Anda di halaman 1dari 50

MODUL PRAKTIKUM

PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II


TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM
SEMESTER II 2016/2017

NAMA : ...............................................................

NIM : ...............................................................

KELOMPOK : ...............................................................

Dosen Pengampu:
Dr.-Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

TATA TERTIB UMUM


PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II

1. Praktikan wajib mengambil mata kuliah TM 3202 (Teknik Operasi Pemboran


II + Praktikum) dan terdaftar resmi sebagai peserta praktikum Teknik Operasi
Pemboran II pada semester II – 2016/2017.
2. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai dengan
jadwal resmi. Perubahan jadwal kegiatan harus seizin koordinator asisten.
3. Terdapat 5 modul praktikum yaitu :
i. Modul I = Casing Design
ii. Modul II = Cementing
iii. Modul III = Well Control
iv. Modul IV = Directional Drilling
v. Modul V = Cement (LAB)
4. Praktikan wajib:
 Menggunakan jas laboratorium lengan panjang;
 Membawa kartu praktikum;
 Menggunakan sepatu tertutup;
 Datang tepat waktu;
 Praktikan wajib membawa dan mempelajari modul praktikum yang akan
dilaksanakan.
Bagi yang melanggar ketentuan-ketentuan di atas, maka tidak diperbolehkan
untuk mengikuti praktikum laboratorium pada hari tersebut.
5. Praktikan hanya diizinkan masuk ke laboratorium pada jam yang telah
ditentukan, sebelum atau setelah jam tersebut dilarang masuk.
6. Praktikan bertanggung jawab penuh terhadap peralatan yang digunakan selama
percobaan berlangsung. Bila terjadi kerusakan alat akibat kelalaian praktikan,
maka praktikan tersebut bersama kelompoknya wajib mengganti alat tersebut,
dan indeks nilai kelompok tersebut tidak akan dikeluarkan sebelum masalah
tersebut diselesaikan.
7. Tes awal dan tes alat dapat dilaksanakan lisan maupun tertulis sesuai dengan
asisten modul yang bertugas. Komponen penilaian praktikum meliputi 25%
dari Tes Awal / Akhir dan 75% dari laporan.

i
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

8. Laporan praktikum harus dikumpulkan 2 hari setelah praktikum. Laporan


praktikum harus diketik dan dikumpulkan dalam bentuk softcopy (dalam
format pdf) melalui email praktikumbor.tmitb@gmail.com. Keterlambatan
pengumpulan tidak ditoleransi dan otomatis nilai Laporan diberi nilai nol.
Laporan dikumpulkan melalui website dengan format Modul XX_Kelompok
XX_NIM 122XXXXX.
9. Laporan diketik rapi dan menggunakan komputer. Format Laporan adalah
sebagai berikut: kertas ukuran A4, diketik dengan format 1,5 spasi.
10. Tidak ada praktikum susulan / perbaikan.
11. Praktikum Teknik Operasi Pemboran merupakan praktikum yang mendukung
pembelajaran peserta praktikum dalam mata kuliah TM-3202. Sehingga,
praktikum ini akan mempengaruhi nilai mata kuliah TM-3202 (Teknik Operasi
Pemboran II + Praktikum).
12. Hal – hal yang belum tercantum pada poin – poin di atas, akan diatur dan
ditentukan kemudian.

Bandung, Februari 2017

Koordinator Praktikum
Edis Abdul Jabbar

ii
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

DAFTAR ISI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II


SEMESTER II – 2015/2016

Tata Tertib Umum................................................................................................................. i


Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
Daftar Asisten ....................................................................................................................... iii
Modul I ................................................................................................................................ 1 - 1
Modul II ...............................................................................................................................2 - 1
Modul III ............................................................................................................................. 3 - 1
Modul IV ............................................................................................................................. 4 - 1
Modul V ............................................................................................................................... 5 - 1

DAFTAR ASISTEN LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II


SEMESTER II - 2016/2017

Modul Nama NIM No HP


I Edis Abdul Jabbar 12213091 082311339307
II Jalu Waskito Aji Nugroho 12213029 085729828290
III Dodi Romanus Duha 12213066 085296605988
IV Muhammad Choirul Aziz 12213060 081807930519
V Rahmat Ardiansyah 12213073 087870440506
VI Hangga Yuda W 12213084 081214893778

iii
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

MODUL I
Casing Design

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan perencanaan geometri lubang pemboran dan mampu menentukan
posisi casing, mengenal tipe casing dan paramaternya.
2. Menentukan tekanan burst, colapse, tension dengan metoda maximum load.
3. Menentukan perhitungan tekanan burst, colapse, tension dengan metoda minimum
set.

II. TEORI DASAR (Rubiandini 2010)


Setelah suatu pemboran sumur minyak dan gas bumi mencapai kedalaman tertentu, maka
ke dalam sumur tersebut perlu dipasang casing yang kemudian disusul dengan proses
penyemenan. Casing merupakan suatu pipa baja, berfungsi antara lain untuk : mencegah
gugurnya dinding sumur, menutup zona bertekanan abnormal, zona lost dan sebagainya.
Faktor yang sangat berpengaruh dalam desain casing adalah :
i. Diameter, dimana diameter ini sangat berhubungan dengan parameter operasi
pemboran yang lain, seperti yang dijelaskan pada bab "Hole Geometry Selection".
ii. Length, yaitu berapa panjang masing-masing casing harus dipasang, seperti
dijelaskan lebih detail pada bab Casing Setting Depth Selection".
iii. Pressure Resistance, yaitu berapa tebal dan berat casing harus dipasang, juga
termasuk kualitas bahan casing yang dinyatakan dalam "Grade" agar mampu
menahan tekanan dari dalam "Burst" dan tekanan dari luar "Collapse".
iv. Berapa besar "Tension" dan "Compression" yang akan membebani casing, serta
efeknya terhadap ketahanan "Collapse" atau "Burst" casing yang berubah akibat
"Tension atau Compression".
v. Dapatkah menurunkan biaya casing tanpa mengakibatkan kenaikan biaya di tempat
lain

2.1.Tipe Casing
Jenis Casing adalah (lihat Gambar 1.1.) :
a) Conductor casing
b) Surface casing
c) Protective /intermediate casing
d) Production casing
e) Liner

