Anda di halaman 1dari 14

LALAT RUMAH

(Musca domestica)
KLASIFIKASI/TAKSONOMI

Kingdom
Sub kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Invertebrata
: Arthoropoda
: Hexapoda
: Diptera
: Muscidae
: Musca
: Musca domestica

MORFOLOGI

Adapun morfologi lalat rumah adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lalat rumah berukuran sedang dengan ukuran 5,5 7,5 mm.


Berwarna abu-abu hitam dengan bagian memanjang pada bagian dorsal thorax
Pada thorax terdapat 4 garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen punggung
Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan
Tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat betina
Vena ke-empat pada sayapnya membentuk sudut patah
Hidup di sekitar sampah dimana sampah merupakan tempat telur diletakkan sehingga

larva yang menetas dapat langsung mencari makan


8. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki
bulu pada bagian atas dan bawah
9. Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk
dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek.
10. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi
dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.
11. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap
mendekati garis ketiga.
12. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda
dengan musca jenis lainnya.

13. Pada ketiga pasang kaki lalat ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang
bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan
lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap
di sampah dan tempat kotor lainnya.
BIONOMIK LALAT RUMAH
a. Kebiasaan Hidup
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut menjilat, Lalat
Musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan kandang
ternak. Kebanyakan lalat ini adalah pemakan zat-zat organik yang membusuk dan
berkembangbiak di dalam bangkai, meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan
larva makan dari jaringan-jaringan yang membusuk.
b. Tempat Perindukan
Kotoran binatang (kuda, sapi, ayam dan babi), kotoran manusia, saluran air kotor,
sampah, kotoran got yang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan biji-bijian busuk
menjadi tempat yang disenangi lalat.
c. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6-9
km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat berkembang biak.
.
d. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari dari makanan yang satu ke makanan yang lain.
Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari seperti gula,
susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Protein diperlukan untuk
bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair
atau makanan yang basah, sedangkan makanan yang kering yang dibasahi atau
dicairkan oleh ludahnya terlebih dahulu baru dihisap.
Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari 0,045 mm, sebelum
dihisap dicairkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan cairan dari mulutnya yang
mengandung enzim seperti halnya butir-butir gula pasir yang dilarutkan dengan air
liurnya dan kemudian larutan gula dihisap.
e. Tempat Istirahat
Lalat beristirahat pada tempat-tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak makan,
mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langitlangit, jemuran pakaian, rumputrumput, kawat listrik dan lain-lain serta sangat menyukai tempat-tempat dengan tepi
tajam yang permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan

dengan tempat makanan atau tempat berbiak dan biasanya terlindung dari angin, di
rumah lalat beristirahat pada kawat listrik, langit-langit, lantai, jemuran dan dinding serta
tidak aktif pada malam hari.
f.

Lama Hidup
Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada musim
panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin biasanya mencapai 70
hari.

g. Suhu dan Kelembaban


Lalat mulai aktif beraktifitas pada temperatur 15 0C dan aktifitas optimumnya pada
temperatur 21 0C, lalat memerlukan suhu sekitar 35- 400C untuk beristirahat, dan pada
temperatur di bawah 100C lalat tidak aktif dan di atas 450C terjadi kematian pada lalat.
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Kelembaban berbanding
terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musih hujan lebih banyak dari pada
musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin yang kencang, sehingga kurang aktif
untuk keluar mencari makanan pada waktu kecepatan angin tinggi.
h. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam
hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung pada temperatur dan kelembaban. Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya
pada temperatur 20 C25 C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 C
atau > 49 C serta kelembaban yang optimum 90 %.
i.

Aroma
Bau sangat berpengaruh pada alat indra penciuman, yang mana bau merupakan
stimulus utama yang menuntun serangga dalam mencari makanannya, terutama bau
yang menyengat. Organ komoreseptor terletak pada antena, maka serangga dapat
menemukan arah datangnya bau.

SIKLUS HIDUP

Lalat mengalami metamorfosis sempurna, yakni telur, larva, pupa dan menjadi lalat dewasa.
a. Stadium telur
Bentuk telur lonjong bulat berwarna putih, besarnya 1-2 mm.
Setiap kali bertelur, betina menghasilkan 75-250 telur bahkan sampai 500 telur.
Biasanya telur diletakaan di tempat yang banyak mengandung bahan-bahan organik

yang lembab (sampah, kotoran binatang dan lain-lain).


Pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari biasanya telur menetas
setelah 12 jam, tergantung dari suhu sekitarnya. Ketika suhu panas, telur akan makin
cepat menetas. Ketika suhu dingin akan lebih lambat. Telur akan menetas setelah
10-20 jam dan menjadi larva atau sering disebut dengan belatung.

b. Stadium larva
Terdiri dari 3 tingkatan:
Tingkat I : telur yang baru menetas, belum banyak bergerak. Disebut instar I
berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan

ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit keluar instar II.
Tingkat II : banyak bergerak. Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai

beberapa hari, kulit mengelupas keluar instar III.


