tiga klasifikasi dasar hukum dalam masyarakat, yaitu: 1. hukum sebagai pelayan kekuasaan represif. 2. hukum sebagai institusi tersendiri yang mampu menjinakkan represi dan melindungi integritas dirinya. 3. hukum sebagai fasilitator dari berbagai respon terhadap kebutuhan dan aspirasi sosial Hukum Represif dapat diartikan sebagai hukum yang mengabdi kepada kekuasaan represif dan kepada tata tertib sosial yang represif. Kekuasaan yang memerintah adalah represif, bilamana ia tidak atau kurang memperhatikan kepentingan-kepentingan rakyat yang diperintahkan. Dengan kata lain, hukum represif adalah alat kekuasaan represif atau menindak. Salah satu dari tujuan hukum adalah mewujudkan sebuah tertib hukum. Namun tertib hukum pada taraf tertentu bisa menimbulkan ketidakadilan. Hukum saja tidak secara otomatis menciptakan keadilan, oleh karena itu diperlukan tertib hukum. Penegakan tertib hukum ini yang berpotensi menimbulkan rezim yang represif. Tidak semua tuntutan dapat dikabulkan dan tidak semua kepentingan dapat diberi pengakuan yang sama. Mengesampingkan kepentingan dalam rangka memberikan keleuasaan bagi hal yang harus diprioritaskan, bukan sebuah represi. Suatu paksaan cenderung mendorong terjadinya represi karena : ◦ Tersedianya alat-alat pemaksa memberikan alternatif yang nyaman dengan mengurangi kebutuhan untuk akomodasi. ◦ Penggunaan paksaan merupakan pelecehan terhadap kemausiaan. Seorang target paksaan akan dijauhkan dari dialog dan penghormatan. Suatu tertib hukum dapat menggunakan paksaan atau tergantung pada kekuasaan tertinggi dalam menggunakan paksaan. Suatu paksaan tidak otomatis menjadi represif selama paksaaan itu tidak bersifat diskriminatif. Kekuasaan represif sebagai tempat bersumbernya hukum represif itu muncul karena kekuasaan tidak lagi memperhatikan kepentingan orang banyak yang diperintah. Artinya, kekuasaan yang semula sebagai mandat tidak lagi dijadikan sebagai legitimasi untuk mengelola berbagai kepentingan masyarakat. Sebaliknya, yang terjadi adalah sikap pengingkaran terhadap legitimasi tersebut, sehingga apa yang disebut sebagai souveregnity (kedaulatan) itu tidak dikenal dalam kekuasaan represif ini. Apa yang disebut sebagai kekuasaan represif tidak lain wujud dari sebuah ketakutan yang berlebihan dari penguasa terhadap dinamisme masyarakat. Over protection yang diperlihatkan oleh kekuasaan represif adalah dalam rangka mengantisipasi munculnya campur tangan pihak eksternal, sehingga untuk itu, jika perlu penindasan, walaupun tidak selalu sesuatu yang harus, namun, ia setidak-tidaknya mampu menjadi alat kontrol alternatif agar target paksaan dapat lemah di hadapan kekuasaan. Institusi hukum secara langsung dapat diakses oleh kekuatan politik; hukum diidentifikasikan sama dengan negara dan ditempatkan di bawah tujuan negara. Langgengnya sebuah otoritas merupakan urusan yang paling penting dalam adminstrasi hukum. Dalam “perspektif resmi “ yang terbangun, manfaat dari keraguan masuk ke sistem dan kenyamanan administratif menjadi titik berat perhatian Lembaga-lembaga kontrol yang terspesialisasi seperti polisi, menjadi pusat-pusat kekuasaan yang independen; mereka terisolasi dari konteks sosial yang berfungsi memperlunak, serta mampu menolak, otoritas politik. Sebuah rezim “hukum berganda” melembagakan keadilan berdasarkan kelas dengan cara mengkonsolidasikan dan melegitimasikan pola- pola subordinasi sosial. Hukum pidana merefleksikan nilai-nilai yang dominan Pengadilan dan aparat hukum merupakan instrumen yang mudah diatur. Tujuan utama hukum adalah ketentraman umum “untuk menjaga kedamaian dalam setiap peristiwa dan