1-1
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 1. 1 Jenis Casing11


Conductor casing, pada umumnya casing ini berdiameter besar, yaitu 16 inch sampai 30
inch dan dipasang dengan cara dipancangkan biasa oleh vibrating hammer. Letak
kedalaman pemasangan umumnya antara 90 sampai 150 feet. Fungsinya :
1. Khusus di offshore adalah untuk melindungi drillstring dari air laut, dipasang dari
platform hingga dasar laut
2. Di onshore sebagai pelindung apabila tanah dekat permukaan tidak cukup kuat atau
mudah gugur, seperti rawa-rawa, gambut dan sebagainya
Surface Casing, letak kedalaman pemasangan casing ini ditentukan oleh peraturan
setempat yang menentukan pada kedalaman berapa casing tersebut harus dipasang. Casing
ini disemen hingga ke permukaan. Fungsinya :
1. Melindungi air tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran
2. Tempat kedudukan BOP dan well head
3. Menyangga seluruh berat rangkaian casing berikutnya yang telah dimasukkan ke
dalam sumur.
Fungsi intermediate casing ialah menutup formasi-formasi yang dapat menimbulkan
kesulitan selama operasi pemboran berlangsung, seperti sloughing shale, lost circulation,
tekanan abnormal, kontaminasi lumpur dan sebagainya. Suatu sumur dapat mempunyai

1-2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

lebih dari satu intermediate casing, hal ini tergantung pada kondisi yang dihadapi selama
pemboran.
Production Casing, casing ini juga disebut dengan oil string. Apabila dipasang sampai
tepat di atas formasi produktif maka hal ini disebut openhole completion, sedangkan
apabila dipasang sampai ke dasar formasi produktif maka ini dinamakan perforated casing
completion. Fungsinya :
1. Memisahkan lapisan yang mengandung minyak dari lapisanlapisan lainnya
2. Melindungi alat-alat produksi yang terdapat di bawah permukaan seperti pompa
dan sebagainya
Liner pada pokoknya mempunyai fungsi yang sama dengan production casing, tetapi tidak
dipasang hingga ke permukaan. Salah satu alasan mengapa dipergunakan liner adalah
alasan biaya, karena lebih pendek maka harganya lebih murah. Apabila pada akhir
pemboran diperoleh ukuran lubang yang sangat kecil sementara itu sumur tidak terlalu
dalam maka diperlukan ukuran casing dengan toleransi yang sangat kecil. Untuk persoalan
semacam ini dapat dipergunakan liner.
2.2. Kriteria Perencanaan Setting Depth Casing
Sebelum memulai prosedur perencanaan setting depth point, ada beberapa kriteria
perencanaan yang harus diikuti. Kriteria-kriteria tersebut mengandung faktor-faktor
keselamatan yang harus dimasukkan dalam perencanaan setting depth casing.
Ada 6 kriteria yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
i. Swab factor (atau dikenal sebagai trip margin), dinyatakan dalam ppg ekivalen
berat lumpur (EMW), menunjukkan sejumlah berat lumpur yang harus
ditambahkan agar melebihi besarnya tekanan formasi untuk meng-hindari
terjadinya efek swabbing pada saat pencabutan string.
ii. Surge factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan sejumlah minimum berat
yang perlu ditambahkan pada gradien rekah di bawah kaki casing, mengimbangi
berat lumpur di sumur, untuk menghindari pecahnya formasi pada saat casing
dimasukkan.
iii. Safety Factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan tambahan jumlah pada
gradien rekah minimum pada kriteria 2, untuk memberikan harga yang memadai
pada saat prosedur operasional dilakukan.
iv. Kick load, dinyatakan dalam ppg EMW, menunjukkan sejumlah tambahan berat
lumpur yang diperlukan untuk mengimbangi dan menanggulangi densitas kick di
formasi.
v. Allowable differential pressure pada zona tekanan normal atau subnormal,
dinyatakan dalam psi, menunjukkan maksimum DP yang diperbolehkan di interval
open hole dan selalu dibandingkan dengan kondisi DP aktual maksimum yang
dihadapi.
vi. Allowable differential pressure pada zona tekanan abnormal atau high formation
pressure, dinyatakan dalam psi, menunjukkan maksimum DP yang diperbolehkan
pada interval open hole yang berada dalam zona tekanan abnormal.

1-3
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE


1. Diberikan data perencanaan surface casing sebagai berikut :
Diameter Casing (OD) : 13,375 inch
Panjang Casing : 3000 ft
Panjang minimum tiap seksi : 1000 ft
Gradien tekanan rekah pada kaki casing : 14,0 ppg
Semen, 0 - 2000 ft : 11,7 ppg
2000 - 3000 : 15,6 ppg
Minimum drift diameter : 12,25 inch
Densitas lumpur saat casing dipasang : 11,0 ppg
Design factor burst/collapse : 1,1
tension : 1,6
2. Klik button surface casing, karena akan mendesain surface casing.
3. Klik button two stage, karena terdapat 2 densitas semen yang akan digunakan pada
interval kedalaman tertentu.
4. Klik button maximum load untuk melihat perhitungan berdasarkan beban
maksimum.
5. Lalu isikan data pada nomor 1, di software :

Gambar 1. 2 Tampilan Input Software

1-4
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

6. Klik tombol D.E.S.I.G.N untuk melihat kurva burst, collapse, tension, biaxial dan
biaya yang diperlukan. Software akan memilih casing yang tepat untuk digunakan
berdasarkan spesifikasi yang sudah dimasukkan.

Gambar 1. 3 Grafik Burst

Gambar 1. 4 Grafik Collapse

1-5
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 1. 5 Grafik Tension

Gambar 1. 6 Estimasi Harga


7. Praktikan diwajibkan untuk menghitung untuk casing – casing selanjutnya dan
harus mencoba menggunakan metode minimum set untuk kemudian dianalisa
perbedaannya dengan metode maximum load.