Tingkat III : tidak banyak bergerak, larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memakan waktu sampai 3 sampai 9 hari. Larva diletakkan pada tempat yang disukai
dengan temperatur 30-35oC dan akan berubah menjadi kepompong dalam waktu 4-7
hari. Larva akan mati pada suhu 73C.

c. Stadium pupa
Berbentuk bulat lonjong dengan warna coklat kehitaman. Jaringan tubuh larva

berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Panjangnya 5 mm.


Stadium ini kurang bergerak atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Jadi, sebelum
menjadi pupa, larva mencari tempat yang kering yang pada akhirnya akan dia
habiskan masa pupanya disana.Mempunyai selaput luar yang keras yang disebut
kitin.

Stadium ini berlangsung 3-9 hari dan, tergantung pada suhu udara.Biasanya akan
lebih bertahan pada tempat yang kering namun tidak terkena sinar matahari
langsung. temperatur yang disukai 35C.kalau stadium ini sudah selesai, melalui
celah lingkaran pada bagian anterior keluar lalat muda.

d. Stadium dewasa
Fase ini merupakan tahap terkahir dalam daur hidup lalat.
Siklus hidup telur sampai dewasa : 6-7 hari.
Lalat betina lebih besar dari lalat jantan. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang

seperempat inci.
Lalat dewasa dapat bertahan hidup 2-4 minggu, namun pada kondisi stabil dapat
bertahan hingga 3 bulan.Lalat dewasa siap kawin setelah 2-3 hari kemudian. Dalam
masa hidupnya, betina hanya mengalami 1 kali perkawinan.

e. Penyebaran Penyakit
1. Pola Distribusi
Musca domestica adalah lalat yang tersebar secara kosmopolitan dan bersifat
sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi
dengan manusia karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada
pada makanan manusia. Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari cahaya
daripada tempat yang langsung terkena cahaya matahari.
Penyebaran yang luas dari jenis lalat ini dimungkinkan karena daya adaptasinya
yang tinggi. Kepadatan lalat di suatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: tempat
perindukan, cahaya matahari, temperatur dan kelembaban. Kepadatan lalat akan
tinggi jika temperatur antara 20-25 C. Populasi menurun apabila temperatur > 45 0C
dan < 100C. Pada temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi
dorman pada stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan & distribusi lalat pada Siang
hari akan berada di sekitar tempat makan & tempat perindukan di mana juga terjadi
perkawinan & istirahat.
Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur, kelembaban,
textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Aktivitas lalat: bertelur,
berkawin, makan dan terbang, terhenti pada temperature di bawah 15 oC. Lalat
umumnya aktif pada kelembaban udara yang rendah. Pada temperatur di atas 20 oC
lalat akan berada di luar rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas.
Pada waktu tidak makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada
kabel yang membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam
rumah khususnya malam hari.
2. Ketahanan Hidup

Tergantung pada musim dan temperature, lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada
musim panas dan lebih lama pada musim dingin yaitu bisa mencapai 3 bulan,
mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Lalat
melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang
biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudanggudang. Pada stadium telur biasanya tidak tahan terhadap suhu yang ekstrim dan
akan mati bila berada dibawah 50C dan di atas 400C. Lamanya tahap instar larva
sangat tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan.Pada suhu -2 0C larva
dapat bertahan beberapa hari , di bawah suhu 10 0C larva tidak dapat berkembang
menjadi pupa.
f.

Dampak terhadap Kesehatan


Lalat merupakan vektor penting dalam penyebaran penyakit pada manusia dan juga
kehidupan lalat yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Di samping
lalat sebagai vector penyakit, lalat merupakan binatang yang menjijikkan bagi
kebanyakan orang. Karena penularan penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu
penularan dari penderita ke orang lain atau dari suatu bahan tercemar (makanan,
minuman, dan air) ke orang sehat dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat
misalnya lewat prombosis, tungkai, kaki dan badan lalat (Kartikasari, 2008).
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa dan telur
cacing yang menempel pada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya. Lalat Musca
domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Tricuris trichiura, Cacing
tambang, dan Ascaris lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia,
dan Balantidium coli), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli), Virus polio,
Treponema pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat
domestica dapat bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit
kulit.

g. Habitat
Suhu lingkungan, kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup di alam. Siklus hidup serangga,
khususnya lalat, sangat dipengaruhi oleh cuaca. Kendati lalat lebih banyak hidup di
daerah pemukiman, tahap hidup pradewasa lebih banyak hidup bebas di alam. Larva
lalat amat rentan terhadap kelembaban udara, suhu udara yang menyimpang, dan curah
hujan yang berlebihan.

