Anda di halaman 1dari 78

Hijrah

SE L A MAT T I N GGA L R EVOLU SI M E N TA L

SELAMAT DATANG
REVOLUSI MORAL

Oleh: M. Amien Rais


Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................. 5

Pendahuluan..................................................................... 7

Prestasi Jokowi................................................................ 9

Revolusi Mental................................................................ 13

Revolusi Mental Buta Nilai....................................... 19

Fenomena yang membingungkan........................... 21

Mengumbar Janji..................................................... 23

Selamat Datang Revolusi Moral...................................... 29

Berpikir Dangkal...................................................... 33

Tidak Berani Melawan Mafia................................... 35

Industri Kebohongan............................................... 41

Sindrom Ke-raja-raja-an.......................................... 43

Menyukai Kepalsuan............................................... 47

Emoh Demokrasi..................................................... 49

Oleh M. Amien Rais |3


Fenomena Lainnya........................................................... 51

Islamophobia........................................................... 51

Neo Orde Baru......................................................... 55

Waspadai Politik Lebensraum China....................... 57

Imbauan untuk TNI dan Polri........................................... 61

Peringatan pada KPU....................................................... 65

Imbauan untuk Media...................................................... 67

Catatan Penutup............................................................... 73

4| HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Kata Pengantar

R isalah pendek dan sederhana ini saya tulis se-


lama beberapa hari menjelang tahun baru 2019
sambil berlibur dengan anak-cucu di Jogjakarta.
Ketika saya melihat, bergurau dan bermain dengan sepuluh
cucu saya itu, saya menerawang jauh kedepan. Puluhan juta
anak-anak Indonesia sekarang ini dalam 10-15 tahun menda-
tang akan menjadi manusia Indonesia yang kehidupan mereka
ditentukan oleh apa yang kita kerjakan sekarang.
April tahun ini akan ada perhelatan politik bernama pilpres.
Lewat pilpres itulah masa depan pendek dan panjang kita akan
diarahkan.
Lewat risalah pendek ini saya ikut urun rembuk, ikut berpar-
tisipasi dengan mengemukakan beberapa pendapat saya. Na-
mun saya minta maaf kalau bagi sebagian kalangan pendapat
saya ini terlalu blak-blakan, lugas, langsung, tanpa basi-basi.
Tetapi cara ini yang saya pilih supaya jelas, titik.
Semoga masa depan bangsa Indonesia, dengan izin Allah,
menjadi lebih baik, lebih adil dan makmur, sehat rohani dan
jasmani. Sabda Nabi Syu’aib a.s. kita jadikan salah satu pe-
gangan kita: “Tidak ada yang aku inginkan kecuali perbaikan
selama aku masih sanggup. Dan tidak ada petunjuk yang aku
ikuti kecuali dari Allah. Kepada Nya aku berserah diri dan kepa-
da Nya pula aku akan kembali” (Al-Qur’an: Hud 88).

Oleh M. Amien Rais |5


ُ ‫ٱلل ۚ َع َل ْي ِه َت َو َّك ْل‬
‫ت‬ ُ ْ‫إِنْ أ ُ ِري ُد إِ َّل ْٱلِصْ ٰ َل َح َما ٱسْ َت َطع‬
ِ َّ ‫ت ۚ َو َما َت ْوفِيق ِٓى إِ َّل ِب‬
ُ‫َوإِ َل ْي ِه أُنِيب‬

Yogyakarta, Akhir Desember 2018

Al-Faqir
M. Amien Rais

6| HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Pendahuluan

J okowi - Jusuf Kalla memenangi pilpres 2014


dengan perolehan suara 70.997.851 (53,15 %),
mengungguli Prabowo - Hatta yang memper­
oleh 62.576.444 (46,26 %). Ketika KPU mengumumkan ha-
sil akhir pilpres tsb, kubu Koalisi Merah Putih menyatakan
berdasar temuan mereka, bahwa telah terjadi kecurangan
masif, terstruktur dan sistematis.
Rekomendasi Bawaslu supaya ada pencoblosan ulang di
5802 TPS di DKI diabaikan oleh KPU. KMP membawa bukti­�
-bukti tentang kecurangan proses pilpres di pelbagai daerah
(terlalu panjang bila disebutkan di sini) di depan sidang MK,
namun keputusan KPU dikokohkan MK dengan berbagai ca-
tatan.
Setelah pilpres usai, sesuai jadwal KPU, akan ada puluhan
pilkada untuk Kota, Kabupaten dan Provinsi. Dalam masalah
ini ada ketentuan undang-undang yang amat sangat pen-
ting, yakni semua pilkada setelah pilpres, sesuai UU No. 22

Dua Perppu itu yang membuka kembali


bahaya politik uang, calon yang paling
gendut keuangannya yang punya kans
lebih besar untuk memenangi pilkada.

Oleh M. Amien Rais |7


tahun 2014 bersifat tidak langsung. Artinya, dipilih oleh DPRD
­masing-masing daerah.
Pertimbangannya antara lain penghematan nasional dan
sekaligus menghindari politik uang. Juga diasumsikan bahwa
para wakil rakyat di daerah sudah tahu kualitas tokoh-tokoh
yang dijagokan sebagai walikota, bupati dan gubernur. Akan
tetapi setelah pilpres 2014 usai, ada prahara bully terhadap
SBY, seperti dapat kita ikuti di media mainstream dan ter­lebih-
lebih di medsos. Demi “keadilan” pilkada juga harus langsung.
Ini tekanan politik terhadap SBY yang sangat masif dan terasa
diorkestrasikan sangat jitu.
Akhirnya SBY menerbitkan dua Perppu yang membatalkan
UU No. 22 Tahun 2014 di atas yang nota bene UU itu sudah
beliau tandatangani sendiri. Dua Perppu itu lah yang membuka
kembali bahaya politik uang yang menyebabkan sebagian be-
sar pemenang pilkada adalah mereka yang punya bandar.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir bisa dipasti-
kan, calon yang paling gendut keuangannya yang punya kans
lebih besar untuk memenangi pilkada. Pada hari-hari itu me-
mang orkes politik media mainstream dan media sosial seolah
bergabung memaksa SBY untuk menerbitkan perppu di atas.
Kita tidak boleh menilai peristiwa politik itu dengan konteks se-
karang. Konteks politik pada waktu itu memang tidak mudah.
Namun peristiwa politik itu sudah menjadi bagian dari sejarah.
Yang penting kita perlu berhati-hati lagi di masa depan.

8| HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Prestasi Jokowi

B ila kita baca dan cermati UUD Negara Republik


Indonesia, sejak dari Pembukaan, Batang Tubuh
sampai selesai (Aturan Peralihan dan Aturan Tam-
bahan) maka kita temukan ada 26 kata yang berkaitan de­
ngan kata adil, yaitu adil, keadilan, peri-keadilan, mengadi-
li, peradilan, seadil-adilnya dan berkeadilan.
Menegakkan keadilan menjadi kewajiban kita semua bukan
saja karena diwajibkan oleh semua agama (terutama tiga aga-
ma samawi, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam), tetapi juga kea-
dilan dalam arti luas (keadilan sosial, ekonomi, hukum, politik,
dan pendidikan dll) adalah kunci satu-satunya tegaknya Bang-
sa dan Negara Indonesia.
Tanpa Adil dan Keadilan yang tertera dalam Pancasila,
­masa depan Bangsa dan Negara Indonesia pasti akan goyah.
Tidak peduli apa pun nama dan sistem yang diikuti oleh ber-
bagai bangsa, apakah republik, republik rakyat, kerajaan, ke-
sultanan, keamiran, atau katakanlah demokrasi dengan segala
embel-embelnya, selama keadilan bagi rakyat masing-masing
terjamin dan berjalan dengan mantap maka bangsa dan nega-
ra bersangkutan akan stabil, kokoh, aman, dan tentram.
Sebaliknya bila keadilan sudah berubah menjadi kezaliman
sosial, ekonomi, politik, hukum, dll, maka lambat atau cepat
bangsa dan negara bersangkutan akan ambruk. Barangkali
hal ini sudah menjadi hukum besi sejarah. Semua kitab suci
agama samawi, saya yakin, mengajarkan hal itu secara terang
benderang. Sejarah umat manusia sejak dulu sampai sekarang

Oleh M. Amien Rais |9


Bagi masyarakat banyak, apalagi kawu-
lo alit, nawa cita sudah berubah menjadi
nawa sengsara.

juga menunjukkan hal yang sama


Bila prestasi 4 tahun Pemerintah Jokowi dibandingkan de­
ngan visi-misi dan program aksi yang dijadikan acuan utama
kampanye pilpres 2014; atau dibandingkan dengan puluh­
an janji semasa kampanye, bisa dikatakan bahwa Presiden
Jokowi telah gagal membangun bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang lebih kuat, lebih adil dan lebih makmur.
Kini tidak pernah lagi terdengar Program Nawa Cita yang
muluk-muluk dan juga Pogram Tri Sakti. Program Trisakti su-
dah terbukti gagal. Kita jelas tidak berdikari dalam ekonomi.
Berdaulat dalam politik pun rasanya tidak terjadi, karena ­Beijing
oriented policy semakin kentara dilaksanakan sejak Jokowi ja-
di Presiden empat tahun lalu. Sementara berkepribadian se-
suai budaya Indonesia makin jauh dari impian, karena yang
berkembang selama empat tahun belakangan ini justru sebuah
cheating culture. Budaya tipu-tipu dirasakan oleh masyarakat
luas. Rakyat disuruh percaya bahwa ekonomi makin bagus,
kehidupan sosial - ekonomi bangsa makin makmur, masa de-
pan makin cerah. Semuanya merupakan omongan bombastis
yang tidak ada dalam kenyataan.
Program Nawa Cita tidak pernah terdengar lagi. Bagi ma­
syarakat banyak, apalagi kawulo alit nawa cita itu sudah ber­
10 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral
ubah menjadi nawa sengsara. Mereka merasakan sengsara
sosial (kesenjangan sosial makin lebar antara kelompok kaya
dan kelompok miskin); sengsara ekonomi (kehidupan ekonomi
dirasakan makin berat); sengsara hukum (pelaksanaan hukum
tumpul keatas dan luar biasa tajam ke bawah); sengsara HAM
(pelanggar HAM ditanah rencong, di tanah Papua, dan di
pelbagai wilayah masih berlangsung); sengsara diskriminasi
(pembubaran HTI tanpa lewat proses peradilan); sengsara mo-
ral (kehidupan bangsa hampir tanpa rujukan moral); sengsara
ketergantungan kehidupan bangsa pada bangsa asing; seng-
sara kejiwaan (grafik jumlah penderita sakit jiwa meningkat ta-
jam); dan sengsara membuncahnya kebohongan rezim.
Bila ada kelompok masyarakat yang tidak melihat “kema-
juan ekonomi serta kehidupan rakyat yang semakin baik” lan-
tas kelompok tersebut dianggap buta dan tuli. Saya rasa tidak
ada ekspresi self-denial yang seironis ini. Hal ini mengingatkan
kita pada kisah klasik kuno yang menceritakan rakyat disebuah
kerajaan disuruh meyakini bahwa sang raja yang kirab keliling
kota sedang mengenakan pakaian kebesaran, padahal raja
itu sesungguhnya sedang bertelanjang bulat. Ditanamkan da-
lam benak rakyat di kerajaan itu, bahwa siapa saja yang tidak
mampu melihat pakaian kebesaran yang dikenakan oleh raja,
orang itu pasti sudah gila. Rakyat yang ketakutan hanya bisa
mengangguk-angguk. Kerumunan orang dewasa yang sudah
dicuci otaknya oleh kekuasaan raja, menjadi malu dan terkejut
tatkala beberapa bocah dengan kejujuran mereka berteriak:
“Raja telanjang, raja telanjang” berulang-ulang.

