Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….. .. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………… ii

BAB I SCOPE GEOMORFOLOGI ………………………………………………… 1

BAB II GEOMORFOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN …………………….. 3

Fisiografi (Physiograpy)………………………………………………………….. 3

Geologi (Geology) ………………………………………………………………… 3

Meteorologi dan Klimatologi (Meteorology and Climatology) ……. 3

Hidrologi (Hidrology) ……………………………………………………………. 4

Geografi (Geograpy) ……………………………………………………………… 4

BAB III BEBERAPA PRINSIP DASAR GEOMORFOLOGI …………… 5

BAB IV RELIEF BUMI …………………………………………………………….. .. 9

Relief Orde Pertama ……………………………………………………………… 9

Relief Orde Kedua ………………………………………………………………… 10

Relief orde ketiga ………………………………………………………………….. 12

BAB V STRUKTUR, PROSES, DAN STADIA ……………………………… 15

Struktur ……………………………………………………………………………….. 15

Proses ………………………………………………………………………………….. 18

Stadia ………………………………………………………………………………….. 21

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………… 25


BAB I

SCOPE GEOMORFOLOGI

“Geomorfologi” merupakan hasil naturalisasi kedalam bahasa Indonesia yang berasal


dari “Geomorphology”. Geomorphology tersusun dari tiga kata yang berasal dari bahasa
Greek, yaitu “Geo” berarti “Bumi”, ”Morpho” berarti “bentuk” dan “Logos” berarti “a
discourse” atau suatu pembahasan/pembicaraan. Jagi Geomorfologi adalah ilmu
pengetahuan tentang bentuk-bentuk bumi, khususnya bentuk-bentuk permukaan bumi.
“Geomorphology is the science of land forms”[1]. Termasuk kedalamannya bentuk-
bentuk sub marine.

WORCESTER (1939) memberi definisi geomorfologi sebagai uraian dan tafsiran cari
bentuk-bentuk relief permukaan bumi “….., it is a description and interpretation of the
earth’s relief features”[2].

Defenisi WORCESTER ini lebih luas dari “the science of land forms”, sebab termasuk
kedalamannya pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
ocean basin dan continental plat form, juga bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil
(daerahnya lebih sempit) dari yang disebut pertama, seperti plain, plateau, mountain
dan sebagainya. Dimana untuk pembahasannya memerlukan bantuan dari Earth Science
lainnya, seperti Geologi Dinamika dan Geologi Strktur.

A.K.Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology” memberikan sub titel An


Introdaction to the study of landscapes[3]. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah
natural landscapes. Sub titel tersebut memberikan gambaran bagaimana scope dari
geomorfologi itu.

Dalam memberikan uraian dan tafsiran atas bentuk-bentuk muka bumi, landform atau
landscapes ada tiga faktor yang dapat menjiwai isi pelajaran geomorfologi, yaitu struktur,
proses dan stadia. Ketiganya merupakan satu kesatuan pembahasan dalam
geomorfologi. Kalau pembahasan semata-mata terbatas pada kenyataan atas bentuk-
bentuk muka bumi tanpa pembahasan struktur, proses dan stadia, maka itu bukanlah
studi geomorfologi. Kemungkinannya hanyalah merupakan suatu uraian tentang
topografi atau relief atau earth’s configuration.

earth’s configuration semata-mata terbatas pada bentuk-bentuk muka bumi


sebagaimana adanya, tanpa memperhatikan faktor struktur.

Dalam studi geomorfologi dewasa ini, termasuk pula kedalamannya bagaimana


penggunaan praktek dari setiap bentuk-bentuk muka bumi bagi kehidupan manusia,
yang lebih dikenal dengan istilah “Geomorphic Applied”.

BAB II

GEOMORFOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN

Ilmu-ilmu lain yang dimaksudkan disini adalah ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan
geomorfologi utamanya Earth Science.

Fisiografi (Physiograpy), pada mulanya mencakup studi tentang Atmosphere, air dan land
form bumi. Fisiografi yang mencakup ketiga objek studi itu sangat berkembang di
Kontinen Eropa. Geomorfologi yang mempelajari tentang landform itu termasuk sebagai
salah satu cabang dari Fisiografi. Akan tetapi di Amerika dengan perkembangan
Meteorologi (studi tentang atmosphere) dan Hidrologi (ilmu tentang air) yang pesat,
menyebabkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu pada land form saja.
Karena itu di Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi.

Geologi (Geology), mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, karena
meliputi seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi hanya membicarakan permukaan
dari pada kerak bumi (surface features of the earth’s crust). Karena itu pula geomorfologi
itu dianggap sebagai cabang dari geologi kemudian dalam sejarah perkembangannya
geomorfologi menjadi suatu disiplin tersendiri, terlepas dari geologi setelah V.N. DAVIS
berhasil dalam penelitiannya di Applachian Mtc.

Geologi struktur dan geologi dinamika adalah cabang-cabang geologi yang sangat
membantu dalam geomorfologi. Dengan geologi dinamika dapat membantu untuk
menerangkan evolusi permukaan bumi. Sedangkan geologi struktur membantu dalam
menerangkan jenis-jenis struktur land form, yang banyak-banyak dicerminkan oleh
struktur geologinya. Karena itu untuk mempelajari geomorfologi terlebih dulu
dibutuhkan adanya pengetahuan dasar geologi.

