PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kesalahan logis. Kesalahan berpikir atau kesalahan logis dapat terjadi karena
beberapa sebab diantaranya kesalahan konsep ketika belajar, input ilmu
pengetahuan yang salah, penggunaan bahasa yang salah, dan bisa juga terjadi
karena adanya ketidaktepatan dalam menentukan alur logika, baik melalui bahasa
maupun kondisi-kondisi tertentu. Kesalahan-kesalahan seperti itulah yang sering
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, baik itu dalam bentuk tulisan atau
perkataan (lisan) yang terlontar dari mulut kita sendiri. Hal tersebut bila terus
dibiarkan tanpa adanya pembenaran maka akan terjadi kesimpulan yang salah.
Kesesatan dalam berfikir (fallacy of thinking).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi atau pengertian dari fallacy bedasarkan penyebabnya?
2. Apa macam-macam tipe fallacy?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendefinisikan pengertian fallacy bedasarkan penyebabnya.
2. Untuk mengetahui macam-macam tipe fallacy.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan adalah metode
kepustakaan dengan menggunakan pustaka atau literatur yang relevan dan sesuai
yang disertai dengan opini, gagasan, dan ide dari penulis.
E. Manfaat Penulisan
1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan baik bagi pembaca atau bagi penulis
sendiri.
2. Sebagai salah satu sumber reverensi bagi tulisan-tulisan selanjutnya yang
terkait dengan filsafat ilmu, khususnya tentang materi fallacy.
3. Sebagai bahan bacaan khusnya bagi mahasiswa program studi magester
keguruan IPA dan umumnya bagi masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
kesalahan logis. Dari kedua makna tersebut intinya sama bahwa fallacy adalah
kesalahan atau ketidak sesuaian dalam pola pikir manusia secara normal
dikarenakan beberapa sebab. Fallacy dapat terjadi antara lain karena seseorang
menggunakan bahasa yang salah, atau dapat pula karena adanya ketidaktepatan
dalam menentukan alur logika, baik melalui bahasa atau kondisi-kondisi tertentu.
Menurut Blikololong (1999), dalam ilmu logika tugas logika ialah
menyiapkan sarana untuk melakukan penalaran yang sahih atau tepat. Dalam
kenyataannya, baik dalam kehidupan akademis maupun pergaulan sehari-hari,
sering sekali terjadi penalaran yang tidak sahih. Penalaran yang tidak sahih atau
tidak tepat itulah yang dinamakan penalaran yang sesat. Atau disingkat saja
dengan kesesatan atau fallacy.
Fallacy merupakan proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya
tidak logis, salah arah, dan menyesatkan. Selain itu fallacy merupakan suatu
gejala berpikir yang salah yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika
tanpa memperhatikan relevansinya. Sebuah kesimpulan harus ditunjang oleh
argumentasi yang benar dan sesuai nalar. Dengan demikian, argumentasi yang
dibuat adalah untuk membuktikan bahwa kesimpulan yang diperoleh dalam
menalar adalah benar.
3
tergantung penyebutannya. Pengucapan kata mental dapat berarti ‘terkait
dengan kejiwaan’ atau berarti ‘terpelanting’.
b) Kesesatan aksentuasi non verbal adalah kesesatan diakibatkan penggunaan
komposisi kata-kata yang menyesatkan berkaitan dengan penekanan
tertentu. Biasanya bahasa iklan adalah yang paling sering melakukan
kesesatan seperti itu. Seperti iklan Rp.0,1 bebas. Kredit mobil baru dengan
DP 20 juta / angsuran 1,5 juta.
b. Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan ekuivokasi adalah jenis kesesatan yang disebabkan oleh adanya
satu kata yang mempunyai arti lebih dari satu. Jika dalam susatu penalaran terjadi
pergantian arti dari sebuah kata yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran.
Kata memang menunjuk pada suatu pengertian. Apabila hal itu dipertukarkan
maka kacaulah jalan pikiran dalam penalaran. Hal yang terbaik adalah memilih
dan menggunakan kata yang tidak memiliki banyak arti.
