Anda di halaman 1dari 8

4.

7 Analisis FTA (Fault Tree Analysis)

Anaslisis FTA (Fault Tree Analysis) pada kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan 2123
yaitu untuk mengetahu basic case data tersebut. Pada analisis kecelakaan dengan menggunakan
metode FTA ini menggunakan bukti bukti yang berkaitan dengan kecelakaan. Pada metode FTA
top event dari diagram FTA yaitu kecelakan pesawat X tergelincir pada bandar udara Y, sehinga
dari top event pada kecelakaan tersebut dapat diketahui basic cause yang menyebabkan
kecelakaan.

4.7.1. Proses Analisis Dengan Metode FTA (Fault Tree Analysis)

Menurut Ericson A. Clifton (2005) proses dan tahap dari analisis menggunakan
metode FTA untuk prosedur investigasi kecelakaan pada pesawat X dengan konsep
sebagai berikut:

1. Langkah pertama yaitu menentukan sistem yang diminati atau dilakukan analisis.
Pada langkah pertama ini pengamatan atau investigasi dilakukan pada proses
terjadinya kecelakaan pada pesawat X dengannomor penerbangan Z123 pada bandar
udara Y.
2. Langkah kedua yaitu menentukan top event dari suatu kecelakaan. Pada langkah
kedua ini top event yang dari analisis kecelakaan ini yaitu kecelakaan pesawat X
tergelincir pada bandar udara Y
3. Langkah ketiga yaitu menyusun blok dari FTA dimulai dari top event hingga basic
event dari kecelakan pesawat X
4. Langkah Keempat yaitu menentukan gerbang logika dan penyusunan blok dari mulaii
top event hingga basic event pada kecelakaan pesawat X dengan menggunakan bukti
– bukti yang terkait dengan kecelakaan
5. Langkah kelima yaitu menentukan cutset dan probabilitas. Cutset pada analisis
kecelakaan pesawat X ini disusun dengan menggunakan teori aljabar boolen
6. Langkah keenam yaitu mengecek diagram FTA yang telah disusun dan analisi cut set
sudah lengkap dan akurat serta dapat menjelaskan sistem yang berkaitn dengan
kecelakaan pesawat X
4.7.2 Bukti Yang Berkaitan Dengan Kecelakaan

Bukti yang telah dikumpulkan yang dapat digunakan untuk proses penyusunan
dan analisis dengan menggunakan metode FTA serta yang berkaitan dengan
kecelakaan pesawa X dengan nomer penerbangan Z123 pada tanggal 11 Oktober 2016
antara lain :

1. Bukti form wawancara saksi tentang kronologi kejadian yang berkaitan dengan
kecelakaan pesawat X dengan nomor penerbangan Z123 pada tahun 2016
dalam bukti B1 tersebut menunjukan bahwa roda pesawat X melewati runaway
yang kekesataannya berkurang
2. Hasil laporan kejadian hasil investigasi yang dilakukan oleh tim K yang
berkaitan dengan kecelakaan pesawat X dengan nomor penerbangan Z123 pada
tahun 2016 dalam bukti B2 tersebut menunjukan bahwa terdapat kesalahan
pada proses tapering paved shoulder runaway yang terkelupas, dan juga
terdapat temuan tentang quality control terkait pekerjaan aspal
3. Laporan inspeksi dan kajian resiko keselamatan dan kesehatan kerja landside
dan airside terminal 2. Dalam bukti B3 tersebut menunjukan bahwa tidak
terdapatnya ceklis inspeksi airside secara keseluruhan dan inspeksi tidak
dilakukan secara rutin
4. Nota dinas perihal tindak lanjut rekomendasi keselamatan bagi rekanan yang
bekerja di wilayah sisi udara. Dalam bukti B4 tersebut menunjukan bahwa
terdapat ketidak sesuaian dalam pembersihan rubber deposite
4.7.3 Diagram dan analisis FTA
Diagram dan analisi FTA investigasi kecelakaan pada pesawat X disusun
menggunkan bukti yang sesuai dengan menggunakan pedoman pada buku Ericson
A. Clifton ( 2005 ), sehingga dari diagram FTA didapatkan basic event dari
kecelakaan serta juga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk proses perbaikan
basic evnt agar kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali. Diagram FTA (
Fault Tree Analysis ) tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini
4.7.5 CUTSET Diagram FTA (Fault Tree Analysis)

Pada gambar diagram FTA dari analisis kecelakaan pesawat X didapatkan


bahwa terdapat beberapa basic event yang berperan dalam kecelakaan. Dari basic
event tersebut dapat diketahui kombinasi minimal cutset yag berperan penting dalam
kecelakaan pesawat X berikut ini merupakan perhitungan dalam mencari kombinasi
minimal cutset dari diagram FTA pada gambar:

G1 = kecelakaan pesawat X tergelincir pada bandar udara Y

G2 = pesawat oleh setelah landing

G3 = aspal pada paved shoulder runaway mengelupas dan mengenai body pesawat

G4 = kekesatan pada runaway berkurang

G5 = kesalahan proses tapering pada paved shoulder runaway yang mengelupas

G6 = inspeksi airside pada paved shoulder kurang sesuai

G7 = terdapat rubber deposite yang tebal pada runaway

G8 = proses pembersihan rubber deposite tidak sesuai

G9 = inspeksi airside pada rubber deposite kurang sesuai

C0 = quality control terkait pekerjaan aspal

A1 = inspeksi airside dilakukan pada APRON, tempat parker GSE, service road,
parking stand, dan fix bridge

B1 = tidak terdapat ceklis inspeksi airside secara keseluruhan saat melakukan


inspeksi airside

C1 = inspeksi airside tidak dilakukan secara rutin (tidak dilakukan setiap hari)

A2 = aspal pada Pved shoulder runaway tidak terikat dengan benar

B2 = aspal pada paved shoulder runaway kurang padat


pesawat X pada Bandar udara Y yaitu tidak terdapat waktu pembersihan rubber
deposite dalam instuksi kerja yang sesuai dengan KP 94 tahun 2015. Sedangkan pada
amelioration LTA pada management faktor system LTA yang berkaitan dengan
kecelakaan pesawat X pada Bandar udara Y yaitu kesalahan proses tappering pada paved
shoulder runway yang mengelupas sehingga basic event dari amelioration LTA yaitu
tidak terdapatnya prosedur dan instruksi kerja pada pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor dan pengelola bandara hanya memiliki RKS (Rencana kerja satuan) atau
kontrak kerja untuk kontraktor

4.9. Rekomendasi Hasil Analisis FTA dan MORT

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan hasil
analisis berupa basic event terhadap kecelakaan pesawat X dengan tipe B123 yang sobek
terkena FOD berupa aspal saat landing di bandara udara Y. Serta untuk menentukan
rekomendasi perbaikan pada setiap hasic cause dari hasil analisis kecelakaan pesawat X.

Proses analisis kecelakaan pesawat X menggunakan metode FTA dan MORT


memiliki hasil berupa basic cause yang didalamnya terdapat basic event yang
mengakibatkan kecelakaan, dari basic event tersebut dapat disimpulkan beberapa
rekomendasi agar basic event tersebut tidak terjadi kembali pada waktu yang mendatang.
Berikut ini merupakan rekomendasi untuk setiap basic event yang terdapat dalam metode
FTAdan MORT

Berdasarkan analisis FTA yang membahas tentang hal teknis dan pada analisis
MORT yang membahas basic event dari sisi management pada kecelakaan pesawat X
pada bandar udara Y, berikut ini adalah rekomendasi dari hasil analisis dari segi teknis
dan management tersebut

1. Rekomendasi dari segi teknis yaitu

a) Membuat checklist inspeksi airside yang sesuai dengan peraturan peraturan Dirjen
Perhubungan Udara ( KP 39/2015 dan KP 94/2015 )
b) Inspeksi pada airside dilakukan sesuai dengan rekomendasi yang terdapat pada peraturan
dirjen perhuungan udara KP 94 / 2015 yaitu Inspeksi dilakukan berdasarkan jenis
inspeksinya yaitu inspeksi harian, inspeksi mingguan, inspeksi bulanan dan inspeksi
tahunan dengan ketentuan yang terdapat dalam persyaratan kegiatan yaitu sebagai berikut
 inspeksi harian yaitu kegiatan pengamatan pada konstruksi perkerasaan guna
mengamati sekaligus membersihkan bila terdapat benda asing / genangan air yang
mengganggu keselamatan penerbangan dan membuat catatan untuk pelaporan bila
terdapat kerusakan / potensi kerusakan pada perkerasan
 inspeksi mingguan pada Inspeksi mingguan ini fokus pada area dimana terdapat
potensi kerusakan atau pada area dimana kerusakan mulai terjadi sesuai yang
tercatat dalam laporan harian dan Melakukan rekapitulasi dan analisis laporan
harian sebagai bagian dari program pemeliharaan konstruksi perkerasan untuk
mengamati daerah daerah yang sering terdapat benda asing/genangan air dan
daerah-daerah yang dilakukan perbaikan
 Inspeksi bulanan yaitu dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk perkerasan
prasarana sisi udara. Hasil evaluasi dapat dilakukan sebagai bagian dari
perencanaan penanganan kerusakan
 Inspeksi tabunan yaitu dilakukan review komprehensif dari pengamatan dan
perbaikan yang dilakukan dari tahun anggaran terbaru berikut biaya yang
dikeluarkan. Review juga dilakukanterhadap tahun anggaran sebelumnya.
c) melakukan penyesuaian waktu pembersihan rubber deposite pada runaway sesuai
peraturan derjen perhubungan udara KP 94 / 2015 yaitu jadwal pembersihan rubber
deposite pada daerah runaway untuk frekuensi pendaratan perhari lebih dari atau sama
dengan 210 frekuensi pendaratan perhari maka jadwal pembersihan rutinnya yaitu 2 bulan
sekali karena pada bandar udara Y frekuensi pendaratan pesawat perhari lebih dari 210
pesawat setiap hari
d) Melakukan penyesuaian kontrak pembersihan rubber deposite yang dilakukan oleh sub
kontraktor langsung diajukan setiap tahun sekali agar kontrak pengerjaan pembersihan
rubber deposite dapat dilakukan selama 2 bulan sekali dalam waktu satu tahun sekali dan
juga ddengan menggunakan peralatan yang sesuai untuk pembersihan rubber deposite te.
Atau dengan melakukan pembelian high pressure water ubtuk runaway (rubber deposite
removal and marking removal) untuk pembersihan rubber deposite pada bandar udara
e) Menurut saran dari tim K dari hasil rapat setelah melakukan proses investigasi awal
Bersama yang dilakukan oleh tim K untuk perbaikan pengelupasan aspal di paved
shoulder berdimensi 8 x 1 meter lebih baik dilakukan perbaikan juga pada semua sisi dari
aspal paved shoulder ysng terkelupas pada proses teppering yang dilakukan itu seperti
apa agar aspal dapat terikat dan padat
f) Melakukan quality control terkait proses pekerjaan aspal sesuai dengan Peraturan Dirjen
Perhubungan Udara SKEP 77 / 2005 tentang persyaratan teknis pengoperasian fasilitas
Teknik bandar udara

