Anda di halaman 1dari 136

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI

PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL


KECAMATAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Ahli Madya Kebidanan
Di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Banjabaru

ASMIAH
NIM : 08.12.15.052

AKADEMI KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA


BANJARBARU
2016

i
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI
PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL
KECAMATAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Ahli Madya Kebidanan
Di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Banjabaru

ASMIAH
NIM : 08.12.15.052

AKADEMI KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA


BANJARBARU
2016
iii
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI


PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL
KECAMATAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
ASMIAH
NIM : 08.15.12.052

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Karya Tulis Ilmiah

Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru

Tanggal : Banjarbaru Juni 2016

Pembimbing

(PUSPITA SARI PRIBADI,S.SiT.M,KES)


NIK.1004 13

ii
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI


PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTMBUL
KECAMATAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
ASMIAH
NIM : 08.15.12.052

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

Tanggal : 14 Juni 2016

Menyetujui,

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Penguji I (Dian Rizeki Finarti, S.Kep) 1. ..................... ..............


10016.10

Penguji II (Puspita Sari Pribadi,S.SiT.M,Kes) 2. ..................... ..............


1004.13

Mengesahkan
Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Banjarbaru

(Sabarina Br Tarigan,S.ST,M.Kes)
NIK.10019.10

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarbaru Juni 2016

Penulis

iv
Berangkat dengan penuh keyakinan
Berjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan
Jadi lah seperti karang di lautan yang kuat
dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang
bermamfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
kerena hidup hanyalah sekali, ingat hanya pada
allah apapun dan di manapun kita berada
kepada dia lah tempat meminta dan memohon

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirrobbilalamin,,,

Atas bekas rahmat dan karunia Allah SWT, Akhirnya saya dapat

menyelesaikan karya Tulis Ilmiiah ini tepat pada waktunya..

Atas doa dan dukungan orang Tua dan teman-teman serta orang-

orang yang menyayangi saya.. akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas

Akhir ini..

Terimakasih Untuk Abah dan Mama Ku tercinta ,, dan kakak-

kakakku tersayang tanpa dukungan kalian semua tidak mungkin seperti

sekarang, Semua jerih payah kalian selama ini tidak akan sia sia dan

kesabaran kalian yang sangat ekstra sabar ikut mengantarkan saya untuk

meraih gelar Am.Keb, Saya bangga memiliki orang tua sepeti Abah dan

Mama yang tak pernah mengenal lelah ,,kalian selalu mencukupi semua

kebutuhan anakmu ini dengan sangat ikhlas,,

Terimakasih untuk ibu puspita sari pribadi,S.ST,M.Kes yang telah

sudi membimbing saya sehingga terselesaikannya karya tulis ini, dan saya

ucapkan terimakasih yang tidak terhingga untuk seluruh Dosen Akademi

Kebidanan Banua Bina Husada yang sudah memberikan ilmu dan

bimbingan yang sangat bermanfaat.

vi
Terimakasih untuk sohib-sohibku terutama (Wiwin S.ST,M.Kes, Ani

kurniawati S.ST,M.Kes, Winda S.ST,M.Kes, Lina patmalia S.ST,M.Kes,

Herlina Suyatno S.ST,M.Kes, dan teman-teman kelas 3D yang aku

sayangi) selama 3 tahun kita menuntut ilmu bersama, banyak suka dan

duka yang kita jalani bersama, semua ini akan menjadi kenangan termanis

yang tak kan pernah terlupakan. Dan terimakasih banyak kepada teman

saya Whiwin yang sudah bersedia menampung kehidupan diakhir-akhir

kuliah,, setelah lulus pasti bakalan kangen sama kalian ani, whiwin, kangen

masak-masak makan-makan, guyonan bersama...:D

Demikian Persembahan ini saya sampaikan, jika ada salah kata yang

tidak berkenan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

^_^ THANK’S FOR ALL ^_^

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjakan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayat-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah sebagai

mana mestinya dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamtan Astambul

Kabupaten Banjar” Penulis karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi

salah satu syarat menyelsaikan pendidikan pada Akademi Kebidanan Banua Bina

Husada.

Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan dan kesalahan baik dari segi ini maupun bahasanya. Namun demikian

penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan dimasa mendatang. Pada kesempatan ini penuulis ini ingin

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. H. Sempurna Tarigan, M.Kes, Selaku Pembina Yayasan Banua Bina Husada

Banjarbaru.

2. Hary Angga Tarigan, SH, Selaku Ketua Yayasan Banua Bina Husada

Banjarbaru.

3. Masita, M.Kes, Selaku Koordinator Pendidikan Akademi Kebidanan Banua

Bina Husada Banjarbaru.

4. Sabarina Br. Tarigan S.ST, M.Kes Selaku Direktur Akademi Kebidanan Banua

Bina Husada Banjarbaru.

ix
5. Puspita Sari Pribadi S.SiT, M.Kes Selaku Pembimbing hingga terselesaikannya

Karya Tulis Ilmiah.

6. Dian Rizeki Finarti, S.Kep Selaku penguji I yang telah membantu memberikan

arahan selama proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.

7. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru.

8. Kepala Puskesmas Astambul beserta staf yang telah memberikan izin dan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitia.

9. Kepada Kedua Orang Tua dan keluarga yang telah banyak memberi dukungan

kepada saya.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Akademi Kebidanan Banua Bina Husada

Banjarbaru yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

Atas segala bantuan dan kebaikan tersebut penulis mengucapkan

terimakasih seiring doa dan harapan penulis semoga Allah SWT memberikan

imbalan pahala yang sesuai.

Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis

khususnya dan pembaca umumnya.

Banjarbaru Juni 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PEGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
INTISARI xvi
ABSTRACK xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 8
E. Ruang Lingkup 9
F. Keaslian Penelitian 9
BAB II TUJUAN PUSTAKA 11
A. Konsep Pengetahuan 11
1. Pengetian Pengetahuan 11
2. Tingkat Pengetahuan 12
3. Cara Memperoleh Pengetahuan 14
4. Proses Tahu 18
5. Faktor-faktor mempengaruhi pengetahuan 19
6. Cara mengukur Pengetahuan 22
B. Konsep Dasar bayi 25
1. Pengertian bayi 25
C. Konsep Dasar Sunat Pada Bayi Perempuan 27
1. Pengertian Sunat bayi perempuan 27
2. Tipe Tipe Sunat Pada Bayi Perempuan 28
3. Pelaksanaan Sunat Pada Bayi Perempuan 29
4. Alasan Pelaksanaan Sunat Bayi Perempuan 30
5. Resiko Sunat Pada Bayi Perempuan 31
D. Faktor – Fartor Yang Mempengaruhi Sunat Pada Bayi Perempuan 32
E. Dampak Sunat Perempuan 37
BAB III METODE PENELITIAN 40
A. Kerangka Konsep 41
B. Definisi Operasional 42
C. Desain Penelitian 43

xi
D. Variabel Penelitian 43
E. Populasi dan Sempel 44
F. Waktu dan Tempat Penelitian 46
G. Etika Penelitian 46
H. Alat dan Metode Pengmpulan Data 47
I. Metode Pengumpulan Data 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51
A. Gambaran Tempat Penelitian 51
1. Data Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Astambul 51
2. Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Astambul 52
B. Hasil Penelitian 53
C. Pembahasan 53
D. Keterbatasan Penelitian 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 68
A. Kesimpulan 68
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Tabel Definisi Operasional 42


Tabel 4.1 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Danb Golongan Umur 52
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan pengetahuan 54
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan umur 54
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan 55
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan 55
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan sumber informasi 56
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan soaial budaya 56
Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan lingkungan 57

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori 40


Gambar 3.2 : Kerangka Konsep 41

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lember Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Manjadi Responden
Lampiran 3 : Lember Kuisoner
Lampiran 4 : Surat Studi Pendehuluan Kepuskemas
Lampiran 5 : Surat Jawaban Dari Puskesmas
Lampiran 6 : Surat Mohon Izin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Balasan Kesbangpol
Lampiran 9 : Lember Konsultasi
Lampiran 10 : Lember Saran Perbaikan
Lampiran 11 : Schedule Penelitian
Lampiran 12 : Rekapitulasi Data

xv
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI
PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL
KECAMATAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2016

Asmiah2 , Puspita Sari Pribadi3

INTISARI
Latar Belakang : Wiknjosastro dkk (2006) menyatakan bahwa praktik sunat
perempuan di Indonesia, biasanya dilakukan oleh Bidan dengan menggunakan
gunting untuk memotong bagian alat kelamin perempuan (biasanya klitoris),
sedangkan yang dilakukan oleh tenaga tradisional (Dukun) biasanya menggunakan
pisau lipat yang digunakan untuk kegiatan simbolik. Menurut Budiharsana, 2003
(dalam Wiknjosastro dkk, 2006) bahwa praktik sunat perempuan secara medis
ditemukan di Padang (91,7% dari 349 kasus yang diobservasi), Padang Pariaman
(68,7% dari 323 kasus yang diobservasi), Kutai Kartanegara (20,9% dari 215 kasus
yang diobservasi), Sumedep-Madura (18,2% dari 275 kasus yang diobservasi) dan
Serang (14,5% dari 44 kasus yang diobservasi).
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dari data primer
dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi
perempuan Di Wilayah Kerja Puskemas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten
Banjar sebanyak 257 ibu yang mempunyai bayi perempuan. Jumlah sempel sebanyak
34 responden dari Desa Kelampaian Ilir, Tengah, Ulu dan teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan totally sampling. Cara pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner.
Hasil Penelitian : Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
tentang sunat pada bayi perempuan paling banyak adalah ibu memiliki pengetahuan
kurang yaitu sebanyak 34 responden (100%).
Kesimpualan : Dari hasil penelitian di dapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang
sunat pada bayi perempuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan
Astambul Kabupaten Banjar secara umum tingkat pengetahuannya kurang yaitu
sebanyak 34 responden berpengetahuan kurang (100%).

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi Perempuan


Kepustakaan : 5 Buku ,4 Website
Jumlah Halaman : xiv, 73 Halaman, 10 Tabel, 2 Gambar, 10 Lampiran.
1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Akademi Banua Bina Husada Banjar Baru
3
Dosen Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjar Baru

xvi
THE DESCRIPTION MOTHERS KNOWLEDGE OF CIRCUMCISION ON
BABY GIRL IN THE HEALTH CENTER ASTAMBUL KECAMATAN
ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2016

Asmiah2 , Puspita Sari Pribadi3

ABSTRACK
Background : wiknjosastro et al (2006) suggest women in Indonesia, usually done
by midwives using scissors to cut off the genitals of women(usually the clitoris),
while carried out by atradisional birth attendant (shaman) typically use a folding
knife that is used for activities simbolik. According to Budiharsana 2003 (in
wiknjosastro et al, 2006) that the practice of female circumcision is medicaally found
in the field (91.7% of 359 cases were observed), and attack (14.5% of 44 cases in the
were observed).
Methods : this research uses descriptive method of primary data and sekunder.
Popolasi in this study is the mother who has a baby girl in the working area of the
district health center astambul banjo astambul districts were 257 mothers who have a
baby girl. Amount semple many as 34 respondents from the village kelampaian ilir,
middle, ulu and sampling techniques using totally sampling. Cara collecting data
using questionnaires.
Result : the results of this study indicate thatmaternal knowledge about circumcision
on baby girls at most are mothers have less knowledge as many as 34 respondents
(100%)
Conclusion : From the results of research in getting the level of knowledge of mother
about infent circumcision on women in sub-district puskjesmas astambul banjar
district general knowledge level of less than 34 are less knowledgeable respondents
(100%).