Seperti halnya kesesatan eksintuasi, kesesatan akuivokasi terdiri dari dua
macam yaitu:
a) Kesesatan ekuivokasi verbal adalah kesesatan yang diakibatkan pengucapan
atau pemakaian kata yang memiliki arti ganda. Contohnya, kata ‘bisa’
berarti kesanggupan atau dapat berarti racun ular. Kata ‘teras’ berarti rumah
bagian depan atau dapat berarti ‘penting’ yang melekat pada kata pejabat
teras.
b) Kesesatan ekuivokasi non verbal adalah kesesatan yang diakibatkan masalah
kontruksi sosial, seperti mengangguk kepala tidak semua berarti iya atau
setuju. Di daerah tertentu mengangguk bisa dimaknai tidak.
Istilah tipe kesesatan ini adalah “fallacy of equivocasition”. Kesesatan ini
dikarenakan satu atau lebih termnya adalah Ambigous (banyak arti). Bila yang
ambigous adalah term minor maka disebut ‘ambigous minor’, dan bila yang
ambiguous adalah term medium (middle term) maka disebut ‘ambiguous middle’.
Contoh ambiguous mayor:
Semua pendidik adalah budiman.
Guru matematika kita adalah pendidik.
Jadi guru matematika kita adalah budiman.
(kata budiman pada premis mayor dapat berarti ‘orang yang berbudi baik’
juga dapat berarti ‘nama orang’.
Contoh ambiguous minor:
4
Semua banker tidaklah jelek kinerjanya.
Semua pembajak adalah jelek.
Jadi semua pembajak adalah banker.
(kata pembajak pada premis minor dapar berarti ‘perampok’ juga dapat
berarti ‘penggarap sawah’.
Dengan demikian, jika kesalahan ini dipaksakan maka kacaulah jalan
pikiran dalam penalaran kita. Hal ini berarti pelanggaran terhadap hukum
silogisme yang ke satu. Dalam praktek, khususnya dalam ucapan, kekacauan
sering terjadi, dikarenakan orang yang saling berbicara satu sama lain
mengertikan suatu kata dengan pengertian yang berbeda-beda sehingga timbul
salah paham atau salah pengertian.
c. Kesesatan Amfiboli
Kesesatan amfoboli adalah kesesatan yang dikarenakan kontruksi kalimat
yang sedemikian rupa sehingga artinya menjadi becabang. Dengan kata lain,
kesesatan jenis ini terjadi dikarenakan bila salah satu atau semua premisnya
berupa susunan kalimat yang mudah terkena penafsiran ganda. Contohnya, “Budi
menembak babi mati”. Kalimat tersebut dapat dimaknai Budi menembak babi,
lalu mati atau Budi menembak babi mati.
d. Kesesatan Metaforis
Kesesatan metaforis adalah jenis kesesatan yang terjadi karena mencampur
adukkan atara arti kiasan dengan arti yang sebenarnya. Pemakaian arti kiasan
adalah pengguaan kata pilihan yang bersifat konotatif, sedangkan erti sebenarnya
adalah bersifat denotatif. Berikut ini adalah contoh untuk menjelaskan tentang
kesesatan metaforis:
Siswa 1: binatang apa yang haram?
Siswa 2: pasti babi, ia binatang haram dan najis berat.
Siswa 1: binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?
Siswa 2: apa ya…?
Siswa 1: babi hamil!
Siswa 2: lho kok bisa…?
Siswa 1: babi hamil, kan mengandung babi, jadi haram dalam haram. Nah,
sekaran binatang apa yang paling haram? Lebih haram dari babi hamil?
Siswa 2: …?
Siswa 1: babi yang sedang hamil, hamilnya diluar nikah! Karenan anak babinya
adalah anak haram.
Guru : awas hati-hati, perbuatanmu harus dijaga baik-baik agar tidak terjerumus
kedalam perbuatan haram. (komentar guru yang tiba-tiba lewat).
5
2. Kesesatan Berpikir Formal
Kesesatan formal adalah kelompok kesalahan yang disebabkan karena ada
satu atau beberapa aturan berpikir formal yang dilanggar. Kesesatan ini antara lain
terdiri dari sebagai berikut.
a. Ignoratio Elenchi
Ignoratio elenchi adalah salah satu kesesatan berpikir yang terjadi disaat
seseorang berusaha menarik kesimpulan yang sebenarnya tidak memiliki relevansi
atau hubungan dengan premisnya. Loncatan yang sembarangan dari premis ke
kesimpulan yang memiliki hubungan semu (tidak benar-benar berhubungan) atau
dihubung-hubungkan, biasanya dikarenakan oleh prasangka, emosi, dan perasaan
subyektif. Ignoratio elenchi juga dikenal sebagai sesat pikir tentang
penggambaran seseorang.
