Anda di halaman 1dari 65

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

IMUNOLOGI
DAN
BIOLOGI REPRODUKSI
Nonik Ayu Wantini, SST.,M.Kes
Lenna Maydianasari, SST.,MPH
Listia Dwi Febriati, SST.,M.Kes
Fika Lilik Indrawati, S.SiT.,MPH
Rizka Ayu Setyani, SST.,MPH
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
Anggota IKAPI

PETUNJUK PRAKTIKUM IMUNOLOGI DAN BIOLOGI REPRODUKSI EDISI I


© Wantini
Respati Press, Yogyakarta 2019

All right reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan
cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit

xiii+52 halaman; 14,5 x 21,0 cm

Penulis:
Nonik Ayu Wantini, SST.,M.Kes
Lenna Maydianasari, SST.,MPH
Listia Dwi Febriati, SST.,M.Kes
Fika Lilik Indrawati, S.SiT.,MPH
Rizka Ayu Setyani, SST.,MPH

Editor : Nonik Ayu Wantini, SST.,M.Kes


Desain cover : Adi Bayu Prasetiyo, A.Md
Penata isi : Tri Mei Khasana, S.Gz., MPH

Diterbitkan pertama kali oleh:


Respati Press
Jalan Laksda Adi Sucipto Km.6,3 Depok, Sleman, DIY
email: respatipress@respati.ac.id
telp: (0274) 489780, 488781
Fax : (0274) 489780

Cetakan Kesatu, September 2019

ISBN : 978- 602-99163-2-4

RESPATI PRESS YOGYAKARTA


@Hak cipta dilindungi undang-undang

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas karunia-Nya sehingga buku
petunjuk praktikum “Imunologi dan Biologi Reproduksi”ini bisa kami terbitkan sebagai buku
panduan bagi mahasiswa. Buku petunjuk praktikum ini merupakan acuan bagi mahasiswa di
dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum.Buku ini mencakup 7 acara praktikum antara lain:
1. Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO dan faktor Rhesus
2. Histologi Gametogenesis (Spermatogenesis dan Oogenesis)
3. Identifikasi Organ Reproduksi dan Ovulation Test
4. Penurunan sifat (Mendelisme) dan Pola sidik jari, Karakter Fisik Manusia dan
Pewarisnya
5. Antibodi antisperma dan Pemeriksaan Morfologi Sperma
6. Pemeriksaan metode Imunokromatografi Test (ICT) untuk deteksi Antibodi
(Anti HIV 1/2, dan Tes Rapid Plasma Regain (RPR) untuk antibodi Sifilis)
7. Pemeriksaan metode Imunokromatografi Test (ICT) untuk deteksi Antigen
(Uji Kehamilan dan HBsAg)
Setelah mempelajari buku petunjuk praktikumini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memiliki pengetahuan yang luas dan isu terkini berkaitan dengan biologi
reproduksi serta mengaplikasikan dalam praktik kebidanan
2. Memahami konsep genetika dasar dan aplikasinya di bidang ilmu kebidanan
3. Mengidentifikasi, memformulasikan, menyelesaikan masalah di bidang
kebidanan yang berkaitan dengan imunologi dasar

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan buku ini, sehingga
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga buku ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, September 2019

Penulis

iii
VISI

Menjadi Program Studi Pendidikan Profesi Bidan yang unggul untuk menghasilkan tenaga
bidan profesi yang profesional dalam pelayanan kebidanan komplementer tradisional
alternatif dan berjiwa wirausaha pada tahun 2038.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan bidan yang berkualitas untuk menghasilkan lulusan bidan
profesi yang unggul dalam pelayanan kebidanan komplementer tradisional alternatif dan
berjiwa wirausaha.
2. Melaksanakan penelitian ilmiah di bidang kebidanan komplementer tradisional alternatif
terkini dan bermutu yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak serta pembangunan.
3. Menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kebidanan komplementer tradisional
alternatif melalui pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat bagi peningkatan
derajat kesejahteraan masyarakat.
4. Menjalin kerjasama di lingkup nasional dan internasional untuk mendukung
pengembangan pelayanan kebidanan komplementer tradisional alternatif.

TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan bidan profesi yang unggul dan kompetitif dalam pelayanan
kebidanan komplementer tradisional alternatif dan berjiwa wirausaha.
2. Menghasilkan produk ilmiah pelayanan kebidanan komplementer tradisional alternatif
yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
3. Memberikan pengabdian kepada masyarakat dalam pelayanan kebidanan komplementer
tradisional alternatif untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
4. Memiliki jaringan kerjasama di lingkup nasional dan internasional untuk mendukung
pengembangan pelayanan kebidanan komplementer tradisional alternatif.

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM

UMUM:

1. Wajib hadir 15 menit sebelum acara praktikum dimulai


2. Wajib membawa buku petunjuk praktikum dan buku kerja serta alat tulis secukupnya
saat praktikum
3. Wajib mengikuti kegiatan praktikum secara utuh (pre test, post test, dan mengumpulkan
laporan praktikum)
4. Barang yang tidak diperlukan saat praktikum tidak diperkenankan dibawa masuk
ruangan seperti tas (disimpan ditempat yang disediakan)
5. Alat komunikasi (Handphone) mohon untuk dinonaktifkan, dan tidak diperkenankan
untuk dipergunakan dalam laboratorium
6. Dilarang makan minum dan merokok di laboratorium
7. Jangan terlalu banyak bicara, berdiskusi diluar topik praktikum ketika bekerja di
laboratorium
8. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu safety yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi. Harus menggunakan sepatu safety yang
memenuhi standar.
9. Wanita yang memiliki rambut panjang harus diikat dan di hairnet
10. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dengan baik

KHUSUS:

1. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan


kimia, alat alat dan cara pemakaiannya
2. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium
3. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia
4. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
5. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus (cukup
dengan mengkibaskan kearah hidung )
6. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih dan gatal)
7. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan, buang pada tempat
yang disediakan

v
8. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
9. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
10. Limbah yang tidak berbahaya boleh langsung dibuang, dengan pengenceran air yang
cukup banyak.
11. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
12. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan pada botol dan diberi
label yang jelas
13. Kecelakaan kerja biasa saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.Bila hal itu
terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Jangan panik
b. Mintalah bantuan rekan yang ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja
sendirian di laboratorium.
c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan tersebut, bila
memungkinkan bilas sampai bersih
d. Bila kena kulit, jangan digaruk supaya tidak merata.
e. Bawalah korban keluar ruangan supaya banyak menghirup oksigen.
f. Bila mengkhawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya.
14. Bila terjadi kebakaran maka :
a. Jangan Panik
b. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan
sapu tangan.
c. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat.
d. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran

vi
Gambar 1. Potensial Hazard

Gambar 2. Simbol Bahaya/Peringatan

vii
DAFTAR ISI

Cover Depan i
Susunan Redaksi ii
Kata Pengantar …………………………………………….………………............. iii
Visi, Misi, Tujuan PS................................................................................................. iv
Tata Tertib Praktikum................................................................................................. v
Daftar Isi ………………………………………………….……............................... viii
Daftar Gambar ………...…………………………….……………………............... ix
Daftar Istilah ………………………………………………………………............. x
Daftar Singkatan ........................................................................................................ xiii
Acara 1. Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO dan faktor Rhesus.................. 1
Acara 2. Histologi Gametogenesis (Spermatogenesis dan Oogenesis)...................... 5
Acara 3. Identifikasi Organ Reproduksi dan Ovulation Test..................................... 11
Acara 4. Penurunan sifat (Mendelisme) dan Pola sidik jari, Karakter Fisik Manusia 22
dan Pewarisnya.............................................................................................
Acara 5. Antibodi antisperma dan Pemeriksaan Morfologi Sperma.......................... 28
Acara 6. Pemeriksaan metode Imunokromatografi Test (ICT) untuk deteksi
Antibodi (Anti HIV 1/2, dan Tes Rapid Plasma Regain (RPR) untuk 33
antibodi Sifilis).............................................................................................
Acara 7. Pemeriksaan metode Imunokromatografi Test (ICT) untuk deteksi 37
Antigen (Uji Kehamilan dan HBsAg)..........................................................
Daftar Pustaka ………………………………………………………………............ 47
Lampiran
1. Sistematika Laporan.......................................................................................... 49
2. Format Penilaian............................................................................................... 52

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.Interpretasi Hasil Golongan Darah........................................................ 3


Gambar 2.1. Spermatogenesis.................................................................................... 6
Gambar 2.2. Struktur Spermatozoa............................................................................ 6
Gambar 2.3. Struktur Ovarium................................................................................... 7
Gambar 2.4. Siklus Ovarian........................................................................................ 7
Gambar 2.5. Stadium Folikel...................................................................................... 9
Gambar 2.6. Oogenesis............................................................................................... 10
Gambar 3.1. Genetalia Wanita Bagian Eksternal....................................................... 11
Gambar 3.2. Genetalia Wanita Bagian Internal.......................................................... 12
Gambar 3.3. Genetalia Pria......................................................................................... 14
Gambar 3.4. Siklus Menstruasi.................................................................................. 17
Gambar 3.5. Identifikasi Organ Genetalia Wanita Eksterna beserta fungsinya........ 18
Gambar 3.6. Identifikasi Organ Genetalia Wanita Interna beserta fungsinya............ 18
Gambar 3.7. Identifikasi Organ Genetalia Pria beserta fungsinya............................. 19
Gambar 3.8. Pemeriksaan LH/Ovulation Tes............................................................. 20
Gambar 4.1. Cakram Variasi Genetika...................................................................... 25
Gambar 6.1. Hasil Pemeriksaan RPR Kuantitatif...................................................... 36
Gambar 7.1 Kadar hCG selama kehamilan................................................................ 38
Gambar 7.2. Hasil reaksi aglutinasi............................................................................ 39
Gambar 7.3. Interpretasi hasil Test HBsAg................................................................ 43

ix
DAFTAR ISTILAH

aglutinasi : penggumpalan dalam suatu cairan akibat pemberian suatu


bahan ke dalamnya
cumulus oophorus : Sekelompok sel yang mengelilingi oosit baik di stadium
folikel maupun setelah ovulasi
container biohazard : wadah yang digunakan untuk pembuangan limbah yang
mungkin terkontaminasi dengan patogen yang
membahayakan manusia dan lingkungan
corpus luteum : massa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk
oleh sebuah folikel yang telah matang dan mengeluarkan
ovumnya
corpus albikans : korpus luteum tua yang sudah tidak menghasilkan hormon
lagi.
degenerasi : suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam
sel, jaringan, atau organ yang bersifat menurunkan
efesiensinya.
diploid stem cells : sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi
yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak
jenis sel yang berbeda di dalam tubuh dan memiliki
jumlah kromosom diploid (46 kromosom/23 pasang)
epididymis : saluran yang bergulung yang terletak di belakang setiap
testis. Epididimis berperan dalam mengumpulkan dan
menyimpan sperma sebelum ejakulasi sewaktu
berhubungan seksual dan sebagai tempat maturasi dari
sperma
fase folikuler : fase dimana kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon
Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang merangsang
folikel dalam ovarium untuk tumbuh dan berkembang
menjadi matang
fase ovulatory : fase dimana Luteinizing Hormone (LH) mulai dikeluarkan,
yang menyebabkan sel telur keluar dari folikel tersebut.
fase luteal : setelah fase ovulasi, folikel yang telah pecah dan
mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum
pada fase ini. Korpus luteum akan memicu peningkatan
hormon progesteron untuk mempertebal lapisan
endometrium.
fertilisasi : peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-
sel bernukleus untuk membentuk zigot.
folikel : Kantung cairan yang berisi oosit untuk membentuk sebuah
sel telur.
hepatitis fulminan : penderita hepatitis akut yang mengalami gejala bicara
kacau, penurunan kesadaran sampai koma (kondisi
dimana mendadak hati gagal berfungsi, lebih sering

