Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SNACK BITE

Oleh:
Kelompok 4
Rifandi Hardianto (P172111860)
Ni Putu Devi Indriyani (P172111860)
Yaomil Dayu S. (P17211186031)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Snack Bite


Sub Topik : Pengertian, penyebab, manifestasi klinis dan penatalaksanaan
Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : IGD RS Karsa Husada Batu
Hari / Tanggal : Selasa, 12 Maret 2019
Waktu : Pukul 10.00 – 10.30

A. Latar Belakang Masalah


Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan
atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang
dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada
beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering
terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat
gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan
informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus
gigitan serangga dan binatang berbisa.
B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga pasien dan
pasien dapat mengetahui dan memahami tentang snack bite.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, pasien dan
keluarga mampu :
a. Mengetahui tentang pengertian snack bite
b. Mengetahui penyebab snack bite
c. Mengetahui tanda dan gejala dari snack bite
d. Mengetahui cara penatalaksanaan dari snack bite
e. Mengetahui cara pencegahan snack bite
C. Metode
1. Ceramah dan tanya jawab
Metode ini digunakan untuk penyampaian materi melalui penjelasan kepada pasien
dan keluarga dengan cara tatap muka dan mempertahankan kontak mata.
2. Diskusi
Metode ini digunakan untuk saling tukar pendapat, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana keluarga mampu menyerap tentang materi yang telah
disampaikan.

D. Media
Leaflet yang berisi tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan penatalaksanaan
snack bite.

E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian snack bite
2. Penyebab dari snack bite
3. Tanda dan gejala dari snack bite
4. Penatalaksanaan snack bite
5. Pencegahan snack bite

F. Strategi Pembelajaran

Hari/Tgl/Ja Waktu
Tahap Kegiatan Kegiatan
m
Selasa, 12 1. Persiapan Mempersiapkan materi, media, 5 menit
Maret 2019 sasaran dan tempat
2. Pembukaan Mengucapkan salam , perkenalan 5 menit
dan penyampaian maksud dan
tujuan
3. Inti Menjelaskan tentang materi 15 menit
meliputi pengertian, penyebab,
tanda dan gejala serta
penatalaksanaan snack bite.
4. Penutup Diskusi, mengevaluasi tujuan 5 menit
penyuluhan kesehatan,
mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan dan
memberi salam penutup.

G. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Klien dan keluarga dapat kooperatif, respon mendengarkan dan memperhatikan
penyampaian materi.
2. Evaluasi Akhir
Setelah diberikan pendidikan kesehatan klien keluarga dapat menjelaskan dan
mendemonstrasikan cara penanganan dari snack bite.

H. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Snack Bite
Snack bite atau gigitan ular merupakan suatu keadan yang disebabkan oleh
gigitan ular berbisa. Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang
mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi yang dapat mempengaruhi
sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dan sistem pernapasan.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan
mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut
merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar
yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang
terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya
terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama
protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.

2. Penyebab Snack Bite


Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang
dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan
stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur
dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah,
mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati
dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan
jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
c. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat gigitan.
g. Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

3. Tanda dan Gejala dari Snack Bite


Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua
gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit
kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular
berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan
5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan
otot), pulselesness (denyutan).
Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular :
a. Gigitan Elapidae
Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai,
coral snakes, mambas, kraits).
Ciri-cirinya:
- Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut,
kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut
- Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak
- 15 menit setelah digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam muncul paralisis
urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah
menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah,
pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi dalam
24 jam
b. Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
- Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa
bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan
- Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam
- Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut
dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
c. Gigitan Hydropiidae
Misalnya, ular laut, cirinya:
- Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
- Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri
menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot,
mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting
untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
d. Gigitan Crotalidae
Misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
- Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis,
nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen
crotalidae antivenin
- Anemia, hipotensi, trombositopeni
Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori:
- Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan
rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan
dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan
jaringan sekitar sisi gigitan luka.
- Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-organ
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari
mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan
syok atau bahkan kematian.
- Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada
sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat
perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara
dan bernafas, dan kesemutan.
- Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa
area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
- Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada
mata.

4. Penatalaksanaan Snake Bite


Prinsip penanganan pada korban gigitan ular:
a. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
b. Menetralkan bisa
c. Mengobati komplikasi

Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT,
yaitu:
R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat
menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget.
I: Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak
berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang,
lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan
(tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).
G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul ada
korban.

Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):


