Anda di halaman 1dari 19

TULANG

MAKALAH

Tugas Mata Kuliah Fisiologi

oleh :
Almira Keviena 0906633855
Dina Afrida Resti N. 0906513781
Fernando Purba 0906562474
Karina Astheria 0906513951
Khiyarotun Nisa’ 0906513970

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2010
I. Tipe dan Fisiologi Tulang
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen yang
mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem skelet
(tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang
diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-bahan
tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis
kemudian menjadi tulang, proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut
panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Secara
umum tulang mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara
keseluruhan.
b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
d. Melindungi organ –organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak).
f. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
g. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum
tulang).
1.1 Struktur Tulang

a. Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang
tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

b. Tulang kompak (korteks)


Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang memiliki
tekstur halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan
lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan. Delapan puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang
kompak. Sel tulang kompak berada di lakuna dan menerima nutrisi dari
kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak dan disalurkan
melalui kanal havers yang mengandung pembuluh darah. Di sekeliling
tiap kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan konsentris dan
membentuk silinder yang disebut osteon (sistem Havers) atau disebut
juga tulang keras.
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu suatu saluran
yang sejajar dengan sumbu tulang. Disekeliling sistem havers terdapat
lamella-lamella yang konsentris dan berlapis-lapis. Pada lamella terdapat
rongga-rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit.
Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang menuju ke segala arah
disebut kanalikuli yang berhubungan dengan lakuna lain. Di antara sistem
havers terdapat lamella interestial yang lamella-lamellanya tidak berkaitan
dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang
kompak melalui saluran volkman yang berhubungan dengan pembuluh
darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus.
.
c. Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di dalam
korteks dan membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi
oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di
permukaan lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke
dalam trabekula. Lebih dari 90 % protein dalam matriks tulang tersusun
atas kolagen tipe I.

d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)


Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum tulang.
Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini
dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian
tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita
karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

1.2 Tipe-tipe Tulang


1.2.1 Berdasarkan Jaringan Penyusun dan Sifat-sifat Fisiknya
a. Tulang Rawan ( Kartilago )
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah
dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki
sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang
berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang di dalamnya terdapat
serabut kolagen elastin. Maka dari itu, tulang rawan bersifat lentur dan
lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada saat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang
disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe, yaitu :
 Tulang rawan hialin
Yaitu tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan kondrosit. Tulang rawan hialin
dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang
panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung, dan rangka janin.

 Tulang rawan elastic


Yaitu tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang
rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachi (pada
telinga ) dan laring.

 Tulang rawan fibrosa


Yaitu tulang yang mengandung banyak sekali bundle-bundel serat
kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang
inio dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada
simfisis pubis diantara dua tulang pubis.
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya
ditemukan di beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping telinga, antar
tulang rusuk (cortal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antar
ruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.

b. Tulang Keras ( Osteon )


Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang yang
sebenarnya berfungsi untuk menyusun berbagai sistem rangka. Tulang
tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblas
Merupakan sel pembentuk tulang yang memproduksi kolagen tipe I
dan berespon terhadap perubahan PTH. Tulang baru dibentuk oleh
osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks tulang. Bila
proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan terperangkap dalam
matriks tulang yang mengandung mineral
2. Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik tulang.
Osteosit ini merupakan sel-sel tulang dewasa.
3. Osteoklas
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang sudah terbentuk di
sekitarnya dengan mengeluarkan asam yang melarutkan kristal kalsium
fosfat dan enzim yang menguraikan matriks organik. Sel ini berinti
banyak, dapat bergerak, serta melekat di tulang melalui integrin di
tonjolan membran yang disebut sealing zone.

1.2.2 Berdasarkan Bentuk


a. Tulang Pipa
Tulang pipa bentuknya bulat, memanjang, bagian tengahnya berlubang,
seperti pipa. Di bagian dalam ujungnya terdapat sum-sum merah berfungsi
untuk pembentukan sel darah merah.
Tulang pipa terdiri atas tiga bagian, yaitu kedua ujung yang bersendian
(epifisis), bagian tengah (diafisis), dan cakra epifisis yang berada di antara
epifisis dengan diafisis. Pada anak-anak cakra epifisis berupa tulang rawan
yang mengandung osteoblas, sehingga masih mengalami pertumbuhan.
Sedangkan pada orang dewasa, cakra epifisis berupa tulang keras yang
menyebabkan epifisis dan diafisisnya menyatu, sehingga tidak lagi mengalami
pertumbuhan.
Contoh : Tulang lengan, tulang paha, tungkai dan ruas-ruas tulang jari.

b. Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang kompak dan
tulang spongiosa. Didalamnya terdapat sumsum merah yang berfungsi untuk
pembuatan sel darah merah dan sel darah putih.
Contoh : Tulang rusuk, tulang dada, tulang belikat, tulang panggul, dan tulang
dahi.

c. Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya bulat dan pendek (ruas tulang). Didalamnya
juga terdapat sumsum merah berfungsi untuk pembuatan sel darah merah dan
sel darah putih.
Contoh : Tulang-tulang pada pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan
telapak tangan.

d. Tulang tidak beraturan


Selain ke tiga macam tulang tersebut di atas yang sudah dijelaskan secara
rinci, ada juga kelompok tulang yang tidak beraturan karena bentuknya tidak
teratur.
Contoh : Tulang punggung dan tulang rahang.

I. Osifikasi
Merupakan proses penulangan, yaitu perubahan tulang rawan menjadi
tulang keras. Osifikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 Osifikasi kondral, yaitu pembentukan tulang keras dari tulang rawan.
Contoh: tulang pipa dan tulang pendek
 Osifikasi desmal, yaitu pembentukan tulang keras dari jaringan
mesenkim.
Contoh: tulang pipih
Selama perkembangan janin, sebagian tulang dibentuk dalam tulang
rawan, kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi. Osifikasi dimulai
dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak
mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak
mengandung pembuluh darah akan membentuk kondoblas.
Mula-mula pembuluh darah menembus perikondrium di bagian tengah
batang tulang rawan, merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi
osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta,
perikondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada
bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis se-sel tulang rawannya
membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa)
akibatnya zat kapur didepositkan, nutrisi terganggu, akibatnya terjadi
kematian pada semua sel-sel tulang rawan.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan
masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk
sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa.
Dengan demikian masih tersisa tulang rawan di kedua ujuang epifise yang
berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara
epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang
di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan
tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang,
tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga
sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.

III. Mineral Utama dalam Tulang


3.1 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100 g (27,5 mol)
kalsium. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada
tulang dan gigi. Sedangkan sisanya, 1% kalsium terdapat pada darah dan
jaringan lunak. Untuk memenuhi 1% kebutuhan ini, tubuh mengambilnya dari
makanan yang dimakan atau dari tulang. Apabila makanan yanag dimakan
tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka tubuh akan mengambilnya dari
tulang. Sehingga tulang dapat dikatakan sebagai cadangan kalsium tubuh. Jika
hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka tulang akan mengalami
pengeroposan tulang.
Kalsium sangat penting karena mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Diperlukan untuk pemeliharaan permeabilitas natrium normal di saraf.
b. Terlibat dalam memicu pelepasan asetilkolin dari ujung saraf pada
sambungan otot saraf.
c. Terlibat dalam eksitasi kontraksi dalam sel otot.
d. Sebagai sinyal intraseluler untuk beberapa hormone.
e. Diperlukan beberapa enzim untuk aktivitas normal.
f. Sekresi protein.

3.1.2 Zat-zat yang Berperan dalam Metabolisme Kalsium


Terdapat tiga hormon yang berperan penting dalam pengaturan
metabolisme kalsium, yaitu :

a. 1,25-Dihidroksikolekalsiferol
1,25-Dihidroksikolekalsiferol merupakan hormon steroid yang dibentuk
dari vitamin D. Reseptor 1,25-dihidrokolekalsiferol ditemukan di banyak
jaringan selain usus, ginjal, dan tulang. Jaringan tersebut di antaranya adalah
kulit, limfosit, monosit, otot rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar
hipofisis anterior. Berguna untuk meningkatkan penyerapan kalsium dari usus
dan meningkatkan responsifitas tulang terhadap hormon paratiroid.
Sintesis dan sekresi 1,25-Dihidroksikolekalsiferol dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor hormonal dan faktor mineral.
Faktor hormonalnya antara lain :
- Peningkatan kadar PTH
- GH yang meningkat pada masa pertumbuhan
- Peningkatan kadar prolaktin dan estrogen selama masa kehamilan
Sedangkan faktor mineralnya adalah hipokalsemia (kekurangan kalsium).

b. Hormon Paratiroid (PTH)