x
disebut gagal hati akut).
hepatitis kronis : hepatitis yang terjadi pada seseorang selama lebih dari 6
bulan
hepatosit : sel parenkimal utama pada hati yang berperan dalam
banyak lintasan metabolisme, dengan bobot sekitar 80%
dari massa hati.
hipotiroidisme : kondisi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon
tiroid yang cukup.
in vitro : istilah yang dipakai dalam biologi untuk menyebutkan
kultur suatu sel, jaringan, atau bagian organ tertentu di
dalam laboratorium.
in vitro diagnostik : pemeriksaan spesimen dari dalam tubuh manusia secara in
vitro untuk menyediakan informasi diagnosa
karsinoma hepatoseluler : jenis kanker hati, paling sering terjadi pada orang dengan
penyakit hati, terutama pada orang dengan hepatitis B dan
C kronis.
LUFS : kegagalan ovulasi
menopause : berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya
terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun
ooforectomi : prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
salah satu atau kedua ovarium
oogonium : sel induk dari ovum yang terdapat dalam folikel
oosit primer : sel oogonium yg menjadi besar sebelum membelah secara
meiosis
ovulasi : proses ketika sel telur yang sudah matang dikeluarkan dari
ovarium ke tuba fallopii untuk dibuahi
PCOS : kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang
berada di usia subur
sirosis hati : kerusakan hati kronis dari berbagai penyebab yang
mengarah ke jaringan parut dan gagal hati
suspensi : suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat
spermatogonia : tahap pertama pada spermatogenesis yang dihasilkan oleh
testis. Spermatogonia terbentuk dari 46 kromosom dan 2N
kromatid.
spermatocyte primer : mitosis dari spermatogonium. Pada tahap ini tidak terjadi
pembelahan. Spermatosit primer terbentuk dari 46
kromosom dan 4N kromatid.
spermatocyte sekunder : meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis. Spermatosit sekunder
terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid.
spermatid : meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid
terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid.

xi
spermiogenesis : tahap akhir spermatogenesis, yang melihat pematangan
spermatid menjadi matang, motil spermatozoa
spermatozoa : sel sperma yang sudang mature/matang
tubulus seminiferous : bagian dari testis yang berfungsi tempat pembentukan
sperma (spermatogenesis). Tubulus seminiferus adalah
struktur yang terletak di dalam testis laki-laki. yang terdiri
dari jaringan tabung yang terdiri dari sel-sel yang dikenal
sebagai sel-sel Sertoli.
zona pelucida : lapisan tebal yang berbasis protein meliputi bagian luar
membran vitelline yang membantu melindungi sel telur.
polar body : sel yang terpisah dari oosit selama meiosis dan yang
mengandung nukleus yang diproduksi pada meiosis
pertama atau kedua dan sangat sedikit sitoplasma
yolk sac : kantung kuning telur yaitu kantung bermembran yang
melekat pada embrio, yang dibentuk oleh sel-sel dari
hipoblas yang berdekatan dengan disk embrio

xii
DAFTAR SINGKATAN

anti-HBs : anti-Hepatitis B surface


anti-HBe : anti-Hepatitis B early
anti-HBc : anti-Hepatitis B core
DNA : deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat
HBcAg : Hepatitis B core antigen
HBeAg : Hepatitis B early antigen
HBsAg : Hepatitis B surface antigen
HBV : Hepatitis B Virus
hCG : human chorionic gonadotropin
ICT : Imunokromatografi
IgM : Immunoglobulin M
LH : Luteinizing Hormone
LUFS : Luteinized Unruptured Follicle Syndrome
mIU/ml : milli-internasional unit per mililiter
PCOS : Polycystic Ovary Syndrome
Rh : Rhesus
Rh+ : Rhesus Positif
Rh- : Rhesus Negatif

xiii
ACARA 1

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


Mampu memahami konsep genetika dasar dan aplikasinya di bidang ilmu kebidanan
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Golongan Darah sistem AB0 dan Faktor
Rhesus
III. DASAR TEORI
Pemeriksaan golongan darah adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui golongan darah seseorang. Terdapat 2 jenis penggolongan darah yang sering
digunakan, yaitu sistem ABO dan sistem Rhesus (Rh). Pemeriksaan golongan darah ini
didasarkan kepada kombinasi kandungan antigen dan antibodi spesifik yang berada di
dalam sel darah, yang diturunkan melalui gen dari orang tua.
Untuk sistem ABO, antigen terdapat di permukaan sel darah merah dan antibodi
terdapat dalam plasma darah, yaitu bagian darah yang berbentuk cairan berwarna kuning.
Sistem ini membagi golongan darah menjadi 4, yaitu:
A. Golongan darah A, memiliki kombinasi antigen A dan antibodi B.
B. Golongan darah B, memiliki kombinasi antigen B dan antibodi A.
C. Golongan darah AB, memiliki antigen A dan B, tetapi tidak memiliki antibodi A dan
B.
D. Golongan darah O,tidak memiliki antigen A maupun B. memiliki antibodi A dan B
Sedangkan, sistem Rhesus (Rh) membagi darah menjadi 2 golongan, yaitu Rh+
(positif) untuk darah yang memiliki antigen Rhesus, dan Rh- (negatif) untuk darah yang
tidak memiliki antigen Rhesus.
Karena tidak memiliki antigen, golongan darah O seringkali disebut sebagai donor
universal atau dapat mendonorkan darah ke seluruh golongan darah, dan golongan darah
AB disebut resipien universal karena tidak memiliki antibodi sehingga dapat menerima
darah dari golongan darah manapun. Namun istilah ini sekarang dirasa tidak tepat, karena
menerima darah dari golongan darah O juga dapat menimbulkan reaksi serius selama
transfusi, bila terdapat perbedaan golongan darah dan Rhesus.

1
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah adalah:
1. Autoclik
2. Lancet
3. Kartu tes golongan darah /object glass
4. Tusuk Gigi
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah adalah:
1. Reagen Anti A
2. Reagen Anti B
3. Reagen Anti AB
4. Reagen Anti D (Rhesus)
5. Kapas Alkohol
V. CARA KERJA
A. Siapkan kartu uji atau object glass yang telah diberi nomor 1-4
B. Bersihkan daerah jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol.
C. Darah kapiler diambil dari jari pasien dengan menggunakan autoclik.
D. Teteskan darah pada kartu uji / object glass sebanyak 4 kali pada tempat yang berbeda
sesuai nomor.
E. Teteskan serum alfa sebanyak 1 tetes pada sampel darah pertama, lalu aduklah dengan
gerakan memutar menggunakan tusuk gigi. Amatilah apa yang terjadi.
F. Lakukan langkah nomor 5 untuk serum beta, serum alfa-beta, dan serum anti Rhesus
G. Dilihat adanya aglutinasi pada tetesan tersebut dan dicatat hasilnya.
H. Interpretasi Hasil

2
Gambar 1.1 Interpretasi Hasil Golongan Darah
Keterangan : Contoh Baris ke dua. Perhatikan urutan sampelnya dari kiri ke kanan:
1. Diberi anti rhesus : Menggumpal
2. Diberi serum alfa : Tidak menggumpal
3. Diberi serum beta : Menggumpal
4. Diberi serum alfa-beta : Menggumpal
Kesimpulannya, pemilik darah bergolongan darah B Rh+ (golongan B dan golongan
Rhesus positif).
Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:
Tabel 1.1 Pedoman penentuan Golongan Darah

Golongan aglutinogen (antigen) aglutinin (antibodi)


pada eritrosit pada plasma darah
A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b

3
1. Jika aglutinin a (serum alfa) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
2. Jika aglutinin b (serum beta) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi (penggumpalan)
3. Jika anti Rhesus (antibodi Rhesus) + antigen Rhesus = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
4. darah + anti Rhesus = aglutinasi  terdapat antigen Rhesus gol Rh+
5. darah + serum alfa = aglutinasi  terdapat aglutinogen A gol A
6. darah + serum beta = aglutinasi  terdapat aglutinogen B gol B

VI. TUGAS
Buatlah Laporan Praktikum berdasarkan hasil pemeriksaan golongan darah masing-
masing! (Adapun yang dibahas dalam laporan praktikum meliputi):
1. Jika sudah mengetahui Golongan darahnya, Bagaimana jika golongan darahmu itu
di donor oleh golongan darah yang ada (4 macam ) berikan alasan mengapa
menggumpal atau tidak menggumpal
2. Apa yang kamu ketahui tentang : kata kata dalam sistem transportasi ini :
a. Aglutinasi
b. Antigen
c. Aglutinin
d. Plasma darah
e. Serum alpha
f. Rhesus negatif
g. Erythroblastosis fetalis
h. Resipien Universal
i. Jika golongan darah A kawin dengan B mungkinkah anaknya O jelaskan
j. Jika golongan darah A di donorkan ke B menggumpal mengapa berikan
alasannya

4
ACARA 2

HISTOLOGI GAMETOGENESIS

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


Memiliki pengetahuan yang luas dan isu terkini berkaitan dengan biologi reproduksi serta
mengaplikasikan dalam praktik kebidanan.
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Mampu melakukan pengamatan dan menyusun laporan hasil pengamatan histologi
gametogenesis (spermatogenesis dan oogenesis).
III. DASAR TEORI
Gametogenesis adalah proses pembentukan, pembelahan dan pematangan sel-sel
gamet sampai menjadi sel gamet yang siap berperan dalam proses reproduksi.
 Pada pria : spermatogenesis – spermiogenesis
 Pada wanita : oogenesis
Sel-sel yang berperan pada peristiwa reproduksi menjadi bakal keturunan selanjutnya
disebut juga sel benih. Sel benih pada pria disebut sel sperma sedangkan pada wanita
disebut sel telur/ovum. Sel benih pria maupun wanita merupakan turunan langsung sel-sel
benih primordial (primordial germ cells) yang terbentuk pada masa embrional.Sel benih
primordial mulai tampak di dinding yolk sac pada akhir minggu ke-3 pertumbuhan
embrio. Dalam perkembangannya sel benih primordial berpindah / migrasi ke arah
jaringan gonad, sampai kira-kira minggu ke-5.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma yang membutuhkan waktu 65 -
75 hari. Pada spermatogenesis terjadi 3 proses yaitu mitosis, meiosis dan spermiogenesis.
Proses mulai dari diploid stem cells yang disebut spermatogonia yang terdapat pada
tubulus seminiferous testis.

5
Gambar 2.1. Spermatogenesis
Pada saat pubertas ada sekitar 3 juta sel spermatogonia (diploid) berubah menjadi
spermatocyte setiap harinya. Spermatocyte primer (diploid) mengalami meiosis I untuk
membentuk spermatocyte sekunder (haploid). Spermatocyte sekunder (haploid) kemudian
mengalami meiosis II untuk membentuk 4 spermatid.Selama spermiogenesis, spermatid
berdifferensiasi menjadi spermatozoa yang matang (mature) yang bersifat motile.
Spermatozoa kemudian terdesak ke dalam (pusat) tubulus seminiferous dan diteruskan ke
epididymis yang menjadi tempat simpanan sementara sampai terjadi ejakulasi.

