Anda di halaman 1dari 5

1. Apa saja etiologi dari gangguan mood dan afek?

- faktor biologis : disregulasi aminbionik.


1. Nor epinefrin : untuk ke sistem gerak, contohnya :jika kurang --> kurang
bersemnagat
2. Serotinin : stabilisasi emosi, tidur, penenang, dll contoh : serotonin menurun -->
gelisah, cemas, waktu tidur berkurang, pasien merasa kebutuhan tidur nya
berkurang tapi menganggap nya biasa saja
Serotonin kelebihan --> terlalu
3. Dopamin : daya ingat, rasa senang, sebagai pepngatur kebutuhan tidur.

- faktor genetik
1.Penelitian keluarga : saudara derajat pertama gangguan mood afek lebih besar 8-
18 kali sama yang kontrol untuk terkena gangguan bipolar. 2-10 kali lebih besar
utk terkena depresi berat
2.Penelitian adopsi : anak yang mengalami gangguan afek. Bisa terkena juga walau
dibesarkan oleh ortu angkat
3. Penelitian kembar :
Monozigot : 33-90% bipolar, 50% depresi berat.
Dizigotik : 5-25% bipolar, 10-25% depresi berat.

-faktor psikososial
Stressor dari lingkungan

-faktor kepribadian
Orang2 dependen, histeriakal lebih besar daripada orang2 yang anti sosial.
- faktor obat obat an
Kokain
Ldopa : menghinbisi dari reuptake dari serotonin.
HPA AXIS

HPA AXIS adalah Singkatan dari HPA = Hypothalamus-Pituitary-Adrenal. Sedang pengertian AXIS adalah
Sumbu / hubungan langsung.

HPA AXIS adalah bagian utama dari sistem Neuroendokrin (Saraf pada hormon) yang mengontrol reaksi
terhadap Stres dan pula memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses tubuh seperti
pencernaan, sistem kekebalan tubuh ,suasana hati, emosi, seksualitas, dan penyimpanan penggunaan
energi. Sumbu HPA juga terlibat dalam gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pasca-traumatic stress
disorder, depresi klinis, kelelahan dan sindrom iritasi usus besar.

Anatomi

Elemen-elemen kunci dari sumbu HPA adalah:

 Paraventrikular dari hipotalamus, yang berisi neuron neuroendokrin yang mensintesis dan mengeluarkan
vasopresin serta corticotropin-releasing hormon (CRH).
 Secara khusus, CRH dan vasopresin merangsang sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH pada
gilirannya bekerja pada adrenal korteks yang menghasilkan hormon glukokortikoid (terutama kortisol pada
manusia) dengan stimulasi ACTH.

CRH dan vasopresin yang dilepaskan dari terminal saraf neurosecretory di eminensia median. Mereka
diangkut ke hipofisis anterior melalui sistem pembuluh darah portal dari tangkai hypophyseal. Ada, CRH
dan vasopresin bertindak sinergis untuk merangsang sekresi ACTH yang tersimpan dari sel corticotrope.
ACTH diangkut oleh darah ke korteks adrenal kelenjar adrenal, di mana ia cepat merangsang biosintesis
kortikosteroid dari kolesterol.

Kortisol memiliki efek pada banyak jaringan dalam tubuh, termasuk pada otak. Di otak, kortisol bekerja
pada dua jenis reseptor – reseptor mineralokortikoid dan reseptor glukokortikoid, dan ini diungkapkan
oleh berbagai jenis neuron. Salah satu target penting dari glukokortikoid adalah hippocampus, yang
merupakan pusat pengendali utama dari sumbu HPA.

Fungsi

Pelepasan CRH dari hipotalamus dipengaruhi oleh stres, dengan tingkat kortisol darah dan oleh siklus tidur
/ bangun. Pada individu sehat, kortisol meningkat pesat setelah bangun tidur yang hingga mencapai
puncaknya dalam,-

waktu 30-45 menit. Ini kemudian secara bertahap mengurang sepanjang hari, naik lagi pada sore hari.
Tingkat cortisol kemudian jatuh pada larut malam, mencapai palung selama tengah malam. Sebuah siklus
normal rata kortisol sirkadian telah dikaitkan dengan sindrom kelelahan kronis, insomnia , dan kelelahan
.
Koneksi anatomis antara amigdala, hipokampus, dan hipotalamus memfasilitasi aktivasi dari sumbu HPA. Informasi
sensorik tiba di aspek lateral amigdala diproses dan disampaikan ke inti pusat, yang proyek ke beberapa bagian otak
yang terlibat dalam respon terhadap rasa takut. Pada hipotalamus, ketakutan-sinyal impuls mengaktifkan kedua
sistem saraf simpatik dan sistem modulasi dari sumbu HPA.