Siang hari lalat rumah akan beristirahat dilantai, dinding, dan langit langit dalam
ruangan, tumbuhan, pagar, sampah, dan permukaan lainnya. Sedangkan malam hari
akan beristirahat pada langit langit, kabel listrik dan gantungan lampu dalam ruangan,
pagar, tepi tepi bangunan dan tanaman.
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT BERSUMBER LALAT
Lalat pada dasarnya bukan merupakan agent penyakit, lalat hanya menjadi vektor mekanis
dari agent penyakit, lalat sangat menyukai hidup di tempat yang kotor dan banyak sampah.
Maka dari itu penyakit yang disebabkan oleh lalat sudah pasti faktor utamanya adalah tidak
menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehingga lalat nyaman hidup disekitar kita dan
akhirnya menularkan penyakit, beberapa faktor tersebut diantaranya :
a. Tinggal di tempat yang kotor
b. Tidak mencuci dan memasak bahan makanan dengan benar
c. Tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan
sesudah buang air.
d. Membeli makanan di tempat yang kebersihannya tidak terjamin.
e. Dsb.

CARA PENULARAN PENYAKIT BERSUMBER LALAT

Transmisi penyakit bersumber lalat ditularkan melalui Fecal-Oral yaitu agent masuk ke tubuh
melalui jalur tertelan dan ditularkan melalui Feses penderita.
PENYAKIT DISEBABKAN LALAT
1. Agent Bakteri (Demam Thyphoid dan Disentri)
a. Demam Thyphoid

Demam tifoid atau typhoid atau penyakit demam Tifus adalah penyakit yang
disebabkan

oleh bakteri

Salmonella

enterica,

khususnya

turunannya

yaitu Salmonella typhosa. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan
disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja. Gejala
yang ditimbulkan antara lain:

Demam tinggi dari 39 sampai 40 C (103 sampai 104 F) yang meningkat


secara perlahan mulai sore hari hingga dini hari

tubuh menggigil

denyut jantung lemah

badan lemah (weakness)

Sakit kepaka yang hebat pada malam hari, terutama di belakang kepala

nyeri otot

kehilangan nafsu makan.

b. Disentri (basiler dan amoeba)


Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala mulas, tinja lendir bercampur
darah kadang juga disertai dengan muntah.
Disentri dapat disebabkan oleh dua agent yang berbeda, yaitu Disentri Basiler
(Salmonella, Shigella, atau Eschiricia coli Enteroinvasif) Atau disentri Amoeba
(Entamoeba histolytica). Kedua jenis disentri tersebut sama, namun berbeda
agent dan cara penyembuhannya saja. Gejala yang ditimbulkan antara lain:
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit
Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus).
c. Agent Cacing (Cacingan)
Lalat juga menjadi salah satu vector penyakit cacingan, diantaranya cacing kremi
(Enterobius vermicularis, atau cacing gelang Ascaris lumbrocoides dll). Cacingan
adalah penyakit yang berupa infestasi telur cacing kedalam tubuh manusia
melalu makanan atau air yang dikonsumsi atau melalui kulit.
d. Agent Virus (Polio, Hepatitis-A)
1. Polio
Penyakit polio menular melalui kontak antar manusia.Virus masuk ke dalam
tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi tinja penderita penyakit polio atau bisa juga dari air liur
penderita penyakit polio.Kemudian virus menginfeksi bagian usus yang
kemudian memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat

sehingga bisa menyebabkan melemahnya otot serta terkadang menyebabkan


kelumpuhan. Tanda dan gejala Polio yaitu:

Polio non-paralisis: Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah,


sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan
punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

Polio paralisis spinal: Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang


belakang,

menghancurkan

sel

tanduk

anterior

yang

mengontrol

pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Pada penderita yang
tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan
menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang
otak. Namun penderita yang sudah memiliki kekebalan biasanya terjadi
kelumpuhan pada kaki.

Polio bulbar: Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan
alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung
syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang
mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola
mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi,
kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur
pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf
tambahan yang mengatur pergerakan leher. Sudah bisa dibayangkan
jenis polio ini menyebabkan kematian.