Oleh M. Amien Rais | 11


Revolusi Mental

S ekelebatan Jokowi sedang berusaha membuat ter­


obosan ketika dia mengajak bangsa Indonesia un-
tuk melaksanakan revolusi mental. Supaya bangsa
Indonesia cepat menjadi bangsa yang unggul.
Dalam kaitan ini sebagian rakyat langsung memuji ajakan
revolusi mental itu, walaupun mereka sendiri sesungguhnya
belum tahu persis apa yang dimaksud dengan revolusi mental
itu. Jokowi sendiri, sang pemilik gagasan sloganistik itu, tidak
pernah menguraikan apa yang dimaksud dengan revmen itu.
Sampai sekarang tidak ada dokumen otentik dari Pemerintah­
an Jokowi tentang revmen yang sempat mencuri perhatian
anak-anak bangsa.
Dari berbagai pidato Jokowi dan pernyataan para pemban-
tunya, ada sekitar 5 tema revmen itu. Pertama, Gerakan Indo-
nesia Melayani. Timbul pertanyaan, melayani siapa? Jangan­�
-jangan Indonesia harus melayani kepentingan luar daripada
kepentingan bangsa sendiri. Melayani kelompok konglomerat
asing dan aseng lebih daripada melayani kepentingan rakyat
sendiri.
Skandal penyelesaian BLBI (di zaman Megawati), skandal
Reklamasi Teluk Jakarta, skandal mega proyek Meikarta, skan-
dal Kereta Api cepat Jakarta - Bandung, skandal tol laut yang
dikawinkan dengan Jalur Laut Sutera China, masuknya tenaga
kerja China yang cukup masif jumlahnya, dlsb. memunculkan
sebuah pertanyaan yang sangat mendasar. Siapa saja, kelom-
pok bangsa yang mana dan negara mana yang sesungguhnya

Oleh M. Amien Rais | 13


sedang dilayani oleh Indonesia dimasa 4 tahun pemerintahan
Jokowi?.
Unsur ke dua revmen adalah Gerakan Indonesia Bersih.
Mungkin sekali maksudnya jalan-jalan harus bersih, kantor­ -
kantor bersih dan perkampungan bersih, dll. Tentu kita setuju.
Namun soal bersih dari korupsi, soal ini lebih penting. Karena
berkaitan dengan kekuatan dan kewibawaan bangsa dan ne-
gara. Kita menyaksikan korupsi di zaman Jokowi masih tetap
marak. Yang cukup menyedihkan korupsi paling kolosal justru
dilakukan oleh kekuasaan sendiri.
Korupsi berskala-mega yang marak di jaman Jokowi, saya
yakin, adalah korupsi yang tergolong white collar crime, ke-
jahatan krah putih. Kejahatan krah putih adalah korupsi yang
melibatkan para pejabat tinggi dan tertinggi di sebuah negara.
Para pejabat tinggi ini berkolaborasi dengan korporasi berska-
la regional dan global. Volume uang yang dipertaruhkan bukan
lagi ratusan milyar, tetapi meliputi puluhan dan ratusan triliun
rupiah.
Korupsi dahsyat yang berupa kejahatan kerah putih ini, di
4 tahun pemerintahan Jokowi, sayangnya luput dari perhatian
masyarakat. Saya yakin KPK cukup faham bahaya destruktif
kejahatan krah putih ini, tetapi KPK mustahil punya ke kebe-
ranian moril (moral courage) untuk mengejar korupsi yang pa-
ling menghancurkan ini. Karena itu kalau menggunakan logika
akal sehat, sesungguhnya KPK punya potensi besar menjadi
pihak yang paling di depan melakukan obstruction of justi-
ce. KPK dengan posisinya sebagai lembaga super dan tidak
mau diawasi, justru membenamkan tegaknya keadilan untuk
kasus-kasus tertentu. Mengapa? Karena bila kasus-kasus itu
dibongkar dan dikejar akan menghancurkan legitimasi (keab-
sahan) rezim.

14 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Korupsi paling kolosal justru dilakukan
oleh kekuasaan sendiri.

Korupsi berskala mega di perpajakan, pertambangan, per-


bankan, dan pembangunan infrastruktur sejauh ini tidak ter­
jangkau oleh aparat penegak hukum, termasuk KPK.
Gerakan Indonesia Tertib adalah unsur ketiga revmen. ­Dari
berbagai jenis tertib, tentu tertib hukum adalah yang paling
penting. Sebagai contoh, kalau ada seseorang dapat meme-
gang dua jabatan di Lembaga Tinggi Negara, sebagai Ketua
DPD dan juga Wakil Ketua MPR, masyarakat bertanya dimana
tertib hukum itu?
Tertib hukum berarti setiap pejabat dan tokoh-tokoh peme-
rintahan harus tunduk pada hukum yang berlaku. Namun para
pejabat atau penguasa di lapisan elit merasa berada di luar
jang­kauan hukum. Apalagi bila pejabat itu bagian paling inti da-
ri kekuasaan, maka ada jaminan otomatis bahwa kasus hukum
mereka langsung masuk ke dalam safety box KPK. Aman, tidak
perlu khawatir karena berada dalam ikatan koncoisme dengan
puncak pimpinan rezim.
Gerakan Indonesia Mandiri adalah unsur ke-empat revmen.
Ini sebuah slogan abal-abal. Apanya yang mandiri? Besar ke-
mungkinan bila rezim yang sekarang berkuasa sampai berkua-
sa lagi - insya Allah tidak - Indonesia dapat jatuh ke perangkap
hutang (debt trap) China. Seperti kita lihat China sudah memin-

Oleh M. Amien Rais | 15


ta konsesi wilayah, penguasaan pelabuhan serta dapat men-
dikte ekonomi negara-negara yang sudah kecemplung dalam
perangkap hutang China.
Kenya, Ethopia, Madagaskar, Djibouti, Sri Lanka, bahkan
sampai batas tertentu, Pakistan, sudah dililit utang China, se-
hingga pembangunan ekonomi mereka berada di bawah ko-
mando China. Indonesia sesungguhnya sedang bergerak ke
perangkap utang China itu. Namun ada seorang tokoh pen-
ting yang dengan suka cita berkata: “Kita dan China sedang
mesra-mesranya”. Bahwa neraca dagang kita dengan China
jauh lebih menguntungkan China dan merugikan bangsa sen-
diri, tentu tidak perlu dipermasalahkan. Tokoh yang sama juga
mengatakan: “Kita mesra dengan siapa saja yang bawa duit”.
Ini adalah ekspresi menggelikan bila dilihat dari slogan revmen
Gerakan Indonesia Mandiri.
Slogan kelima revmen adalah Gerakan Indonesia Bersatu.
Lagi-lagi yang terjadi di alam nyata sangat jauh berbeda dan
buat sebagian besar rakyat amat menyakitkan. Nampak secara
sistematik rezim yang berkuasa melakukan politik pecah-belah
terhadap kekuatan-kekuatan sosial-politik-keagamaan.
Dengan berbagai cara, kekuatan oposisi dilemahkan lewat
politik pecah belah. Ada partai politik yang diadu-domba lewat
musyawarah luar biasa ini dan musyawarah luar biasa itu.
Rezim penguasa justru menikmati dengan perhitungan bila be-
berapa partai politik pecah ke dalam, rezim penguasa mengira
akan semakin kuat.
Rezim penguasa bukannya melakukan pembinaan pada
partai-partai yang bertikai itu, tetapi malah memperparah de­
ngan pola permainan pecah belah. Ada satu hal berbahaya di-
lupakan oleh rezim Jokowi. Sudah jamak dalam hukum alam,
tangan-tangan yang suka memecah belah kekuatan yang ada

16 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


di luar dirinya, pasti pada saatnya, akan mengalami perpecah­
an ke dalam dirinya sendiri. Kita sedang meyaksikan hal itu.
Pimpinan rezim tidak menyadari bahwa yang sedang terjadi
di Indonesia adalah kegagalan revolusi mental yang tanpa arah
dan kosong makna, karena hanya terdiri dari rangkaian slogan
yang enak didengar dan sepi pelaksanaan. Ada sarkasme po-
litik yang mengatakan bahwa dewasa ini makin banyak orang
Indonesia yang sakit mata dan sakit telinga sekaligus, karena
yang dilihat jauh berbeda dengan apa yang didengar. Dua pu-
luh tahun lalu ada seorang tokoh yang mengingatkan jangan
sampai penyakit “muntaber” makin merata di tengah masya-
rakat, yakni manusia munafik tapi berhasil. Berhasil mengum-
pulkan kekayaan haram namun hancur secara kejiwaan.
Revolusi mental (revmen) yang setelah 4 tahun tidak jelas
juntrungannya itu, anehnya kini di adopsi lagi sebagai program
andalan Jokowi - Ma’ruf Amin. Nama resminya: Revitalisasi
Revolusi Mental. Mudah-mudahan kenyataan ini tidak mencer-
minkan kebingungan rezim. Ada sebuah website yang menilai
bahwa revmen yang tidak jelas capaian dan juntrungannya itu
tidak lebih dari Revolusi Mental Haha Hihi. (tirto.id)

Oleh M. Amien Rais | 17


Revolusi Mental Buta Nilai

S ecara sederhana barangkali dapat dikatakan bahwa


mental adalah sikap lahiriah yang mengejawantah
dari keadaan batin seseorang. Bila seseorang punya
sikap batin bahkan kejiwaan yang kuat dan tidak mudah
menyerah, maka dia disebut bermental petarung. Dalam
olah raga dikenal para olah ragawan yang bermental juara.
Sementara ada juga yang mudah menyerah, sehingga diju-
luki mental pecundang.
Dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang malas bekerja
dan suka meminta-minta, maka disebutlah dia bermental pen-
gemis. Sedangkan yang rajin bekerja dan berpikir kreatif di-
sebut sebagai bermental saudagar atau pengusaha, misalnya.
Ada pemimpin yang dianggap berani, berwibawa, tidak
gampang menyerah tatkala menghadapi masalah pelik, bahkan
bisa menggembirakan anak buahnya. Maka pemimpin terse-
but dinilai memiliki mentalitas kepemimpinan atau leadership
quality. Sebaliknya ada pula tipe pemimpin yang lemah, tidak
berwibawa, cenderung penakut, tidak pernah bersikap oten-
tik, karena distir (diarahkan) oleh orang lain. Maka pemimpin
jenis ini lebih pantas jadi pengikut. Dia lebih banyak memiliki
followership mentality. Mentalitasnya mentalitas pak turut atau
bu turut, hanya mengikuti arahan si fulan dan si anu. Bisa saja
seorang presiden tidak pernah menjadi dirinya sendiri, karena
ada presiden riil yang memberikan aba-aba dan pengarahan.
Akan tetapi ada hal yang lebih mendasar dan lebih esensial
lagi yang perlu kita perhatikan, yakni bahwa mental tidak per-

Oleh M. Amien Rais | 19


Nilai-nilai moral, nilai-nilai keagamaan,
nilai-nilai kemanusiaan, tidak dikenal da-
lam struktur mental manusia.

nah bisa membedakan nilai (values). Nilai-nilai moral, nilai-nilai


keagamaan, nilai-nilai kemanusiaan, tidak dikenal dalam struk-
tur mental manusia.
Sebuah rezim penguasa yang menjauhi nilai-nilai agama
yang bersifat absolut karena berasal dari wahyu yang berlaku
abadi, tidak bisa tidak pasti akan menghadirkan diri sebagai
rezim yang sangat permisif. Rezim yang kehilangan landasan
moralitas. Tidak aneh bila penguasa akan bertindak semau
gue, akan mati rasa dan dalam bahasa rakyat, bisa menjadi
raja tega.