Keywords : Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi Perempuan


Bibliography : 5 Books ,5 Website
Number of pages : xiv, 73 pages, 10 Tabels, 2 Picture, 10 attachment.
1
Title Ccientific Writing
2
Student Diploma Midwifery Academy Bina Husada Banua banjarbaru
3
Lecturer in Midwifery Banua Bina Husada Banjarbaru

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sunat pada perempuan sampai saat ini menjadi sebuah perdebatan dan

pertanyaan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Banyaknya kontroversi

terhadap sunat perempuan, menyebabkan adanya perbedaan pendapat tentang

praktik tersebut, sehingga menimbulkan pro-kontra di tengah-tengah

masyarakat. Sunat perempuan di Indonesia pernah dilarang oleh Pemerintah

melalui Surat Edaran Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 00.07.1.31047a, tanggal 20 April

2006 tentang Larangan Petugas Kesehatan untuk Medikalisasi Sunat

Perempuan. Berdasarkan surat edaran tersebut, sunat perempuan tidak

bermanfaat bagi kesehatan, bahkan merugikan dan menyakitkan bagi

perempuan yang disunat.

Tentang adanya larangan sunat perempuan tersebut mengundang

perhatian di kalangan Ulama Indonesia, sehingga pada tahun 2008 melalui

Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara khusus dikaji tentang sunat

perempuan. Dalam kajian tersebut akhirnya MUI mengeluarkan fatwa Nomor

9A Tahun 2008, tanggal 7 Mei 2008 tentang Hukum Pelarangan Sunat

terhadap Perempuan. Fatwa itu menegaskan, bahwa pelarangan sunat pada

1
2

perempuan bertentangan dengan ketentuan syari'ah dan sunat perempuan tidak

boleh dilakukan secara berlebihan, seperti memotong atau melukai klitoris

yang dapat mengakibatkan dharar atau bahaya pada perempuan.

Banyaknya desakan dari berbagai elemen masyarakat dan dengan

pengkajian secara bersama, akhirnya Depkes kembali mengeluarkan peraturan

tentang sunat perempuan, yang memberikan otoritas kepada tenaga kesehatan

tertentu seperti Dokter, Bidan dan Perawat untuk melakukan sunat pada

perempuan. Ketetapan tersebut dituangkan dalam Permenkes Nomor1636

Tahun 2010, tanggal 15 November 2010 tentang Sunat Perempuan. Sampai

saat ini, peraturan tentang sunat perempuan tersebut terus mendapat

tantangan dari lembaga dunia, terutama World Healt Organization (WHO)

dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pembela perempuan

(seperti LSM Kalyanamitra, Federasi LBH APIK, Amnesty International, dan

KOMNAS Perempuan).

Tuntutan mereka jelas untuk menolak praktik sunat perempuan, dan

menggolongkan praktik tersebut sebagai perbuatan melanggar Hak Asasi

Manusia (HAM) dan dapat menimbulkan korban (Solikhah, 2012).

Secara umum ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk

menyebut sunat perempuan, yaitu: 1) Female Genitale Cutting (FGC) atau

pemotongan alat kelamin wanita; 2) Female Genitale Mutilation (FGM) atau


3

mutilasi alat kelamin wanita; 3) Female Circumcision (FC) atau sunat

perempuan, namun untuk lebih menekankan dampak kekerasan pada praktik

tersebut, istilah yang lebih banyak dipakai adalah Female Genitale Mutilation

(FGM) oleh pihak-pihak yang menentang praktik sunat perempuan (WHO,

2008).

Zulkarnain (2012) mengatakan bahwa, Permenkes tentang Sunat

Perempuan merupakan sebuah kemunduran dalam upaya memerangi

kekerasan terhadap perempuan, dan mendesak Indonesia untuk membuat

kebijakan yang menghapuskan praktik sunat perempuan. Sunat perempuan

merupakan praktik tradisional yang sudah menyatu dengan masyarakat

Indonesia, umumnya praktik ini dilakukan di negara-negara Afrika, sekitar 2

juta perempuan remaja menjadi korban praktik sunat perempuan setiap

tahunnya (Wiknjosastro dkk, 2006).

Menurut WHO (2007) praktik sunat perempuan dilakukan di 28

negara dan terbanyak di negara Afrika, Timur Tengah dan Asia. Praktik ini

juga dilaporkan terjadi di India, dan praktik FGM sampai saat ini juga

ditemukan di Eropa, Australia, Kanada dan beberapa Negara Bagian di

Amerika. Banyak upaya bersama yang telah dilakukan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia bersama kelompok feminisme, untuk mengakhiri praktik

sunat perempuan di negara-negara yang masih berlangsung FGM seperti

Indonesia
4

Sehingga Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 2008, mengesahkan

resolusi (WHA61.16) tentang penghapusan FGM, dan menekankan perlunya

tindakan terpadu di semua sektor kesehatan, pendidikan, keuangan, keadilan

dan urusan perempuan. Selanjutnya PBB menyatakan bahwa, tanggal 6

Februari ditetapkan sebagai Hari Internasional Zero Toleransi terhadap

Mutilasi Alat Kelamin Perempuan atau International Day of Zero Tolerance

to Female Genital Mutilation (WHO, 2012). Praktik-praktik pemotongan

klitoris (klitoridektomi) atau infibulasi yang dilaporkan di negeri-negeri

Muslim (seperti Mesir, Sudan, Yaman Selatan, Nigeria, Malaysia dan

Indonesia) jelas bertentangan dengan ketentuan Islam.

Berdasarkan Permenkes Nomor 1636 pasal 5 ayat 2 menerangkan

bahwa sunat perempuan dilarang dilakukan dengan cara : 1) Mengkauterisasi

klitoris; 2) Memotong atau merusak klitoris baik sebagian maupun

seluruhnya; dan 3) Memotong atau merusak labiaminora, labia majora,

hymendan vagina baik sebagian maupun seluruhnya.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam surat kabar harian

Tempo edisi 21 Januari 2013 menjelaskan bahwa, sunat perempuan di

Indonesia tidak dilarang, bahkan pihaknya mengizinkan perempuan untuk

disunat asalkan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Praktik sunat perempuan

seringkali pelaksanaannya didasarkan pada ajaran agama dan adat masyarakat,

begitu juga dengan praktik sunat perempuan pada masyarakat Banjar.


5

Hasil penelitian Daud (1997) di Anduhum, Martapura, Kabupaten

Banjar, menunjukkan bahwa mereka masih menganggap sunat anak-anak

(laki-laki dan perempuan) merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan

sebab apabila tidak maka dianggap belum sempurna ke-Islamannya. Itulah

sebabnya maka seseorang yang masuk Islam harus disunat bila ia belum

disunat.

Berdasarkan data yang diperoleh di Wilayah Kerja Puskesmas

Astambul Kabupaten Banjar, cakupan jumlah bayi sebanyak 579 tahun 2016,

pada bayi perempuan cakupan berjumlah sebanyak 257 dari hasil penelitian

data Di Desa Kelampaian Ilir Bayi Perempuan Berjumlah 20, jumlah bayi

yang sudah disunat (18) yang ingin merancanakan sunat berjumlah (2), Di

Desa Kelampaian tengah Bayi Perempuan Berjumlah 10, bayi yang sudah

disunat (10) Yang ingin merancanakan sunat berjumlah (0) Sedangkan Di

Desa Kelampaian Ulu Bayi Perempuan berjumlah 4, jumlah bayi yang sudah

disunat (4), dan yang ingin merancakan sunat berjumlah (0)

Dari latar belakang di atas tentang masih berlangsungnya sunat pada

bayi perempuan yang wajib untuk dilaksanakan dan masih berlansung sampai

sekarang ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi Perempuan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar

Tahun 2016”.
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu

tentang Sunat Pada Bayi Perempuan Di desa Kelampain Ilir, Tengah Dan Ulu

Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Astmbul Kabupaten

Banjar Tahun 2016 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi

Perempuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Astmbul

Kabupaten Banjar Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Di Desa Kelampaian Ilir, Tengah, dan Ulu, Di

Kecamatan Astambul.

b. Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas

Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.

c. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun

2016.
7

d. Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.

e. Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Berdasarkan Sumberr informasi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun

2016.

f. Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Berdasarkan Sosial Budaya Di Wilayah Kerja

Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun

2016.

g. Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada

Bayi Perempuan Berdasarkan Lingkungan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun

2016.
8

D. Mamfaat penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah wawasan dengan adanya ilmu penmgetahuan dalam upaya

menambah pengatahuan ibu tentang sunat pada bayi perempuan .

2. Bagi pengguna

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya terutama yang

berkaitan dengan pengatahuan ibu tentang sunat pada bayi perempuan.

b. Bagi responden

sebagai bahan informasi tentang pengertian dan bahaya tentang sunat

pada bayi perempuan.

c. Bagi peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang sunat

pada bayi perempuan.

d. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk menindak lanjuti dari hasil

penelitian sehingga dapat dibuat perencanaan yang berhubungan

dengan sunat pada bayi perempuan.


9

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang akan diteliti adalah tentang gambaran

pengetahuan Ibu tentang sunat pada bayi perempuan di Puskesmas

Astambul.

2. Ruang Lingkup Responden

Penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai bayi di Puskesmas

Astambul.

3. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini mulai dari studi pendahuluan, penyusunan

proposal sampai dengan hasil penelitian dari bulan Mei sampai dengan

bulan Juni 2016.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul

Tahun 2016.

F. Keaslian Penelitian

Hasil penelitian kurniawati (2011) yang dilakukan dikecamatan tabo

tengah kabupaten tebo Provinsi Jambi menunjukkan 76,5% responden telah

melakukan sunat pada anak perempuan dan 23,5% tidak melaksanakn

responden yang pengatahuannya baik 18,8% dan sebagian besar memiliki


10

pengatahuan kurang baik 81,2%. Responden yang setuju terhadap peraktik

sunat perempuan sebanyak 72,9% dan 10,9% kurang setuju.66,2% sunat

dilakukan oleh dukun dan 33,8% dilakukan oleh bidan.64,7% keluarga

mendukung sunat perempuan dan sisa 35,3% keluarga tidak

mendukung.71,8% mengatakan tokoh agama sangat mendukung pelaksanaan

sunat perempuan 28,8% yang tidak mendukung.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah judul

penelitian, lokasi penelitian, jumlah responden dan teknik pengambilan

sampel yaitu “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang sunat pada bayi

perempuan Di Desa Kelampaian Ilir, Tengah, Ulu, Di Kecamatan Astambul

Kabupaten Banjar Tahun 2016 dengan jumlah responden 34 orang dan

pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara “ Totally Sampling”.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelahh

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni

peenglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu penginderaan sampai menghasikan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmojdo, 2003 dalam Wawan A. & Dewi M).

Menurut Notoadmodjo (2012) pengetahuan (knowledge) adalah hasil

tahu dari manusia, yang sekedar menjawab ‘what’, misalnya apa air, apa

manusia, apa alam. Sedangkan, menurut Sandjaja, dkk, (2006) pengetahuan

adalah sesuatu yang dilihat, didengar, dikecap, dicium, dan diraba.

Pengetahuan ini seringkali sifatnya spontan, subtektif, dan intuitif.

Kemampuan untuk mengetahui ini dengan bentuk dan isi yang berbeda-beda

sesuai pengalaman hidupnya boleh dikatakan merupakan milik setiap

manusia.