Meteorologi dan Klimatologi (Meteorology and Climatology), yang mempelajari keadaan


fisik dari atmosphere dan iklim mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung atau
permukaan bumi. Pekerjaan udara (seperti angin, listrik angin, temperatur udara dsb)
dan pengaruh iklim dapat membawa perubahan-perubahan yang besar atas struktur
land form yang telah terbentuk. Karena itu untuk mempelajari perubahan-perubahan
bumi, diperlukan bantuan dari ilmu-ilmu tentang atmosphere ini. Atas dasar itu pula
timbulnya sub disiplin baru geomorfologi, yaitu “Climatic-Geomorphology” atau
geomorfologi iklim. Dimana bentuk-bentuk pada permukaan bumi diterangkan dengan
berlatar belakang pada iklim sebagai faktor penyebabnya.

Hidrologi (Hidrology) sebagai ilmu pengetahuan tentang air di bumi (the science of the
waters of the earth), termasuk sungai-sungai, danau-danau, laut dan iar tanah, juga
merupakan pembantu dalam pembahasan geomorfologi.

Sama halnya dengan atmosphere, air dapat menyebabkan perubahan-perubahan atas


land form yang sudah ada dan dapat meninggalkan bekas-bekasnya.

Geografi (Geograpy) mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi,
sebab mencakup aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkan
geomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi.
Geografi yang menekankan tinjauannya pada “Space Criented” dapat menunjukkan
dimana dan bagaimana penyebaran dari pada struktur land form serta mengapa
penjabarannya demikian. Mengingat sifat dari geografi yang “Anthropocentris”, dan
dalam hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplin :
“Geography of land form”. Dimana didalamnya sudah mencakup, bagaimana meng-
appliedkan setiap jenis-jenis land form untuk aktivitas dan kehidupan manusia. Dengan
kata lain dapat menjalin suatu hubungan timbal balik antara manusia dengan land form
yang ada.

BAB III

BEBERAPA PRINSIP DASAR GEOMORFOLOGI


Untuk memberikan interpretasi dan uraian yang tepat atas land form yang ada sekarang
diperlukan adanya pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau konsepsi-konsepsi, dasar
dari geomorfologi. Fundamental konsep inilah yang terlebih dahulu harus dipelajari
sebelum masuk kedalam inti pelajaran Geomorfologi.

Konsepsi dasar itu antara lain :

Prinsip Uniforitarisma (the principle of Uniformitarianism)

Yang mengatakan bahwa segala gejala-gejala alam besar sekarang, terjadi dengan jalan
yang lambat dan proses bersambungan serangan dengan proses-proses yang kini sedang
berlaku. Prinsip ini dikemukakan oleh HUTTON (1785), kemudian dilanjutkan oleh
PLAYPAIR (1602) dan lebih dipopulerkan oleh LYELL (1830). Dalam beberapa edisinya
tentang “Principles of Geology”. Nutten mengemukakan semboyan “the present is the
key to the past”[4]. Maksudnya hukum-hukum alam sekarang, berlaku juga untuk mana
yang lalu.

Sebenarnya prinsip ini pada mulanya merupakan prinsip dasar dari geologi modern.
Akan tetapi, juga menjadi prinsip dasar geomorfologi mengingat adanya hubungan yang
erat anatara kedua ilmu itu. Sebagai contoh penggunaan prinsip ini dalam geomorfologi,
dapat disebutkan, bahwa “Karst Region” yang ada sekarang, seperti di Pantai Selatan
Jawa, Maros, Jugeslavic, Cuba dsb tidaklah muncul denga tiba-tiba, tetapi telah melalaui
suatu evolusi yang panjang sampai mencapai bentuknya yang sekarang ini. Bahwa
evolusi ini masih berlangsung terus dan akan tetap berlangsung terus.

Yang bertentangan dengan prinsip uniformitarism ini ialah teori malapetaka


(“Cataclysnist theory” atau “Catastrephic theory), yang mengatakan bahwa perubahan
muka bumi serta bentuk-bentuk yang terdapat diatasnya, itu terjadi sekaligus, secara
tiba-tiba, tidak secara evolusi. Teori malapetaka ini tidak laku lagi bagi geologi dan
geomorfologi, sejak keluarnya prinsip uniformitarism.

Struktur geologi adalah faktor penting dalam evolusi dari bentuk muka bumi (land form)
dan struktur itu terlukiskan pada muka bumi.
“Geologie structure is a deminant control factor in the evolution of land forms and is
reflected in them”[5].

Struktur geologi itu memberi pengaruh atas pembentukan struktur land forms, misalnya:

Struktur berlapis yang horizontal (struktur geologi), memberi pengaruh atas


terbentuknya struktur land form, yang disebut “Plain”, kalau reliefnya rendah dan
“Plateau”, kalau reliefnya tinggi.

Struktur lipatan (folded structure) memberi pengaruh atas bentuk muka bumi, yaitu
terbentuknya land form yang disebut “Folded Fountains”.

Berbagai proses geomorfologi meninggalkan bekas yang berbeda-beda.

“Geomorphic processec leave their distinetive imprint upon land forms, and each
geomorphic procese develops its own characteristic assemblage of land forms”[6].

Proses geomorfologi adalah segala pengaruh pekerjaan fisic dan kimiawi yang
menyebabkan permukaan bumi mengalami perubahan.

Dalam perkembangan land forms terdapat berbagai tingkatan (stadia), sebagai akibat
dari pekerjaan erosi di atas muka bumi.

