama yaitu 0,036 derajat. Lalu
hitung juga jumlah baris dan kolomnya dan uncheck “Create Label
Point”. Pilih geometri “Polygon”. Setelah itu klik “OK”.

4
6. Akan diperoleh hasil seperti berikut

b. Proses Pengolahan Citra (Bagian 1)


1. Buka software SeaDAS

2. Klik “File” lalu “Open” dan pilih file klorofil-a dan SST citra MODIS
Aqua/Terra

5
3. Buka produk Klorofil-a dengan klik 2 kali pada chl-a.

4. Melakukan pemotongan citra dengan klik menu “Raster” lalu “Crop”

5. Akan muncul kotak dialog seperti berikut. Klik “Fix Full Width” dan
“Fix Full Height”.

6
6. Pada tab “Band Subset” pilih hanya “chlor_a”

7. Akan muncul kotak dialog seperti berikut lalu pilih “YES”

8. Kemudian melakukan koreksi geometrik dengan cara pilih menu


“Raster”lalu “Reproject”. Lalu pilih file direktori penyimpanan file

7
9. Pastikan bahwa “Map Projection” yang digunakan adalah Lat/Lon
WGS84. Setelah itu klik “Run”

10. Selanjutnya akan muncul kotak dialog seperti ini, klik “OK”

11. Buka produk SST dengan cara klik 2 kali pada SST

8
12. Setelah itu pilih menu “Raster” lalu “Math Band”

13. Ubah nama lalu klik “Edit Expression”

Memasukkan ekspresi “(if qual_sst then NaN else 1)*sst” kemudian


klik “OK”

14. Ubah nama file. Klik “OK” pada kotak dialog Band Math

9
15. Melakukan koreksi geometrik dengan memilih menu “Raster” lalu
“Reproject”

16. Muncul kotak dialog seperti berikut. Pilih tab “Map Project and Setting”
lalu ubah bagian “Projection” menjadi “UTM/WGS 1984 (Automatic)”
dan uncheck pada “Preserve Resolution”

17. Klik “Output Parameter”, lalu ubah pixel size menjadi 250 m. Setelah
itu klik OK

10
18. Setelah itu kembali ke kotak dialog I/O Parameter, pilih direktori file,
lalu klik “OK”

Muncul kotak dialog seperti berikut lalu klik “OK”

c. Proses Pengolahan Citra (Bagian 2)


1. Buka software ArcMap lalu masukkan SHP Indonesia

11
2. Ubah data extent supaya yang ditampilkan hanya wilayah sekitar Selat
Bali (sesuai dengan SHP boundary_bali yang sudah dibuat
sebelumnya). Klik kanan “Layers” pilih “Properties”, klik tab “Data
Frame”. Pilih pilihan “Clip Options” pilih “Clip to Shape”. Setelah itu
klik “Spesificy Shape”, pilih outline feature “batas selat bali”. Lalu klik
“OK”

3. Masukkan file raster klorofil-a yang sudah melalui pengolahan di


SeaDAS sebelumnya. Lalu klik kanan pada raster, pilih “Properties”

12
4. Akan muncul kotak dialog seperti berikut. Ubah pilihan pada menu
“Show” menjadi “Streched”. Lalu pilih “Strech Type” jadi “Minimum
Maximum”. Ubah High Level jadi “2” dan Low Level jadi “0” (nilai
klorofil yang umumnya ada di laut berada pada rentang 0-2). Setelah itu
ubah rentang warnanya agar mudah dibedakan. Setelah itu klik “OK”

Diperoleh hasil seperti berikut

5. Buka toolbox “Raster Calculator”, lalu masukkan ekspresi berikut


("chlor_a.img" >= 0.2) & ("chlor_a.img" <= 1). Lalu pilih direktori
penyimpanan file. Lalu klik “OK”

13
Diperoleh hasil seperti berikut

6. Klik kanan pada hasil raster calculator chl-a tadi, klik “Properties” lalu
pilih “Symbology”. Terdapat dua nilai yaitu “0” dan “1”. 0 artinya
pada piksel tersebut tidak mengandung klorofil pada rentang 0.2 -
1, dan 1 artinya piksel tersebut mengandung klorofil yang berada
pada rentang 0.2 – 1. Buat piksel “0” menjadi “Hollow”