20 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Fenomena yang membingungkan

S angat mungkin karena si pemimpin memiliki pikiran


dasar bahwa agama harus dipisahkan dari politik,
maka revolusi mental yang dijajakan tidak dikaitkan
sama sekali dengan nilai-nilai agama. “Agama harus dipi-
sahkan dari politik” katanya.
Revolusi mental tidak bicara apa-apa terhadap berbagai
kekerasan yang dialami oleh rakyat. Kita sekarang mengalami
kekerasan sosial, kekerasan ekonomi, kekerasan politik, keke-
rasan hukum dll. Lapisan masyarakat bawah menderita berba-
gai kekerasan tersebut secara simultan.
Violence atau kekerasan dalam arti luas itu mendera pu-
luhan juta masyarakat miskin. Mereka berharap, beraspirasi,
bahkan bermimpi kapan bisa keluar dari himpitan sosial yang
berupa berbagai stigma yang merendahkan dan menghina.
Keluar dari tekanan ekonomi yang berkepanjangan karena har-
ga sembako dan tarif listrik makin tak terjangkau dsb.
Kebanyakan rakyat merasa punya keberadaan politik
(eksis­tensi politik) hanya sekali atau dua kali dalam 5 tahun ta-
tkala mereka disapa dan diperhatikan oleh elit politik barang
sebentar, untuk keperluan pemilihan umum. Kemudian segera
dilupakan.
Mahatma Gandhi pernah mengingatkan bahwa ada 7 sum-
ber kekerasan yang dialami masyarakat. Tujuh hal itu dina-
makan juga sebagai seven blunders of the world, yakni: wealth
without work; pleasure without conscience; knowledge without
character; commerce without morality; worship without sacri-

Oleh M. Amien Rais | 21


fice; politics without principles (kekayaan tanpa kerja; kesena­
ngan tanpa sadar diri; pengetahuan tanpa akhlak; perdagang­
an tanpa moralitas; ibadah tanpa pengorbanan; politik tanpa
prinsip).
Arun Gandhi, cucu sang mahatma, menambah blunder
yang ke 8, yaitu rights without responsibilities (meminta peme-
nuhan hak tanpa mau memikul tanggung jawab). Yang dikejar
hak melulu, sedangkan kewajiban diabaikan.
Bagi orang yang masih berpikir jernih dan berusaha
­obyektif, pasti sedikit banyak bingung melihat perkembangan
masyarakat Indonesia dewasa ini. Tujuh sumber keke­
­ rasan
yang dikatakan Gandhi itu serasa berulang kembali dalam
­konteks Indonesia di dekade kedua abad 21. Kita lihat be­be­
rapa ­
kenyataan berikut ini:

22 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Mengumbar Janji

S aya yakin ada puluhan janji yang tidak ditepati oleh


Jokowi sejak masa kampanye sampai setelah men-
jadi presiden. Kita ambil beberapa janji besarnya.
Satu, Indosat yang sudah lepas dari tangan Indonesia,
akan dibeli kembali (buy back). Ketika melontarkan janji
buy back Indosat, nampak kalau sama sekali Jokowi tidak
mengerti permasalahannya.
Ketika Indosat akan dijual murah ke Singapura, saya seba-
gai Ketua MPR waktu itu melakukan protes sangat keras. Sa-
ya yakinkan bahwa Indonesia langsung akan menjadi provinsi
terbesar Singapura, karena tidak ada lagi rahasia negara yang
tidak diketahui oleh Singapura.
SMS, percakapan dan semua jenis informasi antara pejabat
militer, kepolisian, birokrasi, tukar info antar tokoh di bidang
apa pun, terekam dengan baik oleh pemilik Indosat yang ba-
ru. Padahal anak-anak bangsa yang melakukan road show ke
Eropa dan Amerika pada waktu itu berjuang cukup keras agar
Indonesia mendapat kapling di ruang angkasa, berhadapan
dengan negara-negara besar.
Beruntung kita akhirnya dapat memiliki Satelit Palapa yang
menjadi kebanggaan nasional. Namun sejak penjualan Indosat
ke tangan asing itu, Indonesia sebagai negara kepulauan yang
sangat besar, tiba-tiba menjadi rapuh tanpa daya. Karena, se-
kali lagi, Indosat dan rangkaian Satelit Palapa itu sudah dikua-
sai asing. Sudah beberapa kali satelit Palapa itu diperbaharui,
tetap saja kapling angkasa di atas wilayah Indonesia itu sudah

Oleh M. Amien Rais | 23


Puluhan janji tidak ditepati sejak kam-
panye sampai menjadi Presiden, Jokowi
tidak pernah meminta maaf pada rakyat
Indonesia.

bukan milik kita lagi.


Pada 2002, Pemerintah Megawati menjual Indosat ke Te-
masek Singapura dengan harga bantingan USD $ 627 juta atau
senilai Rp. 5,7 triliun. Waktu itu laba Indosat per tahun rata-rata
Rp. 1,3 triliun. Penjualan ini bertentangan dengan akal sehat,
karena nilai seluruh aset Indosat dihargai hanya sebanyak 4
atau 5 tahun keuntungannya.
Ooredoo Asia Pte Ltd, perusahaan asal Qatar sekarang
menjadi pemilik utama Indosat. Marwan Batubara pernah
mengingatkan bahwa pemilik baru Indosat tidak bakal me-
lepas Indosat dengan harga kurang dari Rp. 100 triliun. Buy
back Indosat kini menjadi fatamorgana. Anehnya, Jokowi tidak
pernah meminta ma›af pada bangsa Indonesia karena gagal
memenuhi janjinya.
Janji besar kedua Jokowi adalah menjadikan Pertamina sa-
ma kuat dengan Petronas atau bahkan melebihinya. Kita ter-
kesima dengan janji hebat itu. Ternyata, pada akhir semester
3 tahun 2018, Pertamina (Per tahun minyak naik) hanya mem-
bukukan laba sebesar Rp. 5 triliun, sedangkan selama masa
yang sama Petronas memperoleh laba sebesar Rp. 142 Triliun.
Tentu, Jokowi tidak pernah meminta maaf pada rakyat Indo-
nesia. Para pembantunya bersilat lidah dan berpencak logika

24 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


bah­wa kondisi ekonomi global memang sudah berubah dras-
tis. Sekarang ada new normal. Tentu Indonesia tidak salah, te-
tapi kondisi global yang sesungguhnya jadi sebab-musabab­
nya. Logika abnormal kini menjadi new normal yang harus kita
terima.
Janji besar ketiga berkaitan dengan mobil Esemka. Ketika
masih jadi walikota Solo dan mengincar kursi gubernur DKI,
sang big pretender yang kita kagumi membuat berita menge-
jutkan sekaligus membanggakan, bahkan membahagiakan se-
bagian besar bangsa Indonesia.
Mobil yang katanya dibuat oleh para pelajar SMK Solo di-
proyeksikan oleh sang walikota sebagai mobil nasional. Tidak
ada angin tidak ada hujan, muncul sebuah keajaiban teknologi
otomotif di Solo. Sebagian besar anak bangsa berdecak ka-
gum. Murid-murid sebuah SMK dengan bimbingan guru­nya,
mampu membuat mobil nasional. Tidak terdengar dimana pa-
brik spare-parts nya, tidak diketahui pabrik utamanya, tidak
pernah terbaca riwayat awalnya, tiba-tiba datang dari alam
gaib sebuah mobil yang nampak cantik, dikasih nomer plat
merah AD-1, dan diproyeksikan akan menjadi mobnas.
Sebuah terobosan akbar di dunia otomotif, datang dari So-
lo, dan pada umumnya masyarakat cenderung percaya. Kalau
ada yang meragukan keaslian mobil Esemka, langsung dihu-
jat sebagai manusia yang tidak pandai menghargai cipta dan
karya anak bangsa sendiri. Mereka hanya jadi beban nasional.
Ada yang menganggap mereka hanya nyinyir, embisil, bahkan
idiot. Padahal yang percaya Esemka itulah yang tidak punya
nalar dan benar-benar jahil.
Buat masyarakat yang masih waras berpikir dan bernalar
jernih, mobil Esemka itu sebuah aib politik besar. Tanpa malu,
Pak Kyai yang jadi cawapres, yang sesungguhnya saya hor-

Oleh M. Amien Rais | 25


mati dan kagumi sejak tahun 1980-an berkata: Akhir Oktober
mobil Esemka sudah akan dipasarkan secara massal. Mung-
kin karena pengaruh lingkungan politik yang suka bohong, Pak
Kyai ikut terjerumus.
Akan tetapi saya heran dan kagum dengan cara Jokowi
menyikapi kekecewaan dan kecurigaan masyarakat tentang
mobil Esemka. Saya catat dalam ingatan, di sebuah stasiun TV,
Jokowi berkilah, lebih kurang: “Mobil Esemka itu bukan proyek
Pemerintah. Kami hanya menolong. Perkara mau berhasil atau
gagal terpulang pada pengusahanya.” Begitulah sebuah happy
ending untuk mobil Esemka. Sandiwara mobil Esemka me-
mang tidak diperlukan lagi, karena sudah berhasil meng­antar
sang big pretender jadi gubernur, bahkan kemudian presiden.
Saya perhatikan waktu membela diri dari kekecewaan ma­
syarakat tentang mobil ajaib itu, Jokowi kelihatan begitu per-
caya diri dan begitu mantab. Tidak mudah bagi manusia biasa
berperilaku seperti itu. Apalagi minta maaf pada masyarakat,
tentu tidak terbersit sedikitpun dalam dirinya. Wong tidak salah
kok minta maaf.
Saya jadi ingat polisi di New York yang putus asa menginte-
rograsi seorang pembobol bank yang sangat ulung yang tidak
mau mengakui kejahatannya. Akhirnya si penjahat (pembo-
hong) ulung itu disuruh berdiri di atas mesin lie detector (mesin
pendeteksi kebohongan). Ketika ditanya dia tetap berbohong,
dan jarum mesin yang sangat sensitif itu tidak bergerak sama
sekali. Syaraf-syaraf di telapak kaki si penjahat itu sudah ikut
“membatu” seperti hati batu-beku si penjahat itu.
Janji-janji besar Jokowi yang keempat, kelima , keenam dan
seterusnya adalah janji tidak akan menambah utang baru, janji
tidak akan menaikkan harga BBM, janji akan membuat eko-
nomi Indonesia meroket, janji tidak akan impor pangan, janji

26 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


membuka 10 juta lapangan kerja, janji batasi bank asing, janji
pertumbuhan ekonomi 8%, janji menyelesaikan pelanggaran
HAM, dan seterusnya, dan seterusnya.

Oleh M. Amien Rais | 27


Selamat Datang
Revolusi Moral

B ila Insya Allah Prabowo-Sandi memenangi pilpres


2019, revolusi mental ala Jokowi yang tidak jelas
maknanya, harus segera ditinggalkan. Selamat
tinggal revolusi mental! Diganti dengan revolusi moral, atau
katakanlah pembaharuan persenjataan moral (moral rear-
mament).
Nabi SAW pernah bersabda bahwa hikmah atau wisdom
adalah barang hilangnya kaum beriman. Maka tidak ada sa-
lahnya kita meminjam istilah yang digunakan oleh Frank Bu-
chnan ketika Eropa sedang menuju Perang Dunia II. Masa itu
negara-negara Eropa sedang gencar melakukan military rear-
mament, menggalakkan persenjataan militer.
Namun Buchnan mengingatkan bahwa moral rearmament
jauh lebih penting. Menurutnya, “The crisis is fundamentally
a moral one.” Selanjutnya, “The nations must re-arm morally.
Moral recovery is essentially the forerunner of economic reco-
very”. Dia juga menyampaikan penyehatan atau penyegaran
moral akan melahirkan rasa percaya diri dan rasa persatuan
dalam kehidupan, bukan melahirkan situasi krisis.
Immanuel Kant, filosof Eropa pada abad 18 masyhur de­
ngan pendapatnya bahwa ada Categorical Imperative yang ha-
rus dimiliki umat manusia. Keharusan Mutlak itu adalah sebuah
prinsip moralitas yang mengarahkan tingkah laku manusia ber-
moral. Moralitas memungkinkan manusia untuk menentukan

Oleh M. Amien Rais | 29


Revolusi mental ala Jokowi yang tidak
jelas maknanya, harus segera diganti
­de­ngan revolusi moral.

baik atau buruknya perilaku. Menentukan baik atau buruk ada-


lah saripati moral. Dus, manusia, apalagi pemimpin yang tuna
moral, sangat berbahaya.
Jadi yang bisa menentukan sebuah perilaku benar atau sa-
lah, baik atau buruk adalah moralitas. Bukan mentalitas. Saya
yakin moralitas itu dalam bahasa agama adalah Akhlak. Tanpa
akhlak tidak mungkin manusia dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk; mana yang benar dan mana yang
salah; mana yang hak dan mana yang batil; mana yang terpuji
dan mana yang terkutuk; mana yang diridhoi Tuhan dan mana
yang dibenciNya.
Akhlak adalah kemampuan manusia beriman yang sudah
built-in (menyatu) dalam dirinya untuk kapan saja dan dimana
saja membedakan yang haq dan yang bathil, mana yang ter-
masuk hasanaat (kebaikan) dan mana yang tergolong sayyiaat
(keburukan). Bahkan Nabi Muhammad SAW diutus ke muka
bumi untuk menyempurnakan makarim al-akhlak (nilai-nilai mu-
lia dari akhlak). Nabi SAW diutus sebagai rahmatan lil’alamin,
rahmat/blessing/mercy bagi seluruh alam semesta.

