Modul Praktikum Teknik Pengolahan Limbah: Dosen Pengampu: Dr. Ir. J. Bambang Rahadi W, MS
Modul Praktikum Teknik Pengolahan Limbah: Dosen Pengampu: Dr. Ir. J. Bambang Rahadi W, MS
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’alamin, segala puji bagi Allah SWT karena atas kasih,
rahmat dan hidayah-Nya modul praktikum Mata Kuliah Teknik Pengolahan Limbah ini
dapat rampung.
Pencemaran lingkungan meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk,
bertambah dan beraneka ragamnya industri. Namun prasarana untuk mengolah limbah tidak
berkembang sepesat pertambahan limbah. Masalah yang sering timbul adalah bahwa
pengelolaan limbah dianggap akan menambah biaya tanpa disertai manfaat yang dapat diukur
secara kuantitatif. Di sektor industri, makin tingginya kriteria baku mutu air, makin
berfungsinya unit pengolah limbah cair industri, makin ketatnya kontrol terhadap pencemaran
air, maka akan makin menambah kuantitas limbah padat (lumpur) hasil proses pengolahan
limbah cair, yang menunggu untuk dikelola lebih lanjut. Sedangkan di perkotaan,
pertambahan penduduk yang demikian pesat telah mengakibatkan meningkatnya jumlah
sampah.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Alam memiliki
kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang terdapat di alam seperti siklus
hidrologi mampu mengatasi limbah. Meningkatnya konsentrasi limbah yang terlalu cepat
akan menyebabkan siklus yang ada tidak mampu bekerja dengan baik. Pada konsentrasi
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Sugiharto,
1987). Teknik pengolahan limbah adalah cara untuk mengurangi pencemaran limbah di
lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut maka praktikum Teknik Pengolahan Limbah ini
dilaksanakan untuk memenuhi SKS mata kuliah Teknik Pengolahan Limbah juga
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teori pengolahan limbah
padat dan cair yang didapatkan di ruang kuliah. Dengan adanya praktikum Teknik Pengolahan
Limbah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami cara mengolah serta menguji kualitas
limbah padat dan cair agar sesuai dengan baku mutu pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Asisten menyadari bahwa modul yang telah dibuat masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu asisten mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat memberikan
perbaikan agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata asisten mengharapkan modul ini dapat
berguna bagi siapa saja yang membaca terutama untuk praktikan dan asisten sendiri.
1
PERATURAN DAN TATA TERTIB
KEGIATAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH
SANKSI
2
MATERI I
PIROLISIS
I. Pendahuluan
Sampah merupakan masalah yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan data
Kementerian Lingkungan Hidup (Meneg LH, 2008) produksi sampah di Indonesia mencapai
167 ribu ton perhari dengan komposisi sampah plastik di Indonesia adalah 11%. Dalam
pengelolaan sampah plastik, di Indonesia masih sulit dilakukan karena sulit untuk
mengotomatisasi penyortiran sampah plastik yang apabila dibakar sampah plastic akan
menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan jika ditimbun maka
dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai secara sempurna (Radar Sulteng,
2009).
Isu yang berkembang saat ini adalah adalah mengubah sampah plastik menjadi bahan
bakar cair airternatif dengan cara pirolisis. Dengan cara ini dapat dihasilkan minyak dan gas
yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternative pengganti bahan bakar fosil
(Bhattacharya, 2009).
3.2 Plastik
Plastik adalah suatu material organic sintetik atau material organic semi sintetik.
Plastic berasal dari Bahasa Yunani yaitu “platikos” artinya kemudahan untuk dibentuk atau
dicetak atau “platos” artinya dicetak, karena sifat plastic yang mudah dicetak atau
kekenyalannya dalam dalam pembuatan yang membuatnya mudah dibuat. Ada 3 macam tipe
plastic yaitu:
3
1. Thermoplastics
Thermoplastics adalah plastik yang tidak mengalami perubahan komposisi kimia
ketika dipanaskan dan apat dicetak kembali. Contohnya: polyethylene, polystryrene,
polyvinyl chloride dan polytetrafluoroethylene (PTFE).