“As the different orocional ogencies act upen the earth’s surface there is produced a
sequence of land forms having distinetive characteristics at the succesive stages of their
development”[7]. Yang pertama-tama mengemukakan adalah tingkatan (stadia) ialah itu,
W.B. DAVIS. Davis menamakannya “Geographic cycle”[8]. Kemudian oleh LAWSON
disebutnya“Geographic cycle”[9]. Akhir-akhir ini lebih dikenal dengan nama “Devisian
cycle”[10], sebagai penghargaan dari geomorfolog abad sekarang ini atas jasa-jasa W.B.
DAVIS.

Menurut Davis dikenal 4 stadia (stages), yaitu : (a) Initial, (b) Youth, (c) Naturity, dan (d)
Old Age. Tiap-tiap tingkatan itu, biasanya dibagi lagi atas beberapa bagian, misalnya
“Maturity stages” dibagi menjadi : early Mature, Mature, dan Late Mature.

Yang dimaksud dengan stadia (stages) ini, bukan usia dalam tahun, melainkan sifat-sifat
karakteristik yang dimiliki oleh tiap-tiap land form.
Bentuk-bentuk muka bumi kebanyakan mengalami evolusi yang kompleks dari pada yang
sederhana.

“Complexity of geomorphic evolution is more common than cimplicity”[11].

Land form yang ada sekarang sebahagian besar merupakan hasil dari beberapa proses
dan siklus geomorfologi. Jarang didapatkan perubahan bumi yang baru mengalami satu
proses dan satu siklus.

HORBERG (1958) mengemukakan 4 jenis landscapes yaitu:

Simple landscapes, dihasilkan oleh satu proses geomorfologi

Compound landscapes, dihasilkan oleh beberapa proses geomorfologi

Konocyclic landscapes, hanya mengalami satu siklus erosi

Multicyclic landscapes, mengalami satu siklus erosi

Exhumed atau Resurrected Landscapes, terjadi pada suatu waktu yang telah lalu,
kemudian telah mengalami penutupan oleh pengendapan, dan akhirnya bentuk mula-
mula muncul kembali karena penutupnya telah hilang oleh erosi.

Topografi muka bumi sekarang, kebanyakan terbentuk pada masa Pleistocene, jarang
terbentuk pada masa sebelumnya.

“Little of earth’s tophography is older than Tertiary and most of it no older than
Pleistocene”[12].

Interpretasi yang tepat mengenai landscape yang ada sekarang, tidak mungkin dibuat
setepat-tepatnya tanpa memperhatikan perubahan iklim dan geologi pada masa
Pleistocene.

“Preper interpretation of present-day landscapes is impossible without will a full


approciation of the manifold influenced of the geologie and climatic chages during the
Pleistocene”.[13]
Pengetahuan tentang iklim adalah perlu untuk mengetahuisebagai proses geomorfologi.
Dimana iklim menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung atas proses geomorfologi.

“An appreciation of world climatic is necessery to a preper understanding of the varying


importance of different geomorphic processes”[14].

Karena pentingnya iklim dalam menerangkan landscapes, maka muncullah sub disiplin
baru, yaitu “Climatic Geomorphology”.

Geomorfologi, meskipun terutama mempelajari landscape yang ada sekarang, tetapi


juga mempunyai kepentingan pada masa lalu, karena itu terpaksa harus kembali pada
zaman-zaman geologi yang telah lalu. Dengan demikian “Historical-Approach”
memegang peranan pula dalam studi geomorfologi. Aplikasi dari prinsip-prinsip
uniforitarism tidak terlepas dari Historical Approach.

Aspek-aspek geomorfologi dahulu kala dapat dipelajari dalam “Paleomorphology”[15].

Kesembilan konsepsi unsur diatas hendaknya menjadi pengetahuan dasar untuk


membahas lebih mendalam geomorfologi sesuatu daerah. Tentu saja tidak selamanya,
konsepsi-konsepsi dasar itu secara keseluruhannya dapat diaplikasikan untuk sesuatu
geomorphic unit. Mungkin hanya beberapa diantaranya yang dapat dipakai.

BAB IV

RELIEF BUMI

Relief yang dimaksudkan disini mencakup suatu pengertian yang luas, baik yang terdapat
diatas benua-benua maupun yang terdapat didasar laut. Berdasarkan atas pengertian
yang luas itu, relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :

Relief Ordo I (Relief of the first order)

Relief Ordo II (Relief of the second order)

Relief Ordo IV (Relief of the third order)

Pengelompokan atas ketiga jenis relief diatas didasarkan pula atas kejadiannya masing-
masing. Karena itu pula didalamnya terkandung unsur waktu relatif.
Relief orde pertama

Yang terdiri atas continental plat forms dan ocean basing. Bentuk-bentuk dari orde
pertama ini mengambil tempat yang terluas diatas muka bumi.

Luas daratan dan air seluruhnya 107.000.000 mil persegi, yaitu continents seluas
56.000.000 mil persegi dan sisanya 10.000.000 mil persegi merupakan continental shelf.
Yang dimaksud dengan continental plat forms meliputi continental dan continental shelf.
Menjadi luas seluruh continental plat forms adalah 66.000.000 mil persegi.[16]

Continental plat forms Amerika Utara & Selatan, Eurasia, Afrika, Australia, dan Antartika
merupakab bahagian-bahagian yang tertinggi dari permukaan lithosphere.