2. Rekomendasi dari segi management yaitu :

a) Perusahaan pengelola Bandar udara Y memberikan kewajiban kepada sub kontraktor


pekerjaan aspal untuk membuat prosedur pekerjaan tapering bandar udara Y secara tertulis
agar memudahkan proses evaluasi
b) Melakukan penyesuaian waktu pembersihan rubber deposite pada runaway sesuai dengan
Peraturan Dirjen Perhubungan Udara KP 94 / 2015 yaitu jadwal pembersihan rubber
deposite pada daerah runaway untuk frekuensi pendaratan perhari lebih dari atau sama
dengan 210 frekuensi pendaratan perhari maka jadwal pembersihan rutinnya yaitu 2 bulan
sekali karena pada bandar udara Y frekuensi pendaratan pesawat perhari lebih dari 210
pesawat setiap hari
BAB5

KESIMPULAN DAN SARAN

setelah melakukan identifikasi kejadian kecelakaan, dan menganalisis kecelakaan yang


melibatkan pesawat X pada bandar udara Y dengan metode FTA dan MORT dapat ditarik beherapa
kesimpulan dan juga saran sebagai berikut ini :

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis mengenai identifikasi kejadian kecelakaan dan


melakukan analisis tentang penyebab kecelakaan yang melibatkan pesawat X pada bandar udara
Y terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan analisis penyebab kecelakaan pesawat X di bandar udara Y dengan


menggunakan kombinasi metode FTA dan MORT didapatkan bahwa pada analisis
dengan menggunakan metode FTA terdapat beberapa basic event yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan yaitu roda pesawat X melewati runway yang kekesatanya
berkurang, pembersihan rubber deposite tidak menggunakan peralatan yang sesuai, waktu
pembersihan rubher deposite tidak sesuai dengan ketentuan berdasarkan jumlah
pergerakan pesawat, inspeksi airide dilakukan pada apron, tempat parkir GSE, service
road parking stand dan fix bridge, tidak terdapat checklist inspeksi airside secara
keseluruhan saat melakukan inspeksi airside, inspeksi airside tidak dilakukan secara rutin,
quality control terkait pekerjaan aspal, aspal pada paved shoulder runaway tidak terikat
dengan benar, aspal pada paved shoulder run away kurang padat,inspeksi
airside,dilakukan pada apron, tempat parkir GSE, service road parking stand dan fix
bridge, tidak terdapat checklist inspeksi airside tidak dilakukan secara rutin. Pada proses
analisis dengan menggunakan metode MORT didapatkan bahwa terdapat beberapa basic
event yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dari management system faktor LTA
adalah tidak terdapatnya waktu pembersihan rubber deposite dalam instruksi kerja yang
sesuai dengan KP 94 tahun 20015, tidak terdapat prosedur dan instruksi kerja pada
pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor dan mengolah dan pengelola bandar udara
hanya memiliki RKS ( rencana kerja satuan )
2. Rekomendasi dari hasil analisis dengan menggunakan metode FTA dan MORT tersebut
didapatkan rekomendasi yang dapat disaranakan dan diterapkan oleh pengelola bandar
udara Y agar kecelakan pesawat serupa tidak terjadi kembali salah satu dari rekomendasi
tersbut yaitu membuat checklist inspeksi airside dan melakukan inspeksi airside sesuai
dengan ketentuan Peraturan Dirjen Perhubungan Udara KP 94 Tahun 2015.

5.2. Saran

Sebagai penyempurna dalam makalah ini maka penulis memberikan saran -saran sebagai
berikut:

1. Pihak pengelola bandar udara Y disarankan untuk benar – benar mempertimbangkan dengan
baik rekomendasi yang terkait dengan analisis dengan menggunakan metode FTA dan MORT

Anda mungkin juga menyukai