َ ‫َو َما أَرْ َس ْل َن‬


َ ‫اك إِ َّل َرحْ َم ًة ل ِْل َعا َلم‬
‫ِين‬
Artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Qur’an: Al-Anbiya: 107)
30 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral
Mungkin kedengaran terlalu dramatis bila saya katakan
dewasa ini sebagai bangsa, kita telah kehilangan moral com-
pass, kompas moral atau penuntun moral. Dengan sebuah
kompas kita dapat mengetahui arah utara atau selatan, serta
arah timur dan barat. Begitu pula dengan kompas Ka’bah kita
dapat mengetahui arah kiblat shalat kita, dimana pun kita ber­
ada dimuka bumi ini.
Demikian juga halnya dengan kompas moral. Tanpa kom-
pas moral kita jadi manusia bingung, tidak mampu lagi kita
membedakan benar dan salah, mana yang moral dan mana
yang immoral. Kehilangan kompas moral itulah musibah yang
menimpa rezim Jokowi sekarang. Dan karena rakyat umumnya
mengikuti jejak penguasa, maka terlalu banyak diantara kita
yang ikut-ikutan bingung secara moral. Kita diingatkan penyair
Mesir, Ahmad Syauqi Bey, bahwa satu ummat atau bangsa te-
gak berdiri bila akhlaknya kuat. Begitu akhlaknya hancur, han-
cur pulalah umat atau bangsa itu.

‫ت أَ ْخالَقُ ُه ْم َذ َهب ُْوا‬ ْ ‫َوإِ َّن َما األ ُ َم ُم األَ ْخالَ ُق َما َب ِق َي‬
ْ ‫ َفإِنْ ُه ْم َذ َه َب‬¤ ‫ت‬
Berikut ini fakta-fakta tak terbantahkan bahwa masyarakat
luas, terutama pemerintah, tidak lagi memiliki kompas moral
itu. Tanpa kompas moral, kita bisa melakukan sesuatu yang
sangat immoral, tetapi tidak menyadari apa yang kita kerjakan
sesungguhnya sedang menenggelamkan integritas kita, mar-
tabat kita sebagai individu, bahkan sebagai bangsa.
Sebabnya tentu sangat jelas, yakni kita sudah tuna, bahkan
buta moral. Apa saja bisa kita lakukan, termasuk mengikuti
prinsip immoral, “tujuan menghalalkan cara”. Bila penguasa
sebuah bangsa sudah tuna moral, maka penguasa itu bisa
menjadi permisif, kelihatan bodoh tetapi arogan, kelihatan bi­
ngung tetapi dalam kebingungannya bersikap solipsistik, me-

Oleh M. Amien Rais | 31


rasa benar sendiri, alias memborong kebenaran. “Tidak ada
kebenaran diluar kebenaran saya”, demikian posisi yang diam-
bil kaum solipsis.
Nabi SAW mengingatkan: Bila engkau tak lagi punya rasa
malu, maka lakukan apa saja sekehendakmu.
َ ‫إِ َذا َل ْم َتسْ َت ِح َفاصْ َنعْ َما شِ ْئ‬
[‫[رواه البخاري‬.‫ت‬
Kita melihat begitu banyak mereka yang tergolong tokoh
telah menjual diri secara murah pada kekuasaan. Mengganti
posisi politik dan menjual prinsip semudah dan sesederhana
mengganti kaos singlet.
Lebih celaka lagi, penguasa yang dihinggapi solipsisme
berkecenderungan kuat untuk memusnahkan kekuatan oposisi
dengan segala macam cara. Aku adalah Pancasila dan Pan-
casila adalah Aku. Mereka yang tidak seperti Aku, atau tidak
mengikuti Aku adalah musuhku, musuh bangsa, musuh nega-
ra. Bisa juga akhirnya penguasa yang solipsistik akhirnya me-
rasa menjadi sumber kebenaran. Prabowo-Sandi tidak boleh
mengulangi kesalahan Jokowi-Kalla.

32 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Berpikir Dangkal

J okowi pernah mengatakan pada tahun 2017,


“Saya sudah perintahkan kepada BUMN, kalau
sudah membangun jalan tol, sudah jadi, segera
dijual”. Itu namanya sekuritisasi. Lanjutnya: “Dulu, BUMN
kita senangnya memiliki. Kalau sudah bangun lalu jadi, ha-
rus dimiliki. Setiap bulan kita dapat income dari proyek itu.
Itu sudah kuno.”
Saya kira, Jokowi lupa atau pura-pura lupa, kalau pihak
asing/aseng sampai memiliki jalan tol diatas tanah air Indone-
sia, kita tidak akan bisa buy back infrastruktur itu, apalagi jika
diingat dana pembangunan infrastruktur itu berasal dari asing/
aseng juga. Menguasai infrastruktur sebagai urat nadi ekono-
mi suatu bangsa pada dasarnya merupakan creeping process
of economic imperialism. Namun karena pemerintahan Jokowi
sudah lama tuna moral, sesuatu yang immoral, tidak disadari
sama sekali. Ditambah dengan adanya cheer leaders atau tim
sorak sorai dari para pelacur intelektual yang memuja-memuji
langkah Pemerintah, maka semakin merasa mantaplah Peme-
rintah yang sedang lupa diri itu.
Penguasa yang buta moral, tidak pernah terusik hatinya tat­
kala melihat sebuah ketidak adilan. Oxfam, lembaga konfede-
rasi LSM di 95 negara yang didirikan pada tahun 1942, yang
berpusat di London mengeluarkan hasil riset tentang Indone-
sia. Menurut Oxfam, pada tahun 2016, 1 percent penduduk
Indonesia memiliki kekayaan 49% dari seluruh total kekayaan
Indonesia. Juga ada 4 orang paling kaya yang kekayaannya sa-

Oleh M. Amien Rais | 33


1% penduduk Indonesia memiliki ke­ka­
ya­an 49% dari total kekayaan Indonesia.
Kalau sadar moral, Pemerintah Jokowi
pasti terkejut, marah, dan mencari solusi
buat kesenjangan sosial-ekonomi itu.

ma dengan kekayaan 100 juta orang miskin di lapisan bawah.


Kalau sadar moral, Pemerintah Jokowi pasti akan terkejut,
marah, dan mencari solusi buat kesenjangan sosial-ekono-
mi itu. Kenyataannya penguasa jaman Jokowi tenang-tenang
saja melihat kezaliman yang berlangsung di Indonesia. Keza-
liman sosial-ekonomi yang demikian menusuk rasa keadilan
tidak pernah dibicarakan secara sungguh-sungguh oleh rezim
Jokowi. Mengapa? Jawabannya jelas, penguasa tidak memiliki
kompas moral.

34 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Tidak Berani Melawan Mafia

S eingat saya, istilah mafia, sebagai kelompok ma-


nusia pencoleng yang berhimpun dalam sebuah
jaringan atau organisasi kejahatan untuk memeras
pengusaha atau pebisnis kaya, atau menjadi debt collector
bank-bank gelap, atau untuk melindungi bisnis illegal se-
perti pembalakan hutan, perjudian, pelacuran, bisnis nar-
kotika dll mulai dikenal oleh masyarakat luas sejak akhir
1970-an dan awal 1980-an.
Kini mafia di Indonesia semakin berkembang dan siapa ta-
hu lebih berhasil dan lebih perkasa dibandingkan mafia Sicilia
atau Italia dari mana mafia berasal.
Bila kita lihat bagaimana Pemerintah Indonesia sejak da-
ri Pak Harto sampai Jokowi sekarang cenderung kewalahan
menghadapi mafia Indonesia, bisa-bisa mafia Indonesia sema-
kin menakutkan, seperti Yakuza di Jepang, Triad di China, Bra-
tva di Russia, dan para gangster mafia di Italia sendiri.
Saya melihat ada 3 tingkatan mafia di Indonesia. Pertama
yang ecek-ecek, mafia kecil-kecilan yang ada di pasar, stasiun,
tempat parkir. Kedua, mafia tingkat menengah, di tingkat kota,
kabupaten dan provinsi. Kerja mereka khas, memalak berbagai
pabrik, toko, restauran, bank-bank swasta, tempat perjudian,
tempat hiburan, hotel mesum dlsb. Pada level menengah ini
seringkali ada oknum aparat keamanan yang keblinger menjadi
bagian dari mafia itu.
Ketiga adalah super mafia, yang menghimpun diri dalam
jaringan kuat, bahkan dapat berbentuk kartel dan merambah

Oleh M. Amien Rais | 35


sangat banyak bidang kehidupan bangsa. Misalnya kita me­
ngetahui ada mafia gula, mafia beras, mafia garam, mafia da-
ging, mafia cabe, mafia kedelai, mafia judi, mafia obat-obatan,
mafia narkotika, mafia pelacuran, mafia perdagangan anak,
mafia perpajakan, mafia pertambangan, mafia kehutanan,
sampai mafia pengaturan skor sepak bola.
Semua kegiatan mafia di atas membuat kehidupan bang-
sa kita lebih sengsara, karena misalnya harga ekonomi sebuah
komoditas 7 X rupiah, tetapi karena intervensi mafia menjadi-
kan harganya di pasar 10 X rupiah. Tiga X rupiah ini dinikmati
oleh para mafioso dan pejabat-pejabat serta aparat brengsek
untuk kerugian rakyat banyak. Mafia di tingkat nasional ini sulit
diberantas karena para pejabat dan aparat brengsek itu tidak
mungkin akan mengadili diri sendiri.
Disamping berbagai mafia itu ada sebuah mafia lagi yang
membuat penegakan hukum di negara kita menjadi sandiwa-
ra yakni Mafia Hukum. Presiden SBY pernah mencoba mem-
berantas mafia hukum yang waktu itu (2009) dianggap sudah
keterlaluan. SBY menerbitkan Keppres No. 37 Tahun 2009 ten-
tang Satgas PMH (Satgas Pemberantasan Mafia Hukum).
Tidak tanggung-tanggung, satgas PMH ini bekerjasama
dengan MA, MK, BPK, KY, Komisi Ombudsman, Polri, Keja-
gung, KPK, Komisi Kepolisian Nasional, Lembaga Perlindung­
an Saksi dan Korban, dan PPATK. Dua tahun kemudian, Satgas
PMH yang sempat menimbulkan harapan besar dari masya-
rakat, dinyatakan tidak diteruskan keberadaannya. ­Dibubarkan.
Sudah tentu para kriminal yang bergabung dalam mafia
hukum itu bergembira melihat kekuatan mereka lebih besar
dan lebih menentukan daripada Pemerintah. Bisa dimengerti
bila 6 tahun kemudian di jaman Jokowi keperkasaan mafia se-
makin sulit dibendung.

36 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Saya berpendapat di jaman Jokowi muncul jenis mafia baru
yang lebih ampuh dari pada Yakuza (Jepang) atau Triad (Chi-
na), walaupun di mata publik mereka tidak seburuk atau se-
kejam mafia konvensional. Mereka itu pejabat-pejabat tinggi
yang berada di pusat kekuasaan. Jangan lupa, skala korupsi
selalu berkorelasi dengan tingkat kekuasaan. Korupsi di ting­
kat Rukun Tetangga atau Rukun Kampung adalah terendah
dan korupsi di sekitar Istana pasti tertinggi. Tidak bisa tidak.
Karena itu para pejabat tinggi itu kita sebut super mafia.
Dewasa ini, setelah sekitar 30 tahun umat manusia hanyut
dibawa arus globalisasi, penguasa puncak dunia bukan lagi
satu atau dua negara, satu atau dua kerjasama regional terten-
tu, tetapi penguasa sesungguhnya adalah para korporatokrat
yang bermental dan bergaya hidup seperti mafia.
Korporasi yang berjumlah puluhan, mungkin menjadi ratus­
an bila yang berkaliber sedang ikut kita masukkan, merupakan
kekuatan ekonomi yang paling perkasa. Mereka mengidap
profit pathology. karena siang-malam pikiran mereka hanyalah
keuntungan belaka dengan segala macam jalan. Seperti diakui
oleh mantan tukang pukul ekonomi perusahaan-perusahaan
besar di Amerika, John Perkins, kebanyakan korporasi yang
menguasai eksploitasi sumber daya alam di planet bumi kita
menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, lewat
antara lain laporan keuangan palsu, pemilu yang curang, so-
gokan, pemerasan, seks dan pembunuhan (fraudulent financial
report, rigged election, payoffs, extortion, sex and murder).
Karena kegiatan mereka hampir sama dengan para mafia
hanya saja skala proyek mereka secara raksasa, maka hake-
katnya mereka adalah mega mafia atau super mafia.
Kelakuan para mega mafia itu pertama kali mengguncang
publik internasional ketika pada awal 1970-an Lockheed Air-