1-6
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

DAFTAR PUSTAKA
1. nn., "Pipe Characteristics Handbook", Williams Natural Gas Company Engineering
Group, PennWell Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, 1996.
2. Rabia. H., "Oilwell Drilling Engineering: Principles & Practices", Graham &
Trotman, Oxford, UK, 1985.
3. Rubiandini, R. “Casing Design”, Penerbit ITB, Bandung, 2010.
4. Paxson J., "Casing and cementing", Second Edition, Petroleum Extension Service,
Texas, 1982.
5. Azar J.J., "Drilling in Petroleum Engineering", Magcobar Drilling Fluid Manual.
6. Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of
Petroleum Engineers, Richardson TX, 1986.
7. Moore P.L., "Drilling Practices Manual", Penn Well Publishing Company, Tulsa-
Oklahoma, 1974.
8. Bill-Mitchel, "Tubular Goods Design ", Mobil Oil Company, 1983.
9. Kumoro, Arianto, "Metoda Maksimum Casing Load", Kolokium, Jurusan Teknik
Perminyakan Institut Teknologi Bandung, 1984.
10. Prentice, C.M., "Maximum Load Casing Design", Journal of Petroleum Technology,
Juli 1970.
11. Moore, P.L., "Drilling Practices Manual", PenWell Publishing Co., Tulsa, 1974.
12. Pattilo, P.D, Huang N.C., "The Effect of Axial Load on Casing Collapse", Journal of
Petroleum Technology, Januari 1982.
13. DeLuish, K.R, Jayne, L.E., "Deep Casing Design Simplified", Oil and Gas journal,
Juli 18, 1977.
14. Hills, J.O., "A Review of Casing-string Design Principles and Practice", Drilling and
Production Practice, API, 1951.
15. Woodlan, B. Powell, G. E., "Graphical Method Speeds Deviated Well Casing
Design", World Oil, Februar 1, 1975.
16. Casing and Tubing Technical Data, Lone Star Stell Company, 1984.
17. Performance Properties of Casing and Tubing, API Bulletin 5C2, Dallas, Texas,
1975.
18. Greenip, Jr, J.E., "Optimum Casing Program Design Stresses Economy", Oil and Gas
Journal, Oktober 16, 1978.
19. Kastor, R.L., "Casing Burst Design Criteria for Kick Pressure Control", SPE AIME
series no. 6A, Dallas, texas, 1973.

1-7
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

MODUL II
Cementing Operation

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan densitas semen berdasarkan komposisi additive yang digunakan.
2. Menentukan desain operasi primary cementing pada setiap bagian casing.
3. Menentukan desain operasi plug balancing.
4. Menentukan desain operasi squeeze cementing.
5. Menentukan desain operasi flow calculation.
6. Menentukan desain operasi foamed cementing.

II. TEORI DASAR (Rubiandini 2010)


Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada
dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi
pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan
untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang casing.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary
Cementing (Penyemenan Utama) dan Secondary atau Remedial Cementing (Penyemenan
Kedua atau Penyemenan perbaikan).
1. Primary Cementing
Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah
casing diturunkan ke dalam sumur. Pada primary cementing, penyemenan casing
pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen:
- Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak
tercemar dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing sebagai
tempat dipasangnya alat BOP (Blow Out Preventer), untuk menahan beban
casing yang terdapat di bawahnya dan untuk mencegah terjadinya aliran fluida
pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface casing.
- Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan formasi
abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.
- Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran
antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan
memasuki sumur. Selain itu untuk mengisolasi zona produktif yang akan
diproduksikan fluida formasi (perforated completion), dan juga untuk
mencegah terjadinya korosi pada casing yang disebabkan oleh material-
material korosif.

2. Secondary / Remedial Cementing


Secondary cementing adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan
primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak.
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging (CBL)
dan Variable Density Logging (VDL), kemudian didapati kurang sempurnanya atau
ada kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah secondary cementing.

2 -1
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Secondary cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal mendapatkan minyak


dan menutup kembali zona produksi yang diperforasi.
Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian:
- Squeeze Cementing, yang bertujuan untuk:
a) Mengurangi water-oil ratio, water gas ratio atau gas-oil ratio.
b) Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.
c) Menutup zona lost circulation.
d) Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
e) Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan.
f) Operasi squeeze dilakukan selama operasi pemboran berlangsung,
komplesi maupun pada saat workover.
- Re-cementing.
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan
untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.
- Plug-back cementing dilakukan untuk:
a) Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well)
b) Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang
dikarenakan adanya perbedaan compressive stregth antara semen dan
formasi maka akan mengakibatkan bit berubah arahnya.
c) Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio
berkurang pada open hole completion.

Komposisi Semen
Semen yang biasa digunakan dalam industri perminyakan adalah Semen Portland,
dikembangkan oleh Joseph Aspdin, Tahun 1824. Disebut Portland karena mula-mula
bahannya didapat dari pulau Portland Inggris. Semen Portland ini termasuk semen hidrolis
dalam arti akan mengeras bila bertemu atau bercampur dengan air.
Semen Portland mempunyai 4 komponen (Gambar 1) mineral utama, yaitu :
1. Tricalcium Silicate 3. Tricalcium Aluminate
2. Dicalcium Silicate 4. Tetracalcium Aluminoferrite

Sifat-sifat Semen
1. Densitas 6. Permeabilitas
2. Thickening Time & 7. Compressive Strength &
Viskositas Shear Strength
3. Filtration Loss 8. Pengendapan Partikel & Air
Bebas
4. Water Cement Ratio
9. Sulfat Resistance
5. Waiting on Cement

2 -2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE


1. Tampilan awal software semen:

Gambar 2. 1 Tampilan Awal Software Cementing


2. Perhitungan Densitas Semen. Klik Tab Cement Calculation lalu klik Cement
Density.

Gambar 2. 2 Tampilan Input Perhitungan Densitas Semen

2 -1
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 2. 3 Tampilan Output Perhitungan Densitas Semen

3. Perhitungan pada primary cementing, software ini menyediakan tingkat


keberhasilan dari design semen yang kita gunakan.

Gambar 2. 4 Contoh Input Operasi Primary Cementing Pada Production Casing

2 -2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 2. 5 Contoh Output Program Primary Cementing Jika Design Sudah Sesuai

Gambar 2. 6 Contoh Output Program Primary Cementing Jika Design Tidak Sesuai

2 -3
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

4. Perhitungan pada program plug balancing

Gambar 2. 7 Contoh Perhitungan Program Plug Balancing


5. Perhitungan pada squeeze cementing

Gambar 2. 8 Contoh Perhitungan Program Squeeze Cementing

2 -4
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

6. Perhitungan flow calculation

Gambar 2. 9 Input Flow Calculation

Gambar 2. 10 Output Flow Calculation

2 -5
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

7. Penggunaan Foamed Cement. Dengan menggunakan foamed cement kita dapat


membuat slurry dengan densitas yang cukup lebar rangenya, dari 4 sampai 18
lbm/gal sesuai dengan kebutuhan. Foamed cement merupakan campuran dari slurry
cement, foaming agents dan gas.