Contohnya, orang yang baru saja keluar dari kampus pastilah mahasiswa.
Padahal tidak semua yang keluar dari kampus adalah mahasiswa. Contoh lain,
anak tungal pasti egois, padahal tidak selalu anak tunggal itu egois.
c. Circulus Vitiosus
Kalau orang hendak membuktikan sesuatu dengan bukti yang
kebenarannya harus dibuktikan dengan konklusi, inilah gambaran “Circulus
vitiosus”. Padahal yang sebenarnya, konklusi harus diambil dan ditarik dari
premis-premisnya, sehingga premes harus dibuktikan terlebih dahulu.
Contohnya, orang hendak menerangkan penyebab keadaan ekonomi
Negara jelek. Diajukanya argument bahwa keadaan jelek itu disebabkan banyak
korupsi. Ditanya, kenapa pegawai korupsi?. Diterangkan bahwa pegawai korupsi
disebabkan gajihnya rendah. Kenapa gajihnya rendah?, diterangkan bahwa karena
6
anggaran belanja Negara kecil. Kenapa anggaran belanja kecil?, dijawab karena
keadaan ekonomi Negara jelek.
7
b. Argumentum ad baculum
Argumentum ad baculum adalah kesesatan berpikir yang disebabkan
peakaian argument berupa desakan kepada orang lain melalui ancaman untuk
menerima suatu konklusi tertentu dengan alas an bahwa jika ia menolak akan
membawa akibat yang tidak diinginkan. Kata ‘baculus’ dalam bahasa latin berarti
tongkat atau kayu untuk memukul. Kesesatan jenis ini sering sekali dilakukan
orang dewasa kepada anak-anak, orang tua kepada putra-putrinya, guru kepada
siswa. Contohnya, “Toni,harus rajin belajar dan tidak boleh banyak bermain. Jika
masih terlalu banyak bermain nanti tidak saya beri uang jajan”.
c. Argumentum ad misericordiam
Argumentum ad misericordiam adalah jenis kesesatan berpikir yang terjadi
ketika proses penalaran atau jalan pikiran yang digunakan dengan tidak
mendasarkan diri pada arguman yang rasional, tetapi dengan mengajukan tuntutan
belas kasihan. Arti kata ‘misericordiam’ diartikan belas kasihan. Maka dari itu,
kesesatan berpikir ini sengaja diarahkan untuk menumbuhkan rasa belas kasihan
lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan. Alasan ini biasanya
dipakai oleh penjahat yang tertangkap karena alasan ekonomi. Kalau disekolah
biasanya dipakai oleh siswa supaya tidak dikenai sangsi oleh kepala sekolah
akibat pelanggaran tata tertib sekolah.
Contohnya, “Mohon bapak meloloskan saya dalam ujian nanti,
dikarenakan saya anak kos dimana orang tua saya miskin dan jarang memberi
uang kiriman”
d. Argumentum ad populum
Argumentum ad populum adalah kesesatan berpikir yang dibuat untuk
menghasut masa, rakyat, kelompok untuk membakar emosi mereka dengan alasan
bahwa pemikiran yang melatarbelakangi suatu usul atau program adalah demi
kepentingan rakyat atau kelompok itu sendiri. Argument ini bertujuan untuk
memperoleh dukungan atau kebenaran tindakan si pembicara. Jenis kesesatan
berpikir seperti ini sering muncul pada masa-masa kampanye pemilu. Salah satu
contoh nyata adalah ketika Hitler menyulut emosi rakyat Jerman yang sedang
8
krisis ekonomi dengan menyalahkan kaum yahudi di sana sebagai penyebab krisis
ekonomi.
e. Argumentum autoritas
Argumentum autoritas adalah kesesatan berpikir dimana nilai penalaran
ditentukan oleh nilai keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakannya.