Continental shelves adalah bagian dari continental plat forms yang terletak dibawah
muka laut.Ocean Basin mempunyai kedalaman rata-rata 2,5 mil dibawah muka laut.
Walaupun demikian, dasar laut mempunyai topografi yang sangat tidak teratur. Terdapat
banyak depressi-depressi yang sangat dalam dari batas kedalaman rata-rata yang dikenal
sebagai “Ocean Troughs” : disamping itu terdapat pula bagian-bagian dasar laut yang
muncul tiba-tiba ataukah secara bergradasi mendekati muka laut.

Kejadian dari relief orde pertama ini, sangat erat hubungannya dengan kejadian bumi.
Dimana tercakup kedalamannya teori-teori geologi, astronomi, fisika dan matematika,
seperti misalnya “Planetesimal Hypethesis”, “Liquid Earth Theories” maupun
“Continental Drift Theory”. (baca kuliah-kuliah lalu tentang teori ini).

Relief orde kedua

Biasa pula disebut “Constructional forms”, sebab relief ini dibentuk oleh tenaga dari
dalam sebagai “Constructional Forces”.

Daerah contient dan ocean basin merupakan tempat berdirinya atau terbentuknya
kesatuan-kesatuan relief dari orde kedua ini, seperti plain, plateau, dan mountains.

“Diastrophisn” yang mengakibatkan semua macam gerakan defereasi (perubahan


forhasi) dapat berupa :
“Spirogenetic” (bahasa Greek : epiros = benua), jika macam gerakannya meliputi daerah
yang luas dan sangat perlahan-lahan. Term ini dimaksudkan sebagai tenaga pembentuk
benua “continent buiding forces”.

“Orogenetic” (bahasa Greek : Oros = gunung), jika macam gerakannya meliputi daerah
yang luas dan sangat cepat. Term ini dimaksudkan sebagai tenaga pembentuk
pegunungan “mountain building forces”.

Kedua gerakan tersebut menyebabkan terbentuknya “contractional land forms”.[17]

Suatu daerah yang mempunyai formasi batuan (lapisan-lapisan) yang horizontal, akan
membentuk suatu land forms yang disebut : Plain ataukah Plateau (Gbr. No. 1 A). lapisan
batuan dari daerah seperti ini adalah sederhana, dimana bodinya telah terangkat dan
dasar laut oleh tenaga-tenaga dari dalam.

Kelompok lainnya adalah “mountains”. Struktur batuan yang sederhana dirubah


bentuknya. Jika lapisan batuan sedimen dilekukkan keatas akan menghasilkan suatu
“Dome” (kubah) yang lebih tinggi daripada daerah sekelilingnya, disebut “Dome
Mountain” (Gbr. No. 1 B) jika kerak bumi pecah atau patah menjadi blok yang diikuti oleh
deslocation, elevation, dan tilting akan menghasilkan “Block Mountains” (Gbr. No. 1 C).
Jika batuan sedimen mendapat tekanan yang arahnya horizontal menghasilkan “Folded
Mountains” (Gbr. No. 1 B). Yang terakhir merupakan kombinasi dari bermacam-macam
gangguan, menghasilkan “Complex Mountain” (Gbr. No. 1 E).

Kelompok terakhir dari relief orde kedua, yaitu yang dihasilkan oleh Volcanic activity,
yang disebut “Volcanic forms” (Gbr. No. 1 F).

Batuan relief orde kedua, yang dibicarakan diatas, semuanya masih berada pada tingkat
permulaan (Initial Stage), masih kurang atau belum mempunyai detail. Nanti sesudah
mengalami tenaga-tenaga perusak “destructional forces” barulah bentuk-bentuk
tersebut memperoleh elemen-elemen yang lebih detail dan lebih ruwet.

gambar

Relief orde ketiga


Biasa disebut “Destructional forms” sebab relief ini di bentuk oleh tenaga-tenaga
perusak atau tenaga-tenaga dari luar, “Destructional Forces”.

Sejumlah besar bentuk-bentuk detail dari permukaan bumi berada pada relief orde
ketiga ini. Mereka ini adalah bentuk-bentuk kecil, yang sekarang tak terhitung banyaknya,
yang memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk konstruktionil dari relief orde kedua.

Tenaga perusak itu selama dan sesudah melakukan operasinya, akan meninggalkan
bentukan-bentukan erosi (erosional forms), didalam bentuk seperti : Valleys dan
Canyens, meninggalkan bekas-bekas (residual forms) didalam bentuk peaks dan summits
yang tidak dapat lagi dirusakkannya. Disamping itu akan meninggalkan bentuk-bentuk
pengendapan (depesitional forms), berupa delta-delta dan mqraine-mqraine.

Relief orde ketiga ini dapat digolongkan menurut tenaga-tenaga perusak atau agent-
agent yang menghasilkannya. Ada 4 agent yang utama, yaitu Streams, Glaciers, Wavws
dan Winds. Sedangkan Wheatering adalah pembantu utama bagi keempat agent
tersebut.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh stream yaitu:

Erosional forms, seperti : gallies, valleys, gorges dan canyons.

Residual forms, seperti : peaks, ronadrocks, summits areas.

Depositional forms seperti : alluvial forms, flood plains and deltas (Gbr. No. 2 A).

Bentuk yang diciptakan oleh Glaciers yaitu :

Erosional forms, seperti : cirques, glacial trought

Residual forms, seperti : Patterhorn – peaks, Aretes, Roche Eontounees

Depositional forms seperti : Deraine, Drumlins, Kame dan Esker. (Gbr. No. 2 E).

Bentuk yang diciptakan oleh Waves yaitu :

Erosional forms, seperti : erode sea caves

Residual forms, seperti : staoks & Arches


Depositional forms seperti :beaches, bars & spits (Gbr. No. 2 C ).