Gambar 2. 11 Input Foamed Cementing

8. Gas nitrogen dapat digunakan dengan alasan merupakan gas inert, yang tidak
bereaksi dengan hasil hidrasi semen. Dalam kondisi khusus, udara yang telah
dikompress pun dapat digunakan sebagai pengganti nitrogen sebagai bahan
pembuat foamed cement.

2 -6
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 2. 12 Input Nitrogen Volume Factor Data

Gambar 2. 13 Output Foamed Cement

2 -7
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

DAFTAR PUSTAKA
1. nn., "Pipe Characteristics Handbook", Williams Natural Gas Company Engineering
Group, PennWell Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, 1996.
2. Rabia. H., "Oilwell Drilling Engineering: Principles & Practices", Graham &
Trotman, Oxford, UK, 1985.
3. Rubiandini, R. “Casing Design”, Penerbit ITB, Bandung, 2010.
4. Paxson J., "Casing and cementing", Second Edition, Petroleum Extension Service,
Texas, 1982.
5. Azar J.J., "Drilling in Petroleum Engineering", Magcobar Drilling Fluid Manual.
6. Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of
Petroleum Engineers, Richardson TX, 1986.
7. Moore P.L., "Drilling Practices Manual", Penn Well Publishing Company, Tulsa-
Oklahoma, 1974.
8. Bill-Mitchel, "Tubular Goods Design ", Mobil Oil Company, 1983.
9. Kumoro, Arianto, "Metoda Maksimum Casing Load", Kolokium, Jurusan Teknik
Perminyakan Institut Teknologi Bandung, 1984.
10. Prentice, C.M., "Maximum Load Casing Design", Journal of Petroleum Technology,
Juli 1970.
11. Moore, P.L., "Drilling Practices Manual", PenWell Publishing Co., Tulsa, 1974.
12. Pattilo, P.D, Huang N.C., "The Effect of Axial Load on Casing Collapse", Journal of
Petroleum Technology, Januari 1982.
13. DeLuish, K.R, Jayne, L.E., "Deep Casing Design Simplified", Oil and Gas journal,
Juli 18, 1977.
14. Hills, J.O., "A Review of Casing-string Design Principles and Practice", Drilling and
Production Practice, API, 1951.
1. Woodlan, B. Powell, G. E., "Graphical Method Speeds Deviated Well Casing
Design", World Oil, Februar 1, 1975.
15. Casing and Tubing Technical Data, Lone Star Stell Company, 1984.
16. Performance Properties of Casing and Tubing, API Bulletin 5C2, Dallas, Texas,
1975.
17. Greenip, Jr, J.E., "Optimum Casing Program Design Stresses Economy", Oil and Gas
Journal, Oktober 16, 1978.
18. Kastor, R.L., "Casing Burst Design Criteria for Kick Pressure Control", SPE AIME
series no. 6A, Dallas, texas, 1973.

2 -8
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

MODUL III

Well Control Operation and Software

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan pengertian kick, indikator kick, penyebab, dan prosedur penanganan
kick.
2. Mengaplikasikan dasar-dasar perhitungan yang digunakan pada operasi well
control.
3. Menggunakan dan memecahkan permasalahan well control dengan berbagai
macam metode well control seperti metode driller, volumetric, batch dengan
menggunakan perhitungan pada dasar-dasar perhtiungan operasi well control dan
dengan menggunakan software well control.

II. TEORI DASAR


Well control adalah salah satu bagian dari operasi pengeboran yang pada dasarnya
menjadi bagian terpenting dari proses pengeboran. Well control ini menjadi jiwa yang
penting dari seorang drilling engineer, dikarenakan well control adalah kemampuan
seorang drilling engineer untuk mengantisipasi, menangani sumur yang mengalami kick
supaya tidak terjadi semburan liar atau blowout yang bisa terjadi dikarenakan kick yang
tidak dapat dikendalikan. Pada bab ini, akan dijelaskan secara lengkap pembahasan
mengenai well control dari fundamental kick sampai kepada metode well control yang
umumnya digunakan pada kegiatan operasi pengeboran migas.

Pengertian Kick dan Indikator Kick


Kick adalah aliran fluida formasi yang tidak diinginkan saat masuk ke dalam wellbore
selama operasi pengeboran. Dampak dari kick adalah kehilangan waktu operasi
pengeboran, operasi yang berbahaya dengan tekanan tinggi dan gas, dan kemungkinan
kehilangan peralatan selama mengontrol kembali sumur. Jika kick terus terjadi, maka
makin lama akan tidak dapat dikendalikan. Hal inilah yang dikenal dengan blowout atau
uncontrolled kick. Karena kick dapat terjadi kapan saja, maka kick harus dapat dikenali,
diidentifikasi, dan ditandai. Berikut ini adalah tanda kick dapat dikenali, diidentifikasi,
dan ditandai.
a. Predicting Formation Pressure d. Geological Data
b. Historical Data e. Pressure Indicators – Drilling
c. Seismic Interpretations

3-1
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Penyebab Kick
Kapanpun tekanan pori atau formasi lebih besar dari tekanan kolom fluida di dalam
sumur, fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Hal ini berasal dari satu atau
beberapa alasan.
Berikut ini adalah alasan mengapa kick terjadi:
a. Insufficient fluid density g. Obstructions in the wellbore
b. Poor tripping practices h. Cementing operations
c. Improper hole fill while tripping i. Special situations seperti
d. Swabbing/surging excessive drilling rate through gas
e. Lost circulation sand dan excessive water loss of
f. Abnormal pressure drilling fluid.

