Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun guna memenuhi tugas Ulangan Akhir Semester


Mata kuliah : Legal Drafting
Dosen Pengampu: Wisda Amalia, S.H.I., M.H.

Disusun oleh:

Khoirul Wahib (1520110033)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYAH
KUDUS
2018
KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kerangka Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

A. Judul;
B. Pembukaan;
C. Batang Tubuh;
D. Penutup;
E. Penjelasan (jika diperlukan);
F. Lampiran (jika diperlukan.

A. JUDUL
Judul Peraturan Perundang-undangan memuat keterangan mengenai jenis, nomor,
tahun pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Perundang-undangan. Dan harus
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan ditengan margin tanpa diakhiri
tanda baca.
Contoh:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG

NARKOTIKA

B. PEMBUKAAN
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
b. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan
Contoh:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

c. Konsiderans
Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi
pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Contoh:
Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil
dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kualitas
sumber daya manusia Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan
nasional perlu dipelihara dan ditingkatkan secara terus-menerus, termasuk
derajat kesehatannya;
d. Dasar Hukum
Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat.
Contoh:
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Diktum
Diktum terdiri atas kata Memutuskan dan Menetapkan.
Contoh:

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG NARKOTIKA.

C. BATANG TUBUH
Batang tubuh Peraturan Perundang-Undangan memuat semua materi muatan
Peraturan Perundang-undangan yang dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal.
Pada umumnya materi muatan dalam batang tubuh dikelompokkan kedalam Ketentuan
Umum dan Materi pokok yang diatur.
Contoh:
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang ini.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.
3. Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, dan menghasilkan
Narkotika secara langsung atau tidak langsung melalui ekstraksi atau nonekstraksi dari
sumber alami atau sintetis kimia atau gabungannya, termasuk mengemas dan/atau
mengubah bentuk Narkotika.
D. PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-undangan.
Contoh:

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 152

Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3698) pada saat Undang-Undang ini diundangkan, masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan baru
berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 153

Dengan berlakunya Undang-Undang ini:

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3698); dan
b. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671)
yang telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut Undang-
Undang ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 154

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1


(satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 155

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 12 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

DR.H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 12 Oktober 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 143

E. PENJELASAN
Setiap Undang-Undang, peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
kabupaten/kota diberi penjelasan.
Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentukan peraturan perundang-
undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya
memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau pedanan kata/istilah asing dalam norma
yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk menperjelas norma
dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasaan dari norma yang
dimaksud.
Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang isinya memuat perubahan
terselubung terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contoh:

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG

NARKOTIKA
I. UMUM

Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi
perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan
jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat
mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa
yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “Prekursor Narkotika” hanya untuk
industri farmasi.

F. LAMPIRAN
Judul lampiran ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan disudut
kanan atas tanpa diakhiri tanda baca rata kiri.
Contoh:
LAMPIRAN I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 35 TAHUN 2009


TENTANG NARKOTIKA

Anda mungkin juga menyukai