Bentuk yang diciptakan oleh Winds yaitu :

Erosional forms, seperti : blow holes pada daerah-daerah yang berpasir

Residual forms, seperti : pedestal dan mushroom rocks.

Depositional forms seperti :endapan pasir atau lempung dalam bentuk dunes atau
luess[18]. (Gbr.No.2 D).

Selain tenaga-tenaga perusak yang bersifat fisic itu, juga organisme-organisme tertentu
dapat menjadi agent yang cenderung merusakkan batuan-batuan permukaan bumi.

Sebaiknya aktivitas depositionalnya menghasilkan bentuk-bentuk seperti : Coral – reefs


dan aat – hills.

Dapat disimpulkan, bahwa waktu terbentuknya ketiga relief itu berbeda-beda. Relief
bentuk pertama terbentuk lebih dulu dari pada relief orde kedua dan relief orde kedua
terbentuk lebih dulu dari pada relief orde ketiga.

Istilah lainnya yang dapat dipakai untuk menunjukkan ketiga jenis relief itu, adalah istilah
yang digunakan oleh NORMAH E.A. MINDS, yaitu :

Prinary Relief,

Hypegene Relief, dan

Epigeno Relief[19].

Penggunaan istilah Hypegene pada relief orde kedua adalah sesuai dengan tenaga
pembentuknya, yaitu tenaga dari dalam. Begitu pula istilah epigene pada relief orde
ketiga adalah identik dengan tenaga dari luar.

BAB V

STRUKTUR, PROSES DAN STADIA


Struktur, proses dan stadia merupakan factor-faktor penting dalam pembahasan
geomorfologi. Pembahasan sesuatu daerah tidaklah lengkap kalau salah satu diantaranya
tidak dikemukakan (diabaikan).

Pada pembahasan terdahulu, telah dikemukakan ketiga factor itu sebagai prinsip-prinsip
dasar geomorfologi. Sedangkan pada bahagian ini akan lebih diperjelas lagi, bagaimana
arti dan kedudukan ketiga factor ini dalam studi geomorfologi.

v STRUKTUR

struktur suatu daerah haruslebih dulu dimengerti dalam mempelajari land forms.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa struktur geologi adalah factor penting dalam
evolusi land forms dan struktur itu terlukiskan pada muka bumi, maka jelas bahwa land
forms sesuatu daerah itu dijiwai oleh struktur geologinya.

Beberapa pengertian struktur :

Menurut P.G. VONCESTER : “structure has to do with the position or arrangement of the
rocks of the earth”.[20]

Jadi Worcester menekankan pada posisi atau tata susunan dari batuan-batuan dibumi.

Menurut NORMAH E. A. HINDS : “by structure is meant the arrangement in the visible
part of the bodies of rock which comprizo it”.[21]

Pengertian ini tidak berbeda prinsip dengan yang dikemukakan oleh Worcester.

W.D. THORNBURY memberikan pengertian yang lebih luas.

The term structure as it is used in geomorphology is not applied in the narrow sense of
such rock features as felds, faults, and unconfornities but it includes all these ways in
which the earth materials out of which land forms are carved differ from one another in
their physical and chemical at tributes.[22]

Selain dari itu termasuk pula : sifat-sifat batuan, ada tidaknya rekah-rekah, ada tidaknya
bidang lapisan, patahan, kegemburan, mudah tidaknya diresapi air dan lain-lain yang
membedakan batuan yang satu dengan yang lain.
Lebih lanjut THORBURY mengemukakan, bahwa :

The term structure also has stratigraphic implicaticas, and knowledge of the structure of
a region implies an appreciation of rock sequence, both in outcrop and in the
subsurface , as well as the regional relation ships of the rock strata.[23]

Jadi menurut THORBURY, bahwa pengertian struktur untuk geomorfologi adalah lebis
luas.

A.K. LOBECK membedakan antara “Struktur geologi” dan Struktur Land Form”

Beberapa istilah struktur geologi : Horisontal structure, dome structure, faulted


structure, folded structure, complex structure & volcanic structure.

Beberapa istilah struktur land form : Plain atau plateau dome mountain, Block
mountain, Folded mountain, Complex mountain & Volcano.[24]

Karena struktur land form itu sangat ditentukan oleh struktur geologinya, dimana
struktur geologi itu dibentuk langsung oleh tenaga-tenaga dari dalam, yang disebut
constructional forces, maka struktur land form dapat diartikan sebagai : bentuk
permukaan tanah yang konstruksionil (constructional land form) yang dibuktikan oleh
tenaga geologis yang datangnya dari dalam.

Misalnya : dataran plateau, peg. Patahan, peg. Lipatan, g. api.

Beberapa klassifikasi struktur :

Each structure may Be varying resis-tance within it mass.

W. N. DAVIS (1924) membagi struktur atas 4 jenis.

- Approximately horizontal

- Boderately inelined

1. Layered - Steeply inelined and faulted

Structures - Moderately or greatly warped


- Folded (moderately or strougly,

Regularly or complexly, etc.

Crystaline or metamorphosed masses commenly of

nearly uniform resistance, so that drainage is chiefly

2. Massive consequent or insequent; but in some instances

Structure of differing resistance so that a subsequent pattern

of drainage may be developed.

3. Combined Massive and layered structures asseciated in all imposible

Structures relationship.

