Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus adalah istilah kedokteran untuk sebutan penyakit yang di Indonesia
kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing manis. Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani. Diabetes artinya mengalir terus, melitus berarti madu atau manis. Jadi, istilah ini
menunjukkan tentang keadaan tubuh penderita, yaitu adanya cairan manis yang mengalir
terus.
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit ini bersifat menahun alias
kronis. Penderitanya dari semua lapisan umur serta tidak membedakan orang kaya
ataupun miskin.
Menurut survey yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah
tersebut menempati urutan ke empat terbesar di dunia, sedangkan urutan diatasnya adalah
India (31,7 juta), China (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Di perkirakan jumlah
penderita diabetes mellitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta),
China, Amerika Serikat (30,3 juta), dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah penderita diabetes
mellitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercata 175,4 juta orang, dan di
perkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
tahun 2030 menjadi 366 juta orang. (depkes RI,2008)
Penyakit diabetes melitus yang sering juga disingkat DM ini bisa timbul secara
mendadak pada anak-anak dan orang dewasa muda. Pada orang yang telah berumur,
penyakit ini sering muncul tanpa gejala dan kerap baru dikatahui bila yang bersangkutan
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala yang ditimbulkannya adalah rasa haus,
sering kencing, banyak makan tetapi berat badan menurun, gatal-gatal, dan badan terasa
lemah.
Apabila penyakit ini dibiarkan tidak terkendali atau penderita tidak menyadari
penyakitnya maka bertahun-tahun kemudian akan timbul berbagai komplikasi kronis
yang berakibat fatal. Penyakit jantung, terganggunya fungsi ginjal, kebutaan, pembusukan
kaki yang kadang memerlukan amputasi, atau timbulnya hipotensi yang sangat
merisaukan adalah beberapa kemungkinan komplikasi tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Diabetes Melitus?
3. Bagaimana manifestasi dari penyakit Diabetes Melitus?
4. Bagaimana mekanisme (WOC) dari Diabetes Melitus?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit Diabetes Melitus?
6. Bagaimana pengobatan penyakit Diabetes Melitus?
7. Bagaimana pencegahan dari penyakit Diabetes Melitus?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Melitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Diabetes Melitus.
3. Untuk mengetahui manifestasi dari penyakit Diabetes Melitus.
4. Untuk mengetahui mekanisme (WOC) dari penyakkit Diabetes Melitus.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit Diabetes Melitus.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
7. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit Diabetes Melitus.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang relatif kekurangan insulin. Diabetes melitus
yang utama diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I insulin dipenden diabetes
melitus (IDDM), dan tipe II non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM). Diabetes
melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi
normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. (Hidayah, 2010)
Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis yang paling sering didapatkan. Biasanya timbul
pada usia diatas 40 tahun, namun bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun. 90-95% dari
penderita diabetes adalah diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa
membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga glukosa dalam darah meningkat. Pasien yang mengidap diabetes ini biasanya
tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat
yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin, menurunkan glukosa, memperbaiki
pengelolahan gula di hati, dll. Kemungkinan lain terjadinya diabetes tipe 2 adalah sel-sel
jaringan tubuh dan otot si pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin, yang
dinamakan resistensi insulin atau ninsulin resistance. Akibatnya, insulin tidak bisa bekerja
dengan baik dan glukosa akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini
umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau obesitas. (Dr.Hans Tandra, 2013)

2.2 Etiologi
Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan diabetes melitus:
1. Keturunan. Bila ada anggota terkena diabetes, anda juga beresiko jadi pasien diabetes.
2. Ras atau Etnis. Orang kulit hitam lebih mudah terkena diabetes daripada kulit putih,
orang Asia juga punya resiko lebih tinggi mengidap diabetes.
3. Usia. Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama
pada usia diatas 40 tahun.
4. Obesitas. Semakin banyak lemak menimbun di perut, smeakin sulit pula insulin
bekerja sehingga gula darah mudah naik.

3
5. Kurang gerak badan. Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena
diabetes.
6. Kehamilan. Diabetes dapat terjadi pada 2-5% dari wanita hamil.
7. Infeksi. Infeksi virus bisa menyerang pankreas, merusak sel pankreas, dan
menimbulkan diabetes.
8. Stres. Stres menyebabkan hormon counter-insulin (yang terjadi berlawanan dengan
insulin) lebih aktif sehingga glukosa darah akan meningkat.
9. Obat-obatan. Beberapa obat dapat meningkatkan kadar gula darah. Contohnya adalah
hormon steroid, beberapa obat anti hipertensi (penyekat beta dan diuretik), obat yang
menurunkan kolesterol (niasin), obat tuberkulosis (INH), obat asma (salbutamol dan
terbutalin), obat untuk HIV (pentamidin, protease inhibitor), dan hormon tiroid
(levotiroksin). (Dr.Hans Tandra, 2013)

2.3 Patofisiologi
Kemungkionan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal,
seperti hormonal sekresi kelenjar ardenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi
pengamatan yang sedang naik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes
militus sering disebut terkait oleh akromergali dan hiperkortisolisme atau sindrom
cushing. Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom cushing sering berakibat
pada resitensi insulin, baik pada hati dan orang lain, dengan sintoma hiperinsulinemia,
yang berdampak pada penyakit kardiovaskuler dan berakibat kematian. GH memang
memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan menstimulasi glukogenesis
dan hipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam lemak. Sebaliknya,
insulin-like growth factor 1 (IGF-1) meningkatkan kepekaan pada insulin, terutama pada
otot lurik walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan resio IGF-I tidak dapat
menurunkan resitensi insulin, oleh karena itu kelebihan GH.
Pada sebagaian banyak orang, tetapi juga menghambat sekresi insulin dari pankreas,
tetapi ini akan memicu pada toleransi glukosa. Sedangkan hipersekresi hormon kortisol
pada hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas viseral, pada resistansi insulin,
dan disiplidemia, mengarah pada hipergelisemia dan turunnya toleransi glukosa,
terjadinya resitensi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat bersinergis
dengan kofaktor hipertensi, hipergoagulasi,dapat meningkatkan kardiovaskuler.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan
hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa. Pada penderita tumor

4
neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi yang terjadi pada pasien bedah pankreas,
feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma. Hipersekresi hormon ditenggarai
juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1 sinergi hormon berbentuk sitokina,
interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in
vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL, dan
atau hipersekresi molekul sititoksik, seperti granzim dan perforin: selain hiperaktifitas sel
T CD8 dan CD4.

5
2.4 WOC

6
2.5 Manifestasi Klinis
1. Banyak kencing
Ginjal tidak dapat menyerang kembali gula yang berlebihan di dalam darah.
Akibatnya, gula ini akan menarik air keluar dari jaringan sehingga selain kencing
menjadi sering dan banyak, anda akan juga merasa dehidrasi atau kekurangan cairan.
2. Rasa haus
Untuk mengatasi dehidrasi, anda akan banyak minum dan terus minum. Kesalahan
yang sering didapatkan adalah anda akan mencari softdrink yang manis dan segar
untuk mengatasi rasa haus. Akibatnya gula darah akan semakin naik dan hal ini dapat
menimbulkan komplikasi akut yang membahayakan.
3. Berat badan turun
Sebagai kompensasi dari dehidrasi dan harus banyak minum, anda mungkin mulai
banyak makan. Memang pada mulanya berat badan makin meningkat, namun lama
kelamaan otot tidak mendapat cukup gula untuk tumbuh dan sumber energi.
Akibatnya, jaringan otot dan lemak harus di pecah untuk memenuhi kebutuhan energi
sehingga berat badan menjadi turun, meskipun makannya banyak. Keadaan ini
diperburuk oleh adanya komplikasi yang timbulnya belakangan.
4. Rasa seperti flu dan lemah
Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah, dan nafsu makan
menurun. Pada diabetes, gula bukan lagi sumber energi karena glukosa menumpuk
dalam peredaran darah dan tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk menjadi energi.
5. Mata kabur
Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalam lensa mata sehingga
lensa menjadi tipis. Akibatnya, mata mengalami kesulitan untuk memfokus dan
penglihatan menjadi kabur. Apabila anda bisa mengontrol glukosa darah dengan baik,
penglihatan jadi membaik karena lensa kembali menjadi normal. Orang diabetes
sering berganti ganti ukuran kaca mata karen gula darah yang terus naik turun.
6. Luka yang sukar sembuh
Penyebab luka yang sukar sembuh adalah:
1) Infeksi yang hebat karena kuman atau jamur mudah tumbuh pada kondisi gula
darah yang tinggi.
2) Kerusakan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah yang tidak lancar pada
kapiler (pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan luka.

7
3) Kerusakan syaraf yang menyebabkan penderita diabetes tidak bisa merasakan
luka yang dialami dan membiarkannya semakin membusuk.
7. Kesemutan
Kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak dinding pembuluh
darah sehingga mengganggu nutrisi pada saraf. Karena yang rusak adalah saraf
sensoris, keluhan paling sering adalah rasa kesemutan atau tidak terasa, terutama pada
tangan dan kaki. Selanjutnya bisa timbul rasa nyeri pada anggota tubuh, betis, kaki,
tangan dan lengan, bahkan bisa terasa seperti terbakar.
8. Gusi merah dan bengkak
Kemampuan rongga mulut anda menjadi lemah untuk melawan infeksi. Akibatnya,
gusi akan membengkak dan memerah, timbul infeksi, serta gigi tampak tidak rata dan
mudah tanggal.
9. Kulit kering dan gatal
Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi. Keluhan ini biasanya menjadi penyebab
si pasien datang memeriksakan diri ke dokter, lalu pada pemeriksaan akhirnya
ditemukan ternyata ada diabetes.
10. Mudah terkena infeksi
Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk melawan infeksi, tidak dapat
berfungsi dengan baik pada keadaan gula darah yang tinggi. Diabetes membuat anda
lebih mudah terkena infeksi.
11. Gatal pada kemaluan
Infeksi jamur juga menyukai suasana gula darah yang tinggi. Vagina mudah terkena
infeksi jamur, mengeluarkan cairan kental putih kekuningan, serta timbul rasa gatal.

2.6 Penatalaksanaan
Insulin pada DM type 2 di perlukan pada keadaan :
1. Penurunan BB yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) /hiperglikemia hiperkosmolar non ketotik(HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stress berat (infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan

8
8. Gangguan fungsi ginjal/hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Sasaran dan prinsip penatalaksanaan diet

1. Sasaran penatalaksanaan diet :


a. Mempertahankan atau meningkatkan kesehtana dengan pemilihan makanan yang
sehat dan sesuai
b. Mencapai dan mempertahankan hasil metabolik dan fisiologis yang optimal, termasuk
- Penurunan resiko penyakit mikrovaskuler dengan mencapai nilai glikenia yang
mendekati normal tanpa ada resiko hipoglikenia
- Penurunan resiko penyakit makrovaskuler, termasuk penatalaksanaan berat
badan, dislipidemia dan hipertensi
c. Mengoptimalkan hasil pengobatan nefropati diabetic dan penyakit penyerta lainnya
seperti seliaka dan fibrosis kistik
- Saran seputar diet harus disampaikan dalam konteks asuhan holistik, termasuk
mendukung pasien didalam penatalaksanaan diabetes dan pengambilan
keputusan ; harus melengkapi penanganan lainnya, seperti terapi farmakologis,
aktivitas fisik, perilaku, dan program berhenti merokok.agar efektif, saran harus
disesuaikan dengan pilihan pribadi pasien, latar belakang budaya dan gaya
hidup.
2. Prinsip penatalaksanaan diet
Penyandang diabetes tidak perlu menjalani “diet khusus” atau mematuhi pembatasan
dan pengaturan porsi makanan secara ketat , yang di anggap menjadi kunci diet di tahun
tahun sebelumnya ,akan tetapi perilaku makan yang baik sangat penting untuk
mengendalikan diabetes dan turut berperan meningkatkan rasa sejahtera dan kondisi
kesehatan jangka panjang. Pilihan makanan sehat yang optimal bagi penyandang
diabetes sama saja dengan masyarakat umum dan idealnya harus rendah lemak, gula, dan
garam termasuk buah dan sayur serta berbahan makanan pokok yang mengandung pati,
seperti roti, kentang dan beras.
Penyandang diabetes yang baru didiagnosis menyandang diabetes harus mendapat
saran diet; penyandang diabetes tipe 2 harus di rujuk untuk mendapatkan program
edukasi terstruktur atau ditangani oleh dietitian. Setelah itu, intervensi dietetic lebih
lanjut harus dikerjakan jika perlu misalnya dalam evaluasi tahunan atau ketika memang
dianggap perlu oleh professional layanan kesehatan atau penyandang diabetes lainnya.

9
Sepuluh langkah makan sehat bagi penyandang diabetes

Komposisi diet optimal diatas, harus terjemahkan menjadi saran saran praktis yang mampu
menjadi panduan makan bagi pasien. Saran saran ini harus dberikan menurut keadaan pasien
oleh dietitian terdaftar,panduan berikut memberikan gambaran kasar:

1. Makan tiga kali sehari dan jangan melewatkan waktu makan. Atur porsi makan sarapan,
makasn siang dan makan malam disepanjang hari
2. Lengkapi setiap porsi makan dengan makanan karbohidrat berpati, seperti roti, kentang,
beras, pasta dan capati. Pilihan yang lebih baik meliputi pasta, roti gandum utuh, oat,
kentang dan yam.
3. Kurangi asupan lemak, khususnya lemak jenuh. Kurangi mentega, margarine, keju, dan
daging berlemak: lebih baik memakan produk olahan susu rendah lemak, daging tanpa
lemak dan ikan. Ganti makanan gorengan dengan makanan yang di bakar, dikukus,
dipanggang. Tambahkan sedikit minyak tak jenuh, seperti minyak zaitun atau minyak
biji sesawi
4. Makanan lebih banyak buah dan sayur: cobalah makan setidaknya lima porsi perhari
5. Tambahkan lebih banyak kacang kacangan dan polong polongan misalnya, kacang
merah, butter bean, kacang spanyol (chick peas) dan kacang lentil.
6. Ikan berlemak: coba makan setidaknya dua poeri perminggu. Ragamnya dapat meliputi
makere, sarden, salmon.
7. Kurangi gula dan makanan manis. Diet bebas gula tidak perlu benar benar dipatuhi
dengan ketat gula dapat dipakai sebagai salah satu bahan didalam makanan, misalnya di
dalam sereal sarapan gandum utuh. Minuman manis dapat diganti dengan minuman
bebas gula atau minuman diet
8. Kurangi garam dengan membatasi jumlah asupan makanan olahan serta garam
tambahan. Rempah dan bumbu dapat digunakan sebagai alternative.
9. Minum minuman beralkohol secukupnya yakni maksimum dua unit perhari bagi wanita
dan tiga unit perhari bagi pria. Jangan minum minuman beralkohol dalam keadaan perut
kosong karena dapat menyebabkan hipoglikemia
10. Produk makanan diabetic tidak member manfaat bagi kesehatan, seringkali tinggi kalori,
memiliki efek laksatif, dan mahal.

10
Diet dan insulin

Efek hipoglimik insulin suntik harus diseimbangkan terhadap efek glikemik konsumsi
karbohidrat. Idelnya insulin yang diresepkan harus ditentukan menurut kesesuaian waktu
penggunaan dan cara kerja dengan gaya hidup dan pola makan pasien dan sebaliknya.

Ketersediaan insulin kerja pendek, sedang, dan panjang serta kemampuannya diberikan
melalui alat injeksi seperti pena meningkatkan fleksibiltas insulin untuk memenuhi pola
makan, akan tetapi orang dengan gaya hidup dan pola makan serampangan akan memperoleh
keuntungan dengan menerapkan pola makan yang lebih teratur. Tiga kali sehari dan tidak
melewatkan sekalipun, meski tidak perlu mengikuti pola makan yang kaku waktunya. Insulin
analog kerja-cepat mulai bekerja 5-15 menit setelah disuntikkan dan pasien perlu makanan
yang mengandung karbohidrat dalam rentang waktu ini.

Semua penyandang diabetes yang menggunakan insulin, khususnya insulin analog, harus
menyadari potensi hipoglikemia. Efek glikemik dari asupan makanan ynag berlebihan dapat
meningkatkan berat badan dan berpotensi menciptakan siklus yang memeperparah kontrol
gula darah. Saran diet bagi yang menyandang diabetes yang menggunakan insulin tidak
hanya berfokus pada efek glikemik jangka panjang yang di cetuskan oleh makanana serta
kebutuhan yang menyeimbangkan efek insulin tapi juga mencakup aspek diet yang telah
dijelaskan

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Kadar glukosa darah
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

11
2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksan:
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol-L)
- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol-L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl)
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
4. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah:
- GDP,GDS
- Tes Glukosa urin :
a. Tes konvensional (metode reduksi/ benedict)
b. Tes carik celup (metode glucose oksidase/heksokinase)
5. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah :
- GDP,GDS, GD2PP(glukosa darah dua jam post prandial), glukosa jam kedua
TTGO
6. Tes monitoring terapi
Te-tes monitoring DM adalah :
- GDP : plasma vena, darah kapiler
- GD2PP : plasma vena
- A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
- Mikroalbuminuria : unrin
- Ureum, kreatin, asam urat
- Kolesterol total : plasma vena (puasa)
- Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
- Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
- Trigliserida : plasma vena (puasa)

12
2.8 Pencegahan
1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal.
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat.
3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah.
4. Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan.
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan
sereal.
6. Hindari makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol LDL, antara
lain : daging merah produk susu, kining telur, mentega, saus salad, dan makanan
pencuci mulut berlemak lainnya.
7. Hindari minuman yang berakohol dan kurangi konsumsi garam.

13
BAB 3

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Dari anamnesis, Tonsilitis timbul bila ada riwayat
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat lingkungan
g.
3.2 Diagnosis
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan
insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
2. Resiko syok hipovolemik b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh
3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangrene)
4. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes melitus)
5. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer,
proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi
8. Keletihan
3.3 Intervensi
NO. DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tin dakan Nutrition management
nutrisi kurang dari keperawatan, klien dapat 1. kolaborasi dengan ahli
kebutuhan tubuh b.d menunjukkan status gizi asupan gizi untuk menentukan
gangguan makanan dan cairan jumlah kalori dan

14
keseimbangan Kriteria hasil: nutrisi yang dibutuhan
insulin, makanan 1. adanya peningkatan berat pasien
dan aktivitas badan sesuai dengan tujuan 2. anjurkan pasien untuk
jasmani. 2. mampu mengidentifikasi meningkatkan protein
kebutuhan nutisi dan vitamin C
3. tidak ada tanda malnutrisi 3. berikan makanan yang
4. berat badan ideal sesuai terpilih (sudah
dengan tinggi badan dikonsultasi dengan ahli
5. tidak terjadi penurunan gizi)
berat badan yang berarti 4. ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
5. monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
6. berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
7. kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
nutrition monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
4. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi

15
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kalori dan
intake nutrisi

2. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Syok prevention


hipovolemik b.d keperawatan 2x24 jam, klien 1. Monitor status
ketidakmampuan dapat menunjukkan resiko syok sirkulasi BP, warna
elektrolit kedalam hipovolemik tidak terjadi kulit, suhu kulit,
sel tubuh dengan kriteria hasil: denyut jantung, HR
1. Nadi dalam batas yang dan ritme, nadi
diharapkan perifer, dan kapiler
2. Irama jantung dalam revil
batas yang diharapkan 2. Monitor input dan
3. Frekuensi napas dalam output
batas yang diharapkan 3. Monitor tanda awal
4. Natrium, kalium, syok
klorida, kalsium, 4. Berikan cairan IV
magnesium, pH darah atau oral yang tepat
serum dbn Syok manajemen
1. Monitor cairan
2. Monitor tekanan
nadi
3. Catat gas darah
arteri dan oksigen
dijaringan
3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Prssure ulcer prevention
intergritas jaringan keperawatan 2x24 jam, masalah wound care
b.d nekrosis kerusakan intergritas jaringan 1. Anjurkan psien
kerusakan jaringan tidak terjadi dengan kriteria untuk menggunakan
(nekrosis luka hasil: pakaian yang
gangren) 1. Perfusi jaringan normal longgar
2. Tidak ada tanda-tanda 2. Jaga kulit agar tetap
infeksi bersih dan kering

16
3. Ketebalan dan tekstur 3. Mobilisasi pasien
jaringan normal setiap 2 jam sekali
4. Menunjukan 4. Monitor kulit akan
pemahaman dalam adanya kemerahan
proses perbaikan kulit 5. Obserfasi luka:
dan mencengah lokasi,
terjadinya cedera dimensi,kedalam
berulang luka, jaringan
5. Menunjukan terjadinya nekrotik, tanda-
proses penyembuhan tanda infeksi lokal,
luka formasi traktus

4. Resiko infeksi b.d setelah dilakukan tindakan 2x24 Infection control ( kontrol
trauma pada jam masalah keperawatan resiko infeksi )
jaringan, proses infeksi teratasi dengan kriteria 1. Pertahankan
penyakit (diabetes hasil: lingkungan aseptik
militus) 1. Klien bebas dari tanda selama pemasangan
dan gejala infeksi alat
2. Mendskripsikan proses 2. Berikan trapi
menularan penyakit, antibiotik bila perlu
faktor yang 3. Monitor tanda dan
mempengaruhi gejala dan infrksi
penularan serta sistemik dan lokal
penatalaksanaan 4. Inpeksi kulit dan
3. Menunjukan memmbran mukosa
kemampuan untuk terhadap kemerahan,
mencengah timbulnya panas, drainase
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam
batas normal
5. Menunjukan perilaku
hidup sehat
5. Retensi urin b.d setelah dilakukan tindakan 2x24 Urinary rentetion care

17
inkomplit jam masalah keperawatan 1. Monitor intake dan
pengosongan retensi urin teratasi dengan output
kandung kemih, kriteria hasil: 2. Monitor
spingter kuat dan 1. Kandung kemih kosong penggunaan obat
poli uri secara kosong antikolionergik
2. Tidak ada residu urin > 3. Monitor derajat
100-200 cc retensi bleder
3. Bebas dari infeksi 4. Mengintruksikan
saluran kemih pada pasien dan
4. Tidak ada spasmebleder kelurga untuk
5. Blance cairan seimbang mencatat output urin
5. Monitor tanda dan
gejala ISK(
panas,hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urin)
6. Katerisasi jika perlu
6. Ketidakefektifan setelah dilakukan tindakan 2x24 Manajemen sensasi
perfusi jaringan jam masalah keperawatan perifer
perifer b.d ketidakefektifan perfusi jaringan 1. Monitor adanya
penurunan sirkulasi teratsi dengan kriteria hasil: daerah tertentu yang
darah keperifer, 1. Tekanan sistole dan hanaya oeka
proses penyakit diastole dalam rentang terhadap panas/
(DM) yang diharapkan dingin/ tajam/
2. Tidak ada ortostatik tumpul
hipertensi 2. Instruksikan kelurga
3. Tidak ada tanda-tanda unruk
peningkatan tekanan mengobservasi kulit
intrakranial ( tidak lenih jika ada lesi atau
dari 15mmHg) laserasi
3. Kolaborasi
pemberian analgetik
4. Monitor adanya

18
tromboplebitis
7. Ketidakefektifan setelah dilakukan tindakan 2x24 Fluid Management
perfusi jaringan jam masalah keperawatan 1. Pertahankan cairan
perifer b.d resiko ketidakseimbangan intake yang akurat
penurunan sirkulasi elektrolit teratsi dengan kriteria 2. Monitor status
darah keperifer, hasil: hidrasi (kelembapan
proses penyakit 1. Mempertahankan urin membran mukosa,
(DM) output sesuai dengan nadi adekuat,
usia dan BB, BJ urin tekanan darah
normal, HT normal ortostatik, jika
2. TTV normal diperlukan)
3. Tidak ada tanda-tanda 3. Monitor vital sign
dehidradi, elastisitas 4. Monitor masukan
turgor baik, membran makanan/cairan dan
mukosa lembab, tidak hitung intake kalori
ada rasa haus yang harian
berlebihan 5. Kolaborasi
pemberian cairan iv
6. Monitor status
nutrisi
7. Dorong masukan
oral
8. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
Hypovelimia Management
1. Monitor status
cairan termasuk
intake output cairan
2. Monitor tingkkat
HB dan hematokrit
3. Monitor respon
pasien terhadap

19
penambahan cairan
4. Monitor BB

8. Keletihan setelah dilakukan tindakan 2x24 Energi management


jam masalah keperawatan 1. Opservasi adanya
keletihan teratsi dengan kriteria pembatasan klien
hasil: dalam melakukan
1. Memverbalisasikan aktivitas
peningkatan energi dan 2. Kaji adanya faktor
merasa lebih baik yang menyebabkan
2. Menjelaskna kelelahan
penggunaan energi untuk 3. Monitor nutrisi dan
mengatasi ekelelahan sumber energi yang
3. Kecemasan menurun adekuat
4. Istirahat cukup 4. Monitor pola tidur
5. Mempertahankan dan lamanya
kemampuan untuk tidur/istirahat pasien
berkonsentrasi 5. Bantu aktivitas
6. Kualitas hidup sehari-hari sesuai
meningkat dengan kebutuhan
7. Glukosa darah adekuat 6. Tingkatkan tirah
baring dan
pembatasan
aktivitas (tingkatkan
periode istirahat)
7. Konsultasi dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan
asupan makanan
yang berenergi
tinggi

20
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi

BAB 6
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para
pembaca mengenai penyakit tonsilitis, kami berharap kritik dan saran bagi para
pembaca untuk kebaikan dan kesempurnaan makalah kami.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardi. 2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC”. Jogjakarta: MediAction.

Prof.Dr.Hans Tandra, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM, FACE. 2013; “Life Healthy With
Diabetes”. Jogjakarta: Rapha Publishing.

Dalimartha, Setiawan. 2006. “Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Melitus”.


Jakarta: Penebar Suwadaya.

Webster-Gandy, Joan. 2014. “Gizi dan Dietika Edisi.2”. Jakarta: EGC

Dr.Hasdiyanah H.R. 2012. “Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan Anak-anak
dengan Solusi Herbal”. Jogyakarta: Nuha Medika

22

Anda mungkin juga menyukai