Gambar 2.2. Struktur Spermatozoa


Oogenesis adalah Perkembangan sel telur (ovum) yang terjadi pada ovarium
mulai sejak lahir, dan sangat cepat saat pubertas serta berakhir pada masa menopause.
Selama periode subur (pubertas s/d menopause) oogenesis berlangsung pada pola
tetap mengikuti siklus ovarian (ovarian cycle).

6
Gambar 2.3. Struktur Ovarium

Gambar 2.4. Siklus Ovarian


Pada bayi perempuan yang baru lahir, telah mempunyai semua folikel yang
ada dalam tubuhnya. Pada wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera
berdiferensiasi menjadi oogonium.Oogonium kemudian mengalami beberapa kali
mitosis, dan pada akhir perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium
dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang
nantinya menjadi sel folikuler.Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis,
sebagian lain berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer.
Oosit primer kemudian mengadakan replikasi DNA dan memasuki proses miosis
pertama sampai tahap profase.
Semua folikel atau oocyte telah mengalami proses meiosis selama periode
perkembangan janin (fetal development), tetapi hanya sampai prophase I. Proses
meiosis berikutnya terjadi setelah wanita tersebut memasuki masa pubertas. Setelah
pubertas, beberapa oocyts akan matang mengikuti siklus mensturasi (menstrual cycle).
Setiap wanita mempunyai kira-kira 2 juta oocyt primer pada saat lahir dan ada yang

7
mati setiap harinya. Tinggal kira-kira 400 ribu yang dapat bertahan pada masa
pubertas (usia 11 -14 tahun). Hanya kira-kira 400-500 yang dapat menjadi ovum
sepanjang masa puber sampai menopause (usia 45-55 tahun).
Pada bulan ke-5 sampai ke-7, jumlah oogonium diperkirakan mencapai 5-7
juta sel. Pada saat itu sel-sel mulai berdegenerasi, sehingga banyak oogonium dan
oosit primer berhenti tumbuh dan menjadi atretik. Tetapi oosit primer yang telah
memasuki tahap profase miosis pertama tetap bertahan pada stadiumnya dengan
dilapisi sel folikuler epitel gepeng (selanjutnya oosit primer dengan sel folikuler ini
disebut sebagai folikel primordial).Folikel primordial tetap pada stadiumnya (disebut
fase istirahat/ fase diktioten / diplotene stage), sampai sesudah kelahiran dan
menjelang pubertas. Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar 700 ribu - 2 juta
folikel.Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel
primordial / oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu
sebelum terjadinya perdarahan haid berikutnya, hanya satu sel folikel yang
mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum yang siap
dibuahi.
Pertumbuhan / pematangan diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer /
folikel primordial menjadi membesar, dan sel-sel epitel selapis gepeng berubah
menjadi kuboid dan berlapis-lapis. Pada tingkat pertumbuhan ini, oosit primer
bersama lapisan epitelnya disebut bereda dalam stadium folikel primer.Awalnya oosit
primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboid yang melapisinya, namun
selanjutnya terbentuk suatu lapisan mukopolisakarida yang membatasi / memisahkan
di antaranya, yang disebut zona pellucida.Kemudian terbentuk juga suatu rongga
dalam lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama makin besar. Tetapi sel-sel
folikuler yang berbatasan dengan zona pellucida oosit primer tetap utuh dan menjadi
cumulus oophorus. Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder.
Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan
folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan
seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan hormon estrogen) dan teka
eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar).Pada stadium ini, folikel disebut sebagai
berada dalam stadium sudah matang, disebut sebagai folikel tersier atau folikel
deGraaf.

8
Setelah tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan
miosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung
jumlah DNA sebanyak separuh sel induk (23 kromosom). Tetapi hanya SATU sel
anak yang tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel anak lainnya hanya menjadi
badan kutub (polar body) yang tidak tumbuh lebih lanjut.Pada saat oosit sekunder
mencapai stadium pembentukan kumparan (coiling) terjadilah OVULASI di mana
oosit tersebut dilepaskan dari folikel deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus
oophorus dari sel folikular dan lapisan zona pellucida.Susunan cumulus oophorus di
sekeliling zona pellucida kemudian menjadi corona radiata.
Folikel bekas tempat oosit kemudian di bawah pengaruh hormon LH dinding
tuba, oosit tersebut ikut terbawa ke arah uterus. Di dalam tuba inilah terdapat
kemungkinan terjadinya pembuahan dengan sel sperma.Jika terjadi pembuahan dan
kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon progesteron yang dihasilkannya
berfungsi mempertahankan keseimbangan hormonal selama masa-masa awal
kehamilan.

Gambar 2.5. Stadium Folikel


Jika terjadi pembuahan, oosit sekunder menyelesaikan stadium pembelahan
pematangan keduanya sampai menjadi oosit matang, kemungkinan dengan
menghasilkan satu buah polar body lagi. Sementara polar body hasil pembelahan
sebelumnya diperkirakan juga mengadakan satu pembelahan lagi.Jika tidak terjadi
pembuahan, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dalam waktu sekitar 24-48
jam pasca ovulasi.Jika tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, sampai dengan 9-10
hari sesudah ovulasi korpus luteum akan berdegenerasi dan mengalami fibrosis
menjadi korpus albikans. Akibat degenerasi ini produksi progesteron juga menurun,
menjadi stimulasi untuk terjadinya perdarahan haid berikutnya.Hasil akhir oogenesis

9
normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan 1-3 buah polar
bodies.Kromosom yang dikandung oleh oosit adalah separuh dari induknya, yaitu
23+X.

Gambar 2.6. Oogenesis


IV. ALAT DAN BAHAN
1. Mikroskop cahaya
2. Preparat histologi testis
3. Preparat histologi ovarium
V. CARA KERJA
1. Amati preparat histologi testis di bawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran
lemah dan kuat
2. Gambarlah sebuah tubulus seminferus testis beserta sel-sel germa yang berkembang
di dalamnya dan gambarlah sel-sel interstisial (sel leydig) yang terdapat di ruang antar
tubulus.
3. Amati preparat histologi ovarium di bawah mikroskop dengan menggunakan
pembesaran lemah dan kuat
4. Gambarlah skematis folikel yang ada di ovarium.

VI. TUGAS
Buatlah laporan praktikum histologi spermatogenesis dan oogenesis dengan sistematika
yang telah ditentukan dalam buku panduan ini!

10
ACARA 3

IDENTIFIKASI ORGAN REPRODUKSI DAN OVULATION TEST

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Memiliki pengetahuan yang luas dan isu terkini berkaitan dengan biologi reproduksi serta
mengaplikasikan dalam praktik kebidanan.
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH(SUB CPMK)
Mahasiswa mampu identifikasi organ reproduksi pria dan wanita serta mampu
mendemonstrasikan, menyimpulkan hasil pemeriksaan Ovulation Test.
III. DASAR TEORI
A. Organ Reproduksi
1. Organ Reproduksi Wanita

Gambar 3.1. Genetalia Wanita Bagian Eksternal


Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva
yang banyak mengandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi oleh rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayora

11
(bibir besar) yang berjumlah sepasang. Di dalam labium mayora terdapat lipatan
labium minora (bibir kecil) yang juga berjumlah sepasang. Labium mayora dan
minora berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium
minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada
pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun
klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva bermuara 2 saluran, yaitu saluran uretra dan saluran vagina.
Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen
merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.

Gambar 3.2. Genetalia Wanita Bagian Internal


Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi
(saluran kelamin).
a. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang berbentuk oval dengan panjang 3-4 cm.
Umumnya setiap ovarium mengasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang

12
dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi. Fungsi ovarium
yakni menghasilkan ovum serta hormon estrogen dan progesteron.
b. Saluran reproduksi (oviduk/tuba falopii, uterus, vagina)
(1) Oviduk/Tuba falopii
Tuba falopii atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri
ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal berbentuk
corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat fimbriae.
Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.
Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke tuba fallopii.
Tuba fallopii berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju
uterus, dan tempat terjadinya fertilisasi.
(2) Uterus
Uterus berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi
fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang
tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium.
Lapisan endometrium tersusun dari sel-sel epitel, menghasilkan banyak
lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada
saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh saat
menstruasi.
(3) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam
pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding
yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir,
bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan
ikat berserat. Membran mukosa menghasilkan lendir pada saat terjadi
rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholini.
Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan
untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke
kondisi semula setelah janin dikeluarkan.

13
2. Organ Reproduksi Pria

Gambar 3.3. Genetalia Pria


a. Organ Reproduksi Internal
(1) Testis
Testis berbentuk oval dan terletak di dalam skrotum. Testis berjumlah
sepasang. Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis
kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan
ikat dan otot polos. Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk
memproduksi sperma dan hormon testosteron.
(2) Saluran Pengeluaran
(a). Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum
yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang disebelah kiri
dan kanan. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak
menuju vas deferens.
(b). Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan
saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari
epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
14
salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens
berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis
menuju vesikula seminalis.
(c). Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan
kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk
mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
(d). Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam
penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari
kantung semen dan saluran untuk membuang urine dari kantung
kemih.
(3) Kelenjar Kelamin
(a). Vesikula seminalis
Vesikula seminalis merupakan kelenjar berlekuk lekuk yang terletak
di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis
menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi
sperma.
(b). Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian
bawah kantung kemih . Kelenjar prostat menghasilkan getah yang
mengandung kolesterol, garam, dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma.
(c). Kelenjar cowper
Kelenjar cowper (bulbouretralis) merupakan kelenjar yang
salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar cowper menghasilkan
getah yang bersifat alkali (basa).
b. Organ Reproduksi Eksternal
(1) Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga
yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa.
Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons
korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis
dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak
15
mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada
suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga
penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
(2) Skrotum
Skrotum merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum
berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan kiri. Di antara skrotum
kanan dan kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakkan skrotum
sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga
terdapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding
perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur
suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan
spermatogenesis membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat
lebih rendah daripada suhu tubuh.
B. Ovulation Test
Masa subur wanita terjadi ketikawanita mengalami ovulasi yaitu proses di mana
sel telur dilepaskan dari indung telur ke saluran tuba falopi, sehingga siap untuk
dibuahi oleh sperma. Masa subur wanita umumnya dimulai sejak sekitar 10 sampai 14
hari sebelum masa haid selanjutnya tiba. Namun, hal ini hanya berlaku bagi wanita
yang mempunyai siklus haid teratur 28 hari. Untuk wanita yang mempunyai siklus
menstruasi kurang teratur, cukup sulitmendeteksi kapan tubuh akan
melakukan ovulasi setiap bulannya. Untuk itu, dibutuhkan alat tes masa subur.
Ovulation/LH Test Strip adalah alat untuk mengetahui masa subur (ovulasi)
wanita dengan cara mendeteksi Luteinizing Hormon/LH pada urine. Dalam 1 siklus
menstruasi seorang wanita subur, ovulasi diperkirakan akan terjadi pada hari ke-14.
Untuk siklus menstruasi rata-rata 30 hari, test urine dilakukan mulai hari ke-13 (lihat
tabel) dan hari berikutnya sampai di dapat hasil yang positif (5 hari berturut-turut).
Bila hasil positif maka ovulasi akan terjadi 24 jam berikutnya dan itu adalah hari yang
paling subur bagi seorang wanita. Bila hasil negatif maka test akan diulang lagi untuk
bulan berikutnya.Alat ini terbilang efektif untuk mengetahui masa subur wanita, yakni
99 persen hanya dalam sekali pakai. Meski sangat akurat, namun alat ini tidak dapat
digunakan pada wanita yang mengalami polycystic ovary syndrome
(PCOS) atau Luteinized Unruptured Follicle Syndrome (LUFS), karena kondisi
tersebut memengaruhi hormon LH.
16
Gambar 3.4. Siklus Menstruasi
Kapan memulai tes Ovulasi?
Tentukan dulu siklus menstruasi, yakni jarak antara hari pertama menstruasi hingga
hari terakhir sebelum menstruasi berikutnya. Cocokkan dengan tabel di bawah ini
untuk menentukan kapan mulai melakukan tes. Menstruasi hari pertama adalah hari
ke-1. Misalnya siklus menstruasi 30 hari, maka test dilakukan pada hari ke-3. Jika
siklus menstruasi lebih pendek dari 21 hari atau lebih panjang dari 40 hari, harus
segera konsultasi dengan dokter.
Tabel 3.1. Jadwal Ovulation Tes berdasarkan Siklus Menstruasi
Jangka Siklus Tes dilakukan Jangka Siklus Tes dilakukan
Menstruasi pada: Menstruasi pada:
21 Hari Hari ke-6 31 Hari Hari ke-14
22 Hari Hari ke-6 32 Hari Hari ke-15
23 Hari Hari ke-7 33 Hari Hari ke-16
24 Hari Hari ke-7 34 Hari Hari ke-17
25 Hari Hari ke-8 35 Hari Hari ke-18
26 Hari Hari ke-9 36 Hari Hari ke-19
27 Hari Hari ke-10 37 Hari Hari ke-20
28 Hari Hari ke-11 38 Hari Hari ke-21
29 Hari Hari ke-12 39 Hari Hari ke-22
30 Hari Hari ke-13 40 Hari Hari ke-23