Volcanic Cones, ash fields, lava fields or narrow area or

Structures widespread axtesion.[25]

VON ENGELN membuat klassifikasi struktur atas dua golongan besar, yaitu :

I Simple structures (struktur sederhana)

II Diserdered structures (struktur rumit)

Tiap golongan struktur itu dibaginya lagi atas group-group yang didasarkan atas sifat dan
jenis batuannya. Untuk jelasnya dibawah ini dikemukakan bagan/ikhtisar dari
klasifikasinya sebagai berikut :

I. Simple structures

Group A. In General unconselidated ( ? ) sediments

Coastal palins

Piedment plains

Tundra plains
Fluvial, Iacustrine, and deltaic plains

Desert erg or Koum areas

Glasial palins (till and out wash)

Loessial palins

Group B. Consolidated rocks

Interior plateau

Open basins with centripental dips (nested saucers)

Lava flow plains and plateaus

Volcanic Cones

Group C. Consilidated rocks – Limestone Compesition

Karst Units

Coral Islands

II. Diserdered Structures

Group D. - Fold and fault structures

- Consolidated rocks

- Commenly composed of or involving sedimentaries

Dome Uplift :

- Type (a) Iaccolithic

- Type (b) deep – sea ted (batholithic)

Fold Mountains

- Type (a) simple folds


- Type (b) overfolded, nappes, thrusct.

Fault – Block Mountains

Group E - Shield units – Ancient rigit masses

- Ketamorphic and igreous rocks

- Plain : plateau, mountain topography

- Long erosional history.

Ancient igaseus masses and metamorphic shields

Peneplaned sediments and metamorphic

Continental glasiers.[26]

Daerah-daerah yang mempunyai kesatuan struktur yang sama disebut “Geomorphic


Unit”. “By definition each such” geomorphic – unit” will have uniformity of structure
within its confines”.[27]

Istilah yang hampir sama dengan Geomorphic Unit, yaitu “Physiographic prevince”.
Propinsi fisiografi ini, disamping ditentukan oleh kesatuan struktur, juga ditentukan oleh
adanya persamaan sejarah hidup dari unit-unit geomorfologi itu. Dimana latar belakang
iklim besar peranannya dalam pembentukan propinsi fisiografis.

A physiographic province is a region that has unit structure, any specffied kind, and unit
geographic history. It has further, a particular climatic background.[28]

A.K. LOBECK membagi struktur land forms dua golongan besar, sebagai berikut :

I. Simple structures (struktur sederhana)

a. Plains (Slow relief)

b. Plateau (High Relief)

II. Disturbed Structures (stuktur yang terganggu), terdiri atas :


Demo mountains

Feadted mountains (Block mountains)

Folted mountains

Complex mountains

Veleacees.[29]

Dari jenis-jenis struktur yang ditentukan dari klasifikasi-klasifikasi tersebut diatas, dapat
diaplikasikan bagi setiap bagian dari muka bumi ini.

Segi-segi kepraktisan, hendaknya dipertimbangkan dalam menerapkan struktur-struktur


tersebut pada bagian-bagian muka bumi tertentu. Dalam studi geomorfologi Regional
faktor struktur sangat penting, sebab regionalisasi diadakan berdasarkan geomorphic
unitnya. Sedang geomorphic unit ditentukan oleh faktor strukturnya.

v PROSES

Menurut W. D. TRUNBURY, bahwa proses geomorfologi ialah semua perubahan fisic dan
kimiawi yang berpengaruh pad bentuk permukaan bumi. Perubahan-perubahan mana
dapat disebabkan oleh proses-proses yang terjadi diluar atau didalam kerak bumi.

“The geomorphic processes are all those physical and chemical changes which effect a
modification of the earth’s surficial form ………… and the processes performed by them
originate out side the earth’s crust, …………………………….. other geomorphic processes
have their origin within the earth’s crust …….[30]

Proses-proses yang terjadi diluar kerak bumi oleh LANSEN disebut “Epigene” dan oleh
PENCK disebut “Exogonous”. Sedangkan proses-proses yang terjadi didalam kerak bumi
oleh LANSEN disebut “Eypogene” dan oleh PENCK disebut “Endogenous”.[31]

W. D. TRUNBURY membuat out line dari geomorphic processes sebagai berikut :

OUT LINE

GEOMORPHIC PROCESSES
Epigene or Exogenous prosesses :

- Gradation

- Degradation

- Weathering

- Nass wasting or gravitative transfer

- Erosion (including transportation) by :

Running water

Ground water

Waves, Currents, tides and tsunami

Wind

Glaciers

- Agradation by :

- Running water

- Ground water

- Waves, Currents, tides and tsunami

- Wind

- Glaciers

- Work of orgnisms, including man

Hypogene or Endogeneous processes :

- Diastrephism

- Vulcanism
Extraterrestrial processes :

- Infall of meteorites.[32]

Kalau dibandingkan dengan pendapat ahli lain seperti WORCESTER,LOBECK, G.N. DURY
terdapat sedikit perbedaan interpretasi dalam memberikan pengertian atau
”Geomorphic Processes” yang telah ditanamkan oleh W. H. DAVIS. Kelompok yang
terakhir disebutkan diatas lebih menekankan arti processes itu, semata-mata yang
menjadi oleh tenaga-tenaga diluar erak bumi. Jadi semata-mata pada exegeneous atau
epigene processes saja.

Menurut WORCERTER “Proces refers to the agents of erosion, such as wind, streams,
glaciers and waves that seulpture the land surfaces”.[33]

Jadi WORCESTER menekankan proses itu pada agents erosi saja, seperti angin, sungai
gletser dan gelombang.