2. Hepatitis-A
Adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang
disebarkan oleh kotoran/tinja penderita, biasanya melalui makanan (fecal oral).Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:

Kelelahan

Demam

Mual dan muntah

Kehilangan nafsu makan

Menguningnya kulit dan bagian putih mata, karena meningkatnya kadar


bilirubin

Urin berwarna gelap seperti teh

Mencret

Kotoran BAB yang berwarna terang atau mirip tanah liat.

e. Myasis
Adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia atau
binatang vertebrata.Larva itu hidup dari jaringan mati dan atau jaringan hidup,
cairan badan atau makanan di dalam usus hospes.
Miasis berawal dari luka yang dibiarkan terbuka didukung oleh lingkungan yang
kotor sehingga memudahkan lalat kontak dengan luka. Lalat vektor yang biasa
menyebabkan miasis antara lain genus Chrysomya, Caliphora, Microcaliphora,
Lucilia, dan Musca.
Gejala umum yang terjadi pada miasis manusia antara lain demam, gatal-gatal,
sakit kepala, vertigo, eritrema, radang (inflamasi) disekitar daerah infeksi,
pendarahan serta memicu terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.
PENCEGAHAN, PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN
a. Pencegahan
Pencegahan penyakit disentri terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan
(personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental hygiene). Kebersihan
perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus
dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: memasak air minum, mencuci
sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban,
tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang
dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat, membuang sampah ditempat
sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
Untuk menurunkan angka sakit, maka perlu diadakan usaha jangka panjang berupa
pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan dan usaha jangka pendek
berupa penyuluhan kesehatan dan pembersihan kampung halaman secara serentak
(gotong royong) dan juga dengan pengobatan massal ataupun invidivual.
b. Pengendalian
Cara pengendalian penyakit disentri dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat, baik dalam
lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga
efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan.

2. Pengelolaan sampah basah dan sampah organik


Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik
dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan
pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke
lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke
lubang sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat
sampah dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 4 hari.
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal
yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut.
Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan
pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari dengan tanah setebal 15 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang biakan lalat. Lokasi
tempat pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak beberapa kilometer dari
rumah penduduk.
3. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara untuk mencegah
kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa
kontak dengan kotoran.
2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan
penderita sakit mata.
3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan
bangkai binatang.
4) Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak dengan lalat
dengan :
a. Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
b. Makanan disimpan di lemari makan
c. Membungkus makanan
d. Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
e. Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
f. Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat
g. Penggunaan kelambu atau tudung saji
h. Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
c. Pemberantasan

Cara yang digunakan untuk pemberantasan penyakit disentri adalah dengan melakukan
pemberantasan secara langsung terhadap lalat. Pemberantasan secara langsung yaitu
membunuh lalat secara langsung dengan cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
1. Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang
efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk
digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan
pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta buah-buahan.
a. Perangkap Lalat (Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat
yang menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah kontainer
yang gelap. Bila lalat mencoba makan terbang maka/mereka akan tertangkap
dalam perangkap dalam perangkap yang diletakkan dimulut kontainer yang
terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah sebuah model
perangkap akan terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu
atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas penutup. Celah selebar
0,5cm antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat
untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separo dengan
umpan, yang akan luntur tekstur & kelembabannya. Tak ada air tergenang
dibagian bawahnya. Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang
paling cocok, seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan.Setelah tujuh hari,
umpan akan berisi larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti.
Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus
menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki harus segera dikosongkan.
Perangkap harus ditempatkan di udara terbuka dibawah sinar cerah matahari,
jauh dari keteduhan pepohonan.
b. Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)
Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena kandungan
gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat
berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat
yang terperangkap.
c. Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang
bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan ultraviolet menarik lalat hijau
(blow flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji
dibawah kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang
digunakan didapur rumah sakit dan restoran.

d. Pemasangan kasa kawat/plastik

pada pintu dan jendela serta lubang

angin/ventilasi.
Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.
2. Cara kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang
singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resiten yang cepat. Aplikasi yang
efektif dari insektisida dapat secara sementara memberantas lalat dengan cepat,
yang aman diperlukan pada KLB kolera, desentri atau trachoma. Penggunaan
pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits), penyemprotan dengan efek
residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying).
3. Cara Biologi
Dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam (Phiedoloqelon affinis)
untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempattempat sampah (Filipina).

REFERENSI

http://pancarahmat.blogspot.co.id/2012/05/gambar-morfologi-lalat-rumah-musca.html

https://uhanbio440.wordpress.com/2013/03/30/klasifikasi-lalat-tse-tseklasifikasi-lalatrumahklasifikasi-lalat-buah/

http://www.mrifkira.com/2014/03/lalat-rumah-musca-domestica.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ermasetiyo-5320-2-bab2.pdf

http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/04/pengendalian-vektor-lalat.pdf

http://abybiologi.blogspot.co.id/2014/04/musca-domestica_1070.html

http://jakanaka8840.blogspot.co.id/2014/01/info-sehat-lalat-fly.html

http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2008/04/pengendalian-vektor-lalat.pdf

http://phrasenta.blogspot.co.id/2012/09/makalah-pemberantasan-vektor_8304.html

http://afrin-diana.blogspot.co.id/2012/07/epidemiologi-diare-dan-disentri.html

Anda mungkin juga menyukai