Prosedur Penanganan Kick


Prosedur penanganan kick harus tertulis berdasarkan acuan untuk tiap sumur dan secara
mendetail untuk tipe dari rig dan operasi pengeboran. Terdapat beberapa macam
prosedur yang digunakan dalam penanganan kick.
1. Shutting the Well In
2. Flow Check Procedures
3. Shut-in Procedures with Pipe On Bottom
4. Diverter Procedure while Drilling

Metode Well Control

Pada kegiatan well control, terdapat beberapa metode yang umumnya digunakan saat
operasi pengeboran. Berikut ini adalah metodenya.

a. Driller’s Method (Two Circulation Method)


b. Wait and Weight Method (Batch Method)
c. Concurrent Method
d. Volumetric Method

3-2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE


1. Buka Software Well Control
2. Pilih Tab File – Input Data – Well Geometry, Pilih yang Casing – Open Hole.
3. Isikan data-data yang diperlukan, BEBAS, lalu klik OK apabila seluruh data telah
diisi. Untuk contoh, berikut tampilannya:

Gambar 3. 1. Well Geometry Input


4. Pilih Tab File – Input Data – Drillstring. Isikan data-data yang diperlukan. (BEBAS,
TETAPI HARUS SESUAI API 5C2 DAN API 5CT). Lalu klik close atau tanda X
yang berwarna merah. Contoh:

Gambar 3. 2. Drill String Input


5. Pilih Tab Method. Pilih metode yang akan digunakan. Berikut isi tampilan dari
masing-masing metode:
a. Batch:
- Isikan Data-data Input.

3-2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Contoh:

Gambar 3. 3. Batch Method


- Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode Batch akan muncul apabila
diklik pada tab Batch Method.
Contoh Hasil:

Gambar 3. 4. Batch Method Graph


b. Concurrent
- Isikan Data-Data input.
Contoh:

3-3
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 3. 5. Concurrent Method


- Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode concurrent akan muncul
apabila diklik pada tab Concurrent Method.
Contoh:

Gambar 3. 6. Concurrent Method Graph


c. Driller
- Isikan Data-Data Input
Contoh

3-4
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 3. 7. Driller Method


- Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode driller akan muncul apabila
diklik pada tab Driller Method.
Contoh:

Gambar 3. 8. Driller Method Graph


d. Volumetric
- Isikan Data-Data Input
Contoh:

3-5
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 3. 9. Volumetric Method


- Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode volumetric akan muncul
apabila diklik pada tab Volumetric Method.
Contoh:

Gambar 3. 10. Volumetric Method Graph


6. Pada Saat mengklik Show Grafik pada volumetric, bisa juga dilihat di tab MSICP
Pressure, MSICP Bottom, Maximum Pit Gain, dan Reducing Time.
Contoh:

3-6
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 3. 11. MSICP Surface

Gambar 3. 12. MSICP Bottom

3-7
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 3. 13. Maximum Pit Gain

Gambar 3. 14. Reducing Time


7. Analisislah data yang diperoleh!

3-8
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

DAFTAR PUSTAKA

Aberdeen Drilling School & Well Control Training Centre. “Well Control for the Rig-Site
Drilling Team”. 2002.

ENI. “Well Control Policy Manual”. 1999.

Grace, Robert D. “Blowout and Well Control Handbook”. Elsevier: 2003.

Heriot Watt University. “Drilling Engineering”.

Rubiandini, R. “Teknik Operasi Pemboran II”. Penerbit ITB. Bandung: 2010.

Rabia, H.1985. “Oilwell Drilling Engineering: Principles and Practice”. Graham & Troatman
limited, USA.

Schlumberger. “Well Control Manual”. 1999.

Well Control School. “Well Control Manual I”

3-9
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

MODUL IV
Directional Drilling

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan perencanaan pemboran berarah dengan tipe build-hold, build-hold-
drop, dan build-hold-drop-hold.
2. Menentukan perencanaan desain Bottom Hole Assembly (BHA) pada pemboran
berarah.
3. Menentukan Dogleg Severity pada pemboran berarah.

II. TEORI DASAR (Rubiandini, 2011)


Pemboran berarah adalah suatu seni membelokkan lubang sumur untuk kemudian
diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertikal dibawah
mulut sumur. Di dalam membor suatu formasi, sebenarnya selalu diinginkan lubang yang
vertikal, karena dengan lubang yang vertikal, kecuali operasinya lebih mudah, juga
umumnya biayanya lebih murah dari pada pemboran terarah. Jadi pemboran terarah hanya
dilakukan karena alasan-alasan dan keadaan yang khusus saja.
2.1.Tipe Pemboran Berarah
Pada dasarnya dikenal 3 macam pemboran berarah, dapat dilihat pada.

a. Tipe belok di tempat dangkal (shallow deviation type)


Disini titik belok (kick of point) terletak di kedalaman yang tidak begitu jauh dari
permukaan tanah (dangkal)

b. Tipe belok di tempat dalam (deep deviation Type)


Di sini titik belok terletak jauh di dalam permukaan tanah

c. Tipe kembali ke vertical (return to vertical type)


Mula-mula sama seperti tipe belok di tempat dangkal, tetapi kemudian
dikembalikan ke vertikal.

2.2.Build Up Assembly
Pada rangkaian ini reamer harus selalu ditempatkan di dekat bit. Adanya beban pada bit
menyebabkan bagian drill collar di atas reamer membelok dengan kemiringan tertentu.
Rate build up ini sangat tergantung kepada WOB, posisi reamer dan ukuran drill collar.

Rangkaian bottom hole assembly yang umumnya digunakan pada build up section ini dapat
digambarkan sebagai berikut .
Bit - Sub - Reamer - Monel DC - Stab - DC - Stab - 90’DC
4’ 6’ 60’

4-1
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Untuk perubahan sudut build up yang besar, dianjurkan :


1. WOB tinggi
2. Ukuran monel drill collar kecil
3. RPM dan rate pemompaan kecil apabila formasi lunak.

Untuk perubahan sudut build up kecil, dianjurkan :


1. WOB kecil.
2. Ukuran monel drill collar besar.
3. Tempatkan stabilizer pada puncak monel drill collar.
4. Tambah jarak bit - reamer.
5. Tambah RPM dan rate pemompaan pada formasi lunak.

2.3.Drop off Assembly


Dengan menambah jarak bit ke reamer, bagian bawah reamer mempunyai tendensi untuk
mengarah ke bawah. Karena berat rangkaiannya, perlahanlahan akan menghasilkan
penurunan sudut pada drop off section tergantung pada WOB, RPM dan posisi reamer
serta stabilizer pada rangkaian.
Umumnya drop off assemblies ini berbentuk :
Bit - Monel DC - Reamer - DC - Stab - DC - Stab -90’DC- stab.
20’-30’ 30’ 30’

Untuk perubahan sudut drop off yang besar dianjurkan:


1. WOB kecil.
2. RPM dan rate pemompaan besar pada formasi lunak.
3. Ukuran monel besar.
4. Ukuran drill collar kecil diatas reamer.