17
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Identifikasi Organ Reproduksi
1. Poster Organ Reproduksi Pria dan Wanita
2. Phantom/Alat Peraga Organ Reproduksi Pria dan Wanita
B. Ovulation Tes
1. Sarung Tangan
2. Masker
3. Cawan Ginjal/Bengkok
4. Wadah Urine/Pot Urine Steril
5. Tissue
6. Ovulation (LH) Test Strip
V. CARA KERJA
A. Identifikasi Organ Reproduksi
Ket Gambar:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Gambar 3.5. Identifikasi Organ Genetalia Wanita


Eksterna beserta fungsinya
Ket.Gambar:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Gambar 3.6. Identifikasi Organ Genetalia Wanita

18
Interna beserta fungsinya

Gambar 3.7. Identifikasi Organ Genetalia Pria beserta fungsinya

Ket. Gambar: 9.
1. 10.
2. 11.
3. 12.
4. 13.
5. 14.
6. 15.
7. 16.
8.
Perhatikan gambar organ genetalia diatas, identifikasi dengan benar sesuai nomor dan
berikan penjelasan yang lengkap terkait dengan organ tersebut!
B. Ovulation Tes/LH Strip Tes
Cara Pakai:
1. Tampung sampel urine dalam wadah yang bersih dan kering. Bila tes perlu
dilakukan lebih dari 1 hari, maka tes harus dilakukan pada jam yang sama setiap
harinya.
2. Sobek sachet, dan keluarkan alat tesnya saja (silika gel dalam sachet tidak
digunakan, hanya berfungsi sebagai pengering untuk menyerap kelembaban).
3. Pegang ujung alat tes, lalu celupkan alat tes pada urine hingga sebatas garis
MAX (jangan sampai melebihi garis MAX).
4. Celup selama 3-5 detik, setelah itu angkat alat tes dari air seni dan letakkan pada
wadah dengan permukaan yang bersih dan kering.
5. Hasil bisa dibaca setelah 3-5 menit. Jangan membaca hasil lebih dari 10 menit.

19
Catatan: Tidak disarankan menggunakan urine pertama pagi hari, karena
kandungan hormon LH terlalu rendah. Sebaiknya gunakan urine diantara jam
10.00-20.00
Membaca Hasil Tes:
Setelah 5 menit, alat tes akan menampakkan garis warna:
Positif : Jika garis warna yang bawah (tes band) lebih gelap atau sama
dengan garis warna yang atas/control band (ovulasi akan terjadi
24-48 jam ke depan).
Negatif : Jika garis warna yang bawah (tes band) lebih muda dari garis
warna yang atas (control band), atau hanya garis warna yang atas
(control band) saja yang terlihat, maka tidak akan terjadi ovulasi
(tidak dalam masa subur).
Invalid : Jika tidak ada garis warna pada control band atau tes band.

Gambar 3.8. Pemeriksaan LH/Ovulation Tes


VI. TUGAS
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok!
2. Lakukan pencatatan dan pelaporan hasil identifikasi organ reproduksi pria dan wanita,
berikan penjelasan dengan lengkap!
3. Lakukan pemeriksaan ovulasi/ LH test pada sampel urine A, B, C yang telah
disediakan dan interpretasikan hasilnya!
4. Carilah 2 responden, tanyakan riwayat menstruasi 3 bulan terakhir, tentukan rata-rata
lama siklus menstruasinya, lakukan pemeriksaan LH test, catat hasilnya!
5. Selain dengan pemeriksaan ovulasi, masa subur dapat diketahui dengan pengukuran
suhu basal, metode lendir serviks, dan pemeriksaan air liur. Jelaskan ke 3 metode
tersebut!
6. Sebutkan dan jelaskan 5 jenis gangguan reproduksi yang mempengaruhi kesuburan
wanita!

20
7. Susunlah laporan praktikum sesuai dengan format yang telah ditentukan, laporan
dikumpul pada tanggal Senin, 18/11/2019

21
ACARA 4
PENURUNAN SIFAT (MENDELISME) DAN GENETIKA MANUSIA
(POLA SIDIK JARI, KARAKTER FISIK MANUSIA DAN PEWARISNYA)

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


Mampu memahami konsep genetika dasar dan aplikasinya di bidang ilmu kebidanan
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan penurunan sifat (mendelisme) dan
genetika manusia
III. DASAR TEORI
A. Pola Sidik Jari
Sulur-sulur dermis diwariskan secara poligen. Sulur-sulur dermis seseorang akan
tetap mulai usia 3 – 4 bulan kehamilan dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Berdasarkan system galton dapat dibedakan 3 pola utama yaitu :Pola Arch atau pola
lengkung (A), Pola Loop atau pola sosok (L), Pola Whorl atau pola lingkaran (W),
Pola Loop pada dua macam yaitu : loop radial bila yang terbuka ke ujung jari dan
loop ulnar bila yang terbuka ke pangkal jari.
Pola Loop mempunyai satu triradius, pola whorl mempunyai lebih dari satu
triradius sedang pola arch tidak memiliki triradius. Frekuensi pola-pola tersebut di
atas berbeda untuk setiap bangsa, juga berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Pada
populasi orang kulit putih dan kulit hitam banyak dijumpai yang memiliki pola loops.
Sedangkan pola whorl banyak dijumpai pada populasi bangsa mongoloid, populasi
penduduk asli Australia dan populasi Malanesia di Pasifik. Pola Arch dijumpai paling
sedikit ditemukan untuk semua populasi bangsa, biasanya jumlahnya kurang dari
10%. Hanya pada populasi Bushman (bangsa Negroid yang hidup di Afrika selatan)
pola Arch dijumpai lebih dari 10%. Dalam populasi rata-rata pola Arch dijumpai 5%
pola Loop 65 – 70% sedang pola Whorl 25 – 30%.
Jumlah sulur atau rigi-rigi jari tangan berbeda untuk laki-laki dan perempuan.
Jumlah rigi dihitung mulai dari triradius sampai pusat dari pola sulur jari. Triradius
yaitu titik-titik dari mana rigi-rigi menuju ke tiga arah dengan sudut kira-kira 1200.
Pola Arch tidak memiliki triradius sehingga perhitungan rigi tidak dilakukan. Jika ada
dua atau lebih triradius maka yang diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak.
Untuk mendapatkan jumlah perhitungan rigi maka dari semua jari dijumlahkan : hal

22
ini disebut dengan Total Finger Ridge Count. Pada perempuan jumlah rigi rata-rata
127 sedang pada laki-laki 144.
B. Karakter Fisik Manusia dan Pewarisnya
Makhluk hidup memiliki variasi/keanekaragaman, yaitu suatu rentang dari
karakter-karakter yang dapat diukur baik secara fisik maupun mental.
Keanekaragaman yang terjadi pada manusia hanya terjadi pada tingkat gen dan
berkaitan dengan pewarisan sifat. Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa
ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip atau sifat yang tampak.
Dalam sebuah keluarga juga tidak ada yang sama benar antara yang satu dengan yang
lainnya, meskipun terdapat beberapa orang yang kembar di dalam keluarga tersebut.
Kalau antara individu dalam satu keluarga saja terjadi banyak perbedaan ciri, maka
tidak aneh kalau individu dari lain keluarga, lain jenis, lain ras, dan lain bangsa, akan
sangat banyak perbedaannya. Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa ciri-ciri
yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip atau penampilannya. Beberapa dari
ciri-ciri yang nampak tersebut tidak mengalami seleksi alam, sehingga tetap ada
sampai sekarang, dan dapat ditentukan oleh para ahli genetika melalui beberapa cara.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari parentalnya
(induknya) kepada filialnya (keturunannya). Sifat ini diwariskan melalui gen yaitu
struktur terkecil pewaris sifat yang terdapat di dalam kromosom, sedangkan
kromosom itu sendiri terdapat dalam inti sel. Dalam mempelajari genetika kita
mengenal istilah fenotip dan genotip. Sifat fenotip adalah sifat individu yang tampak
dari luar, sedangkan sifat genotip adalah sifat individu yang tidak tampak dari luar.
Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat diukur atau
sifat yang nyata yang dimiliki oleh organisme. Ciri itu tampak oleh mata, seperti
warna kulit atau tekstur rambut. Fenotip dapat juga diuji untuk identifikasinya, seperti
pada penentuan angka respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip merupakan
hasil produk-produk gen yang diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun,
gen memiliki batasan-batasan di dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi
fenotip.
Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip yang
terekspresikan menampakan fenotip pada suatu individu. Genotip yang melibatkan
alel-alel pada suatu lokus tunggal dapat menghasilkan genotip yang homozigot.
Keturunan homozigot dapat dihasilkan dari galur murni. Perpaduan heterozigot
dihasilkan dari alel yang berbeda.
23
Pengamatan terhadap keanekaragaman genetik pada manusia dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan Cakram variasi genetika. Cakram variasi genetika
biasanya menggunakan 6 ciri. Lima ciri merupakan ciri-ciri yang tampak secara fisik
sementara satu ciri merupakan pengamatan terhadap golongan darah. Keenam ciri
yang akan diamati tersebut antara lain : bentuk rambut (keriting/lurus), kisaran
rambut (kekanan/kekiri), pipi (berlesung pipit/tidak), daun telinga
(menggantung/menempel), lidah (bisa melipat/tidak bisa melipat), golongan darah
(A/B/AB/O).
Gambar berikut ini memberikan ilustrasi mengenai karakter-karakter tersebut.

