Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS TRISAKTI

 Philip Nonet dan Philip Selznick


 tiga klasifikasi dasar hukum dalam
masyarakat, yaitu:
1. hukum sebagai pelayan kekuasaan represif.
2. hukum sebagai institusi tersendiri yang mampu
menjinakkan represi dan melindungi integritas
dirinya.
3. hukum sebagai fasilitator dari berbagai respon
terhadap kebutuhan dan aspirasi sosial
 Hukum Represif dapat diartikan sebagai
hukum yang mengabdi kepada kekuasaan
represif dan kepada tata tertib sosial yang
represif.
 Kekuasaan yang memerintah adalah represif,
bilamana ia tidak atau kurang memperhatikan
kepentingan-kepentingan rakyat yang
diperintahkan. Dengan kata lain, hukum
represif adalah alat kekuasaan represif atau
menindak.
 Salah satu dari tujuan hukum adalah
mewujudkan sebuah tertib hukum.
 Namun tertib hukum pada taraf tertentu bisa
menimbulkan ketidakadilan.
 Hukum saja tidak secara otomatis
menciptakan keadilan, oleh karena itu
diperlukan tertib hukum.
 Penegakan tertib hukum ini yang berpotensi
menimbulkan rezim yang represif.
 Tidak semua tuntutan dapat dikabulkan dan
tidak semua kepentingan dapat diberi
pengakuan yang sama.
 Mengesampingkan kepentingan dalam rangka
memberikan keleuasaan bagi hal yang harus
diprioritaskan, bukan sebuah represi.
 Suatu paksaan cenderung mendorong
terjadinya represi karena :
◦ Tersedianya alat-alat pemaksa memberikan
alternatif yang nyaman dengan mengurangi
kebutuhan untuk akomodasi.
◦ Penggunaan paksaan merupakan pelecehan
terhadap kemausiaan. Seorang target paksaan akan
dijauhkan dari dialog dan penghormatan.
 Suatu tertib hukum dapat menggunakan
paksaan atau tergantung pada kekuasaan
tertinggi dalam menggunakan paksaan.
 Suatu paksaan tidak otomatis menjadi
represif selama paksaaan itu tidak bersifat
diskriminatif.
 Kekuasaan represif sebagai tempat
bersumbernya hukum represif itu muncul
karena kekuasaan tidak lagi memperhatikan
kepentingan orang banyak yang diperintah.
 Artinya, kekuasaan yang semula
sebagai mandat tidak lagi dijadikan sebagai
legitimasi untuk mengelola berbagai
kepentingan masyarakat. Sebaliknya, yang
terjadi adalah sikap pengingkaran terhadap
legitimasi tersebut, sehingga apa yang
disebut sebagai souveregnity (kedaulatan) itu
tidak dikenal dalam kekuasaan represif ini.
 Apa yang disebut sebagai kekuasaan represif
tidak lain wujud dari sebuah ketakutan yang
berlebihan dari penguasa terhadap dinamisme
masyarakat.
 Over protection yang diperlihatkan oleh
kekuasaan represif adalah dalam rangka
mengantisipasi munculnya campur tangan pihak
eksternal, sehingga untuk itu, jika perlu
penindasan, walaupun tidak selalu sesuatu yang
harus, namun, ia setidak-tidaknya mampu
menjadi alat kontrol alternatif agar target
paksaan dapat lemah di hadapan kekuasaan.
 Institusi hukum secara langsung dapat diakses
oleh kekuatan politik; hukum diidentifikasikan
sama dengan negara dan ditempatkan di bawah
tujuan negara.
 Langgengnya sebuah otoritas merupakan urusan
yang paling penting dalam adminstrasi hukum.
Dalam “perspektif resmi “ yang terbangun,
manfaat dari keraguan masuk ke sistem dan
kenyamanan administratif menjadi titik berat
perhatian
 Lembaga-lembaga kontrol yang terspesialisasi
seperti polisi, menjadi pusat-pusat kekuasaan
yang independen; mereka terisolasi dari konteks
sosial yang berfungsi memperlunak, serta
mampu menolak, otoritas politik.
 Sebuah rezim “hukum berganda” melembagakan
keadilan berdasarkan kelas dengan cara
mengkonsolidasikan dan melegitimasikan pola-
pola subordinasi sosial.
 Hukum pidana merefleksikan nilai-nilai yang
dominan
 Pengadilan dan aparat hukum merupakan instrumen
yang mudah diatur.
 Tujuan utama hukum adalah ketentraman umum
“untuk menjaga kedamaian dalam setiap peristiwa dan
berapapun harga yang harus dibayarkan.”
“terpuaskannya keinginan masyarakat akan keamanan
umum” adalah “tujuan dari tatanan hukum”