7. Masukkan file raster suhu yang sudah diolah di SeaDAS sebelumnya.


Ubah symbology-nya sama seperti untuk Chl-a, namun nilai maksimum
yang digunakan adalah “35” sedangkan nilai minimumnya “20”

14
8. Setelah itu Pendugaan Upwelling / Garis Front (Diindikasikan adanya
suhu rendah disekeliling suhu tinggi dengan nilai fluktuasi 0,30 C) pada
data SST menggunakan single image edge detection (SIED). Syarat
khusus dalam metode SIED ini yaitu menggunakan data Integer
(bilangan tanpa koma),sehingga perlu mengintegerkan data SST
terlebih dahulu dengan dengan cara masuk ke toolbox – “Raster
Calculator”. Isi di kolom Expression dengan Int((“Data SST” * 100)).
Tentukan halaman output yang ditentukan

9. Setelah itu melakukan identifikasi Upwelling / Garis Front. Masuk ke


Toolbox – “Cayula-Cornillon Fronts: in ArcGIS Raster , kemudian isi
input data hasil output langkah 8. Pada kolom Front detection
threshold isi nilai “30” (nilai Threshold ditentukan sesuai dengan
wilayah perairan).

15
Kotak dialog ini akan muncul apabila proses berhasil

10. Klik kanan pada file raster front yang dihasilkan, pada Tab menu
“Symbology” akan ada 2 jenis piksel yaitu “0” dan “1”. Piksel “0”
menunjukkan bahwa pada piksel tersebut tidak mengindikasikan adanya
daerah Front sedangkan pada piksel “1” mengindikasikan adanya daerah
Front. Ubah warna piksel “1” supaya berbeda dengan milik Chl-a.

11. Masukkan grid pfg yang sudah dibuat sebelumnya dan jadikan grid
tersebut sebagai “The Only Selectable Layer”

16
12. Lakukan overlay antara file raster “Chl-a”, daerah front, grif pfg, dan
SHP Selat Bali. Piksel yang mengandung Chl-a dan merupakan front
dapat diindikasikan sebagai daerah potensi ikan. Select seluruh piksel
yang mengindikasikan daerah potensi ikan.

13. Export piksel yang sudah dipilih menjadi sebuah SHP baru. Caranya
klik kanan pada layer PFG lalu pilih “Data”, setelah itu klik “Export
Data”

Export hanya “Selected Layer” lalu pilih direktori penyimpanan file


dan beri nama. Setelah itu klik “OK”

17
14. Diperoleh hasil akhir daerah PFG sebagai berikut

d. Pengolahan Data Angin dan Gelombang


1. Buka ArcMap dan masukkan data SHP Indonesia dan PFG yang telah
dibuat sebelumnya

2. Buka toolbox NetCDF to Feature. Pilih file angin (format nc file).


Masukkan beberapa spesifikasi seperti yang ada pada gambar berikut

18
Lalu akan diperoleh hasil seperti berikut

3. Setelah data muncul data di frame window, klik kanan pada layer view
untuk data angin, pilih “Data” – “Export Data”. Pada Export Data
tentukan halaman penyimpanan dan pilih di kolom save as type :
Shapefile. Kemudian akan muncul data baru yang siap digunakan untuk
informasi angin.

19
Tentukan lokasi penyimpanan, lalu klik “OK”

4. Buka toolbox IDW. Pada input point features masukkan file SHP angin
hasil olahan sebelumnya, lalu pada bagian Z value pilih “Significant”.
Setelah itu klik “OK”

Diperoleh hasil seperti berikut

5. Merubah data hasil interpolasi IDW menjadi data raster. Klik kanan
pada layer hasil IDW, lalu pilih “Data”, setelah itu “Export Data”

20
Tentukan direktori dan mana penyimpanan file, lalu klik “OK”

6. Selanjutnya adalah merubah point gelombang menjadi raster contour


hingga menjadi polyline contour gelombang. Buka toolbox “Contour” .
Pada bagian input masukkan hasil interpolasi IDW yang sudah di-export
menjadi raster. Lalu tentukan halaman output dan isi contour interval
0.2 dan base contour 0.1, setelah itu klik “OK”