Oleh M. Amien Rais | 37


craft Corp. ketahuan menyogok tokoh-tokoh kunci di berbagai
negara, supaya mereka mau membeli pesawat dan helikopter
berbagai jenis produksi Lockheed. Tokoh-tokoh itu berjatuhan
dan jadi bahan cemooh rakyatnya, karena ternyata menerima
uang pelicin atau sogokan dari pihak Lockheed sampai jutaan
dollar.
Tokoh-tokoh Partai Sosialis dan Partai Kristen Demokrat di
Itali, PM Tanaka dan beberapa menterinya di Jepang, Pange-
ran Bernhard di Belanda, beberapa pangeran di Arab Saudi
adalah korban dari mega mafia dari Lockheed.
Pada dekade 1990-an dan 2000-an, sampai sekarang, suap
model Lockheed itu dilakukan oleh puluhan korporasi di Barat
maupun di Timur.
Nah, saya ingin mengingatkan entah keberapa kalinya, 3
mega proyek yang didanai China, yakni Reklamasi Teluk Jakar-
ta, Mega Proyek Meikarta, Kereta Api Cepat Bandung-Jakar-
ta, proyek infrastruktur dan berbagai pembangunan pelabu-
han, bandara dan irigasi yang berbeaya ribuan triliun rupiah,
mustahil tidak melibatkan para pejabat tinggi di rezim Jokowi.
Tiga mega-proyek di atas sampai berani menggasak, menga-
cak-acak tanah tanpa memperoleh ijin sesuai ketentuan Peme-
ritah Daerah Jawa Barat maupun Pemda beberapa kabupaten
di Jabar, pasti ada pemberi garansi di lingkungan istana. Ki-
ra-kira bila kita gunakan bahasa rakyat mereka menyilahkan:
pukul dulu, urusan belakang. Jadi teruskan membangun belas­
an pulau-pulau, nanti ijin diurus belakang.
Kadang-kadang nongol satu, dua, pejabat tinggi di televisi
untuk membela beberapa mega-proyek yang belum lengkap
ijinnya itu dengan gaya mengancam, campur marah, dan sorot
mata putus asa, agar proyek jalan terus. Apa kata dunia nan-
ti tentang Indonesia? tanyanya. Yang dimaksud “dunia” oleh

38 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


oknum tesebut saya kira dunia mega mafia yang sudah men-
gincar untuk menguasai ekonomi Indonesia.
Sayang sekali Jokowi tidak menunjukkan dengan jelas ke-
tidak-setujuannya dengan 3 proyek raksasa di atas. Saya ti-
dak tahu sebabnya. Tetapi bila proyek yang menghina bangsa
Indonesia itu suatu ketika dapat dibedah secara apa adanya,
pertanyaanya who got how much, when and how they got it,
bisa kita ketahui bersama. Insya Allah.
Pak Jokowi, mengapa Anda takut melawan mega-mafia?
Kita semua mengharapkan jangan sampai pejabat tinggi kita,
apalagi yang tertinggi, ketahuan belangnya seperti Pangeran
Bernhard dari Belanda atau PM Tanaka dari Jepang. Logika
sehat punya dugaan, mustahil tidak ada risywah atau bribery
atau sogokan yang telah digelontorkan oleh Tiga Proyek Be-
sar-besaran di atas, untuk para pejabat tinggi.

Oleh M. Amien Rais | 39


Industri Kebohongan

B elum lama ini ada buku berjudul Lies, Incorpora-


ted, (2016) yang membuka sebuah kenyataan yang
sangat mengejutkan, bahwa ternyata di tengah ke-
hidupan masyarakat Amerika, ada industri yang mempro-
duksi kebohongan yang terorganisir dan cukup rapih.
Kebohongan yang sudah jadi industri itu, di Amerika dapat
melumpuhkan proses legislatif yang sedang membicarakan
aturan undang-undang mengenai pertembakauan, layanan
publik, perubahan iklim, gun control, imigrasi, aborsi, alko-
hol, perkawinan sejenis kelamin (same-sex marriage) dan lain
sebagainya. Industri kebohongan ini ternyata didukung oleh
sebagian politisi busuk, dan kelompok-kelompok kepentingan
(interest groups) guna menghancurkan kebenaran.
Saya kuatir, di Indonesia diam-diam juga sedang tumbuh in-
dustri kebohongan yang dapat menghancurkan kebenaran, yang
pada gilirannya akan merusak cara berpikir sebagian besar rakyat
yang umumnya malas berpikir, karena untuk mencukupi kebutuh­
an sehari-hari saja harus berjuang jatuh bangun.
Tentang industri kebohongan di Indonesia sesungguhnya mu-
dah kita kenali. Misalnya muncul beberapa orang tiba-tiba dari
kegelapan, kemudian menghujat, melakukan misinformasi, bah­
kan disinformasi, dalam rangka melakukan penugasan politik dari
kekuatan politik siluman.
Di Indonesia gejala-gejala media massa mainstream, yang se-
cara sadar atau tidak telah menjadi bagian dari Industri Kebohong­
an Publik itu, memang harus kita hindari dan kita perangi.

Oleh M. Amien Rais | 41


Empat tahun terakhir ini berkembang luas
budaya tipu-tipu, mengarah menjadi lying
culture, budaya menipu, budaya pengibulan.

Yang berkembang meluas pada 4 tahun terakhir ini, disam-


ping budaya tipu-tipu, juga makin parah lagi, mengarah menja-
di lying culture, budaya menipu, budaya pengibulan. Bagi-bagi
sertifikat untuk rakyat kecil kita masih berlangsung. Tetapi tidak
pernah berani menyentuh hak eksklusif, hak terlindungi, tapi
sangat merugikan bagi Indonesia, yakni HPH oknum-oknum
tertentu yang tidak masuk akal, tidak adil, tidak pantas, yang
jumlahnya meliputi jutaan ha.
Pada awal 2015 Reformasi Agraria yang dijanjikan akan di-
laksanakan untuk mengurangi ketimpangan kehidupan para
petani, kini sudah senyap. Dari sekitar 27 juta petani, sekitar 57
persen adalah petani gurem. Sementara sekitar 10 korporasi
besar menguasai hingga ribuan ha tanah.
Ada baiknya calon penguasa baru nanti memperhatikan na-
sihat wanita besi Inggris, Margaret Thatcher: “Watch your thou-
ghts, for they become your words. Watch your words for they
become your actions. Watch your actions, for they become
your habits. Watch your habits for they become your character
and watch your character, for it becomes your destiny.”
Ada kearifan nenek moyang kita yang lebih pendek dan lugas
dibandingkan nasihat Thatcher di atas, dan juga gampang diingat:
Berkata sepatah pelihara lidah, berjalan selangkah pelihara kaki.

42 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Sindrom Ke-raja-raja-an

B arangkali karena lahir dan besar di Solo serta bela-


jar di UGM (Jogjakarta), tidak aneh bila Jokowi, se-
perti saya, kagum dengan keraton dan juga kagum
pada kehidupan raja-raja Jawa. Dalam hal memuliakan
ajaran Islam, para Pakubuwono di Keraton Surakarta dan
para Hamengkubuwono di Keraton Jogjakarta kiranya tidak
perlu kita ragukan.
Dua keraton itu menghadap ke utara, di depannya ada alun-
alun yang di tengahnya ada ringin kurung dan di sebelah barat
alun-alun ada Masjid Besar atau Masjid Gedhe. Bahwa para
raja Solo dan Jogja pada acara-acara tertentu melakukan kirab
dengan menaiki kereta kencana dengan barisan para pung-
gawa keraton yang menabuh genderang dengan tabuhan khas
keraton, bagi masyarakat Solo dan Jogja dipandang sangat
wajar. Bahkan ditanggapi oleh rakyat dengan rasa bangga.
Justru tradisi itu perlu dipelihara untuk mengingatkan generasi
sekarang supaya tidak pernah lupa akan sejarah mereka.
Akan tetapi saya mengamati ketika Jokowi usai dilantik jadi
Presiden, pada 20 Oktober 2014, dia melakukan kirab dengan
mengendarai kereta kencana dari bundaran HI menuju istana,
sambil menyapa ribuan rakyat yang mengelu-elukannya. Wak-
tu itu saya berpikir agaknya dalam diri Jokowi ada sindrom ke-
raja-raja-an. Menyukai kereta kencana.
Pengamatan saya itu menjadi benar ketika dia ngunduh
mantu, apalagi ketika mengawinkan anak perempuannya,
Jokowi benar-benar bergaya bak seorang raja, bukan gaya

Oleh M. Amien Rais | 43


presiden sebuah republik.
Surat edaran Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) yang berisi larangan bagi
pejabat untuk menggelar resepsi pernikahan secara mewah
dan tidak boleh mengundang lebih dari 400 undangan, tidak
berlaku bagi Jokowi. Jokowi mengundang 8000 orang disam-
ping katanya, ada ribuan lagi relawan yang akan datang tanpa
undangan.
Sindrom ke-raja-raja-an Jokowi nampak jelas ketika dia,
bersama para menteri yang jadi panitia acara perkawinan anak
laki-lakinya, mengadakan perhelatan (pesta) pernikahan 3 hari
berturut-turut di Medan, Sumatera Utara.
Tujuh kereta kencana, 14 kuda poni, 23 sais (kusir) dan kru
didatangkan dari Solo. Bagaikan cerita klasik, setiap raja yang
mengawinkan anaknya biasanya mengadakan pesta 7 hari 7
malam. Karena hanya “seperti raja”, pesta pernikahan yang di-
gelar Jokowi hanya 3 hari 3 malam. Lumayaaan!
Saya bukan nyinyir. Dua hal mencocok pikiran saya. Perta-
ma, katanya menganjurkan hidup sederhana. Kok kenyataann-
ya suka kemewahan. Tiga hari tiga malam. Pemborosan uang
dan pemborosan waktu. Kata Fahri Hamzah (Wakil ketua DPR-
RI), kalau hanya untuk mengumumkan pernikahan, bisa lewat
twitter, vlog dan lain-lain. Saya kira betul, tidak perlu hura-hura.
Kecuali kalau berpikir aji mumpung, semampang jadi presiden.
Lantas kapan lagi?
Yang kedua, yang membuat saya lebih gusar, jangan-­jangan
mentalitas yang dikembangkan Jokowi untuk dirinya adalah
mentalitas ke-raja-raja-an. Mengenai para raja, ada 3 hal yang
tidak boleh dilakukan terhadap raja. Pertama, ojo didhisiki, ja­
ngan didahului. Kedua, ojo diungkuli, jangan dilampaui. dan
ketiga, ojo diwarahi, jangan digurui.

44 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Mentalitas raja yang kurang arif atau kurang bijak pada
umumnya menganggap diri paling benar, tidak mau disa-
lahkan, dan cenderung berpikir absolut. Juga tidak ingin ter-
lihat punya kekurangan. Ingin berpenampilan serba bisa. Mi-
salnya, jelas-jelas tidak mampu jadi imam shalat, memaksa diri
jadi imam. Akhirnya jadi bahan olok-olok. Tidak bisa menyanyi
kasidah, memaksa diri juga. Yang mestinya berbunyi: zayyinu-
ddin yahtirom dinyanyikan zainudin naciro. Lagi-lagi jadi bahan
banyolan masyarakat.
Kelihatan sindrom ke-raja-raja-an ini sudah masuk ke hal-
hal yang strategis dan dapat membahayakan masa depan
bangsa. Sebagai misal, nekat membangun infra struktur seca-
ra over-ambitious yang jelas-jelas memasukkan Indonesia ke
perangkap utang China, seperti disinggung di atas.

Oleh M. Amien Rais | 45


Menyukai Kepalsuan

P emimpin yang baik, saya kira, pemimpin yang


tampil apa adanya dan berusaha menjauhi ke-
palsuan, sekalipun kepalsuan itu dapat mena-
rik sebagian masyarakat yang juga menyukai kepalsuan.
Pemimpin yang berakhlak (bermoralitas), pasti tidak suka
pada hal-hal yang artifisial, yang tidak otentik, yang palsu.
Jokowi satu-satunya presiden yang sangat suka berpakaian
militer, bahkan menemui tetamunya di istana tetap menggu-
nakan baju militer. Seingat saya Pak Harto dan Pak SBY justru
tidak pernah mengenakan baju militer setelah jadi presiden.
Juga Jokowi membuka Asian Games dengan “menerbangkan”
motor besar tanpa ada rasa malu dan kikuk bahwa yang me­
ngendarai motor itu adalah seorang stuntman.
Kepalsuan, sesungguhnya, tidak pernah memberikan hasil,
kecuali barangkali rasa kagum masyarakat sementara, kemu-
dian hilang ditiup angin. Yang tersisa adalah realita keras yang
dihadapi rakyat sehari-hari.
Presiden Sinode Gereja-gereja Baptis Papua, Dr. Sokratez
Sofyan Yoman, mengatakan Jokowi hanyalah mengutamakan
seremonial. Papua tidak memerlukan kunjungan-kunjungan
dan aksi-aksi spontan, seperti menggendong anak dan me-
lambaikan tangan sambil tersenyum. “Belum ada perubahan
substansial. Dia (Jokowi) bersandiwara.” Menegakkan HAM di
tanah Papua dan menghargai martabat orang Papua, itu yang
lebih penting dan lebih diperlukan.