Menurut LOBECK, “………….. the processes employed to modify the original form. What
destructive forces have been that work there?”.[34]

Jadi menurut LOBECK bahwa prose itu dapat memberikan model pada bentuk yang
mula-mula. Beliau mengemukakan satu kalimat tanya, yang menyatakan, bahwa apakah
tenaga-tenaga perusak yang bekerja dinisi?. Pertanyaan ini dijawabnya sendiri dengan
mengatakan, seperti : “ dissected by streams”, “glaciated”, “wind-eroded” atau “attacked
by waves”. [35]

Jelas disini bahwa WORCESTER dan LOBECK tidak melibatkan tenaga-tenaga atau proses-
proses dari dalam untuk memberikan pengertian atas proses itu.

Penyusun sendiri setuju dengan pengertian “Geomorphic Processes” yang yang semata-
mata dijiwai leh tenaga-tenaga/proses dari luar, dengan 2 alasan yaitu :

Tenaga-tenaga/proses dari dalam lebih cenderung untuk membentuk “structure” seperti


pembentukan plain, plateau, dome mountain, folded mountain, block mountain,
complex mountains dan Volcanoes.
Tenaga-tenaga/proses dari luar cenderung merubah bentuk atau struktur land form
mual-mula dengan gaya merusak yang dimilikinya masing-masing.

Gaya merusak inilah yang menyebabkan adanya tingkatan-tingkatan atau “stages” pada
setiap jenis land form. Stadia atau stage tidak disebabkan oleh tenaga-tenaga dari dalam,
seperti diastrophism atau vulcanism.

Tak dapat disangkal, bahwa memang kedua tenaga itu, yang disebut juga internal
prosesses dan external prosesses mempunyai pengaruh yang dominan dalam
pembentukan suatu land form yang spesifik diatas muka bumi ini, karena itu pulalah,
sejarah genetis A.K. LOBECK membagi land scapes atas dua golongan besar yaitu :

Constructional landscapes, yaitu semua land scapes yang terbentuk langsung akibat
tenaga-tenaga dari dalam (tenaga-tenaga luar belum bekerja disini, jadi masih berada
pada tingkat initial).

2. Destructional landscapes, yaitu semua landscapes yang terbentuk akibat tenaga-


tenaga dari luar pada golongan landscapes yang pertama diatas, sehingga terjadi bentuk-
bentuk erosi, residu dan sedimentasi. (Lihat bagan klasifikasi lanscapes secara genetis
pada halaman berikut).

Jadi yang dimaksudkan dengan proses disini, ialah semua tenaga-tenaga yang menjadi
perantara dalam perusakan (perombakan) struktur land form mula-mula, sehingga
memberi kemungkinan bagi land form itu mengalami tingkat-tingkat Youth, uaturity dan
old age.

Proses itu, terdiri atas : Streams (atau proses pluvial), Glaciers, Waves dan Wind.
Keempatnya disebut juga “Mobile agents” karena mereka dapat mengikis dan
mengangkat material-material bumi dan kemudian mengendapkannya pada tempat-
tempat tertentu. Sering juga dipakai istilah : “Geomorphic Agents”.

v STADIA
Akhirnya adalah perlu untuk menyatakan bagaimana jauhnya perusakan yang telah
terjadi. Hal ini dinyatakan dalam stage of development yang dicapai “……………….. how far
the work of destruction has gone, that is, the stage of development reached”.[36]

Untuk stadia yang dicapai digunakan istilah : (1) Young atau Youthful, (2) naturity dan (3)
Old age. Tiap-tiap tingkatan dalam geomorfologi itu ditandai oleh sifat-sifat tertentu yang
spesifik, bukan ditentukan dengan usia dalam tahun. (Perhatikan gbr. No. 3).

C L A S S I F I C A T I O N OF L A N D S C A P A E S

C L A S S I F I C A T I O N OF L A N D S C A P A E S
I C O M STR U CTI O NAL
STURTURE PROSES S TAG E
DESTRUCTIVE
GEOL OGY LAND FORM YOUNG NATURE OLD
FORCE
P LA I N YOUNG NATURE OLD
HORIZONTAL
Low Relief Plain Plain Plain
SIMPLE
PLATEAU YOUNG NATURE OLD
HORIZONTAL
High Relief Plateau Plateau Plateau
YOUNG NATURE OLD
DOME
DOME Dome Mo- Dome Mo- Dome Mo-
Mountains
untain untain untain
W
GL YOUNG NATURE OLD
BLOCK S T R A
FAUITED AC W I Block Mo- Block Mo- Block Mo-
Mountains E A V
IE N D untains untains untains
DIST M S E
R S YOUNG NATURE OLD
URBE FOLDED S
FOLDED Folded Folded Folded
D Mountains
Mountains Mountains Mountains
YOUNG NATURE OLD
COMPLEX
COMPLEX Complex Complex Complex
Mountains
Mountains Mountains Mountains
YOUNG NATURE OLD
VOLCANIC VOLCANOES
Volcano Volcano Volcano
II D E S T R U C T I O N A L
ER OS I O NAL R E S I D U A L DEPOSITIONAL
FORCE
(Erosi) (Peningalan Bekas) (Pengendapan)
Talus Cones,
WEATHERING Holes, Pits Exfolation Domes
Lands Lides
Deltas
Valleys Mountains
STREAMS Alluvial Fans
Canyons Divides
Flood Plains
Cirques Patterhorn Peaks Noraines
GLACIERS
Glacical Troughs Ar ete Drumnlins Eskers
WAVES Sea Caves Plat forms Bars Beaches
Clefts Cliffed Mead Lands
WINDS Blow Holes Rock Pedastals Dunes Loss
Coral reefs Ant
ORGANISMS Burrows
hills

KLASIFIKASI LAND FORM SECARA GENETIS (menurut A.K.LOBECK).

