SNACK BITE
Oleh:
Kelompok 4
Rifandi Hardianto (P172111860)
Ni Putu Devi Indriyani (P172111860)
Yaomil Dayu S. (P17211186031)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)
D. Media
Leaflet yang berisi tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan penatalaksanaan
snack bite.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian snack bite
2. Penyebab dari snack bite
3. Tanda dan gejala dari snack bite
4. Penatalaksanaan snack bite
5. Pencegahan snack bite
F. Strategi Pembelajaran
Hari/Tgl/Ja Waktu
Tahap Kegiatan Kegiatan
m
Selasa, 12 1. Persiapan Mempersiapkan materi, media, 5 menit
Maret 2019 sasaran dan tempat
2. Pembukaan Mengucapkan salam , perkenalan 5 menit
dan penyampaian maksud dan
tujuan
3. Inti Menjelaskan tentang materi 15 menit
meliputi pengertian, penyebab,
tanda dan gejala serta
penatalaksanaan snack bite.
4. Penutup Diskusi, mengevaluasi tujuan 5 menit
penyuluhan kesehatan,
mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan dan
memberi salam penutup.
G. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Klien dan keluarga dapat kooperatif, respon mendengarkan dan memperhatikan
penyampaian materi.
2. Evaluasi Akhir
Setelah diberikan pendidikan kesehatan klien keluarga dapat menjelaskan dan
mendemonstrasikan cara penanganan dari snack bite.
H. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Snack Bite
Snack bite atau gigitan ular merupakan suatu keadan yang disebabkan oleh
gigitan ular berbisa. Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang
mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi yang dapat mempengaruhi
sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dan sistem pernapasan.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan
mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut
merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar
yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang
terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya
terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama
protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT,
yaitu:
R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat
menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget.
I: Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak
berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang,
lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan
(tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).
G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul ada
korban.
Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
- Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam,
jika derajat meningkat maka diberikan SABU
- Derajat II: 3-4 vial SABU
- Derajat III: 5-15 vial SABU
- Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU
I. Sumber Materi
Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM. Penatalaksanaan Keracunan akibat
Gigitan Ular Berbisa. Jakarta. Diunduh dari : Diunduh dari: www.pom.go.id
Djoni Djunaedi. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam,2009.h.280-3
Brian James Daley. Snakebite. Amerika: Medscape, 2010. Diunduh
dari:http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI
Oleh:
Kelompok 4
Rifandi Hardianto (P172111860)
Ni Putu Devi Indriyani (P172111860)
Yaomil Dayu S. (P17211186031)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)