Oleh M. Amien Rais | 47


Emoh Demokrasi

B ila kita ingat kemenangan Jokowi dalam pilpres


2014 bukan kemenangan landslide, bukan keme-
nangan gugur gunung, seharusnya sejak hari per-
tama tidak boleh dilupakan bahwa hampir separuh bangsa
tidak memilih Jokowi. Pemenang dengan suara 53% tidak
boleh berpretensi seperti menang 70-90%.
Dengan kata lain, gunakan mekanisme check & balance,
sebuah metode unggul sistem demokrasi yang sesungguh­nya
cukup indah. Supaya demokrasi tidak berubah jadi sistem oto-
riter.
Sayang sekali, para pembantunya, para kolaboratornya,
malahan mendorong Jokowi menjadi presiden yang membelah
bangsanya. Mungkin diyakinkan pada Jokowi bahwa langkah
mengabaikan suara oposisi merupakan langkah bijak. Kita li-
hat secara sistematik ada proses kriminalisasi dan demonisasi
(demon = hantu) kekuatan oposisi yang sejatinya dibutuhkan
dalam kehidupan demokrasi.
Usaha konyol yang pernah dicoba supaya hanya ada pa-
sangan tunggal dalam pilpres 2019, adalah bukti telak bahwa
pemikiran yang dikembangkan adalah pikiran otoriter. Mung-
kin benar yang dikatakan para pengamat ada banyak negara
“demokrasi” namun tidak cukup memiliki kaum demokrat. Eks-
trimnya, democracy without democrats.
Apa yang muncul di permukaan panggung politik nasional
menjadi lumayan tegang. Sebab pokoknya karena suara-suara
kritis dari berbagai kalangan justru dikucilkan sejauh mungkin.

Oleh M. Amien Rais | 49


Bahkan dicurigai, dimusuhi, ditakut-takuti dan mungkin dibuat
semacam daftar hitam (black list) buat para tokoh kritis yang
kebetulan jumlahnya memang semakin sedikit.
Kalau kita semua sudah bersepakat bahwa kita sudah me-
milih bentuk Republik bersistem Demokrasi buat negara kita
dan juga dijamin sepenuhnya oleh UUD 1945, pemimpin yang
menuntun bangsanya ke arah yang berlawanan hakekatnya
sedang menggali kuburnya sendiri. Hal ini kita lihat di semua
negara yang semula pemimpinnya berniatan akan menghidu-
pkan demokrasi dengan plus serta minusnya, tetapi di tengah
jalan berubah jadi pemimpin otoriter, karena emoh demokra-
si. Akibatnya dapat diprediksi. Dia sedang menggali kuburnya
sendiri.

50 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Fenomena Lainnya
Islamophobia

S aya mengamati lumayan teliti perkembangan politik


rezim Jokowi sejak diresmikan pada Oktober 2014.
Disamping negara pertama yang dikunjungi adalah
China (rezim komunis), dan diulangi setiap tahun sampai
dengan tahun 2017, rezim Jokowi menampakkan sikap
yang tidak ramah terhadap Islam dan umatnya.
Boleh jadi negara besar yang dikagumi dan sangat disa-
yangi Jokowi adalah RRC (Republik Rakyat Cina). RRC yang
dikuasai oleh Partai Komunis Cina ini tidak pernah berubah
prinsip-prinsip dasar politiknya, sejak dari Mao Zedong sam-
pai Xi Jinping yang sekarang. Antara lain politik penindasan
terhadap umat beragama.
Yang kita saksikan hari-hari ini, penindasan, penganiayaan
dan pembunuhan terhadap etnik Uighur yang beragama Islam
sungguh sangat biadab. Paling tidak sekitar 1 juta orang Uighur
dimasukkan ke dalam kamp-kamp konsentrasi dalam rangka
“pendidikan politik”. Bagi rezim Xi, Islam adalah pe­nyakit jiwa
(Islam is mental illness). Sudah puluhan ribu etnik Uighur le­
nyap tanpa bekas. Tentang kebengisan dan kebiadap­an rezim
komunis Cina, bisa kita baca sangat lengkap dari laporan-­
laporan para pejabat PBB (United Nations).
Sampai detik ini, untuk urusan ethnic cleansing terhadap et-
nik Uighur yang demikian biadab, rezim Jokowi sunyi se­nyap.
Kriminalisasi terhadap ulama serta politik pecah belah ter­
hadap umat Islam di negara kita sudah menjadi rahasia umum.
Oleh M. Amien Rais | 51
Jokowi dan para kawan-kawannya tidak da-
pat membaca aspirasi umat islam yang ser-
ba demokratis, transparan, legitimate dan
konstitusional.

Purbasangka terhadap umat Islam mencuat ketika pimpinan


Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 dengan baik, sopan
dan transparan ingin bertemu dengan Jokowi, malahan diting-
gal pergi untuk urusan teknis remeh-temeh.
Di masjid Istiqlal, sebelum bergerak turun ke Monas, ja-
maah yang jumlahnya ratusan ribu memadati masjid menyimak
pengarahan para ulama dan habaib. Saya catat dalam ingatan,
pidato beberapa tokoh Aksi Bela Islam itu mengimbau kepada
Pemerintah, jangan sampai Pemerintah bersikap a priori pada
mereka. Mengapa justru dilemparkan tuduhan tanpa fakta bah­
wa aksi mereka ditunggangi partai politik, dibayar, tidak murni,
disusupi teroris, mau mengganti Pancasila dengan Syari’at Is-
lam, dan yang paling seram: akan menghabisi kaum minoritas?
Kalau Jokowi dan para teman andalannya mau berpikir lu-
mayan obyektif, jumlah massa yang mendatangi rentetan Aksi
Bela Islam sejak awal sampai Reuni Akbar Alumni 212, bukan
makin mengecil dan makin lembek, tetapi justru makin mem-
besar dan tambah semangat. Sebabnya jelas: mereka ingin
meyakinkan rezim bahwa mereka juga bagian anak bangsa
yang harus didengar dan diperhatikan aspirasinya.
Dari waktu ke waktu rezim Jokowi terus-terusan membuat
blunder. Dana haji diselewengkan untuk membangun infra­
struktur; adzan tidak boleh terlalu keras; kriminalisasi ulama
52 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral
jalan terus tanpa henti; orang yang bersemboyan lebih baik
membunuh orang Islam duluan daripada keburu dibunuh ti-
dak tersentuh oleh hukum, bahkan kini jadi gubernur; suara
kidung lebih merdu daripada suara adzan; ada politikus tua
sangat jumawa berkata bahwa suara Islam tidak dibutuhkan;
mengejar­ -ngejar para aktivis yang mendengungkan hashtag
#gantipresiden; dan berbagai perlakuan diskriminatif terhadap
umat Islam.
Umat Islam berdasarkan agamanya, jauh mencintai perda-
maian daripada kerusuhan, apalagi peperangan. Hampir tak
ada rumput yang terinjak dan pohon kecil tercabut di Reuni Ak-
bar Alumni 212. Perhatikan, begitu tertib dan disiplinnya umat
Islam yang melakukan reuni akbar itu. Mereka adalah kekuatan
moral bangsa yang tidak boleh diremehkan.
Namun sayang sekali, Jokowi dan para kamerad-kame-
radnya tidak dapat membaca aspirasi umat Islam yang serba
demokratis, transparan, legitimate dan konstitusional. Buang
jauh-jauh elemen Islamophobia dari rezim Jokowi, niscaya
akan kelihatan betapa umat Islam, sesuai ajaran agamanya,
menghendaki keselarasan, kedamaian, bukan pertikaian, apa-
lagi pertarungan sesama anak bangsa.

Oleh M. Amien Rais | 53


Neo Orde Baru

S aya setuju dengan beberapa pengamat politik Indo-


nesia bahwa demokrasi yang dijalankan oleh kepe-
mimpinan Jokowi dari waktu ke waktu mengalami
defisit. Dengan kata lain, terjadi semacam democratic de-
fisit, terutama disebabkan keinginan rezim Jokowi untuk
tetap berkuasa lagi dengan segala jalan. Jokowi meng­
gerakkan aparat penegak hukum, kepolisian, kejaksaan,
bahkan KPK untuk mencari kasus hukum lawan-lawan po-
litiknya, termasuk tentunya untuk melakukan character as-
sasination lawan-lawannya.
Bahkan langkah-langkah Jokowi sangat berbahaya de­
ngan segala dalih dan cara dalam menyalahgunakan TNI dan
Polri agar terseret ke power politics. Kepanikan Jokowi dalam
meng­hadapi pileg dan pilpres April 2019 juga sudah jelas bagi
masyarakat luas. Bau otoritarianisme makin menyengat dalam
dua tahun terakhir ini.
Bedanya dengan Orde Baru, Jokowi malah lebih berani dan
lebih terang-terangan dibandingkan dengan Soeharto pada
masa pemerintahannya.
Jokowi yang awalnya diharapkan sebagai presiden yang
konsisten menegakkan demokrasi, belakangan makin men-
colok langkah-langkah anti-demokrasinya. Makin otoriter. Da-
ri lisannya muncul kualifikasi gendruwo dan sontoloyo buat
lawan-lawan politiknya, akan menabok mereka yang menuduh
Jokowi anak tokoh PKI, dan mengajak pendukungnya untuk
berantem bila ada yang menantangnya. Bahkan saya ikut ter-

Oleh M. Amien Rais | 55


seret sampai menyebut ada rezim pekok.
Rezim Jokowi sedang menggencarkan politik ketakutan ba-
gi semua aparat demokrasi dari dukuh sampai para menteri.
Seorang kades (kepala desa) yang terpantau berfoto dengan
Sandiaga Uno, dianggap melakukan tindak pidana pemilu dan
langsung dihukum 6 bulan penjara dan denda 6 juta rupiah.
Pasti hal ini dimaksudkan sebagai ancaman. Siapa pun yang
terlihat miring bersimpati ke Prabowo-Sandi, selama orang itu
bagian dari birokrasi rezim, akan mengalami nasib sama. Nah,
orang Jawa, kalau melihat kasus seperti ini pasti akan menga-
takan: biyuh-biyuh.

56 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Waspadai Politik Lebensraum China

S etelah Uni Soviet bubar pada 1991, posisinya se-


bagai negara adi daya (super power) digeser oleh
RRC dan kini pertarungan antara RRC dan AS untuk
mencapai supremasi atau hegemoni global berlangsung
sangat ketat. Pertarungan di bidang ekonomi, teknologi,
militer sampai perlombaan di arena tanpa batas, yakni di
ruang angkasa, mencapai tahapan neck and neck. Pada
2 Januari lalu misalnya, China berhasil mendaratkan pe-
sawat tanpa awak ke permukaan bulan, dan merancang
akan membuat stasiun di bulan mendahului Amerika.
KIta perlu mencermati pertumbuhan China, tidak saja di
bidang ekonomi tetapi juga di bidang persenjataan yang sa­
ngat pesat. China pasti mempunyai strategi global untuk men-
capai hegemoni dunia. Tujuan mencapai supremasi global itu
didengungkan terutama oleh Xi Jinping yang memegang 3 po-
sisi penting, setidaknya sampai 2023 yaitu sebagai Presiden,
Sekjen PKC dan Ketua Koordinasi PKC dan Angkatan Perang
China.
Kini sudah terbukti bahwa di bawah Xi Jinping, China ti-
dak mau mematuhi hukum internasional. Keputusan ICJ di Den
Haag sebagai lembaga sangat penting PBB yang memutuskan
bahwa Laut Cina Selatan adalah perairan internasional, ditolak
oleh China. Beberapa pulau yang ada dalam batas-batas ni-
ne-dashed lines atau sembilan garis terputus-putus diaku se-
bagai milik China. Keputusan ICJ ditolak secara resmi.
Singkat kata, banyak para pengamat yang meyakini bahwa