PTH termasuk hormone peptide. Berguna untuk merangsang aktivitas
osteoklas, pembentukan osteoklas, menghambat aktivitas osteoblas, serta
meningkatkan konsentrasi kalsium plasma. PTH bekerja langsung pada
tulang untuk meningkatkan resorpsi tulang.
Pengatur utama sekresi PTH adalah konsentrasi kalsium bebas dalam
plasma. Jika konsentrasi klasium plasma turun, maka sekresi PTH naik atau
sebaliknya.

c. Kalsitosin
Kalsitosin termasuk hormone polipeptida yang biasa bekerja pada tulang
dan hanya memiliki efek kecil pada ginjal dan usus. Kalsitonin ini tidak
esensial mempertahankan homeostasis kalsium, sehingga tidak pernah
ditemukan kelainan karena kekurangan atau kelebihan kalsitonin.
Kalsitosin bekerja menurunkan kadar kalsium plasma dalam tulang
dengan cara sebagai berikut :
 Menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma
(efek jangka pendek)
 Menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat aktivitas osteoklas (efek
jangka panjang)
 Menghambat absorpsi kalsium di usus halus
Pengatur utama sekresi kalsitosin adalah kadar kalsium bebas dalam
plasma. Jika kalsium bebas dalam plasma meningkat, maka sekresi kalsitosin
juga akan meningkat. Namun jika kalsium bebas dalam plasma menurun,
maka sekresi kalsitosin juga akan menurun. Sekresi kalsitonin lebih tinggi
terjadi pada individu muda, ibu hamil, serta ibu menyusui. Pada individu
muda, kalsitonin berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang
rangka. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsitonin berfungsi untuk melindungi
tulang maternal dari proses resorbsi yang berlebihan untuk penyediaan
kalsium bagi pertumbuhan janin.

3.1.3 Metabolisme Kalsium


Kalsium plasma dalam tubuh manusia sebagian besar ada yang berdifusi,
antara lain terionisasi menjadi Ca2+ atau berkompleks dengan HCO3-, sitrat,
dan lain-lain. Sedangkan sisanya yang tidak berdifusi berikatan dengan
protein albumin dan globulin.
Metabolisme kalsium dalam tulang terdiri atas dua tipe :
 Cadangan pertukaran cepat terjadi pada pertukaran antara tulang dan
CES dan penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine.
 Cadangan pertukaran lambat terjadi pada penyesuaian penyerapan
kalsium di usus dan penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine.
Penyerapan berlangsung lebih stabil.
Terdapat dua sistem homeostatik yang independen, namun berinteraksi
dalam mempengaruhi kalsium tulang, yaitu:
 Sistem pengaturan Ca2+ plasma
Bergerak keluar masuk pada cadangan yang pertukarannnya cepat.
 Sistem pada remodelling tulang
Remodelling tulang meliput deposisi tulang (pembentukan dan
pengendapan) serta resorbsi tulang (pembuangan) yang berlangsung
secara terus-menerus.

Sejumlah besar kalsium disaring di ginjal dan sebagian besar diserap


kembali di tubulus proksimal, distal, dan lengkung henle. Setelah diserap di
saluran cerna, Ca2+ dibawa keluar usus oleh suatu sistem dalam brush border
sel epitel yang diaatur oleh 1,25-dihidrokolekalsiferol. Jika asupan Ca2+
tinggi, maka Ca2+ plasma meningkat, dan kadar 1,25-dihidrokalsiferol
meenurun. Penyerapan Ca2+ mengalami adaptasi berupa peningkatan, jika
asupan kalsium rendah dan penurunan jika asupan kalsium tinggi. Penyerapan
kalsium juga menurun oleh zat-zat yang membentuk garam tidak larut dengan
Ca2+ atau oleh alkali, sedangkan peningkatan penyerapan dapat dilakukan
dengan diet tinggi protein pada orang dewasa.