 Peningkatan produksi kortisol menengahi reaksi alarm stres, memfasilitasi fase adaptif dari sindrom
adaptasi umum di mana reaksi alarm ditekan, memungkinkan tubuh untuk mencoba penanggulangan.
 Glukokortikoid memiliki fungsi penting, termasuk modulasi reaksi stres, tetapi bila berlebihan dapat
merusak. Atrofi dari hippocampus pada manusia dan hewan terkena stres berat diyakini disebabkan oleh
paparan yang terlalu lama untuk konsentrasi tinggi glukokortikoid. Kekurangan dari hippocampus dapat
mengurangi sumber daya memori yang tersedia untuk membantu tubuh merumuskan reaksi yang tepat
terhadap stres.
 Sumbu HPA terlibat dalam neurobiologi gangguan mood dan penyakit fungsional, termasuk gangguan
kecemasan, gangguan bipolar, pasca-traumatic stress disorder, depresi klinis, kelelahan, sindrom kelelahan
kronis dan sindrom iritasi usus besar.

Penelitian eksperimental telah menyelidiki berbagai jenis stres, dan efek mereka pada aksis HPA dalam situasi yang
berbeda banyak. Stres bisa dari berbagai jenis, dalam studi eksperimental pada tikus, perbedaan sering dibuat antara
“stres sosial” dan “stres fisik”, namun kedua jenis tetap mengaktifkan aksis HPA, meskipun melalui jalur yang
berbeda. Beberapa neurotransmiter monoamina penting dalam mengatur sumbu HPA, terutama dopamin,
serotonin dan norepinefrin (noradrenalin).
Poros HPA atau poros Hipotalamus-Pituitary-Adrenal, merupakan salah satu dari beberapa
poros Hipotalamus Pituitary - Target Organ, berperan penting dalam mempertahankan
mekanisme penyesuaian;homeostasis, mekanisme pertahanan tubuh, meningkatkan
produksi hormon manakala berhadapan dengan sires psikik;fisik. Pada stres yang berulang,
kegiatan poros HPA meningkat dan memicu peningkatan sekresi kortisol dari sel-sel korteks
adrenal. Hal ini menyebabkan kegiatan metabolisme dan proses immunitas meningkat
yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan mental berupa anxietas;depresi atau
gangguan fisik seperti hipertensi, tukak lambung dan lain-lain. Kelenjar pituitari anterior
melalui Adreno Cortico Tropic Horman (ACTH) mengendalikan sekresi kortisol, sedangkan
sel dari Para Ventricular Nucleus (PVN) hipotalamus memproduksi corticotropin releasing
factor;hormone (CRF;CRH) yang mengatur sekresi ACTH. Kesemuanya ini terkait dalam
mekanisme autoregulasi. Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik dan berperan
menghambat aktivasi HPA, sebaliknya Amigdala berfungsi merangsang aktivasi HPA. Sel-sel
neuron Hipokampus terutama pada girus dentatus , area CA3 dan CA1 mempunyai sitat
plastis dan rentan terhadap kerusakan akibat penuaan, proses stres yang berkepanjangan,
serangan kejang atau pengaruh obat-obatan. Hal inl menimbulkan kegiatan Amigdala
meningkat sehingga kegiatan poros HPA meningkat pula mengakibatkan terjadinya
hiperkortisolemia yang ada akhirnya menimbulkan kerusakan neuron hipokampus lebih
berat
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=34819&idc=24

GLUKOKORTIKOID!!

Tingginya kadar glukokortikoid dikaitkan dengan berkurangnya neurogenesis dan mengecilnya ukuran hipokampus
pada pasien dengan depresi. Selain itu, brain-derived neurotrophic factor (BDNF)—yang berperan penting dalam
neurogenesis, plastisitas neuron, pertumbuhan sinaps, dan kehidupan sel—secara bermakna berkurang pada
individu yang melakukan bunuh diri. Terapi antidepresan, aktivitas fisik teratur, dan electroconvulsive therapy(ECT)
dapat meningkatkan BDNF secara bermakna (www.kalbemed.com/.../06_190CME-
Depresi%20Mayor_Nurmiati%20A)

IRAMA SIRKADIAN!!

Gangguan irama sirkadian dapat terja-di pada depresi. Gangguan tersebut tidak saja menganggu parameter
fisiologik (mi-salnya, temperatur tubuh) atau parameter biologik (misalnya, sekresi kortisol), tetapi juga
mengganggu siklus tidur-bangun dan mood. Terapi yang bertujuan menormalkan kembali ritme sirkadian, secara
bermakna, dapat menghilangkan gejala depresi.

Karena keanekaragaman dan kompleksnya etiopatogenesis depresi dan mekanisme kerja farmakologi
antidepresan, pende-katan pengobatan depresi hendaklah ber-sifat individual. Berbedanya kondisi medis, respons
terapi, dan derajat remisi yang dicapai menyebabkan strategi terapi tidak mungkin dalam bentuk tunggal. Dengan
kata lain, untuk mencapai tujuan terapi yang baik, hendaklah digunakan kombi-nasi berbagai modalitas terapi,
misalnya penggunaan psikofarmakologi, kombinasi farmakologi, strategi augmentasi, terapi cahaya, deprivasi
tidur, ECT, transcranial magnetic stimulation (TMS), dan psiko-terapi (www.kalbemed.com/.../06_190CME-
Depresi%20Mayor_Nurmiati%20A

Anda mungkin juga menyukai