Kiri : ujung daun telinga bebas

Kanan : ujung daun telinga melekat

Kiri : kemampuan melipat lidah

Kanan : tidak dapat melipat lidah

Arah kisaran rambut (whorl hair)


Kiri : ke kiri/berlawanan jarum jam
Kanan : ke kanan/searah jarum jam

Sifat / Ciri Keterangan


Bentuk rambut Rambut keriting dominan terhadap yang biasa/lurus
(3 fenotip)
Kisaran rambut Kisaran rambut kekanan dominan terhadap kisaran
rambut kekiri (2 fenotip)
Lesung pipi Pipi yang berlesung pipi dominan terhadap yang
tidak berlesung pipi (2 fenotip)

24
Daun telinga Daun telinga bebas/menggantung dominan terhadap
yang melekat (2 fenotip)
Lidah Lidah dapat melipat dominan terhadap yang tidak
dapat melipat (2 fenotip)
Golongan darah Golongan darah A dan B dominan terhadap O,
sedangkan golongan darah A dan B dominan
sesamanya (4 fenotip)

Gambar 4.1. Cakram Variasi Genetika

25
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Pola Sidik Jari
a. Tinta stempel
b. Kertas tulis
c. Kaca pembesar Loop
d. Bantalan stempel
B. Karakter Fisik Manusia dan Pewarisnya
a. Diri sendiri
b. Buku dan alat tulis
c. Gambar Cakram Variasi Genetika
V. CARA KERJA
A. PolaSidik Jari
a. Kenakan 10 jari tangan pada bantalan stempel
b. Tempelkan masing-masing jari tangan pada kertas yang telah tersedia
c. Amati bekas sidik jari pada kertas dengan menggunakan loop/laca pembesar
d. Tentukan tipe/pola sulur kesepuluh jari tangan
e. Hitung frekuensi masing-masing pola serta jumlah rigi-rigi dari kesepuluhan jari
tangan dan rata-ratanya
f. Masukkan dalam table kolom O (observed value) serta uji perbandingan genetik
kemudian uji dengan statistik chi square taraf signifikan 5%)
B. Karakter Fisik Manusia dan Pewarisnya
a. Tentukan karakter fenotip diri berdasarkan Cakram VariasiGenetika.
b. Karakter pertama dimulai dari pusat (lingkaran tengah/pertama) dengan mengamati
ciri pertama, dan menentukan apakah berada di sisi kiri atau sisi kanan dari garis
vertikal.
c. Pengamatan berpindah pada garis lingkaran kedua, kemudian menentukan pada
bagian mana sifat kita terdapat. Demikian selanjutnya sampai lingkaran terluar,
yaitu tipe golongan darah.
d. Membaca angka yang tertulis untuk kombinasi dari ciri khusus yang diamati.
e. Melaporkan skor Cakram Variasi Genetika yang telah diperoleh baik individu
maupun satu kelas.

26
VI. TUGAS
Analisis dan laporkan keadaan berikut ini setelah dilakukan praktikum!
A. Pola Sidik Jari
1. Samakah pola dan kesepuluh jari tangan. Jika tidak sama pola mana yang
terbanyak?
2. Jika ada penyimpangan, apakah penyimpangan itu terjadi secara kebetulan?
Penyimpangan itu dapat kita terima atau tidak. Diskusikan dengan kelompok.
3. Berapa jumlah sulur anda? (total finger ridge count)
4. Berapa rata-rata sulur di kelas anda?
5. Setelah diuji dengan chi square kesimpulan apa yang anda lakukan?
B. Karakter Fisik Manusia dan Pewarisnya
1. Buatlah alat peraga praktikum Cakram Variasi Genetika secara individu dengan
ide sekreatif mungkin!
2. Analisis dan laporkan hasil praktikum yaitu:
a. Apakah ada teman anda dalam satu kelas yang memiliki angka yang sama?
Jika ada, dapatkah anda mencari karakter lain yang membedakan anda
dengan teman anda?
b. Bagaimana karakter-karakter yang dimiliki orang dengan angka 40 dan 80?

27
ACARA 5
PEMERIKSAAN MORFOLOGI SPERMA

I. CAPAIAN MATA KULIAH


Mampu mengidentifikasi, memformulasikan, menyelesaikan masalah di bidang
kebidanan yang berkaitan dengan imunologi dasar
II. SUB CAPAIAN MATA KULIAH
Mampu menjelaskan antibodi antisperma dan melakukan pemeriksaan morfologi sperma
III. DASAR TEORI
Pemeriksaan morfologi sperma adalah pemeriksaan untuk menilai ciri dan mutu
spermatozoa dalam air mani, agar dapat dinilai apakah terdapat ketidaknormalan yang
dapat mengganggu kesuburan dan menghambat terjadinya pembuahan. Sperma yang
kurang baik tidak akan mampu membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina.
Ejakulasi yang kuat tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kualitas
dan kuantitas sperma.
Analisis sperma meliputi volume, konsentrasi, motilitas, dan morfologi. Volume
sperma yang normal pada sekali ejakulasi minimal adalah 2 ml. Jika kurang dari jumlah
tersebut, maka disebut aspermia yang berarti tidak ada semen. Konsentrasi sperma pada
ejakulat yang normal paling sedikit adalah 20 juta/ml. Apabila kurang, disebut
oligozoospermia. Atau jika sperma tidak ditemukan sama sekali pada cairan ejakulat,
disebut azoospermia. Motilitas sel sperma yang normal, baik yang lemah dan yang cepat
adalah lebih dari 50%, atau >25% sel sperma yang bergerak cepat, jika kurang, disebut
asthenozoospermia. Pada morfologi yang normal tidak didapatkan kelainan bentuk.
Namun jika bentuk normal dijumpai kurang dari 15%, maka termasuk teratozoospermia.
Uji-uji lain selain analisis sperma adalah Uji MAR yaituuntuk menguji adanya penyakit
autoimun dimana didapatkan antibodi antisperma. Uji lain adalah uji viabilitas sperma,
penghitungan leukosit, kultur bakteri, uji Chlamidya PCR, dan interaksi sperma dengan
lendir serviks.
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem reproduksi
laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah
sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Pembentukan sel
sperma terjadi di dalam testis atau buah zakar. Sperma atau spermatogonium yang
bersifat diploid. Spermatogonium membelah secara mitosis menghasilkan spermatozoid
primer yang juga bersifat diploid. Selanjutnya, spermatozoid primer membelah reduksi

28
(meiosis) menghasilkanspermatozoid sekunder yang haploid. Setelah itu spermatozoid
sekunder membelah menghaslkan spermatid yaitu calon sperma yang belum mempunyai
ekor. Sperma berkembang menjadi spermatozoa yang telah dilengkapi ekor. Setiap
spermatozoa terdiri atas bagian ujung yang disebut dengan kepala. Pucuk kepala ini
mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan untuk
menembus lapisan pelindung sel telur. Bagian tengahnya banyak mengandung.
Sperma ada dua macam yaitu sperma tak berflagellum dan sperma. Sperma tak
berflagellum jarang terdapat. Hanya pada beberapa avertebrata (Nematoda dan
Crustacea). Sperma yang berflagellumlah umumnya terdapat pada hewan. Flagellum itu
ada yang satu (umum) dan ada yang dua.
Sperma mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yangberubah. Kekurangan
vitamin E menyebabkan sperma tak bertenaga melakukan penbuahan. Terlalu rendah atau
tinggi suhu medium pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada
mamalia skrotum memiliki suhu lebih rendah dari suhu tubuh. Jika testis tetap berada
dalam rongga tubuh (abdomen) pada umumnya menyebabkan sperma rusak atau tidak
dapat melakukan pembuahan. Suhu skrotum 1-8°C lebih rendah dari suhu tubuh, namun
ada juga mamalia yang testisnya bukan dalam skrotum khusus tapi dalam rongga terpisah
dari rongga abdomen. Ini pun telah menurunkan sedikit suhu testis di bandingkan suhu
tubuh.
Ketika masih dalam tubulus seminiferus sperma tak bergerak. Secara berangsur
dalam duktus epididimis mengalami pengaktifan. Ketika keluar dari tubuh kecepatan
sperma dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit, karena itu
disebut bersama vas deferens. Duktus epididimis berfungsi sebagai daerah
pematanganfisiologissperma.Dalamduktusinispermadisimpanberhari-harisampai berbulan-
bulan. Sifat sperma menentukan juga kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan terlalu
lambat, lamban atau gerakan itu tidak menentukan arah, maka pembuahan sulit
berlangsung. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat di buahi. Kalau
terlambat sperma datang tak subur lagi.
Fungsi sperma yang tergantung pada suhu, sehingga setiap perlakuan yang
dilakukan dalam analisis kualitas sperma sangat penting untuk diperhatikan. Sehingga
sangat disarankan untuk melakukan analisis sesegera mungkin setelah sperma
dikeluarkan atau proses pengeluaran dilakukan di dalam laboratorium dimana dapat
diatur kondisinya. Sperma diketahui tidak akan dapat hidup dalam jangka waktu yang
lama dalam semen, dan di luar semen, sperma akan secara cepat meninggalkan semen
29
untuk memasuki mukus serviks. Motilitas normal sperma yaitu sebesar 60% atau lebih.
Namun ada pula yang menganggap bahwa nilai motilitas sperma sebesar 40% masih
dianggap normal.
Beberapa kelainan yang berkaitan dengan motilitas sperma antara lain
asthenozoospermia dan necrozoospermia. Asthenozoospermia adalah penurunan
motilitas sperma. Jika ditemukan, maka dapat diakibatkan oleh adanya kondisi
laboratorium yang tidak mendukung, adanya abnormalitas spermatogenesis, masalah
dalam maturasi sperma dalam epididimis, abnormalitas transport, dan adanya varicocele,
sedangkan necrozoospermia adalah tidak adanya gerakan sperma sama sekali. Namun,
pada dasarnya sperma yang mengalami necrozoospermia termasuk sperma yang normal
dalam hal materi genetiknya.
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
A. Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-
kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur
primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis.
Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada
inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel
anak yaitu spermatosit sekunder.
B. Tahapan meiosis: Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma
makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan
meiosis II. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesama lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
C. Tahapan spermiogenesis, merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa
yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan.
Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa
kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa
ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom
itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan
bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim
hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
30
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan
untuk motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas
defern dan ductus ejakulotorius.
Seorang laki-laki umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen
dan tiap milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada
dalam saluran reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus pada
pembukaan uterus dan merangsang kontraksi otot uterus yang membantu menggerakkan
semen masuk ke dalam uterus. Semen berkoagulasi sehingga memudahkan kontraksi
uterus untuk menggerakkannya. Antikoagulan mencairkan semen dan sperma mulai
berenang melalui saluran wanita.
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma
dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia
yang bersifat diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia
atau dapat berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan
empat sel haploid yaitu spermatid. Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian
kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sperma. Kelainan pada sperma
dibagi menjadi tiga yaitu :
A. Oligospermia : Jumlah sperma lebih kecil dari normal, normalnya jumlah sperma
adalah lebih dari 40 juta/ejakulasi.
B. Asthenozoospermia : Motilitas sperma kurang dari normal, motilitas sperma yang
normal menurut World Health Orgaization (WHO) adalah lebih dari 50%.
C. Teratozoozpermia : Sperma normal kurang dari 14%.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
1. Mikroskop 1. Sampelsperma
2. Cawanpetri 2. Larutan NaClfisiologis
3. Gelasukur 3. Aqua gelasbekas
4. Tabungreaksi 4. Lidisteril
5. Rak tabungreaksi 5. Tissu
6. Objekglass 6. Alkohol70%
7. Deckglass 7. Masker
8. Pipettetes 8. Handscoon
9. Mistar
10. Handsprayer

31
V. CARA KERJA
A. Memakai handscoon danmasker
B. Mensterilkan alat dan tangan dengan menggunakan alkohol 70%
C. Mengambil sampel sperma dan memasukkannya ke dalam gelas ukur untuk mengukur
volume spermatersebut
D. Meratakan sperma dengan lidisteril
E. Mengangkat sperma dengan menggunakan lidi steril dan mengukur viskositasnya
menggunakanmistar
F. Mengamati warna dan bausperma
G. Meletakkan sperma ke dalam objek glass menggunakan pipet tetes dan meneteskan
dengan larutan NaCl fisiologisecukupnya
H. Menutupnya dengan deckglass
I. Mengamatidibawahmikroskop

VI. TUGAS
A. Buatlah makalah tentang analisis kasus antibodi antisperma!
B. Analisis dan laporkan hasil praktikum:
1. Bagaimana perbedaan kualitas sperma yang baik dan tidak baik?
2. Apakah pemeriksaan lanjutan yang disarankan apabila kualitas sperma baik dan
pemeriksaan ginekologi istri normal namun terdiagnosis infertilitas?

