0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
64 tayangan5 halaman
Tipe-tipe hukum menurut Philippe Nonet dan Philip Selznick terdiri dari tiga, yaitu hukum represif yang berfokus pada ketertiban, hukum otonom yang berfokus pada legitimasi melalui prosedur yang adil, dan hukum responsif yang berfokus pada pencapaian keadilan substantif. Ketiga tipe hukum ini memiliki perbedaan dalam hal tujuan, legitimasi, regulasi, diskresi, dan sikap terhadap ketidakpatuhan huk
Tipe-tipe hukum menurut Philippe Nonet dan Philip Selznick terdiri dari tiga, yaitu hukum represif yang berfokus pada ketertiban, hukum otonom yang berfokus pada legitimasi melalui prosedur yang adil, dan hukum responsif yang berfokus pada pencapaian keadilan substantif. Ketiga tipe hukum ini memiliki perbedaan dalam hal tujuan, legitimasi, regulasi, diskresi, dan sikap terhadap ketidakpatuhan huk
Tipe-tipe hukum menurut Philippe Nonet dan Philip Selznick terdiri dari tiga, yaitu hukum represif yang berfokus pada ketertiban, hukum otonom yang berfokus pada legitimasi melalui prosedur yang adil, dan hukum responsif yang berfokus pada pencapaian keadilan substantif. Ketiga tipe hukum ini memiliki perbedaan dalam hal tujuan, legitimasi, regulasi, diskresi, dan sikap terhadap ketidakpatuhan huk
dalam Law on Society in Transition:” Toward Responsive Law” Ada 3 macam Hukum 1. Hukum Represif >>>> Kekuasaan represif 2. Hukum Otonom 3. Hukum Responsif
Jamal Wiwoho, 081 2260 1681 1www.jamalwiwoho.com
Hukum Represif
1. Tujuan utama: terciptanya ketertiban shg
tercipta kepatuhan tanpa syarat 2. Peraturannya keras & terperinci thd obyek hukum dan sifat lunak thd pembuatnya 3. Adanya kebebasan bertindak (diskresi) yg meresap dan dilakukan sesuai kesempatan 4. Hukum ini berada dalam kekuasaan politik 5. Persetujuan = kepatuhan dan kritik = ketidaksetiaan.
Jamal Wiwoho, 081 2260 1681 2www.jamalwiwoho.com
Hukum Otonom
1. Keabsahan berdasarkan prosedur yang benar
2. Peraturan dibuat teliti dng ikatan penuh baik thd objek hukum mapun pembuatnya 3. Diskresi dibatasi pd peraturan-peraturan 4. Penyerahan wewenang scr sempit shg pemaksaan dpt dilakukan dng pembatasan hk 5. Partisipasi masy dibatasi prosedur yg mapan 6. Hk ini mengaharapkan dasar tingkahlaku yg dipakai untuk menguji keabsahan PP Hukum Responsif Jamal Wiwoho, 081 2260 1681 3www.jamalwiwoho.com 1. Peraturan berada dibawah azas hukum dan kebijakan (policy) sesuai kewenangannya 2. Tujuannya untuk mewujudkan keadilan yg substantif 3. Diskresi diperluas tetapi harus dipertanggung jawabkan sesuai tujuan 4. Sedapat mungkin menghindari pemaksaan 5. Hubungan antar pihak dengan kesederajatan dng moralitas perdata yg merupakan kekuatan sosial 6. Ketidakpatuhan sbg bahan untuk meningkatkan keabsahan shg ada pembelaan yuridis Jamal Wiwoho, 081 2260 1681 4www.jamalwiwoho.com TIGA TIPE HUKUM HUKUM RESPONSIF HUKUM OTONOM HUKUM RESPONSIF TUJUAN HUKUM Ketertiban Legitimasi Kompetensi LEGITIMASI Ketahanan sosial dan tujuan Keadilan prosedural Keadilan substansif negara (raison d’etat) PERATURAN Akeras dan rinci namun Luas dan rinci; mengikat Subordinat dari prinsif dan berlaku lemah terhadap penguasa maupun yang kebijakan pembuat hukum dikuasai PERTIMBANGAN Ad hoc: memudahkan Sangat melekat pada otoritas Purposif (berorientasikan mencapai tujuan dan bersifat legal; rentan terhadap tujuan); perluasan partikular formalisme dan legalisme kompetensif kognitif DISKRESI Sangat luas; oportunistik Dibatasi oleh peraturan; Luas, tetapi tetap sesuai delegasi yang sempit dengan tujuan PAKSAAN Ekstensif; dibatasi secara Dikontrol oleh batasan- Pencarian positif bagi berbagai lemah batasan hukum alternatif, seperti intensif, sistem kewajiban yang mampu bertahan sendiri MORALITAS Moralitas komunal; moralisme Moralitas kelembagaan; Moralitas sipil; “ kerja sama” hukum; “moralitas yakni dipenuhi dengan pembatasan” integritas proses hukum POLITIK Hukum subordinat terhadap Hukum “independen” politik; Terintegrasinya aspirasi politik kekuasaan pemisahan kekuasaan hukum dan politik; keterpaduan kekuasaan HARAPAN AKAN KETAATAN Tanpa syarat; Penyimpangan peraturan Pembangkangan dilihat dari ketidaktaatan per se dihukum yang dibenarkan, misalnya aspek bahaya substantif; sebagai pembangkangan untuk menguji validitas dipandang sebagai gugatan undang-undang atau terhadap legitimasi perintah