Anda di halaman 1dari 4

Stephen Field

165020307111018
Teori Akuntansi Keuangan - CC

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Pengertian KDPPLK
Menurut Kieso, kerangka dasar atau kerangka kerja konseptual diartikan dengan suatu
sistem yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta
batasan-batasan (akuntansi keuangan dan laporan keuangan). Sehingga kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan menjadi sebuah acuan dan asas utama dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas dengan andal, akuran, dan
relevan yang nantinya mampu menghasilkan informasi yang dapat diterima secara umum

Tujuan KDPPLK
Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Unsur-Unsur dalam KDPPLK


KDPPLK bukanlah standar akuntansi. Bilamana terjadi pertentangan antara standar
akuntansi dengan kerangka konseptual maka standar akuntansi lebih diunggulkan.
KDPPLK secara umum berisikan:
1. Tujuan dan Pengguna Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi yang dilakukan oleh banyak
pengguna. Patut dicamkan bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan akan
berbeda jika tujuannya misalnya untuk memastikan pelayanan yang baik. Dan patut
dicamkan pula bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan akan berbeda
jika tujuannya adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan misalnya untuk manajemen saja. Pengguna laporan
keuangan meliputi investor, calon investor, kreditor, karyawan, pemasok dan
kreditor lainnya, pemerintah, dan masyarakat.
2. Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang digunakan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
berdasarkan kerangka konseptual adalah asumsi going concern dan asumsi dasar
akrual. Going concern (kelangsungan usaha) menganggap bahwa perusahaan akan
terus beroperasi di masa-masa yang akan datang, tidak ada asumsi bahwa entitas
akan bubar. Yang menjadi fokus bukan keterus menerusannya, tetapi asumsi ini
menjadi dasar bagi kewajaran nilai yang dicantumkan dalam informasi
keuangan. Asumsi dasar lainnya adalah basis akrual, dalam basis akrual pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat terjadinya bukan pada saat kas
diterima atau dibayarkan. Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan
kewajiban ditetapkan tanpa melihat apakah transaksi kas telah dilakukan atau tidak.
Penentuannya bukan keterlibatan kas, tetapi didasarkan kepada faktor legalnya
apakah memang sudah merupakan hak (pendapatan) atau kewajiban (beban)
perusahaan atau belum. Kalau sudah, harus dicatat tanpa menunggu penerimaan
atau pembayaran kas.
3. Karakteristik Kualitatif
Agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi bagi para pengguna laporan, KDPPLK
mensyaratkan informasi yang dimuat dalam dalam laporan keuangan agar dapat
memenuhi empat karakteristik kualitatif yakni: dapat dipahami, relevan, keandalan,
dan dapat diperbandingkan (paragraf 24).
4. Unsur-unsur yang terkandung dalam laporan keuangan
Unsur-unsur dalam laporan keuangan terbagi ke dalam kelompok yang
menggambarkan karakateristik ekonominya. Unsur-unsur yang berkaitan dengan
posisi keuangan perusahaan adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Unsur-unsur yang
berkaitan dengan kinerja perusahaan adalah penghasilan dan beban.
5. Konsep pemeliharaan modal
Konsep pemeliharaan modal dalam kerangka konseptual terdiri dari konsep
pemeliharan modal keuangan dan konsep pemeliharaan modal fisik. Konsep
pemeliharan modal penting artinya dalam mengukur laba yang diperoleh
perusahaan.
Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi
definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan
dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah
uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi
kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Kelalaian untuk
mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi
yangdigunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan. Pos yang memenuhi
definisi suatu unsur harus diakui kalau:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut
akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan.
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut
pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar-dasar pengukuran :
1. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban atau dalam keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan),
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai realisasi / penyelesaian. Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal
(orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di
masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar
arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang
diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal.

Anda mungkin juga menyukai