11
12

Jadi, dari pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah suatu hasil dari tahu manusia yang didapat dari obyek panca indera

manusia, yakni melalui indra penglihatan, pendengaran dan penciuman.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kongnitif merupakan dominan yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut

S. Notoadmodjo (2003) pengetahuan yang cukup didalam dominan kongnitif

mempunyai 6 tingkat, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifkasikan,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara


13

benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi apapun kondisi sebenarnya (riil).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Intensis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian ini berdasarkan suatuk kriteria-kriteria yang telah ditentukan


14

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (A. Wawan, dkk,

2011).

3. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut S. Notoadmodjo (2003), cara yang telah digunakan untuk

memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dikelompokkan menjadi 2

yaitu:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non

ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada

periode ini antara lain meliputi:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia

dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau

dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah

dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan


15

ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini

disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode

salah (coba-coba).

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui fikiran apakah yang

dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya yaitu sebagai

kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal

dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan.

Para pemegang otoritas baik pemimpin pemerintahan ataupun

ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang

sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain

menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik fakta

ataupun penalaran sendiri.


16

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, pepatah ini bermaksud

bahwa pengalaman itu adalah sumber pengetahuan atau pengalaman

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa lalu. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, tidak akan

mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain, sehingga

berhasil memecahkannya. Untuk dapat menarik kesimpulan dari

pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

Indikusi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukakan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamaka


17

induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

b. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer

atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan

olehh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (scientific

research method). (Wawan A, 2011).

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dasarnya lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam

kemudian hasilnya dikumpulkan dan akhirnya diambil kesimpulan

umum. Untuk memperoleh kesimpulan diperoleh dengan observasi

langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta dengan objek

yang diamati. Berdasarkan hasil pencatatan ditetapkan unsur-unsur yang

pasti ada pada suatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar

pengambilan kesimpulan atau generalisasi.


18

4. Proses Perilaku “TAHU”

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat

diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Kesadaran (Awereness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek)

b. Merasa tertarik Interest (Interest) diman individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulasi.

c. menimbang-nimbang (Evaluation menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulasi tersebut

bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

e. Adaptation, dab sikapnya terhadap stimulus

Pada penelitian selanjutnya, Rogers (1974) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), menyimpulkan bahwa pengabdosian perilaku yang

melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran

yang positif, maka perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan

kesadaran, maka perilaku itu bersifat sementara atau tidak akan

berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu

aspek psikis, fisik, sosial secara terinci merupakan refleksi dari berbagai
19

gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan

sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman,

keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya (A. Wawan, dkk 2010)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Selain itu ada pula menurut A. Wawan (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang secara internal dan eksternal yaitu:

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan perlu

mendapatka informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra

yang dikutip Notoadmodjo (2003), Pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

(Nursalam, 2003, dalam Wawan A 2011), pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi.
20

2) Pekejaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

Pekerjaan adalah kebuurrukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehiduupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga. (Wawan.A 2011).

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998), semakin cuukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dan befikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari peengalaman dan

kematangan jiwa.

4) Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact). Sehingga dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan


21

pengetahuan. Dalam penyampaikan informasi, sebagai tugas

pokoknya adalah media massa yang membawa pula pesan-pesan

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya pengetahuan.

5) Media massa

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media

massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang

inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

b. Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Nursalam (2005), lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau kelompok.


22

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

6. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut S.Arikunto (2010), cara mengukur pengetahuan dilakukan melalui:

a. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh induvidu atau kelompok.

b. Angket dan Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner ini dapat dibedakan

atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangnya, yaitu:

1) Dipandang dari cara menjawabnya:

a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan pada responden

untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih.


23

2) Dipandang dari jawaban yang diberikan:

a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang

orang lain.

3) Dipandang dari bentuknya:

a) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan

kuesioner tertutup.

b) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner

terbuka.

c) Check list, sebuah daftar dimanan responden tinggal

membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.

d) Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah perntanyaan diikuti

oleh oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan,

misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

c. Wawancara (interview)

Interview yang sering disebut juga oleh pewawancara atau

kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(responden).
24

d. Observasi

Orang sering kali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva

yang sempit, yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.

Di dalam pengertian psikologik observasi atau yang disebut dengan

pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indera.

e. Skala Bertingkat (rating scale)

Rating scale atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif

yang disebut berskala. Walau bertingkat, skala ini menghasilkan data

yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu program atau

orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran

penampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan

frekuensi munculnya sifat-sifat.

f. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur berupa

kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa putri tentang diet

yang sehat.
25

g. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto. S (2006) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76%-100%

2. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3. Kurang : Hasil presentase > 56%

B. Konsep Dasar Bayi

Pengertian bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 1

bulan, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (

Wong, 2003).

Bayi baru lahir harus di penuhi sejumlah petugas perkembangan untuk

memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya .

perubahan fisiologis dan psikososial yang benar yang terjadi pada saat bayi

lahir kemungkinan transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan

ekstrauterin, perubahan ini menjadi dasar perubahan dan perkembangan

kemudian hari (bobek, 2005).

1. Masa Neonatus (0-28 hari)

Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir diawali dengan masa

neonatus (0--28). Masa ini merupakan masa terjadinya kehidupan yang

baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ
26

tubuh. Peroses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari aktivitas

pernafasan yang di sertai pertukaran gas dangen frekuensi pernapasan

antara 35-50 kali per menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160

kali per menit dengan ukuran jantung lebih besar apabila di bandingkan

dengan rongga dada. Selanjutnya terjadi aktivitas (pergerakan ) bayi yang

mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi, seperti menangis,

memutar-mutar kepala, menghisap(reflek rooting), dan menelan, perubahan

selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja yang terjadi dalam

waktu 24 jam yang di dalamnya terdapat mekonium (Hidayat 2006).

Masa neonatal, usia 0 sampai 28 hari. Pada masa ini terjadi adaptasi

terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulai

berfungsinya organ-organ. Masa neonal dibagi menjadi 2 periode (Abdul

Nasir, 2011)

2. Masa bayi

Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama

(antara usia 1-12 bulan), pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini

dapat berlangsung secara terus- menerus, khususnya dapat peningkatan

suasana saraf. Tahap kedua (usia1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan pada

masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan

motorik (Hidayat 2006).


27

C. Konsep Dasar Sunat Perempuan Pada Bayi

1. Pengertian sunat perempuan

Banyak konsep yang digunakan untuk menjelaskan tentang sunat

perempuan dalam islam khitan atau sunat berasal dari bahasa arab”al-

khitan ”yang merupakan isim masdar dari kata kerja “khatana”yang berti

memotong. Sunat pada perempuan dilakukan dengan cara memotong

bagian atas (klentit) dari kemaluan (jendrius, dkk.2005).

Sunat perempuan adalah memtong sedikit kulit labia minora atau

preputium clioridis diatas uretra di farji atau kemaluan. Kata yang sering

digunakan adalah sunat dan istilah lain yang kurang dikenal yaitu khifad

yang berasal dari kata khafd, istilah ini khusus untuk khitan perempuan

(Gani, 2007).

Secara internasional sunat perempuan dikenal dengan istilah female

genetal cutting (FGC) atau genital mutilation. Genital cutting adalah

pemotongan alat kelamin. Sedangkan genital mutilation identik dengan

kerusakan alat kelamin. FGC merupakan segala prosedur menghilangkan

sebagian atau seluruh bagian alat kelamin luar perempuan atau perlukaan

organ genital perempuan baik kerana disadari oleh alasan kebudayaan atau

alasan non medis lainnya (juli 2006 ) aide medecali international,


28

2. Tipe-Tipe Sunat Perempuan ada beberapa macam. Menurut WHO

(2012)

a) Tipe I : Menghilangkan bagian permukaan, dengan atau tanpa diikuti

pengangkatan sebagian atau seluruh bagian dari klitoris.

b) Tipe II :Pengangkatan klitoris diikuti dengan pengangkatan sebagian

atau seluruh bagian dari labia minora.

c) Tipe III : Pengangkatan sebagian atau seluruh bagian dari organ

genetalia luar diikuti dengan menjahit atau menyempitkan lubang

vagina(infabulasi).

d) Tipe IV : Menusuk, melubangi klitoris dan/atau labia,

merenggangkan klitoris dan/atau labia, tindakan memelarkan dengan

jalan membakar klitoris atau jaringan di sekitarnya.

e) Tipe V : Merusakkan jaringan disekitar lubang vagina(angurya cuts)

atau memotong vagina(gishiri cuts).

f) Tipe VI : Memasukkan bahan-bahan yang bersifat merusak atau

tumbuhan ke dalam vagina dengan tujuan menimbulkan pendarahan,

menyempitkan vagina, dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat

digolongkan dalam definisi di atas.


29

Dari semua tipe FGM di atas, menurut WHO (dalam Irianto,

2006)

Prosedur penyunatan yang umum dilakukan dalam praktik sunat

perempuan diantaranya

1) Memotong sedikit puncak klitoris

2) Mencongkil atau melukai klitoris

3) Mengorek lener atau seliput kulit klitoris

4) Menusuk dengan jarum atau ujung pisau untuk mengeluarkan

setetes darah (Jendruis, 2005).

3. Pelaksanaan Sunat Perempuan

Pelaksaan sunat perempuan sangat bervariasi, mulai dilakukan oleh

tenaga medis (perawat, bidan, maupun dokter), dukun bayi dan dukun

tukang sunat dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti

pisau,sembilu, bambu, kaca dan kuku, hingga alat modern seperti gunting

dan skpula, pelaksanaannya dengan atau tampa anastisi.

Usia pelaksanaanya juga bervariasi mulai dari neonates anak usia 6-

10 tahun,remaja, hingga dewasa. Masyrakat Indonesia melakukan sunat

perempuan pada usia 0-18 tahun, tergantung budaya setempat. Namun

pada umumnya sunat perampuan dilakukan pada setalah melahirkan.

Dijawa dan Madura, sunat perempuan 70 % dilaksanakan pada anak usia

kurang dari satu tahun (Juliansyah,2009)


30

4. Alasan pelaksanaan sunat perempuan

Sunat perempuan merupakaan perpaduan budaya dan tradisi yang

timbul sejak dahulu dari berbagai nilai, khususnya nilai agama dan nilai

budaya. Alasan-alasan yang menyebabkan terpelihara dan tetap

berlangsungnya sunat yaitu agama, adat, mengurangi hasrat seksual,

kesehatan, keindahan dan kesuburan.secara umum perempuan yang masih

memelihara praktek sunat pada perempuan adalah perempuan yang hidup

dalam masyarakat tradisional diwilayah pedalaman (coomaraswamy,

2000).

WHO (Dalam juliansyah, 2009) membedakan alasan pelaksaan sunat

perempuan menjadi lima kelompok, yaitu

a) Psikoseksual

Pemotongan klitoris diharapkan akan mengurangi libido pada

perempuan, mengurangi atau menghentikan masturbasi, menjadi

kesucian dan keperawanan sebelum menikah, kesetian sebagai istri,

dan meningkatkan kepuasan seksual bagi laki-laki.

b) Sosiologi

Melanjutkan tradisi, menghilangkan hambatan dan kesialan

bawaan, peralihan pubertas atau wanita dewasa, dan lebih terhormat.