Untuk perubahan sudut drop off yang kecil, dianjurkan:


1. WOB besar.
2. RPM dan rate pemompaan kecil pada formasi lunak.
3. Gunakan monel drill collar yang besar.
4. Kurangi jarak bit-reamer.

4-2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE


1. Perencanaan pemboran berarah (Build – Hold Trajectory)

Gambar 4.1 Build - Hold Directional Drilling

Input parameter yang diperlukan adalah


a. Build Up Rate (BUR)
b. Kick Off Point (KOP)
c. Total Vertical Depth (TVD)
d. North
e. East
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

4-3
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Gambar 4.2 Parameter masukan pada trajektori build-hold

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan build-hold trajectory

Measured Total
Inclination TVD Notes
Depth Departure
0 0 0 0 vert.drilling
100 0 100 0 vert.drilling
200 0 200 0 vert.drilling
300 0 300 0 vert.drilling
400 0 400 0 vert.drilling
500 0 500 0 vert.drilling

4-4
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

600 0 600 0 vert.drilling


700 0 700 0 Kick of Point
800 3 799.95 2.617 build
900 6 899.63 10.462 build
1000 9 998.77 23.514 build
1100 12 1097.08 41.735 build
1200 15 1194.31 65.077 build
1300 18 1290.18 93.475 build
1400 21 1384.43 126.852 build
1500 24 1476.81 165.116 build
1600 27 1567.06 208.162 build
1700 30 1654.93 255.873 build
1800 33 1740.18 308.117 build
1900 36 1822.59 364.751 build
2000 39 1901.91 425.62 build
2100 42 1977.95 490.557 build
2200 45 2050.47 559.385 build
2300 48 2119.3 631.914 build
2400 51 2184.24 707.946 build
2500 54 2245.11 787.272 build
2552 55.564 2275.18 829.873 End of Build
2600 55.564 2302.24 869.341 hold
2700 55.564 2358.79 951.817 hold
2800 55.564 2415.34 1034.293 hold
2900 55.564 2471.88 1116.769 hold
3000 55.564 2528.43 1199.245 hold
3100 55.564 2584.98 1281.722 hold
3200 55.564 2641.53 1364.198 hold
3300 55.564 2698.08 1446.674 hold
3400 55.564 2754.62 1529.15 hold
3500 55.564 2811.17 1611.627 hold
3600 55.564 2867.72 1694.103 hold
3700 55.564 2924.27 1776.579 hold
3800 55.564 2980.82 1859.055 hold
3900 55.564 3037.36 1941.531 hold
4000 55.564 3093.91 2024.008 hold
4100 55.564 3150.46 2106.484 hold
4200 55.564 3207.01 2188.96 hold
4300 55.564 3263.56 2271.436 hold
4400 55.564 3320.1 2353.913 hold
4500 55.564 3376.65 2436.389 hold
4600 55.564 3433.2 2518.865 hold
4700 55.564 3489.75 2601.341 hold
4718 55.564 3500 2616.295 target

4-5
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

2. Setelah hasil perhitungan di dapatkan, untuk melihat trajektori dari rencana sumur
tersebut dapat dilakukan dengan menekan pilihan DRAW GRAPH, sehingga
didapatkan hasil grafik seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Grafik Trajektori Tipe Build-Hold

4-6
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk tipe-tipe trajektori sumur berarah, diantaranya
a. Build, Hold, Partial Drop, dan Hold

Gambar 4.4 Tampilan software pada perhitungan build,


hold, partial drop dan hold

b. Build, Hold dan Drop

Gambar 4.5 Tampilan software pada perhitungan build, hold dan drop

4-7
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

c. BHA Design

Gambar 4.6 Tampilan software pada perhitungan desain BHA

d. Dog-Leg Severity

Gambar 4.7 Tampilan software pada perhitungan dogleg severity

DAFTAR PUSTAKA
1. Rubiandini, R. “Teknik Pemboran 2”, Penerbit ITB, Bandung, 2010.
2. Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of
Petroleum Engineers, Richardson TX, 1986.

4-8
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

MODUL V
Pengukuran Thickening Time, SBS dan CS Semen Pemboran

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Membuat slurry semen untuk operasi penyemenan casing.


2. Menentukan thickening time slurry semen dengan menggunakan consistometer.
3. Mengukur kekuatan semen untuk menahan tekanan formasi.
4. Mengukur kekuatan semen dalam menahan gesekan akibat berat casing.
5. Memahami prinsip kerja dari peralatan yang digunakan dalam modul ini.
6. Mengetahui pengaruh penambahan aditif pada slurry terhadap karakteristik
semen.

II. TEORI DASAR


Operasi penyemenan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pengeboran.Operasi penyemenan diharapkan dapat menghasilkan suatu kondisi dimana
casing yang dipasang dapat melekat dan memberikan isolasi sempurna terhadap lubang
wellbore. Penyekatan dalam operasi penyemenan dianggap baik bila casing mampu
bertahan dengan baik selama selama proses pengembangan dan produksi dari suatu sumur.

Dalam melakukan penyemenan tedapat dua bentuk fisik semen,yaitu cement slurry
dan hard cement. Cement slurry adalah bentuk mixture atau campuran dari semen, air, dan
aditif, sedangkan hard cement merupakan cement slurry yang telah mengeras. Sifat-sifat
yang dimiliki cement slurry antara lain densitas, thickening time, viskositas, filtration loss
dan water-cement ratio. Sifat-sifat hard cement antara lain adalah strength dan
permeability.

API memberikan klasifikasi semen untuk industry perminyakan mulai dari kelas A
sampai dengan kelas H. Klasifikasi ini didasarkan pada kedalaman, tekanan, temperatur
sumur, serta derajat sulfate-resistance-nya, yaitu ordinary (O), moderate sulfate resistance
(MSR), dan high sulfate resistance (HSR). Berikut merupakan klasifikasi semen
berdasarkan API standards 10, “Specification for Oil-Well Cement and Cement Additives”.

Semen yang digunakan dalam praktikum pemboran di laboratorium pemboran


Departemen Teknik Perminyakan ITB adalah semen API kelas G. Semen ini adalah semen
standar yang paling banyak digunakan di lapangan dan lebih banyak tersedia di
pasaran.Semen kelas G digunakan untuk kedalaman hingga 8.000 ft (2.438 m). Semen

5-1
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

kelas G tersedia dalam spesifikasi moderate sulfate resistant dan high sulfate resistant.
Semen kelas G juga dapat dimodifikasi dengan penambahan aditif untuk penggunaan
dalam rentang temperatur dan kedalaman sumur.