Contohnya, akan sangat berbeda bila saya mengatakan ‘kamu bodoh’ dan seseoran
professor yang menatakan seperti itu. Bila saya yang mengatakan ‘kamu bodoh’
tentu akan dianggap sebagai penghinaan, meskipun dibeberkan sejumlah fakta
yang mendunkung. Berbeda kondisinya yang mengatakan hal itu seorang
professor, karena akan dipercaya perkataannya meskipun bisa jadi professor itu
hanya mengatakan hal itu karena kesal.
f. Argumentum ad verecundiam
Argumentum ad verecundiam adalah kesesatan berpikir yang disebabkan
penggunaan argumentasi yang disengaja tidak terarah kepada persoalan yang
sesungguhnya tetapi akan dibuatsedemikian rupa untuk membangkitkan prasaan
malu si lawan bicara. Contohnya, seperti iklan rook yang berslogan “Belum tua
belum boleh bicara”.
g. Argumentum ad ignoratium
Argumentum ad ignoratium adalah kesesatan berpikir yang terjadi dalam
suatu pernyataan yang dinyatakan benar karena kesalahannya tidak terbukti salah,
ata mengatakan sesuatu itu salah karena kebenarannya tidak terbukti ada. Dengan
kata lain selama kesalahan itu tidak terbukti salah, maka masih dianggap benar.
Contohnya, Saya tidak pernah melihat tuhan, berarti Tuhan tidak ada. Orang yang
sudah meninggal kehidupannya sudah selesai, kenyataannya sudah hancur
menjadi tanah.
h. Petition principia
Kesesatan jenis ini dilakukan seseorang jika ada sesuatu yang belum tentu
benar tetapi dianggap benar dan dijadikan pangkal pikiran atau pangkal konklusi.
Sehingga dalam hal ini masih membutuhkan bukti atas kebenarannya. Contohnya,
oleh karena manusia itu ciptaan Tuhan tentu pastilah Tuhan ada. Kalau penalaran
9
seperti dianalisis, maka sebagai berikut. Orang haruslah membuktikan bahwa
Tuhan itu ada, sehingga dapat dikatakan sebagai bukti bahwa manusia itu ciptaan
Tuhan.
i. Diction simpliciter
Kesesatan jenis ini terjadi karena memperlakukan peraturan umum
terhadap kasus-kasus khusus. Contohnya, “Perempuan yang melamar kepada laki-
laki adalah tak punya malu, mengingat bahwa gadis Minang selalu melamar
kepada laki-laki, maka mereka tidak punya rasa malu”.
j. Tu Quoque
Tu Quoque adalah jenis kesesatan berpikir yang dilakukan disebabkan
menyamakan dua kondisi yang berbeda. Kesesatan Tu Quoque lebih pada
menyamakan dua hal yang kondisinya dan latar belakangnya berbeda. Contohnya,
seorang bapak menyuruh kepada anaknya, “Nak, sudah waktunya tidur, naiklah
keranjang”. Dijawab “Oleh karena ayah masih belum tidur maka saya pun harus
diperbolehkan berbuat serupa”.
k. Kesesatan aksidensi
Jenis kesesatan ini merupakan kesesatan penalaran yang dilakukan oleh
seseoarang bila ia memaksakan aturan-aturan atau cara-cara yang bersifat umum
pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksendital (situasi yang bersifat
kebetulan). Contohnya, lemak adalah salah satu sumber energi yang sangat
berguna. Karena sangat berguna, lemak sangat disarankan dikonsumsi oleh
penderita obisitas.
10
Non Causa Pro Causa jenis kesesatan berpikir yang dilakukan karena
pengambilan penyimpulan yang salah dalam melihat dua pristiwa yang terjadi
secara berurutan, dimana kejadian yang terjadi sebelumnya dianggap sebagai
penyebab dari kejadian berikutnya. Orang lalu cendrung berkesimpulan bahwa
peristiwa pertama merupakan penyebab dari peristiwa kedua, atau peristiwa kedua
adalah akibat dari peristiwa pertama, padahal urutan waktu saja tidakdengan
sendirinya menunjukkan hubungan sebab akibat.
