Anda di halaman 1dari 10

STEP 7

1. Mengapa timbul bercak merah yang semakin bertambah besar dan bersisik, lalu meluas ke

2. Bagaimana mekanisme munculnya Herald Patch?


3. Apa etiologi dari skenario?

Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis Rosea


disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus
( HHV )-6 dan -7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi,
kemudian mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita.3 Jadi, Pitiriasis
Rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang didapatkan pada
masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel mononuklear. 1 Pitiriasis
Rosea juga dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam, misalnya arsenik,
bismut, emas, methopromazine, metronidazole, barbiturat, klonidin, kaptopril
dan ketotifen.1,3 Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun, atopi dan
predisposisi genetik dalam kejadian Pitiriasis Rosea.
4. Bagaimana patogenesis dari skenario?
5. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari skenario?
- Diagnosis : Ptiriasis Rosea

DIAGNOSIS BANDING
a. Sifilis sekunder

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan


lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan timbulnya chancre.
Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa. Lesi kulitnya non
purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi, walaupun umumnya
makulopapular lebih sering muncul disebut makula sifilitika. 2
Perbedaannya dengan Pitiriasis Rosea adalah sifilis memiliki riwayat
primary chancre ( makula eritem yang berkembang menjadi papul dan
pecah sehingga mengalami ulserasi di tengah ) berupa tidak ada herald
patch, limfadenopati, lesi melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari
tes laboratorium VDRL (+).10
b. Tinea korporis
Adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton rubrum
pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala klinisnya
adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir berskuama dan
penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah
pada Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari
pemeriksaan penunjang didapatkan hifa panjang pada pemeriksaan KOH
10%.10
c. Dermatitis numuler
Adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang ditandai
dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan dapat
ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di ekstensor.
Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Dermatitis Numuler, lesi
berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan didominasi vesikel
serta tidak berskuama.2
d. Psoriasis gutata
Adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan eupsi papul di trunkus bagian
superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan dengan Pitiriasis
Rosea adalah pada Psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak sejajar dengan
garis kulit, skuama tebal.2
6. Bagaimana penegakan diagnosis dari skenario?

Keluhan Utama:
Bercak kemerahan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat gatal-gatal setelah makan makanan tertentu.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan
Riwayat Penyakit Keluarga:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

Status dermatologis
o Distribusi : Regional
o Lokalisasi :thoracalis posterior, antebrachii dextra dan sinistra,
femoralis dextra dan sinistra, cruris dextra dan sinistra.
o Lesi : multipel, berbatas tegas, ukuran milier sampai lentikuler,
bentuk oval dan anular
o Efloresensi : plak eritema, collarette scale, herald patch

Penunjang
Pemeriksaan KOH 10% pada lesi aktif tidak terdapat elemen jamur berupa
gambaran hifa panjang dan artrospora.
Pemeriksaan histopatologi dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis Pitiriasis Rosea dengan gejala atipikal. Pada lapisan epidermis
ditemukan adanya parakeratosis fokal, hiperplasia, spongiosis fokal,
eksositosis limfosit, akantosis ringan dan menghilang atau menipisnya
lapisan granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan adanya ekstravasasi
eritrosit serta beberapa monosit.2,4

Umumnya untuk menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea tidak


dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Namun dalan hal diagnosis susah
ditegakkan, kita membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan diagnosis banding lain.
 Dapat dilakukan RPR ( Rapid Plasma Reagin ) dan FTA-Abs( Fluoresent Treponemal
Antibody Absorbed ) untuk skrining sifilis. serologi sifilis,diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis lain.
Biopsi kulit diperlukan untuk mengkonfirmasi atau mengubah diagnosis

7. Bagaimana tanda dan gejala yang timbul dari diagnosis?

1. Gejala klasik
Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit
dimulai dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang
berbentuk oval atau anular dengan ukuran yang bervariasi antara
2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh skuama halus dan
bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama
tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang juga melekat
pada kulit normal ( skuama collarette ). Lesi ini dikenal dengan
nama herald patch.1,2,3

