Posted 6 Januari 2012 by Pondok Pesantren Asyrofuddin in Uncategorized. Tinggalkan sebuah Komentar
Pasal 1
1. Pondok pesantren ini pada awalnya bernama Pesantren Ardli Sela Singa Naga sejak tahun 1846
sampai dengan 1965.
2. Kemudian nama ini diperbaharui oleh Almarhum Almaghfurlah KH.R.Endang Buchorie. UM.
dengan nama Pondok Pesantren Asyrofuddin sebagai tafaulan kepada pendiri sejak tahun 1965
sampai sekarang.
Pasal 2
Pesantren ini berkedudukan di Dusun Cipicung Pesantren, Desa Conggeang Wetan, Kecamatan
Conggeang, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat dan dapat membentuk perwakilan/cabang jika
diperlukan untuk kepentingan Dakwah Islamiyah.
Pasal 3
Visi
1. Pesantren merupakan syiar tholab al ‘ilmi dan sumber pengetahuan Islam untuk mencapai Ridho
Allah SWT.
2. 2. Mencetak kader-kader ulama dan menciptakan masyarakat islami yang berhaluan ahlu
sunnah wal jamaah.
Misi
1. Mempersiapkan pribadi umat yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, dan berkhidmat kepada
agama, masyarakat dan negara.
2. 2. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum menuju terbentuknya kader ulama
yang taqwa.
Landasan
Pasal 4
Pesantren ini berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadits, Ijma, Qiyas serta perundangan yang berlaku.
Azas
Pasal 5
Pesantren ini berazas kepada: Taat pada Agama/Hukum, Berakhlaqul Karimah, Kegiatan
Dakwah/Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi dan Solidaritas Sosial serta tidak berapiliasi pada Partai
Politik tertentu (Independen).
Prinsip
Pasal 6
BAB III
FUNGSI, PERAN, TUJUAN DAN USAHA
Fungsi
Pasal 7
Pesantren berfungsi sebagai pusat tholab al-`ilmi, pembinaan akhlaq al-karimah, kegiatan dakwah,
pengembangan keterampilan, dan kepedulian sosial di lingkungan Pondok Pesantren Asyrofuddin dan
masyarakat pada umumnya.
Peran
Pasal 8
Pesantren berperan :
1. Merintis, menyelenggarakan dan membina kegiatan-kegiatan pendidikan dakwah dan kegiatan
sosial di Pondok Pesantren Asyrofuddin.
2. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka kegiatan kepesantrenan.
3. Mempublikasikan seluruh kegiatan yang ada dalam binaan Pondok Pesantren Asyrofuddin.
Tujuan
Pasal 9
1. Pesantren berhak untuk mendirikan yayasan, perusahaan dan menerima bantuan dari berbagai
pihak yang halal dan tidak mengikat.
2. Untuk menunjang hasil usaha, pesantren bekerjasama dengan Koperasi Pesantren dan Yayasan.
3. Segala bentuk bantuan dan usaha yang diterima pesantren di kelola sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
BAB IV
LAMBANG
Bentuk Lambang
Pasal 11
Isi Lambang
Pasal 12
Isi lambang berupa gambar masjid dengan dua menara dan enam sinar di atasnya dengan sembilan
bintang dan dilingkup dalam lingkaran, serta dibawah masjid dengan lima jendela, kitab dan kalam
dibawahnya.
Warna lambang
Pasal 13
1. Warna putih melambangkan kesucian hati dan pikiran untuk penyebaran Islam.
2. Warna kuning emas melambangkan kesejahteraan.
3. Warna hijau merupakan lambang perdamaian.
1. Bentuk bulat merupakan kebulatan tekad untuk syi`ar dimana pesantren sebagai pusat
penyebaran Syari`at Islam.
2. 2. Kitab dan pena merupakan simbol tholab al`ilmi.
3. Sembilan bintang merupakan simbol dari penyebaran Agama Islam di tanah jawa oleh Wali Songo.
4. Tiga sinar di atas kubah merupakan tiga pilar Iman, Islam,dan Ihsan.
BAB V
KEUANGAN
Pasal 15
BAB VI
KEPENGURUSAN
Pasal 16
1. Pengurus pesantren adalah keluarga besar Pondok Pesantren Asyrofuddin yang dipilih berdasarkan
hasil musyawarah mufakat.
2. Masa khidmat kepengurusan selama 4 (empat) tahun.
BAB VII
SUSUNAN PENGURUS DAN TUGAS-TUGAS POKOK
PENGURUS
Pasal 17
Komponen pengurus Pondok Pesantren Asyrofuddin terdiri atas Dewan Masyayikh, Dewan Pengurus
dan Dewan Santri.