Tabel 5.1 Klasifikasi Semen berdasarkan API Standards 10


Mixing Slurry Static
Sulfate
API Classification Water Weight Well Depth (ft) Temperature
Resistance
(gal/sack) (lbm/gal) (F)
A (Portland) 5.2 15.6 0 - 6000 80 - 170 O
B (Portland) 5.2 15.6 0 - 6000 80 - 170 MSR-HSR
C (High Early) 6.3 14.8 0 - 6000 80 - 170 O-MSR-HSR
D (Retarded) 4.3 16.4 6000 - 12000 170 - 260 MSR-HSR
E (Retarded) 4.3 16.4 6000 - 12000 170 - 260 MSR-HSR
F (Retarded) 4.3 16.2 1000 - 16000 230 - 320 MSR-HSR
G (Basic) 5 15.8 0 - 8000 80 - 200 MSR-HSR
H (Basic) 4.3 16.4 0 - 8000 80 - 200 MSR-HSR

Efek temperatur
Dengan peningkatan temperature maka akan mempercepat hidrasi semen. Gambar 5.4
berikut menununjukkan efek temperature dan tekanan pada thickening time dari slurry
semen. Reaksi antara semen dan air dimulai pada saat pertama kali dicampur (mixed).

Ketika slurry semen telah mencapai 100 UC (unit of consistency) maka semen tidak
dapat dipompakan lagi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi ini disebut
thickening time.

Untuk mendapatkan hasil penyemenan yang baik dalam suatu operasi penyemenan, semen
haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Suspensi semen mempunyai yield dan densitas sesuai dengan yang diinginkan.

2. Mudah dalam penyampuran dan pemompaan.

3. Memerlukan sifat rheologi yang optimum untuk pembersihan lumpur


(displacement).

4. Mempertahankan beda sifat fisik dan kimia selama pemindahan.


5. Membangun kekuatan secara cepat sejak berada di tempat.
6. Impermeabel terhadap gas annular.

5-2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

7. Membangun kekuatan yang cukup dalam rentang temperature yang panjang dan
jika ada kontaminasi lumpur dan elektrolit sekalipun.

8. Membentuk ikatan yang kuat antara casing dan formasi.

Kekuatan Semen
Shear strength: Kemampuan semen menahan gesekan akibat menahan berat casing.

[ )] ( )
(
SBS = Shear Bond Strength, psi
P = Tekanan yang dibutuhkan agar sampel bergeser, psi

A = Luas penampang block bearing, in2


D = Diameter sampel semen di dalam casing, in
h = Tinggi sampel semen, in

Compressive strength: Kemampuan semen menahan tekanan dari formasi.

( ) ( )

CS = Compressive Strength, psi

k = Konstanta koreksi (fungsi dari perbandingan tinggi dengan diameter

Tabel 5.2 Jumlah Air Terhadap Bentonite

t/d Faktor koefisien

1,75 0,98

1,5 0,96

1,25 0,93

1 0,87

P = Pembebanan maksimum, psi

A1 = Luas penampang block bearing hydraulic press, in2


A2 = Luas permukaan sampel semen, in2

5-3
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Pada water bath, disimulasikan kondisi reservoir saat waiting on cement (WOC) selama 24
jam. Standar pelaksanaan WOC selama 24 jam dilakukan untuk mencapai compressive
strength sebesar minimal 500 psi.

Hydraulic press merupakan alat untuk melaksanakan pengukuran compressive strength dan
shear bound strength. Prinsip alat sesuai dengan teori Bernoulli. Fluida yang digunakan
adalah minyak diesel karena diesel akan mengalami friksi yang lebih sedikit dibandingkan
air.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Desain Semen


1. Kedalaman sumur 7. Mixing water
2. Temperatur sumur 8. Tipe fluida pemboran dan aditifnya
3. Tekanan kolom lumpur 9. Densitas slurry cement
4. Viskositas dan water content dari 10. Heat of hydration
slurry cement 11. Permeabilitas dari set cement
5. Thickening time 12. Filtration control
6. Kekuatan semen untuk menyokong 13. Resistensi terhadap downhole brines
pipa

Semen yang akan dipakai harus memenuhi syarat kekuatan penyemenan yang akan
terbentuk, yaitu:
1. Mampu mendukung casing di dalam lubang.
2. Mampu menahan getaran akibat pemboran dan perforasi.
3. Menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa rekah.
4. Menahan tekanan formasi.
5. Menyekat lubang dari formasi yang korosif.

Aditif
Terdapat beberapa kelompok aditif yang dicampurkan ke dalam campuran semen,
diantaranya:

1. Accelerator adalah aditif yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan


semen. Contoh aditif accelerator adalah :
 CaCl2
 NaCl
 Alkohol
 NaOH
 Gypsum

5-4
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

2. Retarder adalah aditif untuk memperlambat proses pengerasan semen. Contoh


retarder adalah:
 Lignosulfate
 CMHEC

3. Aditif fluid-loss control digunakan untuk mengurangi kelebihan kehilangan


kandungan air ke formasi. Contoh aditif fluid-loss control adalah:
 PAC
 CMC
 Barazan

4. Aditif extender digunakan untuk mengurangi densitas semen dan menaikkan


volume semen, biasanya digunakan pada formasi dengan tekanan rendah.
Contohnya adalah:
 Bentonite
 Gilsonite
 Silica Flour

5. Aditif pengontrol free-water adalah aditif yang digunakan untuk mengurangi kadar
air bebas (free water) dari kandungan air semen. Contoh aditif ini adalah Aquagel
dan Aluminium chlorohydrate.