Herald Patch

Gambar herald
patch3

Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodromal


berupa malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi,
dan pembengkakan kelenjar limfe.4 Setelah timbul lesi primer, 1-
2 minggu kemudian akan timbul lesi sekunder generalisata. Pada
lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi
dengan bentuk yang sama dengan lesi primer dengan ukuran lebih
kecil ( diameter 0,5 – 1,5 cm ) dengan aksis panjangnya sejajar
dengan garis kulit dan sejajar dengan kosta sehingga memberikan
gambaran Christmas tree. Lesi lain berupa paul-papul kecil
berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan garis kulit
dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan
tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2
2. Gejala atipikal
Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi
yang tidak sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umunya.
Berupa tidak ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau
multipel. Bentuk lesi lebih bervariasi berupa urtika, eritema
multiformis, purpura, pustul dan vesikuler.3 Distribusi lesi
biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal, wajah, telapak
tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat
diagnosis dari Pitiriasis Rosea menjadi lebih sulit untuk
ditegakkan sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan.

3. Apa tatalaksana dari skenario?

PENATALAKSANAAN
1. Umum
Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat
sembuh sendiri ), bukan tidak mungkin penderita merasa
terganggu dengan lesi yang muncul. Untuk itu diperlukan
penjelasan kepada pasien tentang :
– Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama
– Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian
menetap selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur
hilang sekitar 2 minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan
bahwa Pitiriasis Rosea berlangsung hingga 3-4 bulan
– Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah
dengan mencegah bertambah hebatnya gatal yang
ditimbulkan. Pakaian yang mengandung wol, air, sabun, dan
keringat dapat menyebabkan lesi menjadi bertambah berat.

1. Khusus
– Topikal
Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida,
kalamin losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih
berat dengan lesi yang luas dan gatal yang hebat dapat
diberikan glukokortikoid topikal kerja menengah
( bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali
sehari ).2,9
– Sistemik
2. Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi
rasa gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat
diberikan kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon
diasetat atau asetonid 20-40 mg yang diberikan secara
intramuskuler.
3. Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. eritromisin
oral pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita Pitiriasis
Rosea yang diberikan selama 2 minggu3. Dari suatu penelitian
menyebutkan bahwa 73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang
mendapat eritromisin oral mengalami kemajuan dalam perbaikan
lesi. Eritomisin diduga mempunyai efek sebagai anti inflamasi5,6.
Namun dari penelitian di Tehran, Iran yang dilakukan oleh Abbas
Rasi et al menunjukkan tidak ada perbedaan perbaikan lesi pada
pasien yang menggunakan eritromisin oral dengan pemberian
plasebo.7
4. Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan.
Dosis yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2
Pemakaian sinar radiasi ultraviolet B atau sinar matahari alami
dapat mengurangi rasa gatal dan menguranngu lesi.2 Penggunaan
sinar B lebih ditujukan pada penderita dengan lesi yang luas,
karena radiasi sinar ultraviolet B ( UVB ) dapat menimbulkan
hiperpigmentasi post inflamasi.2
Kunjungan berikutnya:
a. Jika kulitnya menjadi terlalu kering karena Colloidal bath dari lotionnya, hentikan
pemakaian lotion atau diganti dengan krim atau salep hidrokortison 1%, gunakan 2
kali sehari pada daerah yang kering.
b. Teruskan fototerapi.
Jika disertai dengan gatal hebat:
a. Selain obat-obat di atas diberikan pula prednison 5 mg. Diberikan 4 kali 1 tablet
selama 3 hari, kemudian 3 kali 1 tablet selama 4 hari, kemudian 2 tablet setiap pagi
selama 1-2 minggu, sampai gatalnya menghilang.

Eritromisin 250 mg, diberikan 2 kali sehari selama 2 minggu,

Anda mungkin juga menyukai