Tugas Pokok
Pasal 18
1. Tugas pengurus adalah menyelenggarakan keorganisasian dalam kegiatan pondok pesantren sesuai
dengan amanahnya masing-masing, secara rinci dijabarkan dalam lampiran.
2. Tugas pokok dalam Anggaran Dasar ini berupa tugas komponen inti pondok pesantren, yaitu:
Dewan Masyayikh, Dewan Pengurus dan Dewan Santri.
BAB VIII
MEKANISME PENGANGKATAN PENGURUS PONDOK PESANTREN
Mekanisme Pengangkatan
Pasal 19
1. Pimpinan Pondok Pesantren bersifat politis, kolektif, serta fleksibel dengan terjadinya rotasi secara
otomatis dari anggota Dewan Pengurus yang terikat oleh keluarga besar pondok pesantren.
2. Pimpinan Pondok Pesantren dapat menunjuk seseorang untuk menjadi Pengurus Pesantren dengan
mengutamakan personal dari Dewan Pengurus serta disetujui oleh Dewan Masyayikh.
BAB IX
MUSYAWARAH
Pasal 20
1. Musyawarah Besar Empat Tahunan adalah musyawarah yang terjadi 4 tahun sekali dimana
agendanya adalah meninjau kembali Anggaran Dasar, memperbaiki dan menambah muatan materi
jika dipandang perlu yang dihadiri oleh minimal 2/3 anggota Dewan Pengurus dan
Dewan Masyayikh.
2. Musyawarah Besar diselenggarakan pada acara reshufle kepengurusan pondok pesantren.
3. Meminta pertanggung jawaban kepengurusan pondok pesantren dalam satu periode kepengurusan.
4. Memilih pengurus pondok pesantren baru dan atau menetapkan kembali pengurus yang telah
diterima pertanggung jawabannya secara aklamasi.
Musyawarah Tahunan
Pasal 22
Musyawarah Tahunan adalah evaluasi program-program yang telah diimplementasikan dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun, sekurang-kurangnya dihadiri oleh 1/2 Dewan Pengurus dan beberapa orang
Dewan Masyayikh.
Musyawarah Kerja
Pasal 23
1. Musyawarah Kerja adalah musyawarah rutin setiap 6 (enam) bulan sekali dalam rangka
mempersiapkan agenda kerja nishfu sanah pada masing-masing bidang.
2. Dalam tugas nishfu sanah, masing-masing bidang menyampaikan laporan kegiatan kepada
Pimpinan Pondok Pesantren atau petugas yang ditunjuk pimpinan.
Musyawarah Insidental
Pasal 24
1. Musyawarah Insidental adalah musyawarah yang dilaksanakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
2. Dalam hal-hal tertentu yang bersifat darurat, akan dilaksanakan musyawarah dengan ketentuan
harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang Dewan Pengurus Pesantren.
3. Dalam menghadapi situasi pada point 2 (dua) jika diperlukan, Pimpinan Pondok Pesantren dapat
membentuk Dewan Kehormatan yang berkoordinasi dengan Dewan Masyayikh.
BAB X
QUORUM MUSYAWARAH TAHUNAN
Pasal 25
1. Musyawarah Tahunan dapat mengambil keputusan dengan cara aklamasi dengan dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 peserta rapat dari seluruh anggota Dewan Pengurus dan
Dewan Masyayikh.
2. Musyawarah Kerja merupakan rapat evaluasi kerja dan menyusun program kerja.
3. Rapat Insidental dapat dilakukan sewaktu-waktu jika dipandang perlu.
4. Dalam hal terjadi musyawarah darurat dapat diambil keputusan oleh Dewan Kehormatan yang
ditunjuk oleh Pimpinan Pondok Pesantren.
BAB XI
PERUBAHAN DAN PERALIHAN
Pasal 26
Kepengurusan Pondok Pesantren ini dapat dibubarkan atau di reshufle atas keputusan Musyawarah
Besar yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 peserta hadir rapat, yang terdiri dari
Dewan Masyayikh, dan Dewan Pengurus Pondok Pesantren.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
1. Untuk yang pertama kalinya Anggaran Dasar itu dapat ditinjau dan direvisi kembali melalui
kegiatan Musyawarah Insidental darurat dengan mengacu kepada quorum Musyawarah Besar.
2. Hal-hal yang belum diatur dan belum rinci akan diatur di kemudian hari apabila diperlukan.