SELAMAT DATANG
REVOLUSI MORAL
Kata Pengantar................................................................. 5
Pendahuluan..................................................................... 7
Prestasi Jokowi................................................................ 9
Revolusi Mental................................................................ 13
Mengumbar Janji..................................................... 23
Berpikir Dangkal...................................................... 33
Industri Kebohongan............................................... 41
Sindrom Ke-raja-raja-an.......................................... 43
Menyukai Kepalsuan............................................... 47
Emoh Demokrasi..................................................... 49
Islamophobia........................................................... 51
Catatan Penutup............................................................... 73
Al-Faqir
M. Amien Rais
ت أَ ْخالَقُ ُه ْم َذ َهب ُْوا ْ َوإِ َّن َما األ ُ َم ُم األَ ْخالَ ُق َما َب ِق َي
ْ َفإِنْ ُه ْم َذ َه َب¤ ت
Berikut ini fakta-fakta tak terbantahkan bahwa masyarakat
luas, terutama pemerintah, tidak lagi memiliki kompas moral
itu. Tanpa kompas moral, kita bisa melakukan sesuatu yang
sangat immoral, tetapi tidak menyadari apa yang kita kerjakan
sesungguhnya sedang menenggelamkan integritas kita, mar-
tabat kita sebagai individu, bahkan sebagai bangsa.
Sebabnya tentu sangat jelas, yakni kita sudah tuna, bahkan
buta moral. Apa saja bisa kita lakukan, termasuk mengikuti
prinsip immoral, “tujuan menghalalkan cara”. Bila penguasa
sebuah bangsa sudah tuna moral, maka penguasa itu bisa
menjadi permisif, kelihatan bodoh tetapi arogan, kelihatan bi
ngung tetapi dalam kebingungannya bersikap solipsistik, me-
kali tidak ada cerita TNI dan Polri membela salah satu golong
an, partai, agama, suku, etnik tertentu. Keduanya berada dia-
tas kepentingan semua golongan. Kepentingan TNI dan Polri
sama dan sebangun dengan kepentingan bangsa Indonesia.
Kepentingan Nasional bangsa Indonesia adalah juga kepen
tingan TNI dan Polri.
Secara demikian kita mengimbau dan mengingatkan, ja
ngan sampai pimpinan TNI dan Polri membuka peluang ikut
terseret ke dalam kepentingan politik yang bersifat sesaat,
namun resikonya bisa jadi musibah bangsa sepanjang masa.
Ada sebuah rumus mutlak yang harus kita ingat selalu, yakni,
begitu TNI dan Polri ikut campur politik praktis, ikut power po-
litics partai-partai, maka secara otomatis TNI dan Polri pecah
ke dalam. Pasti, tidak bisa tidak.
Dijaman peralihan Orde Baru ke Orde Reformasi, ada dua
istilah yang sangat populer waktu itu, yakni TNI adalah motiva-
tor dan stabilisator demokrasi. Polri tidak disebut dalam sem-
boyan itu, karena pada waktu itu Polri berada dalam kesatuan
ABRI. Secara bertahap TNI - Polri mundur dari gelanggang
politik. Setelah itu tidak ada lagi Fraksi TNI/Polri di DPRD dan
DPR-RI
Di mata rakyat TNI dan Polri pasca - Orde Baru tetap punya
nama yang harum, karena reputasinya yang profesional, pro-
62 | HIJRAH Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral
porsional dan konstitusional. Maka apabila sekarang TNI dan
Polri sampai membiarkan diri mau diseret ke politik praktis oleh
siapa pun, termasuk oleh presiden, TNI dan Polri bisa menjadi
provokator dan destabilisator demokrasi.
Ada baiknya kita perhatikan ungkapan Jawa jaman dulu,
jangan sampai kita terjebak atau terperangkap pada kese-
nangan atau kepentingan sesaat, tetapi resiko buruknya bisa
dialami sepanjang musim hujan dan musim kemarau (Penake
mung sak klentheng, rekasane sak ketigo rendheng).