Sehubungan dengan stadia ini dikenal adanya “Geomorphic cycle” yang pada mulanya
ditanamkan oleh W.N. DAVIS dengan istilah Geomorphic cycle (lihat beberapa prinsip
dasar Geomorpologi).

Cycle (siklus) diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung
terus (continue), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir.

Misalnya :

es kalau cair jadi air

air kalau beku jadi es

es kalau cair jadi air, dst.

Geomorphic cycle (siklus geomorfologi) dapat diartikan sebagai rangkaian gejala


geomorfologi yang sifatnya continue.

Misalnya :

Suatu landscapes disebut mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui
stages of development : Youth, maturity dan old age.

Stadium old age dapat kembali menjadi youth apabila terjadi rejuvenation (peremajaan)
atas land form itu. (sebab – sebab terjadinya rejuvenation akan dijelaskan dalam tulisan
berikutnya). Dengan dimulainya kembali stadium youth, berarti pula siklus geomorfologi
yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah
jumlah siklus yang mendahului dari satu siklus yang terakhir.[37]
Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama dengan geomorphic cycle ialah “cycle
of erosien”. Dengan adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka
dikenal pula istilah : the first cycle of erosien, the second cycle of erosien, the third cycle
of erosien, etc.

Misalnya suatu plateau yang mencapai tingkat dewasa pada siklus yang kedua, maka
disebut : maturely dissected plateau in the second cycle of erosien.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih sederhana tentang : struktur, proses dan
stadia, dibawah ini dikemukakan contoh penggunaannya.

Contoh 1 : - Volcano (struktur)

- Stream dissected (proses)

(sungai banyak mengalami pengikisan)

- Mature (stage)

Contoh 2 : - plain (struktur)

- glaciaton (proses)

- old age (stage)

Contoh 3 : - coastal plain (struktur)

- attacked by waves (proses)

- sub mature (stage)

etc.–

…………………….ooOoo…………………….

DAFTAR PUSTAKA

COTTON, C.A., Landscape, as developed by the processes of normal erosien, Cambridge


University Press, London, Whitcombe and Tombs Ltd, Australia and New Zealand, 1947.
DURY, GEORGE H., Perspektives on Geomorphic Processes, Resourse Paper No. 3, AAG,
Washington, D.C, 1969.

ENGELEN, O.D. VAN., Geomorphology, Systematic and Regional, The Ne Nillan Company,
New York, 1960.

NENDS, NORMAN E.A., Geomorphology, The Evolution of Landscape, Prentice Hall, Inc,
New York, 1943.

LOBECK, A.K., Geomorphology, An Introduction to the study of Landscapes, Mc Graw Hill


Book Company, Inc, New York, 1939.

THORIBURY, W.D., Principles of Geomorphology, John Wiley & Sons, Inc, New York, 1954.

VERSTAPPEN, N.Th., Geomorfologi, Gaja dan Proses, Balai Pendidikan Guru, Bandung.

WORCESTER, PHILIP G., A Text Book of Geomorphology, D. Van Nordstrand Coy, Inc,
Princeton, New Jersey, New York, 1968.

C L A S S I F I C A T I O N OF L A N D S C A P A E S
ICOM STRUCTIONAL
STURTURE PROSES STAG E
DESTRUCTIVE
GEOL OGY LAND FORM YOUNG NATURE OLD
FORCE
P L A I N S T G L W W I YOUNG NATURE OLD
HORIZONTAL
Low Relief R E A C A V N D Plain Plain Plain
SIMPLE A I E E S
PLATEAU YOUNG NATURE OLD
HORIZONTAL
High Relief M R S Plateau Plateau Plateau
S
DIST YOUNG NATURE OLD
DOME
URBE DOME Dome Dome Mo- Dome Mo-
Mountains
D Mo-untain untain untain
FAUITED BLOCK YOUNG NATURE OLD
Mountains Block Mo- Block Mo- Block Mo-
untains untains untains
YOUNG NATURE OLD
FOLDED
FOLDED Folded Folded Folded
Mountains
Mountains Mountains Mountains
YOUNG NATURE OLD
COMPLEX
COMPLEX Complex Complex Complex
Mountains
Mountains Mountains Mountains
YOUNG NATURE OLD
VOLCANIC VOLCANOES
Volcano Volcano Volcano
II D E S T R U C T I O N A L
EROSIONAL R E S I D U A L DEPOSITIONAL
FORCE
(Erosi) (Peningalan Bekas) (Pengendapan)
Talus Cones,
WEATHERING Holes, Pits Exfolation Domes
Lands Lides
Deltas
Valleys Mountains
STREAMS Alluvial Fans
Canyons Divides
Flood Plains
Cirques Patterhorn Peaks Noraines
GLACIERS
Glacical Troughs Ar ete Drumnlins Eskers
Sea Caves Plat forms
WAVES Bars Beaches
Clefts Cliffed Mead Lands
WINDS Blow Holes Rock Pedastals Dunes Loss
Coral reefs Ant
ORGANISMS Burrows
hills

Anda mungkin juga menyukai