berapapun harga yang harus dibayarkan.” “terpuaskannya keinginan masyarakat akan keamanan umum” adalah “tujuan dari tatanan hukum” Institusi-institusi hukum mempunyai sedikit sumber daya lain selain kekuatan memaksa dari negara. Karenanya, hukum pidana merupakan perhatian utama aparat hukum dan cara representatif dari otoritas hukum. Aturan hukum memberi corak otoritas pada kekuasaan, tapi penggunaan aturan tersebut disesuaikan dengan kriteria kelayakan politik. Tujuan negara mensyaratkan : diskresi yang tidak terkontrol perlu dijaga; peraturan-peraturan tetap secara lemah mengikat atau berlaku terhadap yang memegang kedaulatan; pengakuan terhadap hak-hak merupakan hal berbahaya. Kondisi represif tidak hanya muncul pada negara yang baru berdiri, tetapi juga muncul di negara totaliter di zaman modern. Fenomena yang mendasari represi adalah miskinnya sumber daya politik, sementara terdapat tuntutan yang ahrus dipenuhi. Contoh: Kasus waduk kedung ombo Pemerintah harus menyelesaikan waduk, karena mendapat tekanan dari world bank. Masyarakat tidak terima lahannya dijadikan waduk, karena ganti rugi yang tidak sesuai dan alasan lainnya. Dengan langkah represif pemerintah tetap membuka waduk sehingga rumah rakyat tenggelam. Perspektif resmi adalah suatu keadaan dimana para penguasa mengidentifikasikan kepentingan mereka dengan kepentingan masyarakat. Akibat dari prespektif resmi adalah diletakkannya kepentingan-kepentingan rakyat di bawah kebutuhan- kebutuhan birokrasi. Perspektif resmi mencadangkan wilayah diskresi yang luas, yang dijustifikasi oleh klaim-klaim atas hak istimewa absolut. Perspektif resmi melindungi pemegang otoritas dari tantangan dan kritik. Perspektif resmi membatasi tuntutan-tuntutan dengan menetapkan aturan-aturan yang kaku serta membatasi akses. Perang narkoba di filipina pada masa presiden duterte Presiden duterte mengatakan perang terhadap narkoba dengan berjanji akan membunuh 100.000 kriminal pada masa pemerintahannya. "Apakah hidup dari 10 orang pelaku kriminal ini benar-benar berarti? Jika saya merupakan salah seorang yang menghadapi penderitaan ini, apakah hidup 100 orang idiot ini akan berarti bagi saya?" Menurut polisi lebih dari 1.900 orang tewas dalam insiden yang terkait dengan narkoba sejak Duterte menduduki jabatannya pada 30 Juni lalu. Kata mereka 756 tewas oleh polisi, semuanya menolak ditahan. Jumlah orang yang tewas lainnya, secara resmi, masih diselidiki. Dalam praktiknya tidak ada penjelasan untuk sebagian besar kasus. Hampir semua yang jasadnya ditemukan setiap malam di kawasan kumuh di Manila dan kota lain yang miskin Hukum represif melembagakan keadilan kelas. Keadilan kelas memberikan gambaran tentang bagaimana hukum melegitimasi, dan secara paksa mendukung sisteim subordinasi sosial. Kemiskinan kekuasaan sebagai penyebab represi Dalih “penjagaan perdamaian” semakin menuntut negara mempertahankan status quo • Hukum melambangkan hilangnya hak-hak istimewa dengan, memaksakan tanggung jawab, namun mengabaikan klaim-klaim • Hukum melambangkan ketergantungan. Kaum miskin dipandang sebagai tanggungan negara. Merka bergantung pada lembaga khusus seperti perumahan umum, dan terstigma oleh klasifikasi resmi (kriteria yang memisahkan kelompk kaya dari kelompok miskin) Hukum mengordinasikan pertahanan sosial melawan “kelas berbahaya”, misalnya dengan menganggap kondisi kemiskinan sebagai kejahatan dalam hukum pergelandangan. TUJUAN HUKUM Ketertiban
LEGITIMASI Ketahanan Sosial dan Tujuan Negara
PERATURAN Kasar dan teroerinci tapi hanya mengikat
pembuat peraturansecara lemah PENALARAN Sesuai keperluan dan partikularistik