32
ACARA 6
PEMERIKSAAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI TEST (ICT) UNTUK
DETEKSI ANTIBODI (ANTI HIV 1/2) DAN TES RAPID PLASMA REGAIN (RPR)
UNTUK ANTIBODI SIFILIS

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


Mampu mengidentifikasi, memformulasikan, menyelesaikan masalah di bidang
kebidanan yang berkaitan dengan imunologi dasar
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan metode
Imunokromatografi Test (ICT) untuk antibodi(anti HIV ½) dan Tes Rapid Plasma Regain
(RPR) untuk antibodi Sifilis
III. DASAR TEORI
HIV adalah agen penyebab acquired immunedefisiency syndrome (AIDS) virus
yang berkembang melalui lapisan luar lipid yang dibawah dari membrane sel inang.
Beberapa virus gliko protein menepati lapisan luar tersebut, setiap virus memiliki 2
salinan anti positif genomic RNA. HIV 1 terisolasi dari pasien dengan AIDS dan AIDS
hubungan kompleks dan dari orang sehat potensi resiko yang tinggi untuk
mengembangkan AIDS. HIV 2 terisolasi dari pasien-pasien AIDS di afrika barat dan dari
individu-individu yang tidak memiliki gejala sero positif. Keduanya HIV 1 dan HIV 2
mndatangkan suatu respon kekebalan. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau
plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah
seseorang tidak terlindungi dari HIV fan melindungi darah dan elemen-elemen yang
dihasilkan darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,aktifitas serologis, dan
deretan genom, HIV 1 dan 2 positif serta dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes
serologis dasar HIV.
Uji rapid plasma reagin (RPR) merupakan pemeriksaan makroskopis,
menggunakan kartu flocculation nontreponemal. Antigen dibuat dari modifikasi suspensi
antigen VDRL yang terdiri dari choline chloride, EDTA dan partikel charcoal. Antigen
RPR dicampur dengan serum yang dipanaskan atau tidak dipanaskan atau plasma yang
tidak dipanaskan diatas kartu yang dilapisi plastik. Pemeriksaan RPR mengukur antibodi
IgM dan IgG terhadap materi lipoidal, dihasilkan dari kerusakan sel host sama seperti
lipoprotein, dan mungkin kardiolipin dihasilkan dari treponema. Antibodi antilipoidal
merupakan antibodi yang diproduksi tidak hanya dari pasien sifilis dan penyakit
33
treponemal lainya, tetapi juga sebagai respons terhadap penyakit nontreponemal akut dan
kronik yang menyebabkan kehancuran jaringan. Jika di dalam sampel ditemukan
antibodi, maka akan berikatan dengan partikel lipid dari antigen membentuk gumpalan.
Partikel charcoal beraglutinasi dengan antibodi dan kelihatan seperti gumpalan di atas
kartu putih. Apabila antibodi tidak ditemukan didalam sampel, maka akan kelihatan
campuran berwarna abu-abu.
IV. ALAT DAN BAHAN
Tes ICT untuk Deteksi Antibodi (Anti HIV 1/2)
1. Pipet tetes
2. Strip HIV
3. Tabung reaksi
4. Serum
5. Reagen HIV/Buffer HIV
Tes RPR untuk Antibodi Syphillis
1. Serum
2. Kit RPR
a. Batang pengaduk
b. Slide tes
c. Kontropl positif
d. Kontrol negatif
e. Reagen RPR
V. CARA KERJA
Tes ICT untuk Deteksi Antibodi (Anti HIV 1/2)
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pindahkan tes device dari kantung pembungkus dan gunakan sesegeramungkin. Hasil
terbaik akan didapatkan jika pengujiannya dikerjakan dalam satu jam
3. Tempatkan tes device pada permukaan yang bersih atau permukaan yang tinggi
4. Pegang penetes secara partikel teteskan 1 tetes serum/plasma (sekitar 25 ul),
kemudian tanbahkan satu tetes larutan buffer sekitar 40 ul.
5. Tunggu sampai garis merah terlihat. Hasil akan terbaca dalam 10 menit.
Catatan:
Intensitas dari warna merah garis daerah test (T) akan berubah tergantung dari
konsentrasi antibodi HIV yang ada pada sampel. Oleh karena itu adanya beberapa
bayangan merah didaerah test dapat disimpukan positif.
34
Tes RPR untuk Antibodi Syphillis
1. Tes kualitatif
Pastikan kid reagen berada pada suhu ruangan
Cara Kerja :
a. Teteskan 50 mikro liter serum pasien, kontrol positif, kontrol negatif pada slide tes
b. Tambahkan 15-20 mikro liter reagen RPR pada sampel, kontrol positif dan kontrol
negatif
c. Homogenkan dengan batang pengaduk
d. Putar menggunakan rotator pada kecepatan 180 rpm selama 4 menit
e. Amati aglutinasi yang terbentuk
2. Tes semi kuantutatif
a. Teteskan 50 mikroliter FZ sesuai pengenceran pada masing-masing pengenceran,
dari pengenceran ½ sampai pengenceran 1/64
b. Tambahkan 50 mikroliter sampel serum pada pengenceran ½
c. Pindahkan pengenceran 50 mikroliter dari ½ ke ¼ seperti itu seterusnya sampai ke
1/64
d. Tambahkan reagen RPR pada masing-masing pengenceran
e. Homogenkan dengan batang pengaduk
f. Putar dengan rotator kecepatan 180 rpm selama 4 menit
g. Amati terbentuknya aglutinasi
Catatan Prinsip Pemeriksaan : Antibodi yang terdapat pada sampel positif akan
bereaksi dengan antigen RPR menghasilkan aglutinasi yang terdiri dari gumpalan
warna hitam pada slide tes, sebaliknya pada sampel negatif akan terbentuk suspensi
yang homogen berwarna abu-abu terang.

35
Gambar 6.1. Hasil Pemeriksaan RPR Kuantitatif

VI. TUGAS
1. Lakukan pemeriksaan uji antibodi HIV dengan metode ICT pada 3 sampel yang
tersedia. Catat dan bandingkan masing-masing hasil pemeriksaan! Berikan penjelasan
perbedaan hasil pemeriksaan tersebut.
2. Lakukan pemeriksaan RPR sifilis pada 3 sampel serum dengan menggunakan rapid
test. Catat dan interpretasikan hasilnya!
3. Susun laporan sesuai dengan format yang telah ditentukan, dikumpulkan pada Senin,
18 Desember 2019

36
ACARA 7
PEMERIKSAAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI TEST (ICT)
UNTUK DETEKSI ANTIGEN (UJI KEHAMILAN DAN HBsAg)

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


Mampu mengidentifikasi, memformulasikan, menyelesaikan masalah di bidang kebidanan
yang berkaitan dengan imunologi dasar
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan metode
Imunokromatografi Test (ICT) untuk deteksi Antigen (Uji Kehamilan dan HBsAg)
III. DASAR TEORI
A. Uji Kehamilan
Bagian plasenta yang berasal dari janin memiliki kemampuan luar biasa untuk
mengeluarkan sejumlah hormon steroid dan peptida yang esensial untuk
mempertahankan kehamilan. Hormon yang tepenting adalah human chorionic
gonadotropin (gonadotropin korionik manusia), estrogen dan progesteron.
Bersamaan dengan perkembangan sel-sel trofoblast dari ovum yang baru
mengalami fertilisasi, hormon chorionic gonadotropin (hCG) disekresi ke dalam
cairan ibu. Sekresi hormon ini pertama kali dapat diukur 8 hari setelah ovulasi, tepat
waktu ovum pertama kali mengadakan implantasi dalam endometrium. Kemudian
kecepatan sekresinya meningkat dengan cepat (2 kali lipat setiap 72 jam) dan
mencapai maksimum kira-kira diantara minggu ke-8 sd 11 setelah ovulasi, dan
berkurang ke nilai relatif rendah sampai 20 minggu setelah ovulasi.
hCG merupakan suatu glikoprotein yang mempunyai berat molekul 30.000 serta
struktur molekul dan fungsinya sangat mirip dengan hormon LH yang disekresi oleh
hipofisis. Sejauh ini, fungsinya yang terpenting adalah mencegah involusi normal
korpus luteum pada akhir siklus seksual wanita. Sebagai gantinya, hCG menyebabkan
korpus luteum mensekresi jauh lebih banyak hormon progesteron dan estrogen.
Hormon-hormon tersebut menyebabkan endometrium terus tumbuh dan menyimpan
zat-zat gizi dalam jumlah besar .
Satuan yang mengukur kadar hCG adalah satuan milli-internasional unit per
mililiter (mIU/ml). Tes kehamilan diambil untuk mengetahui keberadaan kadar hCG.
Jika kadar hCG menunjukkan lebih dari 25 mIU/ml maka kehamilan dapat dipastikan.

37
hCG darah di bawah 5 mIU/ml maka hasil negatif dan tidak hamil. hCG darah antara
5-25 mIU/ml maka “Ambigu” (Bisa hamil atau tidak dan diperlukan untuk mengulang
tes setelah beberapa hari).

Umur Kehamilan (minggu) Kadar hCG

3 minggu 5 – 50 mIU/ml

4 minggu 5 – 426 mIU/ml

5 minggu 18 – 7,340 mIU/ml

6 minggu 1,080 – 56,500 mIU/ml

7-8 minggu 7, 650 – 229,000 mIU/m

9-12 minggu 25,700 – 288,000 mIU/ml

13-16 minggu 13,300 – 254,000 mIU/ml

17-24 minggu 4,060 – 165,400 mIU/m

25-40 minggu 3,640 – 117,000 mIU/m

Wanita tidak hamil <5.0 mIU/ml

Wanita Menopause 9.5 mIU/ml

Cat: 1 mIU/mL = 0,001 IU/mL; 1 IU/mL = 1000 mIU/mL


Gambar 7.1. Kadar hCG dalam kehamilan

38
Tes kehamilan dengan metode direk aglutinasi lateks yang cepat untuk
mendeteksi hCG pada tingkat 0,3 IU/mL atau lebih tinggi. Tes ini menggunakan
antibodi monoklonal terhadap HCG. Adanya hCG dalam urin akan menghasilkan
aglutinasi dari reagen lateks dalam waktu 2 menit.
Hal-hal yang dapat mengganggu pemeriksaan :
1. Proteinuria yang menyebabkan inaktivasi aglutinasi anti-hCG.
2. Penyakit imunologi yang menyebabkan reaksi positif palsu akibat adanya
interaksi antara IgM dengan reagen.
3. Kadar LH tinggi ( rangsangan pada hipofise anterior atau penggunaan obat
penenang) menyebabkan reaksi positif palsu.
4. Pasca ooforectomi, menopause, hipotiroidisme atau gagal ginjal dapat
menunjukkan hasil positif palsu.
Uji kehamilan direk aglutinasi didasarkan pada reaksi antara antigen terlarut
hCG dalam urin dengan reagensia partikel lateks yang dilapisi antibodi molekul hCG.