2. Thermoset
Thermoset adalah plastic yang dapat dicairkan dan dibentuk tetapi hanya sekali.
3. Polypropylene
Polypropylene adalah plastic tidak jernih atau berawan, lebih kuat, ringan, daya
tembusa yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil pada suhu tinggi,
mengkilap, aman untuk menyimpan makanan dan minuman. Plastik Polypropylene ini
mempunyai rumus molekul (C3H6)n (Caglar, A. & Aydinli, B. 2009).
3.4 Destilasi
Distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan
kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan
tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua
komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair
melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya. Syarat utama dalam operasi pemisahan
komponen-komponen dengan cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari
komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-
komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang mendidih merupakan titik didih cairan
tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan.
4
6. Plastik PET yang sudah digunting kecil-keci 900 gram
7. Es Batu
8. Gelas ukur
9. Gelas beker
10. Termometer
11. Kompor dan LPG
12. Korek api
13. Gunting
V. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Buat rangkaian Reaktor Pirolisis dan Destilator menggunakan kaleng, pipa aluminium
dan selang plastik.
3. Masukan plastik PET (dari botol plastik sekali minum) yang sudah digunting kecil-
kecil sebanyak 900gr dengan keadaan kering ke dalam reaktor pirolisis.
4. Letakan raktor pirolisis diatas kompor dan masukan es batu pada destilator.
5. Nyalahkan kompor selama 1,25jam (1jam 15 menit) dan ukur suhu pada destilator.
Tampung cairan yang keluar menggunakan botol kaca.
6. Cairan yang telah didapatkan selama 1,25 jam diukur volumenya.
7. Bakar cairan tersebut sampai padam apinya dan ukur volume sisa cairan yang tidak
terbakar.
8. Hitung minyak yang didapatkan dari proses tersebut dengan menghitung selisih
volume cairan awal dengan volume setelah cairan dibakar.
5
Reaktor Pirolisis
Rangkaian Alat
6
MATERI II
PENGOMPOSAN
I. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat seiring
peluang usaha yang semakin ketat serta untuk mendapat modal usaha sulit di Indonesia
menyebabkan pertambahan konsumsi energi di segala sektor kehidupan seperti transportasi,
listrik, dan industri meningkat. Sehingga secara langsung menimbulkan permasalahan sampah
di perkotaan, yaitu sampah organik atau sampah anorganik yang pada khususnya dihasilkan
pasar-pasar tradisional. Di pasar tradisional biasanya banyak ditemukan sampah-sampah
organik seperti sisa-sisa sayuran, buah, dll. Sampah-sampah tersebut hanya dibuang dan
dibiarkan begitu saja di tempat pembuangan sampah tanpa ada pemisahan antara masing-
masing jenis sampah. Lama-kelamaan pasti akan timbul bau dan dijadikan sarang bagi hewan-
hewan tertentu. maka dari itu perlu pengolahan yang tepat untuk mengurangi tumpukan
sampah organik tersebut melalui pengomposan. Di mana hasil dari pengomposan ini akan
menjadi pupuk organik yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan dapat
dikembangkan menjadi peluang bisnis di masyarakat.
7
luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas mikroba. Selain itu,
bentuk bahan berpengaruh pula terhadap kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta
pengeluaran CO2 yang dihasilkan.
3. Nutrien : untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan sumber nutrien
Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan akan diasimilasikan menjadi
komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber nitrogen dan sumber karbohidrat yang
terdapat di dalamnya (C/N -resio) = 10 : 1. Untuk proses pengomposan nilai optimum
adalah 25 : 1, sedangkan maksimum 10 : 1.
4. Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misalnya, kadar air optimum di
dalam pengomposan bernilai antara 50 – 70, terutama selama proses fasa pertama. Kadang
- kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai sampai 85%, misalnya pada
jerami.