 Institusi-institusi hukum mempunyai sedikit sumber
daya lain selain kekuatan memaksa dari negara.
Karenanya, hukum pidana merupakan perhatian utama
aparat hukum dan cara representatif dari otoritas
hukum.
 Aturan hukum memberi corak otoritas pada
kekuasaan, tapi penggunaan aturan tersebut
disesuaikan dengan kriteria kelayakan politik. Tujuan
negara mensyaratkan : diskresi yang tidak terkontrol
perlu dijaga; peraturan-peraturan tetap secara lemah
mengikat atau berlaku terhadap yang memegang
kedaulatan; pengakuan terhadap hak-hak merupakan
hal berbahaya.
 Kondisi represif tidak hanya muncul pada
negara yang baru berdiri, tetapi juga muncul
di negara totaliter di zaman modern.
 Fenomena yang mendasari represi adalah
miskinnya sumber daya politik, sementara
terdapat tuntutan yang ahrus dipenuhi.
 Contoh: Kasus waduk kedung ombo
 Pemerintah harus menyelesaikan waduk,
karena mendapat tekanan dari world bank.
 Masyarakat tidak terima lahannya dijadikan
waduk, karena ganti rugi yang tidak sesuai
dan alasan lainnya.
 Dengan langkah represif pemerintah tetap
membuka waduk sehingga rumah rakyat
tenggelam.
 Perspektif resmi adalah suatu keadaan dimana para
penguasa mengidentifikasikan kepentingan mereka
dengan kepentingan masyarakat.
 Akibat dari prespektif resmi adalah diletakkannya
kepentingan-kepentingan rakyat di bawah kebutuhan-
kebutuhan birokrasi.
 Perspektif resmi mencadangkan wilayah diskresi yang
luas, yang dijustifikasi oleh klaim-klaim atas hak
istimewa absolut.
 Perspektif resmi melindungi pemegang otoritas dari
tantangan dan kritik.
 Perspektif resmi membatasi tuntutan-tuntutan dengan
menetapkan aturan-aturan yang kaku serta membatasi
akses.
 Perang narkoba di filipina pada masa
presiden duterte
 Presiden duterte mengatakan perang
terhadap narkoba dengan berjanji akan
membunuh 100.000 kriminal pada masa
pemerintahannya.
 "Apakah hidup dari 10 orang pelaku kriminal
ini benar-benar berarti? Jika saya merupakan
salah seorang yang menghadapi penderitaan
ini, apakah hidup 100 orang idiot ini akan
berarti bagi saya?"
 Menurut polisi lebih dari 1.900 orang tewas
dalam insiden yang terkait dengan narkoba
sejak Duterte menduduki jabatannya pada 30
Juni lalu. Kata mereka 756 tewas oleh polisi,
semuanya menolak ditahan. Jumlah orang
yang tewas lainnya, secara resmi, masih
diselidiki.
 Dalam praktiknya tidak ada penjelasan untuk
sebagian besar kasus. Hampir semua yang
jasadnya ditemukan setiap malam di kawasan
kumuh di Manila dan kota lain yang miskin
 Hukum represif melembagakan keadilan kelas.
 Keadilan kelas memberikan gambaran tentang
bagaimana hukum melegitimasi, dan secara paksa
mendukung sisteim subordinasi sosial.
 Kemiskinan kekuasaan sebagai penyebab represi
 Dalih “penjagaan perdamaian” semakin menuntut
negara mempertahankan status quo
• Hukum melambangkan hilangnya hak-hak
istimewa dengan, memaksakan tanggung
jawab, namun mengabaikan klaim-klaim
• Hukum melambangkan ketergantungan.
Kaum miskin dipandang sebagai tanggungan
negara. Merka bergantung pada lembaga
khusus seperti perumahan umum, dan
terstigma oleh klasifikasi resmi (kriteria yang
memisahkan kelompk kaya dari kelompok
miskin)
 Hukum mengordinasikan pertahanan sosial melawan
“kelas berbahaya”, misalnya dengan menganggap
kondisi kemiskinan sebagai kejahatan dalam hukum
pergelandangan.
TUJUAN HUKUM Ketertiban

LEGITIMASI Ketahanan Sosial dan Tujuan Negara

PERATURAN Kasar dan teroerinci tapi hanya mengikat


pembuat peraturansecara lemah
PENALARAN Sesuai keperluan dan partikularistik

DISKRESI Sangat luas

PEMAKSAAN Luas sekali, pembatasannya lemah


Moralitas Moralitas Komunal, Moralitas Hukum;
Moralitas pemaksaan

Politik Hukum ditundukkan pada politik


kekuasaan

Harapan Akan Kepatuhan Tidak bersyarat; ketidakpatuhan dengan


begitu saja dianggap sebagai
pembangkangan

Partisipasi Tunduk dan patuh; kritik dilihat sebagai


ketidak setiaan.

Anda mungkin juga menyukai