31

c) Hygiene

Organ genetalia eksterna dianggap kotor dan tidak bagus

bentuknya, sunat dilakukan untuk meningkatkan kebersihan dan

keindahan.

d) Mitos

Meningkatkan kesuburan dan daya tahan anak

e) Agama

Dianggap sebagai perintah agama, agar ibadahnya lebih diterima

5. Resiko sunat perempuan

Resiko yang timbul akibat sirkumsisi pada wanita dapat berupa

perdarahan, tetanus, infeksi yang disebabkan oleh alat yang digunakan

tidak steril, dan syok kerana rasa saat dilakukan tindakan tanpa anastesi.

Dalam pandangan medis kegiatan sunat pada perempuan dapat

membahayakan, kerena menyangkut penghilangan alat vital pada

perempuan. Dari tindakan sunat pada perempuan seperti kesulitan

menstruasi, infeksi saluran kemih kronis, kemandulan, disfungsi seksual,

kesulitan saat hamil dan persalinan, dan meningkatkan resiko tertular

HIV. Selain dampak secara medis, sunat perempuan juga dapat

menimbulkan dampak yang bersifat psikoseksual, psikologis, dan

social(Gani, 2007).
32

Ditinjau dari segi medis dan kesehatan, sunat perempuan tidak ada

memfaatnya dan kegunaanya. Berbeda dengan sunat yang dilakukan pada

laki-laki yaitu berguna untuk menjaga kebersihan dari alat kelamin luar

(Juli, 2006)

Sehubungan dengan masalh tersebut, sebaiknya dilakukan program

edukasi tentang sunat pada perempuan dimasyrakat setempat (Taufiq,

2010).

D. Faktor- faktor yang mempenagruhi sunat perempuan

1. Psikoseksual

Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah,

psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan

hubungan sek manusia (Rosidi dkk, 2008).

Klitoris adalah organ yang sangat sensitive seperti ujung zakar.

Organ ini juga bisa ereksi, mampu meningkatkan libido dan nafsu birahi.

Sunat yang dilakukan pada perempuan diyakini dapat mengandalikan

gejolak nafsu seksual, terutama pada masa pubertas yang merupakan fase

usia paling berbahaya dalam kehidupan anak gadis (Hindi, 2008).

Female genital mutilation (FGM) dipercyaai dapat mengurangi

hasrat seksual seorang perempuan sehingga dapat mengurangi terjadinya

praktik seksual diluar nikah. Dalam masyarakat yang memperaktikkan

sunat perempuan, seorang perempuan yang tidak disunat tidak akan


33

mendapat jodoh dan kesetiaan perempuan yang tidak disunat sangat

dirugikan oleh masyrakat (Ana, 2009).

Ada beberapa anggapan yang dipercayai masyarakat tentang

menfaat sunat perempuan yaitu: mengurangi dan menghilangkan jaringan

sensitive dibagian luar kelamin terutama klitoris agar dapat menahan

keinginan seksualitas perempuan, memelihara kemurnian dan

keperawanan sebelum menikah, kesetian didalam pernikahan, dan

menambah kenikmatan seksual laki-laki. Namun memfaat tersebut tidak

disadari fakta ilmiah (Gani, 2007).

Menurut Ilyas (2009) dorongan seksual seorang perempuan tidak

di tentukan oleh sunat atau tidaknya seorang perempuan, tetapi kerena

factor-faktor psikologis dan hormonal.

2. Sosiologi

Allan Jahnson (Herlinawati, 2010) mengatakan sosiologi adalah

ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya

dengan suatu system social dan berbagai mana sisten tersebut

mempengaruhi individu dan bagai mana pula orang yang terlibat

didalamnya mempengaruhi system tersebut.

Secara sosiologis sunat pada perempuan merupakan bagian dari

edentifikasi warisan budaya, tahapan anak perempuan memasuki masa

kedewasaan, entegrasi social dan pemeliharaan kohesi social (Gani, 2007)


34

Budaya dan tradisi merupakan alasan terutama dilakukan sunat

perempuan. Sunat menuntukan apa aja yang dianggap sebagai bagian dari

masyarakat, sehingga dianggap sebagai tahap inisiasi bagi perempuan

untuk memasuki tahap dewasa. Dalam masyarakat yang memperaktikkan

sunat perempuan tindakan sunat dianggap sebagai hal yang biasa dan

seseorang perempuan tidak akan dianggap dewasa sebelum melakukan

sunat (Heitman, 2003).

Saadawi (2001) berpendapat seseorang gadis yang tidak disunat

akan menjadi bahan gunjingan oleh masyrakat, mendapat anggapan

negative sebagai perempuan yang memiliki tingkah laku buruk, dan akan

mengejar laki-laki. Bila datang saatnya menikah, tidak ada laki-laki yang

datang untuk meminang.

Saat ini sunat perempuan sebagai suatu kegiatan yang menjadi

tradisi di masyarakat tentunya harus memiliki dasar yang kuat, bukan

sekedar tradisi masa lalu. Sebagian masyarakat sejak jaman nabi Ibrahim

hingga hingga saat ini masih melakukan tradisi sunat perempuan dengan

berlandasan keagamaan dan taqwa kepada sang khliq (Gani, 2007)

3. Hygiene

Organ genetalia eksterna dianggap kotor dan tidak bagus bentuknya,

sunat dilakukan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan.

Kebersihan merupakan dalih pembenaran yang diakui oleh masyarakat

untuk melakukan sunat perempuan. Pemotongan klitoris dikaitkan dengan


35

tindakan penyucian dan kebersihan oleh masyarakat yang

memperaktikkan sunat perempuan. Seseorang perempuan yang tidak

sunat dianggap tidak bersih dan tidak diperkenankan menyentuh makanan

atau air ( Lubis, 2006).

4. Mitos

Masalah lain dalam sunat perempuan yang perlu mendapat

perhatian adalah, mitos - mitos yang mendasari pelaksanaan sunat

perempuan.masyrakat menyakini bahwa bila anak perempuan yang tidak

disunat akan menjadi nakal dan genit, mitos lain yang yang berkembang di

masyrakat yaitu sunat perempuan akan menjadi kan perempuan lebih

mengontrol kegiatan seksual. (Aida, 2009).

5. Agama

Dalam islam khitan perempuan lazim menggunakan bahasa khitan

yang diambil dari kata khatana yang berarti memotong, maksudnya

adalah memotong kulit yang menutup bagian ujung kemaluan dengan

tujuan bersih dari najis atau disebut dengan thahur yang artinya

membersihkan (Umar, 2010).

Masyarakat mengganggap bahwa sunat pada repempuan adalah

bagian dari ajaran Islam, sama seperti laki- laki. Dalam Al-Quran tidak

ada ketegasan hukum mengenai sunat perempuan, tetapi terdapat dalam

hadits. Beberapa kitab hadits dan fiqih memuat hadits- hadits yang

berkaitan dengan sunat perempuan, diantara lain yang di riwayatkan oleh


36

Ahmad Bin Hanbal : “Khitan itu dianjurkan untuk laki - laki (sunnah),

dan kehormatan bagi perempuan(makromah)” Hadits lain yaitu dari Abu

Daud meriwayatkan : “Potong sedikit kulit atas dan jangan potong terlalu

dalam agar wajahnya lebih bercahaya dan lebih disukai oleh suaminya.

Namun hadits - hadits tersebut sanadnya tidak ada yang mencapai derajat

shahih (Gani, 2007)

Dalam analisis dalil tidak ada hadits yang shahih sebagai dasar

hukum sunat pada perempuan. Ulama- ulama mazhab berisikeras

menyatakan bahwa sunat pada perempuan adalah perbuatan mulia untuk

tidak mengatakan wajib ( YPKP, 2004).

Beberapa ulama lain berpendapat, bahwa khitan perempuan

sebagai kehormatan. Artinya, sebagai perbuatan mulia yang sangat baik

untuk dikerjakan dan meninggalkannya sama dengan mengundang

penyakit dan keburukan. Mengikuti ajaran Islam dalam perkara keci

maupun besar adalah satu- satunya jalan untuk mendapat keselamatan dari

kehinaan dunia dan azab akhirat (Hindi, 2010).

Landasan agama sebagai alasan pokok mengapa tradisi khitan pada

perempuan sampai sekarang masih dilaksanakan oleh sebagian

masyarakat, di antaranya adalah adanya kewajiban dalam Islam walaupun

sejarah menemukan sunat perempuan sudah ada sebelum adanya Islam

dan sebagai bagian dari proses mengislamkan, jika tidak dikhitan tidak
37

diperkenankan membaca Al-Quran dan melakukan shalat lima waktu

(Gani, 2007). Atas nama agama dan kemashalatan, sunat pada

Atas nama agama dan kemashalatan, sunat pada perempuan

seharusnya tidak lagi dilanjutkan. Karena tidak memiliki dasar hadist yang

shahih, alasan medis yang kuat dan tidak sesuai dengan rasionalitis

kesetaraan relasi laki- laki dan perempuan. Sunat perempuan hanya

diperbolehkan jika mendatangkan kemashalatan, bila tidak sama saja

dengan melukai anggota tubuh perempuan (YPKP, 2004).

Tubuh perempuan yang kompleks dengan seksualitas yang hebat

dikeranakan oleh suatu yang bisa disebut baby penis atau klotoris adalah

satu-satunya organ tubuh yang fungsinya hanyalah merasakan

kenikmatan.hal ini desbabakan klotoris mempunyai 8000 kumpulan

syaraf, jumlah yang melebihi bagian tubuh manapun, termasuk lidah,

ujung jari dan bibir. Kebihan dari klotoris yang dimiliki kaum perempuan

ini sudah lama didasari sejak

E. Dampak Sunat Perempuan

Menurut Wiknjosastro dkk (2006) beberapa bentuk FGM dapat

menyebabkan rasa sakit kronis setiap kali melakukan hubungan seks, infeksi

radang panggul yang berulang-ulang dan persalinan lama maupun macet.

Ada beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari FGM, yaitu:


38

1. Dampak Jangka Pendek

Menurut Irianto (2006) bahwa dampak jangka panjang dan

jangka panjang dari sunat perempuan, yaitu:

a) Pembengkakan pada jaringan sekitar vagina yang akan

menghalangi proses pembuangan cairan.

b) Infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril, serta kontaminasi

luka karena air seni.

c) Pendarahan parah dan shock.

d) Pembuluh darah dari klitoris dapat mengalami pendarahan.

e) Terjadi infeksi

f) Tercemarnya darah oleh racun dari alat yang tidak steril.

g) Dan kerusakan pada jaringan disekitar klitoris serta labia yang

setelah beberapa waktu akan menyebabkan tersumbatnya urine yang

berimplikasi pada infeksi serius.

Dampak jangka pendek yang dapat ditimbulkan akibat sunat

perempuan sangat mungkin dapat terjadi pada setiap anak

perempua.Namun banyak tempat yang beranggapan bahwa, praktik

sunat perempuan tidak berpengaruh besar terhadap alat

kelaminperempuan dan dianggap sebuah kejadian yang bias biasa

saja.
39

2. Dampak jangka panjang

a) Infeksi saluran kencing, karena terdapatnya penyakit oleh

mikroorganisme.

b) Dapat mengakibatkan infeksi berulang-ulang pada saluran

reproduksi.

c) Menyebabkan terganggunya saluran menstruasi yang menyebabkan

sakit serta penumpukan residu pada vagina.

d) Infeksi seviks yang menyebabkan tersumbatnya tuba fallopi yang

berakibat pada kemandulan.