Disamping persyaratan di atas, masih diperlukan pula persyaratan lain yang pada
pokoknya bertujuan untuk mempercepat proses serta menghasilkan kompos dengan nilai yang
baik, antara lain, homogenitas (pengerjaan yang dilakukan agar bahan yang dikomposkan
selalu dalam keadaan homogen), aerasi (suplai oksigen yang baik agar proses dekomposisi
untuk bahan -bahan yang memerlukan), dan penambahan starter (preparat mikroba) kompos
dapat pula dilakukan, misalnya untuk jerami. Agar proses pengomposan bisa berjalan secara
optimum, maka kondisi saat proses harus diperhatikan. (Unus, 2002)
V. Cara Kerja
1. Kumpulkan sampah-sampah organik dari sampah pasar (sisa sayuran) .
2. Timbang beratnya untuk diambil 3 kg. Kemudian sampah tersebut dicacah dengan
mesin pencacah hingga ukurannya lebih kecil. Semakin kecil ukuran materi, maka
akan mempercepat proses pengomposan. Ditimbang lagi sampai 3 kg.
3. Tambahkan starter (kompos) sebanyak 3 kg pada sampah yang sudah dicacah.
4. Tambahkan dedak secukupnya (0,5 – 1 Kg). Kemudian campuran bahan diaduk
rata.
8
5. Tambahkan air secara merata pada campuran tersebut sampai kelembaban bahan
mencapai 60%.
6. Pasang aerator pada media komposter.
7. Masukkan campuran bahan ke media komposter.
8. Aerator dinyalakan. Dan diukur suhu awal.
9. Diamkan 3 hari dan tambahkan pupuk urea secukupnya (50 – 100 Gram).
Kemudian campuran bahan diaduk kembali sampai merata.
10. Ukur suhu campuran setiap hari dengan termometer. Pengukuran suhu dilakukan di
3 titik, yaitu permukaan atas, bawah dan tengah selama 1 minggu.
11. Kemudian dari 3 data tersebut dicari rata – rata suhu untuk campuran bahan
tersebut. Pada awal pengomposan, suhu akan beranjak naik sampai pada titik
tertentu, selanjutnya akan turun dan menunjukan keadaan konstan pada suhu ruang.
12. Lakukan pengamatan secara fisik mengenai warna, tekstur dan bau sebelum dan
sesudah pengomposan.
9
MATERI III
AKLIMATISASI
I. Tujuan
1. Pelekatan awal: mikroba melekat pada permukaan suatu benda dan dapat diperantarai
oleh fili (rambut halus sel) contohnya pada P.aeruginosa.
2. Pelekatan permanen: mikrob melekat dengan bantuan eksopolisakarida (EPS).
3. Maturasi I: proses pematangan biofilm tahap awal.
4. Maturasi II: proses pematangan biofilm tahap akhir, mikrob siap untuk menyebar.
5. Dispersi: Sebagian bakteri akan menyebar dan berkolonisasi di tempat lain.
3.1 Alat
-Bak Prototipe
-Media
-Aerator
-Batu Aerator
-Selang
3.2 Bahan
-Starter
-Air
-NPK
10
MATERI IV
I. PENDAHULUAN
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik yang memiliki konsentrasi tertentu pada setiap pembuangannya. Limbah
secara garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair, dan gas buang.
Limbah cair merupakan cairan buangan yang berasal dari sisa suatu proses, dan mengandung
bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian hidup. Limbah cair pada dasarnya dapat diolah menjadi limbah yang tidak
membahayakan bagi lingkungan. Metode pengolahan limbah cair dibedakan menjadi tiga
metode yaitu: pengolahan secara fisika, kimia, dan pengolahan secara biologi.
11
Lingkungan aerob, marupakan lingkungan dimana oksigen terlarut (DO)
didalam air cukup banyak, sehingga mikroorganisme aerob yang ada pada
limbah dapat mendegradasi bahan organic dengan baik.
Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak
terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas
berlangsungnya proses metabolisme mikroorganisme dalam mengurai zat
organic yang ada pada limbah.
Bahan
-Air limbah
-Kaporit
-Tawas
12
V. CARA KERJA
Hasil
13
MATERI V
I. Latar Belakang
Tujuan utama sistem pengelolaan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan
pencemar baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Di dalam metoda
pengolahannya umumnya dilakukan secara kimia untuk menghilangkan senyawa
anorganik, sedangkan untuk penghilangan bahan pencemar organik biasanya dilakukan
dengan proses biologis atau kimia. Dengan demikan, dalam penentuan jenis dan tahapan
pengeolahan limbah perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik limbah cair yang akan
diolah dan kualitas limbah cair hasil olahan yang diharapkan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menguji dan menganalisa limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan.