Gambar 7.2. Hasil reaksi aglutinasi


Interpretasi Hasil:
Positif: aglutinasi terjadi dalam 2 menit
Negatif: tidak terjadi aglutinasi dalam 2 menit
B. Uji HbsAg
Hepatitis B adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B
(HBV), yang mempengaruhi sekitar 5% populasi manusia di berbagai wilayah.
Penyakit ini bisa terlihat tidak ada gejala, akut (dengan kasus hepatitis fulminan dan
kematian), atau hepatitis kronis dengan kemungkinan degenerasi menjadi sirosis
dan atau karsinoma hepatoselular dan kematian.
Penyakit ini biasa menular melalui pertukaran cairan tubuh antara individu
sehat dan yang terinfeksi. Cara penularan bisa melalui jalur parenteral (serum yang

39
terinfeksi, olahan darah, transfuse darah, dan lain-lain), atau non parenteral (saliva, air
mata, keringat, urin, semen, luka di kulit, dan lain-lain).
Sejak ditemukannya antigen Australia oleh Blumberg tahun 1965, banyak
penelitian dilakukan mengenai antigen ini dan hubungannya dengan penyakit
hati. Saat ini antigen tersebut dikenal dengan Hepatitis B surface Antigen
(HBsAg), yaitu suatu partikel yang merupakan lapisan permukaaan virus hepatitis
B. Hoofnagle yang mengutip Dane menggambarkan virus hepatitis B sebagai partikel
Dane yang terdiri atas inti yang disebut Hepatitis B core antigen ( HBcAg) dan suatu
komponen yang melapisi permukaannya yang disebut HBsAg. Di dalam darah
terdapat lebih banyak HBsAg yang bebas daripada partikel Dane sendiri. Beberapa
antigen virus Hepatitis B adalah HBcAg, HBeAg, dan HBsAg. Sebagai akibat adanya
antigen ini, juga menimbulkan antibodi dalam darah yang ditujukan terhadap masing-
masing jenis antigen tersebut. Baik Antigen maupun antibodi merupakan seromarker
Hepatitis B dan penetapannya dapat digunakan dalam menyatakan infeksi Virus
Hepatitis B dan perjalanan penyakitnya. Seromarker yang dapat ditetapkan dalam
darah yaitu HBsAg, HBcAg, HBeAg, anti-HBs, anti-HBe, dan anti–HBc, sedangkan
HBcAg hanya dapat ditemukan dalam hepatosit.
Pada Hepatitis akut, HBsAg ditemukan dalam serum sejak akhir masa
inkubasi, kemudian kadarnya akan menurun pada saat penyembuhan. Menetapnya
HBsAg dalam darah melebihi jangka waktu 6 bulan merupakan petunjuk hepatitis
menjadi kronik atau penderitamenjadi carrier. Anti HBs tidak muncul selama fase
akut, tetapi mulai dapat dideteksi pada waktu konvalesen (pemulihan). Munculnya
anti-HBs dinilai sebagai parameter penyembuhan atau imunitas. Sedangkan bila
ditemukan HBsAg telah menghilang, sedangkan anti-HBs belum dapat dideteksi
yang disebut dengan window period. Anti–HBc timbul dalam darah pada permulaan
penyakit dan biasanya dijumpai bersama–sama HBsAg. Ditemukannya Anti-HBs dan
anti-HBc dalam serum secara bersama-sama tanpa ditemukannya HBsAg
menunjukkan seseorang telah sembuh, demikian juga bila ditemukan anti-HBs tanpa
anti-HBc dapat berarti infeksi telah lama berlalu atau penderita telah mendapat
vaksinasi.
HBsAg dan AntiHBs (s = Surface)
Penyakit hepar yang disebabkan HBV dapat bersifat akut maupun kronik.
Ketika seseorang pertama kali terkena HBV, marker serologi yang pertama naik
adalah antigen permukaan virus hepatitis B (Hepatitis B surface antigen; HBsAg).
40
HBsAg menandakan bahwa seseorang infeksius, umumnya bertahan 4-6 minggu.
Adanya level HBsAg yang tinggi lewat dari masa tersebut menandakan infeksi kronis.
AntiHBs akan muncul secara natural sebagai reaksi kekebalan tubuh terhadap
HBsAg. Ketika AntiHBs sudah muncul pada seseorang yang terinfeksi Hepatitis B, ia
dianggap memiliki imunitas terhadap Hepatitis B. HBsAg juga merupakan antigen
yang digunakan dalam vaksinasi Hepatitis B, sehingga pada orang yang telah
divasinasi, AntiHBs juga akan terbentuk serta menghasilkan imunitas terhadap
Hepatitis B. Kadar AntiHBs yang terbentuk dari infeksi maupun vaksinasi akan
berkurang secara perlahan seiring berjalannya waktu.
HBcAg dan AntiHBc (c = Core)
HBcAg tidak terdapat pada vaksin sehingga seseorang yang memiliki imunitas
dari vaksinasi tidak akan memiliki HBcAg. HBcAg terdapat pada intraseluler
hepatosit, sehingga tidak terdeteksi oleh serum. Umumnya yang diukur adalah
AntiHBc yang muncul sebagai reaksi terhadap HBcAg.AntiHBc pertama muncul
pada onset gejala penyakit hepatitis B dan menetap seumur hidup, bahkan ketika virus
sudah dieliminasi, antibodi inilah yang diukur sebagai marker untuk mengetahui
apakah seseorang memiliki imunitas dari infeksi virus (baik lampau maupun sedang
terjadi) atau vaksinasi. Jika AntiHBc positif, dapat disimpulkan bahwa imunitas yang
muncul merupakan hasil adanya infeksi. Namun, pemeriksaan AntiHBc tidak dapat
memberikan informasi kapan infeksi virus terjadi, sehingga umumnya dilakukan
pemeriksaan tambahan berupa kadar IgM AntiHBc. Jika kadar IgM terdeteksi, maka
kemungkinan infeksi yang terjadi bersifat akut ( ≤6 bulan).
HBeAg dan AntiHbe (e = Envelope)
Naiknya HBeAg menandakan bahwa terdapat replikasi aktif baik pada awal
infeksi, maupun pada infeksi kronik yang terus-menerus menghasilkan virus dalam
kadar tinggi. Adanya HBeAg juga menandakan infektivitas yang tinggi. HBeAg
umumnya akan hilang ketika AntiHBe telah diproduksi dan mulai mengeliminasi
HBeAg.
DNA HBV
DNA dari virus Hepatitis B dapat dideteksi dengan menggunakan
uji Polymerase Chain Reaction (PCR). PCR akan mendeteksi DNA hepatitis B di
darah yang dapat terdeteksi saat proses penghancuran atau replikasi virus Hepatitis B.
Uji terhadap DNA virus Hepatitis B dapat dilakukan pertama kali secara kualitatif
(positif/negatif) sebagai skrining untuk mengetahui ada atau tidaknya virus. Jika
41
hasilnya positif, dapat dilakukan uji kuantitatif virus Hepatitis B untuk mengetahui
kadarnya dalam darah.
Kemunculan Marker Serologi pada Infeksi Hepatitis B
Berdasarkan waktu kemunculannya, marker serologi hepatitis B dapat
digunakan untuk melihat infeksi akut, window period, dan infeksi kronik.
Marker Serologi pada Infeksi Akut Hepatitis B
HBsAg muncul sekitar 1 bulan setelah paparan pertama HBV. Namun, kisaran
waktu munculnya HbsAg dapat termasuk dalam rentang 1 hingga 9 minggu pasca
paparan, bahkan dapat muncul 1 hingga 2 bulan sebelum munculnya gejala. Gejala
umumnya muncul 12 minggu setelah paparan HBV; namun dapat muncul antara 9 –
21 minggu.
Jika HBsAg positif, umumnya DNA HBV juga akan positif. Akibat
variabilitas munculnya HBsAg dan DNA HBV antar individu, 50% dari pasien akan
memiliki hasil tes negatif terhadap HBsAg dan DNA HBV dalam 7 minggu setelah
kemunculan gejala. Pasien yang telah pulih dari infeksi akut akan memiliki hasil tes
negatif terhadap HBsAg dan DNA HBV dalam 15 minggu setelah kemunculan gejala.
HBeAg umumnya muncul pada awal infeksi akut, Kemunculan HBeAg akan diikuti
terbentuknya antibodi AntiHBe. Serokonversi HBeAg menjadi AntiHBe umumnya
menandakan bahwa DNA HBV sudah tidak dapat dideteksi menggunakan teknologi
hibridisasi (menandakan remisi penyakit). Namun, pada subpopulasi tertentu, DNA
HBV tetap positif dan progresi penyakit hepar tetap berjalan walaupun AntiHBe
sudah terbentuk.IgM antiHBc muncul pada awal gejala dan hilang dalam 6 – 9 bulan,
berfungsi sebagai marker infeksi akut. Perlu diwaspadai bahwa IgM juga akan
meningkat pada eksaserbasi akut infeksi kronik dan flare hepatitis, sehingga dapat
menyebabkan kesalahan diagnosis. Sementara itu, antibodi total (IgM dan IgG)
terhadap HBcAg (disebut Total AntiHBc) muncul pada awal gejala dan menetap dan
berfungsi sebagai marker infeksi lampau.
Marker Serologi pada Window Period Hepatitis B
AntiHBs muncul pada periode penyembuhan (convalescence) dan setelah
HBsAg hilang. Periode waktu antara hilangnya HBsAg dan munculnya AntiHBs
sering disebut sebagai periode jendela (window period). Hanya IgM AntiHBc dan
Total AntiHBc yang akan memiliki hasil positif pada window period tersebut.

42
Marker Serologi pada Infeksi Kronik Hepatitis B
Seseorang yang memiliki infeksi Hepatitis B kronik akan menunjukkan
HBsAg dan Total AntiHBc yang terdeteksi secara persisten pada pemeriksaan
serologi sepanjang masa kronisitas penyakitnya. Pada pasien infeksi kronis, DNA
HBV dapat dideteksi dengan menggunakan Nucleus Acid Test atau NAT. Terdapat 4
fase hepatitis kronik; fase immune tolerant, immune clearance, pengidap inaktif, dan
fase reaktivasi. Immune tolerant dapat dinilai dengan adanya DNA VHB yang tinggi
dibarengi dengan kadar alanin aminotransferasi (ALT) yang normal. Setelah itu,
terdapat fase immune clearance di mana sistem imun melawan virus. Fase inaktif
ditandai ditandai dengan DNA VHB yang rendah (< 2000 IU/mL) dan ALT normal.
Fase ini terkadang diikuti dengan fase reaktivasi kembali.
HBsAg Rapid Test
Pada HBsAg tes, strip membrane nitroselulosa dilapisi oleh 2 garis yaitu garis
Test dan garis Kontrol. HBsAg dalam serum atau plasma bereaksi dengan colloidal
gold- anti HBs conjugate pada garis tes. Garis tersebut belum dapat terlihat jika belum
ditambahkan oleh sampel. Garis pada kontrol harus selalu muncul, hal itu
menunjukkan bahwa prosedur tes dilakukan dengan benar (valid).