Sedangkan menurut Pusat Komunikasi dan Informasi

Perempuan (PKIP) bahwa dampak jangka panjang dari sunat pada

perempuan, yaitu :

a) Rasa sakit yang berkepanjangan pada saat berhubungan seks.

b) Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan

tindakan operasi.

c) Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat

berhubungan seks).

d) Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi

darah haid dalam vagina), hematometra (akumulasi darah haid

dalam rahim), dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam

saluran tuba).

e) Infeksi saluran kemih kronis.


40

f) Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing).

g) Dapat terjadi abses, kista dermoid, dan keloid atau jaringan

parut mengeras(Kalyanamitra, 2012).

A. Kerangka Teori

Factor pemicu:

 Pengetahuan
 Pendidikan
 Umur
 Pekerjaan
 Sumber informasi
 Sosial budaya

Faktor kemungkinan

 Tenaga pelaksana Sunat perempuan


 Sunat perempuan

Faktor lingkungan

 Keluarga
 Lingkungan
 Petugas kesehatan

Gambar 2.1
Kerangka teori
Sumber : Zakiah, 2012
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang penliti menyusun teori atau melangkapi dinamika situasi

atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekaran, 2006). Penyusunan kerangka

konsep akan membantu, dan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil

penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati atau diukur melalui

konstruk atau variabel (Nursalam, 2003)

Variabel Indenpenden Variabel Dependen

- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
PENGETAHUAN
- Sumber
TENTANG SUNAT BAYI
informasi
PEREMPUAN
- Sosial budaya
- Lingkungan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

41
42

B. Definisi Oprasional

Definisi operasional adalah mendefinikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristikyang diamati, memungkinkan penelitiuntuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian (A. Azis Alimun Hidayat 2007).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Oprasional Kriteria Hasil Ukur Skala


1. Pengetah Hasil pengindraan Kuisioner a. Baik 76-100% Ordinal
uan sampai tingkat tahu dan b. Cukup 56-75%
ini terjadi setelah orang c. Kurang <56%
melakukan pengindraan
terhadap suatu objek
tertentu.

2. Umur Umur seseorang yang Kuisioner a. <20 Tahun Interval


terhitung mulai saat b. 20-35 Tahun
dilahirkan sampai c. >35 Tahun
berulang tahun

3 Pendidik Dalam pengatahuan dan Kuisioner a. Tinggi Ordinal


an pemahaman ibu yang b. Menengah
mempunyai bayi c. Rendah
perempuan
4. Pekerjaan Merupakan cara mencari kuiseonere 1. Bekerja Nominal
nafkah yang 2. Tidak Bekerja
membosankan, berulang
dan banyak tantangan.

5. Sumber Suatu informasi yang kuisioner Nominal


informasi didapat oleh responden a. Pernah
tentang sunat pada bayi
perempuan b. Tidak pernah
43

6. Sosial Sesuatu yang kuesioner 1. Ya Nominal


budaya berhubungan dengan ibu 2. Tidak
yang menggunakan sunat
pada bayi perempuan
yang lain dan masyarakat
setempat.
7. Lingkung Lingkungan hidup adalah kuesioner Mendukung Nominal
an suatu ruang dengan Tidak
semua benda, daya, mendukung
keadaan, dan makhluk
hidup, yang
mempengaruhi
kelangsungan perilaku
kehidupan

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain kuatitatif dengan

metode diskritif. Penelitian yang dilakukan bersifat deskritif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (

Notoatmodjo, 2010 ).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasional di

Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Asatmbul Kabupaten Banjar

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel independen ini merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) . Variabel ini juga


44

dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi

variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel prediktor,

resiko, atau kausa (Hidayat, 2007) Variabel padapenelitian ini adalah

pengetahuan ibu tentang sunat pada bayi perempuan, yaitu meliputi:

Pendidikan, Umur, Pekerjaan, Sumber informasi, Sosial budaya,

lingkungan.

2. Variebel Dependen

Adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas, dan variabel ini sering disebut variabel respon

(Sugiyono, 2003). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengetahuan ibu tentang sunat pada bayi perempuan.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dan Sempel

Populasi adalah wilayah generasilisasi yang terdiri atas : objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari danm kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2004).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah ibu yang

mempunyai bayi perempuan berjumlah 257 yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar.


45

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2007). Gay (2011) berpendapat bahwa ukuran minimun sampel yang

dapat di terima berdasarkan metode penelitian yang di gunakan, yaitu :

a. Metode Deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relativ

kecil, minimal 20%

b. Metode Deskriptif Korelasional, minimal 30 subjek.

Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi

perempuan dengan jumlah 34 responden di Desa Kelampaian Ilir,

Tengah, dan Ulu, di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Astambul

Kabupaten Banjar tahun 2016 .

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian

ini adalah totally sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

mengambil semua anggota popolasi menjadi sampel (A. Azis Alimul

Hidayat, 2007). Sampel padapenelitian ini adalah semua ibu yang

mempunyai bayi perempuan Di Desa Kelampaian Ilir, Tengah dan Ulu Di

Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten

Banjar.
46

F. Lokasi dan Waktu penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Desa Kelampaian

Ilir, Tengah Ulu, Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar.

2) Waktu penelitian

Waktu penelitian ini secara keseluruhan mulai dengan pembuatan

proposal yaitu bulan Mei dan Juni sampai selesai penulisan hasil

penelitian adalah bulan Juni.

G. Etika Penelitian

Saat mau melaksanakan penelitian ini terlebih dahulu harus

mengajukan ijin kepada kepala puskesmas astambul kecamatan astambul

kabupaten banjar yang digunakan sebagai tempat penelitian yang akan

dilaksanakan.

Menurut Hidayat ( 2007 ), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain adalah :

1. Informed consent ( lembar persetujuan )

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peniliti

dengan responden dengan peneliti dengan memebrikan lembar

persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.


47

2. Anonymity ( tanpa nama )

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

3. Kerahasiaan ( confidentiality )

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya.

H. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti

untuk mengungkap informasi kuantitatif dari responden sesuai lingkup

penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara member pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab ( Sujarweni, 2014 ).

Kuesioner pada penelitian ini adalah tentang pengetahuan ibu

tentang sunat pada perempuan di Desa Kelampaian Ilir, Tengah Ulu,

Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun Kuesioner pengetahuan

terdiri atas pernyataan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan


48

responden mengenai pengetahuan berdasarkan umur, pekerjaan,

pendidikan, sumber informasi, sosial budaya dan lingkungan tentang sunat

pada bayi perempuan.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya dan

diperoleh dari jawaban atas petanyaan yang disediakan melalui

pengisian kuesioner oleh responden tentang sunat pada bayi

perempuan berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, sumber

informasi, sosial budaya dan lingkungan.

b. Data sekunder

Data dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui data

yang ada di Puskesmas Astambul mengenai jumlah bayi perempuan

di desa Kelampain yaitu data profil tentang puskesmas wilayah kerja

terdiri dari 22 desa dan 104 rukun tetangga (RT).

I. Metode Pengolahan dan Analisi Data

1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini dengan tahapan sebagai

berikut :

a. penyuntingan data (Editing)


49

yaitu hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau

dikumpulakan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.

Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan

tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut

dikeluarkan (droup out)

b. Membuat lembaran kode (Coding sheet ()

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-

kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode

berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.

c. Memasukkan data (Data Entry)

Yakni mengisi kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu

kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulasi

Yakni membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti.(Hidayat, 2012)

2. Analisa Data

Analisa data penelitian ini mengunakan Analisis univariate

berrtujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Pada umumnya pada analisa ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010).
50

Untuk mengetahui variabel pengeahuan remaja tenang

pernikahan dini pada penelitian ini menggunakan format jawaban

skala gutman. Cara menghitung persentase sebagai berikut : setiap

jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban yang salah di

beri nilai 0, setiap jawaban salah disesuaikan dengan responden

kemdian dipersentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P x 100 %
N

Keterangan :

P : Angka Presentase

f : Jawaban benar

N : Skor maksimal yang diharapkan


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Termpat Penelitian

1. Data Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Astambul

Kecamata Astambul dengan ibu kotanya Astambul Kota berjarak 9 km

dari ibu kota Kabupaten Banjar (Martapura) dan dari ibukota Propinsi

Kalimantan Selatan (Banjarmasin) jaraknya 50 km.

Kecamatan Astambul memiliki batas-batas wilayahnya dengan

kecamatan lain yaitu sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat.

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Mataraman dan

Pengaron.

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Martapura.

Keadaan geografis Kecamatan Astambul berupa dataran rendah

yang terdiri atas rawa-rawa dan tanah rendah di kiri kanan sepanjang

sungai yang melewati wilayah Kecamatan Astambul.

Sebagian kecil wilayah Kecamatan Astambul tanahnya berupa

dataran tinggi/pegunungan, merupakan wilayah Desa Banua Anyar

Danau Salak dan Desa Danau Salak. Tanah tersebut umumnya digunakan

51
52

untuk pertanian, perkebunan, peternakan, pekarangan dan

pemukiman/perumahan.

2. Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Astambul

Jumlah penduduk Kecamatan Astambul pada Tahun 2015 sebanyak

34.420 jiwa, terdiri atas penduduk laki-laki 17.158 jiwa (49,9%) dan

penduduk wanita 17.262 jiwa (50,1%).

a. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Astambul

Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur
di Kecamatan Astambul Tahun 2015

Golongan
No Laki-
Umur Wanita Jumlah %
. Laki
(Tahun)
1. 0-4 1.882 1.529 3.411 9,9%
2. 5-9 1.923 1.775 3.698 10,75%
3. 10-14 1.282 1.184 2.466 7,16%
4. 15-44 6.938 7.513 14.451 41,99%
5. 45-64 3.703 3.765 7.468 21,70%
6. >65 1.430 1.496 2.926 8,5%
Jumlah 17.158 17.262 34.420 100,0%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak

berada pada golongan usia produktif (15-44 tahun) yaitu 14.451 jiwa

(41,99%).
53

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Astambul rata-rata

157,4 jiwa per km2. Dilihat dari segi geografisnya, konsentrasi

penduduk lebih banyak terpusat di daerah jalan negara atau propinsi

dan daerah aliran sungai seperti Banua Anyar Danau Salak, Danau

Salak, Pasar Jati, Sungai Alat dan Sungai Tuan Ulu.

Desa yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi adalah

Desa Kelampaian Ilir yaitu 555,0 jiwa/km2, sedangkan desa yang

kepadatan penduduknya paling rendah adalah Desa Tambak Danau

yaitu 63,2 jiwa/km2

B. HASIL PENELITIAN

1. Interprestasi Penelitian

Hasil penelitian tentang distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan,

umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi sosial budaya dan

lingkungan.