Limbah cair yang telah diolah pada unit IPAL harus dianalisa kualitas fisik, kimia
maupun biologisnya untuk mengetahui efesiensi dan efektifitas unit IPAL yang digunakan.
Pengujian kualitas limbah cair ini juga bertujuan untuk memastikan limbah yang dialirkan
ke badan air sudah aman dan sesuai dengan baku mutu yang berlaku. Selain itu, pengujian
kualitas limbah cair ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki unit IPAL yang
ada.
III.Tinjauan Pustaka
3.1 TSS
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
Prinsip analisa TSS dapat dilakukan sebagai berikut : Contoh uji yang telah homogen disaring
dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan
sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat
saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau
mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara
padatan terlarut total dan padatan total.
14
Keterangan:
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume (mL)
3.2 Suhu
Pengukuran suhu menggunakan termometer.Merupakan parameter yang sangat
penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan
penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari. Naiknya suhu atau temperatur air akan
menimbulkan akibat berikut :
Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Mengganggu kehidupan organisme air.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran, serta kedalaman.
Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Peningkatan suhu
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, dekomposisi
bahan organik oleh mikroba, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas O2,
CO2, N2, CH4, dan sebagainya). Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di
perairan adalah 20 oC – 30 oC.
3.3 Kekeruhan
Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar
matahari sangat diperlukan oleh organisme yang berada didalam perairan untuk proses
metabolisme. Bila suatu perairan keruh maka sinar matahari yang masuk akan sedikit karena
terpencar-pencar oleh adanya partikel yang terlarut, dan bila air tidak keruh maka sinar
matahari yang masuk akan banyak. Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu
perairan. Air alami dan air buangan yang mengandung koloid dapat memudarkan sinar
sehingga mengurangi transmisi sinar. Kekeruhan dapat mengurangi proses fotosintesis
tanaman dalam air. Misalnya vegetasi perairan berakar dan ganggang, mengurangi
pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktifitas ikan.
Kekeruhan dapat disebabkan oleh tanah liat dan lempung, buangan industri dan
mikroorganisme. Upaya untuk mengurangi kekeruhan ini antara lain dengan penyaringan dan
koagulasi. Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan
air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang tersebar merata dan dapat
menghambat jalannya sinar matahari yang melalui air tersebut.
3.4 pH
Keasaman air diukur dengan Indikator universal.Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi- rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH dapat mempengaruhi kehidupan
biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan
mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air 6 – 8.
15
III. Alat dan Bahan
Suhu
Termometer
pH
pH universal
Kekeruhan
1. Gelas ukur
2. Pipet
3. Turbiditymeter
TSS
1. Kertas saring
2. Cawan
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Oven
6. Gelas ukur
7. Timbangan digital
8. Penjepit kayu
pH
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Indikator universal dicelupkan ke bak prototype
3. pH diamati dengan membandingkan warna pada kertas indikator
Kekeruhan
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Alat turbidimeter disambungkan dengan sumber listrik
3. Larutan standar diletakan pada tempat sample
4. Tombol ON/OFF dan MODE ditekan secara bersamaan
5. Tombol ON/OFF dilepas terlebih dahulu dilanjutkan dengan dilepasnya tombol MODE
6. Tombol tanda seru ditekan hingga muncul angka 0,1
7. Larutan standar 0,1 dimasukkan
8. Tombol READ ditekan, kemudian ditunggu hingga muncul angka 20, 200, 800
16
TSS
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel diambil sebanyak 100 ml
3. Sampel disaring dengan kertas saring
5. Cawan ditimbang
6. Kertas saring berisi sampel diletakkan di cawan.
4. Cawan dan sampel di masukkan ke oven dengan suhu 103-105 oC selama 60 menit.
5. Cawan dan sampel ditimbang
6. Selisih massa cawan+sampel dan cawan merupakan nilai TSS
17