Anda di halaman 1dari 3

Retardasi mental adalah gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan nilai IQ di bawah

rata-rata orang normal dan kemampuan untuk melakukan keterampilan sehari-hari yang buruk.
Retardasi mental juga dikenal dengan nama gangguan intelektual.

Terjadinya gangguan pada kondisi atau perkembangan otak menjadi penyebab seseorang
menderita retardasi mental. Butuh waktu dan keterlibatan banyak pihak untuk membantu pasien
retardasi mental beradaptasi dengan kondisinya.

Penyebab Retardasi Mental

Retardasi mental disebabkan oleh gangguan kondisi otak yang dapat terjadi akibat beberapa
faktor, di antaranya adalah:

 Cedera, misalnya karena kecelakaan lalu lintas atau saat berolahraga.


 Kelainan genetik, seperti sindrom Down dan hipotiroidisme.
 Menderita penyakit yang memengaruhi fungsi otak, seperti infeksi pada otak (misalnya
meningitis) atau tumor otak.
 Gangguan saat kehamilan, seperti kekurangan nutrisi selama hamil, infeksi, penggunaan
obat, atau preeklamsia.
 Gangguan saat melahirkan, seperti kekurangan oksigen atau terlahir prematur.

Pada kasus tertentu, penyebab retardasi mental tidak diketahui secara pasti.
Gejala Retardasi Mental

Gejala retardasi mental pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan
kondisi yang dialami. Gejala yang dapat timbul pada penderita retardasi mental, berupa:

 Kesulitan berbicara.
 Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan makan.
 Kesulitan dalam pengendalian emosi, seperti mudah marah.
 Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambil.
 Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah.
 Daya ingat yang buruk.

Nilai IQ pasien juga dapat menunjukkan tingkat keparahan kondisi yang diderita. Berikut tingkat
keparahan kondisi berdasarkan nilai IQ:

 Ringan − nilai IQ sekitar 50-69.


 Sedang − nilai IQ sekitar 35-49.
 Berat − nilai IQ sekitar 20-34.
 Sangat berat − nilai IQ di bawah 20.

Pasien yang tergolong sangat berat dapat menunjukan gejala lain, seperti kejang, gangguan
penglihatan, gangguan pengendalian gerak tubuh, atau gangguan pendengaran. Apabila gejala-
gejala retardasi mental muncul, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan.

Diagnosis Retardasi Mental

Dalam mendiagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan pada kondisi pasien secara
menyeluruh. Pemeriksaan dilakukan dengan mewawancarai pasien dan orang tuanya, melakukan
observasi secara langsung, dan menjalankan serangkaian tes intelektual dan kemampuan
penyesuaian diri pasien dengan lingkungan.

Seseorang yang menderita retardasi mental akan menunjukkan 2 tanda utama, yakni kemampuan
menyesuaikan diri yang buruk dan nilai IQ di bawah rata-rata. Namun, dokter juga dapat
melanjutkan pemeriksaan guna mendeteksi faktor penyebab yang diderita.

Beberapa tes yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan tersebut, meliputi:

 Tes darah.
 Tes urine.
 Pemindaian, seperti CT scan dan MRI.
 Pemeriksaan aktivitas listrik otak atau elektroensefalografi (EEG).

Pengobatan Retardasi Mental

Ibu hamil dapat melakukan tes USG atau pengambilan sampel air ketuban (amniocentesis),
untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pertumbuhan otak atau kelainan genetik pada janin.
Meski kondisi tersebut dapat dideteksi, belum ada metode pengobatan yang dapat memperbaiki
kelainan pertumbuhan otak pada janin.

Penanganan yang dapat dilakukan pada pasien retardasi mental adalah dengan memberikan
terapi khusus agar dapat beradaptasi dan berkembang dengan kondisinya. Terapi yang biasa
diberikan adalah individualized family service plan (IFSP) dan individualized education program
(IEP). Dalam terapi tersebut, dokter atau terapis akan melatih pasien untuk mengendalikan gejala
yang dialami, misalnya kesulitan berbicara, juga memberikan bimbingan pada keluarga untuk
mendampingi pasien dalam aktivitas sehari-hari.

Selain itu, orang tua juga dapat membantu perkembangan pasien dengan melakukan beberapa
upaya, seperti:

 Membiarkan pasien mencoba hal baru, dan memberi tahu dia untuk melakukan suatu hal
secara mandiri.
 Memerhatikan perkembangan pasien di sekolah, dan membantunya mempelajari ulang
apa yang telah dipelajari di sekolah.
 Mengikutsertakan pasien dalam aktivitas kelompok atau aktivitas yang membutuhkan
kerjasama dan interaksi, seperti pramuka.
 Mencari tahu lebih dalam tentang retardasi mental, baik melalui konsultasi ke dokter atau
orang tua lain yang memiliki masalah yang sama.

Anda mungkin juga menyukai