Dapat dilahat pada tebel dibawah ini:


54

a. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengatahuan Di
Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten
Banjar
NO Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 0 0%
2 Cukup 0 0%
3 Kurang 34 100%
Jum lah 34 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 34 responden

dari 34 responden (100%) memiliki pengetahuan kurang. Dari 20

item pertanyaan rata-rata yang tidak dapat dijawab atau di ketahui

oleh responden adalah poin “19” yaitu Majelis ulama Indonesia

(MUI) mengeluarkan fatwa no 9A tanggal 07 mei 2008 tentang

hukum larangan sunat terhadap perempuan. Dan yang bisa

menjawab pertanyaan dengan benar hanya sebanyak 5 Responden

(14,70%)

b. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Umur


Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Di Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar
NO Umur Responden Frekuensi Presentase

1 <20 Tahun 4 11,77 %


2 20-35 Tahun 27 79 ,40%
3 >35 Tahun 3 8,83%
Jumlah 34 100 %
55

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 34 responden

sebanyak 27 responden ( 79,40 % ) memiliki umur sekitar 20-30

tahun.

c. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar
NO Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase
1 Tinggi 0 0 %
2 Menengah 19 55,88%
3 Rendah 15 44,12%
Jumlah 34 100 %

Berdasarkan table 4.4 menunjukkan bahwa dari 34

responden pendidikan orang tua yang persentasenya terbanyak adalah

pendidikan menengah yaitu 19 responden (55,88%).

d. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar
NO Tingkat Pekerjaan Frekuensi Presentase
1 Bekerja 12 35 ,30 %
2 Tidak bekerja 22 64,70%
Jumlah 34 99%
56

Berdasarkan table 4.5 menunjukkan bahwa dari 34 responden

paling banyak ibu ditemukan ibu yang tidak bekerja sebanyak 22

responden ( 64,70 % ).

e. Gambaran pengetahuan Berdasarkan Sumber Informasi.

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Di
Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar
NO Sumber Informasi Frekuensi Presentase
1 Pernah 0 0%
2 Tidak Pernah 34 100 %
Jumlah 34 100 %

Berdasarkan table 4.6 menunjukkan bahwa dari 34 responden

(100%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang sunat pada

bayi perempuan.

f. Gambaran pengetahuan berdasarkan sosial budaya

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sosial budaya Di Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar
No Social Budaya F %
1 Ya 29 85
2 Tidak 5 14
Jumlah 34 99

Berdasarkan table 4.7 menunjukkan bahwa dari 34 responden

sebanyak 29 responden ( 85 % ) mengatakan bahwa ada mitos


57

perempuan dilakukan sunat akan meningkatkan kesuburan dan

daya tahan anak dan ada juga mengatakan bayi perempuan yang

tidak melakukan sunat akan susah melahirkan nantinya.

g. Gambaran pengetahuan Berdasarkan Lingkungan

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan Di Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar
NO Lingkungn Frekuensi Presentase
1 Mendukung 34 100 %
2 Tidak mendukung 0 0%
Jumlah 34 100 %

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 34

responden (100%) mengatakan bahwa lingkungan sangat mendukung

sunat pada bayi perempuan.

C. PEMBAHASAN

1. Berdasarkan Pengetahuan

Menurut Notoatdmojo ( 2003 ), Pengetahuan adalah merupakan

hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui

panca indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian


58

perhatian terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peoleh

melalui mata dan telinga.

Berdasarkan pengetahuan menunjukkan bahwa dari 34 responden

dari 34 responden (100%) memiliki pengetahuan kurang. Dari 20 item

pertanyaan rata-rata yang tidak dapat dijawab atau di ketahui oleh

responden adalah poin “19” yaitu Majelis ulama Indonesia (MUI)

mengeluarkan fatwa no 9A tanggal 07 mei 2008 tentang hokum larangan

sunat terhadap perempuan. Dan yang bisa menjawab pertanyaan dengan

benar hanya sebanyak 5 Responden (14,70%)

Pengetahuan ibu yang kurang tentang sunat pada bayi perempuan

mungkin disebabkan oleh sumber informasi yang di dapat dari non nakes

maupun dari nakes. Dengan sumber informasi non nakes maupun dari

nakes sehingga pengetahuan ibu kurang tentang sunat pada bayi

perempuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian yang

dilalakukan oleh “ Deliyanti” dengan judul “Gambaran pengetahuan

ibu hamil tentang hubungan seksual pada trimester III di Puskesmas

padang luas kecamatan kurau kabupaten tanah laut tahun 2013”

menunjukkan bahwa dari 44 responden, yang mempunyai pengatahuan

kurang sebanyak 24 responden (54,5%),19 responden (43,2%)

pengetahuannya cukup, 1 responden berpengetahuan baik (2,3%).


59

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara peniliti dahulu dengan

sekarang.

2. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikitip Nursalam (2003), umur adalah

umur individu yang tehitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun

menegemukakan bahwa semakin cukup umur. Bertambahnya umur

seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fikir dan psikologis

(mental). Pertumbuhan dan fisik secara garis besar ada empat kategori

perubahan yakni : perubahan ukuran, perubahan propisi hilangnya ciri-

ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini akibat pematangan fungsi organ

pada aspek psikologis atau mental saraf berfikir seseorang makin matang

dan dewasa.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 34 responden

yang berusia menengah sebanyak 27 responden ( 79,40 % ).

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam befikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyakat seseorang yang lebih dewasa di percayai dari

orang yang lebih tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa ( Wawan, Dkk, 2010)


60

Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan

oleh “Suminten” dengan judul “Gambaran pengetahuan ibu nifas

tentang perawatan luka perineum di wilayah kerja puskesmas campaka

kabupaten banjarbaru tahun 2013” berdasarkan 66 responden

menunjukkan sebanyak 58 responden (88%), yang berusia menengah.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara peniliti dahulu dengan

sekarang.

3. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003), Pendidikan adalah upaya

untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku

untuk meningkatkan pengetahuan ibu. Tingkat pendidikan

menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pengetahuan yang

meningkat. Pembagian pendidikan menurut Depdiknas yaitu

pendidikan dasar (SD, SMP),menengah (SMK, MA, MAK), tinggi

(Akademi, Diploma ) di kutip oleh ( Wawan, 2010 ).

Berdasarkan dari hasil penelitian ini didapatkan pendidikan

responden tentang sunat pada bayi perempuan menunjukkan bahwa

dari 34 responden pendidikan orang tua yang persentasenya terbanyak

adalah pendidikan menengah yaitu 19 responden (55.88%).

Pustaka mengatakan bahwa pada umumnya semakin rendah

tingkat pendidikan maka akan semakin rendah pula tingkat pengetahuan


61

seseorang, sebaliknya semakin tinggi pendidikan seserorang semakin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi, baik dari orang lain

maupun sumber informasi lainnya (Notoadmodjo, 2011).

Hasil penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh “ Deliyanti” dengan judul “ Gambaran pengetahuan ibu hamil

tentang hubungan seksual pada trimester III di wilayah kerja puskesmas

padang luas kecamatan kurau kabupaten tanah laut tahun 2013”

Berdasarkan 44 responden menunjukkan pendidikan yaitu menengah

26 responden ( 59,1% ) dan pendidikan rendah 16 responden

( 36,4% ). Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara peniliti dahulu

dengan sekarang.

4. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan akan membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung (Notoadmodjo, 2011).

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 34

responden paling banyak ibu ditemukan ibu yang tidak bekerja

sebanyak 22 responden ( 64,70 % ).

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam 2003 pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untukmenunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga, pekerjaan bukanlah sumber


62

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga (Wawan, Dkk, 2010)

Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang

dilakukan oleh “ Suminten” dengan judul ” Gambaran pengetahuan

ibu nifas tentang perawatan luka perineum di wilayah kerja

puskesmas cempaka kabupaten banjarbaru Tahun 2013” Berdasarkan

66 responden meenunjukkan sebanyak 47 responden tidak bekerja

( 71% ). Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara peniliti dahulu

dengan sekarang.

5. Sumber informasi

Sumber informasi salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan kerana semakin banyak informasi yang di

dapatkan seseorang, maka makin mudah seseorang untuk mengerti

mengenai akibat sunat pada bayi perempuan. Sehingga dapat

meningkatkan kesadaran seseorang untuk tidak melakukan sunat pada

bayi perempuan. Sember informasi tersebut dapat di peroleh dari

televisi, radio, interknet, surat kabar, orang tua, serta teman sebaya.
63

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 34

responden (100%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang sunat

pada bayi perempuan.

Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul sebagian besar ibu

bahwa belum pernah mendapatkan informasi tentang sunat pada bayi

perempuan, sehingga masih banyak ibu yang melakukan sunat pada

bayi perempuan. Dengan kemajuan teknologi yang ada dimanfaatkan

oleh berbagai promosi kesehatan dalam memberikan pengetahuan

dangan sumber yang dapat di percaya dan penyampaian informasi

tersebut juga menggunakan berbgai macam cara dan kemudahan

sehingga responden dapat mudah memahami. Oleh kerena itu,

informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang

dilakukan oleh “ Yuli Apriyanti” dengan judul ” Gambaran

pengetahuan remaja putrid terhadap pernikahan dini kelas VIII Di

SMP NEGRI I Bati - bati Tahun 2013” Berdasarkan 73 responden

meenunjukkan sebanyak 50 responden (68,49%) tidak pernah

mendapatkan sumber informasi. Sehingga tidak terjadi kesenjangan

antara peniliti dahulu dengan sekarang


64

6. Sosial budaya

Notoadmodjo 3003, menyimpulkan bahwa pengadosian

perilaku yang melalui proses seperti di atas dan di dasari oleh

pengetahuan, kesadaran yang positif, maka prilaku tersebut akan

bersifat langgeng (ling lasting) namun sebalinya jika perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadran, mak prilaku tersebut bersifat

semantara atau tidak akan berlangsung lama. Prilaku manusia dapat

dilahat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, pisikis, dan sosial yang secara

terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti

pengetahuan, motivasi, persipsi, sikap dan sebagainya yang di

tentuakn dan di pengaruhi oleh factor pengalaman, keyakinan, sarana

fisik dan soasil budaya (A. Wawan, dkk 2010).

Perubahan sosial budaya adalah suatu variasi dari cara – cara

hidup yang di terima yang di sebabkan oleh perubahan pada kondisi

geogrfis, kebudayaan material, komposisi penduduk, maupun karena

adanya penemuan baru dalam masyrakat itu sendiri. Sistem sosial

budaya yang ada pada masyakat dapat mempengaruhi sikap dalam

menerima informasi.

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 34

responden sebanyak 29 responden ( 85 % ) mengatakan bahwa

ada mitos perempuan dilakukan sunat akan meningkatkan kesuburan


65

dan daya tahan anak dan ada juga mengatakan bayi perempuan yang

tidak melakukan sunat akan susah melahirkan nantinya.

Ibu dengan sosial budaya negatif dapat mempengaruhi

pengetahuan tentang sunat pada bayi perempuan. Sistem sosial budaya

yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam

menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2010). Sehingga jika sosial

budaya seseorang negatif sikap dalam menerima informasi tentang

sunat pada bayi perempuan juga kurang oleh sebab itu pengetahuan

ibu menjadi kurang.

Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan

oleh “ Yuli Apriyanti” dengan judul ”Gambaran pengetahuan remaja

putri terhadap pernikahan dini kelas VIII Di SMP NEGRI I Bati - bati

Tahun 2013” Berdasarkan 73 responden meenunjukkan sebanyak

42 responden (57,53%). Yang pernikahan usia dini mempengaruhi

adat istiadat dilingkungan sekitar. Sehingga tidak terjadi

kesenjangan antara peniliti dahulu dengan sekarang

7. Lingkungan

Menurut Nursalam (2005), lingkungan merupakan seluruh

kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau kelompok.


66

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 34

responden (100%) mengatakan bahwa lingkungan sangat mendukung

sunat pada bayi perempuan.

Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota kelurga, berupa

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

emosional. Jadi dukungan keluaga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap dan tindakan. Sehingga dukungan

keluarga sangat mempengaruhi sikap dan pengetahuan ibu dengan

adanya dukungan keluarga.

Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang

dilakukan oleh “Deliyanti” dengan judul “Gambaran pengetahuan

ibu hamil tentang hubungan seksual pada trimester III di Puskesmas

padang luas kecamatan kurau kabupaten tanah laut tahun 2013”

berdasarkan 44 responden menunjukkan yang mendukung sebanyak

43 responden ( 97,7 % ), sehingga tidak terjadi kesenjangan antara

peneliti dahulu dengan sekarang.

D. Keterbatasan penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mempunyai beberapa

keterbatasan seperti gangguan metode deskriptif, hanya sebatas


67

menggambarkan pengetahuan responden, dan juga keterbatasan tempat, jarak

yang di tempuh cukup jauh, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner memungkinkan

responden memjawab pertanyaan deangan tidak jujur atau tidak mengerti

pertanyaan yang di maksud. Sehingga hasilnya kurang mewakili secara

kualitatif. Artinya jawaban responden benar merupakan hasil dari

pengetahuan, pemahaman dan penilaian terhadap pertanyaan tersebut dan juga

bukan pengaruh dari orang lain.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan dari peneliti tentang

“Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang sunat pada bayi perempuan di

Desa Kelapaian Ilir, Tengah, ulu, Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar

Tahun 2016” maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Distribusi Berdasrakan pengetahuan menunjukkan bahwa yang

memiliki pengetahuan kurang yaitu 34 responden (100%).

2. Distribusi Berdasarkan umur menunjukkan bahwa dari 34 responden

sebanyak 27 responden ( 79,40 % ) memiliki umur sekitar 20-35

tahun.

3. Distribusi Berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa dari 34

responden pendidikan orang tua yang persentasenya terbanyak adalah

pendidikan menengah yaitu 19 responden (55,88%).

4. Distribusi Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa dari 34

responden paling banyak ibu ditemukan ibu yang tidak bekerja sebanyak

22 responden ( 64,70 % ).

68
69

5. Distribusi Berdasarkan sumber infoprmasi menunjukkan bahwa dari 34

responden (100%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang sunat

pada bayi perempuan.

6. Distribusi Berdasarkan sosial budaya menunjukkan bahwa dari 34

responden sebanyak 29 responden ( 85 % ) mengatakan bahwa ada

mitos perempuan dilakukan sunat akan meningkatkan kesuburan dan

daya tahan anak dan ada juga mengatakan bayi perempuan yang tidak

melakukan sunat akan susah melahirkan nantinya.

7. Distribusi Berdasarkan lingkungan menunjukkan bahwa dari 34

responden (100%) mengatakan bahwa lingkungan sangat mendukung

sunat pada bayi perempuan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan bebepa saran sebagai

brikut :

1. Bagi institusi Akademi kebidanan Banua Bina Husada

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadiakan

sebagai bahan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjurtnya

mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang sunat pada bayi perempuan.

2. Bagi responden

Dihapakan dengan adanya penelitian ini, para ibu lebih meningkatkan

pengetahuannya yaitu tentang sunat pada bayi perempuan, dengan mencari


70

informasi yang lebih lengkap dan benar mengenai sunat pada bayi

perempuan misalnya dari buku maupun dari enternit, mengikuti

penyuluhan dan dapat melalui diskusi tentang sunat pada petugas

kesehatan.

3. Bagi peniliti

Dapat menjadikan penilitian ini sebagai pembelajaran untuk

peneilitian selanjutnya agar lebih baik lagi dan untuk peneliti

selanjutnya bisa hasil penilitian ini bisa dijadikan bahan bacaan dan

disarankan untuk melanjutkan penilitian ini secara mendalam lagi.

4. Bagi tenaga kesehatan

Dihapakan dapat menjadi pikiran bagi tenaga kesehatan dalam

meningkatkan promosi kesehatan terutama tentang pengetahuan ibu

tentang suant pada bayi perempuan.


DAFTAR PUSTAKA

Aida, 2009. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Ana, 2009. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Coomaraswamy, 2000. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Deliyanti, 2013. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksiual pada
trimester III Di Puskesmas Padang Luas Kecamtan Kurau Kabupaten Tanah
Laut.

Gani, 2007. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Gay, 2011. Metedologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika.

Hidayat, A. 2006. Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta Salemba Medika.

Heitman, 2003. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Herlinawati, 2010. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Hindi, 2008. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Hindi, 2010. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Hidayat, A. 2007. Metedologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. 2012. Metedologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Ilyas, 2009. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Irianto, 2006. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Jendrius, dkk. 2005. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara


Juliabsyah, 2009. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Kalyanamitra, 2012. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Lubis, 2006. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Nasir, A. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, 2003. Teori pengukuran pengetahuan, sikap, dan Prilaku manusia,


jogyakarta : Maha Medika

Nursalam, 2005. Teori pengukuran pengetahuan, sikap, dan Prilaku manusia,


jogyakarta : Maha Medika

Rosidi dkk, 2008. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Suminten, 2013. Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka


perineum Di Wilayah Kerja Puskesmas Campaka Kabupaten Banjarbaru

S.Arikunto, 2010. Teori pengukuran pengetahuan, sikap, dan Prilaku manusia,


jogyakarta : Maha Medika

Saadawi, 2001. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Sandjaja, dkk. 2006 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono, 2003. Metedologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika.

Sugiyono, 2004. Metedologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :


Salemba Medika.

Solikhah, 2012. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Taufiq, 2010. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Umar, 2010. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Wong, 2003. Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Who, 2008. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Who, 2007. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Who, 2012. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Wawan, A. & Dewi M. 2003. Teori pengukuran pengetahuan, sikap, dan Prilaku
manusia, jogyakarta : Maha Medika

Wawan, A, 2011. Teori pengukuran pengetahuan, sikap, dan Prilaku manusia,


jogyakarta : Maha Medika

Wawan, A, dkk 2010. Teori pengukuran pengetahuan, sikap, dan Prilaku manusia,
jogyakarta : Maha Medika

Wiknjosastro dkk, 2006. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Yuli Apriyanti, 2013. Gambaran pengetahuan remaja putrid terhadap pernikahan


dini : Kelas VIII Di SMP NEGRI I Bati - bati

YPKP, 2004. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara

Zulkarnain, 2012. Praktik sunat perempuan : Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Ibu / Saudari Calon Responden

Di

Sebagai persayaratan tugas akhir mahasisiwa Akademi Kebidanan


Banua Bina Husada, saya akan melakukan penelitian tentang “
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI
PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL
KABUPATEN BANJAR 2016”.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesedian ibu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon kesediaan ibu
untuk menjawab pertanyaan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban itu
dijamin kerahasianya.

Adapun keuntungan dari ibu menjadi responden yaitu untuk lebih mengetahui
tentang sunat pada bayi perempuan. Kerugian ibu menjadi responden kemungkinan
waktu ibu terbuang untuk pengisian kuesioner ataupun pernyataan dari peneliti.

Demikian permohonan ini saya ajukan, atas bantuan dan partisipasinya


disampaikan terima kasih.

Mei 2016

Peneliti

ASMIAH
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca maksud dan tujuan dari penilitian ini maka
saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penilitian
ini.

No. Responden :

Nama Inisial :

Tanggal : ……………..2016

Tanda tangan : ………………


LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Ibu / Saudari Calon Responden

Di

Sebagai persayaratan tugas akhir mahasisiwa Akademi Kebidanan


Banua Bina Husada, saya akan melakukan penelitian tentang “
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI
PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL
KABUPATEN BANJAR 2016”.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesedian ibu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon kesediaan ibu
untuk menjawab pertanyaan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban itu
dijamin kerahasianya.

Adapun keuntungan dari ibu menjadi responden yaitu untuk lebih mengetahui
tentang sunat pada bayi perempuan. Kerugian ibu menjadi responden kemungkinan
waktu ibu terbuang untuk pengisian kuesioner ataupun pernyataan dari peneliti.

Demikian permohonan ini saya ajukan, atas bantuan dan partisipasinya


disampaikan terima kasih.

Mei 2016

Peneliti

ASMIAH
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca maksud dan tujuan dari penilitian ini maka
saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penilitian
ini.

No. Responden :

Nama Inisial :

Tanggal : ……………..2016

Tanda tangan : ………………


KUESIONER

Judul Penelitian : Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat


Pada Bayi Perempuan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar 2016.

Nomor responden :

Nama responden ( inisial ) :

Tanggal pengisian : ………………… 2016

A. KARAKTERISTIK IBU HAMIL

1. Usia

< 20 tahun
20-35 tahun
>40 tahun

2. Pendidikan

Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma / sarjana
3. Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
4. Sumber informasi tentang sunat pada bayi perempuan

Media cetak ( majalah, Koran ).

Media elektronik ( TV, radio ).


Ten Nakes ( bidan, perawat, dokter ).
6. Social budaya

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah di daerah ibu jika bayi perempuan dilakukan
suant akan meningkatkan kesuburan dan daya tahan
anak.
2. Apakah di daerah ibu bayi perempuan yang tidak
melakukan sunat akan susah melahirkan

7. Lingkungan
NO Pertanyaan Ya Tidak
1. Bagai manakah dukungan suami dan keluarga
tentang sunat pada bayi perempuan
2. Apakah lingkungan masyarakat termasuk dukungan
untuk melakukan sunat pada bayi perempuan.
3. Apakah petugas kesehatan pernah mempromosikan
dampak dan bahaya tentang sunat pada bayi
perempuan.
Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pernyataan dengan baik dan telitilah sebelum menjawab


2. Berilah chek list (  ) pada kolom benar jika pernyataan benar dan pada kolom
3. salah jika pernyataan salah
4. Jawablah pertanyaan sesuai dengan pengetahuan anda.

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


Sunat perempuan adalah pengoresan pada klitoris
1. (klentit)
2. Sunat hanya dilakukan pada anak perempuan saja
Usia pelaksanaan sunat pada perempuan tergantung
3. budaya setempat.
4. Sunat tidak dianjurkan bagi anak perempuan
Meningkatan kesuburan dan daya tahan anak merupakan
5. alasan untuk melakukan
sunat pada anak perempuan
Mudah mendapatkan jodoh merupakan alasan
6. dilakukannya sunat pada anak
Perempuan
Alasan lain melakukan sunat pada anak perempuan
adalah alat kelamin
7. perempuan di angap kotor dan tidak bagus bentuknya
maka sunat dilakukan untuk
meningkatan kebersihan dan keindahan
Alasan dalam pelaksanaan sunat pada anak perempuan
8. dari segi agama untuk
melaksanakan perintah agama dan ibadah lebih diterima
Mengurangi libido merupakan alasan Psikoseksual
9. melakukan sunat pada anak
Perempuan
Sunat perempuan sangat berbahaya dan akan mengalami
10 banyak resiko

11. Pendarahan disebabkan oleh komplikasi sunat pada anak


perempuan
12. Sirkumsisi pada anak perempuan dapat mengakibatkan
infeksi lokal pada bibir
kemaluan luar pada
Sunat perempuan dapat menyebabkan seorang
13. perempuan kehilangan hasrat
seksual di kemudian hari