Diperoleh hasil seperti berikut

21
7. Sedangkan untuk angin, buka toolbox IDW. Masukkan file SHP Angin,
pilih nilai Z value-nya “wind_speed”

Diperoleh hasil seperti berikut

8. Buka toolbox IDW lagi dengan input file SHP angin, pilih Z-valuenya
adalah “wind_direction”

22
Diperoleh hasil seperti berikut

9. Buat fishnet dengan spesifikasi seperti berikut. Cell width an cell height
adalah 0,036. Centang pada “Create label point”

Diperoleh hasil seperti berikut

23
10. Buka toolbox “Extract by Multi Value” lalu pilih “Input point Feature”
dari label fishnet yang telah dibuat sebelumnya dan “Input Raster”
adalah data hasil IDW wind_direction dan wind_speed

Setiap label fisnet akan memiliki nilai masing-masing (bisa dicek di


atribut value-nya)

e. Proses Penyajian Peta


1. Buka ArcMap dan masukkan data yang diperlukan yaitu
No Keterangan Ekstensi
1. Kepulauan Indonesia Shape File - Polygon

24
2. Hasil PFG Shape File - Polygon
3. Angin Shape File - Point
4. Gelombang Shape File - Polyline
5. WPP Shape File – Polyline
6. Logo KKP .jpeg
7. Logo Seacorm .jpeg
8. Logo ITB .jpeg
Seperti berikut ini (logo akan dimasukkan nanti)

2. Atur nama layer pada masing-masing shapefile yang telah dimasukkan dengan
cara klik kanan pada layer lalu pilih “Properties” setelah itu ubah nama layer
tersebut

25
Diperoleh hasil sebagai berikut

3. Atur warna dan pola untuk memperjelas informasi melalui klik kanan pada
layer lalu pilih “Properties”, setelah itu “Symbology, dengan ketentuan
sebagai berikut
Keterangan Warna Kategori
Kepulauan Indonesia -
10% Simpe Hatch
PFG
Angle 138o
Gelombang Width: 0,2
WPP Width: 0,5

Diperoleh hasil seperti berikut

26
4. Untuk data angin, prosesnya adalah sebagai berikut, klik dua kali layer
“Angin”, pilih “Symbology”, atur ke dalam “Quantitites”, lalu pilih
“Graduated Symbol”, setelah itu pilih value “Wind_speed”. Setelah itu klik
“Template”

Akan muncul jendela berikut, lalu klik “Edit Symbol”

Akan muncul jendela berikut, ubah type menjadi “Character Marker Symbol”
dengan font “Esri Cartography unicode 176”

27
Kemudian ubah angle menjadi 180 lalu klik “OK”

Kembali lagi pada layer properties pada “Quantities”, pada “Clasification”


pilih “Manual” dan ubah jumlah kelas menjadi 5, lalu ubah range angka pada
symbol menjadi 4; 5; 6; 7; dan biarkan untuk range ke 5 (untuk mempermudah
pembacaan)

Setelah itu klik “Advanced”, pilih “Rotation”, dan ubah rotation points by
angle in this field menjadi “Wind_direct” dan pilih rotation style menjadi
“Geographic Style” lalu klik “OK”

28
Diperoleh hasil seperti berikut

5. Untuk data gelombang proses tambahannya adalah sebagai berikut. Masuk ke


“Properties” pada layer gelombang, lalu atur labelnya seperti berikut. Atur
label Field “Contour”

Lalu Placement Properties “Centered Curved”

29
Atur Label Style pada tab “Mask” menjadi “Halo” dengan ukuran 1. Lalu klik
“OK”

Kemudian klik kanan pada layer gelombang dan centang di “Label Feature”.
Diperoleh hasil seperti berikut

6. Tambahkan berbagai informasi lainnya seperti arah utara, skala, bar skala,
legenda, peta inset, penyusun, sumber data, penerbit, dan keterangan
lainnya. Hingga diperoleh hasil seperti berikut

30
7. Lalu export peta dengan cara klik menu “File”, pilih “Export Map”

Tentukan nama dan direktori penyimpanan file

8. Diperoleh hasil akhir Peta PPDPI seperti berikut

31
32

Anda mungkin juga menyukai