Demokrasi Dan Hukum Di Indonesia
Demokrasi Dan Hukum Di Indonesia
b. Produk Hukum
Sistem politik yang demikian telah melahirkan hukum yang memiliki karakter tidak
otonom, sebagai contoh yang tercantum dalam hukum pemilu dan pemerintah daerah.
Perbandingan antara UU Pemilu pada tahun 1953 saat system demokratis dengan UU
Pemilu pada pemerintah orde baru yang otoritarian sebagai berikut:
UU No. 7 Tahun 1953 UU No. 15 Tahun 1969
1. Proses pembuatannya sangat 1. Proses pembuatannya didominasi oleh
partisipatif visi dan kekuatan politik pemerintah
2. Jaminan kebebasan memilih sangat melalui tangan-tangannya di DPRD
menonjol 2. Ada system pengangkatan wakil
3. Pengangkatan anggota Lembaga rakyat dalam jumlah yang cukup besar
perwakilan (Konstituante dan DPR) yang bukan utnuk mewakili golongan
hanya dilakukan untuk melaksanakan minoritas tetapi praktis mewakili visi
ketentuan UUDS 1950 dalam rangka pemerintah
memberikan jaminan adanya wakil 3. Space yang luas bagi pemerintah
bagi golongan minoritas Cina, Arab, untuk membuat interpretasi atas UU
Eropa dan dalam jumlah yang tersebut melalui delegasi dan droit
prposional function UU No. 15 Tahun 1969
4. Kepannitian pemilu tidak dipimpin (terdiri 37 pasal dan dapat ditafsirkan
oleh pemerintah tetapi oleh organisasi lagi dengan PP atau berbagai peraturan
yang netral yang lebih rendah) dan dalam praktik
5. Peluang pemerintah untuk Interpretasi tidal menyangkut soal teknis semata-
memalui kewenangan delegasi dan mata
droit function sangat dibatasi karena 4. Panitia pemilu adalah pemerintah
UU No. 7 Tahun 1953 sudah sangat 5. Adanya Lembaga recall yang
rinci (terdiri 137 pasal dan penafsiran menghantui anggota-anggota Lembaga
hanya dapat dilakukan dalam hal-hal perwakilan rakyat untuk berbicara
yang teknis administratif dan dalam vocal.
jumlah yang sangat terbatas).