6. Dispersants mengurangi viskositas dari slurry semen. Contoh dirpersants adalah:


 Lignosulfonate
 Sodium Chloride
 Polymelanine

7. Weighting Agent digunakan untuk menaikkan densitas suspensi semen dan


biasanya digunakan pada sumur dengan tekanan formasi tinggi. Contoh weighting
agent adalah:
 Hematite
 Barite

5-2
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

III. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan I: Pengukuran Densitas

1. Kalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut :


a. Bersihkan peralatan mud balance.
b. Isi cup dengan air sampai penuh kemudian tutup.Bersihkan bagian luarnya
dan keringkan dengan tissu.
c. Letakkan mud balance pada kedudukannya.
d. Tempatkan rider pada skala 8,33 ppg.
e. Cek level glas. Bila tidak seimbang atur calibration screw hingga seimbang.
2. Ambil slurry semen yang telah disiapkan lalu tuangkan ke dalam cup mud balance.
3. Tutup cup. Bersihkan slurry semen yang melekat pada bagian luar dinding dan
penutup cup.
4. Letakkan balance arm pada kedudukannya. Atur rider hingga seimbang kemudian
baca densitas yang ditunjukkan skala.
5. Ulangi langkah 2-4 untuk komposisi slurry semen lainnya.

Gambar 5.1 Mud Balance Apparatus.

Percobaan II: Thickening Time


Pembuatan Slurry Semen

1. Buat slurry semen dengan komposisi semen kelas G sebanyak 792 gram dan air
sebanyak 349 ml. Usahakan semen tidak lama berada di udara terbuka.
2. Tambahkan additive ke dalam slurry semen.
a. Bila additive berupa padatan, timbang berdasarkan persentase berat semen yang
digunakan.
b. Bila additive berupa cairan, ukur berdasarkan persentase volume air yang
digunakan.

5-3
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

3. Buat slurry semen menggunakan mixer dengan kecepatan rendah 4000 RPM
(posisi 1).
4. Masukkan air dan additive cair ke dalam mixing slurry container.
5. Masukkan semen dan additive padat selama tidak lebih dari 15 detik, lalu lanjutkan
pengadukan pada kecepatan tinggi, 12000 RPM (posisi 5) selama 35 detik. (Proses
pemindahan kecepatan dari posisi 1 ke posisi 5 jangan dilakukan sekaligus, namun
bertahap).

Gambar 5.2 Mixer

Pengukuran thickening time dengan alat Consistometer


1. Bersihkan permukaan alat yang berhubungan langsung dengan semen
menggunakan sikat semen yang dilapisi dengan pelumas.
2. Isilah bak dengan minyak khusus Consistometer sampai kira-kira seperempat dari
ketinggian cermin pada consistometer.
3. Hubungkan alat dengan arus listrik 220 volt.
4. Lakukan kalibrasi dan set temperatur sesuai dengan petunjuk asisten.
5. Buat suspense semen secukupnya segera setelah suhu diset.
6. Masukkan slurries semen pada chamber sampai batas. Perhatikan bahwa interval
waktu mulai semen selesai diaduk dalam mixer hingga langkah 6 tidak boleh lebih
dari 1 menit.
7. Masukkan chamber yang telah terisi slurries semen ke bak pada Atmospheric
Pressure Consistometer.

5-4
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

8. Hidupkan motor, pemanas, serta stopwatch secara bersamaan.


9. Nyalakan kipas untuk menjaga agar motor tidak terlalu panas.
10. Catat pembacaan dial terhadap waktu, serta temperatur saat pengukuran.

Gambar 5.3 Consistometer

Pengukuran Free Water Cement


1. Masukkan masing-masing 200 ml slurry semen ke dalam tempat plastic 500 ml.
2. Letakkan pada posisi vertical, kemiringan 15o dan kemiringan 30o.
3. Tunggu sampai semen mengeras (sampai tercapai setting time).
4. Ukur banyaknya air yang terbebas (free water) dengan menggunakan gelas ukur.

Percobaan II: Compressive Strength & Shear Bond Strength

Pembuatan sampel semen:

1. Nyalakan water bath dan set suhu hingga 90pC


2. Siapkan cekatan core dan casing dengan mencari pasangan baut untuk menyatukan
setiap bagian dari cetakan. Beri pelumas pada setiap bagian dari cetakan yang akan

5-5
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

bersentuhan langsung dengan semen (kecuali pada cetakan casing hanya diberikan
pada penutup cetakan).
3. Masukkan semen yang sudah dibuat ke dalam cetakan core silinder dan casing
silinder dan kencangkan semua baut yang ada agar semen tidak bocor.
4. Masukkan cetakan semen ke dalam water bath yang sudah mencapai 90oC. Biarkan
hingga 24 jam agar semen mencapai kondisi compressive strength minimal, yaitu
500 psi.
5. Keluarkan cetakan semen dari water bath lalu keluarkan sampel semen dari
cetakannya. Untuk cetakan casing, hanya tutup saja yang dilepas.

Gambar 5.4 Water Bath

Gambar 5.5 Cetakan Semen

5-6
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

Pengujian compressive strength:

1. Ukur panjang, diameter, dan luas penampang dari sampel semen.


2. Ukur luas penampang dari block bearing hydraulic press.
3. Sampel core semen yang telah dibuat diletakkan di tengah hydraulic press.
4. Nyalakan hydraulic press dan angkat tuas ke atas. Tahan sampai semen retak.
5. Catat besar tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampel semen (saat
retakan pertama terjadi).

Gambar 5.6 Hydraulic Press


Pengujian shear bond strength:

1. Ukur diameter semen saja (tidak termasuk casing) dan tinggi.


2. Ukur luas penampang block bearing dan batang pendorong semen.
3. Letakkan wadah/holder silinder untuk menampung atau menahan casing pada
hydraulic press dan letakkan sampel casing di atas wadah tersebut.
4. Tempatkan dan tahan batang pendorong di atas sampel casing dan nyalakan
hydraulic press.
5. Catat besar tekanan yang dibutuhkan untuk pertama kalinya menggeser semen
yang ada di dalam casing.

Safety
1. Mata : Cucilah mata dengan air selama 15 menit. Bila terjadi iritasi, mintalah
bantuan tenaga medik.
2. Kulit : Cucilah dengan air.
3. Pernapasan : Jangan hirup debu semen. Gunakan masker (pelindung) saat
bersentuhan dengan semen.

5-7
Modul Praktikum
TM3202 – Teknik Operasi Pemboran II
Semester II 2016 / 2017

DAFTAR PUSTAKA
Nelson E.B., “Well Cementing”, Schlumberger Educational Series, Houston-Texas, 1990

Smith D.K., “Cementing”, SPE of AIME, New York, 1976

Smith D.K., “Worldwide Cementing Practices”, First Edition, American Petroleum


Institute (API, Johnston Printing Company, 1991

http://www.understanding-cement.com

5-8

Anda mungkin juga menyukai