14. sunat perempuan juga dapat menimbulkan dampak yang


bersifat psikoseksual, psikologis, dan social.
15. Dari segi medis dan kesehatan sunat pada perempuan
tidak ada memfaatnya dan kegunaanya.
16. Menurut WHO sunat pada bayi perempuan ada beberapa
macam tipe.
17. Apakah ini termasuk prosedur praktik sunat perempuan,
a. Memotong sedikit puncak klitoris,
b. mencongkil atau melukai klitoris,
c. mengorek lender atau selimut kulit klitoris,dan
d. menusuk dengan jarum atau ujung pisau untuk
mengeluarkan setetes darah.
18. Dalam pandangan medis sunat pada bayi perempuan
dapat membahayakan kerena menyangkut penghilangan
alat kelamin pada perempuan
Majelis ulama Indonesia ( MUI) mengeluarakan fatwa
19. no 9A tanggal 07 mei 2008 tentang hukum larangan
sunat terhadap perempuan.
20. Dari tindakan sunat perempuan dapat mengakibatkan
komplikasi yang bersifat jangka panjang pada
perempuan seperti: Kesulitan menstruasi, infeksi saluran
kemih kronis, kemandulan, disfungsi seksual, kesulitan
saat hamil dan persalinan, dan meningkatkan resiko
tertular HIV
TEAM SCHEDULE

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KOLOSTRUM PADA


BAYI DI DILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL KECAMATAN
ASTAMBUL

TAHUN 2016

No Jenis kegiatan April Mei Juni

1 Pengajuan Judul

2 Study Pendahuluan

3 Penyusunan BAB I

4 Penyusunan BAB II

5 Penyusunan BAB III

6 Revisi BAB I, BAB II,


BAB III

7 Penelitian

8 Penyusunan Laporan Penelitian

9 Ujian hasil KTI

10 Revisi Dan Penjilidan

11 Pengumpulan KTI yang Telah


Disahkan Dewan Penguji
REKAPITULASI PENGETAHUAN IBU TENTANG SUNAT PADA BAYI PEREMPUAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTAMBUL KEC. ASTAMBUL KAB. BANJAR
2016

No Nama RespondenPertanyaan skor % kategori


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 NY. A 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
2 NY K 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
3 NY I 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25 Kurang
4 NY R 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 20 Kurang
5 NY W 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
6 NY A 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
7 NY M 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 55 Kurang
8 NY R 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
9 NY L 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
10 NY H 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 15 Kurang
11 NY N 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
12 NY M 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 40 Kurang
13 NY. M 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
14 NY K 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 7 35 Kurang
15 NY S 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 40 Kurang
16 NY T 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
17 NY Y 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
18 NY N 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
19 NY S 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
20 NY. A 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
21 NY. A 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
22 NY. A 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
23 NY.S 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
24 NY R 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
25 NY D 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
26 NY A 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
27 NY M 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
28 NY P 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 8 40 Kurang
29 NY F 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 25 Kurang
30 NY K 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 40 Kurang
31 NY G 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
32 NY A 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 30 Kurang
33 NY A 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 35 Kurang
34 NY H 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 40 Kurang
25 34 18 1 6 30 4 2 12 1 20 1 23 2 3 0 33 0 1 0
DATA IBU TENTANG PENGETAHUAN SUNAT PADA BAYI PEREMPUAN

no umur pendidikan pekerjaan sumber informasi sosial budaya lingkungan


1 1 1 0 1 1 1
2 1 1 0 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 0 1 1 1
5 2 1 0 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1
8 2 1 0 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1
10 0 1 0 1 1 1
11 2 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1
13 1 1 0 1 1 1
14 0 1 0 1 1 1
15 1 1 0 1 1 1
16 1 1 0 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1
18 1 1 0 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1
20 1 1 0 1 1 1
21 1 1 0 1 1 1
22 0 1 0 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1
24 1 1 0 1 1 1
25 1 1 0 1 1 1
26 1 1 0 1 1 1
27 1 1 0 1 1 1
28 0 1 0 1 1 1
29 1 1 0 1 1 1
30 1 1 0 1 1 1
31 1 1 0 1 1 1
32 1 1 0 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1
34 1 1 0 1 1 1
jumlah 33 34 10 34 34 34
DISUSUN OLEH :
ASMIAH
NIM : 08.15.12.051

AKADEMI KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA BANJARBARU


2016
Sunat pada perempuan sampai saat ini menjadi sebuah perdebatan dan
pertanyaan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Banyaknya
kontroversi terhadap sunat perempuan, menyebabkan adanya
perbedaan pendapat tentang praktik tersebut, sehingga menimbulkan
pro-kontra di tengah-tengah masyarakat.

Berdasarkan data yang diperoleh di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul


Kabupaten Banjar, cakupan jumlah bayi sebanyak 579 tahun 2016, pada
bayi perempuan cakupan berjumlah sebanyak 257 dari hasil penelitian
data Di Desa Kelampaian Ilir Bayi Perempuan Berjumlah 20, jumlah bayi
yang sudah disunat (18) yang ingin merancakan sunat berjumlah (2), Di
Desa Kelampaian tengah Bayi Perempuan Berjumlah 10, bayi yang sudah
disunat (10) Yang ingin merancakan sunat berjumlah (0) Sedangkan Di
Desa Kelampaian Ulu Bayi Perempuan berjumlah 4, jumlah bayi yang
sudah disunat (4), dan yang ingin merancakan sunat berjumlah (0)
Rumusan masalah

“ Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan


Ibu tentang Sunat Pada Bayi Di desa
Kelampain Ilir, Tengah Dan Ulu Di
Desa Kecamatan Astambul Kabupaten
Banjar Tahun 2016 ?”
TUJUAN umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan


Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul Kecamatan Astmbul
Kabupaten Banjar Tahun 2016.
TUJUAN khusus

 Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi


Perempuan Di Desa Kelampaian Ilir, Tengah, Ulu, Di Kecamatan Astambul.
 Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul
Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.
 Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.
 Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul
Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.
 Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Berdasarkan Sumberr informasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.
 Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Berdasarkan Sosial Budaya Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.
 Untuk Mengatahui Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Sunat Pada Bayi
Perempuan Berdasarkan Lingkungan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2016.
Manfaat penelitian

 Bagi Ilmu
Pengetahuan Bagi institusi
pendidikan
Menambah
wawasan
dengan adanya Bagi responden
ilmu Bagi
penmgetahuan pengguna
dalam upaya Bagi peneliti
menambah
pengatahuan
ibu tentang Bagi tenaga
sunat pada bayi
perempuan . kesehatan
 Ruang lingkup materi yang akan diteliti adalah
tentang gambaran pengetahuan Ibu tentang sunat
pada bayi perempuan di Puskesmas Astambul.
 Ruang lingkup responden Penelitian ini adalah Ibu
yang mempunyai bayi di Puskesmas Astambul.
 Ruang lingkup waktu Pelaksanaan penelitian ini
mulai dari studi pendahuluan, penyusunan proposal
sampai dengan hasil penelitian dari bulan Mei
sampai dengan bulan Juni 2016.
 Ruang lingkuup tempat Penelitian ini dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Tahun 2016.
Factor pemicu :
Pengetahuan
Pendidikan
Umur
Pekerjaan
Sumber informasi
Sosial budaya

Faktor kemungkinan
Tenaga pelaksana Sunat Perempuan
Sunat perempuan

Faktor lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Petugas kesehatan
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

 Umur
 Pendidikan PENGETAHUAN
TENTANG SUNAT BAYI
 Pekerjaan PEREMPUAN
 Sumber informasi
 Sosial budaya
 Lingkungan
NO Variabel Definisi Oprasional Kriteria Hasil Ukur Skala

1. Pengetahua Hasil pengindraan sampai tingkat tahu dan Kuisioner a. Baik 76-100% Ordinal

n ini terjadi setelah orang melakukan b. Cukup 56-75%

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. c. Kurang <56%

2. Umur Umur seseorang yang terhitung mulai saat Kuisioner a. Rendah Ordinal

dilahirkan sampai berulang tahun b. Menengah

c. Tinggi

3 Pendidikan Dalam pengatahuan dan pemahaman ibu Kuisioner a. Tinggi

yang mempunyai bayi perempuan b. Menengah Ordinal

c. Rendah
4. pekerjaan Merupakan cara mencari nafkah yang kuiseoner 1. Bekerja Nominal

membosankan, berulang dan banyak tantangan. e 2. Tidak Bekerja

a. Pernah
5. Sumber Suatu informasi yang didapat oleh responden kuisioner Nominal
b. Tidak perna
informasi tentang sunat pada bayi perempuan

6. Sosial Sesuatu yang berhubungan dengan ibu yang kuesioner 1. Ya Nominal

budaya menggunakan sunat pada bayi perempuan yang 2. Tidak

lain dan masyarakat setempat.

7. Lingkung Lingkungan hidup adalah suatu ruang dengan kuesioner Mendukung Nominal

an semua benda, daya, keadaan, dan makhluk Tidak

hidup, yang mempengaruhi kelangsungan mendukung

perilaku kehidupan
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode observasional di
Wilayah Kerja Puskesmas Astambul
Kecamatan Asatmbul Kabupaten Banjar
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah ibu yang
mempunya bayi perempuan berjumlah 257 yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul Kabupaten
Banjar.

Sampel padapenelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai


bayi perempuan Di Desa Kelampaian Ilih, Tengah dan Ulu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar.
Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu
kuesioner berupa ceklis

•Data sekunder
Data dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui data yang
ada di Puskesmas Astambul mengenai jumlah bayi perempuan di desa
Kelampain yaitu data profil tentang puskesmas wilayah kerja terdiri dari 22
desa dan 104 rukun tetangga (RT).

•Data primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya dan
diperoleh dari jawaban atas petanyaan yang disediakan
melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang sunat
pada bayi perempuan berdasarkan umur, pekerjaan,
pendidikan, sumber informasi, sosial budaya dan
lingkungan.
penyuntingan data (Editing)

Membuat lembaran kode


(Coding sheet)

Memasukkan data (Data


Entry)

Tabulasi
Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan dari
peneliti tentang “Gambaran pengetahuan ibu
hamil tentang sunat pada bayi perempuan di Desa
Kelapaian Ilir, Tengah, ulu, Kecamatan Astambul
Kabupaten Banjar Tahun 2016” maka dapat
ditarik kesimpulan :
› Distribusi Berdasrakan pengetahuan menunjukkan
bahwa yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 34
responden (100%).
› Distribusi Berdasarkan umur menunjukkan bahwa dari 34
responden sebanyak 27 responden ( 79,40 % ) memiliki
umur sekitar 20-35 tahun.
› Distribusi Berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa
dari 34 responden pendidikan orang tua yang
persentasenya terbanyak adalah pendidikan menengah
yaitu 19 responden (55,88%).
 Distribusi Berdasarkan pekerjaan menunjukkan
bahwa dari 34 responden paling banyak ibu
ditemukan ibu yang tidak bekerja sebanyak 22
responden ( 64,70 % ).
 Distribusi Berdasarkan sumber infoprmasi
menunjukkan bahwa dari 34 responden (100%)
tidak pernah mendapatkan informasi tentang sunat
pada bayi perempuan.
 Distribusi Berdasarkan sosial budaya menunjukkan
bahwa dari 34 responden sebanyak 29 responden
( 85 % ) mengatakan bahwa ada mitos
perempuan dilakukan sunat akan meningkatkan
kesuburan dan daya tahan anak dan ada juga
mengatakan bayi perempuan yang tidak melakukan
sunat akan susah melahirkan nantinya.
 Distribusi Berdasarkan lingkungan menunjukkan
bahwa dari 34 responden (100%) mengatakan
bahwa lingkungan sangat mendukung sunat pada
bayi perempuan.
Bagi Pihak Institusi Akademi Kebidanan
Banua Bina Husada

Bagi Responden
SARAN

Bagi Peneliti

Bagi Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai