Anda di halaman 1dari 11

 JENIS KECOAK

Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah
sakit, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Seranga ini sangat dekat
kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak
terdapat makanan, Hidupnya berkelompok, dapat terbang, aktif pada malam hari seperti
di dapur, di tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor,
umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering
bersemnbunyi dicela-cela. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa
hidup ditempat kotor dan dalam keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang berbau
tidak sedap.

Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies


diantaranya umum ditemukan di dalam rumah yaitu Periplaneta americana, Blattela
germanica, Blatta orientalis, dan Supella langipalpa (Depkes, 2009).
1. Periplanetta americana
Lebih dikenal dengan kecoa amerika berwarna merah gelap dengan noda kuning
pada dorsum dan panjang tubuh kira – kira 4 cm, kecoa amerika memiliki dua
pasang sayap, tiga pasang kaki, sepasang sungut dan serci (Budipedia, 2013)
(Gambar 1). Kecoa banyak ditemukan pada tempat yang hangat dan lembab,
seperti tempat pengolahan makanan dan industri, saluran air limbah dan di
bawah timbunan kotak (Herdiana, 2012).
Klasifikasi kecoa Amerika menurut Aang (2012) adalah sebabai berikut:
a. Kingdom : Animalia
b. Phylum : Arthropoda
c. Class : Insecta
d. Ordo : Blatodae
e. Family : Blattidae
f. Genus : Periplaneta
g. Species : Periplaneta americana
Gambar 1. Kecoa amerika (Perbesaran 2,1X) (Hutabarat, 2009).

2. Blattella germanica
Lipas ini dikenal dengan nama German cockroach, termasuk ke dalam
famili Blattellidae, Ordo Dictyoptera atau Blattodea. Ia merupakan lipas paling
umum di jumpai di Indonesia seperti halnya lipas amerika. Ia banyak dijumpai
di terutama di alat transportasi seperti bus malam, kereta api, atau di dapur
restoran-restoran, rumah sakit, supermarket atau gedung-gedung tempat bahan
makanan disimpan, diolah atau didistribusikan (dijual).
Lipas kecil ini berukuran panjang 10-15 mm, lebar 4-5 mm, warnanya
coklat muda kekuningan, yang betina berwarna sedikit lebih tua daripada jantan.
Pronotumnya berwarna coklat dengan dua garis hitam memanjang.
Yang khas dari lipas ini adalah betina selalu membawa ooteka di bagian
belakang abdomennya sampai telur siap untuk menetas. Kantong ooteka ini
kemudian dijatuhkan di suatu tempat yang terlindung dan nimfa akan muncul
dalam waktu satu sampai dua hari kemudian. Ooteka berwarna coklat terang,
dan panjangnya 7-9 mm. Lipas ini tergolong lipas yang paling cepat
perkembangbiakannya. Seekor betina dan keturunannya dilaporkan dapat
menghasilkan lebih dari 30.000 individu lipas pertahun, meskipun dalam
kondisi populasi dapat terjadi kanibalisme di antara mereka.
Lipas muda atau nimfa berwarna lebih gelap dari pada yang dewasa.
Karakter yang paling menonjol dari nimfa adalah adanya sebuah bercak lurus
coklat pucat yang berada di tengah dua garis coklat gelap pada daerah dorsal
dada sampai abdomen bagian atas. Stadium nimfa mengalami ganti kulit
sebanyak 6-7 kali (instar), bisa diselesaikannya dalam waktu 1,5-4 bulan.
Perkembangan dari telur sampai dewasa berkisar antara 54-215 hari dengan
rata-rata 103 hari, tergantung suhu, makanan dan lainnya. Seekor betina dapat
menghasilkan 4-5 ooteka dan setiap ooteka terdiri atas 30-40 butir telur.
Lipas jerman menghasilkan lebih banyak telur dan menghasilkan
generasi lebih banyak dalam setiap tahun (3-4) daripada lipas lainnya. Oleh
karena itu infestasi lipas ini berkembang sangat cepat meskipun hanya berasal
dari beberapa ekor saja. Lipas ini seringkali masuk hunian manusia secara tidak
sengaja melalui kardus berisi bahan makanan, sayuran, minuman, atau masuk
bersama bahan-bahan furnitur atau alat-alat lainnya. Lipas dewasa juga bisa
bermigrasi dari satu tempat ke tempat terdekat lainnya. Lipas jerman umumnya
mendiami dapur tetapi bisa menjalar ke kamar mandi, terutama biala lokasinya
berdampingan dengan dapur. Pada siang hari dewasa dan nimfa lipas ini bisa
ditemukan di tempat-tempat tersembunyi secara berkelompok di bawah, di
sekitar atau bahkan di dalam dinding alat-alat seperti pemanas, kulkas, tempat
cuci piring, sekitar tempat pembuangan, terutama di tempat mematikan antara
saluran dan dinding, di bawah atau sekitar alat pemanas air; di bawah, di dalam,
atau di celah kabinet, kloset, dan pantri; dan di bagian belakang di dinding
papan.

Gambar 4. Blattela germanica (a) nimfa, (b) dewasa


Gambar 5. Blattela germanica

3. Blatta orientalis
Lipas Blatta orientalis atau oriental cockroach tergolong famili
Blattidae, Ordo Dictyoptera. Pada dasarnya merupakan lipas daerah oriental,
tetapi dalam era global ini kemungkinan juga telah masuk ke Indonesia. Lipas
ini warna tubuhnya coklat tua mengkilat atau coklat kemerahan (gambir) sampai
kehitaman.
Lipas betina berukuran panjang 22-27 mm dengan abdomen lebar dan
stubby wings atau kurang berkembang, sehingga nampak seperti lipas
pradewasa (nimfa). Lipas jantan berukuran panjang 25 mm, langsing, dan
sayapnya hanya menutupi dua pertiga bagian abdomen atas.
Baik yang jantan maupun yang betina dari lipas ini tidak mampu
terbang ataupun lari cepat ketika diganggu. Mereka cenderung berjalan agak
lebih lambat dibandingkan spesies lainnya. Mereka sering disebut "waterbugs"
karena mereka lebih menyukai tempat-tempat gelap dan lembab. Masa hidup
lipas ini berkisar dari satu sampai enam bulan.
Oteka lipas ini berwarna coklat merah gelap, panjangnya 10-12 mm, dan
tampak sedikit menggembung. Lipas betina meletakkan ootekanya di tempat
yang terlindung dekat persediaan makanan.
Seekor lipas betina mampu menghasilkan 8-15 ooteka yang masing-
masing mengandung 16-18 butir telur. Seekor betina dan keturunannya dapat
menghasilkan sekitar 200 ekor lipas dalam satu tahun. Nimfa lipas ini berwarna
sama seperti lipas dewasa dan stadium nimfa memerlukan waktu sekitar satu
tahun.
Lipas oriental memakan bahan-bahan organik yang membusuk dan
mempunyai reputasi yang menjijikkan di antara spesies yang menyerang hunian
manusia. Di luar rumah, serangga ini ditemukan ditempat yang lembab dan
dingin seperti di bawah dedaunan yang membusuk atau batu, bunga dan
berbagai tanaman kebun, ditempat sampah dan kotoran lainnya, serta sistem
pembuangan air.
Terkadang, selama periode dingin yang tak menentu atau saat mulai
musim gugur, pasti banyak kelompok lipas yang berpindah ke bangunan hunian
manusia. Lipas ini menyerang bangunan buatan manusia melalui pipa aliran
pembuangan, retakan fondasi, ventilasi dan pintu rumah yang tidak tertutup
dengan baik. Secara umum, spesies ini tidak menjadi melimpah di dalam
gedung, tetapi populasi bisa menjadi besar pada suatu saat terutama di saluran
pembuangan, got, lembab ruang bawah tanah, beranda, dan lokasi basah
lainnya.

Gambar 2. Blatta orientalis

4. Supella longipalpa
Biasa disebut brown banded cockroach, tergolong famili Blattellidae, Ordo
Dyctioptera atau Blattodea. Salah satu famili dengan lipas jerman dan termasuk
lipas berukuran kecil, dengan panjang tubuh 10-14 mm. Habitat lipas ini serupa
dengan lipas jerman yaitu tempat-tempat yang lembab, kotor, dan gelap di
sekitar permukiman. Aktifitasnya nokturnal atau di malam hari.
Ciri morfologi yang khas adalah pada sayapnya. Sayap lipas betina
berwarna sama yaitu dari coklat kemerahan sampai coklat gelap, sedang yang
jantan berwarna coklat gelap pada bagian dasar, secara bertahap menjadi coklat
terang ke arah ujung. Baik jantan maupun betina terdapat bagian sayap yang
terlihat terang tembus seakan akan mempunyai pita coklat pucat atau kuning
terang yang menyilang dari dasar sayap dan pita lainnya pada sepertiga bagian
atas sayap. Sayap jantan menutupi abdomen secara sempurna, sedangkan sayap
betina lebih pendek, tidak menutupi seluruh bagian abdomen. Abdomen atau
perut lipas betina lebih lebar dan lebih membulat dari pada yang jantan. Nimfa
lipas ini mudah dikenali dengan adanya dua buah pita kuning yang menyilang
di bagian atas abdomen.
Lipas ini sangat aktif dan yang dewasa akan loncat apabila terganggu.
Hanya lipas jantan yang dapat terbang. Lipas dewasa bisa hidup selama 90 hari
untuk yang betina, sedang yang jantan 115 hari. Seekor betina dapat
menghasilkan 14 ooteka, yang masing-masing berisi 14-18 telur. Ooteka lipas
ini berwarna coklat merah terang, panjangnya 4-5 mm dan biasanya ditemukan
menempel pada alat perabot rumah tangga (furnitur), dekorasi dinding, celah
dan retakan, dan atap.
Masa inkubasi telur lipas ini rata-rata 70 hari. Telur menetas menjadi
lipas muda atau nimfa yang kemudian menyilih atau molting sebanyak 6-8 kali
(instar). Perkembangan dari telur hingga dewasa adalah 90-276 hari dengan
rata-rata 161 hari. Dalam setahun seekor betina dan keturunannya dapat
menghasilkan lebih dari 600 ekor lipas.
Lipas dewasa lebih sering ditemukan di tempat hunian manusia daripada
gedung-gedung komersil. Lipas dewasa dan muda lebih menyukai bersembunyi
di tempat yang hangat, daerah yang tinggi nekat atap, di belakang dekorasi
dinding dan wallpaper yang longgar, di kloset, di bawah atau bagian dalam
perabot rumah tangga, dan peralatan listrik seperti televisi, stereo dan alat
pemanggang roti. Lipas ini bisa memasuki ruangan-ruangan sempit di dalam
rumah. Akibatnya lipas ini seringkali lebih sulit dikendalikan daripada lipas
lainnya.
Gambar 3. Supella longipalpa

 PENYAKIT YANG DITIMBULKAN


Kecoa dapat menularkan patogen-patogen yang merugikan kesehatan manusia seperti:
1. salmonella sp yaitu pathogen yang menyebabkan penyakit salmonellosis
2. Mycobacterium tuberculosis yaitu pathogen yang dapat menyebabkan penyakit
TBC
3. Entamoeba histolytica yaitu pathogen yang menyebabkan penyakit disentri
4. Escherichia coli yaitu patogen yang dapat memyebabkan penyakit
gastroenteritis.

Kecoa dapat menimbulkan kerugian secara materi karena kecoa bersifat omnivore
yaitu menyukai berbagai macam makanan jadi kecoa dapat memakan dan merusak
segala hal yang berada disekitar tempat hidupnya (Aang, 2012).

 TTG / PENGEDALIAN KECOA


Menurut Aang (2012) tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecoa masuk rumah
adalah melalui cara berikut:
1. Prevention
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara menutup
lubang-lubang yang dapat dijadikan jalan kecoa untuk memasuki rumah.
2. Exclusion
Suatu tindakan untuk mencegah kecoa bersembunyi di retakan-retakan, celah-
celah yang dapat dijadikan kecoa sebagai tempat bersembunyi dan tempat
beristirahat, sehingga kecoa tersebut tidak memiliki sarang. Tindakan
penutupan celah-celah retakan yang terdapat disuatu area.
3. Sanitation
Sanitasi bertujuan untuk mencegah kecoa dalam mendapatkan makanan.
Tindakan sanitasi dapat dilakukan dengan cara membersihkan sisa-sisa
makanan dan bahan makanan yang tercecer.
4. Treatment
Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia dapat menggunakan insektisida,
baik yang bersifat knock down effect atau yang bersifat residual. Insektisida
yang yang bersifat knock down effect dapat digunakan pada tempat-tempat
tertutup yang diduga sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak,
sedangkan insektisida yang bersifat residual dapat digunakan pada tempat-
tempat yang diduga sering dilewati oleh kecoa.

 PENGGUNAAN INSEKTISIDA
Menurut Djojosumarto (2008) Insektisida di golongkan menjadi beberapa macam
berdasarkan cara kerjanya yaitu:
1. Racun perut (stomach poison)
Insektisida ini bisa menimbulkan kematian karena bahan aktif atau racun akan
bekerja di dalam perut serangga. Insektisida diberikan melalui cara
mencampurkannya dengan umpan (dicampur dengan bahan-bahan lain sebagai
penarik serangga).
2. Racun kontak (contact poison)
Insektisida bekerja apabila serangga menyentuh insektisida atau tanaman yang
telah disemprot dengan insektisida, serangga akan mengalami keracunan dan
akhirnya mati. Racun akan meresap ke dalam tubuh melalui kulit luar,
menembus pembuluh darah atau dengan melalui pernafasan kemudian toksik di
dalam tubuh sehingga serangga akan mati.
3. Racun pernafasan
Insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro
yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro
insektisida dalam jumlah yang cukup banyak. Kebanyakan racun pernafasan
berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
4. Racun sistemik (systemic poison)
Insektisida ini dapat diserap oleh tanaman akan tetapi tidak mengganggu atau
merugikan tanaman lainnya serta tanaman itu sendiri. Racun yang terserap ke
dalam tanaman akan menimbulkan daya tolak bahkan daya mematikan bila ada
serangga yang memakannya. Kandungan racun pada tanaman hanya sampai
pada batas waktu tertentu.

Penggunaan insektisida sintetik dalam usaha untuk membunuh serangga


sebenarnya kurang efektif dan efek penggunaan insektisida dapat menimbulkan
polusi yang akan membahayakan kelangsungan hidup manusia, binatang dan
makhluk lainnya. Oleh karena itu, untuk menghindari kejadian yang dapat
membahayakan hidup, maka pengendalian serangga dapat dilakukan dengan
menggunakan insektisida nabati yang ramah lingkungan (Djojosumarto, 2008).
Secara umum insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang berasal
dari tumbuhan.
Insektisida nabati bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan (Djojosumarto, 2008). Insektisida alami (bioinsektisida)
adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari alam, misalnya
tumbuhan. Jenis insektisida ini mudah terurai di alam, sehingga tidak
mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia (Sugiata, 2011).

 TTG DENGAN TANAMAN DUKU


Duku merupakan tanaman buah yang sudah dikenal masyarakat secara luas di
Indonesia. Tanaman duku tidak hanya dimanfaatkan karena buahnya yang enak tetapi
tanaman duku dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida (Suryanti dan Syamsuhidayat,
1991).
 MANFAAT TANAMAN DUKU
Tanaman duku dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan buah segar atau
makanan olahan lainnya, selain disukai karena rasanya manis buah duku cukup
baik dikonsumsi karena kandungan gizi yang cukup tinggi terutama kandungan
vitamin C nya. Biji buah duku berkhasiat untuk mengobati obat cacing, obat
demam, dan obat mencret. Kulit kayunya digunakan untuk mengobati disentri
dan malaria. Kulit buah duku yang kering dibakar dapat mengusir nyamuk dan
digunakan sebagai insektisida alami (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008).
 KANDUNGAN KIMIA BUAH DUKU
Duku mengandung alkaloid, flavonoid, saponin terpenoid dan steroid, serta
polifenol. Terpenoid dan turunannya merupakan kelompok besar senyawa
kimia yang banyak ditemukan pada tumbuhan.Terpena merupakan hidrokarbon
murni sedangkan terpenoid mengandung gugus fungsional seperti OH, C=O dan
COOH (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008). Kandungan kimia dalam kulit duku
diantanya adalah :
a. Terpenoid
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen
minyak atsiri yaitu monoterpenoid (C10) dan seskuiterpenoid (C15 )
yang mudah menguap, diterpenoid (C20) lebih sukar menguap, dan
terpenoid yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta
pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid ini
memiliki peranan penting, baik pada pertumbuhan dan metabolisme
maupun pada ekologi tumbuhan juga sebagai antifidan bagi serangga
(Harborne, 1987). Lansium domesticum sebagai salah satu jenis
tumbuhan dari suku Meliaceae merupakan sumber senyawa-senyawa
terpenoid dengan berbagai aktivitas hayati yang menarik (Omar
et.al.,2005).
b. Alkaloid
Alkaloid dalam kulit duku mempunyai sifat penyebab kejang apabila
termakan oleh hewan. Alkaloid merupakan substansi yang bersifat basa
dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan bersifat toksik
(Arbiastutie dan Mufilihati, 2008).
c. Limonoid
Limonoid merupakan karakter jenis tumbuhan dari Famili Meliaceae
yang melimpah dan bervariasi. Golongan senyawa ini dapat ditemukan
pada bagian biji dan kokosan duku. Limonoid juga ditemukan pada
Famili Rutaceae dan Cneoraceae. Akhir-akhir ini limonoid sangat
menarik perhatian karena menjadi penanda bagi aktivitas antifeedant
dan pengendali pertumbuhan serangga (Insect Growth Regulator = IGR)
(Mayanti , 2009).
SUMBER:
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Salatiga. Penebar Swadaya Dantje. Entomologi
Kedokteran Yogyakarta.
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/Metamorfose%20Serangga.htm/08/10/2011/10:41

Herdiana, Hermawan. 2012. Pengaruh Kecoa Terhadap Kesehatan.


https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwir7IXRzPXaAhWML48KHb5AC7cQFgg1MAE&url=https%3A%2F%2Fh
erdianaherman.wordpress.com%2F2012%2F05%2F29%2Fpengaruh-kecoa-terhadap-
kesehatan%2F&usg=AOvVaw26-n4d_BKELwqBnHTPKQXK

Hanum, BR. 2017. Bab II Kajian Teori dan Pemikiran.


https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwir7IXRzPXaAhWML48KHb5AC7cQFgh4MAk&url=http%3A%2F%2Frep
ository.unpas.ac.id%2F29799%2F2%2FBAB%2520II.pdf&usg=AOvVaw0YidxI9A2s-
APFiHtAz-vp

Anda mungkin juga menyukai