Contohnya, “Hari kemarin ada gerhana bulan, hari ini ada seorang pejabat
tinggi mati”. Dua peristiwa gerhana bulan dan kematian pejabat tidaklah memiliki
hubungan kausal, akan tetapi hanya sebuah kebetulan semata, sehingga tidak
dapat diklaim bahwa kalau ada gerhana bulan keesokan harinya pasti aka nada
pejabat Negara yang meninggal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian fallacy adalah kesalahan atau ketidak sesuaian dalam pola pikir
manusia secara normal dikarenakan beberapa sebab. Fallacy dapat terjadi
antara lain karena seseorang menggunakan bahasa yang salah, atau dapat pula
karena adanya ketidaktepatan dalam menentukan alur logika, baik melalui
bahasa atau kondisi-kondisi tertentu.
2. Macam-macam atau tipe fallacy adalah meliputi kesesatan berpikir lingual,
kesesatan berpikir formal, dan kesesatan berpikir material.
B. Saran
11
Dengan mengetahui seluruh kesesatan berpikir, diharapkan kita dapat
mengasah diri dengan berlatih menghindari bentuk-bentuk kesesatan yang
dimaksud, sehingga kita diharapkan dapat menghindarinya. Dengan demikian
penalaran yang kita lakukan dapat terhindar dari kesesatan dan dapat mencapai
kebenaran berpikir baik secara bahasa, formal, dan material.
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB II
PEMBAHASAN
13
Contoh: Gajah adalah binatang. Ular bukanlah gajah, karena itu ular bukanlah
binatang.
d. Fallacy of two negative premises (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua
premis negative).
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative.
Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa di tarik konklusi.
Contoh: tidak satu pun barang yang itu murah dan semua barang di toko itu adalah
tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
e. Fallacy of affirming the consequent (kekliruan karena mengakui akibat).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat
kemudian membenarkan pula sebabnya.
Contoh: Bila presiden A terpilih, Ekonomi akan lebih baik, Sekarang ekonomi
lebih baik, jadi presiden A terpilih.
f. Fallacy of denying antecedent (kekeliruan karena menolak sebab).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab
kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana.
Contoh: jika presiden datang maka semua orang kkan mengerumuni, sekarang
presiden tidak datang, jadi orang-orang tidak mengerumuni.
g. Fallacy of Disjunction (kekeliruan dalam bentuk disyungtif).
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari
alternative pertama, kemudian membenarkan alternative lain. Padahal menurut
patokan, pengingkaran alternative pertama, bisa juga tidak terlaksananya
alternative yang lain.
Contoh: Ani pergi ke Jepara atau ke Kudus. Ternyata Ani tidak ada di Jepara.
Berarti Ani di Kudus. (padahal bisa saja Ani tidak di Jepara maupun di Kudus.
h. Fallacy of Incosistency (kekeliruan karena tidak konsisten).
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan
pernyataan yang diakui sebelumnya.
Contoh: Tugas makalah saya sudah sempurna, hanya saja saya harus melengkapi
sedikit kekurangannya.
2. Kekeliruan Informal.
Pada kerancuan informal tidak terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan formal
dalam berargumen, sekurang-kurangnya tidak terjadi pelanggaran secara langsung
terhadap aturan aturan formal. Meskipun demikian, kesimpulan yang diajukan
atau ditarik sesungguhnya tidak mendapat dukungan premis-premis yang diajukan
dalam argument yang bersangkutan.[3] Berikut dibawah ini adalah kekeliruan
informal:
a. Fallacy of Hasty Generalization (kekeliruan karena membuat generalisasi yang
terburu-buru)[4].
14
Yaitu, mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit,
sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
Contoh: Dia seorang yang cantik, mengapa sombong?. Kalau begitu orang cantik
memang sombong.
b. Fallacy of Forced Hypothesis (kekeliruan karena memaksakan praduga).
Yaitu, kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Contoh: Seorang mahasiswa pergi ke kampus dengan wajah dan pakaian lusuh
sekali, seorang temannya menyatakan bahwa itu semua adalah kebiasaan yang
sering sekali dilakukan dalam kehidupanya, padahal sebenarnya wajah dan baju
lusuh itu karena akibat sakit.
c. Fallacy of Begging the Question (kekeliruan karena mengundang permasalahan).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang
sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya.