a. Balut tekan pada kaki:
- Istirahatkan (immobilisasikan) Korban
- Keringkan sekitar luka gigitan
- Gunakan pembalut elastis
- Jaga luka lebih rendah dari jantung
- Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik
ke atas
- Biarkan jari kaki jangan dibalut
- Jangan melepas celana atau baju korban
- Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai
menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap
pink)
- Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki
b. Balut tekan pada tangan
- Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut)
- Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat
- Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan
- Pasang papan sebagai fiksasi
- Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
c. Penatalaksana Lanjut
- Penatalaksanaan jalan napas
- Penatalaksanaan fungsi pernapasan
- Penatalaksanaan sirkulasi: beri infus cairan kristaloid
- Beri pertolongan pertama pada luka gigitan: verban ketat dan luas diatas
luka, imobilisasi (dengan bidai)
- Ambil 5 – 10 ml darah untuk pemeriksaan: waktu trotombin, APTT, D-
dimer, fibrinogen dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit
(terutama K), CK. Periksa waktu pembekuan, jika >10 menit, menunjukkan
kemungkinan adanya koagulopati
- Apus tempat gigitan dengan dengan venom detection
- Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dilemahan), polivalen
1 ml berisi:§ 10-50 LD50 bisa Ankystrodon
- 25-50 LD50 bisa Bungarus
- 25-50 LD50 bisa Naya Sputarix
- Fenol 0.25% v/v
- Teknik pemberian: 2 vial @5ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9% atau
Dextrose 5% dengan kecapatan 40-80 tetes/menit. Maksimal 100 ml (20
vial). Infiltrasi lokal pada luka tidak dianjurkan
- Indikasi SABU adalah adanya gejala venerasi sistemik dan edema hebat
pada bagian luka.

Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
- Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam,
jika derajat meningkat maka diberikan SABU
- Derajat II: 3-4 vial SABU
- Derajat III: 5-15 vial SABU
- Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU

5. Pencegahan Terjadinya Snack Bite


a. Sercara umum orang dapat melakukan pencegahan yang terbaik dari
gigitan ular dengan menggunakan sepatu ketika bekerja dekat dengan ular atau
mendaki gunung. Celana panjang juga dapat menurunkan keparahan dari gigitan
ular. Pada negara dengan populasi ular yang tinggi diusahakan jangan berjalan
dengan telanjang kaki pada saat berada di hutan ataupun semak-semak
b. Jangan mencoba menangani, menangkap, atau menggoda ular berbisa atau ular
identitas tidak diketahui. Di AS, sekitar 40% dari gigitan ular terjadi ketika korban
mencoba untuk menangkap ular atau menangani ular dengan tidakan yang ceroboh.
c. Buat suara (atau lebih tepatnya vibrasi di sekeliling – ular merupakan hewan yang
tuli, tapi bereaksi terhadap getaran). Pukul-pukul dengan cabang atau ranting pohon
sekitar 3 – 5 langkah ke depan, dan tetap berdiri beberapa saat sebelum mengambil
langkah berikutnya. Mayoritas ular akan menghindar jika diberi kesempatan.
Pengecualian pada ular Taipan Australia yang agresif, yang dapat tiba-tiba
menggigit tanpa bisa diprediksi
d. Gigitan ular sering dihubungkan dengan pengunaan alkohol. Pengunaan alkohol
dapat memperlemah daya tahan tubuh seseorang, membuat gangguan kondisi
kesadaran, sehingga membuar orang lebih berani memegang ular tanpa
kewaspadaan yang tinggi. Selain itu jg alkohol dapat menurunkan koordinasi
sehingga meningkatkan kemungkinan kecelakaan tergigit ular
e. Hindari berpergian ke wilayah yang berular saat gelap. Jika sangat penting, bawa
serta obor yang terang. Ular lebih menghindari cahaya terang dan getaran.
f. Jika bertemu dengan ular, tetap berdiri tegak. Ular secara instingtif akan
menghindar dan kebanyakan ular menyerang objek yang bergerak.
g. Jika menemukan ular ‘mati’, pastikan ular benar-benar mati. Banyak orang telah
tergigit dua atau tiga kali oleh ular ‘mati’. Jika seseorang tergigit, pastikan ular yang
menggigit telah benar-benar mati dan bawa serta untuk identifikasi, tapi pegang di
bagian ekor dan tetap perhatikan kepalanya, atau lebih baik tempatkan pada suatu
kantung yang bisa ditempatkan jauh dari tubuh.
h. Apabila pekerjaan atau hobi seseorang terpapar langsung dengan ular yang
berbahaya, maka diperlukan pencegahan awal dengan memberikan antibisa
sebelum tergigit dapat menyelamatkan nyawa. Karena tidak setiap dokter mengerti
tentang gigitan ular dan tidak setiap rumah sakit memiliki dan tahu cara untuk
mendapatkan anti bisa, mengerti mengenai informasi jenis ular, jenis racun, dan
pengadaan dan penggunaan antibisa sehingga mengerti akan karakteristik ular dan
anti bisa yang digunakan dapat membantu dalam pencegahan kondisi yang lebih
buruk.
i. Ketersediaan serum antibisa ular untuk daerah dimana sering terjadi kasus gigitan
ular.
j. Semua ular laut (Hydrophiidae) berpotensi sangat berbisa dan peneliti atau
penyelam jangan mencoba melihat terlalu dekat. Biasanya ular laut muncul di
pantai-pantai Asia Tenggara dan Australia.

I. Sumber Materi
Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM. Penatalaksanaan Keracunan akibat
Gigitan Ular Berbisa. Jakarta. Diunduh dari : Diunduh dari: www.pom.go.id
Djoni Djunaedi. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam,2009.h.280-3
Brian James Daley. Snakebite. Amerika: Medscape, 2010. Diunduh
dari:http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview
SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Oleh:
Kelompok 4
Rifandi Hardianto (P172111860)
Ni Putu Devi Indriyani (P172111860)
Yaomil Dayu S. (P17211186031)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2019

Anda mungkin juga menyukai