Oleh M. Amien Rais | 57


hakekatnya China menyembunyikan ambisi politik lebensraum
nya, yakni dalam rangka memperluas ruang hidupnya. Secara
pelan-pelan China mengincar negara-negara tetangga untuk
pada saat dan alasan (excuse) yang tepat diduduki China.
Apalagi ada doktrin baru dalam politik luar negeri China
bahwa bangsa China merupakan bangsa yang satu, termasuk
mereka yang ada di luar batas-batas teritorial RRC. Dengan
kata lain, China diaspora yang ada di seluruh pelosok dunia
kini merupakan bagian tak terpisahkan dari bangsa China yang
satu.
Sebelum Xi berkuasa, Beijing tidak melakukan intervensi
kalau ada masyarakat China di luar RRC menghadapi masalah
apa pun, karena mereka dianggap warga negara asing, warga
negara di mana mereka hidup. Bukan warga negara China. Kini
berbeda sama sekali. Kalau ada masalah yang dihadapi Chi-
na diaspora dimana saja, China akan membela nasib mereka
dan berhak melakukan intervensi politik. Hal ini menimbulkan
masalah pelik, karena layak intervensi atau tidak sepenuhnya
berdasarkan opini dan pikiran Beijing.
Akan tetapi kita tidak perlu khawatir. Pertama, para pemim-
pin bangsa sejak dulu sampai sekarang, saya yakin, tidak ada
yang terlintas untuk memperlakukan diskriminasi kepada se-
mua minoritas yang hidup di Indonesia. Kedua, berdasarkan
realisme politik, mustahil ada bangsa luar yang berani me-
lakukan intervensi, campur tangan masalah dalam negeri kita,
selama kita kuat dan bersatu.
Ada sebuah adagium yang berlaku dalam hubungan antar
bangsa, yakni tidak ada negara yang berani mengintervensi
urusan negara lain, selama negeri itu kuat, kokoh, dan rakyat-
nya bersatu. Sebaliknya, setiap kelemahan, pasti mengundang
intervensi. Lihatlah seluruh invasi yang dilakukan oleh sebuah

58 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


negara ke negara lain, pasti karena negara yang diinvasi ter-
bukti lemah.
Indonesia tidak akan bermusuhan dengan negara mana
pun juga, termasuk dengan China yang kata beberapa penga-
mat akan meniru Jerman dengan politik Anschluss atau pen-
caplokannya. Negara-negara super power mempunyai gairah
pencaplokan kalau melihat negara-negara disekelilingnya sa­
ngat lemah. Kita tidak boleh lemah.
Pak Jokowi, sekarang ini kita sangat lemah. Ketergantung­
an Indonesia ke China sudah terlalu berbahaya.
Konstitusi kita dan politik bernegara sejak kita merdeka
tahun 1945, tidak melarang Indonesia untuk bekerjasama de­
ngan semua negara. Termasuk dengan Republik Rakyat China.
Namun satu hal harus kita ingat tidak boleh kita menggantung­
kan atau menggadaikan kedaulatan Indonesia ke negara mana
pun juga. Tidak ke Timur tidak ke Barat, tidak ke Utara dan
tidak ke Selatan.

Oleh M. Amien Rais | 59


Imbauan untuk TNI dan Polri

S ecara sangat singkat saya ingin mengingatkan bah­


wa menurut Pasal 30 UUD 1945, TNI (AD, AL dan
AU) sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan ne-
gara. Sedangkan Kepolisisan Negara Republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan keterti-
ban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melaya-
ni masyarakat, serta menegakkan hukum.
Dalam pada itu TNI punya doktrin Sapta Marga, Sumpah
Prajurit, dan 8 wajib TNI, sedangkan Polri memiliki Tribata, Ca-
tur Prasetya serta 11 asas kepemimpinan yang sangat ideal,
sesuai dengan moralitas yang luhur dan adiluhung.
Baik TNI maupun Polri adalah alat negara. Kesetiaan pun-
cak keduanya adalah pada Negara, bukan pada Pemerintah.
Pemerintah yang konsekuen menjalankan ideologi Negara
(Pancasila), Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945 dan benar-benar
menjaga NKRI, pemerintah itu otomatis didukung, dilindungi
dan dibela oleh TNI dan Polri. Loyalitas TNI dan Polri pada
Pemerintah bersifat fakultatif, tergantung apakah pemerintah
masih lurus atau sudah menyeleweng dari Pancasila dan UUD
1945.
Karena itu, bila ada Pemerintah yang bergeser dari rel yang
benar, TNI dan Polri akan mencabut loyalitas mereka, seca-
ra otomatis. Mengapa? Karena TNI dan Polri punya loyalitas
wajib, yakni pada bangsa dan rakyat Indonesia. Kepentingan
bangsa adalah juga kepentingan TNI dan Polri. Dan sama se-

Oleh M. Amien Rais | 61


TNI maupun POLRI adalah alat negara. Ke-
setiaan puncak keduanya adalah pada
­Negara, bukan pada Pemerintah.

kali tidak ada cerita TNI dan Polri membela salah satu golong­
an, partai, agama, suku, etnik tertentu. Keduanya berada dia-
tas kepentingan semua golongan. Kepentingan TNI dan Polri
sama dan sebangun dengan kepentingan bangsa Indonesia.
Kepentingan Nasional bangsa Indonesia adalah juga kepen­
tingan TNI dan Polri.
Secara demikian kita mengimbau dan mengingatkan, ja­
ngan sampai pimpinan TNI dan Polri membuka peluang ikut
terseret ke dalam kepentingan politik yang bersifat sesaat,
namun resikonya bisa jadi musibah bangsa sepanjang masa.
Ada sebuah rumus mutlak yang harus kita ingat selalu, yakni,
begitu TNI dan Polri ikut campur politik praktis, ikut power po-
litics partai-partai, maka secara otomatis TNI dan Polri pecah
ke dalam. Pasti, tidak bisa tidak.
Dijaman peralihan Orde Baru ke Orde Reformasi, ada dua
istilah yang sangat populer waktu itu, yakni TNI adalah motiva-
tor dan stabilisator demokrasi. Polri tidak disebut dalam sem-
boyan itu, karena pada waktu itu Polri berada dalam kesatuan
ABRI. Secara bertahap TNI - Polri mundur dari gelanggang
politik. Setelah itu tidak ada lagi Fraksi TNI/Polri di DPRD dan
DPR-RI
Di mata rakyat TNI dan Polri pasca - Orde Baru tetap punya
nama yang harum, karena reputasinya yang profesional, pro-
62 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral
porsional dan konstitusional. Maka apabila sekarang TNI dan
Polri sampai membiarkan diri mau diseret ke politik praktis oleh
siapa pun, termasuk oleh presiden, TNI dan Polri bisa menjadi
provokator dan destabilisator demokrasi.
Ada baiknya kita perhatikan ungkapan Jawa jaman dulu,
jangan sampai kita terjebak atau terperangkap pada kese-
nangan atau kepentingan sesaat, tetapi resiko buruknya bisa
dialami sepanjang musim hujan dan musim kemarau (Penake
mung sak klentheng, rekasane sak ketigo rendheng).

Oleh M. Amien Rais | 63


Peringatan pada KPU

T eman-teman KPU yang terhormat, Anda semua­


nya hanya penyelenggara pemilu. Please, jangan
sok kuasa. Kalau Anda sampai melakukan kesa-
lahan teknis saja, apalagi kekeliruan yang mendasar, yang
berkaitan dengan prinsip luber-jurdil, maka bila ada peser-
ta pemilu merasa dikalahkan pasti akan memprotes keras.
Bisa saja akibatnya diluar-dugaan.
Kalah-menang dalam pemilu sesuatu yang biasa, seperti
dalam olah raga. Tetapi kalau ada wasit yang unfair, dengan
segala taktik busuk memenangkan kesebelasan yang harus di-
menangkan karena ada suap dari siluman tertentu, penonton
yang mendukung kesebelasan yang dicurangi wasit pasti akan
membuat gaduh seluruh stadion.
Fairness and Transparancy adalah kata kunci yang harus
Anda perhatikan. Jangan anggap enteng peristiwa daftar se-
kian puluh juta calon pemilih yang kemudian ternyata bodong,
ratusan ribu KTP-E yang jatuh di jalan raya, yang dibuang ke

Fairness and transparancy  adalah kata


­kunci yang harus diperhatikan KPU.

Oleh M. Amien Rais | 65


semak belukar, yang dibuang ke tong sampah dan yang di-
buang ke persawahan, semuanya merupakan keanehan yang
tidak masuk akal sehat. Juga wanti-wanti ini kita tujukan ke
Mendagri dan seluruh bawahannya. Jangan bermain-main
dengan kekuasaan.
Jangan pernah menganggap masyarakat masih bodoh.
Jangan memancing kemarahan mereka. Masyarakat luas su-
dah sama pintarnya, kalaulah tidak lebih pintar dari Anda se-
muanya. Mudah-mudahan tidak benar kabar ancaman rezim
pada para camat, lurah, dukuh, malah katanya ada perintah
pada babinsa dan polisi agar memenangkan jago petahana.

66 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Imbauan untuk Media

D alam beberapa tahun terakhir ini saya perhatikan


telah terjadi pergeseran penting di tengah ma­
syarakat kita yang berupa makin mencuatnya
media sosial sebagai sumber informasi di satu pihak dan
makin lemahnya media massa, baik cetak maupun elektro-
nik, di lain pihak.
Salah satu sebab merosotnya peran media massa, terma-
suk yang tergolong mainstream, adalah karena kepercayaan
masyarakat makin pudar dan lemah terhadap media mains-
tream itu, baik itu berupa koran, majalah, televisi dan radio.
Mengapa?
Kemungkinan besar media massa kita memang sudah tidak
lagi menjadi pilar ke-4 demokrasi, disamping pilar-pilar legisla-
tif, eksekutif dan yudikatif. Di berbagai negara yang menganut
demokrasi, masyarakat banyak mengharap agar media massa
bisa menjadi watch dog, katakanlah, sebagai anjing pengawas
yang mengawasi perilaku eksekutif yang semakin tidak trans-
paran, semakin jauh dari kepentingan rakyat, sementara fung-
si legislatif dan yudikatif sudah melempem akibat subordinasi
keduanya di bawah kekuasaan dan keperkasaan pemerintah
atau eksekutif.
Di negara kita merosotnya media massa sebagai pilar ke-4
demokrasi nampak telah terjadi. Sebagian besar sudah menja-
di corong penguasa dan tanpa disadari telah menjadi kolabo-
rator kekuasaan yang menyedihkan. Bila masyarakat berpaling
ke media mainstream, yang ditemukan hanyalah pujian, perse-

Oleh M. Amien Rais | 67


tujuan dan dukungan apa saja yang dikerjakan oleh penguasa.
Media massa mainstream telah menjadi guard dog, anjing pen-
jaga kepentingan penguasa.
Contoh spektakular bagaimana semua media mainstream
sudah mengingkari jati-diri dan peranan yang harus dimainkan
sebagai salah satu pilar demokrasi adalah apa yang terjadi pa-
da 2 Desember tahun lalu.
Reuni akbar PA 212 yang diikuti oleh jutaan orang, sebagai
kekuatan moral keagamaan, yang gaungnya sampai ke Malay-
sia, Turki dan Prancis, dan diliput oleh CNN, Al-Jazeera, BBC,
justru di blacked-out oleh media baik cetak maupun elektronik
dalam negeri. Karena itu media massa Indonesia tidak layak
lagi disebut sebagai sesuatu yang mainstream. Untung masih
ada TV One.
Rocky Gerung sangat tepat ketika berpendapat bahwa me-
dia massa Indonesia (yang bukan lagi mainstream, pen) telah
menggelapkan peristiwa sejarah yang sangat penting di ujung
akhir tahun 2018. Media massa Indonesia sudah tidak lagi jujur
pada rakyat, dan tidak jujur pada dirinya sendiri.
Kalau pun meliput, cara dan isi liputannya sangat licik, pe-
nuh dengan distorsi dan memperbodoh diri sendiri. Pengua-
saan penguasa pada media massa memang mengherankan,
hampir berhasil total.
Malcolm X, seorang pejuang HAM di Amerika pada abad
lalu, pernah mengatakan betapa digdayanya media waktu itu.
Ia mengatakan: “The media’s the most powerful entity on earth.
They have the power to make the innocent guilty and to make
the guilty innocent, and that’s power. Because they control
the minds of the masses.” (Media adalah entitas paling kuat
di muka bumi. Mereka dapat menjadikan yang benar jadi sa-
lah dan yang salah jadi benar dan itulah kekuasaan/kekuatan.

68 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


Media massa mainstream telah menjadi
guard dog, anjing penjaga kepentingan
­penguasa.

Karena mereka menguasai pikiran massa). Itu dulu. Sekarang


alhamdulillah tidak lagi, berkat medsos sebagai alternatif me-
dia yang sudah lupa pada misinya.
Sekalipun media massa sudah turun pamor dan pengaruh­
nya di tengah masyarakat, namun sebagai alat perusak pikir­an
masyarakat luas tetap saja masih berbahaya.
Di atas telah disebutkan betapa media bisa menjadi bagian
dari Industri kebohongan bersama politisi busuk, LSM busuk,
kelompok kepentingan busuk, aparat busuk dan berbagai lem-
baga atau perorangan yang menyiarkan kebohongan dan ke-
palsuan serta membenamkan kebenaran. Jangan pernah lupa,
semua dilakukan untuk mengejar cuilan-cuilan keduniaan yang
berupa uang, jabatan atau keduniaan yang lain.
Dalam literatur jurnalisme, dikenal dan dikenang sebuah
peristiwa menarik betapa para jurnalis memang menghadapi
tantangan yang sangat berat. Mereka dipaksa sujud di kaki
mammon. Mammon adalah dewa pembagi kenikmatan dan
kelezatan dunia. Salah satu ajaran gerejani berbunyi: “you
cannot serve both God and mammon” (Engkau tidak bisa me­
nyembah Tuhan dan mammon bersama-sama).
Demikian juga Al-Qur’an lebih tegas lagi. Seorang manusia
tergolong musyrik takkala dia menduakan Allah SWT. Tidak
mungkin orang beriman berserah diri pada Allah SWT, tetapi
Oleh M. Amien Rais | 69
juga menyembah uang, jabatan, kekuasaan dlsb.
Nah, sebuah peristiwa menarik terjadi dalam sejarah jurna-
lisme modern di Amerika di tahun 1880-an. Suatu malam para
jurnalis di New York berkumpul di sebuah hotel merayakan hari
kemerdekaan pers (independent press).
Tamu kehormatan malam itu bernama John Swinton, jur-
nalis ulung yang bekerja untuk The New York Times dan The
New York City. Ketika diminta bersulang, Mr. Swinton menolak
dan meledakkan kemarahannya di depan tetamu yang hadir. Ia
merusak dan membuat berantakan acara yang sudah disusun
dengan rapih.
Dia mengatakan waktu itu tidak ada sama sekali pers bebas
di Amerika saat itu. Anda tahu itu dan saya tahu itu. Bila kita
menulis opini yang jujur, kita tahu persis opini kita tidak bakal
dimuat. Kita dibayar secara mingguan sesungguhnya untuk
melaporkan berita yang tidak benar.
Kita seumur hidup bergantung pada bayaran dari atasan ki-
ta. Kalau sampai kita bertindak bodoh, membuat berita secara
jujur, kita tahu esok harinya kita harus cari pekerjaan di tempat
lain, karena kita sudah langsung dipecat dari perusahaan kita.
Biasanya kurang dari 24 jam kita langsung jadi pengangguran.
Mr. Swinton mengatakan: “Bisnis kaum jurnalis adalah
menghancurkan kebenaran, berbohong secara lugas, men-
yelewengkan fakta, membungkus kebohongan, menjilat kaki
mammon, menjual negara dan bangsa demi sepotong roti. An-
da tahu itu, saya tahu itu. Kebodohan macam apa yang sedang
kita lakukan sampai harus bersulang segala untuk merayakan
pers bebas?
Kita alat dan kacung orang-orang kaya yang ada di balik
layar. Kita bagaikan peloncat bayaran yang melompat-lompat
sesuai tabuh dan gendang mereka. Bakat kita, kemampuan ki-

70 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


ta, bahkan seluruh kehidupan kita sudah menjadi milik orang
lain. Kita semua telah menjadi pelacur intelektual. “We are inte-
llectual prostitutes”. Itulah yang dipidatokan Mr. Swinton yang
sampai kini dikenang orang.
Kita semua yakin para wartawan kita, para redaktur dan
editor media massa kita tidak akan pernah melakukan apa
yang digambarkan oleh John Swinton di atas. Na’udzubillah.
Semoga media massa kita, baik cetak dan elektronik, dapat
berdiri tegak kembali, jangan tertipu oleh iming-iming sekian
triliun akan diberikan untuk ini dan untuk itu. Percayalah, se-
mua itu fatamorgana yang dapat menjerumuskan kita. Yang
kita hadapi adalah pembohong-pembohong profesional.

Oleh M. Amien Rais | 71


Catatan Penutup

I nsya Allah bila Prabowo - Sandi dengan dukungan


ikhlas dari anak-anak bangsa yang mendambakan
kepemimpinan nasional yang baru memenangi pil-
pres 2019, ada baiknya diperhatikan hal-hal berikut ini.
Pertama, tinggalkan jargon revolusi mental yang terbukti
selain tidak begitu jelas konsepnya, juga melahirkan budaya
bangsa yang sangat laxed, lembek, cenderung melahirkan ke-
gemaran pada hal-hal yang palsu, mengentengkan, bahkan
melupakan kejujuran, sementara kejujuran hakekatnya adalah
mahkota kehidupan. Semua agama samawi mengingatkan pa-
ra pemeluknya untuk menegakkan kejujuran dan menghindari
kebohongan.
Kedua, Presiden Indonesia adalah Bapak bagi seluruh rak-
yat Indonesia tanpa kecuali. Tidak dibenarkan sama sekali,
baik oleh agama, moralitas, prinsip-prinsip kemanusiaan (ke-
bebasan, persaudaraan dan persamaan) seorang presiden me-
mecah bangsanya dengan mengambil sikap: yang ini temanku,
yang itu musuhku, yang ini saya angkat, yang itu saya injak.
Ingat pesan Bung Karno, satu bangsa yang pecah dan ber-
tikai tidak mungkin dapat berdiri dengan kokoh (a divided na-
tion can not stand).
Ketiga, siang - malam, Presiden Indonesia harus terus-me-
nerus tanpa henti memikirkan nasib bangsanya. Bukan na-
sib pribadinya, nasib keluarganya, nasib partainya atau nasib
sukunya. Dia harus memegang doktrin: my loyalty to my party
ends when my loyalty to my nation begins, seperti dikatakan

Oleh M. Amien Rais | 73


Manuel Quezon, Presiden Filipina masa PD II.
Keempat, hindari perubahan yang bersifat radikal, lakukan
perubahan yang bertahap, inkrimental dan terencana. Buatlah
skala prioritas masalah-masalah bangsa yang paling men-
desak yang harus didahulukan, sementara yang bisa ditunda,
bisa diselesaikan belakangan. Buku Paradox Indonesia sangat
bagus dijadikan rujukan baku, sesuai dengan pertimbangan
rasional.
Kelima, rangkul seluruh anak bangsa, lepas dari perbedaan
latar belakang masing-masing, dan bentuklah sebuah pemerin-
tahan yang benar-benar bersifat meritokratik, dan jauhkan apa
saja yang berbau nepotisme. Anda bukan lagi Ketua Gerindra,
segera pilih pengganti Anda, kemudian jadilah Ketua Umum
Partai Bangsa Indonesia. Anda adalah petugas partai bangsa
Indonesia yang memerlukan perubahan dalam arti perbaikan
kehidupan mereka. Ingatlah selalu rakyat kecil, kaum dhuafa
dan mustadhafien. Mereka yang miskin natural dan yang mis-
kin struktural, yakni yang dimiskinkan oleh sistem dan struktur
ekonomi kita.
Keenam, jangan terpengaruh oleh kebiasaan para pemim-
pin yang menyukai tebar pesona (image building). Tebar peso-
na tanpa henti disamping akhirnya membuat bosan, bahkan
mungkin muak bagi masyarakat luas, juga akan menyedot
waktu yang begitu penting bagi seorang presiden untuk me-
musatkan perhatian pada masalah-masalah besar bangsanya.
Ketujuh, bangsa Indonesia harus kompak bersatu kembali.
Kelompok yang selama ini tidak pernah berhenti mendistorsi
berbagai berita tentang Anda dan juga mengaduk-aduk pe-
ristiwa silam dan seolah mereka malaikat, memang sebaiknya
Anda maafkan. Tetapi kalau terus-terusan menjadi pencoleng
politik dan terus mengobarkan kerusuhan, tindakan hukum

74 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral


menjadi pilihan yang tepat.
Insya Allah kalau Prabowo - Sandi menang mereka mung­
kin ketakutan kerena menyangka Anda akan balas dendam.
Sebaliknya, tirulah keagungan Nabi Muhammad SAW. Setelah
berhasil menaklukkan Makkah, para musuh Nabi yang sudah
menganiaya, membunuh dan bahkan menghina dan mengusir
kaum beriman sehingga mereka harus hijrah ke Madinah, me-
rasa gemetar dan ketakutan karena menyangka mereka akan
dihukum berat oleh Nabi. Ternyata mereka dikumpulkan di
sebuah lapangan dan dari tempat ketinggian di situ Nabi me­
nyampaikan ucapan yang ditulis dengan tinta emas oleh para
sejarawan, yakni: “Engkau semua bebas dan pergilah kemana
engkau suka”.
Kedelapan, kunci keberhasilan sebuah perjuangan, menu­
rut Al-Qur’an (surah al-Qashas: 5) adalah apabila kita membela
kaum yang tertindas, bukan membela lapisan kaya, yang kuat,
yang zalim dan yang berkuasa. Tuhan berkenan menjadikan
kaum tertindas itu akhirnya jadi para pemimpin dan pewaris ke-
kuasaan di muka bumi.

ِ ْ‫وا فِى ْٱلَر‬


‫ض َو َنجْ َع َل ُه ْم أَ ِئم ًَّة َو َنجْ َع َل ُه ُم‬ َ ‫َو ُن ِري ُد أَن َّنمُنَّ َع َلى ٱلَّذ‬
۟ ُ‫ِين ٱسْ ُتضْ ِعف‬
َ ‫ْٱل ٰ َو ِرث‬
‫ِين‬
Sejak Indonesia merdeka kaum petani kita tidak pernah di-
bela oleh kekuatan politik manapun. Bahkan tidak oleh peme-
rintah Indonesia dari masa ke masa. Tolong sekali ini mulailah
membela nasib para petani kita yang selalu berada di lapisan
sosial paling bawah. Demikian juga mereka yang menjadi kar-
yawan (buruh) dan nelayan. Dahulu 3 sokoguru revolusi ini ha­
nya dijadikan slogan pemanis partai-partai yang sok membela
rakyat.
Kesembilan, cengkeraman para mafioso di tingkat nasional,

Oleh M. Amien Rais | 75


demikian juga mafioso atau super mafioso harus pelan-pelan
kita hancurkan bersama-sama. Kita harus pelajari secara teliti
dan sungguh-sungguh jaringan berbagai organized crime yang
didukung oleh kaum mafia dalam negeri yang nampaknya ber-
sekongkol dengan jaringan luar negeri.
Tidak ada ceritanya, bila TNI, Polri dan aparat penegak
hukum yang lain dengan dikomandoi seorang presiden yang
punya moral courage untuk mengalahkan musuh-musuh bang-
sa tersebut, sampai tidak berhasil. Negara dengan seluruh ke-
kuatan militernya, kepolisiannya dan segenap bangsa yang
mendukung pasti Insya Allah akan berhasil.
Kesepuluh, Ayo Mas Prabowo, kita ajak seluruh bangsa In-
donesia untuk berhijrah dari Revolusi Mental ke Revolusi Mo-
ral. Semoga Allah SWT melindungi dan menuntun perjuangan
bangsa Indonesia.
Kesebelas, kita semua, sebagai konsekuensi hijrah itu, ti-
dak boleh lagi terperosok sampai mengulangi kesalahan-kesa-
lahan yang telah dilakukan oleh rezim Jokowi. Jangan sampai
dikatakan ternyata permainan lama masih tetalp berlangsung,
cuma pemainnya yang ganti, the game is still the same, only
the players change, seperti kata orang asing.
Keduabelas, ketigabelas dst. Anda dan teman-teman tentu
lebih tahu dari saya.
Akhirnya kepada anak-anak bangsa yang ingin melihat pe-
rubahan - perbaikan kehidupan bangsa di masa depan, jangan
lupa berdo’a kepada Allah YMK, Allah YME, agar bangsa Indo-
nesia dimudahkan oleh Nya untuk bersama-sama membangun
kembali bangsa dan negara Indonesia yang lebih adil, makmur,
sejahtera. Alhamudillahi Rabbil ‘Alamin.

76 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral

Anda mungkin juga menyukai