Contoh: Pengacara X memang luar biasa hebatnya (disini orang hendak
membuktikan bahwa pengacara X memang hebat dengan banyaknya Clien, tanpa
bukti kualitasnya diuji terlebih dahulu ).
d. Fallacy of Circular Argument (kekeliruan karena menggunakan argument yang
berputar).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian
konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula dijadikan
konklusi pada argument berikutnya. Contoh: Prestasi kampus X semakin menurun
karena banyaknya mahasiswa yang malas. Mengapa banyak mahasiswa yang
malas ? karena prestasi kampus menurun.
e. Fallacy of Argumentative leap (kekeliruan karena berganti dasar).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturnkan dari
premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula.
Contoh: Pantas ia memeiliki harta yang melimpah, sebab ia cantik dan
berpendidikan tinggi.
f. Fallacy of Appealing to Authority(kekeliruan karena mendasarkan pada otoritas).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau
kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas
ahli tersebut.
Contoh: Shampo merk X sangat baik mengatasi kerontokan, sebab Agnes Monica
mengatakan demikian.
(Agnes Monica adalah seorang penyanyi, ia tidak mempunyai otoritas untuk
menilai baik tidaknya shampoo sebab ia adalah penyanyi bukan pakar kesehatan
rambut).
g. Fallacy of Appealing to force (kekeliruan karena mendasarkan diri pada
kekuasaan).
15
Yaitu kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki,
seperti menolak pendapat/argument seseorang dengan menyatakan seperti ini.
Contoh: Anda masih saja membantah dan tidak terima dengan pendapatku, kamu
itu siapa dan sejak kapan kamu duduk sebagai anggota Dewan ?, aku ini sudah
lebih lama dari pada kamu.
16
Yaitu kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang
kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar.
Contoh: Manusia butuh makanan agar tetap hidup, itu berarti sepeda motor juga
perlu makanan untuk dapat hidup.
o. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan karena mengundang belas kasih ).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas
kasihan untuk mendapatkan konklusi yang di harapkan.
Contoh: dalam kasus seorang anak muda yang diadili karena membunuh ibu
ayahnya sendiri dengan kapak, memohon kepada hakim untuk memberikan
keringanan hukuman dengan alasan bahwa ia adalah seorang yatim piatu.
3. Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa.
Kesesatan ini terjadi karena kurang tepatnya kata-kata, frase-frase, atau kalimat-
kalimat yang dipakai untuk mengekspresikan pikiran.[5] Kekeliruan ini terbagi
menjadi lima macam yaitu:
a. Ekuivokasi
Dalam setiap bahasa selalu terdapat perkataan-perkataan yang mempunyai lebih
dari satu arti. Kerancuan ekuivokasi akan terjadi, jika perkataan yang sama
digunakan dalam arti yang berbeda di dalam konteks yang sama.[6]
Contoh: Semua bintang adalah benda astronomis. Jhonny Deep adalah seorang
bintang. Jadi, Jhonny Deep adalah suatu benda astronomis.
b. Amphiboly
Kesesatan ini terjadi bukan karena penggunaan suatu kata yang ambigu, tetapi
karena penggunaan suatu frase atau suatu kalimat lengkap yang ambigu.[7]
Contoh: Terbungkus dalam sebuah Koran gadis cantik itu membawa tiga potong
pakaiannya yang baru.
c. Aksentuasi
Kesesatan ini terjadi karena suatu aksen yang salah atau karena suatu tekanan
yang salah dalam pembicaraan. Suatu tekanan suara yang salah diletakkan pada
suatu kata yang diucapkan sehingga menyesatkan, membingungkan, atau
menghasilkan suatu interpretasi yang salah[8].
Contoh: Ibu, ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah si pembicara
sedang pergi. Tetapi karena ada penekanan pada kata ibu, maknanya menjadi
pemberitahuan pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).
d. Komposisi
Kesesatan ini terjadi karena penyebutan secara kolektif apa yang seharusnya
disebut secara individual.
Contoh: Kuda tersebar di seluruh dunia.
Tiap-tiap bagian dari sebuah mobil adalah ringan, karena itu mobil adalah benda
ringan.
17
e. Divisi
Kesesatan ini terjadi ketika kita menyebut secara individual apa yang seharusnya
disebut secara kolektif.
Contoh: Sebuah mobil adalah berat, karena itu tiap-tiap bagian dari mobil adalah
berat.
DAFTAR PUSTAKA
18