1.2 Fosfor
Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh. Fosfor penting
untuk fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan adenosine trifosfat
(ATP) dan 2,3-difosfogliserat (DPG), dan pemeliharaan keseimbangan asam-
basa, juga untuk sistem saraf dan perantara metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Kadar normal serum fosfor berkisar 2,5 dan 4,5 mg/dl dan dapat
setinggi 6 mg/dl pada bayi dan anak-anak.
Fosfor adalah anion utama dari cairan intraseliler (CIS). Kira-kira 85%
fosfor tubuh terdapat didalam tulang dan gigi, 14% adalah jaringan lunak, dan
kurang dari 1% dalam cairan ekstraseluler (CES). Karena simpanan
intraseluler besar, pada kondisi akut tertentu, fosfor dapat bergerak ke dalam
atau ke luar sel, menyebabkan perubahan dramatik pada fosfor plasma. Secara
kronis, peningkatan subtansial atau penurunan dapat terjadi dalam kadar
fosfor intraseluler tanpa perubahan kadar bermakna. Jadi, kadar fosfor plasma
tidak selalu menunjukan kadar intraselular. Meskipun kebanyakan
laboratorium dan laporan elemen fosfor, hampir semua fosfor yang ada dalam
tubuh berbentuk fosfat (PO43-) dan istilah fosfor dan fosfat sering digunakan
secara bertukaran.
Fosfor adalah senyawa penting dari semua jaringan tubuh yang
mempunyai variasi luas dalam fungsi vital, termasuk pembentukan subtansi
penyimpangan energi ( misal, adenosintrifosfat (ATP)), pembentukan sel
darah merah 2,3 difosfogliserat (DPG), yang memudahkan pengiriman
oksigen ke jaringan-jaringan, metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak,
dan pemeliharaan keseimbangan asam basa. Selain itu, fosfor adalah penting
untuk saraf normal dan fungsi otot dan memberi struktur penyokong untuk
tulang dan gigi. Kadar PO43- plasma bervariasi sesuai usia, dengan
pengecualiaan sedikit peningkatan pada PO43- wanita setelah menopause.
Makanan yang mengandung glikosa, insulin atau gula menyebabkan
penurunan sementara pada PO43- karena perpindahan PO43- serum ke dalam
sel-sel.
Status asam basa juga akan mempengaruhi keseimbangan fosfor.
Alkalosis, terutama alkalosis pernafasan, dapat menyebabkan fosfatemia
karena perpindahan fosfor intraseluler. Mekanisme pasti untuk perpindahan
ini tidak sepenuhnya dipahami tapi mungkin berhubungan dengan glikolisis
seluler karena alkalosis dengan peningkatan pembentukan metabolik
mengandung fosfor sedang. Asidosis respiratori dapat menyebabkan
perpindahan fosfor keluar dari sel-sel dan memperberat hiperfosfatemia.
Kadar fosfat CES diatur oleh kombinasi faktor-faktor, termasuk masukan
diet, absropsi usus, eksresi ginjal, dan secara hormonal terikat secara erat pada
kalsium. Rentang normal untuk fosfor serum 2,5-4,5 mg/dl (1.7-2,6 mEq/L).

II. Demineralisasi / Mineralisasi


Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke dalam
jaringan tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan proses yang antagonis
dengan mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang.
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresorpsi dan dibentuk tulang
baru. Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan kecepatan 100%
per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling
tulang ini, sebagian bessar adalah proses lokal yang berlangsung di daerah
yang terbatas oleh populasi sel yang disebut unit remodeling tulang. Dalam
proses ini melibatkan dua komponen utama yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas merupakan sel jaringan tulang yang berperan mensintesis
kolagen untuk membentuk osteoid sebagai bahan dasar tulang.

b. Osteoklas
adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-
monosit yang terdapat di tulang.

4.1 Mineralisasi Tulang


Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon,
faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan
terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas
berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks
tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam
beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan
mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblas
tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati.

4.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Mineralisasi


Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,
sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal
ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat
dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah.
Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat
bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang
dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon
tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang
panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis
(ujung pertumbuhan tulang).
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara
langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan
merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi
kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang.

4.2 Demineralisasi Tulang


Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan
dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel
yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar
yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas
tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang
dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya
sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi
sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul
osteoblas. Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan
tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti
dengan tulang baru yang lebih kuat.

4.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Demineralisasi


Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas
berkurang. Akibatnya, aktivitas osteoklas akan lebih tinggi untuk menyerap
tulang. Sehingga, defisiensi hormon ini juga mengganggu pertumbuhan
tulang.
Vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum
dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam
jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang kuat dalam makanan akan
menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama
dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar
paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon
paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium
serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang
pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan
pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.
4.3 Remodeling Tulang
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan
tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas
membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas,
sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada
kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami remodeling oleh
sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang
adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan 20% per tahun untuk
tulang trabekular .
Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas,
sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas
juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada
orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara,
sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan,
khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan
kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada
tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas
osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC


http://www.produgen.co.id/?m=pr&s=news&a=view&id=34&cid=90
http://www.medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=987
http://belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net/?p=12

Anda mungkin juga menyukai