Gambar 7.3. Interpretasi hasil Test HBsAg

43
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Uji Kehamilan
Reagen dan bahan yang disediakan:
1. Latex reagen: suspensi lateks dilapisi anti-HCG monoklonal, yang mengandung
0,1% sodium azide
2. Kontrol positif
3. Kontrol negatif
4. Drop stirrer
5. Slide dengan latar warna hitam
Hal yang harus diperhatikan
1. Reagen tidak direkomendasikan digunakan melewati tanggal kedaluwarsa
2. Penyimpanan reagen pada suhu 2-8⁰ C bila tidak digunakan dan tidak boleh
dibekukan.
3. Sampel pasien harus ditangani dengan cara yang sama seperti bahan biologis
berpotensi infeksius
B. Uji HBsAg
1. Serum
2. Rapid Test HbsAg

V. CARA KERJA
A. Uji Kehamilan
Pengumpulan Sampel Urine:
Urine sampel harus dikumpulkan di tempat yang bersih, wadah kering, plastik
atau kaca, tanpa bahan pengawet. Urin yang dikumpulkan sewaktu-waktu dapat
digunakan. Namun, urine pertama pada pagi hari umumnya mengandung konsentrasi
hormon tertinggi. Sampel urin dapat didinginkan (2-8⁰ C) dan disimpan hingga 72
jam sebelum pengujian. Jika sampel didinginkan, maka sebelum pengujian harus
disesuaikan dengan suhu kamar
Prosedur Uji:
1. Menggunakan dropstirer, tempatkan masing-masing satu tetes kontrol positif,
kontrol negatif dan sampel urin ke lingkaran slide
2. Kocok reagen suspensi lateks. Tambahkan masing-masing satu tetes suspensi ke
kontrol positif, kontrol negatif dan sampel urin. Aduk dengan pengaduk sampai
campuran benar-benar tersebar di seluruh lingkaran selama 30 detik.

44
3. Goyangkan slide secara lembut selama dua menit dan amati adanya aglutinasi.
4. Pengamatan dengan sumber cahaya yang dinyalakanlangsung di atas slide akan
memudahkanpengamatan aglutinasi. Bila dibiarkan terlalu lama akan terjadi
pengeringan campuran sehingga dapat menyebabkan hasil yang salah. Tidak
direkomendasikan menafsirkan hasiltes setelah tiga menit.
B. Uji HbsAg
1. Siapkan alat dan bahan (3 sampel serum)
2. Buka strip HBsAg
3. Diteteskan serum sebanyak 3 tetes (100 μl) dengan menggunakan pipet
tetes/mikropipet.
4. Setelah 20 menit, dibaca hasil pemeriksaan dan hasil tidak boleh dilaporkan lebih
dari 20 menit.
Peringatan
1. Strip hanya digunakan untuk pemeriksaan invitro diagnostik
2. Strip yang sudah kadaluarsa tidak boleh digunakan.
3. Strip disimpan pada suhu 4-280C , namun pada saat pemeriksaan suhunya harus
sama dengan suhu ruang (20-300C)
4. Jangan membuka pembungkus strip sebelum tes siap untuk dilakukan.
5. Gunakan Alat pelindung diri dan lakukan cuci tangan sesudah
menyelesaikan pemeriksaan.
6. Hindari kontak dengan mata, kulit yang luka, dan membran mukosa.
7. Semua bahan tes dan material dibuang pada container biohazard.

VI. TUGAS
1. Lakukan pemeriksaan kehamilan dengan metode aglutinasi lateks pada 3 sampel urine
yang tersedia. Bandingkan hasilnya dengan pemeriksaan kehamilan menggunakan
rapid test! Catat hasil pemeriksaan, dan berikan penjelasan perbedaan prinsip pada
kedua metode tersebut.
2. Pada mola hidatidosa, pemeriksaan urine menunjukkan positif (+) hamil. Jelaskan
kenapa hal tersebut dapat terjadi?
3. Lakukan pemeriksaan HBsAg pada 3 sampel serum dengan menggunakan rapid test.
Catat dan interpretasikan hasilnya!
4. Jika ibu hamil diketahui HBsAg positif, apakah akan mempengaruhi kehamilan dan
bayinya?Jelaskan!

45
5. Susun laporan sesuai dengan format yang telah ditentukan, dikumpulkan pada Senin,
6 Januari 2020.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Agussalim, T. 2017. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus.


https://docplayer.info/53047071-Pemeriksaan-golonga-darah-rhesus.html. Diakses
tanggal 5 September 2019
2. Ambercrombie M. 1999. Kamus Lengkap Biologi. Erlangga. Jakarta. Dikutip oleh Dwi
Arinto Adi (2000). Pengaruh Prostaglandin F2α Terhadap Fertilitas Tikus (Rattus
norvegicus) Wistar Jantan. Jurusan Biologi FKIP UNHAS. Makasar. Diakses pada
tanggal 4 Agustus 2019
3. Andriyani, R, dkk. 2015. Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Yogyakarta:
Deepublish.
4. Brevini, TA and Pennarossa, G. 2013. Gametogenesis, early embryo development and
stem cell derivation. London: Springer
5. Campbell A (2006). Biologi. Erlangga. Jakarta. Kimball, W (1994). Biologi Jilid 2.
Erlangga. Jakarta. Lutjen (2001). Biologi. Erlangga. Jakarta
6. Cunnings and Michael R (2011). Human Heredity: Principles and Issues. 9th ed. New
York: Brooks/Cole Cengage Learning
7. Efrida, Elvinawati (2014). Imunopatogenesis Treponema Pallidum dan Pemeriksaan
Serologi. Jurnal FK UNAND.
8. George F and H. George (2005). Schaums Outline of Biology. 2nd ed. Jakarta: Erlangga
9. Marimbi, H. 2011. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika
10. Maritalia, D, dan Riyadi, S (2012). Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11. Marliana, N dan Widhyasih, R (2018). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM) Imunoserologi. Jakarta: PPSDM Kesehatan Kemenkes RI
12. Praptomo (2011). Sains Biologi. Erlangga. Jakarta. Dikutip oleh Muhammad Anwar
Djaelani (2010). Peran Kuning Telur pada Medium Simpan Beku Semen TES-Tris Yolk
Citrat terhadap Motilitas dan Vitalitas Spermatozoa Manusia Post Freezing. Jurusan
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro.
Semarang. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2019
13. Prawirohartono S (2003). Sains Biologi 1. Jakarta: Bumi Aksara
14. Rossyani, M (2018). Memahami Hasil Serologi Hepatitis B. Internet:
https://www.alomedika.com/memahami-hasil-pemeriksaan-serologi-hepatitis-b. Diakses
pada tanggal 10 Agustus 2019
15. Schaum‟s, stansfield, William (2006). Genetika. Jakarta: Erlangga
47
16. Setya W (2004). Biologi Reproduksi. Trimurti. Bandung. Dikutip oleh Tetri Widianti
(2003). Pengaruh Vitamin C terhadap Perbaikan Spermatogenesis dan Kualitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana
tabacum). Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta. Diakses pada tanggal 4 Juni 2013
17. Sianipar P (2010). Mudah dan Cepat Menghafal Biologi. Yogyakarta: Pinus
18. Stansfield and William D (1983). Genetika. 3rd ed. Jakarta: Erlangga
19. Starr C and Beverly M (2010). Human Biology. 8th ed. New York: Brooks/Cole Cengage
Learning
20. Starr, C and Beverly M (2014). Keanekaragaman Pada Manusia. [Online]. Tersedia:
http://hasbimuhamad.wordpress.com/2014/03/02/laporan-praktikum-genetika-
keanekaragaman-pada-manusia/. [8 Agustus 2019]
21. Suryo (2011). Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
22. The Fertility Institute (2009). Analisis Kehamilan. ITB. Bandung. Dikutip oleh Arsetyo
Rahardhianto (2012). Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu dalam NaCl Fisiologis
terhadap Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Ikan Patin (Pangasius Pangasius) selama
Masa Penyimpanan. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2019
23. Wulanda, A. 2012. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
24. Yatim W (1994). Biologi Modern Histologi. Tarsuto. Bandung. Dikutip oleh Yulianti
Adipu (2011). Ratio Pengenceran Sperma Terhadap Motilitas Spermatozoa, Fertilitas
dan Daya Tetas Ikan Lele. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT. Manado.
Diakses pada tanggal 4 Agustus 2019

48
Lampiran 1. Sistematika Laporan

LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNOLOGI DAN BIOLOGI REPRODUKSI

ACARA KE-
“JUDUL PRAKTIKUM”

Nama : ..................................................
NIM : ...................................................
Kelas : ..................................................
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2019

49
ACARA 1
................................................

I. CPMK
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah sering disebut Course Learning Outcomes.Tuliskan
CPMK yang sesuai dengan acara praktikum.
II. Sub CPMK
Sub CPMK merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahapan
pembelajaran yang bersifat spesifik dan dapat diukur, serta didemonstrasikan pada akhir
proses pembelajaran. Tuliskan sub CPMK yang sesuai dengan acara praktikum.
III. DASAR TEORI
Tuliskan pustaka yang sesuai dan menunjang pembahasan praktikum. Gunakan pustaka
primer (jurnal/hasil penelitian) ataupun buku sumber maksimal 10 tahun terakhir.
IV. ALAT DAN BAHAN
Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam acara praktikum secara lengkap.
V. CARA KERJA
Deskripsikan langkah kerja secara detail saat pelaksanaan praktikum.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tuliskan hasil praktikum secara lengkap. Berikan pembahasan sesuai dengan uraian
tugas yang telah ditentukan pada acara praktikum.
VII.KESIMPULAN
Tuliskan kesimpulan acara praktikum secara singkat.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Tuliskan daftar pustaka dengan gaya Harvard-American Psychological Association
(APA):
1. Sumber Buku:
a. satu pengarang:
Conley, D. 2002.The daily miracle: an introduction to journalism. Oxford
University Press. New York.
b. dua pengarang:
Anna, N & Santoso, CL. 1997. Pendidikan anak, ed 5. Family Press. Jakarta.
c. > 2 pengarang:
Kotler, P, Adam, S, Brown, L & Armstrong, G. 2003.Principles of marketing,
2nd edn. Pearson Education Australia. Melbourne.

50
2. Artikel Jurnal:
a. Penulis tunggal:
Hall, M. 1999.„Breaking the silence: marginalisation of registered nurses
employed in nursing homes‟.Contemporary Nurse, vol.8(1): 232-237.
b. Dua Penulis:
Davis, L, Mohay, H & Edwards, H. 2003. „Mothers involvement in caring for
their premature infants: an historical overview‟. Journal of Advance Nursing,
vol.42 (6): 578-586.
c. > 2 penulis:
Wijaya, K, Phillips, M & Syarif, H. 2002. „Pemilihan sistem penyimpanan data
skala besar‟.Jurnal Informatika Indonesia, vol. 1(3): 132-140.

51
Lampiran 2. Format Penilaian

PENILAIAN LAPORAN
PRAKTIKUM IMUNOLOGI DAN BIOLOGI REPRODUKSI

Acara Ke :..............................................................
Judul Acara : …………………………………….

KRITERIA Bobot NILAI NILAI


STANDAR
PRE TEST
10% 10
POST TEST
20% 20
SIKAP
(Kedisiplinan, Tanggung Jawab, Kerjasama, 20% 20
Sopan Santun)
LAPORAN
50
CPMK 5
Sub CPMK 5
Dasar Teori 20
50%
Alat dan Bahan 10
Cara Kerja 10
Hasil dan Pembahasan 30
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 10
NILAI TOTAL 100% 100

Nama mahasiswa :…………………………………..

Nomor mahasiswa :…………………………………..

Dosen Pengampu Asisten Dosen

(…………………………………..) (………………………………..)

52

Anda mungkin juga menyukai